MODEL KONSEP
& TEORI KEPERAWATAN
(Aplikasi pada Kasus Obstetri Ginekologi)
RF.KKS.10.01.2010
Model Konsep & Teori Keperawatan (Aplikasi pada Kasus Obstetri Ginekologi)
Ns. Umi Sukowati, SH, M.Kep., Sp.Mat., dkk.
Editor : Aep Gunarsa, SH.
Desain Sampul : Hendra Kurniawan
Setting & Layout Isi : Aep Gunarsa S.H.
Diterbitkan & dicetak oleh PT Refika Aditama
Jl. Mengger Girang No. 98, Bandung 40254
Telp. (022) 5205985, Fax. (022) 5205984
e-mail: penerbit@refika-aditama.com
http://www.refika-aditama.com
Anggota Ikapi
Cetakan Pertama: Oktober 2010
ISBN 978-602-8650-0
© 2010.
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang.
Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini
TANPA IZIN TERTULIS dari penerbit.
v
Perawat adalah salah satu tenaga profesional dalam bidang kesehatan. Perawat
melakukan pelayanan kesehatan melalui pendekatan asuhan keperawatan yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan. Sebagai tenaga profesional
yang mempunyai peran independen, tentu saja tidak hanya sebatas predikat tanpa
alasan mendasar, namun sebagai tenaga profesional dalam menjalankan peran,
fungsi dan tugasnya berdasarkan body of knowledge dan body of theory yang jelas,
yang merupakan ruh keperawatan, salah satunya adalah model konsep dan teori
keperawatan.
Model konsep dan teori keperawatan tersebut ditetapkan berdasarkan kondisi dan
kebutuhan pasien agar pasien mendapatkan pelayanan asuhan keperawatan yang
berkualitas. Ironinya, model konsep dan teori keperawatan masih belum membudaya
diterapkan di tatanan pelayanan kesehatan, dikarenakan masih minimnya sumbersumber
yang mendukung, serta masih belum banyak tenaga keperawatan yang
memahami model konsep dan teori keperawatan tersebut. Kondisi ini semakin
membuat sentuhan Caring semakin jauh dirasakan oleh provider.
Namun demikian, sebagai tenaga keperawatan yang mempunyai komitmen tinggi
terhadap kemajuan profesionalitas keperawatan, tentunya tidak berhenti begitu saja,
tidak putus asa untuk terus berupaya mensiarkan layanan keperawatan profesional
dengan menggunakan model konsep dan teori keperawatan. Pengaplikasian
model konsep dan teori keperawatan telah terbukti dapat memuaskan pasien dan
keluarganya. Berdasarkan pertimbangan itulah maka buku ini disajikan dalam upaya
memperkaya wawasan keperawatan, dan bila mungkin diharapkan dapat menjadi
salah satu motivator bagi tenaga keperawatan khususnya untuk senantiasa menerapkan
keilmuannya sebagai bentuk tanggung jawab dan tanggung gugat dalam memberikan
layanan profesional.
Penulisan ini diangkat dari tugas akhir ke-enam penulis dalam rangka untuk
memperoleh gelar Ners Spesialis Keperawatann Maternitas pada Program Pascasarjana
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia dibawah bimbingan Dra. Setyowati,
S.Kp., M.App.Sc., PhD, Yenni Rustinna, S.Kp., M.App.Sc, PhD, Imami Nur Rachmawati,
Kata Pengantar
vi
S.Kp., M.Sc., Yati Afiyanti, S.Kp., MN., Dr. Chandra Widjajanti, S.Kp., M.Kep., Sp.Mat.,
dr. Farchan Djoned, SpOG., dr. Aswin W. Sastro, SpOG., Sri Djuwitaningsih, SKp.,
M.Kep., Sp.Mat., dr. Irawan, Sp.OG, Lilis Komariah, SKp, M.Kep., Sp. Mat.
Pada kesempatan ini Penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada seluruh
dosen, pembimbing, penguji, serta teman-teman. Terima kasih pula penulis sampaikan
kepada keluarga, suami, anak-anak, orang tua dan saudara. Karena tanpa dorongan
dan keihlasannya tidak mungkin penulis mampu menyelesaikan studi dan tugas akhir
ini, walaupun selama kami menjalani studi banyak aral melintang, yang merampas
kebahagian mereka semua.
