Dosen Pembimbing :
1. Narwati, S.Si, M.Kes
2. A.T. Diana N, SKM, M.Kes
3. Deddy Adam, SST
Disusun Oleh
Sub Kelompok C2
D-IV Semester 5 :
1. Nurisya Maharani (P27833318003)
2. Isnaini Indriawati (P27833318011)
3. Rany Amelia (P27833318025)
4. Achmad Hilal Rusydi (P27833318033)
Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-nya yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah PMM-B dengan judul
“CCP dan Pengendaliannya”
Makalah ini bertujuan untuk memenuhi nilai mata kuliah Penyehatan Makanan dan
Minuman-B. Kami mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing mata kuliah Ibu
Narwati, S.Si, M.Kes, Ibu A.T. Diana N, SKM, M.Kes, bapak Deddy Adam,SST dan tak lupa
pula kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu proses
penyusunan makalah ini sehingga bisa selesai tepat pada waktunya.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan
terbuka kami menerima segala kritik dan saran dari pembaca agar dapat memperbaiki
makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberi manfaat maupun
inspirasi kepada pembaca.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................1
C. Tujuan............................................................................................................................2
BAB II ISI.................................................................................................................................3
A. Identifikasi Analisis Bahaya.........................................................................................3
B. Analisis Risiko.............................................................................................................10
C. Pengendalian dan pencegahan bahaya terhadap bahaya-bahaya yang
teridentifikasi......................................................................................................................15
D. Contoh tabel penilaian HACCP dalam analisis bahaya............................................16
E. Identifikasi Titik Kendali Kritis...................................................................................17
BAB III PENUTUP................................................................................................................22
A. Kesimpulan..................................................................................................................22
B. Saran.............................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................23
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah keamanan pangan masih merupakan maslah penting dalam
bidang pangan di Indonesia, dan perlu mendapat perhatian khusus dalam program
pengawasan pangan. penyakit dan kematian yang ditimbulkan melalui makanan
di Indonesia sampai saat ini masih tinggi, walaupun prinsip-prinsip pengendalian
untuk berbagai penyakit tersebut pada umumnya telah diketahui. Pengawasan
pangan yang mengandalkan pada uji produk akhir tidak dapat mengimbangi
kemajuan yang pesat dalam industry pangan, dan tidak dapat menjamin keamanan
makanan yang beredar di pasaran. Pendekatan tradisionil yang selama ini
dilakukan dapat dianggap telah gagal untuk mengatasi masalah tersebut.
Jaminan mutu dan keamanan pangan terus berkembang sesuai dengan
persyaratan konsumen, keamanan pangan merupakan persyaratan utama dan
terpenting dari seluruh parameter mutu pangan yang ada. Betapapun tinggi nilai
gizi suatu bahan pangan atau makanan, penampilannya baik, juga lezat rasanya,
tetapi bila tidak aman, maka makanan tersebut tidak ada nilainya. Hal ini
membawa dampak perubahan mulai dari bisnis pangan tanpa adanya pengawasan,
pengawasan produk akhir, hingga pengawasan proses produksi bagi jaminan mutu
secara total. Pada tahun-tahun terakhir, konsumen menyadari bahwa mutu pangan
khususnya keamanan pangan tidak dapat hanya dijamin dengan hasil uji produk
akhir dari laboratorium.
Mereka berkeyakinan bahwa produk yang aman didapat dari bahan
baku yang ditangani dengan baik, diolah dan didistribusikan dengan baik akan
menghasilkan produk akhir yang baik. Suatu langkah yang tepat untuk
mengantisipasi hal tersebut, serta adanya tuntutan dalam pasar bebas telah
dikembangkan suatu sitem jaminan mutu oleh Komite Standard Internasional/
Codex Allimentarius Commission yang telah diakui secara internasional yaitu
system jaminan mutu berdasarkan HACCP (Hazard Analysis Critical Control
Point). Secara umum konsep HACCP ini merupakan sutau system jaminan mutu
yang menekankan pada pengawasan yang menjamin mutu sejak bahan baku
hingga produk akhir.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara menganalisis bahaya sesuai dengan HACCP?
