Anda di halaman 1dari 25

A.

GELOMBANG BUNYI
1. Pengertian Bunyi

Bunyi ini pada dasarnya adalah hasil dari getaran yang mengganggu atau yang
menggetarkan udara di sekitarnya.  Gangguan tersebut merambat hingga
menggetarkan gendang telinga dan hasilnya adalah bunyi yang kita dengar.
Memang, bagian telinga yang berfungsi menangkap gelombang bunyi adalah
gendang telinga.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa bunyi adalah getaran yang merambat. Secara
umum gelombang bunyi adalah gelombang yang merambat melalui medium
tertentu. Gelombang bunyi merupakan gelombang mekanik yang digolongkan
sebagai gelombang longitudinal.

Suatu bunyi dapat didengar oleh manusia karena memiliki 3 hal, yaitu adanya
sumber bunyi, adanya medium rambat bunyi, dan frekuensinya yang berada antara
20 Hz – 20.000 Hz (audiosonik). Tidak hanya manusia, semua makhluk hidup juga
dapat mendengar bunyi. Berdasarkan frekuensinya, gelombang bunyi
diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Infrasonik: bunyi yang memiliki frekuensi < 20 Hz. Bunyi ini dapat didengar
oleh hewan seperti jangkrik, laba-laba, gajah, anjing, dan lumba-lumba.

2. Audiosonik: bunyi yang memiliki frekuensi 20 Hz – 20.000 Hz. Bunyi ini dapat
didengar oleh manusia.

3. Ultrasonik: bunyi yang memiliki frekuensi > 20.000 Hz. Bunyi ini dapat
didengar oleh hewan seperti kelelawar dan lumba-lumba.

2. Cepat Rambat Bunyi


Gelombang bunyi merambat dengan dengan kecepatan tertentu. Kecepatan
bunyi bervariasi antara 330 m/s hingga 5.400 m/s. Cepat rambat bunyi dalam suatu
zat padat bergantung pada modulus Young (E) dan kerapatan atau massa jenis dari
zat padat tersebut.

3. Intensitas dan Taraf Intensitas Bunyi


Taraf intensitas (TI) bunyi adalah nilai logaritma perbandingan antara intensitas
bunyi dengan intensitas ambang pendengaran dan dinyatakan dalam decibel (dB).
Pada kehidupan sehari-hari, taraf intensitas bunyi ini menunjukkan tingkat
kenyaringan/kebisingan yang dihasilkan oleh sumber bunyi.

4. Efek Doppler
a. Efek Doppler merupakan suatu kejadian di mana frekuensi gelombang dari
suatu sumber yang diterima oleh detektor mengalami perubahan akibat
perubahan posisi atau pergerakan relatif detektor terhadap sumber gelombang
atau sebaliknya.

Selain untuk gelombang bunyi, Efek Doppler ini juga berlaku untuk
gelombang elektromagnetik meliputi gelombang mikro, gelombang cahaya dan
gelombang radio. Namun karena gelombang bunyi merambat pada badan udara
yang dianggap tidak relatif terhadap bumi, laju gelombang bunyi dari suatu
sumber dan laju detektor dapat diukur relatif terhadap badan udara. Sehingga
dapat diasumsikan bahwa sumber bunyi dan detektor langsung mendekat atau
menjauh satu dengan lainnya.

Jika salah satu di antara sumber bunyi dan detektor sedang bergerak atau
keduanya bergerak bersama. Rumus untuk menggambarkan hubungan frekuensi
yang dipancarkan dengan frekuensi yang dideteksi adalah sebagai berikut:

Rumus effect doppler:


dimana:
fp adalah frekuensi yang didengar oleh pendengar (Hz)
fs adalah frekuensi yang dikeluarkan oleh sumber suara (Hz)
v adalah kecepatan suara di udara (m/s)
vp adalah kecepatan pendengar -jika bergerak- (m/s)
vs adalah kecepatan sumber suara -jika bergerak- (m/s)

b. Pemakaian tanda positif dan negatif untuk sumber suara dan pendengar

Perhatikan rumus diatas, tanda ± di atas dapat berarti + (positif) ataupun –
(negatif) tergantung kondisi si pendengar dan juga sumber suara. Berikut ini
perjanjian mengenai pemakaian tanda plus dan minus tersebut:

