Anda di halaman 1dari 6

D.

Metode Prakiraan Kebutuhan Tenaga Kerja

Berbicara mengenai prakiraan kebutuhan tenaga kerja pada intinya menyoal tentang
perencanaan tenaga kerja. Departemen Tenaga Kerja DKI Jakarta pada tahun 1996, pernah
menyusun perencanaan tenaga kerja untuk wilayah Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta.
Asumsi dasarnya adalah perencanaan tenaga kerja yang baik dan akurat akan berguna untuk
mencari formula pemecahan masalah kesempatan kerja produktif.

Studi yang telah dilakukan oleh Departemen Tenaga Kerja DKI bertujuan melihat
kondisi ketenagakerjaan di provinsi DKI Jakarta pada awal dan akhir REPELITA VII dan
mengidentifikasi kesempatan kerja yang akan digunakan sebagai informasi dasar bagi penyususn
dan perencana perluasan kesempatan kerja.

Kebijakan ketenagakerjaan dapat didekati dari sisi permintaan dan sisi penawaran. Sisi
permintaan meilihat perekonomian dapat dikembangkan hingga menyerap tambahan tenaga
kerja, sedangkan sisi penawaran melihat dinamika kependudukan yang terkait dengan jumlah
tenaga kerja yang harus ditampung oleh lembaga perekonomian.

Studi yang dilakukan oleh Departemen Tenaga Kerja DKI memperlihatkan bahwa
provinsi DKI Jakarta, sebagai pusat pemerintahan dan pusat kegiatan ekonomi, selalu menjadi
sasaran migran yang datang dari luar provinsi DKI Jakarta.

Dibidang pertanian, perkiraan kebutuhan tenaga kerja dapat diestimasikan dengan


melihat beberapa investasi yang ditanam pada sektor ini. Menurut Febri Yanti, secara rata-rata
setiap penanaman investasi sebesar 1 milyar rupiah mampu memberikan kesempatan kerja bagi
371.067 orang pada sektor pertanian.

Dengan kata lain sektor pertanian merupakan sektor padat karya, bukan padat
modal.Masih menurut Febri Yanti, produktivitas tenaga kerja di sektor pertanian lebih tinggi
daripada tingkat produktivitas tenaga kerja nasional, sedangkan pertumbuhan nilai tambah bruto
sektor pertanian lebih lambat daripada pertumbuhan kesempatan tenaga kerja yang
diciptakannya.

Bahwa sektor pertanian menyerap tenaga kerja terbesar adalah realitas di negara agraris.
Namun demikian, dari tahun ke tahun, areal pertanian ini mengalami penurunan drastis akibat
tekanan kepadatan penduduk yang berimplikasi kepada perluasan areal pemukiman, prasarana
jalan, pembangunan pabrik, dan lain-lain.
Berdasarkan data pada tabel 3.1 diketahui bahwa kepadatan penduduk tertinggi di
Indonesia terdapat di DKI Jakarta, sementara kepadatan penduduk terendah di Indonesia terdapat
di Irian Jaya atau Provinsi Papua.
Berdasarkan data pada tabel 3.2 diketahui bahwa banyak keluarga di Indonesia yang
memiliki lahan kurang dari 0.05 ha. Angka ini merupakan syarat bahwa banyak keluarga di
Indonesia yang memiliki lahan pertanian jauh dari memadai untuk kebutuhan hidupnya.
Berdasarkan data pada tabel 3.3 diketahui bahwa di daerah-daerah yang padat
penduduknya, seperti di DKI Jakarta, areal pertanian mengalami penyempitan sangat tinggi
selama kurun waktu 1983-1993. Diprakirakan areal pertanian di daerah ini dan juga wilayah lain
akan mengalami nasib yang sama dengan eskalasi yang makin meninggi.

Sebaliknya, jumlah ternak yang dimiliki cenderung mengalami peningkatan selama kurun
waktu tersebut. Data ini memperlihatkan bahwa areal makin tinggi kepadatan penduduk, makin
cepat terjadinya penyempitan areal lahan pertanian.Beberapa negara menyusun valid perkiraan
kebutuhan tenaga kerja mengandalkan 4 teknik, yaitu:

 Prakiraan kebutuhan akan tenaga kerja masa depan.


