Anda di halaman 1dari 12

E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |1

Copyright © September 2019

PERTEMUAN 5
PERSEPSI

Kompetensi Dasar:
Mahasiswa mampu menjelaskan Persepsi, Persepsi Sosial dan Persepsi Benda.

Sumber:
Armando, Nina M. 2014. Psikologi Komunikasi. Universitas Terbuka: Jakarta.

PERSEPSI

Persepsi
Persepsi adalah suatu proses yang ditempuh individu untuk mengorganisasikan dan
menafsirkan kesan- kesan indera mereka agar memberikan makna bagi lingkungan mereka.
Persepsi itu agar memberikan makna bagi lingkungan mereka. Persepsi itu penting dalam
studi perilaku organisasi karena perilaku orang yang didasarkan pada persepsi mereka
mengenai apa itu realitas dan bukan mengenai realitas itu sendiri (Veithzal, 2002).
Individu itu memprediksikan suatu benda yang sama berbeda-berbeda, hal ini dipengaruhi
oleh beberapa faktor (Veithzal, 2002), yaitu:
(1) Faktor yang ada pada pelaku persepsi (Perceiver) yang termasuk faktor pertama adalah
sikap, keutuhan atau motif, kepentingan atau minat pengalaman dan pengharapan
individu.
(2) Faktor yang ada pada objek atau target yang dipersepsikan yang meliputi hal-hal baru,
gerakan, bunyi, ukuran latar belakang dan kedekatan.
(3) Faktor konteks situasi di mana persepsi itu dilakukan yang meliputi waktu, keadaan /
tempat kerja, dan keadaan sosial.
Persepsi pada hakikatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang di dalam
memahami informasi tentang lingkungannya baik lewat penglihatan, pendengaran,
penghayatan, perasaan, dan penciuman. Kunci untuk memahami persepsi adalah terletak pada
pengenalan bahwa persepsi itu merupakan suatu penafsiran yang unik terhadap situasi, dan
bukannya suatu pencatatan yang benar terhadap situasi.
Pada hakikatnya persepsi juga dikatakan hampir sama dengan pengindraan di bawah ini
perbedaan antara persepsi dan pengindraan menurut Luthans (Miftah, 1983)selanjutnya
dikatakan contoh- contohnya sebagai berikut:
a. Dagangan rambut wig (rambut palsu) dinilai oleh penjual mempunyai nilai kualitas yang
tinggi, tetapi pembeli mengatakan mempunyai kualitas yang rendah.
b. Pekerja yang sama mungkin dilihat oleh satu pengawas sebagai pekerja yang baik, dan
oleh pengawas yang lain dikatakan yang terjelek.
c. Seorang bawahan menjawab suatu pertanyaan berdasarkan atas apa yang ia dengar dari
atasannya, bukannya apa yang senyatanya dikatakan atasannya.
Contoh-contoh ini merupakan sebagian dari ribuan kejadian setiap harinya yang
menunjukkan pesepsi memainkan peranan yang pelik dalam kehidupan organisasi.
E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |2
Copyright © September 2019

Adapun pengindraan itu, cara kebiasaan yang bisa dipergunakan untuk mengenalnya antara
lain dengan dua aspek berikut ini.
a. Aspek penginderaan yang mempunyai kesamaan antar satu orang dengan lainnya disebut
kenyataan. Kejadian terburuknya mobil dengan truk di jalan raya disaksikan banyak
orang sebagai kenyataan, walaupun kemungkinan mereka tidak setuju satu sama lain
mengenai sebab- sebab terjadinya kecelakaan.
b. Penginderaan tersusun dalam cara unik bagi kita. Aspek prosesi persepsi ini tergantung
pada mekanisme biologis, pengalaman masa lalu, dan perkiraan masa sekarang. Ke
semuanya ini berasal dari kebetulan-kebetulan kita sendiri, pengalaman,nilai-nilai, dan
perasan-perasaan.