2. Bagaimana cara menganalisis risiko sesuai dengan HACCP?
3. Bagaimana cara mencegah dan mengandalikan bahaya terhadap bahaya-
bahaya yang teridentifikasi ?
4. Apa pengertian CCP atau titik kendali kritis?
5. Bagaimana cara mengidentifikasi dan menentukan titik kendali ktitis?
1
C. Tujuan
1. Dapat menganalisis bahaya sesuai dengan HACCP
2. Dapat menganalisis risiko sesuai dengan HACCP
3. Dapat mencegah dan mengendalikan bahaya terhadap bahaya-bahaya yang
teridentifikasi
4. Dapat mengetahui tentang CCP
5. Dapat mengidentifikasi dan menentukan titik kendali kritis
2
BAB II
ISI
A. Identifikasi Analisis Bahaya
Analisis bahaya merupakan bagian dari kajian HACCP, yaitu tim mengamati
setiap langkah dalam proses, mengidentifikasi bahaya yang kemungkinan ada,
mengevaluasi signifikansinya, dan memastikan bahwa tindakan yang tepat untuk
pengendaliannya memang sudah siap tersedia (Mortimore & Wallace, 2004). Bahaya
dapat berupa kontaminan biologis, kimiawi, maupun fisik. Bahaya ini dapat berasal dari
bahan mentah, kemasan, proses, dan penanganan yang berlangsung dalam rantai
makanan ataupun dari lingkungan. Bahaya-bahaya tersebut dapat menimbulkan kondisi
risiko gangguan kesehatan kepada konsumen (Hui, et al., 2004). Dalam analisis bahaya
tersebut harus diidentifikasi dan dicatat hal-hal sebagai berikut (Surono, Sudibyo, &
Waspodo, 2016):
a. Bahaya aktual dan potensial yang terkait dengan setiap tahapan dalam proses.
b. Potensi sumber bahaya (bahaya biologis, kimia, dan fisik) pada setiap tahapan proses.
Apakah tahapan proses tertentu dapat menimbulkan potensi bahaya, atau
meningkatkan potensi bahaya. Misalnya, berasal dari peralatan yang kurang bersih.
c. Potensi sumber bahaya (bahaya biologis, kimia, dan fisik) pada setiap bahan (bahan
baku, bahan tambahan, bahan pembantu) yang digunakan.
d. Tingkat kemungkinan terjadinya bahaya, misalnya sangat mungkin terjadi, bisa
terjadi, jarang terjadi, sangat jarang terjadi.
e. Tingkat keparahan bahaya (efek kesehatan), apabila ancaman bahaya tersebut terjadi
f. Rincian bahaya-bahaya yang dapat mendukung kelangsungan hidup atau
perbanyakan organisme atau terbentuknya toksin tertentu pada setiap tahapan proses
g. Kondisi-kondisi tertentu yang dapat menyebabkan kontaminasi atau pembentukan
senyawan kimia berbahaya.
h. Langkah-langkah pengendalian apa saja yang dapat dilakukan untuk mencegah atau
mengurangi bahaya ke tingkat yang dianggap aman.
Tahapan pembuatan alur proses diawali dengan membuat diagram yang detil yang
berisi operasi-operasi dasar proses tersebut. Langkah kedua adalah mempertimbangkan
urutan operasi-operasi dasar untuk menentukan apakah ada beberapa operasi dasar dapat
dikelompokkan kembali dalam sebuah tahapan proses. Untuk melakukan
pengelompokan, pertimbangkan urutan berikutnya dan definisikan berapa banyak
tahapan yang harus disebutkan dalam diagram alir. Bila ada beberapa oprasi dasar yang
dapat dikelompokkan menjadi satu tahapan, berilah nama tahapan tersebut, misal
penerimaan bahan pangan, pencucian bahan pangan, sortasi bahan pangan, pembekuan
bahan pangan, pengemasan, pelabelan atau penyimpanan sementara. Bilamana perlu,
dapat ditambahkan informasi pelengkap berupa :
3
2) Karakteristik pada tiap proses. Karakteristik yang dimaksud dapat berupa
parameter atau kendala. Karakteristik dapat berupa :
a. Urutan,
b. Aliran internal, termasuk tahap daur ulang,
c. Parameter suhu dan waktu.
d. Kondisi antar muka, yaitu perubahan dari satu tahap ke tahap yang lain.