 Perbandingan internasional.
 Rasio populasi tenaga kerja.
 Ekstrapolasi rasio masukan-luaran.

Menurut Hinechlitle (1973), dinegeri salah satu teknik untuk menyusun prakiraan
kebutuhan tenaga kerja pernah diujicobakan pada tahun 1963 dan 1964, yaitu pekerja diminta
untuk memprakirakan berapa banyak pekerja yang dibutuhkan dengan kategori berbeda pada
tahun 1966, 1968, dan 1970. Prakiraan ini terbukti tidak ratiabel kerana kekurangnya bimbingan
bagi pekerja untuk membuat tingkat gaji dan upah, serta permintaan bagi produk mereka.
Disamping itu dalam menyusun perencanaan kebutuhan tenaga kerja, para pekerja membuat
asumsi yang tidak konsisten sehingga individu pekerja sulit untuk membuat prakiraan kebutuhan
tenaga kerja yang akurat. Metode lain yang dipakai oleh badan tenaga kerja adalaah dengan
menggabungkan kecakapan dengan rasio konstan antara pekerja berkualifikasi tinggi, menegah,
terlatih dan tidak terlatih.

Menurut Psacharopiulos(1987), meteri Pertambangan fan Energi Indonesia pernahh


meminta bantukan bank dunia untuk mengevaluasi keadaan dan prospek situasi tenaga kera
sektor energy. Dasar pertimbangan adalah kekurangan tenaga ahli dibidang ini yang sebenarnya
pada tahun 1981 dan pendapat mereja tentang kebutuhan tenaga kerja tahun 1985 dan 1990.
Tujuan program ini adalah mengetahui kegagaan pendidikan dalam memberikan penawaran
tenaga kerja di Indonesia yang pada giiranya akan menghambat perkembangan sektor energy.

Metide perkiraan kedua yang digunakan adalah berdasarkan perbandingan internasional


(international comparison) yang merupakan perbandingan sederhana antara tenaga kerja dan
struktur pendidikan disuatu negera dengan tingkat perkembangan Negara yang berbeda.
Asumsina adalah untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih cepatg dinegara yang
terbelakang atau berkembang harus meniru struktur kerja dan lebih khusus lagi, stuktur
ketenagakerjaan Negara dengan pendapatan nasional yang lebih tinggi.

Salah satu contoh pengaplikasian metode ini adalah yang dilakykan oleh Instotutt
Ekonomi Belanda (Nederland Economic Insitute) tahun 1966. Berdasarkan analisis data yang
diperoleh dari 20 negara tim peneliti yang tergabung didalam institute ini, disimpulkan bahwa
setiap terjadi peningkatan pendpatan sebesar 1%, terjadi peningkatan kebutuhan tenaga kerja
dengan kualifikasi tinggi dan menegah masing-masing sebesar 1,038% dan 0,655%. Kesimpulan
ini digunkan untuk memprakirakan kebutuhan tenaga kerja di afrika, asia dan amerika latin, yang
diasumsikan bahwa target ekonomi dapat dicapai dengan peningkatan persediaan tenaga kerja
berkualifikasi tinggi.

Zymelman (1980) menentang bahwa penerapan distibusi pendidikan untuk sebuah


pekerjaan disuatu Negara dapat digunakan untuk mendesain pendidikan dimaa datang. Sebagai
besar metode ini juga berpusat pada distibusi perkejaan tenga kerja, meskipun sfatnya lebih
berupa proyeksi berdasarkan pengalaman dinegara sendiri ketimbang perbandingan
internasional. Padra analisi berasumsi bahwa perlu kemampuan untuk menentukan jenis proporsi
tenaga kerja yang berkeja pada pekerjaan tertentu dengan tingkat pendidikan khusus yang
tertentu pula.

Meode lain yang dapat dipakai adalah dengan menentukan rasio antara satu tipe tenaga
kerja dan parameter populais khusus (labor population ratio), seperti total tenaga kerja yang
dibutuhkan untuk bidang tertentu dengan populasi anak yang akan masuk sekolah sesuai dengan
jenisnya atau pemud yang dilatih pada kelembangaan pelatihan tertentu. Metode ini berangkat
dari asumsi bahwa rasio antara pekrejaan khusu atau kategori pendidikan dan populasi dapat
diestimasi.

