Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH KEPERAWATAN KELUARGA

PENGKAJIAN LINGKUNGAN KELUARGA

Disusun oleh :
Kelompok 3
1. M. Alfan Alkausar (1914301076)
2. Sinta Rizqiani (1914301082)
3. Dilla Nopiyana Pubian (1914301089)
4. Serli Diani (1914301059)
5. Sindi Artika (1914301065)
6. Elva Nuri Sakinah (1914301055)
7. Alfiaturrohmi (1914301066)
8. Tasya Dwinta (1914301056)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG

JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNGKARANG

SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

TAHUN AKADEMIK 2020/2021


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga saya selaku penulis dapat menyusun makalah ini yang
berjudul “Pengkajian Lingkungan Keluarga” tepat pada waktunya.

Penulis menyadari bahwa di dalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntunan
Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu dalam
kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca. Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan
maupun materinya. Kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan untuk
penyempurnaan makalah.

Bandar Lampung, 24 Juli 2021

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..........................................................................................................................i

Daftar Isi....................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang................................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan.............................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pengkajian Lingkungan Keluarga ................................................................5


2.2 Pengkajian Lingkungan Kelurga ....................................................................................5
2.3 Peran Perawat .................................................................................................................7
2.4 Konsep Keperawatan Keluarga ....................................................................................11
2.5 Peran Perawat Profesional di Mata Masyarakat ...........................................................15

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ..................................................................................................................16

Daftar Pustaka .....................................................................................................................16


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Saat ini keluarga sudah menjadi hal yang fenomenal dalam kehidupan
seseorang. Menurut Mubarak (2011), suatu kumpulan beberapa individu baik dua
maupun lebih yang tergabung karena hibingan darah, hubungan perkawinan atau
pengangkatan, hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain serta
masing – masing berperan dalam menciptkan dan mempertahankan suatu kehidupan
disebut keluarga.

Selain itu, keluarga juga sebagai unit pelayanan perawatan, sebeb keluarga
sebagai unit utama dari masyarakat dan merupakan lembaga yang menyangkut
kehidupan bermasyarakat (Mubarak & Chayatin, 2011). Keluarga bisa sebagai
kelompok yang dapat menimbulkan, mencegah, mengabaikan, atau meperbaiki
masalah – masalah kesehatan dalam kelompoknya sendiri. Oleh sebab itu, ketika
keluarga menghadapi masalah tersebut adalah individu yang peran penting dalam
keluarga disamping dengan bantuan dari individu lain yang memiliki profesi dalam
berperan mengatasi masalah contohnya keperawatan dalam keluarga.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan pengkajian lingkungan keluarga ?
2. Apa saja yang dikaji pada pengkajian lingkunga keluarga ?

1.3 Tujuan Penulisan


Mampu mengetahui pengkajian lingkungan keluarga dan mampu mengetahui peran
perawat untuk lingkungan keluarga.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pengkajian Lingkungan Keluarga


Pengkajian Lingkungan Keluarga merupakan suatu tahapan dimana perawat
mengambil informasi dari keluarga dengan pendekatan sistematis untuk
mengumpulkan data dan menganalisa, sehingga dapat di ketahui kebutuhan keluarga
yang di binanya. Metode dalam pengkajian bisa memelalui wawancara, obsservasi
vasilitas dan keadaan rumah, pemeriksaan fisik dari anggota keluarga dan
meansurement dari data sekunder (hasil lab, papsmear, dll.). (Susanto, 2012,hal. 93)

Pengkajian Keluarga merupakan proses penjajakan keluarga yang perlu di


lakukan untuk membina hubungan baik dengan keluarga. Dalam penjajakan ini
perawat perlu mengadakan kontak dengan RW/RT dan keluarga yang bersangkutan
guna menyampaikan maksud dan tujuan serta mengatasi masalah kesehatan mereka.
Setelah tanggapan positif dari keluarga tersebut, pengkajian diteruskan pada langkah
berikutnya. (Zaidin Ali, 2010, hal.40).

