Anda di halaman 1dari 7

Resume Kuliah Ilmu Bedah Khusus Veteriner 2

Listyana Aulia Fatwa


B04180062
Pararel K1
Pertemuan 11. Regio Abdominal – Hewan Betina
Caesar-section di kuda betina
Diindikasikan untuk fraktur panggul atau cedera jaringan lunak di dalam saluran reproduksi,
hewan sebelumnya mengalami distosia, perdarahan arteri uterine. Indikasi darurat dilakukan
kepada hewan yang mengalami, distokia, kuda betina yang menjalani operasi kolik, dan koreksi
untuk torsi uterus.
Persiapan Anestesi dan Pembedahan
Yang perlu disiapkan antara lain, agen suntik, bersama dengan agen inhalasi seperti isoflurane
atau sevoflurane, ventilasi mekanis, dan dukungan tekanan darah yang baik. Waktu dari
keputusan untuk melakukan operasi Caesar hingga melahirkan anak kuda tidak boleh lebih dari
20 menit.
Teknik Bedah Mare
Posisi yang digunakan yaitu dorsal lateral recumbency, garis tengah ventral miring ke arah ahli
bedah. Insisi dibuat 35 sampai 40 cm ke dalam perut mulai 10 cm caudal ke umbilikus dan
meluas ke kranial. Sayatan melalui dinding uterus dan chorioallantois dari tingkat panggul janin
sampai kaki, dan dibuat sayatan lurus di antara jahitan penahan. Selanjutnya tali pusat dijepit dan
ditranseksi. Neonates dengan cepat dipindahkan untuk resusitasi dan evaluasi dan korioallantois
dipisahkan dari endometrium sejauh 3 sampai 4 cm di sepanjang tepi dinding uterus yang
diinsisi. Dilakukan penutupan uterus dan dibilas dan diberikan okitosin IV 40 IU. Penutuoan
dapat dilakukan jahitan Connell. Perut dibilas dengan 10 sampai 15 L saline hangat kemudian
dibuang dengan suction.
Rehabilitasi.
Jika plasenta belum keluar, oksitosin kembali diberikan 2 sampai 3 jam pascapersalinan. Dosis
awal adalah 40 U dalam 1 L larutan ringer laktat yang diberikan secara IV selama 30 sampai 60
menit. Plasenta akan keluar dalam waktu 8 jam pascapersalinan. Dalam kasus refraktori, dosis
yang digunakan adalah 80 U digunakan setiap 4 hingga 6 jam. Antibiotik sistemik dan flunixin
meglumine diberikan selama 3 sampai 5 hari. Pembedahan ini perut dapat menyebabkan ileus
pascaoperasi sementara, jaringan panggul yang bengkak dan nyeri dapat menyebabkan retensi
feses.
Komplikasi dan Prognosis
Komplikasi yang dapat terjadi yaitu anemia dan perdarahan dari tempat histerotomi dengan
tingkat prevalensi 22%. Tingkat kelangsungan hidup sampai pelepasan dalam satu penelitian
adalah 84% untuk kuda betina dan 35% untuk anak kuda. Dapat terjadi retensi plasenta, metritis,
robekan uterus, robekan vagina atau serviks, radang usus besar, peritonitis, penurunan
kesuburan, dehisce insisional.
Caesar- section pada Sapi
Diindikasikan dalam keadaan darurat pada saat terjadi distokia, kelainan bentuk panggul induk,
indurasi serviks, hidrops amnii dan allantois, torsi uterus, dan janin emfisematous.
Persiapan Bedah dilakukan dengan posisi L paralumbar atau pendekatan flank, pertama insisi
standar untuk janin yang hidup, tidak terkontaminasi dan sapi yang mampu untuk operasi berdiri.
Laparotomi R-flank dilakukan dengan distensi rumen yang nyata atau bila pemeriksaan klinis
menyatakan bahwa pengangkatan dari sisi kanan akan lebih mudah. Dalam kasus rutin,
bagaimanapun, insisi pada regio kiri lebih nyaman dilakukan karena lebih sedikit usus atau organ
pencernaan yang dapat menghalangi proses pembedahan.
