Anda di halaman 1dari 3

LAPORAN BACAAN

OLEH: KELOMPOK 3

Anggota Kelompok
1. Della Finanda (07031281924236)
2. Fazri zulfaramadhan (07031181924026)
3. Putri Triana (07031281924256)

Identitas Buku
Judul : PR in Practice Series: Effective Media Relations.
Penulis : Michael Bland, Alison Theaker, & David Wragg
Penerbit : CIPR (Charted Institute of Public Relations)
Cetakan : Ketiga, 2005
Chapter : Chapter 3: Media Law

Pendahuluan
Buku dalam laporan bacaan ini adalah buku yang berjudul PR in Practice Series: Effective Media
Relations yang ditulis oleh Michael Bland, Alison Theaker, & David Wragg. Buku yang
diterbitkan oleh CIPR pada tahun 2005 ini merupakan cetakan ketiga yang telah diterbitkan.
Bagian yang dibaca oleh kelompok 3 adalah chapter 3, yang membahas mengenai hukum media
atau Media Law. Di chapter 3 ini memuat sub bab yang terdiri dari: Contempt of Court, Libel and
Slander, Codes of Product, Broadcasting codes, dan Time of Change.

Bagian Sub-bab Chapter 3


1. Contempt of Court
Di bagian Sub-bab Contempt of Court ini membahas mengenai hal-hal yang dianggap
sebagai penghinaan terhadap Undang-undang lembaga peradilan (Contempt of Court) yang
dapat dilakukan oleh Media. Media bisa dianggap melakukan penghinaan terhadap aturan
peradilan jika mengomentari acara kerja aktif, menilai pertimbangan, mengkritik dewan
hakim, atau menentang perintah peradilan. Apapun maksud yang disampaikan media, baik
melalui tulisan, lisan, maupun siaran, jika memuat hal-hal tersebut, maka dianggap sebagai
penghinaan terhadap peradilan. Hal-hal yang relevan harus memuat risiko substansial
mengenai prasangka terhadap kasus hukum tertentu.
Akan tetapi dalam Sub-bab ini juga menjelaskan bahwa Undang-undang menyatakan
bahwa publikasi bisa dianggap tidak menghina, jika bagian yang dibahas memuat hal-hal
yang baik. Hal ini berkaitan dengan artikel yang dipublikasi oleh The Sunday Times
mengenai Thalidomide, dimana proses perdata ditunda atas nama beberapa anak yang
dipengaruhi oleh obat-obatan.

2. Libel and Slander


Di media terdapat Kata-kata yang merugikan penilaian seseorang, yaitu, "anggota dari
integritas masyarakat", atau yang merugikan posisi, profesi, atau industri orang tersebut,
adalah fitnah. Pernyataan fitnah tersebut terdiri atas 2 bentuk yaitu, fitnah yang permanen
dan yang tidak permanen, contoh fitnah yang permanen ialah pernyataan fitnah yang
dicetak seperti pada surat kabar, sementara pernyataan fitnah yang tidak permanen
contohnya ialah gossip yang dibicangkan atau ucapan belaka. Setiap masalah adalah
pelanggaran baru, jadi pencemaran nama baik di surat kabar dapat mengarah pada tuntutan
terhadap penulis, editor, percetakan, penerbit, dan distributor. Dalam hal ini, juri harus
memutuskan apakah kata-kata yang digunakan benar-benar mencemarkan nama baik.
Tentu saja, kata-kata memiliki arti yang berbeda bagi orang yang berbeda.

3. Codes of Product
Selain hukum, ada juga berbagai kode etik yang berlaku di media. Kode Etik NUJ
menyatakan bahwa 'Seorang jurnalis memiliki kewajiban untuk menjaga standar
profesional dan etika tertinggi'. Mereka yang berpengalaman dalam menggunakan metode
tabloid mungkin tidak menganggap kode ini berguna. Elemen lain dari kode ini mendesak
jurnalis untuk bekerja keras menghilangkan distorsi dan penindasan berita, memastikan
keakuratan informasi, mengoreksi ketidakakuratan yang berbahaya, dan melindungi
sumber informasi rahasia. Seorang Jurnalis juga dilarang menggunakan informasi rahasia
untuk memutarbalikkan fakta atau mendukung produk komersial apa pun untuk alasan
periklanan. Komite Keluhan Pers (PCC) adalah organisasi yang dibentuk oleh media untuk
mengatur urusannya sendiri. PCC memberikan kesempatan kepada korban untuk
menanggapi pemberitaan dalam konteks media. "Kode Etik" yang direvisi mulai berlaku
pada tanggal 1 Juni 2004, dan masih mencakup area seperti ketidakakuratan, pelecehan
atau pelanggaran privasi. Namun, melihat statistik di situs PCC, hanya satu dari 886
pengaduan yang diajukan pada Oktober 2003 (bulan terakhir statistik dirilis) yang masuk
akal. Kode-kode ini hanya bersifat sukarela, setiap keluhan tentang cakupan yang salah
dapat menyebabkan lebih banyak masalah.

4. Broadcasting Codes
Dalam bagian Broadcasting Codes membahas tentang sebuah kata yang penting dalam
melakukan suatu penyiaran atau ebuah kode pada sebuah siaran yang sedang dilaksanakan.
Kode siaran tersebut memiliki standar yang didirikan pada tanggal 29 Desember 2003 yang
disebut sebagai Komisi Standar Penyiaran. Standar tersebut diambil dari standar Ofcom,
yaitu sebuah peraturan baru dalam bidang Industri telekomunikasi Inggris. Ofcom
mengatur segala industri telekomunikasi seperti televisi, radio, dan nirkabel. Kode
pelaksanaan atau kode siaran mengikuti petunjuk dari BSC yang menangani dan mencegah
perlakuan adil atau tidak adilnya, gambaran kekerasan, dan seks.

5. Time of Change
Yang dimaksud dengan Time Of Change dalam bagian ini menjelaskan tentang waktu
sebuah pers mengalami perubahan atau reformasi. The Campaign for Press and
Broadcasting Freedom memiliki kekhawatiran tentang pembatasan pers. Mereka
mengusulkan kebebasan informasi seperti di Amerika Serikat. Kebebasan Informasi
disetujui oleh Negara pada bulan Novermber tahun 2000, dan diberlakukan sejak 1 januari
2005. Hukum kebebasan informasi disahkan pada mei 2002. Masyarakat bisa meminta
sebuah institusi yang berwenang untuk sebuah informasi, dan permintaan tersebut harus
diproses dalam waktu kurang lebih 20 hari kerja. Undang-undang memberikan 2 pilihan
yang relevan yaitu untuk memberi tahu permohonan dan informasi, serta meminta catatan
informasi secara langsung dari Individu lain

Anda mungkin juga menyukai