2.2 Pengkajian Lingkungan Keluarga


a. Karakteristik Rumah

1. Gambaran tipe tempat tinggal (rumah, apartemen, sewa kamar, kontrak, atau
lainnya). Apakah keluarga memiliki sendiri atau menyewa rumah untuk
tempat tinggal.

2. Gambaran kondisi rumah meliputi bagian interior dan eksterior. Interior


rumah meliputi: jumlah kamar dan tipe kamar (kamar tamu, kamar tidur),
penggunaan-penggunaan kamar tersebut dan bagaimana kamar tersebut
diatur. Bagaimana kondisi dan kecukupan perabot, penerangan, ventilasi,
lantai, tangga rumah. Susunan dan kondisi bangunan tempat tinggal.
Termasuk perasan-perasaan subjektif keluarga terhadap rumah tinggalnya,
apakah keluarga nenganggap rumahnya memandai bagi mereka.

3. Dapur, suplai air minum, penggunaan alat-alat masak, apakah ada fasilitas
pengaman bahaya kebakaran.
4. Kamar mandi, sanitasi, air, fasilitas toilet, ada tidaknya sabun dan handuk.

5. Kamar tidur, bagaimana pengaturan kamar tidur. Apakah memadai bagi


anggota keluarga dengan pertimbangan usia mereka, hubungan, dan
kebutuhan-kebutuhan khusus mereka lainnya.

6. Kebersiahn dan sanitasi rumah, apakah banyak serangga-serangga kecil


(khususnya didalam), dan masalah-masalah sanitasi yang disebabkan akibat
binatang-binatang peliharaan.

7. Pengaturan privasi. Bagaimana dengan perasaan keluarga terhadap


pengaturan privasi rumah mereka memadai atua tidak. Termasuk bahaya-
bahaya terhadap keamanan rumah atau lingkungan.

8. Perasaan secara keseluruhan dengan pengaturan atau penataan rumah


mereka.

b. karakteristik lingkungan dan komintas tempat tinggal

1. Tipe lingkungan tempat tinggal komunitas kota atau desa.

2. Tipe tempat tinggal (hunian, industry, campuran hunian dan industry kecil
agraris).

3. Sanitasi jalan dan rumah. Bagaimana kebersihannya, cara penangan sampah,


dan lainnya.

4. Adakah jenis-jenis industri di lingkungan rumah (kebisingan, polusi air, dan


udara).

5. Karakteristik demografi di lingkungan komunitas tersebut.

6. Kelas sosial dan karakteristik etnik penghuni.

7. Lembaga pelayanan kesehatan dan sosial, apa yang ada dalam lingkungan
dan komunitas (klinik, rumah sakit, penanganan keadaan gawat darurat,
kesejahteraan, konseling, pekerjaan).

8. Kemudian pendidikan di lingkungan komunitas apakah mudah di akses dan


bagaimana kondisinya.
9. Fasilitas-fasilitas rekreasi yang di miliki di komunitas tersebut.

10. Fasilitas-fasilitas ekonomi, warung, toko, apotik, pasar, wartel, dan lainnya.

11. Transportasi umum. Bagaimana pelayanan dan fasilitas tersebut dapat di


akses (jarak, kecocokan, jam pemberangkatan, dan lainnya). Untuk
keluarga/komunitas.

12. Kejadian tingkat kejahatan di lingkungan dan komunitas, apakah ada masalah
yang serius seperti tidak aman dan ancaman yang serius.

c. Mobilitas geografis keluarga

Mobilitas geografis keluarga yang di tentukan oleh kebiasaan keluarga


berpindah tempat, berapa lama keluarga tinggal di daerah tersebut, riwayat
mobilitas geografis keluarga tersebut (transportasi yang digunakan keluarga,
kebiasaan anggota keluarga pergi dari rumah ,bekerja, dan sekolah).

d. Perkumpulan keluarga dan interkasi dengan masyarakat.

Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan dengan keluarga untuk berkumpul


serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana interaksi keluarga dengan
masyarakat.

e. Sistem pendukung keluarga meliputi:

Sistem pendukung keluarga yaitu, siapa yang menolong keluarga pada saat
keluarga membutuhkan bantuan, dukungan konseling serta aktifitas-aktifitas
keluarga.

Yang termasuk pada sistem pendukung keluarga yaitu :

a) Informal (jumlah anggota keluarga yang sehat, hubungan keluarga


komunitas, bagaimana keluarga memecahkan masalah, fasilitas yang
dimiliki keluarga untuk menunjang kesehatan yang meliputi fasilitas fisik
dan psikologis).

b) Formal yaitu, hubungan keluarga dengan pihak yang membantu yang


berasal dari lembaga perawatan kesehatan atau lembaga lain yang terkait
(ada tidaknya fasilitas pendukung pada masyarakat terutama yang
berhubungan dengan kesehatan).

2.3 Peran Perawat


Merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai
dengan kedudukan dan system, dimana dapat dipengaruhi oleh keadaan social baik
dari profesi perawat maupun dari luar profesi keperawatan yang bersifat konstan.
1) Pemberian Asuhan Keperawatan
Sebagai pemberi asuhan keperawatan, perawat membantu klien mendapatkan
kembali kesehatannya melalui proses penyembuhan. Perawat memfokuskan
asuhan pada kebutuhan kesehatan klien secara holistic, meliputi upaya untuk
mengembalikan kesehatan emosi, spiritual dan sosial. Pemberi asuhan
memberikan bantuan kepada klien dan keluarga klien dengan menggunakan
energy dan waktu yang minimal. Selain itu, dalam perannya sebagai pemberi
asuhan keperawatan, perawat memberikan perawatan dengan memperhatikan
keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian
pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan sehingga
dapat ditentukan diagnosis keperawatan agar bisa direncanakan dan
dilaksanakan tindakan yang tepat dan sesuai dengan tingkat kebutuhan dasar
manusia, kemudian dapat dievaluasi tingkat perkembangannya. Pemberian
asuhan keperawatannya dilakukan dari yang sederhana sampai yang
kompleks.
2) Pembuatan Keputusan Klinis
Membuat keputusan klinis adalah inti pada praktik keperawatan. Untuk
memberikan perawatan yang efektif, perawat menggunakan keahliannya
berfikir kritis melalui proses Keperawatan. Sebelum mengambil tindakan
keperawatan, baik dalam pengkajian kondisi klien,pemberian perawatan, dan
mengevaluasi hasil, perawat menyusun rencana tindakan dengan menetapkan
pendekatan terbaik bagi klien. Perawat membuat keputusan sendiri atau
berkolaborasi dengan klien dan keluarga. Dalam setiap situasi seperti ini,
perawat bekerja sama,dan berkonsultasi dengan pemberi perawatan kesehatan
professional lainnya (Keeling dan Ramos,1995)
3) Pelindung dan Advokat Klien
Sebagai pelindung, perawat membantu mempertahankan lingkungan yang
aman bagi klien dan mengambil tindakan untuk mencegah terjadinya
kecelakaan serta melindungi klien dari kemungkinan efek yang tidak
diinginkan dari suatu tindakan diagnostic atau pengobatan. Contoh dari peran
perawat sebagai pelindung adalah memastikan bahwa klien tidak memiliki
alergi terhadap obat dan memberikan imunisasi melawat penyakit di
komunitas. Sedangkan peran perawat sebagai advokat, perawat melindungi
hak klien sebagai manusia dan secara hukum, serta membantu klien dalam
menyatakan hak-haknya bila dibutuhkan. Contohnya perawat memberikan
informasi tambahan bagi klien yang sedang berusaha untuk memutuskan
tindakan yang terbaik baginya. Selain itu, perawat juga melindungi hak-hak
klien melalui cara-cara yang umum dengan menolak aturan atau tindakan
yang mungkin membahayakan kesehatan klien atau menentang hak-hak
klien. Peran ini juga dilakukan perawat dalam membantu klien dan keluarga
dalam menginterpetasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau
informasi lain khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan
keperawatan yang diberikan kepada pasien, juga dapat berperan
mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien yang meliputi hak atas
pelayanan sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang penyakitnya, hak atas
privasi, hak untuk menentukan nasibnya sendiri dan hak untuk menerima
ganti rugi akibat kelalaian.
4) Manager Kasus
Dalam perannya sebagai manager kasus, perawat mengkoordinasi aktivitas
anggotatim kesehatan lainnya, misalnya ahli gizi dan ahli terapi fisik, ketika
mengatur kelompok yang memberikan perawatan pada klien.
Berkembangnya model praktik memberikan perawat kesempatan untuk
membuat pilihan jalur karier yang ingin ditempuhnya. Dengan berbagai
tempat kerja, perawat dapat memilih antara peran sebagai manajer asuhan
keperawatan atau sebagai perawat asosiat yang melaksanakan keputusan
manajer (Manthey,1990). Sebagai manajer, perawat mengkoordinasikan dan
mendelegasikan tanggung jawab asuhan dan mengawasi tenaga kesehatan
lainnya.

