Anda di halaman 1dari 50

ANALISIS RESIKO BAHAYA DAN

PENANGGULANGAN RESIKO
DI PT ANGKASA PURA II (PERSERO)
KANTOR CABANG BANDARA INTERNATIONAL
SOEKARNO – HATTA
LAPORAN TUGAS AKHIR

Oleh

Rilo Amaula Frinanda Fajr

NIM : 13020134

PROGRAM STUDI FIRE AND SAFETY


AKADEMI MINYAK DAN GAS BALONGAN
INDRAMAYU
2017
LEMBAR PENGESAHAN

ANALISIS RESIKO BAHAYA DAN


PENANGGULANGAN RESIKO
DI PT ANGKASA PURA II (PERSERO)
KANTOR CABANG BANDARA INTERNATIONAL
SOEKARNO – HATTA

Oleh

Rilo Amaula Frinanda Fajr


13020134

Disususn sebagai persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar ahli


madya pada Program Studi Fire and Safety
Akamigas Balongan Indramayu

Disahkan, Tangerang, Juni 2017

Pembimbing Lapangan

Mas Dhio
NIDN : 0409118303

i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tingginya angka kematian, kecelakaan akibat kerja, dan penyakit akibat

kerja dapat disebabkan oleh beberapa faktor risiko, Resiko kecelakaan kerja

adalah menyatakan kemungkinan terjadinya kecelakan atau kerugian pada periode

waktu tertentu atau siklus operasi tertentu. Faktor yang mempengaruhi risiko

kecelakaan kerja adalah faktor pekerjaan, faktor manusia dan faktor lingkungan

kerja. Hal tersebut mendorong banyak perusahaan dunia untuk lebih

memperhatikan aspek manajemen K3 dalam setiap operasinya. Manajemen risiko

adalah mengelola resiko dengan segala upaya baik bersifat teknik maupun

administratif, agar risiko menjadi hilang atau minimal sampai ke tingkat yang

dapat diabaikan karena tidak lagi membahayakan.

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2009,

kegiatan usaha penunjang angkutan udara diatur dalam Bab XI Pasal 232 sampai

dengan pasal 239. Menurut pasal 232 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

1 Tahun 2009, untuk menunjang kegiatan pengusahaan Bandar Udara dapat

dilaksanakan kegiatan usaha penunjang Bandar Udara. Kegiatan pengusahaan

Bandar Udara tersebut dapat berupa pelayanan jasa kebandarudaraan meliputi:

pelayanan jasa pesawat udara, penumpang, barang dan pos yang kegunaannya

untuk penyediaan atau pengembangan terhadap fasilitas pada kegiatan pelayanan

pendaratan, lepas landas, manuver, parkir, dan penyimpanan pesawat udara,

fasilitas terminal untuk pelayanan angkutan penumpang, kargo, dan pos, fasilitas

i
2

elektronika, listrik, air, dan instalasi limbah buangan dan lahan untuk bangunan,

lapangan, dan industri serta gedung atau bangunan yang berhubungan dengan

kelancaran angkutan udara.

Salah satunya adalah Bandara Soekarno Hatta yang merupakan bandara

Internasional yang ada di indonesia. Bandara ini sangat penting bagi pergerakan

dan pertumbuhan ekonomi di Jakarta, Banten dan sekitarnya. PT. Angkasa Pura II

(Persero) merupakan suatu Badan Usaha Milik Negara yang bergerak dalam

bidang usaha pelayanan jasa kebandarudaraan dan pelayanan jasa terkait bandar

udara di wilayah Indonesia Barat. Berdirinya Angkasa Pura II bertujuan untuk

menjalankan pengelolaan dan pengusahaan dalam bidang jasa kebandarudaraan

dan jasa terkait bandar udara dengan mengoptimalkan pemberdayaan potensi

sumber daya yang dimiliki dan penerapan praktik tata kelola perusahaan yang

baik.

Perusahaan yang bergerak dalam bidang pelayanan jasa kebandarudaraan

dan pelayanan jasa terkait bandar udara ini memiliki resiko tinggi. Resiko ini

meliputi aspek finansial, kecelakaan, kebakaran, ledakan maupun penyakit akibat

kerja dan dampak lingkungan. Kecelakaan akibat kerja adalah suatu kejadian

kecelakaan yang berhubungan dengan aktivitas dan kegiatan dalam pekerjaannya.

Untuk melaksanakan suatu perkerjaan, pihak yang berwenang tersebut sudah

harus memahami pekerjaan yang sedang dilakukannya dan bagaimana

hubungannya dengan pekerjaan lain. Selain itu harus dilakukan tindakan

pencegahan dimana pekerja sudah dilatih untuk melakukan tindakan tersebut dan

tanggung jawab serta memiliki pemahaman tentang pentingnya penanggulangan


3

resiko di perusahaan. Penanggulangan resiko bahaya sangat dibutuhkan agar

tingkat kecelakaan tidak semakin banyak dan parah. Berdasarkan pertimbangan

tersebut maka penulis ingin mengetahui lebih jauh tentang analisis risiko dan

penanggulangannya.

1.2. Tema

Tema yang akan di ambil pada kegiatan Kerja Praktek ini adalah Analisis

Resiko Bahaya dan Penanggulangan Resiko di PT. Angkasa Pura II (Persero)

Kantor Cabang Bandara International Soekarno – Hatta

1.3. Tujuan

1.3.1 Umum

a. Untuk mengaplikasikan beberapa teori dasar yang didapat selama

perkuliahan tentang analisis resiko bahaya dan penanggulangan

resiko di PT Angkasa Pura II (Persero).

b. Untuk mengetahui lebih luas tentang analisa risiko dan

penanggulangannya di PT. Angkasa Pura II (Persero).

1.3.2 Khusus

a. Mengetahui program analisa resiko bahaya di perusahaan dan

Penanggulangannya

b. Mengetahui prosedur analisa resiko di perusahaan dan

penanggulangannya

c. Mengetahui program implementasi tindak lanjut resiko di perusahaan.


4

1.4. Manfaat

1.4.1 Mahasiswa

1. Dapat memperoleh berbagai permasalahan tentang aspek K3 di PT.

Angkasa Pura II (Persero).

2. Mendapat pengetahuan dan keterampilan yang lebih aplikatif dalam

bidang yang diminati.

3. Mahasiswa dapat secara langsung mengetahui program serta cara

pengimplementasian analisa resiko di PT. Angkasa Pura II (Persero).

1.4.2 Akademi Minyak & Gas (AKAMIGAS) Balongan

1. Terbinanya suatu jaringan kerjasama dengan institusi tempat Tugas

Akhir (TA) dalam upaya meningkatkan keterkaitan dan kesepadanan

antara substansi akademik dengan pengetahuan dan keterampilan

Sumber Daya Manusia (SDM) yang dibutuhkan dalam dunia industri.