Anestesi dilakukan dengan analgesia lokal, jika pendekatan panggul digunakan, blok
paravertebral atau blok L terbalik.
Teknik operasi
Insisi dilakukan pada uterus di salah satu ekstremitas, tetapi pada malposisi tertentu, area di atas
cornua dapat diinsisi. Sayatan uterus tidak dilakukan di corpus uteri, tetapi sedekat mungkin
dengan cornua uteri. Sayatan harus sejajar dengan sumbu panjang uterus dan pada
kelengkungannya yang lebih besar karena daerah ini memiliki pembuluh darah besar yang paling
sedikit. Hindari untuk menyayat karunkula. Selaput janin hanya boleh diangkat jika dapat
dipisahkan dari uterus tanpa traksi yang tidak semestinya atau jika selaput tersebut bebas di
dalam Uterus. Uterus ditutup dengan pola pembalik terus menerus dan bahan jahitan yang dapat
diserap.
Pasca operasi
Oksitosin diberikan untuk mendorong involusi uterus, sebanyak 20 IU sampai selaput ketuban
keluar atau selama 24 jam. Sapi harus dipantau untuk memastikan plasenta keluar secara utuh
dan harus menerima dukungan medis umum, termasuk analgesik jika perlu, dan perawatan
ambing, dengan air segar dan elektrolit yang tersedia setiap saat. Antibiotik biasanya diberikan
selama 3 sampai 7 hari atau sampai plasenta keluar.
Komplikasi dan prognosis
Setelah operasi dapat terjadi pengurangan sementara dalam produksi susu, perlengketan antara
uterus dan jaringan sekitarnya telah terbukti terjadi pada kira-kira setengah dari semua operasi
caesar, terlepas dari jenis jahitan apa yang digunakan untuk penutupan Uterus, dapat juga terjadi
penurunan fertilitas sebesar 15% pada populasi sapi yang menjalani operasi Caesar. Setelah
operasi caesar dilaporkan 60% - 80% tingkat kehamilan menurun dengan 5% - 9% kehilangan
karena aborsi.
Laserasi puting susu
Umum dilakukan pada sapi perah, dengan defisit produksi susu yang parah. Laserasi yang tidak
menembus mukosa yaitu secondary intention healing dan laserasi menembus mukosa dilakukan
untuk mempertahankan fungsi puting normal untuk pemerahan, mencegah berkembangnya
puting fistula atau mastitis akut dan kehilangan kuarter.
Persiapan Anestesi dan Pembedahan
Operasi puting susu dapat dicoba dengan sapi dalam posisi berdiri menggunakan anestesi lokal,
atau sapi ditaruh dan digunakan gips. Anestesi lokal disuntikkan di sekitar pangkal ambing
(circle atau ring block). Epinefrin tidak boleh digunakan dengan anestesi lokal. Untuk anestesi
topikal langsung ke dalam saluran puting susu untuk melengkapi anestesi blok cincin
menggunakan lidokain 2% (bukan prokain) harus digunakan. Pada anestesi epidural digunakan
sebagai alternatif yang efektif untuk operasi puting.
Pertemuan 12 Tumor of the Horse
Sarcoid merupakan neoplasia fibroplastik kulit dengan komponen epitel proliferative. Secara
histopatologis sarcoid adalah tumor jinak karena karakteristik morfologi fibroblas dan karena
banyak sarkoid tumbuh lambat dan hanya menyebabkan sedikit masalah fisik pada hewan yang
terkena. Sarcoid ini dapat menyebar pada berbagai lokasi tubuh.
Klasifikasi sarcoid
Berdasarkan tampilan klinis:
- Occult, memiliki gejala muncul area kulit tidak berbulu yang melingkar kasar, terlihat
sebagai ‘ring-worm' atau lecet, biasa terlihat di hidung dan sisi wajah, ketiak dan di
bagian dalam paha atau selangkangan. Jika terlukai, sarkoid ini berpotensi menjadi salah
satu jenis sarkoid yang lebih serius.
