Anda di halaman 1dari 55

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN


DAN ELEKTROLIT DI RUANG RAWAT INAP

PUSKESMAS II JEMBRANA

OLEH

NI KOMANG NUR ADI PRIMARINI

20089142203

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

TAHUN AKADEMIK

2021/2022

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh
manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis yang
tentunya bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan. Teori hierarki
kebutuhan dasar manusia yang dikemukakan oleh Abraham Maslow menyatakan
bahwa setiap manusia memiliki lima kebutuhan dasar, yaitu kebutuhan fisiologis
(makan, minum), keamanan, cinta, harga diri dan aktualisasi diri (Hidayat, 2009).
Salah satu kebutuhan fisiologis ini adalah kebutuhan akan cairan dan elektrolit. Bila
tidak terpenuhi akan menyebabkan ketidakseimbangan cairan tubuh bahkan bisa
menyebabkan kematian (Atoilah dan Kusnadi, 2013).
Cairan dan elektrolit merupakan komponen tubuh yang berperan dalam
memelihara fungsi tubuh dan proses homeostasis. Tubuh kita terdiri atas sekitar 60%
air yang tersebar didalam maupun diluar sel. Namun demikian, besarnya kandungan
air tergantung dari usia, jenis kelamin, dan kandungan lemak (Tarwoto dan Wartonah,
2011). Untuk mejaga keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh harus memiliki
jumlah, haluaran air dan distribusi cairan dan elektrolit yang mencukupi, serta
pengaturan komponen-komponen tersebut. Sehingga tubuh mampu untuk
mempertahankan kesehatan dan kelangsungan hidupnya (Ernawati, 2012).
Salah satu penyakit yang sering terjadi dapat mengganggu pemenuhan
kebutuhan cairan dan elektrolit yaitu gastroenteritis. Gastroenteritis secara luas yaitu
menguraikan pasien yang mengalami pertumbuhan diare akut atau muntah. Istilah ini
mengacu pada sistem inflamasi dalam lambung dan usus, meskipun lebih dari satu
kasus tidak senantiasa demikian (Sodikin, 2011). Gastroenteritis merupakan penyebab
pertama tingginya angka kesakitan dan kematian anak di dunia. Menurut World
Health Organisation (WHO) gastroenteritis adalah penyakit terbesar kedua yang
menyebabkan kematian terhadap anak. Sekitar 1,5 juta persoalan gastroenteritis
ditemukan tiap tahunnya di dunia.

B. Tujuan Umum dan Tujuan Khusus


1 Tujuan umum.
Mendeskripsikan asuhan keperawatan gangguan cairan dan elektrolit pada pasien
gastroenteritis di Puskesmas II Jembrana.
2. Tujuan Khusus.
a. Mendeskripsikan hasil pengkajian asuhan keperawatan gangguan cairan dan
elektrolit pada pasien gastroenteritis di Puskesmas II Jembrana
b. Mendeskripsikan rumusan diagnosa asuhan keperawatan gangguan cairan dan
elektrolit pada pasien gastroenteritis di Puskesmas II Jembrana
c. Mendeskripsikan rencana asuhan keperawatan gangguan cairan dan elektrolit
pada pasien gastroenteritis di Puskesmas II Jembrana
d. Mendeskripsikan tindakan asuhan keperawatan gangguan cairan dan elektrolit
pada pasien gastroenteritis di Puskesmas II Jembrana
e. Mendeskripsikan evaluasi hasil asuhan keperawatan gangguan cairan dan
elektrolit pada gastroenteritis di Puskesmas II Jembrana

BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi

Gastroenteritis secara luas yaitu menguraikan pasien yang mengalami


pertumbuhan diare akut atau muntah. Istilah ini mengacu pada sistem inflamasi
dalam lambung dan usus, meskipun lebih dari satu kasus tidak senantiasa
demikian (Sodikin, 2011).

Gastroenteritis adalah kondisi dimana terjadi frekuensi defekasi yang tidak


biasa (lebih dari tiga kali sehari), juga perubahan dalam jumlah dan konsisten /
feses dalam bentuk cair. Defekasi cair lebih dari tiga kali sehari dengan / tanpa
darah dan atau lendir dalam tinja.

Gastroenteritis adalah suatu keadaan dimana terdapat inflamasi pada bagian


mukosa dari saluran gastrointestinal ditandai dengan diare dan muntah.

B. Etiologi
1. Faktor infeksi dapat dibagi menjadi dua yaitu :
a. Infeksi internal yang merupakan infeksi pada salura pencernaan sebagai sebab
utama diare yang meliputi :
1) Infeksi bakteri : vibrio, E.colli, salmonella, shigella
2) Infeksi virus : enterovirus, rotavirus, adenovirus
3) Infeksi parasit : cacing ascaris, trichiuris, oxyuris
4) Protozoa : entamoeba histolitik, giordia, lamblia, trichomonas
5) Jamur : candida albicans
b. Infeksi parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain di luar pencernaan, seperti
OMA, tonsilopharingitis, bronkopneumonia, ensephalitis (terutama pada bayi
dan anak di bawah dua tahun)
2. Keracunan makanan
Keracunan makanan didefinisikan sebagai penyakit yang terjadi dalam 24 jam
setelah makan, sebagian besar disebabkan oleh toksin bakteri yang telah
terbentuk di dalam makanan itu sendiri. Bakteri yang paling sering adalah
staphilococcus, clostridium perfringens, bacillus cereus.
3. Faktor malabsorpsi
Intoleransi disakarida ( laktosa, maltosa, sukrosa), monosakarida (glukosa,
galaktosa), malabsorpsi lemak, malabsrpsi protein.
4. Kerusakan struktural
Kerusakan struktural yang luas pada mukosa usus (misalnya enteritis radiasi,
celiak disease, iskemia) menyebabkan gangguan absorpsi cairan, demikian pula
eksudasi ke dalam lumen usus. Ini merupakan mekanisme penyakit inflamasi
usus kronik dan invasi kuman patogen (shigella, salmonela, E. colli) yang
menimbulkan diare.
5. Faktor imunologik
Difesiensi Ig A menyebabkan tubuh tidak mampu mengatasi infeksi dan
investasi parasit dalam usus.
6. Faktor psikologis
Takut dan cemas

C. Manifestasi Klinis
1. Sering buang air besar dengan konsistensi feses cair
2. Badan lemas
3. Dehidrasi : turgor kulit buruk, kulit kering, kadang lidah pecah – pecah
4. Anoreksia, mual, muntah
5. Berat badan turun
6. Perut nyeri dan tegang
7. Peristaltik usus meningkat
8. Anus lecet
9. Takikardi
10. Ketidakseimbangan antara masukan dan keluaran
11. Urine pekat
12. Perilaku tak konsentrasi, mudah tergangggu
13. Demam
Diyono & Mulyanti. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah:
Sistem Pencernaan (Dilengkapi Contoh Studi Kasus dengan Aplikasi
NNN (Nanda, NIC, NOC). Edisis Pertama : Jakarta , Kencana
D. Patofisiologi
E. Pathway

Bakteri Salmonella thypi & Salmonella paratypi

Berkembang biak di usus


Imunitas humoral (Imunoglobulin A) Makanan dan minuman
Gangguan rasa
kurang baik Dimusnahkan oleh asam lambung
nyaman
Menembus sel epitel Berkembang biak di lamina propia Gejala nyeri dan demam Mati

Ditelan (makrofag) sel fagosif Melepas sintokin reaksi inflamasi sistemik Perdarahan

Plaques payeri makrofag hiperaktif hipeerplasi Erosi Pem. darah plaques payeri Perdarahansal
cerna

Kelenjar getah bening masenterika dan nekrosis jaringan Lapisan otot Lapisan serosa usus
perforasi

Sirkulasi darah Bakteremia II Symtomatik


Nyeri akut
Bakterimia asymtomatik Metabolisme meningkat Anoreksia, mual, muntah

Organ retikuloendotelial hati & limpa Nyeri otot, lemah


Hipertermi Ketidakseimbangan
Berkembang biak di luar sel nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh Gangguan aktifitas
fisik
Splenomegali Hepatomegai
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Riwayat alergi pada obat – obatan atau makanan
2. Pemeriksaan feses makroskopis dan mikroskopis, pH dan kadar gula jika
diduga ada intoleransi gula, biakan kuman untuk mencari kuman penyebab dan
uji resistensi terhadap berbagai antibiotika (pada diare persisten)
3. Pemeriksaan darah : darah perifer lengkap, analisa gas darah dan elektrolit
4. Pemeriksaann kadar ureum dan kreatinin darah untuk mengetahhui faal ginjal
5. Intubasi duodenal untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantatif dan
kualitatif terutama pada diare kronik.

G. Komplikasi
Kehilangan cairan dan kelainan elektrolit merupakan komplikasi utama,
terutama pada lanjut usia dan anak-anak. Pada diare akut karena kolera,
kehilangan cairan terjadi secara mendadak sehingga cepat terjadi syok
hipovolemik. Kehilangan elektrolit melalui feses dapat mengarah terjadinya
hipokalemia dan
asidosis metabolic. Pada kasus-kasus yang terlambat mendapat pertolongan
medis, syok hipovolemik sudah tidak dapat diatasi lagi, dapat timbul nekrosis
tubular akut ginjal dan selanjutnya terjadi gagal multi organ. Komplikasi ini dapat
juga terjadi bila penanganan pemberian cairan tidak adekuat, sehingga rehidrasi
optimal tidak
tercapai.
Haemolityc Uremic Syndrome (HUS) adalah komplikasi terutama oleh
EHEC. Pasien HUS menderita gagal ginjal, anemia hemolisis, dan trombositopeni
12-14 hari setelah diare. Risiko HUS meningkat setelah infeksi EHEC dengan
15 penggunaan obat anti-diare, tetapi hubungannya dengan penggunaan antibiotik
masih kontroversial. Sindrom Guillain – Barre, suatu polineuropati demielinisasi
akut, merupakan komplikasi potensial lain, khususnya setelah infeksi C. jejuni;
20-40% pasien Guillain – Barre menderita infeksi C. jejuni beberapa minggu
sebelumnya.
Pasien menderita kelemahan motorik dan mungkin memerlukan ventilasi
mekanis. Mekanisme penyebab sindrom Guillain – Barre belum diketahui.2
Artritis pascainfeksi dapat terjadi beberapa minggu setelah penyakit diare karena
Campylobacter, Shigella, Salmonella, atau Yersinia spp.
H. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan

Penatalaksanaan diare akut karena infeksi pada orang dewasa terdiri atas: rehidrasi

sebagai prioritas utama pengobatan, memberikan terapi simptomatik, dan

memberikan terapi definitif.