2. Meningkatkan kapasitas dan kualitas pendidikan dengan melibatkan

tenaga terampil dari lapangan dalam kegiatan Tugas Akhir (TA).

1.4.3 PT. Angkasa Pura II (Persero)

1. Dapat menggunakan hasil dari tugas akhir sebagai bahan evaluasi

mengenai aspek K3 di PT. Angkasa Pura II (Persero)

2. Dapat mengembangkan kemitraan dengan Akademi Minyak & Gas

(AKAMIGAS) Balongan dan PT. Angkasa Pura II (Persero) dalam

kegiatan Tugas Akhir (TA), baik untuk kegiatan penelitian maupun

pengembangan.
BAB II

DASAR TEORI
2.1. Kecelakaan Kerja

2.2.1. Pengertian Kecelakaan Kerja

Menurut Budiono (2005), kecelakaan kerja adalah suatu kejadian

atau peristiwa yang tidak diinginkan yang merugikan terhadap manusia,

merusak harta benda atau kerugian terhadap proses. Kerugian-kerugian

yang disebabkan oleh kecelakaan dapat berupa banyak hal yang mana

telah dikelompokkan menjadi 5, yaitu :

 Kerusakan

 Kekacauan organisasi

 Keluhan, kesakitan dan kesedihan

 Kelainan dan cacat

 Kematian

2.2.2. Latar Belakang Terjadinya Kecelakaan

Pada dasarnya latar belakang terjadinya kecelakaan di pengaruhi

oleh 2 faktor, yaitu :

- Unsafe Condition

Dimana kecelakaan terjadi karena kondisi kerja yang tidak aman,

sebagai akibat dari, beberapa poin dibawah ini :

 Mesin, Peralatan, Bahan, dsb

 Lingkungan Kerja

 Proses Kerja

5
6

 Sifat Pekerjaan

 Cara Kerja

- Unsafe Action

Dimana kecelakaan terjadi karena perbuatan / tindakan yang tidak

aman, sebagai akibat dari beberapa poin dibawah ini :

 Kurangnya pengetahuan dan keterampilan

 Karakteristik fisik

 Karakteristik mental psikologis

 Sikap dan tingkah laku yang tidak aman

2.2. Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) menurut UU

No 1 tahun 1970 adalah upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan

tenaga kerja dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya

menuju masyarakat yang adil dan sejahtera.

Perusahaan wajib memberikan fasilitas keselamatan maupun

kesehatan untuk semua pekerja. Sesuai yang tercantum di Undang-Undang

No.13 tahun 2003 pasal 87 yang berisi “setiap perusahaan wajib menerapkan

sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang terintegrasi dengan

sistem manajemen perusahaan”. Tujuan dari keselamatan itu sendiri adalah

sebagai berikut:

a. Melindungi tenaga kerja atas hak dan keselamatannya dalam melakukan

pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta

produktivitas nasional.
7

b. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja.

c. Menjamin agar sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara

aman dan efisien.

2.3. Sistem Manajemen K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)

2.3.1. Pengertian Sistem Manajemen K3 (Keselamatan dan Kesehatan

Kerja)

Permenaker No 5 Tahun 1996  tentang Sistem Manajemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja ialah bagian dari sistem secara

keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung-jawab,

pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi

pengembangan, penerapan, pencapaian, pengajian dan pemeliharaan

kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam rangka pengendalian

risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja untuk terciptanya tempat

kerja yang aman, efisien dan produktif.

2.4. Manajemen Risiko

Sebagai bagian dari proses manajemen, penerapan manajemen

risiko dalam SMK3 bertujuan untuk membantu pihak manajemen untuk

mencegah terjadinya kerugian pada perusahaan melalui pengelolaan risiko

yang akurat. Dalam manajemen risiko, penilaian risiko sangat berpengaruh

dalam menentukan akibat atau pemaparan potensi bahaya, sebab melalui

penilaian risiko, maka kecelakaan akibat kerja dapat dicegah ataupun

dihilangkan (Budiono, 2005).


8

2.5. Analisis Resiko Bahaya

2.5.1. Analisa Kualitatif (Qualitative Analysis)

Menurut Suma’mur (2009) analisa Kualitatif merupakan analisa

yang dilakukan dengan menggunakan skala deskriptif atau kata-kata untuk

menggambarkan besarnya risiko yang dapat terjadi. Skala yang digunakan

pada analisa risiko secara kualitatif dapat disesuaikan dengan keadaan yang

ada pada perusahaan. Deskripsi masing-masing risiko harus jelas dan

tentunya memerlukan kesepakatan dengan semua pemangku kepentingan

agar tidak terjadi perbedaan persepsi yang signifikan.

2.5.2. Analisa Semi-Kuantitatif (Semi-Quantitative Analysis)

Di dalam analisa semi-kuantitatif, skala-skala deskripsi yang

digunakan dalam analisa kualitatif diberi nilai, namun nilai-nilai yang

diberikan tidak mesti menggambarkan besarnya kemungkinan dan

konsekuensi yang sesungguhnya. Nilai-nilai ini untuk memberikan acuan

prioritas dari deskripsi yang digunakan dalam analisa kualitatif.

2.6. PT. Angkasa Pura II (Persero)

2.1.1. Kesehatan dan Keselamatan Kerja (“K3”)

1. Kebijakan

Sejak 10 Mei 2002 (SK Pedoman Pelaksanaan K3 Angkasa Pura

II), pengelolaan K3 difokuskan untuk mencapai tingkat kecelakaan

nihil atau zero accident. Program ini diselenggarakan berdasarkan

peraturan ketenagakerjaan dan aturan K3 Dinas Tenaga Kerja setempat

serta dievaluasi dan dinilai setiap tahun. Komitmen Angkasa Pura II


9

untuk mewujudkan keamanan dan keselamatan di lingkungan kerja

diwujudkan dalam kebijakan Perusahaan yang diatur dalam Keputusan

Direksi No.KEP.088/KP.204/APII-2002.

2. Jenis Program

Berbagai kegiatan yang dilakukan terkait dengan program K3

selama tahun 2012 antara lain adalah dengan melakukan pelatihan

terkait dengan kesehatan dan keselamatan kerja. Pelatihan yang

dilakukan meliputi P2K3 dan SMK3.

