Anda di halaman 1dari 22

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MODEL

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER

(NHT) PADA MATA PELAJARAN FISIKA

KELAS X TEKNIK AUDIO VIDEO

DI SMK NEGERI 1 SUTERA

OLEH :
DWI UTARI KUSUMA, S.Pd
NIP. 19910529 201903 2 016
GURU MATA PELAJARAN FISIKA

PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA BARAT


DINAS PENDIDIKAN
SMK NEGERI 1 SUTERA
Jl. Raya Taratak Surantih KM.36 Kecamatan Sutera – Pesisir Selatan
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam proses belajar mengajar, aktivitas siswa merupakan sesuatu yang sangat

penting. Siswa yang memiliki aktivitas positif akan memperoleh hasil belajar yang

lebih baik dan sebaliknya siswa yang memiliki aktivitas negatif akan memperoleh

hasil belajar yang kurang memuaskan. Selama pembelajaran berlangsung diharapkan

siswa mempunyai aktivitas belajar secara positif, sebagaimana yang dinyatakan

Sadirman (1996: 95), aktivitas belajar adalah suatu prilaku siswa yang selalu

berusaha, bekerja, atau belajat dengan sungguh-sungguh untuk mendapat kemajuan

atau prestasi yang gemilang dari perubahan tingkah laku yang diperoleh dari

pengalaman dan latihan. Masalah yang sering timbul dalam dunia pendidikan adalah

rendahnya hasil belajar siswa, salah satu penyebabnya adalah kurangnya aktivitas

siswa dalam belajar. Faktor keberhasilan siswa dalam belajar sangat tergantung

kepada keaktifan siswa itu sendiri sebagai subjek belajar.

Dalam peningkatan kualitas pendidikan, fisika sebagai salah satu mata

pelajaran yang diajarkan pada jenjang pendidikan formal sangat memegang peranan

penting. Dengan menyadari betapa pentingnya pendidikan fisika, telah banyak

dilakukan upaya peningkatan kualitas pembelajaran fisika di sekolah. Upaya ini dapat

dilihat antara lain dari langkah penyempurnaan kurikulum yang terus dilakukan,

peningkatan kualitas guru bidang studi, penyediaan dan pembaruan buku ajar,

penyediaan dan perlengkapan alat-alat pelajaran (laboratorium) sains. Pada proses

belajar fisika tidak hanya sekedar menerima materi, mengingat dan menghafal saja

sehingga siswa tidak hanya Sekedar menerima materi dari guru tanpa tanggapan

apapun, tetapi siswa harus bepikir untuk memecahkan masalah dan menemukan
jawaban dari permasalahan itu agar siswa dapat benar-benar mengerti dan dapat

menerapkan ilmu pengetahuan tersebut.

Pembelajaran fisika hendaknya mengajak peserta didik ikut berperan aktif

dalam proses pembelajaran contohnya guru mengajak peserta didik untuk

memecahkan suatu masalah bersama-sama dalam proses pembelajaran, sehingga

setiap peserta didik mendapatkan kesempatan untuk berpendapat tentang apa yang

dipikirkan sampai masalah itu dipecahkan. Dalam perkembangannya juga

pembelajaran fisika banyak menemui hambatan terutama pemahaman siswa terhadap

konsep fisika itu sendiri. Banyak siswa menganggap bahwa fisika adalah pelajaran

yang tidak menyenangkan, membosankan, dan pelajaran yang sulit dimengerti. Selain

itu, siswa juga menganggap bahwa pelajaran fisika adalah pelajaran monoton

sehingga siswa malas untuk mengembangkan kemampuan yang dimilikinya.

Salah satu contoh rendahnya hasil belajar siswa yaitu di SMK Negeri 1 Sutera

yang akan penulis jadikan sebagai tempat penelitian. SMK ini merupakan SMK

Negeri yang terletak di Kecamatan SUTERA Kabpaten Pesisir Selatan. Hal di atas

dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 1: Nilai Ujian Akhir Semseter


Ujian Nilai Fisika Pencapaian KKM
Akhir
Tertingg
Semeste Terendah Rata-rata Nilai ≥ 75 Nilai ≤ 75
i
r
2 35 85 49, 65 2 orang 29 orang