- Verrucous, terlihat seperti kutil keabu-abuan. Kulit mudah retak dan serpihan kerak
seringkali dapat terkelupas dari permukaan. Dapat muncul secara tunggal atau
berkelompok yang bergabung menjadi lesi yang lebih besar. Bila terdapat luka pada
sarkoid verrucous akan menyebabkan transformasi cepat menjadi sarkoid yang lebih
agresif
- Nodular fibroblastic, terdapat nodul bulat padat, sering terlihat di ketiak, di tepi dalam
paha dan selangkangan serta di bawah kulit kelopak mata. Biasanya tertutup oleh lapisan
kulit normal tetapi juga bisa ulseratif. dan biasanya melekat erat pada kulit tetap
- Ulcerative fibroblastic, dicirikan dengan adanya massa berdaging yang tumbuh dengan
cepat, mudah berdarah dan sering memiliki permukaan yang memborok. Terlihat seperti
jaringan granulasi yang subur, bisa berkembang di lokasi luka dan dapat ditemukan di
mana saja di tubuh kuda
- Mixed tumors, adanya dua atau lebih kelompok sarcoid yang berbeda, jenis ini
merupakan jenis yang paling sering ditemukan
- Malevolent, paling agresip, menyusup secara lokal di pembuluh darah; tumbuh dengan
cepat, dan memiliki tingkat kekambuhan yang tinggi setelah eksisi.
Sarcoid pada kuda tua lebih sering terjadi dengan keganasan spontan dan pada kuda muda biasa
terjadi karena predisposisi genetik atau faktor eksogen. Sarcoid dapat berubah menjadi fenotipe
yang lebih agresif setelah pengobatan yang tidak lengkap atau tidak berhasil dan kemudian lebih
sulit untuk diatasi. Bila dilakukan Eksisi bedah tanpa terapi tambahan tingkat kekambuhan yaitu
15,8% hingga 82%.
Squamous Cell Carcinoma (SCC)
Neoplasia invasive ganas dari sel epitel skuamosa, dapat berlokasi pada integument, lokasi
predileksi seperti daerah tidak memiliki pigmentasi, daerah kurang berambut, dan kulit dekat
batas nukokutan. SSC adalah neoplasma paling umum pada mata kuda, konjungtiva, struktur
adneksa okularm dan genitalia eksterna. Kemudian dapat juga pada daerah hidung, sinus
paranasal, faring, laring, dan pada daerah kuku dipertimbangkan pada kuda dengan abses kaki
kronis dan refrakter.
Ssc berkembang di area luka kronis yang sulit sembuh dan di lokasi luka bekas bakar, biasa
terjadi pada breed dengan sedikit pigmen, pada area berkulit merah jambu. 69% dari SCC okuler
terjadi pada individu yang kekurangan pigmentasi periocular.
Klasifikasi SSC
- Ulcerative, tumbuh seiring waktu, lesi awal muncul sebagai nodul kecil dengan kulit
berambut normal. SCC harus dicurigai setiap kali munculnya lesi merah pada tepi
kelopak mata, sklera, atau konjungtiva, terutama pada kulit yang tidak berpigmen
- Proliferative, pada okular dapat menginvasi orbit, calvarium, saluran air mata, dan sinus
jika tidak ditangani. Lesi pada penis terlihat seperti kembang kol dapat menyebar ke
jaringan sekitar dan kelenjar getah bening lokal.
Treatment
Pengobatan yang berasil dapat dilkukan dengan eksisi bedah, terapi radiaso, aplikasi antimimotik
topical, kemotrapi intralesi, cryotherapy, eksisi laser, hipertemia, dan imunoterapi.
Melanoma
Terdiri dari 4% - 15%, dari semua tumor kulit pada kuda. Sebagian besar terjadi pada kuda abu-
abu. Hamper semua kuda abu-abu akan membentuk malenoma seiring waktu. Melanoma ini
timbul karena gangguan transfer melanin dari melanosit dermal ke sel folikel. Terdapat 4 jenis
melanoma yaitu nevi melanositik, melanoma dermal, melanomatosis dermal, dan melanoma
ganas. Melanoma ini berlokasi di sekitar perineum dan pangkal ekor, lesi di sekitar kepala, juga
di kaki, meninges, dada, struktur mata, dan rongga perut. Seiring bertambahnya usia, resiko
perkembangan menjadi melanomatosis dermal dan metastatis meningkat. Pada melanoma ganas,
tingkat kekambuhan yang lebih tinggi dengan eksisi sederhana.