Segala kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan materi model
konsep dan teori keperawatan sangat penulis harapkan. Akhir kata, semoga buku ini
bermanfaat dan mampu memacu semangat sejawat perawat terus berkarya walaupun
keberadaan kita sebagai perawat banyak halangan dalam upaya mengaktualisasikan
dalam menerapkan body of knnowledge dan body of theory keperawatan.
April 2010
Penulis
vii
Daftar Isi
Kata Pengantar..................................................................................................Xi
BAGIAN I
Model Konsep Dan Teori Keperawatan..............................................................1
A. Teori Model Konsep Need For Help “Wiedenbach”.............................8
B. Model Konsep dan Teori Self Care Menurut “Dorothea Orem” ........... 9
C. Konsep Model dan Teori Adaptasi “Roy”............................................13
BAGIAN II
Konsep Penyakit...............................................................................................33
A. Grande Multipara................................................................................33
B. Kehamilan Ektopik Terganggu (Ket).....................................................38
C. Infeksi Pasca Sectio Caesaria (SC)........................................................41
D. Hiperemesis Gravidarum....................................................................41
E. Asthma Bronciale Pada Kehamilan.....................................................46
F. Ketuban Pecah Dini............................................................................46
Bagian Iii
Penerapan Model Konsep Dan Teori Keperawatan
Pada Kasus Obstetri Ginekologi.......................................................................85
A. Aplikasi Konsep Model Keperawatan Need For Helf
Pada Grande Multipara.......................................................................85
B. Aplikasi Konsep Model Keperawatan Need For Helf
Pada Kehamilan Ektopik Terganggu (Ket)............................................88
C. Aplikasi Model Konsep Self Care “Orem”
Pada Kasus Infeksi Luka Post Operasi..................................................90
viii
D. Aplikasi Model Konsep Self Care “Orem”
Pada Kasus Hiperemesis Gravidarum..................................................91
E. Aplikasi Konsep MOdel Keperawatan Adaptasi “Roy”
Pada Ibu Hamil dengan Asma Bronchial.............................................94
F. Aplikasi Konsep MOdel Keperawatan Adaptasi “Roy”
Pada Primigravida Dengan KPD..........................................................96
1. Tahap I: Pengkajian
Berdasarkan teori “Need for Help” Wiedenbach, diterapkan untuk mengidentifikasi
bantuan apa yang dibutuhkan oleh ibu bersalin. Pengkajian yang dilakukan pada ibu
merupakan pengkajian holistik yang meliputi pengkajian fisik dan psikologis.
Teori Model Konsep Need For Help 5
a. Pengkajian fisik
Pengkajian segera saat ibu datang ke rumah sakit yaitu Objektif (O): pengkajian fisik,
pemeriksaan abdomen, detak jantung janin, kontraksi uterus, pengeluaran pervaginam,
dilatasi serviks, tanda-tanda perdarahan dan tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu,
pernapasan). Subjektif (S): HPHT, taksiran persalinan, kebutuhan aktivitas istirahat
yang terganggu terkait dengan nyeri proses persalinan. Nyeri dapat menimbulkan efek
fisiologis dan psikologis yang berkepanjangan dapat menyebabkan kelelahan pada
ibu sehingga power-nya semakin menurun dan mempengaruhi adaptasi ketika post
partum, merawat dan menyusui bayinya. Pengkajian selanjutnya pada ibu bersalin
adalah apakah ibu menggunakan teknik koping seperti pernapasan, relaksasi atau
penggunaan medikasi untuk mengurangi nyeri persalinan.
b. Pengkajian Psikologis (S)
Pengkajian psikologis yaitu riwayat psikososial meliputi perasaan dan harapan ibu
sehubungan dengan proses persalinannya. Nyeri yang berlebihan merupakan ancaman
komplikasi baik pada ibu maupun pada janinnya seperti persalinan yang memanjang.