Secara umum masalah prakiraan kebutuhan tenaga kerja atas dasar rasio buruh dengn
populasi dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Akurasi prakiraan dinamika kependudukan, khususnya dinegara-negara berkembang


yang tetap dipertanyakan.
2. Banyak faktir khusus perlu diperhitungkan dan factor-faktor lainnya yang harus
dianalsisi secara terpisah. Meskipun informasinya sering tidak akurat, proyeksi
kebutuahn tenaga kerja bergantung pada banyak factor, seperti partisipasi tenaga kera
wanita yang mungkin berubah.
3. Perubahan teknologi dapat menyebabkan penggantian fungsi tenaga kerja manusia
4. Perubahan herga relative atau upah dapat juga menyebabkan pengantian dan
mengubah keseimbangan pada beberapa jenis pekerjaan atau profesi, seperti insinyur
dan ahli teknik, dokter dan perawat guru terlatih dan tidak terlatih.

Metode prakiraan kebutuhan tenaga kerja atau rasio butuh populasi dampaknya sederhana
pelaksanaanya. Namun demikian, ketepatan prakiraan itu bergantung padam kemampuan
menganalisis banyak factor dan keauratan asumsi yang mendasari prakiraan kebutuhan tenaga
kerja daam pola kerja yang tidak terduga.
Metode terakhir yang dapat digunakan untuk memprakirakan kebutuhan tenaga kera
adalah membuat proyeksi rasio tenaga kera dengan iuran yang diharapkan, dan metode ini
merupakan bagian dari usaha untuk menggunakan prakiraan kebutuhan tenaga kerja sebagai dasr
untuk perencanaan pendidikan. Misalnya Proye Regional Mediterania (MRP) yang mencoba
memprakirakan kebutuhan tenaga kerja di enam Negara Mediterania, yaitu Yunani, Italia,
Portugal, Spanyol, Turki dan Yogoslavia (OECD,1965). MPR menggunakan target iuran untuk
menentukan target kebutuhan tenaga kerja dan jenis pendidikan yang akan dikembangkan untuk
setiap sektor dan indsutri. Dengan demikian, MRP menerapkan pelbagi metode prakiraan
termasuk prakiraan kebutuhan tenaga kerja, dengan metode prakiraan termasyk prakiraan
kebutuhan tenaga kerja, dengan melakukan perbandingan internasional dan perhitungan
kecenderungan masuka-iuran dipelbagi negar. Yang membuat tipe ini berbeda adalah pentingnya
asumsi yang dibuat mengenasi pola pendidikan dan pekerjaan. Tiga tahap proses prakiraan
dirumusjan berdasarkan sebuah asumsi dan hubungan tertentu, misalnya antara produktivitas
tenaga kerja asumsi dan hubungan tertentu, misalna antara produktivitas tenaga kerja dan
distirbusi kerja atau antara pekerjaan dan pendidikan.

Dalam evaluasinya tentang MRP, Hollister (1967) menyatkan seluruh asumsi ini menjadi
analisis sensitifitas, yang menunjukkan kepekaan prakiraan akhir dan berubah dalam asumsi
kunci. Hollister (1967) menyimpulkan berikut:

1. Konsep kepastian iuran tenaga kerja adalah keliru dan pengalaman mengajarkan
bahwa penggatian tenaga kerja mungkin sangat signifikan
2. Ide bahwa terdapat hubungan kuat antara pekerjaan dan pendidikan adalah kaitan
yang paling lemah dalam pendekatan kebutuhan tenaga kerja.
3. Perubahan teknologi sulit ditebak, tetapi ini sangat penting dalam menentukan
distribusi pekerjaan dari tenaga kerja
4. Prakiraan nilai tunggal yang tidak mengukur pengaruh asumsi alternatif adalah keliru
bagi kebijakan pendidikan yang harus cukup fleksibel untuk melewati angka tidak
pasti, perkembangan teknik, dan kaitan antara pendidikan formal dan keahlian para
pekerja.

Anda mungkin juga menyukai