Selain alur proses, perlu juga dibuat skema pabrik untuk menggambarkan aliran
bahan baku dan lalu lintas pekerja selama menghasilkan produk yang sedang dipelajari.
Diagram tersebut harus berisi aliran seluruh bahan baku dan bahan pengemas mulai dari
saat bahan- bahan tersebut diterima, disimpan, disiapkan, diolah, dikemas/digunakan
untuk mengemas, disimpan kembali hingga didistribusikan.
Identifikasi adanya bahaya dapat dilakukan pada setiap tahapan dalam proses.
Tim HACCP harus mampu menganalisis bahaya yang ada. Bahaya yang ada harus
ditiadakan atau dikurangi hingga batas-batas yang dapat diterima, sehingga produksi
pangan tersebut dinyatakan aman. Penentuan adanya bahaya didasarkan pada tiga
pendekatan, yaitu keamanan pangan, sanitasi dan penyimpangan secara ekonomi.
Pendekatan keamanan pangan didasarkan pada karakter fisik, kimia, dan biologis.
Pendekatan sanitasi didasarkan pada adanya mikroba pathogen, bahan pencemar, atau
fasilitas sanitasi. Penyimpanan secara ekonomi didasarkan adanya penipuan atau
penggunaan bahan yang tidak dibenarkan atau tidak sesuai dengan aljur proses. Tindakan
illegal atau penyelewengan yang dapat merugikan konsumen, seperti pemalsuan bahan
4
baku, penggunaan bahan tambahan secara berlebihan, berat tidak sesuai dengan label,
overglazing dan jumlah yang kurang dalam kemasan.
Bahaya adalah segala macam aspek mata rantai produksi pangan yang tidak dapat
diterima karena merupakan penyebab timbulnya masalah keamanan pangan. Bahaya
keamanan pangan tersebut meliputi keberadaan yang tidak dikehendaki dari pencemar
biologis (Gambar 3.19.), kimiawi, atau fisik pada bahan mentah. Bahaya biologis
termasuk bakteri , virus, atau parasite berbahaya, seperti Salmonella, hepatitis A, dan
Tricinella. Demikian pula dengan kandungan senyawa kimia dalam bahan baku pangan,
keberadaan potongan tubuh serangga, rambut, atau filth. Pertumbuhan atau kelangsungan
hidup mikroba dan hasil perubahan kimiawi yang tidak dikehendaki (misal, nitrosamine)
pada produk antara atau jadi, atau pada lingkungan produksi; atau kontaminasi atau
kontaminasi silang (cross contamination) pada produk antara atau jadi, atau pada
lingkungan produksi.
Bahaya A : Bahaya yang dapat menyebabkan produk yang ditujukan untuk kelompok
berisiko menjadi tidak steril. Kelompok berisiko antara lain bayi, lanjut usia, orang sakit
atau orang dengan daya tahan tubuh rendah;
Bahaya C : Proses yang tidak dikuti dengan langkah pengendalian terhadap mikroba
berbahaya;
Bahaya E : Bahaya yang potensial pada penanganan saat distribusi atau penanganan saat
distribusi atau penanganan oleh konsumen sehingga menyebabkan produk menjadi
berbahaya apabila dikonsumsi;
Bahaya F : Bahaya yang timbul karena tidak adanya proses pemanasan akhir setelah
proses pengepakan atau ketika dimasak di rumah.