5) Rehabilitator
Rehabilitasi adalah proses dimana individu kembali ke tingkat fungsi
maksimal setelah sakit, kecelakaan, atau kejadian yang menimbulkan
ketidakberdayaan lainnya. Seringkali klien mengalami gangguan fisik dan
emosi yang mengubah kehidupan mereka. Disini, perawat berperan sebagai
rehabilitator dengan membantu klien beradaptasi semaksimal mungkin
dengan keadaan tersebut.
6) Pemberi Kenyamanan
Perawat klien sebagai seorang manusia, karena asuhan keperawatan harus
ditujukan pada manusia secara utuh bukan sekedar fisiknya saja, maka
memberikan kenyamanan dan dukungan emosi seringkali memberikan
kekuatan bagi klien sebagai individu yang memiliki perasaan dan kebutuhan
yang unik. Dalam memberi kenyamanan, sebaiknya perawat membantu klien
untuk mencapai tujuan yang terapeutik bukan memenuhi ketergantungan
emosi dan fisiknya.
7) Komunikator
Keperawatan mencakup komunikasi dengan klien dan keluarga, antar sesame
perawat dan profesi kesehatan lainnya, sumber informasi dan komunitas.
Dalam memberikan perawatan yang efektif dan membuat keputusan dengan
klien dan keluarga tidak mungkin dilakukan tanpa komunikasi yang
jelas.Kualitas komunikasi merupakan factor yang menentukan dalam
memenuhi kebutuhan individu, keluarga dan komunitas.
8) Penyuluh
Sebagai penyuluh, perawat menjelaskan kepada klien konsep dan data-data
tentang kesehatan, mendemonstrasikan prosedur seperti aktivitas perawatan
diri, menilai apakah klien memahami hal-hal yang dijelaskan dan
mengevaluasi kemajuan dalam pembelajaran. Perawat menggunakan metode
pengajaran yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan klien serta
melibatkan sumber-sumber yang lain misalnya keluarga dalam pengajaran
yang direncanakannya.
9) Kolabolator
Peran perawat disini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan
yang terdiri dari dokter, fisioterapi, ahli gizi dan lain-lain dengan berupaya
mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi
atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya.
10) Edukator
Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan tingkat
pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan,
sehingga terjadi perubahab perilaku dari klien setelah dilakukan pendidikan
kesehatan.
11) Konsultan
Peran disini adalah sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan
keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas permintaan
klien tehadap informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan yang
diberikan.
12) Pembaharu
Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mengadakan perencanaan,
kerjasama, perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan metode
pemberian pelayanan keperawatan.