1. vp bernilai + (positif) jika si pendengar mendekati sumber suara, dan


bernilai – (negatif) jika menjauhi sumber suara
2. vs bernilai + (positif) jika sumber suara menjauhi pendengar, dan bernilai –
(negatif) jika mendekati pendengar

c. Aplikasi Efek Doppler


1. Sirene
Suara yang dikeluarkan sirene pada mobil ambulans, polisi, ataupun
pemadam kebakaran dirancang untuk memanfaatkan efek Doppler
semaksimal mungkin sehingga pendengar akan makin waspada terhadap
mobil-mobil tersebut saat bergerak mendekati pendengar.
Gambar 1: sirene
Sumber: diolah dari pinsdaddy.com
2. Radar
Efek Doppler dipakai pada aplikasi beberapa jenis radar untuk mengukur
kecepatan objek yang diamati. Dengan mengukur perubahan frekuensi yang
diterima, maka kita dapat mengukur kecepatan objek tersebut.
3. Kesehatan
Echocardiogram merupakan perangkat kesehatan yang menggunakan
fenomena efek Doppler untuk mengukur kecepatan aliran darah dan
karakteristik jaringan tissue secara akurat. Alat ini juga dapat menghasilkan
gambar jantung dan aliran-aliran darah dengan menggunakan suara
ultrasonik Doppler 2 dimensi dan 3 dimensi.

Gambar 2: Jantung
sumber: firstcoastheart.com
4. Industri
Terdapat beberapa instrumen yang digunakan insinyur untuk
mengetahui kecepatan aliran fluida di dalam pipa ataupun aliran eksternal
seperti Laser Doppler velocimeter (LDV), accoustic Doppler velocimeter
(ADV), dan Ultrasonic Doppler velocimetry (UDV) yang menggunakan
prinsip efek Doppler. LDV dapat juga dipakai untuk mengukur getaran
tanpa kontak langsung dengan permukaan yang akan diukur.

sumber: bmnorthamericaprod.blob.core.windows.net

5. Komunikasi
Satelit komunikasi yang mengorbit bumi setiap saat dapat mengalami
fenomena efek Doppler akibat perubahan ketinggian permukaan bumi yang
dilewati. Maka, diperlukan suatu kompensasi Doppler Dinamik agar satelit
dapat menerima sinyal dengan frekuensi yang konstant.
6. Astronomi
Fenomena Efek Doppler terjadi di luar angkasa. Perubahan
frekuensi gelombang elektromagnetik dihasilkan dari bintang-bintang yang
bergerak di galaksi kita dan di luar galaksi. Efek Doppler digunakan untuk
mencari informasi mengenai karakteristik bintang-bintang tersebut dan
galaksi-galaksi.
5. Sifat-sifat Gelombang Bunyi
a. Pemantulan (Refleksi)

Pemantulan adalah keadaan ketika gelombang bunyi yang datang


mengenai permukaan suatu medium yang keras dan kembali ke medium
asalnya dengan sudut yang sama.

Bunyi dalam ruangan tertutup terdengar lebih keras karena dinding


ruangan terlalu dekat dengan sumber bunyi. Alhasil, bunyi pantul tidak
memiliki waktu yang cukup untuk merambat dan menyebabkan bunyi
datang dan bunyi pantul terdengar bersamaan.

Berbeda dengan gema atau suara pantulan yang terjadi jika kita berteriak
di sekitar tebing. Jarak antara tebing dan sumber bunyi cukup jauh
sehingga bunyi pantul memerlukan waktu yang cukup lama untuk
merambat sampai pendengaran. Akibatnya, bunyi pantul akan terdengar
setelah bunyi asli.

b. Pembiasan (Refleksi)

Jika gelombang bunyi merambat dan memasuki medium yang berbeda,


gelombang bunyi tersebut akan dibelokkan. Itulah yang disebut dengan
pembiasan (refleksi) gelombang bunyi.

Refraksi terjadi jika gelombang bunyi dari suatu medium memasuki


medium lain dengan sudut tertentu. Hal inilah yang menyebabkan suara
petir pada malam hari terdengar lebih keras dibandingkan pada siang hari.
Pada malam hari, lapisan udara bagian bawah lebih rapat daripada bagian
atas sehingga suara petir dari lapisan udara akan dibiaskan mendekati
permukaan tanah di bawahnya.

c. Pelenturan (Difraksi)
Difraksi adalah peristiwa pelenturan gelombang ketika melewati celah
yang ukurannya seorde dengan panjang gelombangnya. Contohnya yaitu
ketika seseorang dapat mendengar suara dari ruangan di sebelahnya.

d. Interferensi

Interferensi adalah perpaduan dua gelombang berbeda yang saling


berinteraksi pada medium yang sama. Interferensi terbagi menjadi dua
macam, yaitu interferensi konstruktif dan interferensi destruktif.

