PUSKESMAS II JEMBRANA
OLEH
20089142203
TAHUN AKADEMIK
2021/2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh
manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis yang
tentunya bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan. Teori hierarki
kebutuhan dasar manusia yang dikemukakan oleh Abraham Maslow menyatakan
bahwa setiap manusia memiliki lima kebutuhan dasar, yaitu kebutuhan fisiologis
(makan, minum), keamanan, cinta, harga diri dan aktualisasi diri (Hidayat, 2009).
Salah satu kebutuhan fisiologis ini adalah kebutuhan akan cairan dan elektrolit. Bila
tidak terpenuhi akan menyebabkan ketidakseimbangan cairan tubuh bahkan bisa
menyebabkan kematian (Atoilah dan Kusnadi, 2013).
Cairan dan elektrolit merupakan komponen tubuh yang berperan dalam
memelihara fungsi tubuh dan proses homeostasis. Tubuh kita terdiri atas sekitar 60%
air yang tersebar didalam maupun diluar sel. Namun demikian, besarnya kandungan
air tergantung dari usia, jenis kelamin, dan kandungan lemak (Tarwoto dan Wartonah,
2011). Untuk mejaga keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh harus memiliki
jumlah, haluaran air dan distribusi cairan dan elektrolit yang mencukupi, serta
pengaturan komponen-komponen tersebut. Sehingga tubuh mampu untuk
mempertahankan kesehatan dan kelangsungan hidupnya (Ernawati, 2012).
Salah satu penyakit yang sering terjadi dapat mengganggu pemenuhan
kebutuhan cairan dan elektrolit yaitu gastroenteritis. Gastroenteritis secara luas yaitu
menguraikan pasien yang mengalami pertumbuhan diare akut atau muntah. Istilah ini
mengacu pada sistem inflamasi dalam lambung dan usus, meskipun lebih dari satu
kasus tidak senantiasa demikian (Sodikin, 2011). Gastroenteritis merupakan penyebab
pertama tingginya angka kesakitan dan kematian anak di dunia. Menurut World
Health Organisation (WHO) gastroenteritis adalah penyakit terbesar kedua yang
menyebabkan kematian terhadap anak. Sekitar 1,5 juta persoalan gastroenteritis
ditemukan tiap tahunnya di dunia.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
B. Etiologi
1. Faktor infeksi dapat dibagi menjadi dua yaitu :
a. Infeksi internal yang merupakan infeksi pada salura pencernaan sebagai sebab
utama diare yang meliputi :
1) Infeksi bakteri : vibrio, E.colli, salmonella, shigella
2) Infeksi virus : enterovirus, rotavirus, adenovirus
3) Infeksi parasit : cacing ascaris, trichiuris, oxyuris
4) Protozoa : entamoeba histolitik, giordia, lamblia, trichomonas
5) Jamur : candida albicans
b. Infeksi parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain di luar pencernaan, seperti
OMA, tonsilopharingitis, bronkopneumonia, ensephalitis (terutama pada bayi
dan anak di bawah dua tahun)
2. Keracunan makanan
Keracunan makanan didefinisikan sebagai penyakit yang terjadi dalam 24 jam
setelah makan, sebagian besar disebabkan oleh toksin bakteri yang telah
terbentuk di dalam makanan itu sendiri. Bakteri yang paling sering adalah
staphilococcus, clostridium perfringens, bacillus cereus.
3. Faktor malabsorpsi
Intoleransi disakarida ( laktosa, maltosa, sukrosa), monosakarida (glukosa,
galaktosa), malabsorpsi lemak, malabsrpsi protein.
4. Kerusakan struktural
Kerusakan struktural yang luas pada mukosa usus (misalnya enteritis radiasi,
celiak disease, iskemia) menyebabkan gangguan absorpsi cairan, demikian pula
eksudasi ke dalam lumen usus. Ini merupakan mekanisme penyakit inflamasi
usus kronik dan invasi kuman patogen (shigella, salmonela, E. colli) yang
menimbulkan diare.
5. Faktor imunologik
Difesiensi Ig A menyebabkan tubuh tidak mampu mengatasi infeksi dan
investasi parasit dalam usus.
