Anda di halaman 1dari 15

TUGAS ANALISIS

MATAKULIAH SEMINAR EKONOMI SUMBER DAYA MANUSIA


KELAS B
Tentang
“Perencanaan Tenaga Kerja”

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 6

1. Moch Nasyehuddin (160810101212)


2. Danu Syahari (160810101216)
3. Dwi Vina Azalia (160810101217)
4. Nurul Maudatul Hasanah (160810101219)
5. Nurita Melinda Febriany (160810101228)
6. Apriyani Rahayu (160810101233)

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN


JURUSAN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNVERSITAS JEMBER
2019
1. Pengertian Perencanaan Tenaga Kerja
Perencanaan tenaga kerja merupakan suatu proses pengembangan sumber
daya manusia. Gagasan perencanaan tenaga kerja dimaksudkan untuk menjamin
kebutuhan tenaga kerja, terutama tenaga kerja yang terdidik yang diperlukan
dalam pembangunan. Perencanaan tenaga kerja sangat berhubungan erat dengan
pendayagunaan sumber daya manusi dengan mengusahakan supaya setiap orang
yang ingin dan mampu bekerja memperoleh kesempatan kerja. Dengan demikian
orang tersebut akan mempunyai kesemptan meningkatkan produktivitas kerjanya
dan memperoleh penghasilan untuk memenuihi kebutuhan hidupnya. (Suswandi,
2006)
Perencanaan tenaga kerja yang terpadu dan menyeluruh terus ditingkatkan
untuk dapat menjamin terciptanya perluasan kesempatan kerja sebanyak mungkin.
Selain hal tersebut, perencanaan tenaga kerja diperlukan untuk memeratkan
kesempatan kerja yang ada dan sekaligus meningkatkan mutu serta perlindungan
tenaga kerja yang bersifat menyeluruh disemua sektor. Ketimpangan pasar tenaga
kerja akan mendesak keperluan akan perencanaan tenaga kerja, dimana
penawaran tenaga kerja yang dinyatakan dengan pendaftaran sangat tidak
seimbangan dengan permintaan akan tenaga kerja yang ada.
Tujuan utama dari perencanaan tenaga kerja selain untuk menjamin
penyediaan kebutuhan tenaga kerja yang diperlukan dalam usaha pembangunan
dan untuk menjamin tersedianya kesempatan kerja bagi setiap orang yang ingin
dan mampu untuk bekerja, juga dimaksudkan sebagai pedayagunaan potensi
secara optimal dan untuk menanggulangi maslaah pengangguran maka penciptaan
lapangan kerja sebanyak-banyaknya baik secara sektoral maupun regional harus
terus diusahakan, sehingga produktivitas kerja dapat selalu ditingkatkan sesuai
dengan tuntutan pembangunan.
Tenaga kerja merupakan bagian penduduk, maka perencanaan tenaga kerja
tidak terlepas dari perencanaan kependudukan. Pembahasan teknik perencanaan
tenaga kerja menggunakan pendekatan proyeksi penduduk untuk memperkirakan
angkatan kerja dan pendekatan jumlah pekerja. (Sumarsono, 2001)
2. Proyeksi Penduduk dan Angkatan Kerja
