Anda di halaman 1dari 21

TUGAS PBAK

Dampak Korupsi Terhadap Lingkungan

Dosen Pengampu: Ns. Rahayu Niningasih, S.Kep., M.Kes

Disusun oleh: Kelompok 04/2B

1. Two Wyska Rahmadhani P17240203038


2. Rendita Satya Asriyanti P17240203039
3. Mochamad Ilham Alqarani P17240203047

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN TRENGGALEK


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
September 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Dampak Korupsi Terhadap Lingkungan
ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Ibu
Rahayu Niningasih, S.Kep., Ns., M.Kes pada mata kuliah PBAK. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang Dampak Korupsi Terhadap Lingkungan bagi
para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ns. Rahayu Niningasih, S.Kep., Ns.,
M.Kes selaku dosen mata kuliah PBAK yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Trenggalek, 02 September 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................ii
BAB 1.........................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................................2
1.3 Tujuan..........................................................................................................................................2
1.3.1 Tujuan Umum......................................................................................................................2
1.3.2 Tujuan Khusus......................................................................................................................2
1.4 Sistematika Penulisan..................................................................................................................3
BAB II........................................................................................................................................................4
TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................................................4
2.1 Dampak Korupsi Terhadap Lingkungan........................................................................................4
2.1.1 Definisi Korupsi....................................................................................................................4
2.1.2 Dampak Korupsi terhadap Lingkungan................................................................................4
2.2 Faktor yang Mempengaruhi Korupsi............................................................................................6
BAB III.......................................................................................................................................................7
STUDI KASUS DAMPAK KORUPSI.....................................................................................................7
Dampak Korupsi Sektor Kesehatan pada Laki-Laki dan Perempuan di Provinsi Banten dan
Maluku Utara........................................................................................................................................7
Akses terhadap Fasilitas dan Layanan Kesehatan pada Wilayah Urban dan Rural di Provinsi
Banten.................................................................................................................................................7
Akses terhadap Fasilitas dan Layanan Kesehatan pada Wilayah Urban dan Rural di Provinsi
Maluku Utara...................................................................................................................................11
BAB IV.....................................................................................................................................................15
PENUTUP................................................................................................................................................15
4.1 Kesimpulan................................................................................................................................15
4.2 Saran..........................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................iii

3
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Korupsi menjadi permasalahan besar yang dihadapi oleh Bangsa dan Negara. Tidak dapat
dipungkiri bahwa saat ini korupsi sudah menjadi penyakit akut yang sudah dianggap biasa
oleh masyarakat. Masyarakat tidak lagi terkejut jika mendengar korupsi dilakukan oleh para
pejabat dan penyelenggara negara, baik itu dipemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
Hampir setiap hari masyarakat disuguhi pemberitaan korupsi yang menghiasi media, baik
cetak maupun elektronik.
Banyaknya kasus korupsi yang terjadi di negeri ini tidak terlepas dari kelalaian
pemerintah yang kurang melakukan pengawasan terhadap setiap pejabat negara. lemahnya
pengawasan memberikan ruang kepada setiap individu maupun kelompok untuk melakukan
tindak pidana korupsi. Selain kurangnya pengawasan pemerintah, para pejabat atau
penyelenggara negara juga kerap menyalahgunakan jabatannya, sehingga disana juga
terdapat ruang untuk melakukan korupsi.
Dampak masif (berakar) yang didapatkan dari korupsi sangat banyak, ini akan
menunjukkan sebuah degradasi (penurunan) bagi satu bangsa diantaranya yaitu, pada sektor
ekonomi, sosial dan kemiskinan rakyat, birokrasi pemerintahan, sistem penegakan hukum.
Jika ditinjau dari segi ekonomi yaitu lesunya pertumbuhan ekonomi dan investasi oleh negara
asing, penurunan produktivitas yang menyebabkan banyaknya pemutusan hubungan kerja
dan tingginya angka. pengangguran, yang berikutnya menurunnya pendapatan negara dari
sektor perpajakan, dan yang terakhir adalah meningkatnya hutang negara. Inilah beberapa
dampak masif dari korupsi sehingga sangat dibutuhkan kerjasama yang baik dalam
pemberantasan korupsi oleh para penegak hukum baik itu dari Kepolisian, Kejaksaan dan
Komisi Pemberantasan Korupsi atau biasa disebut dengan KPK, Masyarakat, dan juga
mahasiswa diharapkan untuk tidak apatis dalam masalah korupsi karena mahasiswa juga bisa
melaporkan kasus pelanggaran korupsi.
Sejarah korupsi di Indonesia pernah terjadi ketika Orde Baru sedang berkuasa, dan
berakhirnya rezim orde baru tidak terlepas dari peran Mahasiswa kala itu. Ketika itu