2.4 Konsep Keperawatan Keluarga


Peran perawat keluarga menurut WHO Europe tahun 2000 adalah :
a) Health educator (pemberi pendidikan kesehatan).
b) Coordinator (Conector) mengatur perencanaan program-program atau
merancang intervensi yang akan dilaksanakan. Contoh merencanakan klien
untuk dirujuk ke tim medis lain.
c) Provider / caregiver memberikan pelayanan kesehatan secara langsung.
d) Health Promotion (home care & home visit).
e) Penasehat dan memberi saran jika diminta oleh klien.
f) Collaborator berkolaborasi dengan tim medis lain untuk tujuan kesembuhan
klien.
g) Fasilitator contohnya memfasilitasi keluarga yang kurang mampu
untuk memperoleh jamkesmas.
h) Case founder penemu kasus.
i) Memodifikasi lingkungan baik berupa fisik, psikis, maupun perilaku dan gaya
hidup.
Selain itu peran perawat yang lain juga dapat memberikan saran tentang gaya
hidup,
perilaku beresiko dengan pengkajian dapat mendeteksi awal penyakit sehingga dapat
memberikan intervensi terhadap penanganan penyakit dini. Mengetahui faktor sosial
ekonomi yang mempengaruhi masalah kesehatan keluarga agar dapat memberikan
intervensi yang tepat. Perawat bertindak sebagai lynchpin yaitu terlibat bersama
keluarga, tidak terbatas merawat, tetap juga tahu masalah keluarga dan harus
menempatkan diri sebagai anggota keluarga sehingga dapat menghubungkan keluarga
dengan tim kesehatan lain.