Sumber: Guru mata Pelajaran Fisika SMK Negeri 1 Sutera

Dapat di lihat dari hasil Ujian Akhir Semester kelas X Teknik Audio Video

SMK Negeri 1 Sutera tahun pelajaran 2020/2021. Dari 31 orang siswa hanya 2 orang

siswa yang mendapatkan nilai di atas Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM),

sedangkan yang lainnya mendapatkan nilai di bawah KKM. Sementara itu KKM yang

ditetapkan sekolah adalah 75. Hal ini menunjukkan bahwa selama proses belajar
mengajar mata pelajaran fisika di kelas X Teknik Audio Video di SMK Negeri 1

Sutera, guru hanya berpatokan pada pada perangkat pembelajaran yang sudah ada,

dengan ceramah dan hanya mendemonstrasikan beberapa buah contoh alat didepan

kelas. Sesekali guru mencatat beberapa hal penting mengenai materi yang sedang

disampaikan, sehingga siswa hanya mendengarkan guru yang menjelaskan didepan

kelas saja dan terdapat sebagian siswa yang mencatat hal penting yang telah dicatat

oleh guru dipapan tulis. Kurang aktifnya siswa ini disebabkan karena siswa hanya

menerima saja apa yang disampaikan oleh guru tanpa bertanya ketika mereka tidak

mengerti atau mengalami kesulitan dalam belajar. Sehingga membuat siswa kurang

menyukai mata pelajaran fisika dan menganggap mata pelajaran fisika merupakan

mata pelajaran yang sangat sulit. Hasil belajar siswa pada pelajaran fisika juga belum

sesuai dengan apa yang diharapkan.

Untuk dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa diperlukan suatu model

pembelajaran yang tidak hanya dapat meningkatkan kemampuan kognitif, sehingga

membuat fisika menjadi pelajaran yang sulit bagi siswa. Salah satu alternatif untuk

mengatasi permasalahan maka perlu menerapkan suatu model pembelajaran yang

dapat menciptakan kondisi aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan bagi siswa.

Salahnya satu dengan menerapkan model pembelajaran Numbered Head Together

(NHT). Menurut Trianto (2009:82), Numbered Head Together (NHT) merupakan

jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi

siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas. Dengan menerapakan model

pembelajaran Numbered Head Together (NHT), diharapkan siswa mampu menguasai

materi pelajaran dengan baik dan dapat terjadi interaksi antara siswa melalui diskusi

bersama dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi.


Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik mengangkat permasalahan

tersebut sebagai permasalahan dalam penelitian PTK dengan judul: ” Upaya

Peningkatan Hasil Belajar Siswa dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Numbered Head Together (NHT) Pada Mata Pelajaran Fisika Kelas X Teknik

Audio Video (TAV) di SMK Negeri 1 SUTERA”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan kenyataan yang ada di lapangan,

maka penulis mengindentifikasi masalah sebagai berikut :

1. Rendahnya aktivitas belajar siswa teridentifikasi dari:

a. Siswa kurang bahan bacaan karena kurangnya bervariasinya buku sumber.

b. Kurangnya aktivitas bertanya siswa meskipun sebagian besar dari mereka

belum memahami materi yang sedang dipelajari.

2. Rendahnya hasil belajar siswa yang teridentifikasi dari nilai ulangan harian Fisika

yang sebagian besar di bawah KKM.

C. Batasan Masalah

Mengingat berbagai batasan yang penulis miliki, serta agar terpusatnya

pembahasan penelitian ini maka penulis perlu membatasi masalah yang akan diteliti

yaitu mengenai Upaya peningkatan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Fisika,

dengan model pembelajaran Kooperatif tipe NHT di kelas X Teknik Audio Video

SMK Negeri 1 Sutera tahun ajaran 2021/2022.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: ”Apakah penerapan model


pembelajaran Kooperatif Tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata

pelajaran Fisika kelas X Teknik Audio Video SMK Negeri 1 Sutera?”.

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk melihat dan memberikan gambaran

Apakah penerapan model pembelajaran Kooperatif Tipe NHT dapat meningkatkan

hasil belajar siswa pada mata pelajaranFisika kelas X Teknik Audio Video SMK

Negeri 1 Sutera.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai:

a. Bekal pengetahuan dan motivasi bagi penulis guna meningkatkan pola pengajaran

mata Pelajaran Fisika di masa yang akan datang.

b. Bahan masukan bagi guru bidang studi Fisika dan bidang studi lainnya, khususnya

di SMK Negeri 1 Sutera untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa melalui model

pembelajaran kooperatif tipe NHT.

c. Bagi siswa, agar siswa lebih termotivasi untuk meningkatkan hasil belajar dengan

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.