1
mahasiswa menjadi garda terdepan dalam menuntut dan menyuarakan suara rakyat karena
dianggap kebijakan Pemerintah tidak Prorakyat. Di masa itu juga banyak pejabat negara dan
penyelenggara negara yang melakukan tindak pidana korupsi, sehingga membuat mahasiswa
turun kejalan dengan tuntutan revolusi. Pada akhirnya mahasiswa dari seluruh Nusantara
bersatu padu di Ibukota Jakarta menuntut agar Presiden yang bekuasa saat itu untuk
mengundurkan diri dari jabatannya.
Jika melihat uraian di atas, Mahasiswa memiliki peran penting dalam mengubah sejarah
Bangsa Indonesia diantaranya mundurnya presiden Soerhato. Mereka dapat
mengesampingkan kepentingan masing-masing maupun golongan tertentu. Hanya berfokus
pada satu tujuan yaitu akhiri rezim orde baru. Ini sangat jelas dampak dari korupsi dimana
ketika itu perekonimian Bangsa ini merosot tajam atau lebih dikenal dengan istilah krisis
moneter.
Akan tetapi jika dilihat pada era reformasi ini, mahasiswa lebih cenderung tidak peduli
seolah tidak mau tahu dengan kondisi Bangsa saat ini. Jika mereka juga melakukan tuntutan
kepada Pemerintah sering juga berakhir dengan ricuh dan pada akhirnya akan bentrok dengan
aparat kepolisian. Disini sangat kontras perbedaan mahasiswa saat ini jika dibandingkan
dengan era ketika orde baru akan berakhir.
Jika melihat kondisi saat ini, banyaknya kasus yang terjadi di Indonesia antara lain: kasus
korupsi, permasalahan hukum, kebijakan pemerintah yang tidak pro-rakyat. Diharapkan
Mahasiswa mampu memberikan kontribusi dan menyuarakan aspirasi rakyat dengan
keteguhan idealisme yang dimilikinya, bukan karena topangan dari partai politik atau
organisasi massa lainnya.
Dari uraian dan permasalahan diatas, penulis tertarik melakukan penelitian tentang “
Persepsi Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan Tentang Korupsi di
Indonesia”.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana dampak korupsi memengaruhi lingkungan?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Menjelaskan dampak korupsi terhadap lingkungan

2
1.3.2 Tujuan Khusus
Menjelaskan pengertian dampak korupsi
Menjelaskan faktor yang mempengaruhi dampak korupsi
Mengimplementasikan dampak korupsi pada lingkungan

1.4 Sistematika Penulisan

Bab 1 Pendahuluan

Bab 2 Tinjauan Pustaka

Bab 3 Implementasi dampak korupsi terhadap lingkungan

Bab 4 Penutup

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dampak Korupsi Terhadap Lingkungan

2.1.1 Definisi Korupsi

Korupsi berasal dari bahasa Latin: corruption dari kata kerja corrumpere berarti
busuk, rusak, menggoyahkan, memutar balik, menyogok. Menurut Transparency
International adalah perilaku pejabat publik, baik politikus/politisi maupun pegawai
negeri, yang secara tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri atau memperkaya
mereka yang dekat dengannya, dengan menyalahgunakan kekuasaan publik yang
dipercayakan kepada mereka.
Korupsi merupakan kejahatan yang dilakukan dengan penuh perhitungan oleh
mereka yang justru merasa sebagai kaum terdidik dan terpelajar. Korupsi juga bisa
dimungkinkan terjadi pada situasi dimana seseorang memegang suatu jabatan yang
melibatkan pembagian sumber-sumber dana dan memiliki kesempatan untuk menyalah
gunakannya guna kepentingan pribadi. Nye mendefinisikan korupsi sebagai perilaku
yang menyimpang dari tugas formal sebagai pegawai publik untuk mendapatkan
keuntungan finansial atau meningkatkan status. Selain itu, juga bisa diperoleh
keuntungan secara material, emosional, atau pun simbol.
Pengertian korupsi berevolusi pada tiap zaman, peradaban, dan teritorial.
Rumusannya bisa berbeda tergantung pada titik tekan dan pendekatannya, baik dari
perspektif politik, sosiologi, ekonomi dan hukum. Korupsi sebagai fenomena
penyimpangan dalam kehidupan sosial, budaya, masyarakatan, dan kenegaraan sudah
dikaji dan ditelaah secara kritis oleh banyak ilmuwan dan filosof. Secara umum korupsi
itu berkaitan dengan perbuatan yang merugikan kepentingan publik atau masyarakat luas
untuk kepentingan pribadi atau kelompok tertentu.