3. Dampak Keuangan dari Kegiatan

Biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan yang berhubungan dengan

K3 pada tahun 2012 adalah sebesar Rp191.285.079,-


10

BAB III

METODOLOGI PELAKSANAAN DAN RENCANA KEGIATAN

TUGAS AKHIR

3.1. Metode Pengambilan Data

Metode yang di lakukan untuk pengambilan data saat tugas akhir yaitu

dengan cara:

1. Melihat data perusahaan

2. Wawancara

3. Diskusi

3.2. Tempat dan Waktu Pelaksanaan

Tempat : PT. Angkasa Pura II (Persero)

Alamat : Bandara Internasinal Soekarno – Hatta, Tangerang, Banten

Phone : 1500 138

Waktu : 23 Mei 2017 – 6 Juni 2017

3.3. Rencana Kegiatan Tugas Akhir

Tabel 3.1 Rencana Kegiatan Tugas Akhir

Waktu Kegiatan
No Aktivitas Minggu Minggu
Ke 1 Ke 2
Pengenalan:
A. Mengenal tiap-tiap area kerja
1.
dalam menganalisa resiko
bahaya
11

Pengumpulan Data:
A. Jenis aktifitas atau pekerjaan
yang berlangsung di area
kerja
B. Bentuk program dari analisa
2. resiko bahaya
C. Peta area kerja
D. Profil perusaahaan
E. Melakakukan wawancara
pada pekerja
terkait/pembimbing
Pengolahaan data dan
penyusunaan Laporan:
A. Melakukan diskusi dan ikut
serta dalam kegiataan
perusahaan
3. B. Menngolah data-data yang
sudah di dapatkan
C. Menyusun laporan/persentasi
hasil yang telah didapatkan
selama pelaksanaan tugas
akhir
12
13
BAB IV

PT. ANGKASA PURA II (PERSERO)

4.1. Sejarah dan Profil Perusahaan

PT Angkasa Pura II (Persero), selanjutnya disebut “Angkasa Pura II”

atau “Perusahaan” merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara yang

bergerak dalam bidang usaha pelayanan jasa kebandarudaraan dan pelayanan

jasa terkait bandar udara di wilayah Indonesia Barat. Angkasa Pura II telah

mendapatkan kepercayaan dari Pemerintah Republik Indonesia untuk

mengelola dan mengupayakan pengusahaan Pelabuhan Udara Jakarta

Cengkareng yang kini berubah nama menjadi Bandara Internasional Jakarta

Soekarno-Hatta serta Bandara Halim Perdanakusuma sejak 13 Agustus 1984.

Keberadaan Angkasa Pura II berawal dari Perusahaan Umum dengan

nama Perum Pelabuhan Udara Jakarta Cengkareng melalui Peraturan

Pemerintah Nomor 20 tahun 1984, kemudian pada 19 Mei 1986 melalui

Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun 1986 berubah menjadi Perum Angkasa

Pura II. Selanjutnya, pada 17 Maret 1992 melalui Peraturan Pemerintah

Nomor 14 tahun 1992 berubah menjadi Perusahaan Perseroan (Persero).

Seiring perjalanan perusahaan, pada 18 November 2008 sesuai dengan Akta

Notaris Silvia Abbas Sudrajat, SH, SpN Nomor 38 resmi berubah menjadi PT

Angkasa Pura II (Persero).

12
15

Berdirinya Angkasa Pura II bertujuan untuk menjalankan pengelolaan

dan pengusahaan dalam bidang jasa kebandarudaraan dan jasa terkait bandar

udara dengan mengoptimalkan pemberdayaan potensi sumber daya yang

dimiliki dan penerapan praktik tata kelola perusahaan yang baik. Hal tersebut

diharapkan agar dapat menghasilkan produk dan layanan jasa yang bermutu

tinggi dan berdaya saing kuat sehingga dapat meningkatkan nilai Perusahaan

dan kepercayaan masyarakat.

Kiprah Angkasa Pura II telah menunjukkan kemajuan dan peningkatan

usaha yang pesat dalam bisnis jasa kebandarudaraan melalui penambahan

berbagai sarana prasarana dan peningkatan kualitas pelayanan pada bandara

yang dikelolanya.

Angkasa Pura II telah mengelola 13 Bandara, antara lain yaitu Bandara

Soekarno-Hatta (Jakarta), Halim Perdanakusuma (Jakarta), Kualanamu

(Medan), Supadio (Pontianak), Minangkabau (Padang), Sultan Mahmud

Badaruddin II (Palembang), Sultan Syarif Kasim II (Pekanbaru), Husein

Sastranegara (Bandung), Sultan Iskandarmuda (Banda Aceh), Raja Haji

Fisabilillah (Tanjungpinang), Sultan Thaha (Jambi), Depati Amir (Pangkal

Pinang) dan Silangit (Tapanuli Utara).

Sebagai Badan Usaha Milik Negara, Angkasa Pura II selalu

melaksanakan kewajiban untuk membayar dividen kepada negara selaku

pemegang saham. Angkasa Pura II juga senantiasa berkomitmen untuk

memberikan pelayanan yang terbaik dan perlindungan konsumen kepada


16

pengguna jasa bandara, menerapkan praktik tata kelola perusahaan yang baik,

meningkatkan kesejahteraan karyawan dan keluarganya serta meningkatkan

kepedulian sosial terhadap masyarakat umum dan lingkungan sekitar bandara

melalui program Corporate Social Responsibility.

4.2. Visi dan Misi Perusahaan

4.2.1. Visi

The Best Smart Connected Airport in the region

The best smart connected airport in the region memiliki makna

bahwa bandara-bandara yang dikelola Angkasa Pura II menjadi

bandara yang terhubung ke banyak rute atau tujuan baik di dalam

maupun di luar negeri, sesuai dengan status masing-masing bandara

(bandara domestik/internasional). Connecting time dan connecting

process baik untuk penumpang maupun barang harus bisa berjalan

dengan mudah dan tanpa sekat. Bandara-bandara APII juga

sepenuhnya menjadi bandara yang pintar (smart) dengan

memanfaatkan teknologi modern. Region yang dimaksud dalam visi

adalah Asia. Sehingga dapat disimpulkan bahwa visi Angkasa Pura II

adalah menjadi bandara dengan konektivitas tinggi ke banyak kota

atau negara dan mempergunakan teknologi modern yang terintegrasi

dalam operasional bandara dan peningkatan pelayanan penumpang.


17

4.2.2. Misi

 Memastikan keselamatan dan keamanan sebagai prioritas utama

 Menyediakan infrastruktur dan layanan kelas dunia untuk

mendukung perkembangan ekonomi Indonesia melalui

konektivitas antar daerah maupun negara

 Memberikan pengalaman perjalanan yang terpercaya, konsisten,

dan menyenangkan kepada seluruh pelanggan dengan teknologi

modern

 Mengembangkan kemitraan untuk melengkapi kemampuan dan

memperluas penawaran perusahaan

 Menjadi BUMN pilihan dan memaksimalkan potensi dari setiap

karyawan perusahaan

 Menjunjung tinggi tanggung jawab sosial perusahaan.