Interferensi konstruktif adalah keadaan saat kedua gelombang yang


berinterferensi sefase, sehingga saling memperkuat. Sebaliknya,
interferensi destruktif terjadi ketika kedua gelombang yang
berinterferensi berbeda fase 180° sehingga saling melemahkan.

e. Pelayangan

Pelayangan bunyi adalah dua bunyi keras atau dua bunyi lemah yang terjadi
secara berurutan. Jika kedua gelombang bunyi merambat bersamaan,
bunyi paling kuat akan dihasilkan saat fase keduanya sama. Jika kedua
getaran berlawanan fase, maka akan menghasilkan bunyi paling lemah.

B. GEJALA AKUSTIK DALAM RUANGAN

Akustik adalah ilmu yang sebagian besar cenderung bersifat empiric –


psikologis dengan survey subjektif ke audensinya pada berbagai kepekaan telinga.
Hal ini terus berkembang, sehingga akustik sepuluh tahun yang lalu berbeda
dengan akustik sekarang. Kualitas akustik sepuluh tahun yang lalu sudah dianggap
bagus, mungkin sekarang dirasa kurang memadai.
Akustik ruang sangat diperlukan untuk menciptakaan suasana ruang yang
tenang dan nyaman. Karena perancangan akustik ruang dapat mengurangi
transmisi suara yang dapat menimbulkan efek psikologis pada manusia.
Sedangkan gejala akustik yang terjadi pada ruang tertutup antara lain:
a) Pemantulan bunyi
Permukaan yang keras tegar dan rata bersifat memantulkan hampir semua
energi bunyi padanya. Permukaan pemantul cembung cenderung bersifat
menyebarkan gelombang bunyi. permukaan cekung cenderung bersifat
mengumpulkan gelombang bunyi pantul dalam ruang, sedangkan permukaan
rata cenderung bersifat memantulkan gelombang bunyi secara tegak lurus
terhadap arah sumber bunyi.

b) Penyerapan bunyi
Bahan lembut berpori dan kain serta juga manusia bersifat menyerap sebagian
besar sumber bunyi yang menumbuk mereka. Pada dasarnya semua bahan
bangunan menyerap bunyi sampai batas tertentu, tetapi pengendalian akustik
bangunan yang baik membutuhkan penggunaan bahan-bahan dengan tingkat
penyerapan bunyi yang tinggi. Dalam akustik lingkungan, unsur-unsur berikut
dapat menunjang penyerapan bunyi:
1) Lapisan permukaan dinding, lantai dan atap.
2) Isi ruang dengan lapisan lunak dan karpet.
3) Udara dalam ruang.

c) Difusi bunyi
Difusi bunyi yang cukup adalah ciri akustik yang diperlukan pada jenis ruang
tertentu, karena ruang itu membutuhkan distribusi yang merata,
mengutamakan kualitas dan pembicaraan aslinya serta mengalami terjadinya
cacat akustik yang tidak diinginkan. Difusi bunyi dapat diciptakan dengan
beberapa cara, yaitu:
a. Pemakaian permukaan dan elemen penyebab yang tidak teratur dalam
jumlah yang banyak.
b. Penggunaan lapisan permukaan pemantul bunyi dan penyerap bunyi
secara bergantian.
c. Distribusi lapisan penyerap bunyi yang berbeda secara tidak teratur dan
acak.

d) Difraksi bunyi
Adalah gejala akustik yang menyebabkan gelombang bunyi dibelokan atau
dihamburkan sekitar penghalang. Pembelokan dan penghamburan gelombang
bunyi di sekeliling penghalang lebih nyata pada frekuensi rendah.

e) Dengung
Bila bunyi tuna (steady) dihasilkan dalam suatu ruang, tekanan bunyi
membesar secara bertahap dan dibutuhkan beberapa waktu bagi bunyi untuk
mencapai nilai keadaan tuna-nya, sedangkan yang dimaksud dengan dengung
adalah bunyi berkepanjangan akibat dari pemantulan yang berurut-urut dalam
ruang tertentu setelah sumber bunyi dihentikan.