2.1.2 Dampak Korupsi terhadap Lingkungan

Tindakan korupsi dapat mengkacaukan segala hal yang ada. Kata korupsi dapat
merusak segala aspek yang ada di pemerintahan. Adapun dampak – dampak akibat

4
korupsi yang terjadi salah satunya yaitu berdampak korupsi terhadap lingkungan.
Dampak korupsi terhadap lingkungan yaitu:
1. Merusak tatanan lingkungan masyarakat apabila dana pembangunan jalan di ambil
separuh dananya.
2. Terjadinya banjir apabila pembangunan dan membenahi gorong – gorong dananya di
kurangi oleh pihak – pihak atas dan kualitas gorong – gorongnya sangat rendah dan
mudah rusak.
3. Kebakaran hutan disebabkan oleh oknum – oknum yang menginginkan lahan tersebut
dan menyogok pihak perhutanan untuk menjual hutan tersebut untuk di bangun
pabrik.
4. Eksploitasi tanah seharusnya tanah yang tidak boleh di keruk namun karena oknum –
oknum yang nakal maka tanah tersebut di jual dengan iming–iming harga mahal
tanpa mengetahui akibatnya apa bila terkeruk terlalu lama.
5. Kerusakan lingkungan yang berlebihan.
6. Terjadinya longsor di karena penebangan hutan liar tanpa sepengetahuan pemerintah
namu dilakukan oleh para oknum – oknum nakal yang tidak bertanggung jawab.
Korupsi sepanjang yang kita tahu selalu berhubungan dengan kejelekan dan
kebusukan perilaku seperti penyelewengan kekuasaan. Arti kata korupsi menurut
harafiah: kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral,
penyimpangan dari kesucian.
Korupsi selalu berkonotasi negatif. Dilihat dari devinisi yang telah disebutkan,
dampak negatif korupsi terhadap lingkungan adalah:
1. Melemahnya peraturan tentang lingkungan hidup. Produksi dan konservasi
lingkungan sulit untuk terwujud dikarenakan adanya korupsi yang melemahkan
peraturan tata guna lahan dengan manipulasi keuangan yang ada dari skala kecil
(perizinan pemburuan) dan skala besar (melemahkan peraturan pembukaan hutan
lindung sebagai lahan perkebunan)
2. Degradasi hutan. Pembalakan liar yang dibiarkan oleh petugas, pengangkutan hasil
penebangan liar, izin penebangan oleh otoritas dengan sejumlah uang, izin dari pihak
konseksi, dan biaya pembalakan yang besar menyebabkan pembalakan menyebar
untuk menutupi biaya penyuapan. Terjadinya degradasi hutan tidak dapat terjadi

5
dengan mudah jika tidak ada izin angkut dan perizinan yang telah disebutkan. Jadi,
bisa kita lihat bahwa korupsi di dalam lingkungan perhutanan memerlukan koneksi
dengan yang lain. Sekali kita menyogok atau menyuap salah satu instasi, maka secara
otomatis kita harus melakukannya pada instansi lainnya.
3. Deforestasi hutan. Penentuan arah subsidi pertanian, para petani besar yang memiliki
koneksi dengan politik cenderung akan berbuat curang dengan meminimalisir
pengolahan pada penggunaan lahan sehingga hasil tidak maksimal dan kerusakan
yang terjadi timbul agar mendapatkan subsidi, dan membatasi inverstasi swasta pada
sektor perhutanan.
4. Sumber daya manusia Indonesia memiliki kualitas rendah. Dengan adanya
penyelewengan penggunaan lahan pada hutan, akan timbul banyak kerusakan. Efek
dari kerusakan ini disebabkan banyak hal seperti pembakaran hutan. Dengan adanya
pembakaran hutan, maka udara tercemar dan memengaruhi kesehatan dan dapat
menurunkan kualitas sumber daya manusia dengan menurunnya kualitas pendidikan
akibat banyaknya hari libur karena asap dan menurunnya kesehatan karena
terpengaruh asap.
5. Dengan menurunnya kualitas sumber daya manusia, menyebabkan Indonesia menjadi
negara yang kurang kompetitif dan lemah.[6] Daya saing Indonesia dengan negara
lain mengalami penurunan dan bahkan dari level yang rendah seperti tenaga kerja
indonesia yang diisukan memiliki penghasilan lebih rendah dari tenaga kerja dari
negara lain.