4.2.3. Nilai – Nilai Perusahaan

Angkasa Pura II juga memiliki nilai-nilai atau budaya perusahaan

yang akan terus ditumbuhkembangkan dalam setiap insan Angkasa

Pura II. Nilai atau budaya perusahaan adalah PERFORM:

Pride of Indonesia

We support our country's development and offer the best Indonesian


experience to the World
18

Enterpreneurial

We talk less and do more, we implement new ideas fast

Responsible

We commit personally on delivering results

Focused

We focus our efforts on what matters the most

Outstanding Service

We always take the perspective of our customers in everything we do

Respectful

We treat everyone with respect

Meritocratic

We recognize and reward achievements

4.3. Struktur Organisasi Perusahaan


19

4.4. Tata Kelola Perusahaan

Komitmen penerapan GCG merupakan hal yang mutlak bagi Angkasa

Pura II. Hal tersebut dilakukan melalui penguatan infrastruktur yang dimiliki

dan secara berkesinambungan meningkatkan sistem dan prosedur untuk

mendukung efektivitas pelaksanaan GCG di Angkasa Pura II.

Untuk mewujudkan perusahaan yang tumbuh berkembang dan berdaya

saing tinggi, Angkasa Pura II telah mengembangkan struktur dan sistem tata

kelola perusahaan (Good Corporate Governance) dengan memperhatikan

prinsip-prinsip GCG sesuai ketentuan dan peraturan serta best practise yang

berlaku. Pelaksanaan GCG merupakan tindak lanjut Keputusan Menteri

BUMN No. 117/M-MBU/2002 tanggal 31 Juli 2002 yang kemudian

diperbarui dengan Peraturan Menteri Negara BUMN No. PER

01/MBU/2011 tanggal 01 Agustus 2011 tentang Penerapan Tata Kelola yang

Baik pada BUMN, yang menyebutkan bahwa “BUMN wajib melaksanakan

operasional perusahaan dengan berpegang pada prinsip-prinsip GCG yaitu

transparansi, akuntanbilitas, responsibilitas, independensi dan kewajaran”.

Semangat yang terkandung dalam penerapan GCG di Angkasa Pura II

adalah niat dan tekad manajemen Angkasa Pura II untuk menjadikan

Angkasa Pura II sebuah perusahaan yang terus tumbuh dan berkembang

dengan kualitas Produk dan Proses Kerja yang baik, serta memiliki Code of

Conduct, termasuk tanggung jawab terhadap lingkungannya.


20

Tujuan Penerapan GCG di Angkasa Pura II adalah sebagai berikut:

1. Mengendalikan dan mengarahkan hubungan antara Organ

Perseroan (Pemegang Saham, Dewan Komisaris, Direksi),

karyawan, pelanggan, mitra kerja, serta masyarakat dan lingkungan

berjalan secara baik dan kepentingan semua pihak terpenuhi.

2. Mendorong dan mendukung pengembangan Angkasa Pura II.

3. Mengelola sumber daya secara lebih amanah.

4. Mengelola risiko secara lebih baik.

5. Meningkatkan pertanggungjawaban kepada stakeholders.

6. Mencegah terjadinya penyimpangan dalam pengelolaan Angkasa

Pura II.

7. Memperbaiki budaya kerja Angkasa Pura II.

8. Meningkatkan citra (image) Angkasa Pura II menjadi semakin

baik.

Untuk mewujudkan hal tersebut, Angkasa Pura II memiliki komitmen

penuh dan secara konsisten menegakkan penerapan GCG dengan mengacu

kepada beberapa aturan formal yang menjadi landasan bagi Angkasa Pura II

dalam penerapan GCG yaitu:

1. Undang Undang No. 19 tahun 2003 tentang BUMN (Pasal 5 ayat 3).

2. Peraturan Menteri Negara Badan Usaha No. PER- 01/MBU/2011

tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (Good

Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik Negara dan


21

perubahannya Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara No.

PER-09/MBU/2012 tanggal 06 Juli 2012.

3. Keputusan Sekretaris Kementerian Badan Usaha Milik Negara No.

SK-16/S.MBU/2012 tanggal 06 Juni 2012 tentang

Indikator/Parameter Penilaian dan Evaluasi atas Penerapan Tata

Kelola Perusahaan Yang Baik (Good Corporate Governance) Pada

Badan Usaha Milik Negara.

4. Undang Undang No. 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas yang

diperbaharui oleh Undang Undang No. 40 Tahun 2007 tanggal 16

Agustus 2007.

5. Keputusan Bersama Dewan Komisaris dan Direksi Nomor:

KEP.448/UM.004/X/AP II–2007 dan Nomor:

KEP.02.03.01/00/10/2007 461 tentang Pedoman Pelaksanaan Good

Corporate Governance (GCG) dan Pedoman Perilaku (Code of

Conduct) di Lingkungan PT Angkasa Pura II (Persero).

Prinsip-prinsip GCG sesuai dengan PER-01/MBU/2011 tanggal 01

Agustus 2011 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (Good

Corporate Governance) Pada Badan Usaha Milik Negara, meliputi:

1. Transparansi (transparency), yaitu keterbukaan dalam

melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan

dalam mengungkapkan informasi material dan relevan mengenai

perusahaan;
22

2. Akuntabilitas (accountability), yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan

dan pertanggungjawaban Organ sehingga pengelolaan perusahaan

terlaksana secara efektif;

3. Pertanggungjawaban (responsibility), yaitu kesesuaian di dalam

pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan

dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat;

4. Kemandirian (independency), yaitu keadaan di mana perusahaan

dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan

pengaruh/tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan

peraturan perundang-undangan dan prinsip-prinsip korporasi yang

sehat;

5. Kewajaran (fairness), yaitu keadilan dan kesetaraan di dalam

memenuhi hak-hak Pemangku Kepentingan (stakeholders) yang

timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan.


BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Program Analisa Resiko Bahaya dan Penanggulangannya di PT.

Angkasa Pura II (Persero)

Dalam aktivitas usaha, Angkasa Pura II menghadapi beberapa

risiko yang melekat. Risiko tersebut secara umum dapat dibagi menjadi

risiko yang berpengaruh terhadap manusia, aset, lingkungan, dan reputasi.

Sedangkan secara khusus, risiko yang dihadapi sesuai karakteristiknya dapat

berbentuk risiko kegagalan operasional penerbangan, kegagalan operasi

bandara, kegagalan layanan dan ketidakpatuhan pada regulasi. Berbagai

risiko tersebut ditangani melalui upaya pencegahan risiko, mitigasi risiko,

ataupun pengalihan risiko. Evaluasi selalu dilakukan secara berkala sesuai

dengan perubahan parameter risikonya.