Skema 1:
Penerapan Model Konsep dan teori Need for Help dalam Asuhan Keperawatan
Teori dan Konsep
Keperawatan
Proses Keperawatan pada Ibu Bersalin
Grande Multipara untuk Mencegah Terjadinya
Perdarahan Post Partum
“Need for Help”
Wiedenbach
Diagnosa
Keperawatan (A)
Pengkajian (S, O)
- Pengkajian Fisik
- Pengkajian Psikologis
Evaluasi (E) &
Replanning (R)
• Tidak ada komplikasi
post partum:
perdarahan pada kala
III/IV
• Melahirkan bayi
dengan selamat
Perencanaan (P)
(Ministration, Validation,
Coordination)
• Pemantauan
kesejahteraan ibu dan
janin
• Mencegah perdarahan
post partum (kala I - IV)
Implementasi (I)
Knowing, being with, doing
for, enabling, maintaining
belief
Peningkatan Kualitas
Asuhan Keperawatan
Keterangan:
S : Subjektif
O : Objektif
A : Anlisisa
B. Diagnosa Keperawatan
Merupakan proses penyesuaian terhadap masalah yang muncul dengan merujuk
pada status adaptasi klien. Dalam menetapkan diagnosa keperawatan, Roy (1991)
menyampaikan tiga alternatif yang digunakan, yaitu pertama, menggunakan tipologi
diagnosa yang berhubungan dengan empat model adaptasi; kedua, mengobservasi
tingkah laku yang berhubungan dengan stimuli; dan ketiga, sebagai kesimpulan
satu atau lebih model adaptasi yang berhubungan dengan stimuli. Contoh,
diagnosa keperawatan pada ibu hamil dengan asma yaitu: 1) Bersihan jalan napas
tidak efektif berhubungan dengan bronkospasme, peningkatan produksi sekret; 2)
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kurangnya suplai O2, dekstruksi
alveoli, kompliance paru tidak maksimal; 3) Risiko tinggi kegawatan pada janin
seperti tachycardia, kelahiran premature, pertumbuhan janin terhambat berhubungan
dengan suplai O2 yang tidak maksimal, terjadinya eksaserbasi dan serangan asma
yang berulang; 4) Cemas berhubungan dengan perubahan terhadap status kesehatan;
5) Antisipasi kehilangan janin, proses berduka berhubungan dengan risiko atau
aktual kehilangan janin atau cacat kongenital; 6) Potensial peningkatan kemampuan
beradaptasi klien, pasangan dan keluarga terhadap kondisi ibu hamil dengan penyakit
pernapasan kronis/asma bronchiale (Smeltzer dan Bare, 2002; Nanda, 2005).
C. Penentuan tujuan
Roy (1991) menyampaikan bahwa penentuan tujuan adalah penetapan yang jelas
tentang gambaran perilaku klien yang ingin dicapai dalam pemberian asuhan keperawatan
yang menunjukkan solusi dari masalah adaptasi. Tujuan keperawatan pada
ibu hamil dengan asma bronchial adalah adaptasi positif terhadap perubahan fisik
maupun psikologis dalam menghadapi proses kehamilannya. Intervensi keperawatan
yang dilakukan adalah tindakan untuk meningkatkan mekanisme koping dan adaptasi
klien terhadap perubahan baik fisik maupun psikologis.
D. Intervensi
Intervensi keperawatan dilakukan dengan tujuan mengubah atau memanipulasi
stimulus fokal, kontekstual dan residual, juga difokuskan pada koping individu atau
zona adaptasi, sehingga seluruh rangsang sesuai dengan kemampuan individu untuk
beradaptasi. Tindakan keperawatan berusaha membantu stimulus menuju perilaku
adaptif. Hal ini menekankan kembali pentingnya mengidentifikasi penyebab selama
pengkajian tahap II. Sebagai contoh intervensi pada ketuban pecah dini antara lain
observasi tanda vital ibu dan monitor terhadap nilai leukosit untuk mendeteksi adanya
infeksi, mempertahankan tirah baring, atur posisi, observasi terhadap kontraksi uterus,
Konsep Model Dan Teori Adaptasi “Roy” 19
tingkatkan kenyamanan dan pengetahuan untuk mengurangi kecemasan.
E. Evaluasi
Tahap akhir dari proses keperawatan menurut Roy adalah penilaian yang efektif terhadap
pelaksanaan rencana keperawatan berhubungan dengan tujuan yang direncanakan
dengan mengobservasi tingkah laku klien (Roy, 1991). Evaluasi dilakukan
dengan melihat pencapaian kriteria hasil. Kriteria hasil secara umum adalah ibu
dapat beradaptasi secara adaptif dengan mekanisme koping yang positif terhadap
kehamilannya dengan penyakit asma bronchial, mampu memenuhi kebutuhan
oksigen pada ibu dan janin, yang ditandai dengan respiratory rate, irama napas dalam
batas normal, pergerakan sputum maksimal dan keluar dari jalan napas, bebas dari
suara wheezing. Tidak ada tanda dan gejala atau komplikasi yang mengarah kepada
kegawatan ibu dan janin, seperti gagal napas, tachicardia, hipoksia, pre eklampsia,
perdarahan, pertumbuhan janin terhambat. Hasil observasi janin, irama dan pergerakan
dalam batas normal.