2.2 Faktor yang Mempengaruhi Korupsi

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya tindak pidana korupsi, diantaranya
adalah:
a. Perilaku individu, yakni penyebab korupsi yang berasal dari sikap mental seseorang yang
berupa dorongan dari dalam dirinya (Sugiarto, 2012).
b. Kelembagaan pemerintah daerah, yakni penyebab korupsi yang berasal dari buruknya
sistem organisasi kepemerintahan termasuk pengaturan sistem birokrasinya.
c. Ketegasan penerapan perundangundangan, yakni penyebab korupsi yang berasal dari
lemahnya sistem perundangundangan yang ada.

6
d. Pengawasan, yakni penyebab korupsi karena minimnya atau bahkan tidak adanya
pengawasan baik oleh pihak internal maupun eksternal.

BAB III

STUDI KASUS DAMPAK KORUPSI


Dampak Korupsi Sektor Kesehatan pada Laki-Laki dan Perempuan di Provinsi Banten
dan Maluku Utara

Secara umum korupsi berdampak pada pemiskinan masyarakat baik laki-laki maupun
perempuan. Namun demikian dalam kondisi miskin,  perempuan  dengan kekhasan dan potensi
organ reproduksi yang dimiliki  ditambah dengan tanggung jawab yang diberikan masyarat
norma sosial yang berlaku dimasyarakat dalam memandang perempuan, menjadikan perempuan
memiliki kerentanan yang berbeda dengan laki-laki. Dalam kondisi miskin masyarakat memiliki
akses yang terbatas untuk memenuhi kebutuhan kesehatan, seperti  akses pada air bersih, akses
pada makanan bergizi, akses pada pelayanan kesehatan pada umumnya,  serta keterbatasan akses
pada pelayanan kesehatan reproduksi.         

Perempuan dengan potensi organ reproduksi yang dimiliki dapat hamil, melahirkan, dan
menyusui . Fase-fase tersebut mensyaratkan terpenuhinya semua kebutuhan kesehatan mulai dari
air bersih, makanan bergizi hingga layanan kesehatan. sementara korupsi menjauhkan seluruh
kebutuhan tersebut dari masyarakat. Sehingga perempuan miskin yang tinggal di wilayah rural
merupakan pihak yang lebih menderita dan secara langsung terkena dampak korupsi.

Perempuan miskin yang berada pada struktur masyarakat yang korup akan semakin dimiskinkan
dan  mengalami viktimisasi berlapis dari bentuk-bentuk korupsi yang telah dipaparrkan
sebelumnya. Kemiskinan menjadikan masyarakat sangat bergantung pada pelayanan publik yang
disediakan pemerintah, dan tidak memiliki alternatif pilihan yang lebih baik. Sementara korupsi
menjadikan adanya diskriminasi atau pembedaan perlakuan antara si kaya dan si miskin dalam
mengakses layanan kesehatan.

7
 
Akses terhadap Fasilitas dan Layanan Kesehatan pada Wilayah Urban dan Rural di
Provinsi Banten

Sejalan dengan komitmen pemerintah yang tertuang dalam undang-undang maupun kebijakan
lain, maka dengan demikian Negara memiliki kewajiban dan bertanggung jawab untuk
menghormati, melindungi dan memenuhi hak atas kesehatan. Artinya pemerintah perlu
merealisasikannya dengan menyediakan layanan kesehatan yang diperlukan atau menciptakan
kondisi agar masyarakat memiliki akases yang memadai dan mencukupi ke fasilitas pelayanan
kesehatan. Berdasarkan Undang-undang Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan
Kesehatan menyebutkan bahwa:

“Yang dimaksud dengan fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan/ atau tempat yang
digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif,
kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan/
atau masyarakat.”

Sedangkan aksesibilitas merupakan salah satu prinsip yang harus ditaati oleh pihak negara dalam
pemenuhan hak atas kesehatan. Aksesibilitas mensyaratkan agar pelayanan kesehatan dapat
terjangkau baik secara ekonomi atau geografis bagi setiap orang, dan secara budaya, agar
menghormati tradisi budaya masyarakat.[1]

 Ketersediaan Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang Terbatas dan Tidak Merata

Terkait persoalan aksesibilitas pada fasilitas pelayanan kesehatan, teridentifikasi perbedaan yang
cukup signifikan antara aksesibilitas masyarakat pada fasilitas pelayanan kesehatan di wilayah
8
urban dengan aksesibilitas masyarakat pada fasilitas pelayanan kesehatan di wilayah rural. Hal
ini salah satunya disebabkan oleh ketersediaan fasilitas kesehatan yang belum merata, misalnya
saja jumlah Puskesmas di Banten yang rasionya masih belum ideal bila dibandingkan dengan
jumlah penduduk. Pada  2014 jumlah penduduk  di Banten adalah sekitar 11 juta jiwa, sedangkan
jumlah puskesmas di wilayah Banten hanya 233 puskesmas. Secara ideal, puskesmas yang ada
melayani kurang lebih 30 ribu penduduk[2] artinya  Provinsi Banten masih kekurangan sekitar
133 Puskesmas lagi.