BAB II

KAJIAN TEORI

A. Aktivitas Belajar

Selama proses belajar mengajar siswa diharapkan mempunyai aktivitas belajar

positif. Menurut Sriyono (1992: 8) dalam dunia pendidikan keaktifan belajar

merupakan tuntutan logis dari pengajaran yang seharusnya, tidak ada suatu kegiatan

belajar mengajar tanpa melibatkan keaktifan siswa. Permasalahannya adalah tingkat

keaktifan siswa itu dalam proses belajar mengajar. Sedangkan keaktifan siswa itu

sendiri sangat tergantung kepada dorongan atau motivasi yang timbul baik dari dalam

diri seseorang maupun dari luar dirinya, sehingga semakin tinggi dorongan yang

timbul dalam diri seseorang akan semakin aktif dalam belajar.

Menurut Paul D. Dierich dalam Sadirman (1996: 100), jenis-jenis aktivitas

dapat digolongkan sebagai berikut:

a. Kegiatan-kegiatan visual, seperti membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi,

mengamati percobaan.

b. Kegiatan-kegiatan lisan (oral), seperti menyatakan, merumuskan, bertanya,

memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, dan

interupsi.

c. Kegiatan-kegiatan mendengarkan, seperti mendengarkan uraian,

mendengarkan percakapan, mendengarkan diskusi, dan mendengarkan pidato.

d. Kegiatan-kegiatan menulis, seperti menulis, membuat laporan, mengisi

angket, dan menyalin.

e. Kegiatan-kegiatan menggambar, seperti menggambar, membaut grafik,

membuat peta dan diagram.


f. Kegiatan-kegiatan metrik, seperti melakukan percobaan, membuat

konstruksi model, dan melakukan demonstrasi.

g. Kegiatan-kegiatan mental, seperti menganggap, mengingat, memecahkan

soal, menganalisa, melihat hubungan dan mengambil keputusan.

h. Kegiatan-kegiatan emosional, seperti menaruh minat, merasa bosan,

gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, dan gugup.

Sehubungan dengan hal tersebut menurut Oemar Hamalik (2001:175) ada

beberapa manfaat aktifitas yaitu:

a. Mendorong siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami

sendiri.

b. Dengan berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa

secara integral.

c. Memupuk kerja sama yang harmonis di kalangan siswa.

d. Mendorong para siswa bekerja menurut minat dan kemampuan sendiri.

e. Memupuk disiplin kelas secara wajar dan suasana belajar menjadi

demokratis.

f. Pengajaran diselenggarakan secara realistis dan konkret sehingga

mengembangkan pemahaman dan berpikir kritis serta menghindarkan

verbalistis.

g. Menjadikan pengajaran di sekolah menjadi hidup sebagaimana aktivitas

dalam kehidupan bermasyarakat.

Abu Ahmadi dan Widodo Supriono (2004:132-137) mengemukakan beberapa

aktivitas belajar yaitu:

a. Mendengarkan

b. Memandang
c. Meraba, membau, dan mencicipi / mengecap

d. Menulis / mencatat

e. Membaca

f. Membuat ikhtisar / ringkasan dan menggarisbawahi

g. Mengamati tabel-tabel, diagram, dan bagan-bagan

h. Menyusun paper / kertas kerja

i. Mengingat

j. Berpikir

k. Latihan dan praktek

Aktivitas dalam kegiatan belajar mengajar bisa dipengaruhi oleh faktor internal

dan faktor eksternal. Faktor internal berupa motivasi siswa itu sendiri dalam kegiatan

belajar mengajar. Siswa yang memiliki motivasi yang tinggi akan menunjukkan

aktivitas yang baik dalam proses belajar mengajar dan begitu sebaliknya. Sedangkan

faktor eksternal berasal dari lingkungan belajar siswa itu sendiri, baik lingkungan

keluarga, sekolah, dan lingkungan masyarakat.

B. Hasil Belajar

Pada dasarnya setiap manusia selalu mengalami proses pembelajaran dimana

proses pembelajaran itu bertujuan untuk terjadinya suatu perubahan. Disini bisa saja

dalam segi keterampilan, sikap dan kebiasaan baru lainnya. Hamalik (2000:155)

mengatakan bahwa “ hasil belajar adalah tampak sebagai terjadinya perubahan

tingkahlaku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan

pengetahuan, sikap dan keterampilan”. Hasil belajar siswa yang dimaksud adalah hasil

belajar yang diproleh siswa setelah mengalami proses pembelajaran. Hasil belajar

dapat diungkapkan berupa angka atau huruf yang menggambarkan tingkat penguasaan

sistem terhadap apa yang telah dipelajari.