Treatment
Melanoma dermal dan nevi melanostik dapat ditangani dengan karakteristik klinis yang serupa,
pada lesi yang lebih kecil, dapat dipotong atau dengan penggunaan laser CO2. Treatment lain
dapat dilakukan dengan pemberian obat seperti anti tumor dan antagonis reseptor histamin.
Pertemuan 13 Limb Fracture Treatment in Large Animal
Ruminansia sebagai pasien ortopedik, sebagian besar berbaring dan potensi tinggi untuk
penyembuhan. Ruminansia lebih tahan terhadap kerusakan tungkal kontralateral dan laminitis
stress, dan tidak menolak saat dilakukan pemasangan alat bantu ortopedi pada tungkai. Pada
kuda sebagai pasien ortopedik, keberhasilan dapat karena kombinasi penanganan dari penilaian
klinis, perawatan medis yang tepat, stabilisasi fraktur, transportasi yang cermat dan cepat ke
fasilitas bedah.
Prinsip pada management fracture
- Fraktur aksial, dapat ditangani dengan stall rest saja, fiksasi eksternal atau internal tidak
diperlukan
- Fraktur apendikuler, perlu dipertimbangkan perlu tidaknya perawatan, fraktur dapat
direduksi tertutup atau perlu reduksi interal, metode imobilisasi apa yang tepat juga
analisis biaya.
Level frakture apendikuler dikelompokan menjadi 4 level pada kaki depan dan belakang sesuai
dengan lokasi frakture, semakin tinggi lokasi frakture, semakin tinggi juga level frakture. Pada
frakture level satu dan dua dapat ditangani dengan perban Robert Jones dan bidai kaudal. Fraktur
metacarpus ditangani dengan gips tungkai setengah, gips dipasang dari titik distal karpus atau
hock sampai ke tanah dan membungkus kaki. Gips tungkai penuh juga dapat digunakan pada
frakture metacarpus atau metatarsus sampai pertengahan radius ulna/tibia.
Frakture level tiga dapat ditangani dengan perban Robert jones dengan bidai lateral yang
diperpanjang. Pada frakture radius ulna, frakture tertutup dapat dipasang gips tungkai penuh,
kebanyakan fraktur pada regio ini merupakan fraktur terbuka. Untuk os tibia yang mengalami
frakture ditangani dengan Thomas splint cast atau plat tulang, bidai yang digunakan perlu diukur
saat hewan berdiri normal
Frakture level 4, perban empuk dengan bidai kaudal yang memanjang dari siku ke tanah
digunakan untuk fiksasi karpus pada tungkai depan.
Pertemuan 14 Teknik Operasi pada Hewan Kuda
Bedah pada kuda salah satunya untuk kasus klinik gigi geligi kuda, untuk pemeriksaan gigi,
mulut buka dengan mouth gag, memperlihatkan bentuk dan lainnya. Pada pemeriksaan kuku,
untuk memotong kuku hingga amputasi (pada sapi).
Pembiusan pada hewan besar, biasanya dibedakan antara monogastric dan ruminansia.
Instrument bedah manual hewan besat terdapat beberapa alat khusus. Cluster-alat handling kuda
saat pembedahan diperlukan karena saat akan dilakukan pembedahan kuda tidak dapat dilakukan
pada posisi kuda berbaring kecuali pada operasi besar. Handling hewan dilakukan dengan hati-
hati, dapat dilakukan olah beberapa orang. Operasi di lapangan juga dapat dilakukan.
Pembedahan dilakukan steril mungkin untuk mencegah kontaminasi seminimal mungkin.