1. Terapi Rehidrasi

Langkah pertama dalam menterapi diare adalah dengan rehidrasi, dimana lebih

disarankan dengan rehidrasi oral. Akumulasi kehilangan cairan (dengan

penghitungan secara kasar dengan perhitungan berat badan normal pasien dan

berat badan saat pasien diare) harus ditangani pertama. Selanjutnya, tangani

kehilangan cairan dan cairan untuk pemeliharaan. Hal yang penting

diperhatikan agar dapat memberikan rehidrasi yang cepat dan akurat, yaitu:

a. Jenis cairan

Pada saat ini cairan Ringer Laktat merupakan cairan pilihan karena tersedia

cukup banyak di pasaran, meskipun jumlah kaliumnya lebih rendah bila

dibandingkan dengan kadar Kalium cairan tinja. Apabila tidak tersedia

cairan ini, boleh diberikan cairan NaCl isotonik. Sebaiknya ditambahkan

satu ampul Na bikarbonat 7,5% 50 ml pada setiap satu liter infus NaCl

isotonik. Asidosis akan dapat diatasi dalam 1-4 jam. Pada keadaan diare

akut awal yang ringan, tersedia dipasaran cairan/bubuk oralit, yang dapat

diminum sebagai usaha awal agar tidak terjadi dehidrasi dengan berbagai

akibatnya. Rehidrasi oral (oralit) harus mengandung garam dan glukosa

yang dikombinasikan dengan air.


b. Jumlah Cairan

Pada prinsipnya jumlah cairan yang hendak diberikan sesuai dengan jumlah

cairan yang keluar dari badan.

c. Jalur Pemberian Cairan 12 Rute pemberian cairan pada orang dewasa terbatas

pada oral dan intravena. Untuk pemberian per oral diberikan larutan oralit

yang komposisinya berkisar antara 29g glukosa, 3,5g NaCl, 2,5g Na

bikarbonat dan 1,5g KCI setiap liternya. Cairan per oral juga digunakan untuk

memperlahankan hidrasi setelah rehidrasi inisial.

I. Basic Promoting Physiology of Health


1. Pengertian
Cairan termasuk dalam kebutuhan dasar manusia secara fisiologis
karena memiliki proporsi besar dalam tubuh. Hampir 90% dari total berat
badan berbentuk cairan. Air di dalam tubuh tersimpan dalam dua
kompertemen utama, yaitu CIS dan CES.
a. Cairan Intraseluler (CIS)
CIS merupakan cairan yang terdapat dalam sel tubuh dan berfungsi
sebagai media tempat aktivitas kima sel berlangsung. Cairan ini menyusun
sekitar 70% dari total cairan tubuh (total body water TBW) dewasa, CIS
menyusun sekitar 40% berat tubuh atau 2/3 TBW.
b. Cairan Ekstraseluler (CES)
CES merupakan cairan yang terdapat diluar sel dan menyusun 30% dari
TWB atau sekitar 20% dari berat tubuh. CES terdiri atas cairan
intravasikuler, cairan interstisial, dan cairan transeluler. Cairan
intravasikuler atau plasma menyusun 5% dari total berat badan, sedangkan
cairan interstisial menyusun 10%-15% total berat badan. Didalam cairan
tubuh terdapat elektrolit.Elektrolit tersebut tersusun atas ion elektrolit
yang dapat menghantarkan arus listrik. Ion yang bermuatan positif disebut
kation, contohnya natrium (Na+), kalium (K+), Kalsium (Ca2+), dan
magnesium (Mg2+). Ion yang bermuatan negative disebut anion,
contohnya klorida (Cl-), sulfat (SO42-), fosfat (PO43-), dan bikarbonat
(HCO3).
Untuk mempertahankan keseimbanagan kimia, keseimbangan elektrolit,
dan Ph yang normal, tubuh melakukan mekanisme pertukaran dua arah
antara CIS dan CES.Kation dan anion berperan dalam pertukaran ini
(Lyndon Saputra, 2013).

2. Fisiologi
a. Cairan
Cairan tubuh terdiri atas dua kompertemen utama yang dipisahkan oleh
membrane semipermeable. Kedua kompertemen tersebut adalah
intraseluler dan ekstraseluler.Sekitar 65% cairan tubuh berada dalam sel,
atau intraseluler.Sisanya 35% cairan tubuh berada diluar sel, atau
ekstraseluler. Komparemen ekstraseluler selanjutnya dibagi menjadi tiga
subdivisi:
1) Interstisial : cairan antara sel dan disekitar pembuluh darah (25%).
2) Intravascular : cairan didalam pembuluh darah; juga disebut plasma
darah (8%).
3) Transeluler: air mata dan juga cairan spinal, synovial, peritoneal,
pericardial,dan pleural (25%).
b. Elektrolit Elektrolit adalah mineral bermuatan listrik yang ditemukan
didalam dan diluar sel tubuh. Mineral tersebut dimasukkan dalam cairan
dan makanan dan dikeluarkan utamanya melalui ginjal. Elektrolit juga
dikeluarkan melalui hati, kulit, dan paru-paru dalam jumlah lebih sedikit.
Kadar elektrolit dalam tubuh diatur melalui penyerapan dan pengeluaran
untuk menjaga level yang diharapkan untuk fungsi tubuh optimal. Dalam
hal kalsium, hormone paratiroid dan kasitonin disekresikan untuk
menstimulasi penyimpanan atau pengeluaran kalsium dari tulang untuk
mengatur level dalam darah. Elektrolit lain diserap dari makanan dalam
jumlah sedikit atau banyak atau disimpan atau disekresikan oleh ginjal
atau lambung dalam jumlah sedikit atau banyak yang diperlukan untuk
mengurangi atau menaikkan level elektrolit ke level yang diperlukan
untuk fungsi tubuh optimal. Agar mekanisme umpan balik menjadi
efektif, organ atau system yang bertanggung jawab untuk penyerapan dan
ekskresi (gastrointestinal) atau penyerapan kembali dan ekresi (renal)
harus berfungsi dengan baik.

c. Keseimbangan asam basa Penyangga kimia, system pernapasan, dan


system renal merupakan mekanisme kunci untuk mengatur
keseimbanagan asam basa dalam tubuh manusia. Penyangga adalah
senyawa yang mengatur pH tubuh dengan menerima atau melepaskan ion
H+.Salah satu penyangga terpenting dalam tubuh manusia adalah
bikarbonat.
1) Karbondioksida (CO2) dilepaskan dari jaringan tubuh dan diterima
oleh sel darah merah (SDM).
2) CO2 dalam sel darah merah, dikombinasikan dengan air dan dibawah
pengaruh karbon anhidrasi (suatu enzim) dengan segera dikonversi
menjadi asam karbon
3) Asam karbon berionisasi atau memisah menjadi bikarbonat (HCO3- )
dan H+.
4) Bikarbonat meninggalkan sel darah merah dan beredar dalam plasma
menuju paru-paru.
5) Ion H+ bebas yang tertinggal dalam sel darah merah dengan cepat
berinteraksi dengan oksihemoglobin dalam sel dan menyebabkan
pelepasan oksigen (O2) dari sel darah merah kedalam jaringan untuk
respirasi sel (Bennita, 2013).
Hal sebaliknya terjadi di paru-paru:
1) O2 berdifusi dari paru-paru kedalam sel darah merah, dimana
selanjutnya dikonversi menjadi oksihemoglobin.
2) Hal ini memicu pergantian bikarbonat kembali ke sel darah merah.
3) Setelah berada dalam sel darah merah, bikarbonat bergabung dengan
H+ bebas (dari hasil formasi oksihemoglobin) untuk membentuk asam
karbon.
4) Dibawah pengaruh karbon anhidrasi, asam karbon memisah menjadi air
dan CO2.
5) CO2 berdifusi keluar dari sel darah merah kedalam paru-paru, dimana
ia akan dikeluarkan dari tubuh selama ekshalasi (Bennita, 2013).
System penyangga memfasilitasi keseimbangan asam basa, pengeluaran
karbon dioksida dari tubuh, dan transportasi oksigen keberbagai jaringan
tubuh untuk digunakan dalam respirasi seluler. Peran paru-paru dalam
mejaga keseimbangan asam basa dalam keadaan normal telah
disekripsikan sebelumnya. Jika terdapat kelebihan asam dalam tubuh
(asidosis), paru-paru menyumbang dengan menyebabkan pernapasan
dalam dan cepat untuk mengeluarkan kelebihan itu. Hal sebaliknya terjadi
ketika terjadi kelebihan jumlah basa dalam tubuh (alkalosis) (Bennita,
2013).
Ginjal mengontrol keseimbanagn asam basa dengan mengeksresi atau
menahan H+ dan HCO3- dari tubuh untuk melawan asidosis atau
alkalosis.Ginjal merespon asidosis dengan meningkatkan pengeluaran H+
dari tubuh melalui eksesi urin dan dengan menahan HCO3-.Bikarbonat
yang disimpan oleh ginjal disirkulasikan dalam darah dan tersedia untuk
menetralkan ion H+ bebas yang beredar dalam darah.Dalam kasus
alkalosis, hal sebaliknya terjadi.Ion hydrogen ditahan, dan bikarbonat
dikeluarkan melalui urin. Pengaturan renal dari pH merupakan proses
yang lambat, namun hasilnya adalah perbaikan ketidakseimbangan asam
basa yang efesien jangka panjang dan, tidak sepert system pernapasan dan
memulihkan pH secara total ke kisaran normal (Bennita, 2013).
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi
Menjaga keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam-basa mempengaruhi
proses metabolism dalam tubuh. Ketidakseimbangan akan mempercepat
proses, memperlambat, menghambat penggunaan sari-sari makanan dengan
benar, mempengaruhi kadar oksigen dalam tubuh, atau menyebabkan tubuh
kita menyimpan limbah beracun (Bennita, 2013).
a. Usia
Usia seseorang mempengaruhi fungsi organ. Kemampuan organ (missal
jantung, ginjal, paru-paru) untuk mengelola keseimbangan cairan, elektrolit
dan asam basa secara efisien juga terpengaruh. Dikarenakan usia
merupakan faktor pengaruh yang tidak terkontrol, sehingga menjadikannya
semakin penting untuk mengatur faktor terkontrol yang telah disebutkan
sebelumnya untuk individu yang sangat muda dan sangat tua.
b. Temperature lingkungan
Panas yang berlebihan menyebabkan keringat.Seseorang dapat kehilangan
NaCl melalui keringat sebanyak 15-30 gram/hari.