Selain itu, saat ini masih banyak Puskesmas di Lebak yang belum memenuhi standar minimum
kualitas. Misalnya dari jam pelayanan, sore hari seitar pkl 17.00 Puskesmas sudah menutup
pelayanan, padahal sistem pelayanan perlu beroperasi selama 24 jam. Selain itu ketersediaan
ambulance pun masih kurang. Sehingga akses masyarakat pada pelayanan kesehatan masih
terkendala.

Selain persoalan ketersediaan fasilitas kesahatan yang  terbatas, faktor lain yang mempengaruhi
aksesibilitas masyarakat pada fasilitas pelayanan kesehatan di Provinsi Banten adalah
dikarenakan ketersediaan fasilitas yang tidak merata. Misalnya, di Kabupaten Tangerang
misalnya ada sekitar 30 Rumah Sakit. Sedangkan di wilayah Selatan Banten seperti Lebak dan
Pandeglang, masyarakat masih kesulitan untuk mendapatkan pelayanan rumah sakit karena
jumlahnya yang terbatas serta jarak tempuh yang sangat jauh.

Kendala terkait aksesibilitas pada fasilitas pelayanan kesehatan umum dihadapi oleh masyarakat 
yang  tinggal di wilayah  rural. Kendala aksesibiltas pada fasilitas pelayanan kesehatan
menjadikan masyarakat di wilayah rural seperti Lebak, beralih pada fasilitas pelayanan kesehatan
lain yang lebih  terjangkau. Misalnya saja Ibu Yatmi yang lebih memilih mengakses pelayanan
kesehatan lebih memilih mengakses pelayanan kesehatan Mantri di sekitar kawasan tempat ia
tinggal.

9
 

Peralihan pilihan penggunaan fasilitas kesehatan dari masyarakat ini menjadikan masyarakat
tidak mendapat kualitas pelayanan yang terbaik. Hal ini dikarenakan masyarakat tidak memiliki
alternatif pilihan fasilitas kesehatan yang lebih baik dari fasilitas kesehatan yang disediakan oleh
pemerintah dikarenakan keterbatasan kemampuan finansial. Kondisi ini akan menjadi lebih
buruk pada situasi-situasi darurat seperti pendarahan saat akan menjalani proses persalinan.
Masyarakat yang tinggal di wilayah rural yang jauh dari fasilitas kesehatan dan berada dalam
situasi darurat akan mengakses layanan kesehatan alternatif dengan keterbatasan peralatan
kesehatan yang higienis kondisi ini menempatkan mereka pada posisi yang lebih rentan
menghadapi risiko kematian karena keterlambatan mendapat pertolongan yang layak
dibandingkan dengan masyarakat yang  tinggal di wilayah urban.  Pada wilayah urban kendala
saat mengakses fasilitas kesehatan adalah terkait dengan ketersediaan ruang rawat inap yang
sepertinya tidak ada.  (Diskusi Kelompok Terfokus,Serang,  13 Maret 2018)

 Inakesibilitas Fasilitas Kesehatan secara Ekonomi

Hadirnya JKN dirasakan sangat bermanfaat oleh seluruh peserta yang diwawancarai baik di Kota
Tangerang Selatan maupun di Kabupaten Lebak. Masyarakat mengaku tidak lagi khawatir terkait
permasalah biaya ketika perlu mengakses layanan kesehatan. Namun demikian, beberapa
masyarakat baik di wilayah urban  maupun rural tidak dapat optimal dalam memanfaatkan
jaminan kesehatan yang diberikan dikarenakan keterbatasan ekonomi untuk dapat mengakses
fasilitas kesehatan. Biaya dari dan ke  fasilitas kesehatan untuk pasien maupun kerabat yang
mendampingi memang belum termasuk dalam pembiayaan yang dijamin dalam JKN.