2.5 Peran Perawat Profesional Dalam Membangun Citra Perawat Ideal Di Mata
Masyarakat
Menjadi seorang perawat merupakan suatu pilihan hidup bahkan merupakan suatu
cita-cita bagi sebagian orang. Namun, adapula orang yang menjadi perawat karena
suatu keterpaksaan atau kebetulan, bahkan menjadikan profesi perawat sebagai
alternatif terakhir dalam menentukan pilihan hidupnya. Terlepas dari semua itu,
perawat merupakan suatu profesi yang mulia. Seorang perawat mengabdikan dirinya
untuk menjaga dan merawat klien tanpa membeda-bedakan mereka dari segi apapun.
Setiap tindakan dan intervensi yang tepat yang dilakukan oleh seorang perawat, akan
sangat berharga bagi nyawa orang lain. Seorang perawat juga mengemban fungsi dan
peran yang sangat penting dalam memberikan asuhan keperawatan secara holistik
kepada klien.
Perkembangan dunia kesehatan yang semakin pesat kian membuka
pengetahuan masyarakat mengenai dunia kesehatan dan keperawatan. Hal ini ditandai
dengan banyaknya masyarakat yang mulai menyoroti kinerja tenaga-tenaga kesehatan
dan mengkritisi berbagai aspek yang terdapat dalam pelayanan kesehatan.
Pengetahuan masyarakat yang semakin meningkat, berpengaruh terhadap
meningkatnya tuntutan masyarakat akan mutu pelayanan kesehatan, termasuk
pelayanan keperawatan. Oleh karena itu, citra seorang perawat kian menjadi sorotan.
Hal ini tentu saja merupakan tantangan bagi profesi keperawatan dalam
mengembangkan profesionalisme selama memberikan pelayanan yang berkualitas agar
citra perawat senantiasa baik di mata masyarakat.
Menjadi seorang perawat ideal bukanlah suatu hal yang mudah, apalagi untuk
membangun citra perawat ideal di mata masyarakat. Hal ini dikarenakan kebanyakan
masyarakat telah didekatkan dengan citra perawat yang identik dengan sombong, tidak
ramah, genit, tidak pintar seperti dokter dan sebagainya. Seperti itulah kira-kira citra
perawat di mata masyarakat yang banyak digambarkan di televisi melalui sinetron-
sinetron tidak mendidik. Untuk mengubah citra perawat seperti yang banyak
digambarkan masyarakat memang tidak mudah, tapi itu merupakan suatu keharusan
bagi semua perawat, terutama seorang perawat profesional. Seorang perawat
profesional seharusnya dapat menjadi sosok perawat ideal yang senantiasa menjadi role
model bagi perawat vokasional dalam memberikan asuhan keperawatan. Hal ini
dikarenakan perawat profesional memiliki pendidikan yang lebih tinggi sehingga ia
lebih matang dari segi konsep, teori, dan aplikasi. Namun, hal itu belum menjadi
jaminan bagi perawat untuk dapat menjadi perawat yang ideal karena begitu banyak
aspek yang harus dimiliki oleh seorang perawat ideal di mata masyarakat Perawat yang
ideal adalah perawat yang baik. Begitulah kebanyakan orang menjawab ketika ditanya
mengenai bagaimana sosok perawat ideal di mata mereka. Mungkin
kedengarannya sangat sederhana. Namun, di balik semua itu, pernyataan tersebut
memiliki makna yang besar. Masyarakat ternyata sangat mengharapkan perawat dapat
bersikap baik dalam arti lembut, sabar, penyayang, ramah, sopan dan santun saat
memberikan asuhan keperawatan. Dalam kehidupan sehari-hari, kita memang masih
menemukan perilaku kurang baik yang dilakukan oleh seorang perawat terhadap klien
saat menjalankan tugasnya di rumah sakit. Hal itu memang sangat disayangkan karena
bisa membuat citra perawat menjadi tidak baik di mata masyarakat. Ternyata memang
hal-hal seperti itulah yang memunculkan jawaban demikian dari
masyarakat
Untuk menjadi perawat ideal di mata masyarakat, diperlukan kompetensi yang
baik dalam hal menjalankan peran dan fungsi sebagai perawat. Seorang perawat
profesional haruslah mampu menjalankan peran dan fungsinya dengan baik. Adapun
peran perawat diantaranya ialah pemberi perawatan, pemberi keputusan klinis,
pelindung dan advokat klien, manajer kasus,rehabilitator, pemberi kenyamanan,
komunikator, penyuluh, dan peran karier.Semua peran tersebut sangatlah berpengaruh
dalam membangun citra perawat di masyarakat. Namun, disini saya akan menekankan
peran yang menurut saya paling penting dalam membangun citra perawat ideal di mata
masyarakat. Peran–peran tersebut diantaranya ialah peran sebagai pemberi perawatan,
peran sebagai pemberi kenyaman dan peran sebagai komunikator. Peran sebagai
pemberi asuhan keperawatan merupakan peran yang paling utama bagi seorang
perawat. Perawat profesional yang dapat memberikan asuhan keperawatan dengan baik
dan terampil akan membangun citra keperawatan menjadi lebih baik di mata
masyarakat. Saat ini, perawat vokasional memang masih mendominasi praktik
keperawatan di rumah sakit maupun di tempat pelayanan kesehatan lainnya.Tidak dapat