Subproses Persepsi
Ada beberapa subproses dalam persepsi ini, dan yang dapat dipergunakan sebagai bukti
bahwa sifat persepsi itu merupakan hal yang komplek dan interaktif.
Subproses pertama yang dianggap penting ialah stimulus, atau situasi yang hadir. Mula
terjadinya persepsi diawali ketika seseorang dihadapkan dengan suatu situasi atau stimulasi.
Situasi yang dihadapi itu mungkin bisa berupa stimulasi penginderaan dekat dan langsung
atau berupa bentuk lingkungan sosiokultur dan fisik yang menyeluruh.
Subproses selanjutnya adalah registrasi, interpretasi dan umpan balik (Feedback). Dalam
masa registrasi suatu gejala yang nampak ialah mekanisme fisik yang berupa penginderaan
dan syaraf sesorang mempengaruhi persepsi. Dalam hal ini seseorang subproses berikut yang
bekerja ialah interprestasi.
Interprestasi merupakan suatu aspek kognitif dari persepsi yang amat penting. Proses
interpretasi ini tergantung pada cara pendalaman (Learning), motivasi, dan kepribadian
seseorang. Pendalaman, motivasi dan kepribadian seseorang akan berbeda dengan orang lain.
Oleh karena itu, interpretasi terhadap suatu informasi yang sama, akan berbeda antara satu
orang dengan orang lain. Oleh karena itu, interpretasi terhadap suatu informasi yang sama,
akan berbeda antara satu dengan orang lain. Di sinilah letak sumber perbedaan pertama dari
persepsi, dan itulah sebabnya mengapa interpretasi merupakan subproses yang penting.
Subproses terakhir adalah umpan balik (Feedback). Subproses ini dapat mempengaruhi
persepsi seseorang. Sebagai contoh, seseorang karyawan yang melaporkan hasil kerjanya
kepada atasan-atasannya, kemudian mendapat umpan balik dengan melihat raut muka
atasannya.
Faktor- faktor yang mempengaruhi pengembangan persepsi seseorang antara lain:
(a) Psikologi
Persepsi seseorang mengenai segala sesuatu yang terjadi di alam dunia ini sangat sangat
dipengaruhi oleh keadaan psikologi.
Contoh: terbenamnya matahari di waktu senja yang indah bagi seseorang akan dirasakan
sebagai bayang-bayang kelabu bagi orang yang buta warna.
Psikologi juga dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari sifat-sifat kejiwaan
manusia dengan cara mengkaji sisi perilaku dan kepribadiannya, dengan pandangan
bahwa setiap perilaku manusia berkaitan dengan latar belakang kejiwaannya
(Ardhana,1963).
E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |3
Copyright © September 2019

Sesungguhnya tiap-tiap orang perlu sekali mengetahui dasar Ilmu jiwa umum, dalam
pergaulan hidup sehari-hari, Ilmu jiwa perlu sebagai dasar pengetahuan untuk dapat
memahami jiwa orang lain. Kita dapat mengingat kembali sesuatu yang pernah kita amati.
(b) Famili
Pengaruh yang besar terhadap anak- anak adalah familinya, orang tua yang telah
mengembangkan sesuatu cara yang khusus di dalam memahami dan melihat kenyataan di
dunia ini, banyak sikap dan persepsi dan persepsi- persepsi mereka yang diturunkan
kepada anak-anaknya.
Sebagai contoh, kalau orang tuanya Muhammadiyah maka anaknya Muhammadiyah juga.
(c) Kebudayaan
Kebudayaan dan lingkungan masyarakat tertentu juga merupakan salah satu faktor yang
kuat di dalam mempengaruhi sikap dan cara seseorang memandang dan memahami
keadaan di dunia ini.
Contoh: orang–orang Amerika non muslim dapat memakan daging babi dengan bebas
dan sangat merasakan kelezatannya, sedangkan orang- orang Indonesia yang muslim
tidak akan memakan daging babi tersebut.
(d) Motivasi
Teori mendasar Maslow adalah bahwa keputusan itu tersusun dalam suatu hieraki
kebutuhan. Tingkat kebutuhan yang paling rendah yang harus dipenuhi adalah kebutuhan
fisiologis dan tingkat kebutuhan tertinggi adalah kebutuhan realisasi diri.14Kebutuhan-
kebutuhan ini akan diartikan sebagai berikut:
Abhraham Maslow menghipotesiskan bahwa di dalam diri semua manusia ada lima
jenjang kebutuhan berikut:
(1) Faali (fisiologis): antara lain rasa lapar, haus, perlindungan (perumahan dan pakaian)
serta kebutuhan ragawi lainnya.
(2) Keamanan: antara lain keselamatan dan perlindungan terhadap kerugian fisik dan
emosional.
(3) Rasa Memiliki, sosial: mencakup kasih sayang, rasa dimiliki, diterima baik, dan
persahabatan.
(4) Penghargaan: mencakup faktor rasa hormat internal seperti harga diri, otonomi dan
prestasi, dan faktor hormat eksternal seperti misalnya status, pengakuan, dan
perhatian.
(5) Aktualisasi-Diri: dorongan untuk menjadi apa yang ia mampu menjadi, mencakup
pertumbuhan, mencapai potensialnya, dan pemenuhan diri.
Begitu tiap kebutuhan ini telah cukup banyak dipuaskan, kebutuhan berikutnya menjadi
dominan. Dari titik pandang motivasi, teori itu mengatakan bahwa meskipun tidak ada
kebutuhan yang pernah dipenuhi secara lengkap, suatu kebutuhan yang dipuaskan secara
cukup banyak (substansial) tidak lagi memotivasi. Jadi jika ingin memotivasi seseorang,
menurut Maslow, kita perlu memahami sedang berada pada anak tangga manakah orang
itu dan memfokuskan pada pemenuhan kebutuhan-kebutuhan itu atau kebutuhan di atas
tingkat itu.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Seleksi Persepsi yang berpengaruh yaitu 2
(dua) faktor (Veithzal, 2007) yaitu:
E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |4
Copyright © September 2019