Menurut SNI ISO 31000:2009 resiko adalah ”efek dari

ketidakpastian terhadap pencapaian sasaran”. Sedangkan penilaian risiko

(risk assessment) merupakan keseluruhan proses atau aktivitas yang

meliputi identifikasi, analisis, dan evaluasi terhadap risiko yang dapat

mempengaruhi pencapaian tujuan suatu perusahaan. Oleh karena itu pelu

adanya tindak lanjut untuk pengendalian risiko yang ada di perusahaan.

Kegiatan tersebut diatur dalam manual prosedur mengenai Risk

Manajemen yang ada di PT Angkasa Pura II (Persero). Dengan adanya

manual dan prosedur tersebut PT Angkasa Pura II (Persero) memiliki

39
24

program kerja Safety & Risk Manajemen (SRM) untuk aktivitas pekerjaan,

melakukan identifikasi bahaya, mengetahui dampak dari pekerjaan tersebut,

melakukan pengendalian, serta menilai resiko dari pekerjaan tersebut dari

aspek K3. Di dalam proses pengelolaan bandara potensi bahaya yang ada di

PT Angkasa Pura II (Persero) terdapat potensi bahaya yang ada,

diantaranya:

1. Resiko terjadinya Birdstrike.

2. Terdapatnya binatang liar disisi udara.

3. Resiko timbulnya Obstacle dalam kawasan keselamatan

operasional penerbangan.

4. Resiko Jet Blast pesawat udara.

5. Resiko lolosnya barang berbahaya kedalam pesawat udara.

Dalam melakukan program – program Safety & Risk management

PT Angkasa Pura II (Persero) membuat suatu kebijakan mengenai Sistem

Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Salah satu

komitmen tersebut adalah menerapkan sistem kerja aman dengan

melaksanakan identifikasi bahaya, penilaian resiko serta pengendalian

bahaya agar aktivitas pekerjaan di seluruh wilayah perusahaan dapat

terlaksana dengan baik. Program Risk Management tersebut yaitu :

1. Monitoring Risk Assesment 2016

Angkasa Pura II menyadari pelaksanaan manajemen risiko

korporat semakin menjadi tuntutan, karena keberhasilannya merupakan

faktor kunci sukses pencapaian tujuan dan kemenangan persaingan di


25

tingkat global. Oleh karena itu program Monitoring Risk Assesment 2016

terbentuk, guna mengevaluasi kembali kegiatan Risk Assesment tahun

sebelumnya agar tidak terjadi lagi di masa mendatang.

Kegiatan monitoring ini dilakukan pada bulan Februari dan Mei.

Kegiatan ini dijalankan oleh pihak SRM untuk mencegah masalah yang

akan muncul di kemudian hari serta mempersiapkan cara

penanggulangannya.

2. Risk Assesment

Risk Assesment adalah penilaian suatu resiko dengan

membandingkan terhadap tingkat / kreiteria resiko yang telah ditetapkan.

bentuk penilaian resiko yang diterapkan di perusahaan agar mudah untuk

mengklarifikasikan jenis resiko yang ada di perusahaan. sehingga dapat

memberikan informasi adanya potensi risiko secara lebih dini dan

selanjutnya dapat diambil langkah-langkah yang memadai untuk

meminimalkan dampak risiko.

Kegiatan ini dilakukan selama bulan Maret sampai bulan Mei.

Kegiatan ini dilakukan oleh pihak SRM dan di bantu oleh petugas Safety

Inspector di sekitar kantor cabang Angkasa Pura II dan wilayah Bandar

Udara Soekarno-Hatta.

3. Risk Champion Agent

PT. Angkasa Pura II (Persero) mengadakan Risk Champion

Agent yang merupakan bentuk pelatihan bagi para pekerja yang

berada di PT. Angkasa Pura II (Persero). Pelatihan ini berlangsung


26

pada bulan Februari oleh pihak SRM. Pelatihan ini diadakan agar

setiap pekerja mengerti tentang pemahaman konsep Risk Management

di perusahaan dan ikut berpartisipasi dalam penerapan Risk

Management sehingga lebih mengerti dan paham agar kinerja di

perusahaan berlangsung dengan baik dan dapat meningkatkan

produktivitas kerja.

Program ini diharapkan mampu memperkecil angka kecelakaan

kerja maupun kerugian yang dapat terjadi di perusahaan. Sehingga

tercapainya target perusahaan, meningkatkan kepuasan pelanggan dan

membuat area kerja yang nyaman dan aman.

5.2 Prosedur Analisa Risiko dan Penanggulangannya di PT. Angkasa Pura

II (Persero)

Prosedur ini disusun untuk menjelaskan analisa risiko yang ada di

PT Angkasa Pura II (Persero) dengan tujuan untuk melakukan identifikasi

bahaya, mengetahui dampak dari bahaya tersebut, melakukan penilaian

risiko, serta penanggulangan resiko dari bahaya tersebut di PT Angkasa

Pura II (Persero). Tujuannya agar dapat mengetahui bahaya, dampak, serta

resiko dan pengendalian yang harus dilakukan di setiap proses pekerjaan

sehingga dapat membuat improvment dan tindak lanjut pada proses bahaya

yang memiliki unacceptable risk melalui pengendalian yang di usulkan

dapat berubah menjadi acceptable risk .


27

5.2.1 Risk Assessment Process

Gambar 5.1 Risk Assessment Chart Sumber:Risk Management & Compliance

Pendekatan yang dipakai dalam penentuan tingkat Impact &

Likelihood antara lain yaitu:

1. Focus group Discussion

2. Questionaries

3. Model and Simulations

4. Expert Judgements
28

5. Konsensus

6. Benchmarking

5.2.2 Standar Manajemen Risiko

1. AP II menggunakan standar internasional ISO 31000:2009

Risk Management beserta alat kelengkapan penunjangnya

yang dibuat dan dipublikasikan oleh International

Organisation for Standardization (ISO) sebagai dasar dalam

penerapan manajemen risiko di lingkungan perusahaan.