c. Diet
Pada saat tubuh kekurangan nutrisi, tubuh akan memecah cadangan energy,
proses ini akan menimbulkan pergerakan cairan dari intersisial ke
intraseluler.
d. Stress.
Stress dapat menimbulkan peningkatan metabolism sel, konsentrasi darah
dan glikolisis otot, mekanisme ini dapat menimbulkan retensi sodium dan
air. Proses ini dapat menimbulkan retensi sodium dan air.
e. Sakit
Keadaan pembedahan, trauma jaringan, kelainan ginjal, dan jantung,
gangguan hormone akan mengganggu keseimbangan cairan (Tarwoto dan
Wartonah, 2011)
4. Jenis gangguan
a. Ketidakseimbangan cairan
1) Hipovolemia
Hipovolume adalah kondisi ketidakseimbangan yang ditandai dengan
defisiensi cairan dan elektrolit diruang ekstraseluler, tetapi proporsi
antara keduanya (cairandan elektrolit) mendekati normal. Hipovolume
dikenal juga dengan sebutan dehidrasi atau deficit volume cairan (fluid
volume deficit atau FVD). Pada saat tubuh kekurangan cairan dan
elektrolit, tekanan osmotic mengalami perubahan sehingga cairan
interstisial dapat masuk ke ruang intravaskuler. Hal ini menyebabkan
ruang interstisial kosong dan cairan intrasel masuk kedalamnya.
Hipovolume dapat disebabkan oleh banyak faktor, misalnya kekurangan
asupan cairan dan kelebihan asupan zat terlarut (misalnya protein dan
klorida atau natrium).kelebihan asupan zat terlarut dapat menyebabkan
eksresi atau pengeluaran urine secara berlebih serta pengeluaran keringat
yang banyak dalam waktu yang lama. Dehidrasi dapat terjadi pada
pasien yang mengalami gangguan pada hipotalamus, kelenjar gondok,
dan ginjal.Selain itu dehidrasi juga dapat terjadi pada pasien yang
mengalami diare dan muntah secara terus menerus. Secara umum,
dehidrasi dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
a) Dehidrasi isotonic, yaitu jumlah cairan yang hilang sebanding dengan
jumlah isotonic yang hilang.
b) Dehidrasi hipertonik, yaitu jumlah cairan yang hilang lebih besar
daripada jumlah elektrolit yang hilang.
c) Dehidrasi hipotonik, yaitu jumlah cairan yang hilang lebih sedikit
daripada jumlah elektrolit yang hilang. Kehilangan cairan ekstrasel
secara berlebihan dapat menyebabkan penurunan volume ekstrasel
(hipovolume) dan perubahan hematokrit.
Berdasarkan derajat keparahan, dehidrasi dapat dibagi menjadi:
a) Dehidrasi ringan
Pada dehidrasi ringan, tubuh kehilangan cairan sebesar 5% dari berat
badan sekitar 1,5-2 liter. Kehilangan cairan yang berlebihan dapat
berlangsung melalui kulit, saluran pencernaan, saluran kemih, paru,
atau pembuluh darah.
b) Dehidrasi sedang Pada dehidrasi sedang, tubuh kehilangan cairan
sebesar 5-10% dari berat badan atau sekitar 2-4 liter.Natrium serum
dalam tubuh mencapai 152-158 mEq/L. salah satu cirri fisik dari
penderita dehidrasi sedang adalah mata cekung.
c) Dehidrasi berat Pada dehidrasi berat, tubuh kehilangan cairan sebesar
4-6 liter atau lebih dari 10% dari berat badan. Natrium serum
mencapai 159-166 mEq/L. Penderita dehidrasi berat dapat mengalami
hipotensi, oliguria, turgor kulit buruk, serta peningkatan laju
pernapasan.(Lyndon Saputra, 2013).
2). Hipervolemia
Hipervolume adalah kondisi ketidakseimbangan yang ditandai dengan
kelebihan (retensi) cairan dan natrium diruang ekstraseluler.
Hipervolume dikenal juga dengan sebutan overhidrasi atau deficit
volume cairan (fluid volume acces atau FVE). Kelebihan cairan
didalam tubuh dapat menimbulkan dua manifestasi, yaitu peningkatan
volume darah dan edema.
Edema dapat dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu edema perifer atau
edema pitting, edema nonpitting, dan edema anasrka.Edema pitting
adalah edema yang muncul didaerah perifer. Penekanan daerah edema,
akan membentuk cekungan yang tidak langsung hilang ketika tekanan
dilepaskan. Hal ini disebabkan oleh perpindahan cairan kejaringan
melalui titik tekan.Edema pitting tidak menunjukkan kelebihan cairan
yang menyeluruh. Edema nonpitting tidak menunjukkan kelebiahan
cairan ekstrasel karena umumnya disebabkan oleh infeksi dan trauma
yang menyebakan pengumpulan serta pembekuan cairan dipermukaan
jaringan. Kelebihan cairan vaskuler meningkatkan tekanan hidrostatik
cairan dan akan menekan cairan ke permukaan interstisial.
Edema anasarka adalah edema yang terdapat diseluruh tubuh.Pada
edema anasarka, tekanan hidrostatik meningkat sangat tajam sehingga
menekan sejumlah cairan hingga ke membrane kapiler paru.
Akibatnya,terjadilah edema paru dengan manifestasi berupa
penumpukan sputum, dispnea, batuk, dan terdengar suara napas ronki
basah. Kelebihan cairan ekstrasel memiliki manifestasi sebagai berikut:
a) Edema perifer atau edema pitting
b) Asites
c) Kelopak mata bengkak
d) Suara napas ronki basah
e) Penambahan berat badan yng tidak normal (Lyndon Saputra, 2013).
b. Ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa
1) Hiponatremia (< 136 mEq/L)
Hiponatremi adalah keadaan kekurangan kadar natrium dalam
cairan ekstrasel yang menyebabkan perubahan tekanan osmotic.
Pada kondisi ini, kadar natrium serum < 136 mEq/L dan berat jenis
urin < 1,010.
Penurunan kadar natrium menyebabkan cairan berpindah dari ruang
ekstrasel ke cairan intrasel sehingga menjadi bengkak. Tanda dan
gejala hiponatremia meliputi rasa haus berlebihan, denyut nadi
cepat, hipotensi postural, konvulsi, membrane mukosa kering,
cemas, postural dizziness, mual, muntah, dan diare. Hiponatremia
umumnya disebabkan oleh kehilangan cairan tubuh secara
berlebihan, misalnya ketika terjadi diare atau muntah terus menerus
dalam jangka waktu lama.
2) Hipernatremia (>146 mEq/L)
Hipernatremia adalah kelebihan kadar natrium dalam cairan
ekstrasel yang menyebabkan peningkatan tekanan osmotic ekstrsel.
Pada kondisi ini, kadar natrium serum >144 mEq/L dan berat jenis
urine > 11,30. Peningkatan kadar natrium menyebabkan cairan
intrasel bergerak keluar sel. Tanda dan gejala hipernatremia meliputi
kulit dan mukosa bibir kering, turgor kulit buruk, permukaan kulit
membengkak, oliguria atau anuria, konvulsi, suhu tubuh tinggi, dan
lidah kering serta kemerahan. Hipernatremia bisa disebabkan oleh
asupan natrium yang berlebihan,kerusakan sensasi haus, diare,
disfagia, poliuria karna diabetes insipidus, dan kehilangan cairan n
berlebihan dari paru-paru.
3) Hipokalemia (< 3,5 mEq/L)
Pada pemeriksaan EKG terdapat gelombang T datar depresi segmen
ST. hipokalemia ditandai dengan kelemahan, keletihan, dan
penurunan kemampuan otot. Selain itu kondisi ini juga ditandai
denga distensi usus, penurunan bising usus, denyut jantung (aritmia)
tidak beraturan, penurunan tekanan darah, tidak napsu makan, dan
muntah-muntah.
4) Hiperkalemia(>5,0 mEq/L)
Hiperkalemia adalah keadaan kelebihan kadar kalium dalam cairan
ekstrasel. Pada konsdisi ini, nilai kalium serum > 5 mEq/L. pada
pemeriksaan EKG terdapat gelombang T memuncak, QRS melebar,
dan PR memanjang. Tanda dan gejala hiperkalemia meliputi rasa
cemas, iritabilitas, hipotensi, parastesia, mual, hiperaktivitas system
pencernaan, kelemahan, dan aritmia. Hiperkalemia ini berbahaya
karena dapat menghambat transmisi impuls jantung dan dapat
menyebabkan serangan jantung. Hiperkalemia dapat terjadi pada
pasien luka bakar, penyakit ginjal, dan asidosis metabolic. Ketika
terjadi hiperkalemia, salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk
menormalkan kadar kalium adalah dengan pemberian insulin karena
insulin dapat membantu mkalium masuk kedalam sel.
5) Hipokalsemia( 10 mg/Dl atau 5,5 mEq/L)
Hiperkalsemia adalah kondisi kelebihan kadar kalsium pada cairan
ekstrasel. Pada kondisi ini, kadar kalsium serum > 5,8 mEq/L serta
terjadi peningkatan BUN akibat kekurangan cairan. Hiperkalsemia
ditandai dengan penurunan kemampuan otot, mual, muntah,
anoreksia, kelemahan dan letargi, nyeri pada tulang, dan serangan
jantung. Kondisi ini dapat terjadi pada pasien yang mengalami
pengangkatan kelenjar gondok dan mengkonsumsi vitamin D secara
berlebihan.
6) Hipomagnesemia (2,5 mEq/L)
Hipermagnesia adalah kelebihan kadar magnesium dalam darah.
Pada kondisi ini, nilai kadar magnesium serum ≥ 3,4 mEq/L.
hipermagnesia ditandai dengan depresi pernapasan, aritmia jantung,
dan depresi reflex tendon profunda.
7) Hipokloremia (≥95 mEq/L)
Hipokloremia adalah kondisi kekurangan ion klorida dalam serum.
Pada kondisi ini, nilai ion klorida ≥ 95 mEq/L. Hipokloremia
ditandai dengan gejal yang menyerupai alkalosis metabolic yaitu,
kelemahan, apatis, gangguan mental, pusing, dank ram. Kondisi ini
dapat terjadi karena tubuh kehilangan sekresi gastrointestinal secara
berlebihan, misalnya karena muntah, diare, dieresis, atau pengisapan
nasogastrik.
8) Hiperkloremia (> 105 mEq/L)
Hiperkloremia adalah kondisi kelebihan ion klorida dalam
serum.Pada kondisi ini, nilai ion klorida > 105 mEq/L.
hiperkloremia sering dikaitkan dengan hipernatremia, terutama pada
kasus dehidrasi dan masalah ginjal. Hiperkloremia menyebabkan
penurunan bikarbonat sehingga menyebabkan ketidakseimbanagn
asam basa. Jika berlangsung lama, kondisi ini akan menyebabkan
kelemahan, letrgi, dan pernapasan kusmaul.
9) Hipofosfatemia(< 2,8 mg/dl)
Hiposfatemia antara lain ditandai dengan anoreksia, parastesia,
kelemahan otot, dan pusing. Kondisi ini dapat terjadi karena
pengosumsian alcohol secara berlebihan, malnutrisi, hipertiroidisme,
dan ketoasidosis diabetes.
10) Hiperfosfatemia(>4,5 mg/Dl)
Hiperfosfatemia adalah kondisi peningkatan kadar ion fosfat
didalam serum. Pada kondisi ini, nilai ion fosfat > 4,4 mg/dl atau >
3,0 mEq/L. Hiperfosfatemia antara lain ditandai dengan peningkatan
eksitabilitas system saraf pusat, spasme otot, konvulsi dan tetani,
peningkatan gerakan usus, ganggua kardiovaskuler, dan
osteoporosis. Kondisi ini dapat terjadi pada kasus gagal ginjal atau
pada saat kadar parathormon menurun.
11) Asidosis respiratorik
Asidosis respiratorik merupakan gangguan keseimbangan asam basa
yang ditandai dengan penurunan pH akibat retensi CO2, oleh karena
jumlah CO2 yang keluar melalui paru berkurang, terjadi
peningkatan H2CO3 yang akhirnya menyebabkan peningkatan
[H+ ].Hal ini menyebabkan pH meurun. Penurunan pH pada
asidosis respiratorik dapat disebabkan antara lain oleh penyakit
obstruksi paru (misalnya asma dan enfisema), perdarahan, trauma
kepala, dan tindakan menahan napas. Asidosis respiratorik memiliki
tanda-tanda klinis sebagai berikut:
a) Gangguan pernapasan yang menyebabkan hipoventilasi
b) Terdapat tanda-tanda depresi susunan saraf pusat, gangguan
kesadaran, dan disorientasi.
c) pH plasma 45 mmHg)
Ginjal melakukan kompensasi dengan cara :
 meningkatkan pengeluaran hydrogen
 mempertahankan kadar bikarbonat
12) Acidosis metabolic
Asidosis metabolic merupakan gangguan keseimbangan asam basa
yang ditandai dengan penurunan pH yang bukan disebabkan oleh
kelebihan CO2 dalam cairan tubuh. Kondisi ini ditandai dengan
penurunan HCO3- plasma, sedangkan kadar CO2 normal. Penurunan
HCO3- ini dapat disebabkan oleh pengeluaran cairan kaya HCO3-
secara berlebihan atau oleh penimbunan asam nonkarbonat. Asidosis
metabolic dapat disebabkan oleh penurunan bikarbonat (misalnya
karena diare) dan peningkatan asam karbonat (misalnya karena
gangguan fungsi ginjal). Gejala asidosis metabolic antara lain:
a) pH plasma < 22 mEq/L.
b) PCO2 normal atau rendah jika sudah terjadi kompensasi
c) Pernapasan kusmaul ( pernapasan cepat dan dalam )
d) Kelelahan (malaise)
e) Disorientasi
Tubuh melakukan kompensasi dengan cara :
 Ginjal menahan bikarbonat dan mengeluarkan hydrogen
 Paru meningkatkan pengeluaran CO2 dengan cara bernapas cepat
dan dalam.
13) Alkalosis respiratorik
Alkalosis respiratorik merupakan gangguan keseimbangan asam basa
yang ditandai dengan kenaikan pH karena pengeluaran CO2 berlebih
akibat hiperventilasi.Hiperventilasi dapat disebabkan oleh kondisi
demam, kecemasan, emboli paru, dan keracunan aspirin. Gejala klinis
alkalosis respiratorik antara lain:
a) pH > 7,45
b) Penglihatan kabur
c) Baal dan kesemutan pada ujung jari tangan dan kaki
d) Kemampuan konsentrasi terganggu
e) Tetani, kejang, dan aritmia jantung (pada kasus yang gawat)
Ginjal melakukan kompensasi dengan cara meningkatkan eksresi
bikarbonat dan menahan hydrogen. p. Alkalosis metabolic (pH>7.45,
HCO3 ->28 mEq/L, BE >2 mEq/L) Alkalosis metabolic adalah
keadaan penurunan jumlah ion hydrogen dalam plasma yang
disebabkan oleh defisiensi relative asam-asam non bikarbonat.Pada
kondisi ini, peningkatan HCO3- tidak diimbangi dengan peningktan
CO2. Gejala klinis alkalosis metabolic antara lain:
a) Nilai bikarbonat plasma > 26 mEq/L dan pH> 7,45
b) Apatis
c) Ganggun mental, misalnya letargi, bingung, dan gelisah
d) Lemah
e) Kram
f) Pusing
Tubuh melakukan kompensasi dengan cara :
 Ginjal menahan ion hydrogen dan mengekskresikan lebih banyak
HCO3- .
 Napas menjadi lambat dan dangkal.