a. Metode Aritmastis, Geometris dam Exponensial
Merupakan metode yang amat sederhana untuk suatu perencanaan
kependudukan pada umumnya dan tenaga kerja pada khususnya. Metode
Aritmatis mengasumsikan bahwa pertumbuhan penduduk (angkatan kerja atau
jumlah pekerja) selalu terjadi dalam jumlah yang tetap. Apabila mengetahui
jumlah awalnya, maka dengan metode artimatis dapat menduga jumlah
penduduk (angkatan kerja) dimasa akan datang dengan rumus:
Pt = Po + tb
dimana:
Pt = jumlah penduduk di tahun t (suatu masa depan)
Po = jumlah penduduk awal
t = jarak waktu (jumlah tahun) dari Po ke Pt
b = kenaikan absolute tiap tahun, dengan asumsi konstan
Permasalahan yang timbul adalah pertumbuhan absolute tidak selalu sama
dari tahun ke tahun, hal tersebut hanya dapat digunakan untuk pendugaan
jumlah penduduk atau angkatan kerja ataupun jumlah pekerja.
Metode Geometris dan Exponensial merupakan perbaikan terhadap metode
Aritmatis. Kedua metode tersebut menggunakan asumsi bahwa angka
pertumbuhan tidak berubah dari tahun ke tahun. Asumsi tersebut lebih sesuai
degan kenyataan dibandingkan dengan asumsi metode aritmatis. Rumus metode
geometris:
Pt = Po . (1 + r)t
dimana:
Pt = jumlah penduduk di tahun t (suatu masa depan)
Po = jumlah penduduk awal
t = jarak waktu (jumlah tahun) dari Po ke Pt
r = angka pertumbuhan per tahun dengan asumsi konstan
Rumus metode exponensial:
Pt = Po . ert
dimana:
Pt = jumlah penduduk di tahun t (suatu masa depan)
Po = jumlah penduduk awal
t = jarak waktu (jumlah tahun) dari Po ke Pt
r = angka pertumbuhan per tahun dengan asumsi konstan
e = bilangan alamiah = 2,718….
b. Metode komponen
Suatu metode yang digunakan untuk memperkirakan jumlah sutau penduduk
menurut komponennya, yaitu komponen usia dan jenis kelamin. Metode dimulai
dengan suatu komposisi penduduk menurut usia dan jenis kelamin.
Pengelompokkan usia yang paling umum dipakai adalah pengelompokkan lima
tahunan. Untuk memperkiraka keadaan pada tahun-tahun pendatang, maka
asumsi yang digunakan mengenai kelahiran, kematian dan perpindahan pada
tahun-tahun sekarang.
c. Metode APAK (Angka Partisipasi Angkatan Kerja)
Metode APAK (Angka Partisipasi Angkatan Kerja) merupkan salah satu
metode yang sering dipakai dalam memproyeksikan jumlah angkatan kerja
menurut usia dan jenis kelamin. Metode APAK berlandaskan pada hasil
proyeksi penduduk menurut usia dan jenis kelamin yang biasanya yang
diperoleh dengan menggunakan metode komponen. Cara yang digunakan oleh
Biro Pusat Statistik untuk memperoleh asumsi APAK adalah dengan melihat
kecenderungan APAK dimasa lampau, kemudan dibuat garis regresi, sehingga
dari garis regresi tersebut dapat diperkirakan APAK dimasan mendatang.