Berdasarkan tingkat bahaya yang ada, dapat ditentukan tingkat bahaya sebagai
berikut:
Bahaya kimiawi termasuk bahaya yang disebabkan oleh senyawa kimia yang
dapat menyebabkan sakit atau luka karena eksposure dalam waktu tertentu. Beberapa
komponen yang dapat menyebabkan bahaya kimia antara lain pestisida, zat pembersih,
antibiotic, logam berat, dan bahan tambahan makanan, sebagaimana disajikan pada
Gambar 3.20. Bahaya fisik termasuk keberadaan benda asing dalam makanan yang
berbahaya bila termakan, seperti potongan kaca, batu, atau logam (Gambar 3.21.).
Bahaya fisik dapat menimbulkan luka di mulut, gigi patah, tercekik ayaupun perlukaan
pada saluran pencernaan.
Analisis bahaya dilakukan pada setiap tahapan alur proses, misal pembelian,
pengantaran, penyimpanan, penyiapan, pemasakan, pendinginan, dan lain-lain. Apakah
ada Salmonella pada produk ayam (bahaya biologis), apakah ada deterjen (bahaya
kimiawi), atau pecahan gelas (bahaya fisik) dalam makanan. Sebaiknya, kegiatan analisis
bahaya mencakup hal berikut : a) kemungkinan timbulnya bahaya dan pengaruh yang
merugikan terhadap kesehatan; b) evaluasi secara kualitatif dan/atau kuantitatif dari
keberadaan bahaya; c) perkembangbiakan dan daya tahan hidup mikroorganisme-
mikroorganisme tertentu; d) produksi terus-menerus toksin- toksin pangan, unsur-unsur
fisik dan kimiawi; dan e) kondisi- kondisi yang memacu keadaan di atas.
Secara garis besar bahaya utama dalam makanan dibagi menjadi 3 kelompok yaitu:
1. Bahaya biologis
aw 0,995
baik aw 0,997
aw 0,995
aw 0,995
7
air kotor mentah, air, kerang pH 7,0 – 7,5
aw 0,99
aw0,981
aw 0,98 -
> 0,99
Bahaya kimia adalah bahaya yang timbul secara kimiawi yang dapat mengancam
kesehatan dan keselamatan manusia. Kontaminasi zat kimia pada bahan makanan dapat
terjadi melalui bahan-bahan, saat produksi atau selama distribusi/penyimpanan, dan
damaknya pada konsumen bisa berupa jangka panjang (mis., karsinogenik), jangka
pendek (mis., reaksi alergi). Tim HACCP perlu mengkaji ulang setiap zat kimia toksik
yang ada pada bangunan juga mempertimbangkan semua kontaminan potensial dalam
8
bahan mentah dan kemasan. Berikut ini contoh kontaminasi zat kimia (Mortimore &
Wallace, 2004).
3. Bahaya Fisik
Bahaya fisik pada makanan adalah adanya benda yang keberadaannya dalam
makanan dapat mencelakakan konsumen, seperti misalnya dapat melukai mulut, gigi,
saluran pernafasan, saluran pencernaan, atau bahkan yang dapat melukai anggota badan
(tangan) konsumennya (Surono, Sudibyo, & Waspodo, 2016). Bahaya fisik merupakan
zat atau benda asing yang dapat mengontaminasi bahan makanan kapan saja selama
berlangsungnya produksi. Zat asing dapat dipandang sebagai bahaya pada keamanan
makanan jika zat tersebut masuk dalam kategori berikut (Mortimore & Wallace, 2004):
a. Sesuatu yang tajam dan menyebabkan nyeri dan cedera, mis., serpihan kayu,
pecahan gelas.
b. Sesuatu yang dapat menyebabkan kerusakan gigi yang parah, mis., logam, batu.
c. Sesuatu yang dapat menyebabkan tersedak, mis., tulang atau plastik.
Alasan lain untuk mengatasi kontaminasi zat asing adalah bahwa zat itu dapat
bertindak sebagai sarana untuk kontaminasi silang mikrobiologi. Contohnya adalah
keberadaan lalat dalam kue krim yang baru matang. Disini bahaya muncul akibat
perpindahan mikroorganisme patogen dari lalat ke dalam kue, bukan lalat itu sendiri yang
menjadi bahaya (Mortimore & Wallace, 2004).