f) Resonansi ruang
Suatu ruang tertutup dengan permukaan interior pemantul bunyi tapa
diinginkan menonjolkan frekuensi tertentu yang disebut ragam getaran
normal. Suatu ruang mempunyai ragam normal dalam jumlah yang banyak
dan tergantung pada bentuk serta ukurannya. Efek ragam normal yang
mengganggu pada jangkauan frekuensi rendah tidak didistribusikan secara
sama. Pengaruh yang merusak dapat dikurangi dengan cara:
a. Membagi ruang secara akustik
b. Secara tidak teratur menempatkan dinding ruang
c. Secara berlimpah menggunakan permukaan tak teratur
d. Mendistribusikan elemen penyerap secara merata pada dinding pembatas.
Untuk terciptanya suasana ruang yang tenang dan nyaman, maka harus
dipenuhi persyaratan desain akustik yang baik. Dalam desain akustik, kita harus
memahami variable akustik. Varibel tersebut antara lain:
1. Sumber bunyi
2. Medium/penghantar suara
3. Penerima suara
Adapun kelakuan bunyi dalam ruang tertutup adalah sebagai berikut:
1. Bunyi datang
2. Bunyi pantul
3. Bunyi yang diserap
4. Bunyi difusi
5. Bunyi difraksi
6. Bunyi yang ditransmisi
7. Bunyi yang hilang dalam struktur bangunan
8. Bunyi yang dirambatkan

Kelakuan bunyi dalam ruang tertutup disamakan dengan kelakuan sinar


cahaya yang disebut sebagai akustik geometri. Muka gelombang dan sinar perjalanan
suara dalam garis lurus, kecuali ketika sesuatu mendapat di jalan. Hambatan dapat
menyebabkan suara yang akan berubah arah dari jalur aslinya.
Proses dimana perubahan arah terjadi adalah disebut difraksi. Kendala mampu
difraksi (lentur) suara harus besar dibandingkan dengan panjang gelombang suara
yang terlibat. Efektivitas hambatan dalam suara difraksi ditentukan oleh ukuran
akustik dari rintangan. Ukuran Acoustical diukur dalam hal panjang gelombang
suara.
Dalam
gambar A, tepi atas
dinding bertindak
sebagai sumber,
virtual baru

mengirimkan energi suara ke dalam zona "bayangan" di belakang dinding. Pada


gambar B, sebagian besar energi suara yang dipantulkan dari permukaan dinding, tapi
itu sebagian kecil bergerak melalui lubang itu bertindak sebagai sumber titik virtual,
memancarkan belahan suara ke zona "bayangan" di balik dinding oleh difraksi.

Dalam gambar A, panah menunjukkan bahwa beberapa energi dalam balok


utama dialihkan ke zona bayangan.
Dalam gambar Sebuah kendala yang sangat kecil dibandingkan dengan
panjang gelombang yang tidak memiliki efek yang cukup besar pada bagian suara.

Untuk frekuensi 1 - 6 kHz tiba dari depan, perubahan tekanan suara di sekitar
kepala. Pada frekuensi di bawah 1 kHz, perubahan tekanan suara diabaikan.
1. Pemantulan Bunyi

Pemantulan bunyi terjadi karena gelombang bunyi menabrak bidang pantul


kemudian gelombang bunyi tersebut dipantulkan oleh bidang pantul tesebut.
Ketika kita mendengar suara petir, mungkin kita juga akan mendengar suara
susulan yang merupakan gema suara aslinya. Suara susulan ini terjadi akibat
adanya bunyi yang menumbuk dinding penumbuk, kemudian dipantulkan oleh
dinding itu. Tidak semua bunyi yang mengenai dinding pemantul akan
dipantulkan. Ada sebagian bunyi tersebut yang diserap dinding pemantul.
Kemampuan suatu permukaan dalam memantulkan bunyi tergantung pada keras
lunaknya permukaan.
a. Hukum Pemantulan Bunyi

Pemantulan bunyi mengikuti suatu aturan hukum pemantulan bunyi sebagai


berikut. “Bunyi datang, garis normal, dan bunyi pantul terletak dalam satu
bidang datar. Sudut datang sama besar dengan sudut pantul”.