(a) Motivasi dan persepsi


Motivasi mempengaruhi terjadinya persepsi. Sebagai contoh: membicarakan masalah
pangan pada masyarakat yang kelaparan akan lebih menarik dan merangsang
perhatian.
(b) Kepribadian dan persepsi
Kepribadian, nilai-nilai, dan juga termasuk usia akan mempengaruhi persepsi
seseorang. Contoh: pada usia-usia tua lebih senang dengan musik-musik klasik,
sedang pada usia muda lebih senang dengan jenis musik yang lain.

Persepsi Sosial
Sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya bahwa objek persepsi dapat berada di luar
individu yang mempersepsi, tetapi juga dapat berada dalam diri individu yang mempersepsi.
Dalam mempersepsi diri sendiri orang akan dapat melihat bagaimana keadaannya dirinya
sendiri, orang akan dapat mengevaluasi tentang dirinya sendiri.
Bila objek persepsi terletak di luar orang yang mempersepsi, maka objek persepsi dapat
bermacam-macam, yaitu dapat berwujud benda-benda situasi dan juga berwujud manusia.
Bila objek persepsi berwujud benda-benda disebut persepsi benda (things perception) atau
juga disebut Non-Social Perception,sedangkan objek persepsi berwujud manusia atau orang
disebut persepsi sosial atau Social perception. Namun di samping istilah-istilah tersebut,
khususnya mengenai Social Perception masih terdapat istilah-istilah lain yang digunakan,
yaitu Persepsi Orang (Person Perception).
Dalam individu mempersepsi benda-benda mati bila dibandingkan dengan mempersepsi
manusia, terdapat segi-segi persamaan di samping terdapat segi-segi perbedaan. Adanya
persamaan bila dilihat bahwa manusia atau orang itu dipandang sebagai benda fisik seperti
benda-benda fisik lainnya yang terikat pada waktu dan tempat, pada dasarnya tidak berbeda.
Namun karena manusia itu semata-mata bukan hanya benda fisik saja, tetapi mempunyai
kemampuan- kemampuan yang tidak dipunyai oleh benda fisik lainnya, maka hal ini akan
membawa perbedaan antara mempersepsi benda-benda dengan mempersepsi manusia.
Mempersepsi seseorang, individu yang dipersepsi itu mempunyai kemampuan-kemampuan,
perasaan, harapan, walaupun kadarnya berbeda seperti halnya individu yang mempersepsi.
Orang yang dipersepsi dapat berbuat sesuatu terhadap orang yang mempersepsi, sehingga
kadang-kadang atau justru sering hasil persepsi tidak sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya. Orang yang dipersepsi dapat menjadi teman, namun sebaliknya juga dapat
menjadi lawan dari individu yang mempersepsi. Hal tersebut tidak akan dijumpai bila yang
dipersepsi itu bukan manusia atau orang. Ini berarti orang yang dipersepsi dapat memberikan
pengaruh kepada orang yang mempersepsi.
Persepsi sosial merupakan suatu proses seseorang untuk mengetahui, menginterprestasikan
dan mengevaluasi orang lain yang dipersepsi, tentang sifat-sifatnya, kualitasnya dan keadaan
yang lain yang ada dalam diri orang yang dipersepsi, sehingga terbentuk gambaran mengenai
orang yang dipersepsi. Namun demikian seperti telah dipaparkan diatas, karena yang
dipersepsi itu manusia seperti halnya dengan yang mempersepsi, maka objek persepsi dapat
memberikan pengaruh kepada yang mempersepsi. Dengan demikian dapat dikemukakan
dalam mempersepsi manusia atau orang (person) adanya dua pihak yang masing-masing
mempunyai kemampuan-kemampuan, perasaan-perasaan, harapan-harapan, pengalaman-
E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |5
Copyright © September 2019