3. Proyeksi Jumlah Pekerja


a. Rasio jumlah pekerja-output
Asumsi yang digunakan berupa adanya hubungan proporsional yang tidak
berubah antara output dan jumlah pekerja. Teknik yang dapat digunakan untuk
semua lapangan pekerjaan secara menyeluruh ataupun untuk tiap lapangan
pekerjaan secara khusus, rasio yang dipakai adalah rasio antara jumlah pekerja
di lapangan pekerjaan tersebut dengan nilai tambah di lapangan pekerjaan
tersebut.
Karena rasio tersebut diasumsikan tidak berubah, maka rasio untuk lapangan
pekerjaan dapat pula dihitung dengan membagi perubahan jumlah pekerja
dengan perubahan nilai tambah dalam tiap lapangan pekerjaan. Dengan kata
lain, diasumsikan marginal employment-output ratio sama dengan average
employment-output ratio. Metode ini mengansumsikan tidak ada kemungkinan
kemajuan teknologi ataupun substitusi antara pekerja dan modal fisik.
b. Elastisitas jumlah pekerja (Employment Elasticity)
Bisa disebut juga elstisitas kesempatan kerja adalah rasio antara perubahan
jumlah pekerja dengan perubahan output. Konsep elastisitas jumlah pekerja
menurut Keynes (1936). Keynes menggunakan konsep dengan expected
effective demand. Expected effective demand mengacu pada pendapatan yang
diharapkan dapat diperoleh dimasa depan. Apabila menggunakan nilai tambah
yang terjadi sebagai pengukur expected effective demand, maka akan
memperoleh hubungan antara jumlah pekerja dengan nilai tambah yang terjadi.
Dirumuskan sebagai berikut:
N = f (Y)
dimana :
N = jumlah pekerja (employment)
Y = nilai tambah yang terjadi
c. Fungsi output jumlah pekerja
Metode elastisitas digunakan apabila hanya terdapat satu atau dua observasi.
Apabila tersedia banyak observasi, koefisien output-jumlah pekerja dapat
ditaksir dengan analisis regresi. Fungsi yang paling sederhan adalah sebagai
berikut:
Eit = a0 + ai . Yit
dimana :
Eit = jumlah pekerja dilapangan pekerjaan i diperiode t
Yit = jumlah output dilapangan pekerjaan i diperiode t
a0 = konstanta
ai = koefisien output-jumlah pekerja
d. Fungsi produksi
Merupakan teknik yang memperhitungkan kemungkinan perubahan teknologi
dan subtitusi antara pekerja dan input lain. Sebab teknik sangat relevan dalam
masa pembangunan ekonomi yang cepat. Kelebihannya teknik lebih teliti
daripada teknik yang sederhana dengan syarat telah dipakai fungsi produksi
yang tepat, tersedia data yang bagus untuk penaksiran fungsi produksi,
penaksiran parameter dilakukan dengan tepat dan tersedia proyek yang tepat
mengenai input selain pekerja.
Apabila keempat kondisi tersebut tidak terpenuhi, maka dapat menggunakan
teknik yang lebih sederhana. Suatu fungsi produksi yang sederhana adalah
fungsi produksi Coob-Douglas dengan rumus:
Yt = A . Kat . Ltb
dimana:
Y = output
K = modal fisik
L = pekerja
t = periode t
A = koefisien yang memperlihatkan tingkat teknologi
a = koefisien yang memperlihatkan elastisitas output (Y) terhadap modal fisik
(K)
b = koefisien yang memperlihatkan elastisitas output (Y) terhadap pekerja (L)
e. Model Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SAM)
Merupakan perluasan model I-O (Input-Output). Tabel input-output yang
dikembangkan oleh Leontief, memeperlihatkan arus barang dan jasa dalam
suatu perekonomian untuk suatu waktu tertentu. Model SAM memperluas
model input-output dengan lebih memperinci faktor produksi berikut
pendapatannya. Model SAM termasuk metode penaksiran tidak langsung
(Indirect Estimation Technique) dalam pengukuran data demografis.
Kelemahan metode SAM adalah bahwa metode yang tergantung pada banyak
parameter dan asumsi, yang satu dengan lainnya saling berkaitan. Oleh karena
itu apabila tidak cermat dalam data salah satu variabel dan/atau koefisiennya
akan megakibatkan ketidakcermatan dalam seluruh sistem.
f. Pendekatan kebutuhan tenaga kerja