Model konseptual dan teori keperawatan adaptasi Roy dicontohkan pada kasus
ibu hamil dengan asma bronchiale menggunakan pendeketan proses keperawatan
digambarkan dalam skema berikut:
Skema 3:
Penerapan Model Konsep dan Teori Adaptasi pada Asuhan Keperawatan
Konsep dan Teori
Kepe rawatan
Proses Keperawatan pada Ibu Hamil dengan
Asma Bronchiale
“Adaptasi”
Roy
Pengkajian
Tahap I: fisiologi, konsep diri,
peran, interdependen.
Tahap II: pengkajian perilaku:
stimulus fokal, konstekstual,
dan residual
Perencanaan:
meningkatkan mekanisme
koping, dan daptasi
Diagnosa
Keperawatan
Evaluasi:
adaptif, maladaptif Implementasi: Aplikasi intervensi
dengan caring dan social support
Ibu hamil dengan asma bronchial dapat beradaptasi dengan
proses kehamilan, ibu dan janin sehat, selamat Dikutif dari Roy, 1991;
Tomey, 2002, Friedman, 1992.
20 Model Konsep Dan Teori Keperawatan
Bagian IINYAKIT
Grande Multipara 23
Grande Multipara
Ns. Yulia Irvani Dewi, M.Kep., Sp.Mat.
A. Pendahuluan
Kehamilan dan persalinan merupakan masa yang kritis pada seorang perempuan.
Pada masa ini terjadi perpindahan dari tahapan kehidupan ke tahapan kehidupan
lainnya yang dapat menimbulkan permasalahan. Kehamilan dan persalinan ini dapat
menyebabkan kematian, penyakit, dan kecacatan pada perempuan usia reproduksi.
Berdasarkan hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2002-
2003, angka kematian ibu (AKI) menempati urutan paling tinggi di Asia Tenggara yaitu
307/100.000 (Depkes, 2005). Setiap tahunnya kematian maternal sebanyak 13.778
orang atau setiap 2 jam terdapat 2 ibu hamil meninggal karena beberapa sebab (Azrul,
2005).
Penyebab kematian maternal dikategorikan menjadi dua, yaitu penyebab langsung
dan penyebab tidak langsung. Penyebab langsung kematian maternal pada umumnya
terjadi sekitar persalinan dan 90% karena komplikasi. Penyebab langsung kematian
ibu menurut SKRT 2001 adalah perdarahan (28%), eklamsia (24%), infeksi (11%),
komplikasi
puerperium (11%), abortus (5%), trauma obstetrik (5%), emboli obstetrik
(5%), persalinan lama/macet (5%), serta lainnya (11%) (Depkes, 2005).
Sedangkan penyebab tidak langsung kematian maternal adalah rendahnya status
gizi, rendahnya status kesehatan serta adanya faktor risiko kehamilan pada ibu. SKRT
2001 menunjukkan bahwa 34% ibu hamil mengalami kurang energi kronis (KEK),
sedangkan 40% menderita anemia gizi besi (AGB). SDKI 2002-2003 menunjukkan
24 Konsep Penyakit
bahwa 22,4% ibu masih dalam keadaan “4 terlalu” yaitu 4,1% kehamilan terjadi pada
ibu berumur kurang dari 18 tahun (terlalu muda), 3,8% terjadi pada ibu berumur lebih
dari 34 tahun (tertalu tua), 5,2% persalinan terjadi dalam interval waktu kurang dari
2 tahun (terlalu sering) dan 9,3% ibu hamil mempunyai paritas lebih dari tiga (terlalu
banyak) (Depkes, 2005).
Grande multipara merupakan kehamilan risiko tinggi yang dapat menyebabkan
morbiditas dan mortalitas pada ibu. Berdasarkan hasil penelitian bahwa perempuan
yang melahirkan lebih dari empat kali mempunyai risiko tinggi kematian pada masa
childbearing. Penyebab kematian ibu disebabkan oleh ruptur uteri, penyakit hipertensi
kronik, plasenta previa, solutio placenta, anemia, persalinan yang lama, malpresentasi
janin, persalinan dengan alat (vacum dan forcep), persalinan prematur, persalinan
dengan operasi sesar, dan perdarahan post partum (Toohey, 1995; Bugg, Atwal dan
Maresh, 2002; Simonsen, 2005).