dipungkiri bahwa perawat vokasional memiliki kemampuan aplikasi yang baik dalam
melakukan praktik keperawatan.
Namun, perawat vokasional memiliki pengetahuan teoritis yang lebih terbatas jika
dibandingkan dengan perawat profesional. Dengan semakin banyaknya jumlah perawat
profesional saat ini, diharapkan dapat melengkapi kompetensi yang dimiliki oleh
perawat vokasional.
Seorang perawat profesional harus memahami landasan teoritis dalam
melakukan praktik keperawatan. Landasan teoritis tersebut akan sangat berguna bagi
perawat profesional saat menjelaskan maksud dan tujuan dari asuhan keperawatan
yang diberikan secara rasional kepada klien. Hal ini tentu saja akan membawa dampak
baik bagi terciptanya citra perawat ideal di mata masyarakat yaitu perawat yang cerdas,
terampil dan professional. Kenyamanan merupakan suatu perasaan subjektif dalam diri
manusia. Masyaraka yang menjadi klien dalam asuhan keperawatan akan memiliki
kebutuhan yang relatif terhadap rasa nyaman. Mereka mengharapkan perawat dapat
memenuhi kebutuhan rasa nyaman mereka. Oleh karena itu, peran perawat sebagai
pemberi kenyamanan, merupakan suatu peran yang cukup penting bagi terciptanya
suatu citra keperawatan yang baik. Seorang perawat professional diharapkan mampu
menciptakan kenyamanan bagi klien saat klien menjalani perawatan. Perawat
profesional juga seharusnya mampu mengidentifikasi kebutuhan yang berbeda-beda
dalam diri klien akan rasa nyaman.
Kenyamanan yang tercipta akan membantu klien dalam proses penyembuhan,
sehingga proses penyembuhan akan lebih cepat. Pemberian rasa nyaman yang diberikan
perawat kepada klien dapat berupa sikap atau perilaku yang ditunjukkan dengan sikap
peduli, sikap ramah, sikap sopan, dan sikap empati yang ditunjukkan perawat kepada
klien pada saat memberikan asuhan keperawatan. Memanggil klien dengan namanya
merupakan salah satu bentuk interaksi yang dapat menciptakan kenyamanan bagi klien
dalam menjalani perawatan. Klien akan merasa nyaman dan tidak merasa asing di
rumah sakit. Perilaku itu juga dapat menciptakan citra perawat yang ideal di mata klien
itu sendiri karena klien mendapatkan rasa nyaman seperti apa yang diharapkannya.
Peran perawat sebagai komunikator juga sangat berpengaruh terhadap citra perawat di
mata masyarakat. Masyarakat sangat mengharapkan perawat dapat menjadi
komunikator yang baik. Klien juga manusia yang membutuhkan interaksi pada saat ia
menjalani asuhan keperawatan. Interaksi verbal yang dilakukan dengan perawat sedikit
banyak akan berpengaruh terhadap peningkatan kesehatan klien. Keperawatan
mencakup komunikasi dengan klien dan keluarga, antar-sesama perawat dan profesi
kesehatan lainnya, serta sumber informasi dan komunitas. Kualitas komunikasi
yang dimiliki oleh seorang perawat merupakan faktor yang menentukan dalam
memenuhi kebutuhan individu, keluarga, dan komunitas.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kehidupan keluarga sangat berperan penting dalam membentuk karakter tiap individu
yang didalamnya. Oleh sebab itu, keluarga mempunyai tugas fingsinya sendiri,
dimana keluarga bukan hanya berfungsi sebagai membentuk suatu keturunan akan
tetapi keluarga mempunyai fungsi ekonomi, psikologi, dan pendidikan. Masalah –
masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan sehingga apabila salah satu
anggota keluarga lainnya, serta keluarga tetap dan selalu berperan sebagai pengambil
keputusan dalam memelihara kesehatan para anggotanya. Jadi, yang dibutuhkan
dalam menangani masalah ini selain peran dari keluarga diperlukan juga profesi yang
bekerja dalam kesehatan keluarga merupakan tujuan yang ingin dicapai dalam
memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, agar keluarga tersebut dapat
meningatkan produktifitas dan kemandirian keluarga, sehingga apabila produktifitas
dan kemandirian keluarga meningkat diharapkan kesejahteraan keluarga akan
meningkat pula.
DAFTAR PUSTAKA

Freadman, M. M. (2013). Buku Ajar Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC.


Mubarok, W. I. (2010). Ilmu Keperawatan Komunitas. Jakarta: Salemba Medika.
Susanto, T. (2012). Buku Ajar Keperawatan Keluarga. Jakarta: TIM.
Zaidin Ali, S. M. (2010). Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC.
Makhfudli, (2013). Keperawatan Kesehatan Komunitas. Jakarta: Salemba Medika

Puskesmas 1 Muara Bungo, 2018. Data Profil Kesehatan puskesmas Muara Bungo

Friedman. 2003. Keperawatan Keluarga. Jakarta : Rajawana

Friedman. 2008. Keperawatan Keluarga, Teori dan Praktik. Edisi 3. Jakarta: Rajawana

Tamher, S; Heryati. 2008. Patologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta: Trans Info
Medika

Anda mungkin juga menyukai