Misalnya saja pengalaman yang diceritakan oleh Pak Sono, Warga Kecamatan Rangkasbitung,
Kabupaten Lebak ketika mendampingi anaknya yang harus menjalani perawatan di Rumah Sakit
Tjipto Mangunkusumo, Jakarta Pusat. Ketika itu anak dari Pak Darsono harus dirawat di Rumah

10
Sakit Tjipto Mangunkusumo selama 19 hari karena Leukimia yang diderita anaknya. Sementara
itu dikarenakan keterbatasan biaya dan kondisi yang tidak memungkinkan istri dari Pak Sono 
tidak dapat sering bergantian dengan Pak  Sono untuk menjaga anaknya yang dirawat rumah
sakit karena ketika itu Istri dari Pak Sono belum lama melairkan sehingga masih harus menyusui
danmenjaga bayinya yang baru berusia 6 bulan. Pak Sono yang sehari – hari bekerja serabutan
dan hanya mengandalkan penghasilan harian terpaksa harus kehilangan  kesempatannya mencari
nafkah karena harus mendampingianaknya di rumah sakit. Sementara, selama di rumah sakit Pak
Sono juga masih harus mengeluarkan biaya untuk  kebutuhan makan dan minumnya sehari-hari.
Belum lagi ketika obatyang harus diberikan  untuk anaknya tidak tersedia di rumah sakit, Pak
Sono harus membelinya di luar rumah sakit dengan  uang pribadinya. Situasi tersebut dirasa
sangat menyulitkan oleh Pak  Sono dan keluarga. (wawancara dengan   Pak Sono, warga
Kecamatan Rangkas Bitung, 17 Maret 2018).

Kerentanan ekonomi dalam mengakses fasilitas kesehatan lebih banyak di hadapi oleh
masyarakat dari wilayah rural dibandingkan dengan masyarakat yang tinggal di wilayah urban.
Berdasarkan wawancara terhadap 16 orang warga di Kota Tangerang Selatan, hanya satu orang
yang menghadapi kendala serupa dengan Pak Sono.

 
Akses terhadap Fasilitas dan Layanan Kesehatan pada Wilayah Urban dan Rural di
Provinsi Maluku Utara

Fasilitas kesehatan yang sering dikunjungi oleh masyarakat Maluku Utara adalah puskesmas dan
rumah sakit. Kedua faskes tersebut memang tersedia lebih banyak dibandingkan faislitas lannya
dan merupakan faskes yang lebih lengkap pelayanannya. Berdasarkan data Halmahera Barat
dalam Angka tahun 2017, pada tahun 2016, tercatat jumlah RS di Halmahera Barat hanya 1 unit,
sedangkan di Ternate sejumlah 7 unit dan 2 RS Bersalin. Sedangkan berdasarkan data Ternate
dalam Angka tahun 2017, pada tahun 2016, fasilitas kesehatan di Kota Ternate terdapat 7 rumah

11
sakit, 2  rumah  bersalin,  10  puskesmas,  176 posyandu,  15  polindes  dan  10   klinik
kesehatan.

Pencarian pelayanan kesehatan ke puskesmas diperuntukkan jika penyakit yang diderita tidak
terlalu parah menurut persepsi masyarakat. Selain itu, puskesmas dekat dengan rumah tinggal,
sehingga memudahkan dalam mengakses layanan. Di lain sisi, bagi pengguna JKN, masyarakat
mengetahui terkait proses rujukan yang mengharuskan mereka mengakses puskesmas terlebih
dahulu, -tidak dapat mengakses rumah sakit secara langsung-. Untuk layanan kesehatan yang
diakses berupa poli umum, poli gigi, poli KIA pada pemeriksaan kehamilan, persalinan, dan
KB), poli anak, dan lab uji darah.

Dengan mengakses pelayanan kesehatan menggunakan jaminan kesehatan, seringkali


mendapatkan layanan yang tidak optimal dan tidak ramah. Sehingga untuk mendapatkan layanan
kesehatan yang lebih “meyakinkan” dalam proses pengobatan maupun pemulihan sakit,
masyarakat memilih jalur mandiri atau bayar sendiri. Artinya, jaminan kesehatan belum dapat
mengakomodir kebutuhan pelayanan kesehatan.

 Akses terhadap Pelayanan Kesehatan di Wilayah Pedesaan

Pelayanan kesehatan di wilayah pedesaan seringkali tidak ramah dan tidak memliki kemampuan
komunikasi yang baik terhadap pasien. Kurangnya fasilitas kesehatan juga mempengaruhi
kualitas layanan yang mana akan meningkatkan potensi rujukan dan berdampak pada
keterlambatan penanganan.

Kemampuan tenaga kesehatan terkait komunikasi aktif, memahami kondisi pasien dan bahkan
sampai penegakkan diagnosa masih menemui kendala. Pengguna layanan mengeluhkan bahwa

12
tenaga kesehatan tidak berlaku ramah dan membuat enggan untuk masyarakat mengakses
layanan kesehatan lagi. Pada kondisi lain, tenaga kesehatan melakukan diskriminasi dan
pelabelan pada proses fisum korban pemerkosaan dengan menanyakan pertanyaan sensitif seperti
“apakah menikmati saat “dimasukkan”?. Tenaga kesehatan di tingkat desa melakukan
penyalahgunaan wewenang ketika tidak melakukan tugas pelayanan di wilayah tempat bertugas.