Sudut datang adalah sudut antara bunyi datang dengan garis normal. Sudut


pantul adalah sudut antara bunyi pantul dengan garis normal. Garis normal
adalah garis tegak lurus bidang pantul melalui titik jatuh bunyi datang.

Bunyi pantul dapat memperkuat bunyi asli jika jarak dinding pantul tidak
jauh dari sumber bunyi. Misalnya, bunyi kereta api ketika masuk
terowongan akan terdengar semakin kuat. Dari uraian itu dapat disimpulkan
bahwa kuat bunyi yang didengar tergantung pada :

1) amplitudo sumber bunyi;


2) jarak antara sumber bunyi dengan pendengar;
3) resonansi yang terjadi;
4) serta adanya dinding pemantul yang sesuai.
5) Macam-Macam Pemantulan Bunyi
b. Bunyi pantul yang memperkuat bunyi asli

Suara gurumu di dalam kelas akan lebih keras dibandingkan dengan suara
guru olah ragamu di lapangan. Itu dikarenakan suara di dalam ruangan akan
dipantulkan oleh dinding-dinding ruangan.

c. Gaung atau kerdam

Bunyi pantul yang datangnya hanya sebagian yang bersamaan dengan bunyi
asli sehingga bunyi asli menjadi tidak jelas disebut gaung atau kerdam.

Gaung atau kerdam dapat terjadi di gedung bioskop, gedung pertunjukan,


gedung pertemuan, studio radio, dan lain-lain. Untuk menghindari terjadinya
gaung, pada dinding gedung-gedung tersebut biasanya dilapisi bahan yang
dapat meredam bunyi disebut bahan akustik. Misalnya, kain wol, kapas,
karton, papan karton, gabus, dan karet busa.

d. Gema

Bunyi pantul dapat terdengar dengan jelas seperti bunyi aslinya karena
antara bunyi pantul dengan bunyi asli tidak saling mengganggu. Hal ini
dimungkinkan jika jarak antara dinding pemantul dengan sumber bunyi jauh.
Karena jarak yang jauh, bunyi akan berjalan menempuh jarak yang jauh.
Waktu yang digunakan untuk memantul juga lama. Ketika bunyi asli sudah
selesai diucapkan, bunyi pantul mungkin masih di perjalanan. Akibatnya,
bunyi pantul terdengar jelas setelah bunyi asli. Bunyi pantul yang terdengar
jelas setelah bunyi asli disebut gema. Gema dapat terjadi di lereng-lereng
gunung atau di lembah-lembah.

e. Manfaat Bunyi Pantul

1) Pengukuran jarak dengan gema

Dalam satu sekon biasanya dapat diucapkan lima suku kata. Berapa waktu
yang diperlukan untuk mengucapkan satu suku kata? Untuk
mendapatkan gema dari satu suku kata, bunyi pantul harus datang
secepat-cepatnya setelah 1/5 sekon, yaitu setelah suku kata tersebut
selesai diucapkan. Dengan demikian, selama 1/5 sekon bunyi telah
menempuh jarak dua kali jarak antara sumber bunyi dan dinding
pemantul. Jadi, untuk 1 suku kata, jarak dinding pemantul adalah :

Untuk n suku kata, jarak dinding pemantul adalah

Waktu terdengar gema, artinya bunyi telah menempuh jarak tersebut


pergi-pulang. Jika jarak d dan waktu yang dibutuhkan t maka kecepatan
bunyinya adalah :

2) Pengukuran kedalaman laut dengan pemantulan bunyi

Bagaimana mengukur kedalaman laut? Sebuah sumber getar yang


disebut osilator dipasang pada dinding kapal bagian bawah. Di dekat
osilator dipasang hidrofon, yaitu alat yang dapat menangkap getaran.

Untuk mengukur kedalaman laut, osilator digetarkan. Getaran


ultrasonik yang dihasilkannya diarahkan ke dasar laut. Oleh dasar laut,
getaran ini dipantulkan dan diterima hidrofon. Sebuah alat pencatat akan
mencatat selang waktu antara getaran dikirim dan getaran pantul yang
diterima. Jika cepat rambat bunyi di air laut diketahui maka kedalaman
laut dapat dihitung.

Bunyi dapat dipantulkan. Bunyi pantul yang terdengar setelah


terdengarnya bunyi asli disebut gema. Bunyi pantul yang sebagian
terdengar bersamaaan dengan bunyi asli disebut gaung atau kerdam
dari bunyi pantul tersebut.