J. Pengkajian keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas pasien terkait nama, jenis kelamin, umur, agama, status
perkawinan, pekerjaan, pendidikan terakhir, alama, no. CM, diagnosa medis
b. Penanggung jawab terkait : nama, umur, pendidikan, pekerjaan, alamat
2. Riwayat Keperawatan
a. Riwayat Kesehatan Pasien
Riwayat Penyakkit Sekarang
1) Keluhan utama :
2) Kronologi penyakit saat ini :
Demam thypoid pada anak biasanya lebih ringan daripada orang dewasa.
Masa tunas 10-20 hari, yang tersingkat 4 hari jika infeksi terjadi melalui
makanan, sedangkan jika melalui minuman yang terlama 30 hari. Selama
masa inkubasi mungkin ditemukan gejala prodromal, perasaan tidak
enak badan, lesu, nyeri, nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat.

3) Pegaruh penyakit terhadap pasien


Thypoid dapat menyebabkan klien tidak nafsu makan, metabolisme
meningkat sehingga demam dan lemas
4) Harapan pasien dari pelayanan kesehatan
Klien mencari pertolongan kesehatan guna membantu proses
penyembuhannya.
5) Penyakit masa anak-anak
Penyakit yang terjadi pada masa anak- anak dapat menimbulkan trauma
hospitalisasi
6) Alergi
Alergi mempengaruhi proses dalam pemberian diit
7) Pengalaman sakit/ dirawat sebelumnya
Trauma hospitalisasi dapat mempengaruhi klien dalam mencari
pertolongan kesehatan
8) Pengobatan terakhir
Pengobatan terakhir dapat membantu sampai dimana penanganan
kesehatan klien
b. Riwayat Kesehatan Keluarga
1) Anggota keluarga yang serumah dengan klien dapat membnatu dalam
proses perawatan klien saat sakit dan memonitori kondisi klien
2) Apa ada anggota keluarga yang menderita penyakit serupa
Makanan yang mengandung salmonella thypi dapat menyebabkan
penyakit pada orang serumah
3) Apakah ada keluarga yang mempunyai penyakit menular atau menurun
Penyakit menular dan menurun dapat memperberat kondisi klien

c. Pengkajian Biologis
1) Rasa Aman dan Nyaman
a) Apakah ada rasa nyeri ? PQRST
Nyeri dapat terjadi akibat bakterimia yang menyebabkan peradangan
sehingga penyerapan nutrisi tidak optimal
b) Apakah mengganggu aktifitas?
Klien mengalami penurunan nafsu makan sehingga lemas yang
berdampak mengganggu aktifitas
c) Apakah yang dilakukan untuk mengurangi nyeri?
Diit lunak dapat menurukan kerja usus,mempercepat penyerapan
nuttrisi sehingga mampu mengurangi nyeri
d) Apakah ada riwayat pembedahan?
Riwayat pembedahan dapat memperberat kondisi pasien dalam proses
penyembuhan
2) Aktifitas Istirahat - Tidur
a) Aktifitas
 Apakah klien selalu berolahraga ?
Olahraga mampu menjaga kesehatan dan melancarkan sirkulasi darah,
klien yang rajin berolahraga memiliki tubuh yang bugar.
 Apakah ada gangguan aktifitas?
Peningkatan metabolisme tubuh akibat bakterimia menyebabkan klien
demam, penurunan nafsu makan sehingga mempengaruhi aktifitas
klien
 Bagaimana aktifitas klien saat sakit sekarag ini?
Thypoid dimana demam naik turun dan penurunan nafsu makan
menyebabkan klien lemas, pusing sehingga nggan beraktifitas
b) Istirahat
 Kapan dan berapa lama klien beristirahat?
Kondisi demam fluktuatif menyebabkan gangguan dalam beristrihat
 Apa saja kegiatan untuk mengisi waktu luang?
Klien yang mengalami demam, pusing dan penurunan nafsu makan
lebih dianjurkan untuk mengurangi aktifitas dan beristirahat di tempat
tidur.
 Bagaimana istirahat klien saat sakit sekarang?
Klien dengan thypoid mengalami kelelahan, lemas, dan pusing
c) Tidur
 Bagaimana pola tidur klien ?
Demam thypoid dimana suhu bandan fluktuatif mempengaruhi pola
tidur klien, klien merasa tidak nyaman.
 Apakah kondisi saat ini mengganggu klien?
Kondisi demam yang fluktuatif dan tidak nafsu makan dapat
mempengarhi tidur klien
 Pernahkah mengalami gangguan tidur? Jenisnya apa?
Insomnia dapat terjadi pada klien thypoid akibat demam yang
fluktuatif, kelelahan dan nyeri.
 Apa hal yang ditimbulkan akibat gangguan tersebut?
Kelelahan, mual, muntah dan nyeri dapat menganggu kualitas tidur
pasien
3) Cairan
a) Berapa banyak klien minum perhari?
Klien dengan keluhan mual muntah cenderug enggan untuk minum
b) Apakah terbiasa minum alkohol?
Alkohol dapat mempengaruhi proses penyembuhan
c) Bagaimana pola pemenuhan cairan perhari?
Pemenuhan cairan sesuai berat badan sangat penting
d) Adakah program pembatasan cairan?
Klien dengan thypoid tidak ada pembatasan cairan
4) Nutrisi
a) Apa yang bisa dimakan klien tiap hari?

