Disusun Oleh:
Annisa, S.Kep 11194692010060
Ayu Asari, S.Kep 11194692010063
Fachriyal Hami, S.Kep 11194692010068
Hardiyanti, S.Kep 11194692010070
0
LEMBAR PERSETUJUAN
Disusun oleh :
Annisa, S.Kep 11194692010060
Ayu Asari, S.Kep 11194692010063
Fachriyal Hami, S.Kep 11194692010068
Hardiyanti, S.Kep 11194692010070
………………… ……….………
LEMBAR PENGESAHAN
i
Satuan Acara Penyuluhan
Terapi Bermain Congklak
Disusun oleh :
Annisa, S.Kep 11194692010060
Ayu Asari, S.Kep 11194692010063
Fachriyal Hami, S.Kep 11194692010068
Hardiyanti, S.Kep 11194692010070
……………….. ……………....
ii
iii
A. Latar Belakang
Hospitalisasi adalah masuknya individu ke rumah sakit
sebagai pasien dengan berbagai alasan seperti pemeriksaan diagnostik,
prosedur operasi, perawatan medis, pemberian obat dan menstabilkan
atau pemantauan kondisi tubuh3. Hospitalisasi dapat menimbulkan
krisis pada kehidupananak karena ketika di rumah sakit, anak
harusmenghadapi lingkungan yang asing, pemberian asuhan yang tidak
dikenal, dan gangguan terhadap gaya hidup mereka, sehingga anak
dapatmengalami kecemasaan akibat perubahan, baik pada status kesehatan
maupun lingkungan dalam sehari-hari4. Jadi, salah satu dampak yang
dapat ditimbulkan akibat hospitalisasi pada anak adalah
kecemasan.Kecemasan adalah gangguan alam perasaan yang
ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam
dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam kenyataan,
kepribadian masih tetap utuh atau tidak mengalami keretakan
kepribadian normal5.
Berdasarkan aspek klinis, kecemasan dapat dijumpai pada orang
yang menderita stress normal, sakit fisik berat lama dan kronik, serta pada
orang dengan gangguan psikiatri berat. Kecemasan yang
berkepanjangan dapat menjadi patologis dan menghasilkan berbagai
gejala hiperaktivitas otonom pada sistem musculoskeletal,kardiovaskuler,
gastrointestinal bahkan genitourinarius. Respon kecemasan
yangberkepanjangan dinamakan gangguan
kecemasan6.Apabilakecemasanpadaanakdibiarkanterus-menerus dapat
mengakibatkan stres yang akan berdampak pada penurunan respon imun,
sehingga dapatberpengaruhterhadapprosespenyembuhannya, lama
perawatan bertambah, dan mempercepat terjadinya komplikasi
penyakit yang tidak diinginkan.
Oleh karena itu, dibutuhkan intervensi dalam mengatasi
kecemasan pada anak selama hospitalisasi agar dapat memfasilitasi
anak dalam mengekspresikan perasaannya. Apabila kecemasan anak
selama hospitalisasi dapat teratasi, maka akan mendukung koping yang
efektif dan mendukung kelancaranperawat dalam memberikan asuhan
1
keperawatan. Untuk itu, anak memerlukan media yang dapat
mengekspresikan perasaan tersebut dan mampu bekerja sama dengan
petugas kesehatan selama dalam perawatan. Salah satu media yang
paling efektif adalah melalui kegiatan bermain
Kegiatan bermain merupakan bagian yang penting dalam
proses tumbuh kembang anak di semua bidang kehidupan baik fisik,
intelektual, emosi dan sosial9. Permainan yang diberikan kepada
anak sebaiknya pemainan yang bersifat terapeutik dan edukatif. Hal
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sysnawati dkk. Tentang
menurunkan kecemasan unak usia sekolah selama hospitlisasi dengan
terapi bermain, didapatkan hasil bahwa tingkat kecemasan anak usia
sekolah sebelum diberikan terapi bermain all tangled upyaitu berada
pada tingkat kecemasan sedang. Terapi bermain alltangled up mampu
menurunkan kecemasananak usia sekolah yang sedang mendapatkan
perawatan di rumah sakit dari tingkat kecemasan sedang
menjadi kecemasan ringan pada kelompok intervensi.