2. Penyerapan Bunyi

Penyerapan bunyi/absorbsi bunyi adalah penyerapan gelombang bunyi oleh
permukaan tertentu, dimana energi gelombang diserap dan ubah menjadi panas
dan gelombang lainnya. Namun ketika gelombang ini sampai pada permukaan
tertentu, gelombang bunyi tidak dihantarkan atau dipantulkan namun diserap.

Hukum konservasi energi mengatakan bahwa energi tidak dapat diciptakan


dan dimusnahkan. Energi hanya bisa diubah bentuk dari bentuk satu ke bentuk
lainnya. Jika terdapat kebisingan dalam ruangan, energi itu sendiri tidak dapat
dihilangkan tapi dapat diubah menjadi bentuk energi yang tidak berbahaya. Inilah
fungsi dari material penyerap bunyi. Secara garis besar penyerap bunyi dibagi
menjadi 3 kelompok yaitu: porous absorber, membrane absorber, dan
volum/resonator absorber. Umumnya porous absorbers merupakan yang paling
efektif bekerja pada frekuensi tinggi. Koefisien serap bunyi dari porous absorbers
meningkat seiring dengan frekuensi yang semakin tinggi, sedangkan membrane,
dan volum/resonator absorber bekerja baik pada frekuensi rendah (Rossing, 2014).
Semua tipe dari absorber secara fundamental bekerja dengan cara yang sama.
Bunyi merupakan energi getaran dari partikel udara dan dengan menggunakan
absorber, energi getaran dapat diubah bentuk menjadi energi panas sehingga
energi bunyi berkurang. Jumlah energi panas yang dihasilkan dari penyerapan
bunyi amat kecil (Doelle, 1993).
Gambar 3: Ilustrasi penyerapan bunyi
Sumber: Everest dan Pohlmann, 2009

Sebuah gelombang bunyi (S) merambat di udara mengenai dinding yang


dilapisi material akustik, seperti terlihat pada gambar. Ketika gelombang bunyi
melintasi udara, terjadi kehilangan panas (E) yang kecil hasil dari gesekan udara.

Sebagian gelombang bunyi yang mengenai permukaan material akustik


(A) dipantulkan lagi ke udara (Everest dan Pohlmann, 2009). Beberapa bagian
dari gelombang bunyi menembus lapisan material akustik ditunjukkan pada
Gambar 3. Arah dari lintasan gelombang bunyi berbelok ke bawah karena
material akustik lebih padat daripada udara. Terjadi kehilangan panas (F) ketika
terjadi gesekan dengan material akustik yang ditimbulkan dari getaran partikel
udara. Ketika gelombang bunyi mengenai permukaan dinding, terjadi 2 hal:
sebagian gelombang dipantulkan (B) dan juga sebagian lagi dibelokan ke bawah
ketika menembus dinding yang lebih padat. Kehilangan panas (G) kembali
terjadi di dalam. Gelombang yang semakin melemah selama menembus material
padat, mengenai batas dinding-udara mengalami pemantulan (C). Gelombang
terus melintas sampai kemudian mengenai batas antara dindingudara terjadi
pemantulan (C) dan pembiasan (D) dengan kehilangan panas (I, J, dan K) pada
ketiga media (Everest dan Pohlmann, 2009) Gelombang bunyi (S) mengalami
kejadian komplek selama perjalanan melintasi penghalang. Setiap kejadian
memantul dan menembus udara, dinding, maupun material akustik mengurangi
jumlah energinya. Hasil yang didapatkan dari pengukuran merupakan agregat
dari tiap proses yang terjadi (Everest dan Pohlmann, 2009) Koefisien serap bunyi
digunakan untuk menentukan efektifitas sebuah material dalam menyerap bunyi.
Koefisien serap bunyi bervariasi tergantung dengan sudut datangnya bunyi.
Bunyi menyebar ke segala arah dalam suatu ruangan. Dalam banyak perhitungan,
kita membutuhkan koefisien serap bunyi rata- rata dari semua sudut datang yang
mungkin (Everest dan Pohlmann, 2009). Koefisien serap bunyi biasanya
dinotasikan dengan α, mempunyai nilai desimal antara 0 sampai 1. Koefisien
serap bunyi bergantung pada frekuensi bunyi dan sudut yang dibentuk oleh
gelombang bunyi yang datang dan garis normal permukaan medium (Bell, 1994).
Koefisien serap bunyi suatu jenis material bervariasi tergantung pada frekuensi.
Koefisien serap bunyi biasanya diukur dalam 6 standar frekuensi yaitu 125, 250,
500, 1000, 2000, dan 4000 Hz. Nilai koefisien serap bunyi pada beberapa kasus
diberikan dalam satu nilai yang disebut NRC (Noise Reduction Coefficient).
NRC merupakan rata- rata yang didapat dari pengukuran pada frekuensi 250,
500, 1000, dan 2000 Hz (Rossing, 2014). NRC merupakan nilai rata-rata dari
pengukuran koefisien serap bunyi pada frekuensi menengah. Jika
mempertimbangkan penyerapan pada rentang frekuensi yang lebih lebar, maka
pengukuran koefisien secara terpisah pada rentang frekuensi tersebut perlu
dilakukan (Everest dan Pohlmann, 2009). Secara umum material dengan NRC
kurang dari 0,2 dikatakan sebagai material reflective sedangkan nilai NRC lebih
dari 0.4 dikatakan material absorptive (Rossing, 2014). Suatu bahan disebut
menyerap dengan baik, bila kemampuan serapnya diatas 0,2 (Egan, 1972). SAA
(Sound Absorption Average) untuk menunjukan nilai koefisien serap bunyi
digunakan juga dalam beberapa kasus. SAA merupakan rata-rata koefisien serap
bunyi dari 1/3 pita oktaf yang terdiri dari 12 frekuensi mulai dari 200 sampai
2500 Hz (Everest dan Pohlmann, 2009).
3. Difusi Bunyi
Difusi Bunyi Bila tekanan bunyi di setiap bagian suatu auditorium sama maka
disebut terjadi difusi. Umumnya difusi berupa tekanan bunyi yang kecil dan
merata. Tingkat bunyi yang disesuaikan disesuaikan terhadap profil dari kepekaan
telinga manusia.