Diit lunak dapat meringankan kerja usus

b) Bagaimana pola pemenuhan nutrisi klien? Berapa kali perhari?

Klien thypoid dengan gangguan pemenuhan nutrisi akan mengalami


penurunan nafsu makan, bibir kering, mulut bau, lidah kotor

c) Apakah ada makanan kesukaan, makanan yang dipantang?

Klien thypoid mengurangi makanan berminyak / gorengan, pedas dan


bergas

d) Apakah ada riwayat alergi terhadap makanan?

Alergi terhadap makan dapat mempengaruhi proses penyembuhan

e) Apakah ada kesulitan menelan atau mengunyah?


Umumnya kesadaran pada pasien menurun, yaitu apatis sampai
samnolen. Jarang terjadi supor, koma atau gelisah (kecuali penyakit
berat dan terlambat mendapatkan pengobatan).
f) Apakah menggunakan alat bantu dalam makan? Seperti sonde, infus?
Pasien dengan intae nutrisi dan cairan yang kurang dapat dibantu
pemenuhan nutisis dan cairan melalui infus.
g) Apakah ada yang menyebabkan gangguan pencernaan?

Thypoid menyerang usus sehingga akan terjadi gangguan pencernaan


dimana mual, muntah, tidak nafsu makan.

h) Bagaimana kondisi gigi geligi klien? Jumlah gigi? Gigi palsu?


Kekuatan gigi?
Kondisi gigi mempengaruhi kesehatan sistem pencernaan, bakteri
berasal dari mulut yang bersama makanan masuk sistem pencernaan.
i) Adakah riwayat pembedahan dan pengobatan yang berkaitan dengan
sistem pencernaan?
Riwayat pembedahan mepengaruhi penyembuhan, dimana jika terjadi
perforasi maka akan dilakukan tidakan pembedahan.
5) Eliminasi : urine dan feses
a) Eliminasi feses
 Bagaimana pola klien dalam defekasi? Kapan, pola dan
karakteristik feses?
Klien thypoid dapat mengalami diare atau konstipasi bahkan BAB
normal.
b) Eleminasi urine :
 Apakah BAK klien teratur?
Klien thypoid dapat tidak ada masalah dengan pola BAK
6) Kebutuhan oksigenasi
Klien thypoid yang terjadi komplikasi dapat mengalami gangguan
pernafasan.
7) Kardiovaskuler
Klien thypoid yang terjadi komplikasi dapat mengalami gangguan
jantung
8) Personal Hygine
a) Bagaimana pola personal hygine? Berapa kali mandi, gosok gigi?
Keluhan nyeri kepala, pusing, lemah, mual, muntah dapat
mengganggu personal hygine klien sehingga memerlukan bantuan.
b) Berapa kali klien terbiasa cuci rambut?
Keluhan nyeri kepala, pusing, lemah, mual, muntah dapat
mengganggu personal hygine klien sehingga memerlukan bantuan.
c) Apakah klien memerlukan bantuan dalam melakukan personal
hygine?
Keluhan nyeri kepala, pusing, lemah, mual, muntah dapat
mengganggu personal hygine klien sehingga memerlukan bantuan.
9) SEX
a) Apakah ada kesulitan dalam hubungan seksual?
Keluhan nyeri kepala, pusing, lemah, mual, muntah dapat
mengganggu kegiatan hubungan sex klien.
b) Apakah penyakit sekarang mempengaruhi/ mengganggu fungsi
seksual?
Keluhan nyeri kepala, pusing, lemah, mual, muntah dapat
mengganggu kegiatan hubungan sex klien.
10) Pengkajian psikososial dan spiritual
a) Psikologi
 Status emosi
Apakah klien dapat mengekspresika perasaannya?

Klien thypoid dengan gangguan pemenuhan nutrisi dimana


klien cenderung lemas, kepala pusing dapat menujukkan
dari ekspresi wajahnya.

 Konsep diri
Bagaimana klien memandang dirinya?
Klien thypoid dengan gangguan pemenuhan nutrisi dimana
klien cenderung lemas, kepala pusing dianjurkan imobilisasi
5-7 hari sehingga merasa diri tak berdaya.
b) Hubungan sosial :
Keluarga sangat berperan penting dalam proses penyembhan klien.
c) Spiritual
Klien thypoid dengan gangguan pemenuhan nutrisi dimana
klien cenderung lemas, kepala pusing cenderung pasrah.

d. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum :
 Keadaan fisik : apatis, lesu, lemah
 Tanda-tanda vital : hipertermi, hipotensi
 Berat badan : obesitas, kurus (underweight).

2) Pemeriksaan cepalo kaudal


 Kepala
Bentuk tidak ada lesi, kulit kepala bersih,
Rambut: kusam, kering, pudar, kemerahan, tipis, pecah/patah-patah.
Kulit: kering, pucat, iritasi, petekhie, lemak disubkutan tidak ada.
Bibir: kering, pecah-pecah, bengkak, lesi, stomatitis, membrane
mukosa pucat.
Gusi: pendarahan, peradangan.
Lidah: edema, hiperemis.
Gigi: karies, nyeri, kotor.
Mata: konjungtiva pucat, kering, exotalmus, tanda-tanda infeksi.
 Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada nyeri saat menelan
 Dada
Inspeksi : toraks dan paru, bentuk dada simetris
Tidak ada nyeri dada pada jantung, irama
jantung teratur, CRT < 2 detik.
Auskultasi : paru tidak ada, wheezing dan ronchi.
jantung tidak ada gallop, murmur
Perkusi : paru : sonor
jantung : tak teraba membesar
Palpasi : paru : getaran paru kanan kiri sama
jantung : HR 60-100 x/menit

 Abdomen
Inspeksi : bentuk simetris, tidak ada lesi,
Auskultasi: bising usus 5-30x/menit
Perkusi : : timpani
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak teraba massa, dan tidak ada
pembesaran hepar.
 Genetalia, anus, rektum
Inspeksi : tak tampak kelainan pada genetalia, tak tampak adanya
hemoroid
Palpasi : tak teraba hemoroid
 Ekstremitas :
Bawah : Otot: flaksia/lemah, tonus kurang, tenderness, tidak mampu
bekerja.
Atas : Otot: flaksia/lemah, tonus kurang, tenderness, tidak mampu
bekerja.

K. Diagnosa keperawatan

Diagnosa Keperawatan NANDA (2015)


a. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan
dengan
1) Faktor biologis
2) Faktor ekonomi
3) Gangguan psikososial
4) Ketidakmampuan makan
5) Ketidakmampuan mencerna makanan
6) Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien
7) Kurang asupan makanan.
Ditandai dengan
1) Berat badan 20% atau lebih dibawah rentang berat badan ideal
2) Bising usus hiperaktif
3) Cepat kenyang setelah makan
4) Diare
5) Gangguan sensasi rasa
6) Rambut rontok secara berleebihan
7) Kelemahan otot pengunyah dan menelan
8) Kurang minat pada makanan
9) Nyeri abdomen
10) Kurang informasi.

b. Ketidakseimbangan nutrisi: lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan tubuh


1) Asupan kalsium diet rendah
2) Diabetes melitus maternal
3) Faktor ekonomi
4) Faktor yang diturunkan
5) Frekuensi makanan restaurant atau gorengan tinggi
6) Gangguan genetik
7) Gangguan tidur
8) Konsumsi alkohol berlebih
9) Konsumsi minuman bergula tinggi
10) Obesitasl parental
11) Perilaku kurang gerak yang terjadi selama >2jam/hari
Ditandai dengan
1) Anak 2-18 tahun: Body mass index (BMI) >25 kg/m3 atau persentil >ke-95 untuk
usia dan jenis kelamin
2) Dewasa: Body mass index (BMI) >25 kg/m3

c. Resiko Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh


a) Kurang aktivitas fisik harian
b) Kelebihan konsumsi gula
c) Gangguan kebiasaan makan
d) Gangguan persepsi makan
e) Kelebihan konsumsi alcohol
f) Penggunaan energi kurang dari asupan
g) Sering mengemil
h) Sering makan makanan berminyak/berlemak
i) Faktor keturunan
j) Asupan kalsium rendah (pada anak-anak)
k) Berat badan bertambah cepat
L. Rencana Keperawatan