Man Power Requitments Approach adalah suatu pendekatan untuk menduga
permintaan dan penawaran pekerja, dan keseimbangan antara keduanya dimasa
depan. Apabila ada ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran, maka
perlu dilakukan suatu kebijakan dalam bidang ekonomi dan
pendidikan/keterampilan.
Terdapat beberapa kelemahan yang perlu diperhatikan sebelum menggunakan
metode untuk perencanaan tenaga kerja, yaitu antara lain: masalah perubahan
harga (balas jasa) untuk pekerja belum diperhitungkan. Tidak ada substitusi
antara satu keterampilan dengan keterampilan lainnya. Asumsi bahwa jumlah
pekerja merupakan fungsi perekonomian perlu dipertanyakan relevansinya
untuk negara berkembang seperti Indonesia. Serta data yang dibutuhkan sangat
rinci.
g. Metode Rate of Return
Merupakan penerapan analisis untung rugi (costs-benefit analysis) untuk
melakukan suatu investasi dibanding pendidikan. Metode yang sangat
mengandalkan pada mekanisme pasar. Disamping kesulitan mencari data untuk
perhitungan, kelemahan lainnya berkaitan dengan kelemahan mekanisme pasar
dalam melakukan suatu perencanaan.
h. Pendekatan pengisyaratan (Signalling)
Merupakan pendekatan yang selektif. Tidak menekankan pada model
kuantitatif untuk menduga keadaan (khususnya jumla pekerja) secara rinci
dimasa depan. Serta tidak menekankan pada pendugaan kuantitatif permintaan
dan penawaran tenaga kerja, dan tidak sepenuhnya mengandalkan mekanisme
pasar. Penekanan pendekatan adalah pada pemahaman kndisi yang ada saat ni
dan masa lalu. Pemahaman yang baik mengenai kondisi tenaga kerja dalam
konteks ekonomi sosial akan memberikan gambaran bagi para analis untuk
mengetahui bagaimana para pelaku ekonomi, khususnya yang berkaitan dengan
penawaran dan permintaan tenaga kerja, bereaksi terhadap berbagai isyarat yang
dihasikan oleh perkeonomian.
Perencanaan tenaga kerja dengan demikian, tidak lagi dibebani dengan usaha
memperoleh angka permintaan dan penawaran serta keseimbangan antara
keduanya dimasa depan. Usaha peningkatan mutu sumber daya manusia dapat
dilakukan tanpa harus membuat suatu dugaan kuantitatif yang rinci mengenai
jumlah yang diminta dan ditawarkan dimasa depan. Dalam pendekatan ini,
perencanaan tenaga kerja didasarkan pada penelitian mengenai hubungan sebab
akibat dalam ketengakerjaan pada khususnya dan perekonomian pada umumnya.
Kebijaksanaan yang dibuat tidak perlu dilihat dampaknya dalam kaitannya
antara keseimbangan secara kuantitatif yang amat terperinci. Mekanisme pasar
akan dapat mengatur dengan sendirinya yang lebih terperinci.
4. Pendekatan Perencanaan Tenaga Kerja di Indonesia
Asumsi yang digunakan pada pengembangan perencanaan tenaga kerja yaitu
a. Adanya hubungan langsung atau tidak langsung antara sektor pendidikan dan
latihan dengan pembangunan ekonomi.
b. Tujuan dari perencanaan tenaga kerja adalah untuk membantu pembangunan
ekonomi dan pemerataan pendapatan.
Pendekatan perencanaan tenaga kerja bertujuan untuk mencari kemungkinan
penggunaan tenaga kerja di Indonesia. Hal yang terpenting adalah menintegrasikan
perencanaan tenaga kerja kedalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan sosial
ekonomi dan menjaga agar saling menunjang di Indonesia dalam perluasan
kesempatan kerja dan kesempatan berusaha yang merupakan bagian dari perencanaan
tenaga kerja.
a. MRP (The Mediteranian Regional Project Techniuqe)
Suatu teknik atau metodologi yang menggunakan asumsi adanya hubungan
antara pertumbuhan ekonomi dan output dari sistem pendidikan, dalam
perbandingan yag tetap. Elastisitas subtitusi antara masing-masing jenis jabatan
sama dengan nol. Pendekatan MRP sering disebut Man Power Requitment
Approach, yang dirumuskan sebagai berikut:
E m ij E m j Y j
E m ij = x x xY
E mj Y j Y
n
E mi=∑ E mij
i=1