2. Pertimbangan yang mendasari penggunaan standar ISO

31000:2009 antara lain:

a. ISO 31000:2009 memiliki struktur yang lebih lengkap

dan lebih sistematis serta lebih mudah diterapkan

dibanding dengan model atau standar manajemen risiko

yang lainnya.

b. Komponen kerangka kerja ISO 31000:2009 emmberikan

kejelasan tugas dan tanggungjawab para risk owner dan

terutama pada penanggung jawab organisasi dalam

bentuk penyusunan Risk Governance;

c. ISO 31000:2009 mempunyai terminologi yang

komperehensif dan konsisten, sesuai dengan standar

ISO/IEC Guide 73:2009 Risk Management –

Vocabulary. Hal ini akan mempermudah sistem

komunikasi dan pelaporan;


29

d. ISO 31000:2009 juga menyediakan pilihan teknik –

teknik asesmen risiko sebagaimana diuraikan dalam

standar ISO/IEC Guide 31010, Risk Management – Risk

Assessment Techniques;

e. ISO 31000:2009 menjamin terjadinya pengayaan proses

(Preocess Enrichment) melalui:

 Penyediaan kerangka kerja yang lebih umum

sehingga dapat menampung semua model

manajemen risiko yang ada dalam satu payung, yaitu

ISO 31000:2009;

 Menjadikan proses manajemen risiko menjadi bagian

yang tak terpisahkan (sub-proses) dari keseluruhan

proses bisnis yang sudah ada.

f. ISO 31000:2009 mempunyai struktur yang menujnjang

proses manajemen perubahan terkait dengan

penerapannya.

g. ISO 31000:2009 telah di adopsi menjadi standar nasional

SNI ISO31000:2009

3. Biro Manajemen Risiko & Kepatuhan AP II berkoordinasi

dengan para risk owner memantau dan mengkaji ulang

sistem manajemen risiko perusahaan agar senantiasa sesuai

dengan tuntutan standar ISO 31000:2009.

5.2.3 Penetapan Pedoman Kebijakan Manajemen Risiko


30

1. Perusahaan menetapkan pedoman menajemen risiko sebagai

panduan dalam melaksakan kegiatan bisnis perusahaan dan

merupakan bagian dari GCG sekaligus meningkatkan nilai

perusahaan (corporate value)¸yang selanjutnya disebut

Pedoman kebijakan Manajemen Risiko berbasis ISO

31000:2009.

2. Perusahaan berkomitmen untuk mewujudkan semua

tuntutan/instruksi dan panduan kebijakan dalam Pedoman

Kebijakan Manajemen Risiko dengan cara:

a. Menjamin adanya indikator kinerja yang jelas dalam

pengelolaan risiko dan diberlakukannya

metode/mekanisme pengukuran kinerja pengelolaan

risiko oleh para risk owner dan seluruh jajarannya.

b. Memstikan bahwa setiap sasaran pengelolaan risiko

memenuhi syarat SMART (spesific, measurable,

achivable, realistic, and timely).

c. Mengalokasikan secara mamadai sumberdaya

perusahaaan bagi efektifitas kelancaran dan keberhasilan

proses pengelolaan risiko.

d. Mengkomunikasikan manfaat penerapan manajemen

risiko secara berkesinambungan pada setiap kesempatan.

e. Menjamin adanya tanggung jawab dalam mengelola

risiko bagi setiap pimpinan unit kerja (pejabat


31

menejerial) dan karyawan, serta memahami bagaimana

memperoleh manfaat manajemen risiko bagi

peningkatan kinerjanya.

f. Memastikan bahwa kerangka kerja manajemen risiko

sudah sesuai dengan standar dan memadai serta tidak

bertentangan dengan hukum yang berlaku.

3. Setiap risk owner di setiap tingkatan organisasi bertanggung

jawab menerapkan Pedoman Kebijakan Manajemen Risiko

sesuai tanggung jawab dan kewenangan yang dimilikinya.

4. Setiap karyawan bertanggungjawab menemukenali risiko

yang menghambat pencapaian sasaran kerja dan

menanggulanginya sesuai ketentuan dalam Pedoman

Kebijakan Manajemen Risiko.

5. Biro Manajemen Risiko & Kepatuhan bertanggung jawab

mengembangkan, memelihara sistem manajemen risiko dan

memastikan bahwa setiap risk owner dapat mengeksekusi

tugas dan tangguang jawab pengelolaan risiko sesuai

kewenangannya masing – masing.

6. Perusahaan menjamin tersedianya mekanisme pelaporan

pengelolaan risiko yang mencakup berbagai informasi dan

data penting mengenai setiap jenis resiko yang ditangani.

5.2.4 Kriteria Risiko


32

1. Kriteria risiko menggambarkan tingkat toleransi terhadap

kegawatan risiko dan komponennya, untuk mengevaluasi

tingkat bahaya suatu risiko. Di dalam batas toleransi risiko

tersebut, setiap risk owner dapat memutuskan strategi

penanganan risiko (risk treatment) sesuai kondisi dan

kebutuhan.

2. Kriteria risiko terdiri dari:

a. Kriteria untuk mengukur nilai kemungkinan terjadinya

risiko;

b. Kriteria untuk mengukur nilai dampak risiko;

c. Kriteria untuk menetapkan peringkat risiko;

d. Kriteria untuk mengukur nilai keefektifan kontrol risiko

yang sudah ada (existingcontrol);

e. Kriteria lain yang ditentukan kemudian jika perlu.

Uraian lebih rinci dapat dilihat pada lampiran.

3. Selera risiko (risk appetite) merupakan gambaran keputusan

penerimaan atau penolakan terhadap risiko yang masih ada

setelah dilakukannya suatu penanganan risiko tertentu

(residual risk)

Keputusan terkait selera risiko (risk appetite) merupakan

gambaran kewenangan Direksi yang dapat didelegasikan kepada

para risk owner.

5.2.5 Monitoring Risk Assessment 2016


33

Melakukan koordinasi terkait dengan setiap bagian dalam hal

pengumpulan, penyusunan, dan tindak lanjut terhadap Risk

Assessment di Kantor Cabang Utama Bandar Udara Soekarno-

Hatta yang berpengaruh terhadap keselamatan keamanan dan

pelayanan bandara.

1. Memberikan permohonan hasil tindak lanjut Risk Assessment

2016 dalam rencana pengendalian yang akan dilakukan

dalam kertas kerja Risk Assesment pada masing – masing

unit.

2. Kepada masing – masing unit melaporkan progress ke Unit

Safety & Risk Management beserta data dukung pengendalian

yang sudah dilakukan.

Standar Waktu Pelaksanaan:

Kegiatan Monitoring Risk Assessment 2016 dilakukan 1 (satu)

tahun sekali. Laporan tindaklanjut Risk Assessment dilakukan

setiap 6 (enam) bulan 2 (dua) kali.

5.2.6 Risk Assesment

Pengumpulan, penyusunan, pengelolaan, dan pendokumentasian

Risk Assessment di Kantor Cabang Utama Bandar Udara

Internasional Soekarno-Hatta yang berpengaruh terhadap

keselamatan, keamanan, dan pelayanan bandara.


34

1. Meminta data potensi awal resiko ke unit operasi dan teknik

di kantor cabang utama Bandar udara Internasional Soekarno-

Hatta.