No. NANDA NOC NIC Rasional


1. Ketidakseimba Outcome untuk mengukur Manajemen nutrisi Manajajemen nutrisi
ngan Nutrisi: penyelesaian Diagnosis a. Tentukan status gizi pasien a. Pengkajian penting
Kurang dari a. Status nutrisi dan kemampuan untuk dilakukan untuk
Kebutuhan  Asupan makanan terpenuhi memenuhi kebutuhan gizi mengetahui status nutrisi
Tubuh  Asupan cairan terpenuhi b. Atur diet yang diperlukan pasien sehingga dapat
Outcome tambahan untuk mengukur yaitu: menyediakan makanan menentukan intervensi yang
batasan karakteristik protein tinggi, menyarankan diberikan.
a. Nafsu makan menggunakan rempah- b. Untuk membantu
 Keinginan untuk makan rempah sebagai pengganti memenuhi kebutuhan
 Mencari makanan garam, dll) nutrisi yang dibutuhkan
 Intake makanan c. Berikan pilihan makanan dan pasien.
 Intake cairan bimbingan terhadap pilihan c. Informasi yang diberikan
b. Status menelan yang lebih sehat dapat memotivasi pasien
d. Beri obat-obatan sebelum untuk meningkatkan intake
 Mempertahankan makanan
makan (misalnya: penghilang nutrisi
dimulut
rasa sakit, anti emetika) jika d. Mengatasi atau
 Peningkatan kemampuan
diperlukan mengilangkan rasa mual
mengunyah
Monitor nutrisi muntah
 Produksi ludah a. Timbang berat badan pasien, Monitor nutrisi
 Reflek menelan sesuai dengan pengukuran antropometrik a. Memantau peningkatan dan
waktunya b. Monitor turgor kulit penurunan status gizi pasien
Outcome menengah c. Monitor adanya mual muntah b. Memantau adanya
Pengetahuan: diet yang disarankan intake dan output serta penurunan status gizi.
 Peningkatan pengetahuan diet tentukan pola makan c. Membantu memilih
yang dianjurkan d. Diskusikan tambahan tujuan alternatif pemenuhan nutrisi
 Peningkatan pengetahuan nyata untuk penurunan berat yang adekuat.
manfaat diet badan mingguan. d. Penurunan berlebihan/cepat
 Peningkatan pengetahuan dapat mengakibatkan
makanan yang diperbolehkan kelemahan dan mudah
dalam diet terangsang dan akhirnya
 Peningkatan Pengajaran: Peresepan diet
pengetahuan mengakibatkan kegagalan
a. Ajarkan
makanan yang dihindari dalam pasien nama dalam mencapai tujuan
diet makanan yang sesuai dengan untuk penurunan berat
diet yang disarankan badan.
b. Bantu pasien memilih
makanan sesuai dengan yang Pengajaran: persiapan diet
disarankan a. Untuk membantu
c. Libatkan keluarga dalam memenuhi kebutuhan
pemilihan makanan nutrisi yang dibutuhkan
pasien.
b. Informasi yang diberikan
dapat memotivasi pasien
untuk meningkatkan intake
Manajemen mual nutrisi.
a. Anjurkan pola makan dengan c. Keluarga dapat membantu
porsi sedikit makanan yang dalam peningkatan motivasi
disukai pasien untum memenuhi
b. Bantu pasien untuk kebutuhan nutrisi.
menghilangkan faktor-faktor Manajemen mual
yang dapat memicu mual a. Penting dilakukan untuk
(kecemasan, ketakutan, dll) meningkatkan keinginan
c. Berikan cairan yang bersih memenuhi kebutuhan
dan makanan yang tidak nutrisi
berbau dan berwarna b. Dapat meningkatkan intake
d. Bantu pasien untuk nutrisi
meningkatkan istirahat tidur c. Menhindari terjadinya mual
atau muntah
d. Dapat memenuhi kebutuhan
nutrisi yang kurang dari
kebutuhan tubuh.
2. Ketidakseimba Outcome untuk mengukur Manajemen nutrisi Manajemen nutrisi
ngan nutrisi: penyelesaian Diagnosis a. Tentukan jumlah kalori dan a. Membantu memenuhi
lebih dari Status nutrisi: Asupan nutrisi terpenuhi jenis nutrisi yang dibutuhkan kalori sesuai kebutuhan
kebutuhan Outcome tambahan untuk mengukur b. Monitor kalori dan asupan tubuh.
tubuh batasan karakteristik makanan b. Meningkatkan intake
a. Partisipasi dalam latihan c. Anjurkan pasien terkait nutrisi
 Merencanakan latihan yang tepat dengan kebutuhan diet sesuai c. Penting dilakukan untuk
dengan tenaga kesehatan dengan kondisi sakit memenuhi kebutuhan
 Mengidentifikasi hambatan dalam d. Konsul dengan ahli diet nutrisi sesuai kondisi
program latihan untuk menentukan pasien
 Melakukan latihan secara teratur kalori/kebutuhan nutrisi d. Penurunan berat badan
b. Berat badan: Massa tubuh untuk penurunan berat berdasarkan kebutuhan
 Berat badan ideal badan  individu. basal kalori selama 24
 Ketebalan lipatan kulit dalam jam, tergantung pada jenis
nilai normal kelamin, usia, berat badan
 Persentase lemak dalam nilai saat ini/yang diinginkan
normal dan lama waktu yang
Outcome menengah diperkirakan mencapai
a. Perilaku patuh: diet yang disarankan berat badan yang
diinginkan.
 Berpartisipasi dalam menetap
tujuan diet yang bisa dicapai
Konseling nutrisi Konseling nutrisi
 Memilih makanan dan cairan
a. Kaji asupan makanan dan a. Penting dilakukan untuk
yang sesuai dengan diet
kebiasaan makan pasien menentukan intervensi
 Memakan makanan yang sesuai b. Mengidentifikasi bersama selanjutnya.
dengan diet yang ditentukan klien perilaku makan yang b. Dilakukan untuk
b. Perilaku mengurangi berat badan harus diubah mengubah pola perilaku
 Mengontrol porsi makan c. Gunakan standar gizi yang makan yang salah
 Menghindari makanan dan bisa diterima untuk sehingga dapat
minuman yang tinggi kalori membantu klien meningkatkan nafsu
 Menggunakan motivasi diri mengevaluasi intake diet makan
sendiri yang adekuat c. Meningkatkan intake
d. Diskusikan pembatasan nutrisi yang dibutuhkan
masukan garam dan obat tubuh.
diuretic bila digunakan. d. Retensi air dapat menjadi
masalah karena
meningkatkan masukan
cairan juga
mengakibatkan
metabolisme lemak
Terapi nutrisi Terapi nutrisi
a. Lengkapi pengkajian nutrisi a. Untuk menentukan
b. Monitor intake intervensi selanjutnya.
makanan/cairan dan hitung b. Memantau intake untuk
masukan kalori perhari meningkatkan intake
c. Berikan nutrisi yang nutrisi yang dibutuhkan
dibutuhkan sesuai batas diet tubuh.
yang dianjurkan c. Meningkatkan intake
d. Sediakan konsultasi/rujukan nutrisi.
dengan anggota Kesehatan d. Untuk menentukan
lain sesuai kebutuhan intervensi selanjutnya.
3 Resiko Outcome untuk mengukur Konseling nutrisi Konseling nutrisi
Ketidakseimba penyelesaian Diagnosis a. Kaji asupan makanan dan e. Untuk mengetaui
ngan nutrisi: Status nutrisi: Asupan nutrisi terpenuhi kebiasaan makan pasien makanan yang masuk
kurang dari Outcome tambahan untuk mengukur b. Implementasikan aktivitas- f. Mengurangi terjadinya
kebutuhan batasan karakteristik aktivitas pengurangan resiko kekurangan cairan
tubuh  Monitor berat badan resiko g. Untuk membantu supaya
 Mempertahankan intake kalori c. Berikan informasi, sesuai pasien mau melakukan
harian secara optimal kebutuhan, mengenai diet secara teratur
 Menyeimbangkan antara olarga perlunya modifikasi diet h. Penting dilakukan supaya
dengan intake kalori bagi Kesehatan, penurunan tidak banyak kehilangan
 Memprtahankan berat badan yang berat badan, pembatasan nutrisi saat beraktifitas
optimal garam, pengurangan
kolesterol, pembatasan
cairan dan seterusnya
d. Diskusikan dan rencanakan
aktivitas-aktivitas
pengurangan resiko
berkolaborasi dengan
individua tau kelompok
M. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan dilakukan sesuai dengan intervnsi yang telah dibuat.

N. Evaluasi
Evaluasi terhadap masalah kebutuhan nutrisi secara umum dapat dinilai dari
adanya kemampuan dalam:
a. Meningkatkan nafsu makan ditunjukkan dengan adanya kemampuan dalam
makan serta adanya perubahan nafsu makan apabila terjadi kurang dari
kebutuhan.
b. Terpenuhinya kebutuhan nutrisi ditunjukkan dengan tidak adanya tanda
kekurangan atau kelebihan berat badan.
c. Mempertahankan nutrisi melalui oral atau parenteral ditunjukkan dengan
adanya proses pencernaan makan yang adekuat.
d. Menyatakan pemahaman kebutuhan nutrisi.
DAFTAR PUSTAKA

Tarwoto & Wartonah, 2011. Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses Keperawatan. Jakarta:

SalembaMedika.

Muttaqin, Arif. 2011. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Perkemihan.

Jakarta: Salemba Medika

Atoilah, Elang Mohamad & Engkus, Kusnadi. 2013. Askep Pada Klien Dengan Gangguan

Kebutuhan DasarManusia. Jakarta: In Media

Brunner and Suddarth. 2013. Keperawatan Medikal Bedah ed. 12. Jakarta : EGC

Angraini, Fany & Putri, Arcellia, Farosyah. 2016. Pemantauan Intake Output Cairan Pada

Pasien Gagal Ginjal Kronik Dapat Mencegah Overload Cairan

Kee, Joyce L, et.al. (2008). Farmakologi : Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta: EGC

Morton, P.G, dkk. (2014). Keperawatan Kritis Pendekatan Asuhan Holistik Volume 1. Jakarta :

EGC

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI
DI RUANG RAWAT INAP PUSKESMAS II JEMBRANA
TANGGAL 10 - 12 MEI 2021

A. PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan pada tanggal 10 mei 2021 pada pukul 08.00 WITA di
Puskesmas 2 Jembrana. Data diperoleh dari pasien, keluarga pasien, dan catatan
medik No. CM 210404XX yang dilakukan dengan metode wawancara, observasi, dan
pemeriksaan fisik.
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. A
Umur : 40 tahun
Agama : Hindu
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status : Menikah
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Petani
Suku Bangsa : Bali
Alamat : Yeh Kuning
Tanggal Masuk : 09 Mei 2021
Tanggal Pengkajian : 09 Mei 2021
No. Register : 210404XX
Diagnosa Medis : Thypoid
Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. M
Umur : 32 tahun
Hub. Dengan Pasien: Istri
Pekerjaan : Petani
Alamat : Yeh Kuning

2. Riwayat Keperawatan
a. Riwayat Kesehatan Pasien
Riwayat Penyakkit Sekarang
1) Keluhan utama
Pasien mengatakan tidak nafsu makan, mual, muntah, badaan lemas.
2) Kronologi penyakit saat ini
Pasien mengatakan sejak 3 hari lalumengalami demam sore hari, tidak
nafsu makan, mual, muntah, dan lemas.
3) Pengaruh penyakit terhadap pasien
Pasien mengatakan lemas, kepala pusing
4) Harapan pasien dari pelayanan kesehatan
Pasien mengatakan ke Puskesmas untuk berobat agar segera bisa sembuh
5) Penyakit masa anak-anak
Pasien mengatakan jarang sakit
6) Alergi
Pasien mengatakan tidak ada alergi makanan atau obat
7) Pengalaman sakit/ dirawat sebelumnya
Pasien mengatakan sebelumnya tidak pernah rawat inap
8) Pengobatan terakhir
Pasien mengatakan 3 hari yang lalu berobat ke bidan.

b. Riwayat Kesehatan Keluarga

1). Genogram :

Keterangan :
= Laki-laki
= Perempuan
= Menikah
= Tinggal serumah
= Pasien

2) Adakah anggota keluarga yang serumah dengan klien?