Permainan yang mengandung makna kearifan lokal menjadi
sebuah hal yang sulit dipertahankan. Jika digali lebih dalam,
ternyata makna dibalik nilai-nilai permainan tradisional mengandung
pesan-pesan moral dengan muatan kearifan lokal (local wisdom)yang
luhur, sangat sayang jika generasi sekarang tidak mengenal dan
menghayati nilai-nilai yang diangkat dari keanekaragaman suku-suku
bangsa di Indonesia. Salah satu permainan tradisional bangsa Indonesia
adalah congklak, yang dalam bahasa Bugis-Makassar adalah
maggalenceng. Permainanmaggalenceng adalah merupakan sebuah
permainan yang dimainkan oleh dua orang, memakai sebuah papan
aggalenceng(congklak) yang memiliki 16 lubang, menggunakan sejenis
cangkang kerang digunakan sebagai biji maggalencengdan jika tidak ada,
kadangkala digunakan biji-bijidari tumbuh-tumbuhan dan batu-batu kecil.
Oleh karena itu kelompok kami menyarankan untuk melakukan terapi
bermain congklak di Ruangan anak RSUD Ansari Saleh sebagai metode
menurunkan kecemaasan pada anak.
2
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memberikan ketenangan dan kenyamanan pa
a anak yang sedang menjalani pengobatan
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan terapi bermain congklak
b. Mengajak anak bermain bersama teman sebayanya
c. Membantu pasien untuk menurunkan kecemasan anak
3
E. Waktu dan Tempat
Hari dan Tanggal : Kamis, 08 April 2021
Pukul : 08.30-09.00 Wita
Tempat Kegiatan : Ruang rawat inap
4
F. Setting
Pembimbing : 1. Paul Joae Brett Nito M.Kep., Ns
2. Riswan, S.Kep., Ns
Anggota : 1. Ayu Asari S,Kep
2. Annisa S,Kep
3. Fachriyal Hami S,Kep
4. Hardiyanti S,Kep
Skema kegiatan
Keterangan:
: Fasilitator
: Klien
: Koordinator leader
: Leader
G. Struktur pelaksana
1. Fasilitator : Annisa S.Kep
2. Fasilitator : Fachriyal Hami S.Kep
3. Observer : Hardiyanti S.Kep
4. Leader : Ayu Asari S.Kep
5
H. Alat Media : 1. Congklak
I. Metode : ceramah dan simulasi terapi Bermain
J. Langkah-langkah Kegiatan
1. Persiapan
Klien membentuk persegi
2. Fase Orientasi
a) Leader membuka acara
b) Melakuakn perkenalan (terapis dank klien)
c) Leader menyampaikan tujuan terapi Bermain
d) Leader membuat validasi kontrak
e) Leader dibantu Co-Leader menjelaskan cara bermain congklak
3. Fase Kerja
Pelaksanaan terapi berkebun
a) Leader memimpin peserta dan terapis untuk bermain congklak
b) Leader memandu terapi bermain congkak bersama pasien
c) Mengobservasi terapi bermain pasien dan pasien lain
d) Leader menutup kegiatan terapi bermain
4. Fase Terminasi
a) Leader menanyakan perasaan peserta setelah mengikuti terapi
bermain
b) Leader menanmemberikan pujian kepada klien
c) Leader membuat kontrak untuk yang akan datang
d) Leader menutup acara
6
Lampiran I
Materi
2. Definisi Bermain
Bermain merupakan suatu aktivitas dimana anak dapat melakukan
ataumempraktikkanketerampilan,memberikanekspresiterhadappemikiran
, menjadi kreatif, mempersiapkan diri untuk berperan dan berperilaku
dewasa. Sebagai suatu aktivitas yang memberikan
stimulasidalamkemampuan keterampilan, kognitif, dan afektif maka
sepatutnya diperlukan suatu bimbingan, mengingat bermain bagi
anak merupakan suatu kebutuhan bagi dirinya sebagaimana
kebutuhan lainnya seperti kebutuhanmakan, kebutuhan rasa aman,
kebutuhan kasih sayang, dan lain-lain.
7
Bermain merupakan kegiatan atau simulasi yang sangat tepat untuk
anak. Bermain dapat meningkatkan daya pikir anak untuk
mendayagunakan aspek emosional, sosial serta fisiknya serta
dapat meningkatkan kemampuan fisik, pengalaman, dan
pengetahuan serta keseimbangan mental anak.