Selain berdampak pada ibu, grande multipara juga dapat menimbulkan masalah
pada bayi. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa dampak grande multipara
pada janin atau bayi di antaranya adalah meningkatnya insiden makrosomia (16%),
neonatal tachypnea, fetal distress, APGAR score yang rendah, kelahiran prematur,
aspirasi mekonium dan kematian janin (Heija, Chalabi, dan Iloubani, 1998; Babinszki,
1999).
Pada persalinan, grande multipara sangat berisiko untuk terjadinya perdarahan
post partum. Perdarahan ini disebabkan oleh kontraksi uterus yang lemah (atonia
uteri) setelah anak lahir (Chalik, 1998; Cunningham 2001). Atonia uteri dialami
sekurang-kurangnya 5% pada perempuan melahirkan, khususnya grande multipara
(Bobak, Lowdermilk, Jensen, 2005). Perdarahan post partum dapat terjadi tiba-tiba
dan bahkan sangat masif. Komplikasi yang paling berat dari perdarahan post partum
adalah syok. Apabila penanganan syok kurang cepat dan tepat akan menyebabkan
kematian (Chalik, 1998).
Kematian dan kesakitan ibu berdampak besar secara sosial dan ekonomi. Apabila
seorang ibu meninggal, keluarga dan masyarakat dari ibu tersebut akan menurun
status ekonomi dan sosialnya. Lebih spesifik, keluarga kehilangan orang yang berperan
mengelola rumah tangga dan merawat anak-anak serta anggota keluarga yang lain.
Dari segi ekonomi akan merugi karena kehilangan kontribusi ibu sebagai tenaga kerja,
masyarakat merugi karena kehilangan anggota penting yang sering berperan sentral
dalam kehidupan sosial, dan anak paling menderita. Penelitian menunjukkan bahwa
apabila seorang ibu meninggal, anak-anaknya berisiko mati 3 sampai 10 kali lebih
tinggi dibanding anak-anak yang hidup dengan kedua orang tuanya. Anak-anak yang
tidak punya ibu dalam perkembangannya cenderung kurang mendapatkan pelayanan
kesehatan dan pendidikan yang memadai (Achadi, 2005).
Melihat masalah tersebut, maka Departemen Kesehatan Republik Indonesia
(Depkes RI) telah menetapkan kebijakan untuk menurunkan AKI sampai tahun 2010
Grande Multipara 25
sebesar 125/100.000 kelahiran hidup (Depkes, 2005). Berbagai kebijakan telah
ditetapkan pemerintah untuk menurunkan AKI seperti safe motherhood, suami siaga
dan berbagai upaya mencegah tiga terlambat (3T), Millennium Development Goals
(MDGs) dan gerakan sayang ibu (GSI) (Depkes, 2005).
Secara preventif pemerintah telah berupaya dengan menggalakkan program keluarga
berencana: pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran dan pemberdayaan
ekonomi keluarga. Tujuan dari program ini adalah untuk mewujudkan keluarga yang
berkualitas. Perempuan berhak menentukan jarak dan waktu kehamilannya demi alasan
kesehatan fisik dan mental seorang ibu, tetapi juga berpengaruh pada anak yang tidak
mendapatkan pengasuhan secara memadai demi orangtua khususnya dari ibunya.
Sehingga akhirnya mempunyai hak dan pilihan tentang kesehatan reproduksinya.
Tindakan lainnya adalah meningkatkan pendidikan perempuan terhadap kesehatannya.
Pendidikan akan membantu perempuan untuk mendapatkan akses informasi
dan kemampuan mengambil keputusan atas tubuhnya. Pendidikan juga akan
menumbuhkan sifat kritis perempuan terhadap kesehatannya, sehingga menjadi sehat
merupakan suatu kebutuhan yang paling tinggi dalam kehidupannya. Namun menjadi
sehat tidak akan terwujud jika pencapaian ketergantungan finansial perempuan
terhadap laki-laki terus berlangsung, perempuan selalu merasa sebagai bagian dari
anggota keluarga yang tidak memiliki kewajiban untuk menghidupi keluarga. Oleh
karena itu perempuan tidak akan pernah keluar dari lingkaran ketergantungan. Hal ini
merupakan salah satu faktor utama tingginya AKI. Seringkali ketika ekonomi keluarga
sangat minim, suami tidak memberikan uang lebih agar dapat memeriksakan kehamilan
(Mulyadin, 2008).