6. Faktor psikologis
Takut dan cemas
C. Manifestasi Klinis
1. Sering buang air besar dengan konsistensi feses cair
2. Badan lemas
3. Dehidrasi : turgor kulit buruk, kulit kering, kadang lidah pecah – pecah
4. Anoreksia, mual, muntah
5. Berat badan turun
6. Perut nyeri dan tegang
7. Peristaltik usus meningkat
8. Anus lecet
9. Takikardi
10. Ketidakseimbangan antara masukan dan keluaran
11. Urine pekat
12. Perilaku tak konsentrasi, mudah tergangggu
13. Demam
Diyono & Mulyanti. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah:
Sistem Pencernaan (Dilengkapi Contoh Studi Kasus dengan Aplikasi
NNN (Nanda, NIC, NOC). Edisis Pertama : Jakarta , Kencana
D. Patofisiologi
E. Pathway
Ditelan (makrofag) sel fagosif Melepas sintokin reaksi inflamasi sistemik Perdarahan
Plaques payeri makrofag hiperaktif hipeerplasi Erosi Pem. darah plaques payeri Perdarahansal
cerna
Kelenjar getah bening masenterika dan nekrosis jaringan Lapisan otot Lapisan serosa usus
perforasi
G. Komplikasi
Kehilangan cairan dan kelainan elektrolit merupakan komplikasi utama,
terutama pada lanjut usia dan anak-anak. Pada diare akut karena kolera,
kehilangan cairan terjadi secara mendadak sehingga cepat terjadi syok
hipovolemik. Kehilangan elektrolit melalui feses dapat mengarah terjadinya
hipokalemia dan
asidosis metabolic. Pada kasus-kasus yang terlambat mendapat pertolongan
medis, syok hipovolemik sudah tidak dapat diatasi lagi, dapat timbul nekrosis
tubular akut ginjal dan selanjutnya terjadi gagal multi organ. Komplikasi ini dapat
juga terjadi bila penanganan pemberian cairan tidak adekuat, sehingga rehidrasi
optimal tidak
tercapai.
Haemolityc Uremic Syndrome (HUS) adalah komplikasi terutama oleh
EHEC. Pasien HUS menderita gagal ginjal, anemia hemolisis, dan trombositopeni
12-14 hari setelah diare. Risiko HUS meningkat setelah infeksi EHEC dengan
15 penggunaan obat anti-diare, tetapi hubungannya dengan penggunaan antibiotik
masih kontroversial. Sindrom Guillain – Barre, suatu polineuropati demielinisasi
akut, merupakan komplikasi potensial lain, khususnya setelah infeksi C. jejuni;
20-40% pasien Guillain – Barre menderita infeksi C. jejuni beberapa minggu
sebelumnya.
Pasien menderita kelemahan motorik dan mungkin memerlukan ventilasi
mekanis. Mekanisme penyebab sindrom Guillain – Barre belum diketahui.2
Artritis pascainfeksi dapat terjadi beberapa minggu setelah penyakit diare karena
Campylobacter, Shigella, Salmonella, atau Yersinia spp.
H. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan
Penatalaksanaan diare akut karena infeksi pada orang dewasa terdiri atas: rehidrasi
1. Terapi Rehidrasi
Langkah pertama dalam menterapi diare adalah dengan rehidrasi, dimana lebih
penghitungan secara kasar dengan perhitungan berat badan normal pasien dan
berat badan saat pasien diare) harus ditangani pertama. Selanjutnya, tangani
diperhatikan agar dapat memberikan rehidrasi yang cepat dan akurat, yaitu:
a. Jenis cairan
Pada saat ini cairan Ringer Laktat merupakan cairan pilihan karena tersedia
satu ampul Na bikarbonat 7,5% 50 ml pada setiap satu liter infus NaCl
isotonik. Asidosis akan dapat diatasi dalam 1-4 jam. Pada keadaan diare
akut awal yang ringan, tersedia dipasaran cairan/bubuk oralit, yang dapat
diminum sebagai usaha awal agar tidak terjadi dehidrasi dengan berbagai
Pada prinsipnya jumlah cairan yang hendak diberikan sesuai dengan jumlah
c. Jalur Pemberian Cairan 12 Rute pemberian cairan pada orang dewasa terbatas
pada oral dan intravena. Untuk pemberian per oral diberikan larutan oralit
bikarbonat dan 1,5g KCI setiap liternya. Cairan per oral juga digunakan untuk
2. Fisiologi
a. Cairan
Cairan tubuh terdiri atas dua kompertemen utama yang dipisahkan oleh
membrane semipermeable. Kedua kompertemen tersebut adalah
intraseluler dan ekstraseluler.Sekitar 65% cairan tubuh berada dalam sel,
atau intraseluler.Sisanya 35% cairan tubuh berada diluar sel, atau
ekstraseluler. Komparemen ekstraseluler selanjutnya dibagi menjadi tiga
subdivisi:
1) Interstisial : cairan antara sel dan disekitar pembuluh darah (25%).
2) Intravascular : cairan didalam pembuluh darah; juga disebut plasma
darah (8%).
3) Transeluler: air mata dan juga cairan spinal, synovial, peritoneal,
pericardial,dan pleural (25%).
b. Elektrolit Elektrolit adalah mineral bermuatan listrik yang ditemukan
didalam dan diluar sel tubuh. Mineral tersebut dimasukkan dalam cairan
dan makanan dan dikeluarkan utamanya melalui ginjal. Elektrolit juga
dikeluarkan melalui hati, kulit, dan paru-paru dalam jumlah lebih sedikit.