E md jk
E d ik = x E mi
E mi
n
E d k =∑ E d jk
k=1

Dimana :
Y = pendapatan nasional
Yj = output di sektor j
Emij= jumlah tenaga kerja dan jenis jabatan i disektor j
Emi = jumlah tenaga kerja di jenis jabatan i
Emij = jumlah tenaga kerja di sektor j
Edik = jumlah tenaga kerja jenis jabatan i dengan tingkat pendidikan j
Edk = jumlah tenaga kerja dengan tingkat pendidikan k
Edjk = jumlah tenaga kerja di sektor j dengan tingkat pendidikan k
Dengan demikian Variabel yang mempengaruhi jumlah tenaga kerja dengan
tingkat pendidikan k adalah proyeksi pendapatan nasional, distribus sektoral dari
pendaptan nasional, distribusi kesempatan kerja sektoral, rasio kesempatan kerja
output dan rasio jenis pendidikan menurut jenis jabatan.
b. Rate of Return Approach
Untuk menghitung keuntungan dalam menempuh jenis pedidikan tertentu
diperlukan data utama pendaptan dari pekerja menurut umur dan tingkat
pendidikan. Benefit seseorang, misalnya dengan pendidikan SMP untuk
melanjutkan SMA, ditentukan dengan menghitung perbedaan antara pendapatan
seluruh tahun selama bekerja dengan SMA dikurangi pendapatan dengan
pendidikan smp, dinilai dengan tahun sekarang (discounted value).
Biaya yang dikeluarkan adalah biaya langsung selama pendidikan dan biaya
tidak langsung disebabkan karena hilangnya pendapatan karena sekolah. Net
benefit kemudian dihitung dnegan membandingkan antara present value of
benefit dengan present value of cost. Hasilnya dapat digunakan untuk menghitung
nilai internal rate of return (irr) yang dirumuskan sebagai berikut:
Net Benefit =( Present Value of Benefit ) −( Present Value of Cost )

n n
(Y SMA−Y SMP) Ct
Net Benefit =∑ t
−∑
t =1 (1+r ) t =1 (1+r )t

Dimana :
Ysma = pendapatan yang diharapkan dengan pendidikan sma
Ysmp = pendapatan yang diharapkan dengan pendidikan smp
R = tingkat bunga yang berlaku
Ct = biaya langsung dan tidak langsung
c. Pendekatan input-output
Tabel input-output merupakan bahan yang erharga untuk perencanaan tenaga
kerja. Misalnya tabel input-output pendapatan nasioanl. Demikian pula tec (total
employment couficient), yaoyu jumlah tenaga kerja yang diperlukan untuk
menghasilkan satu unit permintaan akhir, yang menggambarkan sektor-sektor
yang banyak menyerap tenaga kerja. Misalnya terdapat dua jenis tabel input-
output yang menggambarkan jenis lapangan usaha highly labor intensive,
sedangkan tabel lainnya menggambarkan lapangan usaha yang dikategorikan
labor intensive. Maka jenis industri yang padat karya adalah jenis lapangan usaha
disektor pertanian dan jenis lapangan usaha industri yang berubungan dengan
pertanian dan pengilahan bahan dasar.
d. Pendekatan fungsi produksi dan lapangan kerja
Untuk mengetahui produktivitas tenaga kerja digunakan fungsi prodyuksi
yang cukup terkenal adalah Cobb Douglas production/employment function yaitu:
Q = A . Ka . Lb . Eyt
Dimana kemajuan teknologi dianggap merupakan fungsi eksponen dari waktu
(Yt). Dalam fungsi tersebut dibedakan tenaga kerja menurut jenis jabatan atau
sektor. Dengan menggunakan Constan Terurn to Scale berarti a+b = 1 dan
dengan menggunakan logaritma linier maka persamaan tersebut menjadi:
Log Q = Log A + a Log K + b Log L + Yt Log e
Dimana koefisien b adalah elastisitas output terhadap input tenaga kerja. Fungsi
tersebut kemudian dikembangkan menjadi:
Q = aeyt . (EH)b
Dimana :
E = tingkat kesempatan kerja
H = rata-rata jam kerja per tenaga kerja
e. Sosial Demand Approach (SDA)
Asumsi yang digunakan bahwa pendidikan dan latihan tidak hanya bertujuan
menunjang pembangunan ekonomi, tetapi juga untuk memenuhi permintaan
masyarakat atas pendidikan dan latihan. Denga demikian SDA lebih menekankan
pada aspek konsumsi pendidikan oleh masyarakat daripada aspek investasi.
Model pendekatan SDA dibuhungkan dengan pendaptan nasional (produksi),
untuk mencari koefisien yang dapat memberika equilibrium pada tiga sekktor
yaitu produksi, angkatan kerja dan jumlah siswa ditingkat pendidikan tertentu.
f. Persediaan Tenaga Kerja
Peresdiaan tenaga kerja dapat diperkirakan dengan:
(jumlah tenaga kerja, baik yang bekerja maupun yang mengganggur pada jenis
jabatan i pada tahun dasar t + jumlah tenaga kerja yang baru masuk pasar kerja
pada jenis jabatan i dari sistem latihan formal dan informal + jumlah tenaga kerja
pindah dari jenis jabatan i dimasa yang akan datang) dikurangi (perkiraan
kematian dimasa yang akan datang untuk jenis jabatan i + keluar dari angkatan
kerja dimasa yang akan datang dari jenis jabatan i + migrasi netto dari jenis
jabatan i + jumlah tenaga kerja dari jenis jabatan i oleh karena alasan lain seperti
pekawinan, cacat, dll).