Mengenai kategori benda berbahaya FSIS (Food Safety and Inspection Service)
FDA 1995 dalam (Surono, Sudibyo, & Waspodo, 2016) membuat kesimpulan bahwa
(Surono, Sudibyo, & Waspodo, 2016):
a. Benda keras dan tajam berukuran < 7 atau > 25 mm berbahaya untuk kelompok
konsumen tertentu.
b. Potongan tulang atau duri dengan ukuran < 1 cm tidak berbahaya
c. Potongan tulang atau duri 1 – 2 cm berisiko rendah
d. Potongan tulang atau duri > 2 cm berpotensi bahaya dan dapat melukai
9
B. Analisis Risiko
Analisa potensi bahaya secara kualitatif dilakukan dengan mengkombinasikan
antara peluang (probability) dan keakutan/keparahan (severity). Bahaya potensial yang
memiliki resiko tinggi harus/wajib dilakukan tindakan koreksi, sedangkan tindakan
pencegahan pada bahaya potensial dengan resiko menengah.
1. Mengidentifikasi bahaya
2. Menentukan kepentingan (signifikansi) bahaya
3. Mengidentifikasi tindakan pencegahan
1. Identifikasi bahaya
Dengan merujuk pada diagram alir proses, tim HACCP mendaftarkan semua bahaya
yang nyata atau potensial yang mungkin diperkirakan layak terjadi pada setiap tahap
proses. Bahaya tersebut meliputi bahaya Biologi atau mikrobiologis, bahaya kimia dan
bahaya fisik.
10
I Produk asam (nilai pH < 4,6) seperti acar, buah-buahan, konsentrat
buah, sari buah dan minuman asam
II Sayuran mentah yang tidak diolah dan tidak dikemas
III Selai, marinade, dan conserves
IV Produk-produk konfeksionari berbasis gula
V Minyak dan lemak makan
Table 1 : Daftar Kategori Risiko Produk Pangan
Tahap ini merupakan tahap penting setelah analisis bahaya. Tindakan pencegahan
didefinisikan sebagai setiap tindakan yang dapat menghambat timbulnya bahaya ke
dalam produk dan mengacu pada prosedur operasi yang diterapkan pada setiap tahap
pengolahan. Oleh karena konsep HACCP bersifat pencegahan, maka dalam mendesain
sistem HACCP tindakan pencegahan harus selalu menjadi perhatian. Berikut beberapa
contoh tindakan pencegahan : • Pemisahan bahan baku dengan produk akhir dalam
penyimpanan • Menggunakan sumber air yang sudah memiliki persyaratan keamanan. •
Kalibrasi timbangan dan alat pengukur suhu. • Menggunakan truk yang dilengkapi
fasilitas pengatur suhu, dll.
12
2. Bangunan dan Desain kontruksi dan tata ruang
fasilitas unit Bangunan luas untuk yang dapat melakukan
usaha pembersihan secara intensif
Tidak terpisah antara ruang bersih dan ruang
kotor
Lantai dan dinding tidak terbuat dari bahan
kedap air, kuat dan mudah dibersihkan, serta
sudut pertemuannya tidak berbentuk lengkung
Tidak ada sarana pencucian tangan dan kaki
dilengkapi sabun dan pengering atau
desinfektan
Tidak ada gudang penyimpanan
13
5 Hygiene ada program persyaratan dan pemeriksaan rutin
karyawan kesehatan karyawan, menjaga kebersihan
badan, mengenakan pakaian kerja dan
perlengkapannya, menutup luka, selalu
mencuci tangan dengan sabun, melatih
kebiasaan karyawan
14
8 Pencatatan ada program pencatatan yang berisi catatan
dan tentang proses pengolahan, termasuk tanggal
dokumentasi produksi dan kadaluarsa, distribusi dan
penarikan produk karena kadaluarsa
ada program dokumen yang baik akan