Kadar elektrolit dalam tubuh diatur melalui penyerapan dan pengeluaran
untuk menjaga level yang diharapkan untuk fungsi tubuh optimal. Dalam
hal kalsium, hormone paratiroid dan kasitonin disekresikan untuk
menstimulasi penyimpanan atau pengeluaran kalsium dari tulang untuk
mengatur level dalam darah. Elektrolit lain diserap dari makanan dalam
jumlah sedikit atau banyak atau disimpan atau disekresikan oleh ginjal
atau lambung dalam jumlah sedikit atau banyak yang diperlukan untuk
mengurangi atau menaikkan level elektrolit ke level yang diperlukan
untuk fungsi tubuh optimal. Agar mekanisme umpan balik menjadi
efektif, organ atau system yang bertanggung jawab untuk penyerapan dan
ekskresi (gastrointestinal) atau penyerapan kembali dan ekresi (renal)
harus berfungsi dengan baik.
c. Diet
Pada saat tubuh kekurangan nutrisi, tubuh akan memecah cadangan energy,
proses ini akan menimbulkan pergerakan cairan dari intersisial ke
intraseluler.
d. Stress.
Stress dapat menimbulkan peningkatan metabolism sel, konsentrasi darah
dan glikolisis otot, mekanisme ini dapat menimbulkan retensi sodium dan
air. Proses ini dapat menimbulkan retensi sodium dan air.
e. Sakit
Keadaan pembedahan, trauma jaringan, kelainan ginjal, dan jantung,
gangguan hormone akan mengganggu keseimbangan cairan (Tarwoto dan
Wartonah, 2011)
4. Jenis gangguan
a. Ketidakseimbangan cairan
1) Hipovolemia
Hipovolume adalah kondisi ketidakseimbangan yang ditandai dengan
defisiensi cairan dan elektrolit diruang ekstraseluler, tetapi proporsi
antara keduanya (cairandan elektrolit) mendekati normal. Hipovolume
dikenal juga dengan sebutan dehidrasi atau deficit volume cairan (fluid
volume deficit atau FVD). Pada saat tubuh kekurangan cairan dan
elektrolit, tekanan osmotic mengalami perubahan sehingga cairan
interstisial dapat masuk ke ruang intravaskuler. Hal ini menyebabkan
ruang interstisial kosong dan cairan intrasel masuk kedalamnya.
Hipovolume dapat disebabkan oleh banyak faktor, misalnya kekurangan
asupan cairan dan kelebihan asupan zat terlarut (misalnya protein dan
klorida atau natrium).kelebihan asupan zat terlarut dapat menyebabkan
eksresi atau pengeluaran urine secara berlebih serta pengeluaran keringat
yang banyak dalam waktu yang lama. Dehidrasi dapat terjadi pada
pasien yang mengalami gangguan pada hipotalamus, kelenjar gondok,
dan ginjal.Selain itu dehidrasi juga dapat terjadi pada pasien yang
mengalami diare dan muntah secara terus menerus. Secara umum,
dehidrasi dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
a) Dehidrasi isotonic, yaitu jumlah cairan yang hilang sebanding dengan
jumlah isotonic yang hilang.
b) Dehidrasi hipertonik, yaitu jumlah cairan yang hilang lebih besar
daripada jumlah elektrolit yang hilang.
c) Dehidrasi hipotonik, yaitu jumlah cairan yang hilang lebih sedikit
daripada jumlah elektrolit yang hilang. Kehilangan cairan ekstrasel
secara berlebihan dapat menyebabkan penurunan volume ekstrasel
(hipovolume) dan perubahan hematokrit.
Berdasarkan derajat keparahan, dehidrasi dapat dibagi menjadi:
a) Dehidrasi ringan
Pada dehidrasi ringan, tubuh kehilangan cairan sebesar 5% dari berat
badan sekitar 1,5-2 liter. Kehilangan cairan yang berlebihan dapat
berlangsung melalui kulit, saluran pencernaan, saluran kemih, paru,
atau pembuluh darah.
b) Dehidrasi sedang Pada dehidrasi sedang, tubuh kehilangan cairan
sebesar 5-10% dari berat badan atau sekitar 2-4 liter.Natrium serum
dalam tubuh mencapai 152-158 mEq/L. salah satu cirri fisik dari
penderita dehidrasi sedang adalah mata cekung.
c) Dehidrasi berat Pada dehidrasi berat, tubuh kehilangan cairan sebesar
4-6 liter atau lebih dari 10% dari berat badan. Natrium serum
mencapai 159-166 mEq/L. Penderita dehidrasi berat dapat mengalami
hipotensi, oliguria, turgor kulit buruk, serta peningkatan laju
pernapasan.(Lyndon Saputra, 2013).
2). Hipervolemia
Hipervolume adalah kondisi ketidakseimbangan yang ditandai dengan
kelebihan (retensi) cairan dan natrium diruang ekstraseluler.
Hipervolume dikenal juga dengan sebutan overhidrasi atau deficit
volume cairan (fluid volume acces atau FVE). Kelebihan cairan
didalam tubuh dapat menimbulkan dua manifestasi, yaitu peningkatan
volume darah dan edema.