Hasil belajar dapat diproleh dengan mengadakan evaluasi melalui pemberian tes

kepada siswa. Hasil evaluasi ini berupa nilai yang diproleh siswa dari tes yang

diberikan.

C. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT)

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT, Pembelajaran kooperatif merupakan

strategi pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam

kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Para siswa dibagi ke dalam

kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang

telah ditentukan. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk memberikan

kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan

dalam kegiatan-kegiatan belajar. Dalam hal ini sebagian besar aktifitas pembelajaran

berpusat pada siswa, yakni mempelajari materi pelajaran serta berdiskusi untuk

memecahkan masalah

Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran

kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk

mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan

penguasaan akademik. Tipe ini dikembangkan oleh Kagen dalam Ibrahim (2000: 28)

dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu

pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.

Ibrahim mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran

kooperatif dengan tipe NHT yaitu :

1. Hasil belajar akademik stuktural

Bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik.

2. Pengakuan adanya keragaman


Bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai

berbagai latar belakang.

3. Pengembangan keterampilan social

Bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan yang

dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang

lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan

sebagainya.

Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Numbered Heads Together

adalah sebagai berikut :

Kelebihan:

1. Setiap siswa menjadi siap semua

2. Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.

3. Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.

Kelemahan:

1. Tidak terlalu cocok untuk jumlah siswa yang banyak karena membutuhkan waktu

yang lama..

2. Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru

Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk pada konsep Kagen

dalam Ibrahim (2000: 29), dengan tiga langkah yaitu :

1. Pembentukan kelompok;

2. Diskusi masalah;

3. Tukar jawaban antar kelompok

1. Langkah – langkah Meodel Pembelajaran Kooperatif tipe NHT

Langkah-langkah tersebut kemudian dikembangkan oleh Ibrahim (2000: 29)

menjadi enam langkah sebagai berikut :


a. Langkah 1. Persiapan

Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat

Skenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan

model pembelajaran kooperatif tipe NHT.

b. Langkah 2. Pembentukan kelompok

Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran

kooperatif tipe NHT. Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok

yang beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa

dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Kelompok yang dibentuk

merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, ras, suku, jenis

kelamin dan kemampuan belajar. Selain itu, dalam pembentukan kelompok

digunakan nilai tes awal (pre-test) sebagai dasar dalam menentukan masing-

masing kelompok.

c. Langkah 3. Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan

Dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku paket atau

buku panduan agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau masalah

yang diberikan oleh guru.

d. Langkah 4. Diskusi masalah

Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai

bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir bersama

untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban

dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan

oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik sampai yang

bersifat umum.
e. Langkah 5. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban

Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok

dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada

siswa di kelas.

f. Langkah 6. Memberi kesimpulan

Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang

berhubungan dengan materi yang disajikan.

2. Manfaat model pembelajaran kooperatif tipe NHT

Ada beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap

siswa yang hasil belajar rendah yang dikemukakan oleh Lundgren dalam Ibrahim

(2000: 18), antara lain adalah :

a. Rasa harga diri menjadi lebih tinggi

b. Memperbaiki kehadiran

c. Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar

d. Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil

e. Konflik antara pribadi berkurang

f. Pemahaman yang lebih mendalam

g. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi

h. Hasil belajar lebih tinggi

Model pembelajaran ini baik digunakan karena model ini mengajarkan kepada

siswa untuk lebih siap dalam menguasai materi serta belajar menerima

keanekaragaman dengan kelompok lain, karna dalam model ini siswa dituntut untuk

berdiskusi untuk memecahkan suatu masalah.


Pada dasarnya tidak ada model pembelajaran yang cocok untuk setiap pokok

bahasan, karena setia model atau metode mengajar masing-masing memiliki kelebihan

dan kekurangan oleh karenanya guru dituntut untuk pandai memilih model

pembelajaran yang sesuai.