Saat kuda mengalami sinusitis atau akan dilakukan pembedakan pada bagian mulut dan sinus
hidung dapat digunakan alat trepine. Treacheotomi merupakan alat yang digunakan untuk
membuat lubang pernafasan pada trakea. Tendotom adalah alat yang digunakan untuk memotong
tendo. Ecrasieur, merupakan alat yang digunakan untuk ovariectomy. Pada saat akan dilakukan
kastrasi, alat yang digunakan adalah tang burdizo untuk langsung memotong scrotum atau
menggunakan emasculator untuk memotong testis hewan. Apabila terjadi prolaps, pada kuda
dapat dilakukan penjahitan atau menggunakan vulfa flexa, untuk mencegah prolaps kembali.
Sketsa bedah pada Kuda
Bila akan dilakukan operasi pada kuda pertama dilakukan pendataan pada kuda meliputi, jenis
kelamin, operasi yang akan dilakukan dan lain lain.
Teknik pembiusan lokal, dapat dilakukan melalui vena jugularis, n, frontalis, n volaris, n
infraorbitalis, dan injeksi foramen mentale.
Trepanatio, pembuatan lubang pada kepala, indikasi untuk hewan yang mengalami kesulitan
bernafas, sinusitis, mengeluarkan cairan dari sinus, bisa untuk ekstrak gigi. Tekniknya dilakukan
dengan menentukan daerah pembuatan lubang, mencukur daerah yang akan dioperasi, pada
daerah kepala dilakukan insisi menggunakan scapel, kemudian digunakan trepin untuk
melubangi tulang, dan dilakukan pengambilan cairan sinus, atau ekstraksi gigi, sesuai dengan
tujuan. Untuk ekstraksi gigi dapat dilakukan pelubangan pada bagian mandibula ataupun
maxilla. Biasanya dilakukan saat terdapat gigi yang tidak normal posisinya.
Neorectomia, pemotongan pada saraf biasanya dilakukan pada daerah yang mengalami kesakitan
yang sulit sembuh. Saraf sangat mudah rusak, maka harus hati hati dalam melakukan
neorectomia. Neorectomia biasanya dilakukan pada, n. medianus, n. ulnaris, n. tibialis, n molaris,
dan n peroneus profundus. Pemotongan saraf dilakukan dengan pertama dilakukan insisi pada
kulit dan fascia dipreparasi, jangan dilakukan terlalu banyak sayatan, bila sudah bisa dikuakan
maka saraf dikuakan kemudian dipotong.
Tendotomia, sering dilakukan pemotongan tendo pada beberapa lokasi seperti Musculus ext dig
pedil lateralis, tendo achilles, atau pada lig recti patellaris medialis. Alat yang digunakan untuk
tendotomi, dibedakan berdasarkan ujung alat, yaitu terdapat tendotomi dengan ujung runcing dan
tumpul. Pemotongan tendo lainnya yaitu, Desmotomia ligament check inferior, tendotomia
cuneatum.
Tracheotomia, dibuat lubang pada daerah trachea, biasa dilakukan pada hewan yang mengalami
kesulitan bernafas, resiko terkontaminasi bakteri dari lingkungan luar.
Urethrotomy perinealis, sering dilakukan pada jantan, diindikasikan saat urin tidak dapat keluar
melewati penis, maka dibuat lubang ke dalam uretra melalui perineum.
Amputasi penis, bila terdapat tumor pada gland penis, sebelum dilakukan amputasi, sebelumnya
dimasukan catheter, dan dilakukan insisi pada gland penis, kemudian dilakukan penjahitan, gland
penis bagian depan di potong dan catheter dikeluarkan.
Kastrasi sering dilakukan pada kuda yang susah dihandle, atau untuk menenangkan kuda jantan.
Biasanya bisa dilakukan berdiri, setelah pembiusan, bila akan menggunakan alat emasculator,
maka scrotum dibuka, testis dikeluarkan dan dijepit cukup lama oleh emasculator, hingga testis
terlepas
Caudectomy, pemotongan ekor biasanya dilakukan bila terdapat tumor pada pangkat ekor.
Vulva flexsa, dilakukan saat hewan mengalami prolaps pada vagian/ uterus. Untuk mencegah
prolaps kembali

Anda mungkin juga menyukai