Edema dapat dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu edema perifer atau
edema pitting, edema nonpitting, dan edema anasrka.Edema pitting
adalah edema yang muncul didaerah perifer. Penekanan daerah edema,
akan membentuk cekungan yang tidak langsung hilang ketika tekanan
dilepaskan. Hal ini disebabkan oleh perpindahan cairan kejaringan
melalui titik tekan.Edema pitting tidak menunjukkan kelebihan cairan
yang menyeluruh. Edema nonpitting tidak menunjukkan kelebiahan
cairan ekstrasel karena umumnya disebabkan oleh infeksi dan trauma
yang menyebakan pengumpulan serta pembekuan cairan dipermukaan
jaringan. Kelebihan cairan vaskuler meningkatkan tekanan hidrostatik
cairan dan akan menekan cairan ke permukaan interstisial.
Edema anasarka adalah edema yang terdapat diseluruh tubuh.Pada
edema anasarka, tekanan hidrostatik meningkat sangat tajam sehingga
menekan sejumlah cairan hingga ke membrane kapiler paru.
Akibatnya,terjadilah edema paru dengan manifestasi berupa
penumpukan sputum, dispnea, batuk, dan terdengar suara napas ronki
basah. Kelebihan cairan ekstrasel memiliki manifestasi sebagai berikut:
a) Edema perifer atau edema pitting
b) Asites
c) Kelopak mata bengkak
d) Suara napas ronki basah
e) Penambahan berat badan yng tidak normal (Lyndon Saputra, 2013).
b. Ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa
1) Hiponatremia (< 136 mEq/L)
Hiponatremi adalah keadaan kekurangan kadar natrium dalam
cairan ekstrasel yang menyebabkan perubahan tekanan osmotic.
Pada kondisi ini, kadar natrium serum < 136 mEq/L dan berat jenis
urin < 1,010.
Penurunan kadar natrium menyebabkan cairan berpindah dari ruang
ekstrasel ke cairan intrasel sehingga menjadi bengkak. Tanda dan
gejala hiponatremia meliputi rasa haus berlebihan, denyut nadi
cepat, hipotensi postural, konvulsi, membrane mukosa kering,
cemas, postural dizziness, mual, muntah, dan diare. Hiponatremia
umumnya disebabkan oleh kehilangan cairan tubuh secara
berlebihan, misalnya ketika terjadi diare atau muntah terus menerus
dalam jangka waktu lama.
2) Hipernatremia (>146 mEq/L)
Hipernatremia adalah kelebihan kadar natrium dalam cairan
ekstrasel yang menyebabkan peningkatan tekanan osmotic ekstrsel.
Pada kondisi ini, kadar natrium serum >144 mEq/L dan berat jenis
urine > 11,30. Peningkatan kadar natrium menyebabkan cairan
intrasel bergerak keluar sel. Tanda dan gejala hipernatremia meliputi
kulit dan mukosa bibir kering, turgor kulit buruk, permukaan kulit
membengkak, oliguria atau anuria, konvulsi, suhu tubuh tinggi, dan
lidah kering serta kemerahan. Hipernatremia bisa disebabkan oleh
asupan natrium yang berlebihan,kerusakan sensasi haus, diare,
disfagia, poliuria karna diabetes insipidus, dan kehilangan cairan n
berlebihan dari paru-paru.
3) Hipokalemia (< 3,5 mEq/L)
Pada pemeriksaan EKG terdapat gelombang T datar depresi segmen
ST. hipokalemia ditandai dengan kelemahan, keletihan, dan
penurunan kemampuan otot. Selain itu kondisi ini juga ditandai
denga distensi usus, penurunan bising usus, denyut jantung (aritmia)
tidak beraturan, penurunan tekanan darah, tidak napsu makan, dan
muntah-muntah.
4) Hiperkalemia(>5,0 mEq/L)
Hiperkalemia adalah keadaan kelebihan kadar kalium dalam cairan
ekstrasel. Pada konsdisi ini, nilai kalium serum > 5 mEq/L. pada
pemeriksaan EKG terdapat gelombang T memuncak, QRS melebar,
dan PR memanjang. Tanda dan gejala hiperkalemia meliputi rasa
cemas, iritabilitas, hipotensi, parastesia, mual, hiperaktivitas system
pencernaan, kelemahan, dan aritmia. Hiperkalemia ini berbahaya
karena dapat menghambat transmisi impuls jantung dan dapat
menyebabkan serangan jantung. Hiperkalemia dapat terjadi pada
pasien luka bakar, penyakit ginjal, dan asidosis metabolic. Ketika
terjadi hiperkalemia, salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk
menormalkan kadar kalium adalah dengan pemberian insulin karena
insulin dapat membantu mkalium masuk kedalam sel.