Pasien mengatakan serumah dengan istrik dan 1 orang anak
3) Apa ada anggota keluarga yang menderita penyakit serupa?
Pasien mengatakan tidak
4) Apakah ada keluarga yang mempunyai penyakit menular atau menurun?
Pasien mengatakan tidak ada
5) Bagaimana efek yag terjadi pada keluarga bila salah atu anggota
keluarga sakit?
Pasien mengatakan istri mejadi repot mengurus saya

c. Pengkajian Biologis
1). Rasa Aman dan Nyaman
a) Apakah ada rasa nyeri ? PQRST
Pasien mengatakan nyeri tanpa sebab, seperti ditusuk- tusuk, tiba – tiba
di perut bagian bawah, skala 4 (0-10), waktunya gak menentu.
b) Apakah mengganggu aktifitas?
Pasien mengatakan iya mengganggu aktifitas
c) Apakah yang dilakukan untuk mengurangi nyeri?
Pasien mengatakan mium obat dari bidan
d) Apakah cara yang dilakukan untuk mengurangi nyeri efektif?
Pasien mengatakan tidak, nyeri masih terasa
e) Apakah ada riwayat pembedahan?
Pasien mengatakan tidak ada

2) Aktifitas Istirahat - Tidur

a). Aktifitas

 Apakah klien selalu berolahraga ?


Pasien mengatakan tidak pernah berolahraga
 Apakah klien menggunakan alat bantu dalam beraktifitas?
Pasien mengatakan tidak menggunakann alat bantu dalam beraktifitas
 Apakah ada gangguan aktifitas?
Pasien mengatakan lemes karena tidak nafsu makan, mual dan
muntah
 Bagaimana aktifitas klien saat sakit sekarang ini?
Pasien mengatakan hanya tidur ditempat tidur
b) Istirahat
 Kapan dan berapa lama klien beristirahat?
Pasien mengatakan istirahat siang hari 30 menit
 Apa saja kegiatan untuk mengisi waktu luang?
Pasien mengatakan hanya tiduran
 Apa klien menyediakan waktu khusus untuk beristirahat?
Pasien mengatakan istirahat hanya siang hari
 Apakah pengisian waktu luang sesuai hobby?
Pasdien mengatakan tidak
 Bagaimana istirahat klien saat sakit sekarang?
Pasien megatakan tidak nyaman
c) Tidur
 Bagaimana pola tidur klien ?
Pasien mengatakan tidur malam jam 8 udah tidur
 Apakah kondisi saat ini mengganggu klien?
Pasien mengatakan ia karrena sering terbangun
 Apakah klien terbiasa menggunakan obat penenang sebelum tidur?
Pasien mengatakan tidak
 Kegiatan apa yang dilakukan sebelum tidur?
Pasien mengatakan ngobrol dengan istri

 Pernahkah mengalami gangguan tidur? Jenisnya apa?


Pasien mengatakan tidak
3) Cairan
a) Berapa banyak klien minum perhari?
Pasien mengatakan 2 botol air mineral
b) Minuman apa yang disukai klien dan biasanya diminum klien?
Pasien mengatakan pagi hari minum kopi
c) Apakah ada minuman yang disukai/dipantang?
Pasien mengatakan suka minum kopi
d) Apakah terbiasa minum alkohol?
Pasien mengatakan tidak
e) Bagaimana pola pemenuhan cairan perhari?
Pasien mengatakan kadang muntah
f) Adakah program pembatasan cairan?
Pasien mengatakan tidak ada
4) Nutrisi
a) Apa yang bisa dimakan klien tiap hari?
Pasien mengatakan saat ini makan bubur
b) Bagaimana pola pemenuhan nutrisi klien? Berapa kali perhari?
Pasien mengatakan tidak nafsu makan, makan hanya 1/3 porsi tiap
kali makan, kadang muntah
c) Apakah ada makanan kesukaan, makanan yang dipantang?
Pasien mengatakan suka durian
d) Apakah ada riwayat alergi terhadap makanan?
Pasien mengatakan tidak ada
e) Apakah ada kesulitan menelan atau mengunyah?
Pasien mengatakan tidak ada
f) Apakah menggunakan alat bantu dalam makan? Seperti sonde, infus?
Pasien mengatakan sekarang dipasang infus karena mual- mual
g) Apakah ada yang menyebabkan gangguan pencernaan?
Pasien mengatakan tidak nafsu makann karena sakit, berat badan
turun 1 kg

h) Bagaiana kondisi gigi geligi klien? Jumlah gigi? Gigi palsu?


Kekuatan gigi?
Pasien mengatakan masih utuh
i) Adakah riwayat pembedahan dan pengobatan yang berkaitan dengan
sistem pencernaan?
Pasien mengatakan tidak ada
5). Eliminasi : urine dan feses
a) Eliminasi feses
 Bagaimana pola klien dalam defekasi? Kapan, pola dan
karakteristik feses?
Pasien mengatakan tidak ada keluhan BAB, tiap hari BAB, bentuk
tidak encer, lunak
 Apakah terbiasa menggunakan alat pencahar?
Pasien mengatakan tidak menggunakan pencahar
 Apakah ada kesulitan?
Pasien mengatakan tidak ada kesulitan
 Apakah klien menggunakan alat bantu untuk defekasi?
Pasien mengatakan tidak
b) Eleminasi urine :
 Apakah BAK klien teratur?
Pasien mengatakan iya tidak ada masalah
 Bagaimana pola, frekuensi, waktu, karakteristik serta perubahan
yang terjadi dalam miksi?
Pasien mengatakan tidak ada masalah, tiap 2 jam BAK, warna
kuning jernih, tidak ada busa
 Apakah ada riwayat pembedahan, apakah menggunakan alat bantu
dalam miksi?
Pasien mengatakan tidak pernah operasi
6) Kebutuhan oksigenasi
a) Apakah ada kesulitan dalam bernafas? Bunyi nafas? Dyspnea?
Pasien mengatakan tidak
b) Apa yang dilakukan klien untuk mengatasi masalah?
Pasien mengatakann tidak pernah sesak nafas
c) Apakah klien menggunakan alat bantu pernafasan?
Pasien mengatakan tidak
d) Posisi apa yang nyaman bagi klien?
Pasien mengatakan setengah duduk
e) Apakah klien merokok?
Pasien mengatakan tidak
f) Apakah mengkonsumsi obat-obatan untuk melancarkan pernafasan?
Pasien mengatakan tidak
g) Apakah ada alergi terhadap debu, obat-obatan?
Pasien mengatakan tidak
h) Apakah klien pernah dirawat dengan gangguan penafasan?
Pasien mengatakan tidak
i) Apa jenis obat, berapa lama pemberiannya, dan kapan diberikan
obat gangguan pernapasan?
Pasien mengatakan tidak
7) Kardiovaskuler
a) Apakah klien cepat lelah?
Pasienmengatakantidak hanya lemas
b) Apaka ada keluhan berdebar-debar? Nyeri dada yang menyebar?
Pusing?Rasa berat di dada?
Pasien mengatakan tidak
c) Apakah klien menggunakan alat pacu jantung?
Pasien mengatakan tidak
d) Apakah klien mendapatkan obat untuk gangguan kardiovaskuler?
Pasien mengatakan tidak
8) Personal Hygine
a) Bagaimana pola personal hygine? Berapa kali mandi, gosok gigi?
Pasien mengatakan mandi 1x/ hari, gosok gigi 2x/hari
b) Berapa kali klien terbiasa cuci rambut?
Pasien mengatakan tiap hari karena sakit jadi sdah 3 hari tidak
keramas
c) Apakah klien memerlukan bantuan dalam melakukan personal
hygine?
Pasien mengatakan ia dibantu istri

9) SEX
a) Apakah ada kesulitan dalam hubungan seksual?
Pasien mengatakan ia
b) Apakah penyakit sekarang mempengaruhi/ mengganggu fungsi
seksual?
Pasien mengatakan ia
c) Berapa jumlah anak?
Pasien mengatakan 1 orang
10) Pengkajian psikososial dan spiritual
a) Psikologi
 Status emosi
Pasien mengatakan bosan dalam kondisi sakit tidak mampu
bekerja
 Konsep diri
Pasien mengatakan ingin cepat pulih agar bisa beraktifitas dan
bekerja seperti biasa
b) Hubungan sosial :
Pasien mengatakan sangat dekat dengan istri dan saudara kandung.
c) Spiritual

Pasien mengatakan agama hindu dan sembahyang saat hari besar

11) Pengkajian Fisik


a) Keadaan umum : lemah
Tingkat kesadaran : kompos metis / apatis / somnolen / sopor/koma
GCS : verbal: 5 Psikomotor: 6 Mata : 4
b) Tanda-tanda Vital :
Nadi = 90 kali/menit, Suhu = 36,9o c, TD = 100/70mmHg, RR = 18
kali/menit
c) Keadaan fisik
(1)Kepala dan leher :
Inspeksi : warna rambut hitam dan putih (uban), penyebaran rambut
merata, tidak ada lesi
Palpasi : tidak ada nyeri tekan , tidak ada benjolan
Mata: konjungtiva tampak pucat
Mulut: mukosa mulut tampak kering
(2) Dada :
 Paru
Inspeksi : bentuk simetris, tidak ada lesi, tidak ada retraksi intercosta
Palpasi : tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
Perkusi : terdengar suara sonor
Auskultasi : bunyi vesikuler, tidak ada suara tambahan
 Jantung
Inspeksi : tidak tampak ictus cordis, bentuk dada simetris kiri dan
kanan
Palpasi : tidak ada benjolan
Perkusi : terdengar suara pekak
Auskultasi : bunyi jantung normal (SI dan S2), tidak ada suara
tambahan
(3) Abdomen :
Inspeksi : bentuk simetris, tidak ada lesi
Auskultasi : bising usus terdengar hiperaktif 14 kali/menit
Perkusi : terdengar suara timpani
Palpasi : tidak ada massa, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
(4) Genetalia :
Tidak ada masalah
(5) Ekstremitas :
 Atas
Bentuk simetris, tidak ada lesi, tidak ada edema, terpasang infus pada
tangan kanan. Palpasi : tidak ada benjolan, CRT <2 detik, kulit teraba
kering, keriput, tonus otot teraba lemah, dan tidak teraba demam
 Bawah
Bentuk simetris, tidak ada lesi, tidak ada edema. Palpasi : tidak ada
benjolan, CRT <2 detik, kulit teraba kering, keriput, tonus otot teraba
lemah, dan tidak teraba demam