Untuk layanan kesehatan ibu dan anak, ketersediaan dokter spesialis tidak mencukupi. Seperti
halnya di RS umum di Halmahera Barat, hanya terdapat satu dokter kandungan, yang mana jika
pada waktu libur ibadah, dokter tersebut tidak dapat bertugas. Seringkali warga Halmahera Barat
memberi slogan “kalau bisa jangan lahiran di bulan Desember”. Padahal jika pada kondisi
gawat darurat, tenaga kesehatan lainnya tidak memiliki wewenang penuh dalam
melakukanpelayanan kesehatan. Hal ini memberikan beban lainnya jika perlu melakukan rujukan
ke Ternate. meskipun sudah ada speed boat ambulans secara gratis, tetapi keterlambatan
penanganan akan sangat berisiko pada kondisi kesehatan ibu dan anak.

Proses administrasi pada pelayanan kesehatan dianggap tidak responsif pada kondisi
kegawatdaruratan. Administasi terlalu berbelit-belit dan menjadi prasyarat utama jika ingin
mendapatkan layanan kesehatan. Sehingga hal ini menyebabkan pelayanan sangat lambat. Selain
itu, tidak lengkapnya fasilitas kesehatan dalam upaya pertolongan pertama di tingkat puskesmas
menyebabkan keterlambatan pertolongan pada kondisi gawat darurat. Hal ini terjadi pada salah
satu masyarakat di wilayah rural, yang mana, pada saat tiba di rumah sakit rujukan, nyawa dari
pasien tersebut tidak terselamatkan.

Secara khusus,  melihat kondisi geografis Maluku Utara, jika pelayanan kesehatan di tingkat
kecamatan tidak diperkuat atau diperbaiki maka akan berpengaruh terhadap kesehatan
masyarakat di wilayah tersebut. Terlebih, perempuan yang mengakses layanan kesehatan
reproduksi akan lebih rentan terkena dampak. Jika harus melakukan rujukan dari satu pulau ke
pulau lainnya, terdapat risiko (a) tidak dapat langsung melakukan rujukan karena kondisi cuaca

13
tidak mendukung untuk transportasi laut, (b) tidak memiliki biaya untuk membayar transportasi
laut (c) waktu tempuh transportasi laut. Sehingga untuk menghindari rujukan layanan kesehatan,
diperlukan perbaikan di tingkat puskesmas dan pustu di setiap desa dan kecamatan.

Proses rujukan di wilayah kepulauan seperti Maluku Utara membuat banyak korban meninggal
dikarenakan keterlambatan penanganan. Baik dari proses administarasi, hingga jarak yang jauh
dari satu fasilitas kesehatan ke fasilitas kesehatan rujukan lainnya. Yang mana transportasi laut
juga sangat diperngaruhi oleh cuaca. Jika ombak besar, maka rujukan dari satu pulau ke pulau
lainnya akan sangat berisiko.

 Akses terhadap Pelayanan Kesehatan di Wilayah Perkotaan

Pelayanan kesehatan di wilayah perkotaan dianggap lebih ramah dibandingkan di wilayah


pedesaan. Hal ini juga berkaitan dengan jumlah fasilitas kesehatan yang ada di wilayah
perkotaan. Dengan lebih banyaknya jumlah faskes di perkotaan daripada di pedesaan menjadikan
fasilitas kesehatan mencoba memberikan pelayanan yang lebih baik.

Meskipun sudah menggunakan askes dan kini JKN, puskesmas di wilayah urban Ternate masih
meminta pembayaran terhadap uji lab darah (kadar kolesterol, asam urat dan gula darah) sebesar
Rp. 70.000. yang menjadi pemeriksaan wajib bagi ibu hamil saat ANC pertama kali dan ibu
hamil dengan risiko tinggi. Sedangkan secara umum, uji lab darah untuk pemeriksaan malaria,
dipungut biaya Rp. 30.000.

Proses adminsitrasi dan rujukan pelayanan kesehatan menjadi faktor penyebab terjadinya tingkat
morbiditas dan mortalitas di masyarakat. Padahal berdasarkan Pada pasal 32 disebutkan bahwa
dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta wajib

14
memberikan pelayanan kesehatan bagi penyelamatan nyawa pasien dan pencegahan kecacatan
terlebih dahulu. Dalam hal ini juga dilarang menolak pasien dan atau meminta uang muka.