Perempuan juga tidak berdaya untuk menyatakan bahwa ia tidak berkeinginan
untuk mempunyai anak lagi. Jika hal itu diinginkan dan sudah menjadi keputusan
suaminya. Bahkan jika keluarga tersebut merasa belum mempunyai anak laki-laki, dan
yang ada hanya anak perempuan walaupun jumlah anak tersebut sudah berjumlah
tiga atau empat mereka merasa belum pas atau puas.
Dari hasil studi pendahuluan penulis pada 48 orang ibu grande multipara, 14
orang yang melakukan sterilisasi. Berdasarkan hasil wawancara dengan lima orang
ibu bersalin grande multipara ditemukan beberapa alasan dan pandangan mereka
untuk mempunyai anak lebih dari empat orang. Alasan tersebut, di antaranya adalah:
banyak anak banyak rezeki, tidak diizinkan oleh suami untuk menggunakan alat
kontrasepsi, adanya keyakinan dari agama bahwa tidak boleh menghambat kehamilan
atau kehadiran anak, belum mendapatkan anak sesuai harapan keluarga seperti anak
laki-laki atau perempuan, dan kegagalan menggunakan alat kontrasepsi (Komunikasi
personal dengan Ny. A, Ny. S, Ny. R dan Ny. N, September – Desember 2007).
Pada ibu bersalin grande multipara, perawat memberikan bantuan yang tepat dan
cepat untuk mencegah terjadinya perdarahan post partum. Tindakan tersebut adalah:
eliminasi dengan pengosongan kandung kemih, nutrisi, cairan dengan memasang infus,
26 Konsep Penyakit
pemantauan kontraksi uterus, pemantauan kesejahteraan janin, pemantauan kemajuan
persalinan, pemantauan perdarahan, dan tindakan kenyamanan selama persalinan.
Perawat maternitas merupakan tenaga kesehatan profesional yang memberikan
pelayanan kesehatan kepada individu pada masa kehamilan, melahirkan dan masa
nifas serta perawatan bayi baru lahir sesuai dengan kebutuhannya. Perawat ini
juga berperan untuk mengatasi masalah kesehatan perempuan untuk mencapai
fungsi reproduksi yang optimal berlandaskan pendekatan konsep keluarga (Word,
1997). Keperawatan maternitas mempunyai peranan besar dalam meningkatkan
kesejahteraan ibu dan anak. Kesejahteraan yang dimaksud adalah kesejahteraan fisik
maupun psikososial. Disiplin ilmu ini memungkinkan perawat untuk menggunakan
berbagai teori dan metode dalam menganalisis permasalahan yang terjadi melalui
studi atau penelitian (Bobak, 2005).
Kelompok kerja keperawatan-Konsorsium Ilmu Kesehatan (CHS, 1993), menyatakan
bahwa keperawatan maternitas adalah pelayanan keperawatan profesional
yang ditujukan kepada klien yaitu perempuan usia subur (wus), pasangan usia subur
(pus) yang berkaitan dengan sistem reproduksi, wanita masa kehamilan, persalinan,
nifas, wanita antara dua kehamilan dan bayi baru lahir sampai usia 40 hari beserta
keluarganya. Pelayanan keperawatan yang diberikan berfokus pada pemenuhan
kebutuhan dasar dalam melakukan adaptasi fisik dan psikososial dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan.
Menurut Reeder et al. (1999) menyatakan bahwa keperawatan maternitas memberikan
asuhan keperawatan yang holistik dengan selalu menghargai klien dan
keluarga serta menyadari bahwa klien dan keluarga berhak menentukan perawatan
yang sesuai bagi dirinya. Semua individu mempunyai hak untuk lahir sehat dan
untuk meyakinkan hal itu maka setiap klien berhak mendapatkan pelayanan yang
berkualitas. Pengalaman melahirkan anak merupakan tugas perkembangan keluarga,
tetapi juga dapat mengkibatkan krisis situasi selama anggota keluarga tersebut tidak
merupakan satu kesatuan yang utuh.
Keperawatan maternitas juga meyakini bahwa peristiwa kelahiran adalah peristiwa
normal dan sehat dalam keluarga, yang membutuhkan adaptasi fisik dan psikososial
dari individu terkait, sehingga pelayanan keperawatan bersifat preventif dan suportif
dari pada kuratif. Dalam mempertahankan kesehatan klien diperlukan partisipasi aktif
dari keluarga (Reeder et al., 1999).