Te-rapi oksigen (O2) jangka panjang pada pasien dengan penyakit paru obstruktif
kronis (PPOK) selama empat sampai delapan minggu bisa menurunkan
hematokrit, memerbaiki toleransi latihan dan me nurunkan tekanan vaskuler
pulmoner.
Prinsip terapi oksigen jangka Panjang yaitu untuk menaikkan FIO2 4% tiap
pemberian 1 liter kanul
PNEUMOCONIOSIS
DEFINISI
• Pada tahun 1999 World Health Organization (WHO) mencatat terdapat 1 juta
kematian pada pekerja yang 5% di antaranya disebabkan oleh pneumokoniosis.
Pada tahun 2013 International Labour Organization (ILO) mencatat 30-50%
pekerja di negara berkembang menderita pneumokoniosis.
• Di Indonesia belum diketahui berapa angka kejadian pneumokoniosis secara
nasional, oleh karena itu diperlukan penelitian untuk mengetahui seberapa
besar masalah pneumokoniosis di Indonesia
• Di UK, rata-rata 167 kasus pneumokoniosis per tahun (2005-2010) dilaporkan
ke skema pelaporan SWORD oleh dokter pernapasan dan pekerjaan. Ini
mungkin merupakan perkiraan yang terlalu rendah dari jumlah kasus baru.
EPIDEMIOLOGI
• Pneumokoniosis adalah salah satu penyakit akibat kerja yang paling umum di
dunia, khususnya di negara berkembang. Ada peningkatan 81,1% dalam jumlah
kasus dari tahun 1990 hingga 2017.
• Pada 2013, penyakit ini mengakibatkan 260.000 kematian secara global, naik dari
251.000 kematian pada tahun 1990. Dari kematian tersebut, 46.000 karena
silikosis, 24.000 karena asbestosis, dan 25.000 karena pneumokoniosis pekerja
batu bara.
• WHO menyatakan 1,1 juta kematian adalah akibat pekerjaan dan 5% dari kematian
tersebut adalah pneumoconiosis.
• Insidensi pneumokoniosis secara signifikan lebih banyak terjadi pada pria.
FAKTOR RISIKO
• Merokok
• Menghirup: silica, asbestos, coal dusts
• Terpapar di tempat kerja
• Menyebar ke istri ataupun anak, melalui pakaian kerja
• Tidak menggunakan APD
KLASIFIKASI BERDASARKAN
ETIOLOGI
KLASIFIKASI
• Secara umum:
The International Labour Organization (ILO) menetapkansistem standar untuk klasifikasi kelainan radiologi toraks pada
pneumokoniosis berdasarkan terdapatnya kelainan parenkim dan kelainan pleura.
1. Kelainan parenkim paru dibagi atas 2 yaitu, small opacities dan large opacities.
2. Kelainan pleura (lokasi, lebar, panjang dan beratnya kalsifikasi).
• Klasifikasi foto toraks ILO menerangkan dan mencatat secara sistematis kelainan radiologis toraks akibat inhalasi debu.
Tujuan pembuatan klasifikasi foto toraks untuk pneumokoniosis adalah untuk standarisasi pembacaan foto toraks pada
pneumokoniosis, untuk memfasilitasi perbandingan data-data internasional kasus pneumokoniosis, penelitian epidemiologi
dan untuk riset.
• Klasifikasi foto toraks ILO pada pneumokoniosis digunakan untuk mendeskripsikan abnormalitas radiologi yang terjadi pada
semua jenis pneumokoniosis dan dibuat hanya untuk mengklasifikasikan gambaran pada foto toraks posteroanterior.
Catatan!!!
Klasifikasi tidak dapat digunakan untuk menilai kelainan patologis maupun kelainan fungsi paru serta kapasitas kerja
seseorang. Klasifikasi ini juga tidak berimplikasi pada aspek hukum/legal dalam definisi pneumokoniosis terkait kompensasi
serta besaran kompensasi yang diberikan.
DIAGNOSIS
• Pencegahan
• Menghindari debu pada lingkungan kerja
• Pekerja harus menjalani pemeriksaan dada
• Jika ditemukan penyakit, pekerja di pindahkan ke tempat yang kadar debunya paling rendah untuk menghindari keparahan penyakit
• Berhenti merokok jika konsumsi rokok
• Pengobatan paru adekuat jika dicurigai terdapat penyakit paru obstruktif kronik
• Gunakan APD (masker, handglove)
• Pencegahan dengan vaksinasi dapat dipertimbangkan
• Pengobatan
• Tidak ada pengobat spesifik
• Pengobatan umunya bersifat simptomatis / hanya mengobati gejala saja
• Obat obatan supportif
• Tindakan pencegahan merupakan yang paling penting
• Jika terjadi gangguan napas berikan bronkodilator dan ekspetoran
KOMPLIKASI
• Tuberkulosis paru
• Heart failure
• Chronis obstructive lung disease
• Malignancy
• Intertitial lung disease
PATOGENESIS
• Setelah debu terinhalasi -> alveolar macrophage berkumpul pada partikel ekstraseluler dan akan memakan partikel tersebut. Jika
jumlah aprtikel besar, maka mekanisme eliminasi gagal
• Deposisi mineral dust di alveoli -> partikel-partikel mineral di fagositosis oleh alveolar macrophage.
• Mediator inflamasi:
• Tumor Necrosis Factor (TNF)-a
• Interleukin-(IL)-6 danIL-8
• Platelet derived growth factor
• Transforming growth factor (TGF)-b.
• Localized inflammatory reaction mengawali adanya perubahan jangka panjang pada histologi paru :
• Reaksi fibrosis di sekitar parenim paru, dengan pembentukan reticulin dan deposisi kolagen
• Nekrosis dan cavitation fibrotic nodules bisa terjadi pada tahap selanjutnya dari penyakit ini.
• Progresif penyakit mengarah ke coalescence/penggabungan dari area-are fibrosis menjadi large parenchymal masses (progressice massive fibrosis)
• Difusi gas terpengaruhi, menjadikan adanya penurunan faktor tranfer gas.
• Volume paru menurun (FEV1 & FVC), bentuknya restriktif.
PATOFISIOLOGI