5) Hipokalsemia( 10 mg/Dl atau 5,5 mEq/L)
Hiperkalsemia adalah kondisi kelebihan kadar kalsium pada cairan
ekstrasel. Pada kondisi ini, kadar kalsium serum > 5,8 mEq/L serta
terjadi peningkatan BUN akibat kekurangan cairan. Hiperkalsemia
ditandai dengan penurunan kemampuan otot, mual, muntah,
anoreksia, kelemahan dan letargi, nyeri pada tulang, dan serangan
jantung. Kondisi ini dapat terjadi pada pasien yang mengalami
pengangkatan kelenjar gondok dan mengkonsumsi vitamin D secara
berlebihan.
6) Hipomagnesemia (2,5 mEq/L)
Hipermagnesia adalah kelebihan kadar magnesium dalam darah.
Pada kondisi ini, nilai kadar magnesium serum ≥ 3,4 mEq/L.
hipermagnesia ditandai dengan depresi pernapasan, aritmia jantung,
dan depresi reflex tendon profunda.
7) Hipokloremia (≥95 mEq/L)
Hipokloremia adalah kondisi kekurangan ion klorida dalam serum.
Pada kondisi ini, nilai ion klorida ≥ 95 mEq/L. Hipokloremia
ditandai dengan gejal yang menyerupai alkalosis metabolic yaitu,
kelemahan, apatis, gangguan mental, pusing, dank ram. Kondisi ini
dapat terjadi karena tubuh kehilangan sekresi gastrointestinal secara
berlebihan, misalnya karena muntah, diare, dieresis, atau pengisapan
nasogastrik.
8) Hiperkloremia (> 105 mEq/L)
Hiperkloremia adalah kondisi kelebihan ion klorida dalam
serum.Pada kondisi ini, nilai ion klorida > 105 mEq/L.
hiperkloremia sering dikaitkan dengan hipernatremia, terutama pada
kasus dehidrasi dan masalah ginjal. Hiperkloremia menyebabkan
penurunan bikarbonat sehingga menyebabkan ketidakseimbanagn
asam basa. Jika berlangsung lama, kondisi ini akan menyebabkan
kelemahan, letrgi, dan pernapasan kusmaul.
9) Hipofosfatemia(< 2,8 mg/dl)
Hiposfatemia antara lain ditandai dengan anoreksia, parastesia,
kelemahan otot, dan pusing. Kondisi ini dapat terjadi karena
pengosumsian alcohol secara berlebihan, malnutrisi, hipertiroidisme,
dan ketoasidosis diabetes.
10) Hiperfosfatemia(>4,5 mg/Dl)
Hiperfosfatemia adalah kondisi peningkatan kadar ion fosfat
didalam serum. Pada kondisi ini, nilai ion fosfat > 4,4 mg/dl atau >
3,0 mEq/L. Hiperfosfatemia antara lain ditandai dengan peningkatan
eksitabilitas system saraf pusat, spasme otot, konvulsi dan tetani,
peningkatan gerakan usus, ganggua kardiovaskuler, dan
osteoporosis. Kondisi ini dapat terjadi pada kasus gagal ginjal atau
pada saat kadar parathormon menurun.
11) Asidosis respiratorik
Asidosis respiratorik merupakan gangguan keseimbangan asam basa
yang ditandai dengan penurunan pH akibat retensi CO2, oleh karena
jumlah CO2 yang keluar melalui paru berkurang, terjadi
peningkatan H2CO3 yang akhirnya menyebabkan peningkatan
[H+ ].Hal ini menyebabkan pH meurun. Penurunan pH pada
asidosis respiratorik dapat disebabkan antara lain oleh penyakit
obstruksi paru (misalnya asma dan enfisema), perdarahan, trauma
kepala, dan tindakan menahan napas. Asidosis respiratorik memiliki
tanda-tanda klinis sebagai berikut:
a) Gangguan pernapasan yang menyebabkan hipoventilasi
b) Terdapat tanda-tanda depresi susunan saraf pusat, gangguan
kesadaran, dan disorientasi.
c) pH plasma 45 mmHg)
Ginjal melakukan kompensasi dengan cara :
meningkatkan pengeluaran hydrogen
mempertahankan kadar bikarbonat
12) Acidosis metabolic
Asidosis metabolic merupakan gangguan keseimbangan asam basa
yang ditandai dengan penurunan pH yang bukan disebabkan oleh
kelebihan CO2 dalam cairan tubuh. Kondisi ini ditandai dengan
penurunan HCO3- plasma, sedangkan kadar CO2 normal. Penurunan
HCO3- ini dapat disebabkan oleh pengeluaran cairan kaya HCO3-
secara berlebihan atau oleh penimbunan asam nonkarbonat. Asidosis
metabolic dapat disebabkan oleh penurunan bikarbonat (misalnya
karena diare) dan peningkatan asam karbonat (misalnya karena
gangguan fungsi ginjal). Gejala asidosis metabolic antara lain:
a) pH plasma < 22 mEq/L.
b) PCO2 normal atau rendah jika sudah terjadi kompensasi
c) Pernapasan kusmaul ( pernapasan cepat dan dalam )
d) Kelelahan (malaise)
e) Disorientasi
Tubuh melakukan kompensasi dengan cara :
Ginjal menahan bikarbonat dan mengeluarkan hydrogen
Paru meningkatkan pengeluaran CO2 dengan cara bernapas cepat
dan dalam.