2. Mengumpulakn dan mendokumentasikan data awl potensi

resiko yang telah disusun oleh masing-masing unit kerja

operasi dan teknik di kantor cabang utama Bandar Udara

Internasional Soekarno-Hatta.

3. Memastikan terlaksananya tindaklanjut risk assessment yang

dilaksanakan oleh unit kerja operasi dan teknik.

4. Menjadi tim penilai dalam pelaksanaan risk assessment

terhadap hazard unit kerja operasi dan teknik

Standar Waktu Pelaksanaan :

Kegiatan Risk Assessment dilakukan 1 (satu) tahun sekali.

Laporan tindaklanjut Risk Assessment dilakukan setiap 6 (enam)

bulan sekali.

5.2.7 Risk Champion Agent

Melakukan koordinasi terkait dengan kebutuhan diklat

keselamatan kantor cabang utama Bandar Udara Soekarno-Hatta.

1. Melaksanakan koordinasi dengan unit yang bertanggung

jawab dalam pengembangan SDM di Kantor Cabang Utama

Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta untuk

perencanaan diklat Risk, Safety & K3 tingkat cabang yang

dituangkan di RKA.
35

2. Mencari dan menghubungi pihak-pihak eksternal perusahaan

yang terkait dengan penyelenggaraan diklat Risk, Safety &

K3.

3. Bersama dengan unit yang bertanggung jawab dalam

pengembangan SDM di Kantor Cabang Utama Bandar Udara

Iternasional Soekarno-Hatta untuk menyelenggarakan diklat

Risk, Safety & K3 bagi petugas operasional dan teknik.

Standar Waktu Pelaksanaan :

Pelaksanaan diklat dilaksakan setiap tahun dalam 2 (dua)

periode.

5.3 Implementasi Sistem Kerja Aman di PT Angkasa Pura II (Persero).

Angkasa Pura II telah meletakkan kerangka pengembangan

manajemen berbasis risiko dalam format Risk Management Standard

Perusahaan. Pengembangan dan implementasi manajemen risiko telah

dimulai sejak tahun 2006 dengan menggunakan pendekatan metode internal

sebagai bagian dari pengelolaan risiko serta diharapkan selesai seluruhnya

pada tahun 2015, hal ini selaras dengan roadmap Corporate Risk

Management yang diusulkan dalam program rolling plan RJPP Perusahaan

Tahun 2011-2015.

Sebagai faktor pendukung tercapainya strategi implementasi

manajemen risiko, Angkasa Pura II berupaya menanamkan budaya sadar

risiko pada karyawan dengan memberikan pemahaman yang memadai


36

mengenai faktor-faktor risiko yang terkait dengan pekerjaan dan/atau

fungsinya sehari-hari.

5.3.1 Risk Assessment Process

Dalam proses penilaian risiko dibutuhkan beberapa informasi yang

dapat menunjang keberhasilah dari proses assessment tersebu.

Beberapa informasi yang dibutuhkan dalam melakukan assessment

yaitu:

1. Past Record

2. Practice and Relevant Experience

3. Market Research

4. Experiments and Prototype

5. Relevant Published Literature

Semakin banya data/informasi serta ketersediaan model

pengukuran semakin baik anda dapat menghitung tingkat/bobot

risiko.

5.3.2 Implementasi Program Tindak Lanjut Risiko di PT Angkasa

Pura II (Persero).

Dalam pelaksanaannya PT. Angkasa Pura II (Persero)

memiliki program kerja untuk mendukung aktivitas pekerjaan yang

ada. Implementasi program tindaklanjut yang ada dalam


37

pelaksanaan tugas akhir di PT Angkasa Pura II (Persero) sebagai

berikut :

1. Monitoring Risk Assessment 2016

Kegiatan ini dilakukan pada bulan Februari dan Mei oleh safety

& Risk Management yang ada di PT Angkasa Pura II (Persero)

dengan cara melihat dan mengkaji ulang seluruh dokumen

lembar kerja Risk Assessment dan memperkirakaan potensi

bahaya yang akan muncul. Hasil temuan dari kegiatan ini akan

dilakukan tindak lanjut dan dilakukan perbaikan jika diperlukan.

Dalam pelaksanaannya program ini sangat menunjang untuk

menciptakan kesiapan bagi para pekerja untuk risiko yang akan

terjadi.

2. Risk Assessment

Kegiatan ini dilakukan oleh Bagian Risk Management dibantu

oleh Safety Inspector yang dilakukan setiap hari pada bulain

Maret sampai Mei. Kegiatan ini bertujuan untuk menilai dan

memberi tanggapan serta usulan kepada bagian yang sudah

diinspeksi dan ditemukan risiko bahaya yang dapat merugikan

perusahaan khususnya pada kegiatan bandara yang memliki

risiko yang tinggi.

3. Risk Champion Agent

Kegiatan ini diselenggarakan dengan melakukan koordinasi

terkait dengan kebutuhan diklat keselamatan kantor cabang


38

utama Bandar Udara Soekarno-Hatta. Dengan melaksanakan

koordinasi dengan unit yang bertanggung jawab dalam

pengembangan SDM di Kantor Cabang Utama Bandar Udara

Internasional Soekarno-Hatta. Serta menghubungi pihak –

pihak eksternal perusahaan yang terkait dengan

penyelenggaraan Risk Champion Agent ini.


BAB VI

PENUTUP

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dari metode Tugas Akhir PT Angkasa Pura II

(Persero), maka didapatkan kesimpulan diantaranya sebagai berikut :

1. Pada semester awal PT. Angkasa Pura II (Persero) memiliki 3

program kerja yang sudah di selesaikan, diantaranya sebagai berikut :

a. Monitoring Risk Assessment 2016

b. Risk Assessment

c. Risk Champion Agent

2. Prosedeur yang digunakan PT. Angkasa Pura II (Persero) antara lain

sebagai berikut :

a. Risk Assessment Process berdasarkan ISO 31000:2009

b. Standar Manajemen Risiko berdasarkan ISO 31000:2009

c. Penetapan Pedoman Kebijakan Manajemen Risiko yang berbasis

pada ISO 31000:2009

d. Kriteria Risiko yang mengambil komsep dari SNI ISO

31000:2009

Dengan ini didapatkan kesimpulan bahwa PT. Angaksa Pura II

(Persero) khususnya pada bagian Risk Management menggunakan

standar dari ISO 31000:2009

39
40

3. Implementasi pada program tindaklanjut penanganan risiko yang

dilakukan oleh PT. Angkasa Pura II (Persero) yaitu:

a. Implementasi Program

1. Monitorting Risk Assessment 2016

2. Risk Assessment

3. Risk Champion Agent

b. Implementasi Prosedur

1. Risk Assessment Process

2. Standar Manajemen Risiko

3. Penetapan Pedoman Kebijakan Manajemen Risiko

4. Kriteria Risiko

6.2. Saran

1. Penambahan program kerja untuk pengenalan risiko kepada setiap

pekerja yang ada di PT Angkasa Pura II (Persero).