Adapun fungsi bermain, antara lain
1. Perkembangan sensoris-motorik Dalam hal ini permainan akan
membantu perkembangan gerak halus dan pergerakan kasar
anak dengan cara memainkan suatu obyek yang sekiranya anak
merasa senang.
2. Perkembangan kognitifMembantu anak untu mengenal benda-
benda yang ada disekitarnya.
3. KreatifitasMengembangkan kreatifitas anak dalam bermain
sendiri atau secara bersama.
4. Perkembangan sosialBelajar berinteraksi dengan orang lain,
mempelajari peran dalam kelompok.
5. Kesadaran diri (self awareness)Dengan bermain anak sadar
akankemampuannya sendiri, kelemahannya dan tingkah
laku terhadap orang lain.
6. Perkembangan moralDapat diperoleh dari orang tua, orang lain
yang ada di sekitar anak.
7. KomunikasiBermain merupakan alat komunikasi utama pada
anak yang masih belum dapat menyatakan perasaannya secara
verbal.
8
pernyataan Sigmund Freud berdasarkan Teori Psycoanalytic
mengatakan bahwa bermain berfungsi untuk mengekspresikan dorongan
impulsifsebagai cara untuk mengurangi kecemasan yang berlebihan
pada anak.
Agar anak dapat lebih efektif dalam bermain di rumah sakit,
perlu diperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Permainan tidak banyak menggunakan energi, waktu bermain
lebih singkat untuk menghindari kelelahan dan alat-alat
permainannya lebih sederhana. Menurut Vanfeet, 2010
waktu yangdiperlukan untuk terapi bermain pada anak
yang dirawat di rumah sakit adalah 15-20 menit. Waktu 15-
20 menit dapat membuat kedekatan antara orangtua dan
anak serta tidak menyebabkan anak kelelahan akibat bermain.
Hal ini berbeda dengan Adriana, 2011, yang menyatakan
bahwa waktu untuk terapi bermain 30-35 menit yang terdiri dari
tahap persiapan 5 menit, tahap pembukaan 5 menit,
tahap kegiatan 20 menit dan tahap penutup 5 menit. Lama
pemberian terapi bermain bisa bervariasi, idealnya dilakukan
15-30 menit dalam sehari selama 2-3 hari. Pelaksanaan terapi
ini dapat memberikan mekanisme koping dan menurunkan
kecemasan pada anak.
2. Mainan harus relatif aman danterhindar dari infeksi silang.
Permainan harus memperhatikan keamanan dan kenyamanan.
a. Sesuai dengan kelompok usia Tidak bertentangan dengan
terapi.Terapi bermain harus memperhatikan kondisi anak. Bila
program terapi mengharuskan anak harus istirahat, maka
aktivitas bermain hendaknya dilakukan ditempat tidur.
Permainan tidak boleh bertentangan dengan pengobatan yang
sedang dijalankan anak. Apabila anak harus tirah baring,
harus dipilih permainan yang dapat dilakukan di tempat tidur,
dan anak tidak boleh diajak bermain dengan kelompoknya di
tempat bermain khusus yang ada di ruang rawat.
9
b. Perlu keterlibatan orangtua dankeluarga.Banyak teori yang
mengemukakan tentang terapi bermain, namun menurut
Wong13, keterlibatan orangtua dalam terapi adalah sangat
penting, hal inidisebabkankarena orangtua mempunyai
kewajiban untuk tetap melangsungkan upaya stimulasi
tumbuh kembang pada anak walaupun sedang dirawat si
rumah sakit. Anak yang dirawat di rumah sakit seharusnya
tidak dibiarkan sendiri. Keterlibatan orangtua dalam perawatan
anak di rumahsakit diharapkan dapat mengurangi dampak
hospitalisasi.
10
Lampiran II
DAFTAR PUSTAKA
Saputro, Heri dan Intan, Fazrin. 2017. Anak SakitWajib Bermain di Rumah
Sakit: Penerapan Terapi Bermain Anak Sakit, Proses, Manfaat
dan Pelaksanaannya. Ponorogo:Forum Ilmiah Kesehatan
Heryanti,Vera.2014.MeningkatkanPerkembanganKognitifAnakMelaluiPermainan
Tradisional (Congklak). Skripsi.Universitas Bengkulu.
11
PRESENSI KEHADIRAN
“TERAPI BERMAIN CONGKLAK”
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
12
(.............................................)
(.............................................)
13
Lampiran. Dokumentasi
Terapi bermain, Kamis 08 April 2021
14