(5) Pemeriksaan Penunjang


a. Data laboratorium yang berhubungan
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal
WBC 16.97 10^3/Ul 4.00-12.00
RBC 3.24 10^6/uL 3.50-5.50
HGB 12 g/dL 11.0-16.0
HCT 29.1 % 35.0-49.0
PLT 163 10^3/uL 150-450
S. Typhi O Positif 1/320 Negatif
S. Paratyphi AO Positif 1/80 Negatif
S. Paratyphi BO Positif 1/80 Negatif
S. Paratyphi BH Positif 1/80 Negatif

b. Pemeriksaan radiologi
Tidak dilakukan pemeriksaan radiologi
c. Pemeriksaan penunjang diagnostic lain
Tidak dilakukan

(6)Terapi
 Omeprazol 2 x 40 mg (intravena)
 Ranitidine 3 x 30 mg (intravena)
 Paracetamol 3 x 500 mg (oral)
 Chloramphenicol 4 x 500 mg(oral)
 Infus RL 20 tpm

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. ANALISA DATA

MASALAH
DATA ETIOLOGI
KOLABORATIF/
KEPERAWATAN
DS : Bakterimia Resiko
pasien mengatakan tidak nafsu Anoreksia, mual ketidakseimbangan
makan, bibir kering, lidah muntah nutrisi kurang dari
kotor, mual, muntah, makan asupan makanan kebutuhan tubuh
hanya habis 1/3 porsi tiap kali menurun
makan, berat badan turun 1 kg.
DO : konjungtiva anemis gangguan nutrisi

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
TANGGAL/JA
DIAGNOSA TANGGAL
NO M TTD
KEPERAWATAN TERATASI
DITEMUKAN
1 10/05/2021 Resiko ketidakseimbangan 12/05/2021
Pukul 09.00 nutrisi kurang dari
WITA kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake
inadekuat ditandai dengan
pasien mengatakan tidak
nafsu makan, bibir kering,
lidah kotor, mual, muntah,
makan hanya habis 1/3
porsi tiap kali makan, berat
badan turun 1 kg,
konjungtiva tampak
anemis.

DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS


Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake inadekuat ditandai dengan pasien mengatakan tidak nafsu makan, bibir kering,
lidah kotor, mual, muntah, makan hanya habis 1/3 porsi tiap kali makan, berat badan
turun 1 kg, konjungtiva tampak anemis.
C. Rencana Tindakan Keperawatan
Rencana Perawatan
Hari/ No
Tujuan dan Kriteria Ttd
Tgl Dx Intervensi Rasional
Hasil
Minggu , 1 Setelah dilakukan asuhan Manajemen nutrisi Manajemen nutrisi
a. Tentukan status gizi a. Pengkajian penting dilakukan untuk mengetahui status nutrisi pasien
10 mei keperawatan selama 3x24
pasien dan kemampuan sehingga dapat menentukan intervensi yang diberikan.
2021 jam diharapkan asupan untuk memenuhi b. Untuk membantu memenuhi kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan
kebutuhan gizi pasien.
makanan terpenuhi,
b. Atur diet yang c. Informasi yang diberikan dapat memotivasi pasien untuk
dengan kriteria hasil : diperlukan yaitu: meningkatkan intake nutrisi
menyediakan makanan d. Mengatasi atau mengilangkan rasa mual muntah
- nafsu makan
protein tinggi,
meningkat, menyarankan
menggunakan rempah-
- kulit lembab,
rempah sebagai
- konjungtiva merah pengganti garam, dll)
c. Berikan pilihan
muda,
makanan dan bimbingan
- makan 3x sehari terhadap pilihan yang
lebih sehat
minimal @3/4 porsi
d.Kolaborasi dengan
- terhindar dari mual dokter pemberian obat-
obatan sebelum makan
muntah
(misalnya: anti emetika)
jika diperlukan

Monitor nutrisi
Monitor nutrisi a. Memantau peningkatan dan penurunan status gizi pasien
a. Timbang berat badan
pasien, pengukuran
antropometrik b. Memantau adanya penurunan status gizi.
b. Monitor turgor kulit c. Membantu memilih alternatif pemenuhan nutrisi yang adekuat.
c. Monitor adanya mual
muntah intake dan
output serta tentukan
pola makan d. Penurunan berlebihan/cepat dapat mengakibatkan kelemahan dan
d. Diskusikan tambahan mudah terangsang dan akhirnya mengakibatkan kegagalan dalam
tujuan nyata untuk mencapai tujuan untuk penurunan berat badan.
penurunan berat badan
mingguan.

Pengajaran: persiapan diet


Pengajaran: Peresepan
diet a. Untuk membantu memenuhi kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan
a. Ajarkan pasien nama pasien.
makanan yang sesuai
dengan diet yang
disarankan b. Informasi yang diberikan dapat memotivasi pasien untuk
b. Bantu pasien memilih meningkatkan intake nutrisi.
makanan sesuai
dengan yang c. Keluarga dapat membantu dalam peningkatan motivasi untum
disarankan memenuhi kebutuhan nutrisi.
c. Libatkan keluarga
dalam pemilihan
makanan
Manajemen mual
a. Penting dilakukan untuk meningkatkan keinginan memenuhi
Manajemen mual kebutuhan nutrisi
a. Anjurkan pola makan
dengan porsi sedikit
makanan yang disukai b. Dapat meningkatkan intake nutrisi
pasien
b. Bantu pasien untuk
menghilangkan faktor-
faktor yang dapat
memicu mual
(kecemasan, ketakutan, c. Menghindari terjadinya mual atau muntah
dll)
c. Berikan cairan yang
bersih dan makanan
yang tidak berbau dan d. Dapat memenuhi kebutuhan nutrisi yang kurang dari kebutuhan
berwarna tubuh.
d. Bantu pasien untuk
meningkatkan istirahat
tidur
D. Implementasi Keperawatan
No
Hari/Tgl/Jam Tindakan Keperawatan Evaluasi Ttd
Dx
Mengobservasi vital sign dan DS : pasien mengatakan masih tidak ada nafsu makan
Senin, 10 Mei 2021
keluhan DO : TD: 100/70mmHg, N: 84x/menit, S:36,
Pukul 10.00 wita
RR:18x/menit
Memberikan obat injeksi, DS : -
Pukul 10.00 wita Omeprazole 40 mg dan ranitidine DO : tidak tampak reaksi alergi
30mg (intravena)
Pukul 10.05 wita memonitor adanya mual muntah DS: pasien mengatakan sedikit mual, tidak ada muntah.
intake dan output serta menentukan Pasien sepakat untuk mencoba makan dengan porsi
pola makan sedikit tetapi sering
DO: pasien tampak tidak memiliki selera makan
Memonitor turgor kulit DS: -
Pukul 10.05 wita
DO:Turgor kulit pasien masih lemah
Membantu pasien menghilangkan DS: pasien mengatakan sudah tidak ada bau yang
Pukul 10.10 wita faktor-faktor yang dapat memicu mual
menyebabkan mual DO: pasien tidak tampak mual
membantu pasien memilih makanan DS: pasien mengatakan lebih suka makanan yang berair
sesuai dengan yang disarankan dan DO: pasien dapat memilih makanan yang disarankan
Pukul 10.15 wita melibatkan keluarga dalam dan disukai
pemilihan makanan

Selasa, 11 Mei 2021 Mengobservasi vital sign


dan DS : pasien mengatakan tadi sudah bisa makan setengah
Pukul 08.00 wita keluhan porsi
DO : TD: 100/70mmHg, suhu 36.9oc, nadi 84
kali/menit, respirasi 18 kali/menit,
Pukul 08.05 wita Memberikan obat chloramphenicol DS : -
500 mg DO : Obat tampak sudah diminum
Mengobservasi vital sign dan DS : pasien mengatakan tadi sudah bisa makan setengah
Selasa, 11 Mei 2021 keluhan porsi, mual tidak ada.
Pukul 09.00 wita DO : TD: 100/70mmHg, suhu 36.5oc, nadi 82
kali/menit, respirasi 18 kali/menit,
1 Memberikan terapi injeksi DS: -
pukul 11.25 wita Omeprazole 40mg dan ranitidine 30 DO: pasien tampak tenang, tidak tampak tanda-tanda
mg (intravena) alergi
Memotivasi pasien agar mau makan DS: pasien akan mencoba menghabiskan makanan yang
sesuai porsi yang sudah ditentukan disediakan rumah sakit
Pukul 11.30 wita DO: pasien bisa menghabiskan makanan ¾ porsi.

Mengobservasi vital sign dan DS: pasien mengatakan tidak mual.


Rabu, 12 Mei 2021
keluhan DO : TD: 100/70mmHg, suhu 36.7oc, nadi 80
pukul 8.00 wita
kali/menit, respirasi 18 kali/menit,
Memotivasi pasien agar mau makan DS: pasien akan mencoba menghabiskan makanan yang
Pukul 10.00 wita sesuai porsi yang sudah ditentukan disediakan rumah sakit
DO: pasien bisa menghabiskan makanan 1 porsi.
Memberikan terapi injeksi DS: -
Pukul 10.10 wita Omeprazole 40mg dan ranitidine 30 DO: pasien tampak tenang, tidak tampak tanda-tanda
mg (intravena) alergi
Mengevaluasi dan menanyakan DS: pasien mengatakan tidak ada rasa mual, tetapi
keluhan pasien badan masih terasa lemah, nyeri perut kadang-kadang
Pukul 12.00 wita masih dirasakan.
DO: pasien tampak lemah, makanan habis 1 porsi,
mukosa mulut tampak lembab, tonus otot lemah.
E. Evaluasi Keperawatan

No. Hari/Tgl/Jam No Dx Evaluasi Ttd


1 Rabu, 12 mei 1 S : Pasien mengatakan mual berkurang, tetapi
2021 Pukul badan masih terasa lemah, makan habis 3/4
12.00 Wita porsi
O: pasien tampak lemah, makanan habis 3/4
porsi, mukosa mulut tampak lembab, tonus
otot lemah, kulit tampak lembab, konjungtiva
merah muda.
TD: 110/70mmHg
N: 82x/menit
S: 36,8oC
RR:18x/menit
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan kondisi pasien

Anda mungkin juga menyukai