Berdasarkan pengalaman peserta masyarakat, ada satu anak di wiilayah desa di Ternate yang
mengalami keterlambatan penanganan hingga akhirnya meninggal. Kronologi kejadian dimulai
dari membawa korban ke puskesmas terdekat, namun karena keterbatasan fasilitas kesehatan
maka dilakukan rujukan ke Rumah Sakit terdekat. Untuk mendapatkan pelayanan dan
penanganan di RS, maka setiap pasien harus melalui adminstrasi. Tetapi karena anak tersebut
merupakan keluarga miskin dan anak yatim piatu, maka tidak dilakukan penanganan terhadapnya
hingga menyebabkan kematian. Asumsi yang terbangun adalah apakah anak tersebut meninggal
karena miskin, atau karena pelayanan kesehatan yang buruk?

Masyarakat tidak pernah melihat informasi biaya layanan kesehatan tertera pada ruang publik
fasilitas kesehatan. Beberapa praktik pembelian obat sudah dilakukan dengan menggunakan
struk, tetapi pada layanan pembuatan surat kesehatan belum menggunakan struk. Seringkali
dokter meminta bayaran di bilik layanan, atau bidang administrasi meminta bayaran di meja
adminsirtasi untuk pembuatan surat tersebut.

[1] KontraS. JKN, Hak Atas Kesehatan, dan Kewajiban Negara. Diambil dari yang harus ditaati
oleh pihak negara dalam pemenuhan hak atas kesehatan. Diambil dari
https://www.kontras.org/buletin/indo/bpjs.pdf

[2] Ruli. (9 Desember 2014). “Sarana Kesehatan Tidak Merata, Banten Kekurangan


Puskesmas”. 

Diambil dari http://www.harianterbit.com/2015/read/2014/12/09/13440/28/28/Sarana-


Kesehatan-Tak-Merata-Banten-Kekurangan-

15
16
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Lebih dari itu, dampak korupsi terhadap kerusakan lingkungan berakibat pada menurunnya
kualitas pengelolaan lingkungan hidup, meningkatnya kerusakan lingkungan, menurunnya
kepedulian masyarakat terhadap lingkungan hidup, kerusakan hutan dan konservasi. Parahnya
lagi, dampak korupsi terhadap pendidikan berakibat pada rendahnya kualitas pendidikan,
minimnya akses pendidikan, rendahkan indek Dampak Korupsi Ekonomi Sosial & Kemiskinan
Masyarakat Birokrasi Pemerintah an Politik & Demokrasi Penegakan Hukum Pertahanan &
Keamanan Kerusakan Lingkungan Pendidikan pembangunan manusia (IPM), rendahnya angka
partisipasi kasar (APK) dan angka partisipasi murni (APM).

Tindakan korupsi dapat mengkacaukan segala hal yang ada. Kata korupsi dapat merusak
segala aspek yang ada di pemerintahan. Adapun dampak-dampak akibat korupsi yang terjadi
salah satunya yaitu berdampak korupsi terhadap lingkungan.

4.2 Saran

Saran Makalah ini kami buat untuk bahan pengetahuan tentang dampak korupsi terhadap
lingkungan, seberapa tercelanya perbuatan korupsi bagi bangsa, dan contoh tindakan
implementasi korupsi terhadap lingkungan. Makalah yang telah kami buat ini tentunya masih
banyak terdapat kekurangan. Maka masih diperlukan saran dan masukkan dari pembaca sebagai
bahan evaluasi terhadap makalah-makalah selanjutnya.

17
DAFTAR PUSTAKA

STKIP PGRI Pacitan. 2017. Korupsi dan Kebangkrutan Sebuah Bangsa.


https://repository.stkippacitan.ac.id/id/eprint/21/1/Korupsi%20dan%20Kebangkrutan
%20Sebuah%20Bangsa.pdf . Diakses 02 September 2021

Kompasiana. 2016. Dampak Korupsi terhadap Lingkungan.


https://www.kompasiana.com/aan16/58199143b192734d4d70a13d/dampak-korupsi-terhadap-
lingkungan . Diakses 02 Septamber 2021

UNIMED. Latar Belakang Masalah Korupsi. http://digilib.unimed.ac.id/18526/2/8.%20NIM.


%2031113311004%20CHAPTER%201.pdf . Diakses 02 September 2021

Harian Terbit. 2015. Sarana Kesehatan tak Merata.


http://www.harianterbit.com/2015/read/2014/12/09/13440/28/28/Sarana-Kesehatan-Tak-
Merata-Banten-Kekurangan_ . Diakses 01 September 2021

iii

Anda mungkin juga menyukai