13) Alkalosis respiratorik
Alkalosis respiratorik merupakan gangguan keseimbangan asam basa
yang ditandai dengan kenaikan pH karena pengeluaran CO2 berlebih
akibat hiperventilasi.Hiperventilasi dapat disebabkan oleh kondisi
demam, kecemasan, emboli paru, dan keracunan aspirin. Gejala klinis
alkalosis respiratorik antara lain:
a) pH > 7,45
b) Penglihatan kabur
c) Baal dan kesemutan pada ujung jari tangan dan kaki
d) Kemampuan konsentrasi terganggu
e) Tetani, kejang, dan aritmia jantung (pada kasus yang gawat)
Ginjal melakukan kompensasi dengan cara meningkatkan eksresi
bikarbonat dan menahan hydrogen. p. Alkalosis metabolic (pH>7.45,
HCO3 ->28 mEq/L, BE >2 mEq/L) Alkalosis metabolic adalah
keadaan penurunan jumlah ion hydrogen dalam plasma yang
disebabkan oleh defisiensi relative asam-asam non bikarbonat.Pada
kondisi ini, peningkatan HCO3- tidak diimbangi dengan peningktan
CO2. Gejala klinis alkalosis metabolic antara lain:
a) Nilai bikarbonat plasma > 26 mEq/L dan pH> 7,45
b) Apatis
c) Ganggun mental, misalnya letargi, bingung, dan gelisah
d) Lemah
e) Kram
f) Pusing
Tubuh melakukan kompensasi dengan cara :
Ginjal menahan ion hydrogen dan mengekskresikan lebih banyak
HCO3- .
Napas menjadi lambat dan dangkal.
J. Pengkajian keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas pasien terkait nama, jenis kelamin, umur, agama, status
perkawinan, pekerjaan, pendidikan terakhir, alama, no. CM, diagnosa medis
b. Penanggung jawab terkait : nama, umur, pendidikan, pekerjaan, alamat
2. Riwayat Keperawatan
a. Riwayat Kesehatan Pasien
Riwayat Penyakkit Sekarang
1) Keluhan utama :
2) Kronologi penyakit saat ini :
Demam thypoid pada anak biasanya lebih ringan daripada orang dewasa.
Masa tunas 10-20 hari, yang tersingkat 4 hari jika infeksi terjadi melalui
makanan, sedangkan jika melalui minuman yang terlama 30 hari. Selama
masa inkubasi mungkin ditemukan gejala prodromal, perasaan tidak
enak badan, lesu, nyeri, nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat.
c. Pengkajian Biologis
1) Rasa Aman dan Nyaman
a) Apakah ada rasa nyeri ? PQRST
Nyeri dapat terjadi akibat bakterimia yang menyebabkan peradangan
sehingga penyerapan nutrisi tidak optimal
b) Apakah mengganggu aktifitas?
Klien mengalami penurunan nafsu makan sehingga lemas yang
berdampak mengganggu aktifitas
c) Apakah yang dilakukan untuk mengurangi nyeri?
Diit lunak dapat menurukan kerja usus,mempercepat penyerapan
nuttrisi sehingga mampu mengurangi nyeri
d) Apakah ada riwayat pembedahan?
Riwayat pembedahan dapat memperberat kondisi pasien dalam proses
penyembuhan
2) Aktifitas Istirahat - Tidur
a) Aktifitas
Apakah klien selalu berolahraga ?
Olahraga mampu menjaga kesehatan dan melancarkan sirkulasi darah,
klien yang rajin berolahraga memiliki tubuh yang bugar.
Apakah ada gangguan aktifitas?
Peningkatan metabolisme tubuh akibat bakterimia menyebabkan klien
demam, penurunan nafsu makan sehingga mempengaruhi aktifitas
klien
Bagaimana aktifitas klien saat sakit sekarag ini?
Thypoid dimana demam naik turun dan penurunan nafsu makan
menyebabkan klien lemas, pusing sehingga nggan beraktifitas
b) Istirahat
Kapan dan berapa lama klien beristirahat?
Kondisi demam fluktuatif menyebabkan gangguan dalam beristrihat
Apa saja kegiatan untuk mengisi waktu luang?
Klien yang mengalami demam, pusing dan penurunan nafsu makan
lebih dianjurkan untuk mengurangi aktifitas dan beristirahat di tempat
tidur.
Bagaimana istirahat klien saat sakit sekarang?
Klien dengan thypoid mengalami kelelahan, lemas, dan pusing
c) Tidur
Bagaimana pola tidur klien ?