meningkatkan jaminan mutu keamanan produk
15
D. Contoh tabel penilaian HACCP dalam analisis bahaya
Tim HACCP
Fungsi Jabatan
Nama Bidang
dalam Tim dalam Keahlian
HACCP Perusahaan
Koordinator Tim
Anggota Tim
Anggota Tim
Anggota Tim
Anggota Tim
Jenis Produk
:
……………………………………………………………
………………………………………
Kategori Proses
:
……………………………………………………………
………………………………………
Uraian Produk
Komposisi
Pengemas Primer
Pengemas Sekunder
Kondisi Penyimpanan
Distribusi (Cara dan Kondisi)
Waktu Simpan (Kadaluarsa)
Label (terutama adanya
pernyataan/klaim dan catatan
khusus pada label)
Persiapan oleh Konsumen
(perlu persiapan khusus atau
langsung digunakan)
Standar menurut SNI
Kelompok Konsumen
Pengguna Produk
16
Evaluasi Bahaya Tindakan
Tahap Justifikasi
Jenis Bahaya (Signifikansi Pencegahan
Proses Bahaya
Bahaya)
Severity Risk Sign
Kimia :
Biologi :
Fisik :
Kimia :
Biologi :
Fisik :
Kimia :
Biologi :
Fisik :
Kimia :
Biologi :
Fisik :
Titik kendali kritis (TKK) yaitu suatu langkah dimana pengendalian dapat dilakukan dan
mutlak diterapkan untuk mencegah atau meniadakan bahaya keamanan pangan, atau
menguranginya sampai pada tingkat yang dapat diterima. Setiap titik, tahap atau prosedur
pada suatu sistem produksi makanan yang jika tidak terkendali dapat mengakibatkan resiko
kesehatan yang tidak diinginkan atau setiap titik, tahap atau prosedur yang jika dikendalikan
dengan baik dan benar dapat mencegah, menghilangkan atau mengurangi adanya bahaya.
Identifikasi dan Penentuan Titik Kendali Kritis (CCP) di dalam Proses Produksi Titik
kendali kritis (CCP) didefinisikan sebagai suatu titik lokasi, setiap langkah/tahap dalam
proses, atau prosedur, apabila tidak terkendali (terawasi) dengan baik, kemungkinan dapat
menimbulkan tidak amannya makanan, kerusakan (spoilage), dan resiko kerugian ekonomi.
CCP ini ditentukan setelah diagram alir proses produksi yang sudah teridentifikasi potensi
bahaya pada setiap tahap produksi dengan menjawab pertanyaan ”Apakah
pengawasan/pengendalian kritis dari bahaya (hazard) terjadi pada tahap ini atau yang lain;
apabila pengawasan/pengendalian pada tahap tertentu gagal apakah langsung menghasilkan
17
bahaya yang tak diinginkan, kerusakan dan kerugian secara ekonomi”. Harus diperhatikan
titik kendali (CP) tidaklah sama dengan titik kendali kritis (CCP). Secara sistematis untuk
mengidentifikasi dan mengenali setiap titik kendali kritis (CCP) dapat dilakukan dengan
metode alur keputusan atau CCP Decission Tree seperti terlihat pada Gambar 1.
18
Pohon keputusan memiliki 4 pertanyaan yang disusun secara berurutan dan dirancang
untuk menilai secara obyektif CCP yang ada dan tahapan proses mana yang diperlukan untuk
mengendalikan potensi bahaya yang telah teridentifikasi.
19
Titik pengendalian kritis dapat berupa bahan mentah/baku, lokasi, tahap pengolahan,
praktek atau prosedur kerja, namun harus spesifik, misalnya:
Kriteria yang sering digunakan untuk menentukan batas kritis adalah suhu, waktu,
kelembaban, pH, water activity (aw), keasaman, bahan pengawet, konsentrasi garam,
viskositas, adanya zat klorin, dan parameter sensorik.