Gambar 4:Ruang konser. Langit pemantul yang diletakkan dengan tepat, dengan
pemantulan bunyi yang makin banyak ke tempat-tempat duduk yang jauh, secara
efektif menyumbang kekerasan yang cukup
Sumber: thebohdenk.wordpress/askutika bangunan/2020

Pada ruang konser, studio rekaman, studio radio, atau ruang-ruang music
dibutuhkan distribusi bunyi yang merata, kualitas suara yang baik serta terhindar
dari cacat akustik yang tidak diinginkan. Kondisi ini bisa tercapai bila terjadi
difusi bunyi dalam ruangan, di mana medan bunyi serba sama atau homogen.
Difusi bunyi dakan auditorium diperoleh dengan menggunakan:
a) Ketidakteraturan permukaan
b) Permukaan penyerap bunyi dan pemantul bunyi yang digunakan secara
bergantian
c) Lapisan akustik dengan penyerapan bunyi yang berbeda
4. Difraksi Bunyi
Difraksi adalah gejala akustik yang menyebabkan bunyi dibelokkan atau
dihamburkan di sekitar penghalang yang memilikki celah atau lubang untuk
dilalui, seperti dinding kolom atau balok. Difraksi sering menjadi bunyi yang tidak
diinginkan. Oleh karena itu, efek difraksi perlu diantisipasi dalam mendesain
ruangan yang mengutamakan kualitas suara.

5. Resonansi Bunyi
Resonansi bunyi merupakan peristiwa ikut bergetarnya suatu benda akibat
getaran yang dihasilkan oleh sumber bunyi. Resonansi bunyi hanya dapat terjadi
jika suatu benda memiliki frekuensi alami yang sama dengan frekuensi alami
sumber bunyi yang bergetar. Selain benda, udara atau gas di sekitar sumber
bunyi juga dapat beresonansi, asalkan memiliki frekuensi alami yang sama dengan
frekuensi alami sumber bunyi.

Untuk kasus resonansi bunyi di tabung yang berisi air, cepat rambat


gelombang bunyinya dapat dihitung menggunakan rumus:
Resonansi bunyi dapat memperkuat bunyi asli, sehingga bunyi yang dihasilkan
dapat terdengar lebih keras dan nyaring. Tapi, resonansi juga bisa menimbulkan
kerugian, Contohnya, bunyi ledakan bom yang sangat keras dapat menimbulkan
getaran yang bisa meruntuhkan gedung di sekitarnya.