Demam thypoid dimana suhu bandan fluktuatif mempengaruhi pola
tidur klien, klien merasa tidak nyaman.
Apakah kondisi saat ini mengganggu klien?
Kondisi demam yang fluktuatif dan tidak nafsu makan dapat
mempengarhi tidur klien
Pernahkah mengalami gangguan tidur? Jenisnya apa?
Insomnia dapat terjadi pada klien thypoid akibat demam yang
fluktuatif, kelelahan dan nyeri.
Apa hal yang ditimbulkan akibat gangguan tersebut?
Kelelahan, mual, muntah dan nyeri dapat menganggu kualitas tidur
pasien
3) Cairan
a) Berapa banyak klien minum perhari?
Klien dengan keluhan mual muntah cenderug enggan untuk minum
b) Apakah terbiasa minum alkohol?
Alkohol dapat mempengaruhi proses penyembuhan
c) Bagaimana pola pemenuhan cairan perhari?
Pemenuhan cairan sesuai berat badan sangat penting
d) Adakah program pembatasan cairan?
Klien dengan thypoid tidak ada pembatasan cairan
4) Nutrisi
a) Apa yang bisa dimakan klien tiap hari?
Konsep diri
Bagaimana klien memandang dirinya?
Klien thypoid dengan gangguan pemenuhan nutrisi dimana
klien cenderung lemas, kepala pusing dianjurkan imobilisasi
5-7 hari sehingga merasa diri tak berdaya.
b) Hubungan sosial :
Keluarga sangat berperan penting dalam proses penyembhan klien.
c) Spiritual
Klien thypoid dengan gangguan pemenuhan nutrisi dimana
klien cenderung lemas, kepala pusing cenderung pasrah.
d. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum :
Keadaan fisik : apatis, lesu, lemah
Tanda-tanda vital : hipertermi, hipotensi
Berat badan : obesitas, kurus (underweight).
Abdomen
Inspeksi : bentuk simetris, tidak ada lesi,
Auskultasi: bising usus 5-30x/menit
Perkusi : : timpani
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak teraba massa, dan tidak ada
pembesaran hepar.
Genetalia, anus, rektum
Inspeksi : tak tampak kelainan pada genetalia, tak tampak adanya
hemoroid
Palpasi : tak teraba hemoroid
Ekstremitas :
Bawah : Otot: flaksia/lemah, tonus kurang, tenderness, tidak mampu
bekerja.
Atas : Otot: flaksia/lemah, tonus kurang, tenderness, tidak mampu
bekerja.
K. Diagnosa keperawatan
N. Evaluasi
Evaluasi terhadap masalah kebutuhan nutrisi secara umum dapat dinilai dari
adanya kemampuan dalam:
a. Meningkatkan nafsu makan ditunjukkan dengan adanya kemampuan dalam
makan serta adanya perubahan nafsu makan apabila terjadi kurang dari
kebutuhan.
b. Terpenuhinya kebutuhan nutrisi ditunjukkan dengan tidak adanya tanda
kekurangan atau kelebihan berat badan.
c. Mempertahankan nutrisi melalui oral atau parenteral ditunjukkan dengan
adanya proses pencernaan makan yang adekuat.
d. Menyatakan pemahaman kebutuhan nutrisi.
DAFTAR PUSTAKA
Tarwoto & Wartonah, 2011. Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses Keperawatan. Jakarta:
SalembaMedika.
Muttaqin, Arif. 2011. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Perkemihan.
Atoilah, Elang Mohamad & Engkus, Kusnadi. 2013. Askep Pada Klien Dengan Gangguan
Brunner and Suddarth. 2013. Keperawatan Medikal Bedah ed. 12. Jakarta : EGC
Angraini, Fany & Putri, Arcellia, Farosyah. 2016. Pemantauan Intake Output Cairan Pada
Kee, Joyce L, et.al. (2008). Farmakologi : Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta: EGC
Morton, P.G, dkk. (2014). Keperawatan Kritis Pendekatan Asuhan Holistik Volume 1. Jakarta :
EGC
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI
DI RUANG RAWAT INAP PUSKESMAS II JEMBRANA
TANGGAL 10 - 12 MEI 2021
A. PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan pada tanggal 10 mei 2021 pada pukul 08.00 WITA di
Puskesmas 2 Jembrana. Data diperoleh dari pasien, keluarga pasien, dan catatan
medik No. CM 210404XX yang dilakukan dengan metode wawancara, observasi, dan
pemeriksaan fisik.
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. A
Umur : 40 tahun
Agama : Hindu
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status : Menikah
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Petani
Suku Bangsa : Bali
Alamat : Yeh Kuning
Tanggal Masuk : 09 Mei 2021
Tanggal Pengkajian : 09 Mei 2021
No. Register : 210404XX
Diagnosa Medis : Thypoid
Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. M
Umur : 32 tahun
Hub. Dengan Pasien: Istri
Pekerjaan : Petani
Alamat : Yeh Kuning
2. Riwayat Keperawatan
a. Riwayat Kesehatan Pasien
Riwayat Penyakkit Sekarang
1) Keluhan utama
Pasien mengatakan tidak nafsu makan, mual, muntah, badaan lemas.