5. Studi Kasus
ANALISIS PROYEKSI PERTUMBUHAN PENDUDUK TERHADAP
KONDISI KETENAGAKERJAAN DI KOTA SAWAHLUNTO SUMATERA
BARAT (Penulis: Lailatur Rahmi. Jurnal Georafflesia, Vol : 2, No : 1, Juni 2017,
Hal 95-106)
a. Tujuan penelitian
Tujuan penelitian untuk memperoleh informasi tentang kondisi
ketenagakerjaan di kota Sawahlunto dikaitkan dengan pertumbuhan penduduk di
masa mendatang dan rencana apa untuk mengantisipasinya di masa yang akan
datang.
b. Latar belakang penelitian
Dari beberapa hasil sensus yang dilakukan oleh BPS Kota Sawahlunto bahwa
penduduk Kota Sawahlunto termasuk kedalam penduduk usia muda dengan
piramida berbentuk kerucut (piramida ekspansif). Keadaan tersebut
mengindikasikan bahwa di Kota Sawahlunto memiliki potensi angkatan kerja
besar dan memerlukan lapangan usaha yang besar juga dimasa datang. Dengan
membuat proyeksi penduduk dapat memprediksikan keadaan penduduk dimasa
yang akan datang dan mengambil kebijakan untuk mengatasi masalah yang
diakibatkan oleh dinamika penduduk termasuk ketenagakerjaan.
c. Metode penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif yang berupa perhitungan
jumlah penduduk di masa yang akan datang dengan mengkaitkan data tahun lalu.
Dalam penelitian ini, data jumlah penduduk yang digunakan adalah data
sekunder.
d. Konsep perhitungan
Konsep perhitungan yang menggunakan tahun dasar 2016, dimana dalam
perhitungan pertumbuhan penduduk tersebut dibutuhkan perhitungan yang teliti,
karena perhitungan pertumbuhan penduduk baik aritmatik,geometri maupun
exponential terdapat perhitungan logaritma. Kemudian hasil perhitungan
pertumbuhan penduduk tersebut di masukkan kedalam rumus proyeksi penduduk
setelah hasilnya ditemukan masukkan ke tabel pengukuran lalu bandingkan hasil
tersebut dengan lapangan pekerjaan yang ada di suatu daerah. Berikut merupakan
data jumlah penduduk Kota Sawahlunto tahun 2010-2018.

Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur (Jiwa)


Kelompo
k Umur
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

0-4 6180 6221 6259 6266 6268 6230 6184 6138 6083
05-09 5616 5663 5720 5771 5828 5886 5933 5968 5979
10-14 5146 5162 5186 5187 5202 5231 5281 5331 5380
15-19 4604 4634 4685 4725 4775 4814 4834 4851 4851
20-24 3987 3967 3964 3940 3927 3921 3948 3987 4021
25-29 4515 4568 4620 4668 4719 4731 4714 4706 4681
30-34 4484 4479 4492 4485 4511 4545 4604 4652 4701
35-39 4273 4338 4407 4455 4475 4491 4491 4500 4495
40-44 3923 3985 4064 4132 4205 4267 4337 4401 4454
45-49 3809 3838 3885 3926 3981 4037 4107 4186 4259
50-54 3122 3193 3248 3279 3311 3348 3378 3417 3456
55-59 2379 2506 2638 2754 2855 2931 3002 3054 3086
60-64 1465 1547 1651 1760 1878 1995 2105 2215 2314
65-69 1456 1450 1457 1469 1505 1566 1659 1770 1890
70-74 987 996 1007 1016 1025 1034 1034 1038 1051
75+ 1140 1134 1136 1139 1143 1159 1167 1184 1197
5768 5841 5960 6077 6139
Jumlah 57086 58972 60186 61898
1 9 8 8 8
e. Hasil penelitian

Tabel Proyeksi Penduduk Kota Sawahlunto tahun 2020-2050


Dari data proyeksi penduduk di atas terlihat bahwa penduduk Kota
Sawahlunto mengalami peningkatan yang signifikan tiap lima tahunnya.
Bahkan pada tahun 2050 peningkatan jumlah penduduk hampir mencapai 2 x
lipat dari tahun 2010.
Hal tersebut bisa di lihat dari beberapa faktor yang mempengaruhinya
yaitu pertama dari segi fertilitas, bahwa Kota Sawahlunto selalu mengalami
peningkatan setiap tahunnya dimana usia 0-4 terus mengalami peningkatan
dari 5.816 pada tahun 2010 menjadi 6.231 pada tahun 2015 selain itu faktor
mobilitas dan mortalitas ini telihat dari perubahan jumlah kelompok umur tiap
tahunnya Jika di analisis kelompok umur 15-19 pada tahun 2010 dimana
jumlahnya 4.516 jiwa dan pada tahun 2015 kelompok umur 15-19 akan
menjadi kelompok umur 20-24 yang jumlahnya 3924 jiwa hal ini akan
mengakibatkan terjadi pengurangan jumlah penduduk dari tahun 2010 ke
2015 sebanyak 592 jiwa ini berarti 592 jiwa ini mengalami mortalitas atau
mobilitas.
Seperti yang diketahui pertumbuhan penduduk pasti akan di barengi
dengan pertumbuhan jumlah penduduk usia kerja. Pertumbuhan penduduk
usia kerja ini akan berdampak kepada kondisi ketenagakerjaan yang ada pada
suatu daerah yaitu tersedianya tenaga kerja yang potensial yang akan
menentukan daerah itu maju atau tidaknya. Jika penduduk usia kerja di bekali
dengan kemampuan dan skill yang memadai ini bisa membuat suatu daerah
itu akan maju hal tersebut dikarenakan semakin tingginya kualitas SDM nya
sehingga daerah tersebut akan semakin berkembang. Selain itu pekembangan
jumlah penduduk dari tahun ke tahun akan mengakibatkan peningkatan
jumlah penduduk usia kerja. Hal tersebut akan memberi dampak pada dua hal
yaitu peningkatan kesejahteraan masyarakat atau peningkatan pengangguran
yang berdampak kepadakemiskinan.

Referensi:
Rahmi, Lailatur. 2017. “Analisis Proyeksi Pertumbuhan Penduduk Terhadap
Kondisi Ketenagakerjaan Di Kota Sawahlunto Sumatera Barat”. Jurnal
Georafflesia. Vol : 2, No : 1, Hal 95-106.
Sumarsono, Sonny. 2001. “Ekonomi Sumber Daya Manusia dan
Ketenagakerjaan”. Jember: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jember.
Suswandi, P. Edi. 2006. “Buku Ajar Ekonomi Sumber Daya Manusia 1”. Jember:
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jember.

Anda mungkin juga menyukai