2. Pemeriksaan prosedur di setiap area kerja yang melum memiliki

penilaian risko, agar pekerja mengetahui risiko apa saja yang ada di

tempat kerja.

3. Lebih di tingkatkan kerjasama dengan pihak terkait dalam

pengajuan program Risk Management. Agar terciptanya koordinasi

yang baik antara kedua belah pihak.


DAFTAR PUSTAKA

Budiarto. 2004. Dasar-Dasar Keselamatan Kesehatan Kerja. Indramayu :


Gramedia

Damardjati,R.S. 2001. Istilah – Istilah Dunia Pariwisata. Bandung : Pradnya


Paramita.

Suma’mur. 2009. Manajemen K3 (Kesehatan Dan Keselamatan Kerja). Jakarta :


CV. Haji Masagung

Suwarno, F.X.W.A. 2001. Manajemen Transportasi Udara. Jakarta : Aksara Baru

Peraturan Menteri Nomor 03 Tahun 1994 tentang JAMSOSTEK.

UU No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja.

UU No. 3 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.

Budiono,A.M.S. 2005. Pengenalan Potensi Bahaya Industrial dan Analisa


Kecelakaan Kerja (Dalam Artikel) Depnakertrans.

ILO Tahun 1919 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Suma’mur. 1998. Perusahaan dan Kesehatan Kerja, Jakarta: CV. Haji Masagung

UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

Permenaker Nomer 05 Tahun 1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan


Kesehatan Kerja.

OSHAS 18001: 1999. Occupational Health and Safety Manajement System –


Requirement

Suardi,R. 2007. Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Jakarta :


PPM

39
42

Asiyanto. 2008. Metode Kontruksi Proyek Jalan. Jakarta : Universitas Indonesia –


Press.

Merrit,J.N. 1989. The Role of Aquatic Insects in Forensic Investigations. In:


Forensic Entomology: The Utility of Arthropods in Legal Investigations.
Florida: CRC Press LCC

Tucker,U. 1970, Carbonate Sedimentologi. London : Blackwell Scientific


Publications
LAMPIRAN

39
44

DRAFT WAWANCARA PENELITIAN


PROGRAM ANALISIS RESIKO DAN PENANGGULANGANNYA
DI PT. ANGKASA PURA II (PESERO)
Cabang Bandara Interantional Soekarno – Hatta

Di Tujukan Kepada Pekerja Yang Ada di PT Angkasa Pura II (Persero)

Nama :

Jabatan :

No
Pertanyaan Jawaban
.
Apa yang ada
1.
kerjakan?

2. Dimana Anda bekerja?

Bagaimana cara kerja


tim yang mengawasi
pekerjaan agar
3. dilaksanakan secara
aman dan mengikuti
setiap prosedur kerja
yang telah ditetapkan?

Apa saja resiko yang


4.
ada di perusahaan?

Apakah anda tidak


pernah mendapatkan
teguran apabila
5.
beperilaku tidak aman
pada saat sedang
bekerja?
Bagaimana cara
meguran apabila
6. beperilaku tidak aman
pada saat sedang
bekerja?
45

Apakah anda pernah


mendapatkan
7. pelatihan tentang
bahaya dan cara
penanggulangan nya?

Pelatihan apa yang


pernah anda ikuti
8.
sebelumnya (isi bila
pernah)

Bagaimana cara
perusahaan melakukan
10.
penilaian terhadap
resiko yang ada?

Program apa saja yang


dilakukan untuk
11.
proses penilaian
resiko?

Apa saja Prosedur


yang dilakukan untuk
12.
melakukan penilaian
resiko?

Apa tindakan yang


13. dilakukan setelah
menemukan resiko?

Bagaimana cara
menindaklanjuti reiko
14.
yang ada di
perusahaan?

Bagaimana sistem
15. pelaporan resiko yang
ada di perusahaan?
46

KUESIONER PENELITIAN
PROGRAM ANALISIS RESIKO DAN PENANGGULANGANNYA
DI PT. ANGKASA PURA II (PESERO)
Cabang Bandara Interantional Soekarno – Hatta

Di Tujukan Kepada Pekerja Yang Ada di PT Angkasa Pura II (Persero)

Nama :

Jabatan :

No Pertanyaan YA TIDAK
1 Apakah ada banyak resiko yang ada di
perusaaan?
2 Apakah ada cara penanggulangannya?
3 Apakah ada tim yang mengawasi
pekerjaan agar dilaksanakan secara aman
dan mengikuti setiap prosedur kerja yang
telah ditetapkan?
4 Apakah anda mengetahui prosedur
pekerjaan anda?
5 Apakah anda dilibatkan secara aktif dalam
setiap program kerja aman?
6 Anda tidak mengalami kecelakaan kerja
karena bekerja sesuai prosedur?
7 Apakah setiap pekerjan memiliki SOP?
8 Apakah anda dilibatkan secara aktif dalam
setiap program analisa resiko?
9 Apakah bila ada informasi terbaru tentang
prosedur analisa resiko disosialisasikan
secara cepat?
10 Apakah sarana dan prasarana pendukung
prosedur analisa resiko tersedia?
11 Anda berperilaku aman saat bekerja?
12 Apakah anda tidak pernah mendapatkan
teguran apabila beperilaku tidak aman
pada saat sedang bekerja?
13 Apakah anda pernah mendapatkan
pengarahan untuk bekerja sesuai
prosedur?
14 Anda tidak pernah mengalami kecelakaan
karena berhenti bekerja ketika anda
47

mengetahui kondisi pekerja tidak aman?


15 Apakah anda pernah mendapatkan
pelatihan tentang bahaya dan cara
penanggulangan nya?
16 Apakah penerapan prosedur analisa resiko
dapat mencegah dan mengurangi
kecelakaan kerja?
17 Apakah penerapan prosedur analisa resiko
dapat mencegah dan mengurangi penyakit
akibat kerja?
18 Apakah cara kerja dan posisi kerja yang
baik dapat mengurangi kelelahan?
19 Apakah dilakukan pemeriksaan kesehatan
awal dan berkala?
20 Apakah prosedur analisa resiko
terkoordinasi dengan baik?
21 Apakah perusahaan melakukan penilaian
terhadap resiko yang ada?
22 Apakah hasil analisis resiko dan
penanggulangannya dikonsultasikan
dengan tenaga kerja?
23 Apakah pengurus menjelaskan peraturan
perundangan dan pesyaratan lainnya
kepada pekerja?
24 Apakah alat pelindung diri yang
berkualitas telah disediakan?

Anda mungkin juga menyukai