Jawaban yang diberikan dapat menentukan cara pengendalian potensi bahaya yang
teridentifikasi, baik pada tahap proses ini maupun pada tahap yang lain dalam industri pangan
tersebut. Upaya pengendalian harus dijelaskan dalam formulir “Potensi Bahaya yang Tidak
Dikendalikan oleh Operator”
Lanjutkan dengan pengamatan pada tahap selanjutnya dari alur proses. Ulangi
pertanyaan Q1 sampai Q4. CCP harus teridentifikasi secara numerik dengan kategori
« B », bahaya Biologis
« C », bahaya Kimia
20
1. Menggunakan pohon keputusan untuk mengidenifikasi CCP dan mencatat hasil
analisisnya
2. Mendaftar CCP pada sebuah dokumen berjudul Rencana HACCP
3. Mengkaji ulang pengendalian potensi bahaya yang telah diidentifikasi
BAB III
21
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bahaya dapat berupa kontaminan biologis, kimiawi, maupun fisik. Bahaya
dapat berasal dari bahan mentah, kemasan, proses, dan penanganan yang berlangsung
dalam rantai makanan atau dari lingkungan. Dalam analisis bahaya tersebut harus
teridentifikasi dan dicatat. Penentuan adanya bahaya didasarkan pada tiga pendekatan
yaitu keamanan pangan, sanitasi, dan penyimpangan secara ekonomi. Analisis bahaya
dilakukan pada setiap tahapan alur proses, misal pembelian, pengantaran,
penyimpanan, penyiapan, pemasakan, pendinginan, dan lain-lain.
Analisa potensi bahaya secara kualitatif dilakukan dengan mengkombinasikan antara
peluang (probability) dan keakutan/keparahan (severity). Bahaya potensial yang
memiliki risiko tinggi wajib dilakukan tindakan koreksi, sedangkan tindakan
pencegahan pada bahaya potensial dengan risiko menengah.
Titik kendali kritis (TKK) yaitu suatu langkah dimana pengendalian dapat dilakukan
dan mutlak diterapkan untuk mencegah atau meniadakan bahaya keamanan pangan,
atau menguranginya sampai pada tingkat yang dapat diterima. CCP ini ditentukan
setelah diagram alir proses produksi yang sudah teridentifikasi potensi bahaya pada
setiap tahapan produksi. Titik pengendalian kritis dapat berupa bahan mentah,
lokasi,tahap pengolahan, praktek atau prosedur kerja. Kriteria yang sering digunakan
untuk menentukan batas kritis adalah suhu, waktu, kelembaban, pH, water activity
(Aw), keasaman, bahan pengawet, konsentrasi garam, viskositas, adanya zat klorin,
dan parameter sensorik.
B. Saran
1. Menerapkan HACCP dan meningkatkan mutu sumber daya manusia
2. Sebaiknya pemilik usaha makanan dapat meinimalkan adanya kontaminasi silang
3. Sebaiknya menjaga sanitasi baik pada makanan ataupun lingkungan
22
DAFTAR PUSTAKA
Hui, Y. H., Cornillon, P., Lim, M. H., Murrell, K. D., & Nip, W.-K. (2004).
Handbook of Frozen Foods. New York: Marcel Dekker, Inc. Koswara, sutrisno. 2009. Haccp
dan penerapannya pada produk bakery Mortimore, S., & Wallace, C. (2004). HACCP Sekilas
Pandang. Jakarta: EGC.
SNI 01-4852-1998 tentang Sistem Analisa Bahaya dan Pengendalian Titik Kritis (HACCP)
serta Pedoman Penerapannya.
Sugiono. (2013). Petunjuk Praktis Penerapan Sistem Jaminan Keamanan Pangan Berbasis
HACCP di Rumah Makan dan Restoran. Jakarta: LIPI.
Surono, I. S., Sudibyo, A., & Waspodo, P. (2016). Pengantar Keamanan Pangan untuk
Industri Pangan. Yogyakarta: Deepublish.
Yusra. 2016. kajian penerapan gmp dan ssop pada pengolahan ikan nila (oreochromis
niloticus) asap di kecamatan tanjung raya kabupaten agam. Universitas bung hatta padang.
Sumatra barat
SNI 01-4852-1998
Sistem Analisa Bahaya dan Pengendalian Titik Kritis (HACCP) serta Pedoman Penerapannya
23