D. Hipotesis Tindakan

Adapun hipotesis tindakan pada penelitian ini adalah :

Melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan

hasil belajar Fisika pada siswa kelas X Teknik Audio Video SMK Negeri 1 Sutera.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka penelitian yang

akan dilakukan adalah penelitian tindakan kelas (action research). Tujuan utama

penelitian tindakan kelas ini adalah untuk memeperbaiki dan meningkatkan layanan

profesoional guru dalam pembelajaran dan memperbaiki pembelajaran secara

berkesinambungan.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 1 Sutera di kelas X Teknik

Audio Video dengan jumlah siswa sebanyak 31 orang. Waktu pelaksanaan penelitian

dilaksanakan pada bulan September sampai Oktober 2021.

C. Sumber dan Jenis Data

Sumber data dari penelitian ini adalah siswa kelas X Teknik Audio Video SMK

Negeri 1 Sutera sebanyak 31 orang. Sedangkan jenis data adalah data primer yang

terdiri dari data hasil belajar pada mata pelajaran Fisika siswa yaitu nilai Ulangan

harian dan aktivitas belajar siswa yang terpantau melalui lembaran observasi aktivitas

siswa.

D. Teknik dan Alat Pengumpul Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini akan dilakukan dengan cara

memberikan pertanyaan kepada siswa pada saat berlangsungnya proses belajar

mengajar, dan memberikan nilai kepada siswa yang mampu menjawab pertanyaan

yang diberikan guru, sedangkan data aktivitas siswa diperoleh dengan cara observasi.
E. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Adapun tahap-tahap dalam menerapkan metode tanya jawab ini adalah :

1. Memberi informasi pada siswa di kelas X Teknik Audio Video SMK Negeri 1

Sutera tentang adanya tambahan nilai bagi siswa yang berpartisipasi dalam proses

tanya jawab di dalam pembelajaran.

2. Meminta bantuan guru pamong untuk mengamati aktivitas siswa selama

proses pembelajaran.

Setelah pelaksanaan metode tanya jawab selesai, adapun cara mengamati hasil

tindakannya adalah sebagai berikut ;

1. Mempersiapkan lembaran daftar siswa untuk diisikan nilai.

2. Mengisi lembaran daftar siswa dengan nilai yang diperoleh masing-masing

siswa selama proses pembelajaran.

3. Mendeskripsikan hasil perolehan nilai. Jika rata-rata siswa telah

mengumpulkan nilai diatas 51% dari total nilai yang harus dikumpulkan maka

tindakan dapat dikatakan berhasil.

F. Prosedur Penelitian

Pola pelaksanaan pemberian tindakan ini menggunakan “model siklus”. Siklus ini

terdiri dari empat komponen, yaitu:

(1) perencanaan

(2) tindakan

(3) observasi

(4) refleksi.
Adapun model dan penjelasan untuk masing-masing tahap adalah sebagai berikut:

Permasalahan Perencanaan
Tindakan I

Refleksi I SIKLUS I Pelaksanaan Tindakan I

Observasi/
Pengumpulan data I

Perencanaan
Tindakan II

Refleksi II SIKLUS II Pelaksanaan Tindakan II

Observasi/
Pengumpulan data II

Apabila permasalahan belum


terselsesaikan dilanjutkan ke
siklus berikutnya

Suharsimi Arikunto, (2006:16)

Dalam pelaksanaan penelitian ini penulis membagi dua silkus kegiatan dalam

satu pokok bahasan, berisi aktivitas-aktivitas sebagai berikut:

1. Siklus I

a. Perencanaan

Agar penelitian ini berjalan maksimal, perlu adanya rencana

tindakan/kegiatan yang maksimal pula. Adapun rencana kegiatan yang

diprogramkan adalah sebagai berikut:


1) Menentukan jadwal penelitian

2) Menentukan materi yang akan diajarkan

3) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana pelaksanaan pembelajaran pada siklus pertama dilakukan sebanyak

dua kali pertemuan

4) Membuat lembaran observasi yaitu data tentang aktivitas siswa dalam proses

belajar mengajar. Alat yang digunakan untuk data ini adalah ceklis

5) Membuat soal tes kecil yang akan digunakan dalam penelitian.

b. Tindakan

1) Pada awal pertemuan yaitu sepuluh menit pertama untuk pembukaan yang

terdiri motivasi dan apersepsi. Disamping itu juga diberitahukan bahwa

diakhir jam pelajaran akan diadakan tes kecil/ kuis.

2) Melaksanakan proses pembelajaran

3) Pada akhir jam pelajaran diadakan tes kecil dengan waktu lebih kurang 15

menit

4) Siswa mengumpulkan lembaran jawaban yang sudah dikerjakan.

c. Observasi

Observasi diartikan sebagai kegiatan mengenali dan mengamati semua

indikator, perubahan-perubahan yang terjadi dan hasil akhir yang dicapai

sebagai dampak dari tindakan yang telah dilakukan. Tahap ini berjalan

bersamaan dengan saat pelaksanaan tindakan atau proses belajar mengajar

berlangsung.

Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data berupa kegiatan siswa. Proses

pengumpulan data dilakukan melalui beberapa tahap sebagai berikut:

1) Instrumen data
Pada penelitian ini yang dijadikan alat pengumpul data adalah :

 Lembar observasi berisikan data tentang aktivitas siswa dalam belajar

 Data tentang hasil belajar siswa dengan menggunakan tes dalam bentuk

essay.

2) Teknik pengumpulan data

Observer mengisi lembaran observasi sesuai dengan aktivitas siswa yang

diamati dan menghitung jumlah siswa yang melakukan aktivitas belajar

dalam proses belajar mengajar.

3) Teknik analisis data

Data tentang aktivitas siswa setiap pertamuan diinterpretasikan dalam

bentuk persentase. Untuk menentukan persentase aktivitas siswa digunakan

rumus:

F
P= ×100 %
N

keterangan:

P = persentase aktivitas siswa tiap pertemuan

F = jumlah siswa yang terlibat

N = jumlah siswa yang hadir

4) Pelaksanaan tes

Pada penelitian ini tes dilakukan dalam bentuk tes tertulis untuk setiap

indikator yang diajarkan, tes ini digunakan untuk mengukur hasil belajar

siswa dengan model pembelajaran Kooperatif tipe NHT.


d. Refleksi

Tahapan ini bertujuan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang

telah dilakukan, berdasarkan data yang telah terkumpul, kemudian dilakukan

refleksi/ perenungan.

Melalui refleksi dapat ditemukan beberapa kekuatan dan kelemahan

pelaksanaan tindakan pada siklus pertama, yang nantinya akan dijadikan sebagai

dasar untuk perencanaan tindakan pada siklus ke dua.

2. Siklus dua

Siklus dua ini merupakan perbaikan dari siklus pertama, yang disusun

dengan rencana yang matang dengan memperhatikan hasil refleksi dari siklus I.

Prosedur penelitian pada siklus II adalah:

a. Perencanaan

Pada siklus ini dilakukan identifikasi masalah dan mencari solusi

pemecahan masalah berdasarkan permasalahan yang terjadi pada siklus I.

Setelah mencari solusi permasalahan, langkah selanjutnya penelitian

pengembangan program untuk siklus II.

b. Tindakan

Pelaksanaan program pada siklus II sama dengan tindakan pada siklus I

tetapi skenario pembelajaran sedikit berbeda, dimana pada siklus II ini lebih

ditekankan untuk perbaikan terhadap palaksanaan tindakan yang terjadi pada

siklus I.

c. Observasi

Tahapan observasi II ini sama dengan pelaksanaan observasi pada siklus I.


d. Refleksi

Setelah dilakukan perencanaan, tindakan dan observasi maka selanjutnya

dilakukan refleksi. Refleksi dilakukan juga dengan proses perenungan dan

berdiskusi dengan teman sejawat. Pada tahap ini dilihat lagi apakah tujuan

penelitian sudah tercapai atau masih ada kelemahan-kelemahan dan

kekurangan-kekurangan, yang mana perlu dijadikan sebagai dasar perencanaan

tindakan pada siklus berikutnya.

G. Indikator Keberhasilan

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan sebelumnya maka untuk

mengamati aktivitas belajar siswa kelas X Teknik Audio Video peneliti menggunakan

indikator aktivitas belajar. Adapun indikator tersebut dapat dilihat pada tabel 1

sebagai berikut:

1. Sebanyak  75% siswa dapat memahami materi mata pelajaran Fisika

2. Ketuntasan belajar tercapai jika 85% siswa dapat mendapat nilai  75


DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006a. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik Edisi VI. Jakarta:
Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2006b. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Suharsimi Arikunto, Suhardjono & Supardi. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT
Bumi Aksara.

Trianto (2009:82),Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif Konsep,


Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.Sardiman. 2004. Interaksi dan Motivasi
Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Sriyono. 1992. Tehnik Belajar Mengajar CBSA. Jakarta: Rineka Cipta

Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara.

Abu Ahmadi & Supriyono Widodo. (2004). Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Ibrahim, M, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : Universitas Negeri Surabaya


University Press.

Anda mungkin juga menyukai