2) Kronologi penyakit saat ini
Pasien mengatakan sejak 3 hari lalumengalami demam sore hari, tidak
nafsu makan, mual, muntah, dan lemas.
3) Pengaruh penyakit terhadap pasien
Pasien mengatakan lemas, kepala pusing
4) Harapan pasien dari pelayanan kesehatan
Pasien mengatakan ke Puskesmas untuk berobat agar segera bisa sembuh
5) Penyakit masa anak-anak
Pasien mengatakan jarang sakit
6) Alergi
Pasien mengatakan tidak ada alergi makanan atau obat
7) Pengalaman sakit/ dirawat sebelumnya
Pasien mengatakan sebelumnya tidak pernah rawat inap
8) Pengobatan terakhir
Pasien mengatakan 3 hari yang lalu berobat ke bidan.
1). Genogram :
Keterangan :
= Laki-laki
= Perempuan
= Menikah
= Tinggal serumah
= Pasien
c. Pengkajian Biologis
1). Rasa Aman dan Nyaman
a) Apakah ada rasa nyeri ? PQRST
Pasien mengatakan nyeri tanpa sebab, seperti ditusuk- tusuk, tiba – tiba
di perut bagian bawah, skala 4 (0-10), waktunya gak menentu.
b) Apakah mengganggu aktifitas?
Pasien mengatakan iya mengganggu aktifitas
c) Apakah yang dilakukan untuk mengurangi nyeri?
Pasien mengatakan mium obat dari bidan
d) Apakah cara yang dilakukan untuk mengurangi nyeri efektif?
Pasien mengatakan tidak, nyeri masih terasa
e) Apakah ada riwayat pembedahan?
Pasien mengatakan tidak ada
a). Aktifitas
9) SEX
a) Apakah ada kesulitan dalam hubungan seksual?
Pasien mengatakan ia
b) Apakah penyakit sekarang mempengaruhi/ mengganggu fungsi
seksual?
Pasien mengatakan ia
c) Berapa jumlah anak?
Pasien mengatakan 1 orang
10) Pengkajian psikososial dan spiritual
a) Psikologi
Status emosi
Pasien mengatakan bosan dalam kondisi sakit tidak mampu
bekerja
Konsep diri
Pasien mengatakan ingin cepat pulih agar bisa beraktifitas dan
bekerja seperti biasa
b) Hubungan sosial :
Pasien mengatakan sangat dekat dengan istri dan saudara kandung.
c) Spiritual
b. Pemeriksaan radiologi
Tidak dilakukan pemeriksaan radiologi
c. Pemeriksaan penunjang diagnostic lain
Tidak dilakukan
(6)Terapi
Omeprazol 2 x 40 mg (intravena)
Ranitidine 3 x 30 mg (intravena)
Paracetamol 3 x 500 mg (oral)
Chloramphenicol 4 x 500 mg(oral)
Infus RL 20 tpm
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. ANALISA DATA
MASALAH
DATA ETIOLOGI
KOLABORATIF/
KEPERAWATAN
DS : Bakterimia Resiko
pasien mengatakan tidak nafsu Anoreksia, mual ketidakseimbangan
makan, bibir kering, lidah muntah nutrisi kurang dari
kotor, mual, muntah, makan asupan makanan kebutuhan tubuh
hanya habis 1/3 porsi tiap kali menurun
makan, berat badan turun 1 kg.
DO : konjungtiva anemis gangguan nutrisi
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
TANGGAL/JA
DIAGNOSA TANGGAL
NO M TTD
KEPERAWATAN TERATASI
DITEMUKAN
1 10/05/2021 Resiko ketidakseimbangan 12/05/2021
Pukul 09.00 nutrisi kurang dari
WITA kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake
inadekuat ditandai dengan
pasien mengatakan tidak
nafsu makan, bibir kering,
lidah kotor, mual, muntah,
makan hanya habis 1/3
porsi tiap kali makan, berat
badan turun 1 kg,
konjungtiva tampak
anemis.
Monitor nutrisi
Monitor nutrisi a. Memantau peningkatan dan penurunan status gizi pasien
a. Timbang berat badan
pasien, pengukuran
antropometrik b. Memantau adanya penurunan status gizi.
b. Monitor turgor kulit c. Membantu memilih alternatif pemenuhan nutrisi yang adekuat.
c. Monitor adanya mual
muntah intake dan
output serta tentukan
pola makan d. Penurunan berlebihan/cepat dapat mengakibatkan kelemahan dan
d. Diskusikan tambahan mudah terangsang dan akhirnya mengakibatkan kegagalan dalam
tujuan nyata untuk mencapai tujuan untuk penurunan berat badan.
penurunan berat badan
mingguan.