Pada percobaan tersebut, digunakan tabung, air, dan garpu


tala dengan frekuensi alami tertentu. Tujuan dari percobaan itu adalah untuk
mengetahui terjadinya resonansi bunyi. Mula-mula, tabung diisi dengan air sampai
penuh. Lalu, garpu tala digetarkan di dekat mulut tabung. 

Percobaan tersebut dilakukan berulang kali dengan ketinggian kolom udara


yang berbeda. Kolom udara ini diukur berdasarkan jarak antara mulut tabung
dengan titik permukaan air pada tabung. Jadi, saat garpu tala dipukul, dan tabung
yang berisi airnya menghasilkan bunyi dengung yang lebih keras pada ketinggian
kolom udara tertentu, disitulah terjadi resonansi.  Ternyata, resonansi terjadi ketika
panjang kolom udaranya sebesar dan seterusnya, dengan selisih 
dari resonansi satu ke resonansi berikutnya. Nah, panjang kolom udara saat terjadi
resonansi ini bisa kita sebut sebagai .
Kalau kita lihat dari data-data ini, panjang kolom udara saat terjadi resonansi
selalu berupa kelipatan bilangan ganjil dari  

Maka dari itu, hubungan panjang kolom udara saat terjadi resonansi ke-n
dengan panjang gelombang   bisa kita cari dengan rumus : 

Dengan  menunjukkan resonansi ke berapanya, misal resonansi pertama


berarti n = 1, resonansi kedua berarti n = 2, resonansi ketiga berarti n = 3, dan
seterusnya. Untuk mencari cepat rambat gelombang bunyinya, kita
membutuhkan nilai frekuensi alami   yang dimiliki sumber bunyi.

6. Waktu Dengung
Waktu dengung sebuah ruangan dapat mengubah persepsi suara dari
sumbernya dan dapat memberi efek pada kejelasan informasi akustik. Waktu
dengung tinggi dapat menyebabkan suara lebih sayu, keras, dan berisik. Ruangan
yang didesain untuk aktivitas bicara biasanya memiliki waktu dengung yang
rendah, sedangkan waktu dengung yang lebih tinggi dapat memberi kesan lebih
pada musik.
Waktu dengung merupakan parameter akustik yang paling dikenal. Ketika
sebuah ruang menghasilkan waktu dengung yang terlalu panjang, maka kejelasan
bunyi akan hilang karena ditutupi oleh pantulan bunyi itu sendiri. Untuk fungsi
musik, waktu dengung dapat menambah ketertarikan akan bunyi sehingga bunyi
yang dihasilkan oleh alat musik terkesan ‘hidup’ (Gade, 2007). Waktu dengung
terjadi lebih cepat dari 1/20 detik dengan selisih jarak antara sumber ke pendengar
dengan sumber pantulan pendengar lebih pendek dari 20,7 m (Mediastika, 2005).

        Setiap fungsi ruang memiliki waktu dengung yang disyaratkan. Kebutuhan


waktu dengung untuk sebuah studio rekaman akan berbeda dengan ruang konser.
Studio rekaman membutuhkan waktu dengung yang pendek dibawah 0,5 detik
agar dapat mendengarkan bunyi asli dari loudspeaker tanpa adanya dengung yang
berlebihan sedangkan ruang konser justru membutuhkan waktu dengung yang
lebih panjang sekitar 1,5 detik agar bunyi musik terdengar lebih “hidup” sehingga
musik terkesan lebih menarik dan mempesona.
Waktu dengung juga dipengaruhi oleh volume ruang. Semakin besar ruang
maka semakin panjang pula kebutuhan waktu dengung. Dapat dilihat dalam grafik,
untuk fungsi musik, perbedaan antara ruang dengan volume 250.000m3 dengan
400m3 dapat mencapai 1,2 detik atau duakalinya (2,4 detik dengan 1,2 detik). Ini
menunjukkan bahwa faktor volume ruang juga harus diperhatikan. Selain itu juga
dapat dilihat bahwa waktu dengung yang berhubungan dengan bunyi musik selalu
berada di atas 1,2 detik, sedangkan yang berhubungan dengan suara manusia
berada di bawahnya. Bunyi musik cenderung lebih membutuhkan waktu dengung
sedangkan pada suara manusia, waktu dengung justru cenderung mengurangi
kejernihan laval yang diucapkan.

Anda mungkin juga menyukai