pengalaman tertentu yang berbeda satu dengan yang lain, yang akan dapat berpengaruh
dalarn mempersepsi manusia atau orang tersebut.
Berdasarkan uraian di atas maka ada beberapa hal yang dapat ikut berperan dan dapat
berpengaruh dalam mempersepsi manusia yaitu:
1) Keadaan stimulus, dalam hal ini berwujud manusia yang akan dipersepsi.
2) Situasi atau keadaan sosial yang melatarbelakangi stimulus.
3) Keadaan orang yang mempersepsi.

Walaupun stimulus personnya sama, tetapi jika situasi sosial yang melatar belakangi
stimulus person berbeda akan berbeda hasil persepsinya. Pikiran, perasaan, kerangka acuan,
pengalaman-pengalaman atau dengan kata lain keadaan pribadi orang yang mempersepsi
akan berpengaruh dalam seseorang mempersepsi orang lain. Hal tersebut disebabkan karena
persepsi merupakan aktivitas yang integrated. Bila orang yang dipersepsi atas dasar
pengalaman merupakan seseorang yang menyenangkan bagi orang yang mempersepsi akan
lain hasil persepsinya bila orang yang dipersepsi itu memberikan pengalaman yang
sebaliknya. Demikian pula dengan aspek-aspek lain yang terdapat dalam diri orang yang
mempersepsi.
Demikian pula situasi sosial yang melatarbelakangi stimulus person juga akan ikut berperan
dalam hal mempersepsi seseorang. Bila situasi sosial yang melatar belakangi berbeda, hal
tersebut akan dapat membawa perbedaan hasil persepsi seseorang. Orang yang biasa bersikap
keras, tetapi karena situasi sosialnya tidak memungkinkan untuk menunjukkan kekerasannya,
hal tersebut akan mempengaruhi dalam seseorang berperan sebagai stimulus person. Keadaan
tersebut dapat mempengaruhi orang yang mempersepsinya. Karena itu situasi sosial yang
melatar belakangi stimulus person mempunyai peran yang penting dalam persepsi, khususnya
persepsi social.

Sarwono (2002) juga menjelaskan bahwa individu dapat mempunyai persepsi sosial yang
sama dan juga ada kemungkinan mempunyai persepsi sosial yang berbeda tentang stimulus
yang ada di lingkungannya. Hal ini disebabkan antara lain oleh pengaruh sosial budaya dari
lingkungan individu, objek yang dipersepsi, motif individu, dan kepribadian individu. Lebih
jauh, sarwono (2002) menambahkan bahwa persepsi sosial juga sangat tergantung pada
komunikasi. Artinya, bagaimana komunikasi yang terjadi antara satu individu dengan
individu lainnya akan mempengaruhi persepsi di antara keduanya. Komunikasi di sini
menurut Sarwono (2002) bukan hanya sebatas komunikasi verbal melainkan juga komunikasi
E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |6
Copyright © September 2019

non-verbal yang terjadi antara keduanya, seperti gerak tubuh, ekspresi wajah dan lain
sebagainya.
Selanjutnya, persepsi sosial juga dianggap sebagai bagian dari kognisi sosial yaitu
pembentukan kesan-kesan tentang karakteristik-karakteristik orang lain. Kesan yang
diperoleh tentang orang lain tersebut biasanya didasarkan pada tiga dimensi persepsi, yaitu:
1. Dimensi evaluasi yaitu penilaian untuk memutuskan sifat baik buruk, disukai-tidak
disukai, positif-negatif pada orang lain.
2. Dimensi potensi yaitu kualitas dari orang sebagai stimulus yang diamati (kuat-lemah,
sering-jarang, jelas-tidak jelas).
3. Dimensi aktivitas yaitu sifat aktif atau pasifnya orang sebagai stimulus yang diamati.

Berdasarkan tiga dimensi tersebut, maka persepsi sosial didasarkan pada dimensi evaluatif,
yaitu untuk menilai orang. Penilaian ini akan menjadi penentu untuk berinteraksi dengan
orang selanjutnya. Artinya, persepsi sosial timbul karena adanya kebutuhan untuk mengerti
dan meramalkan orang lain. Maka dalam persepsi sosial tercakup tiga hal yang saling
berkaitan, yaitu:
1. Aksi orang lain, yaitu tindakan individu yang berdasarkan pemahaman tentang orang
lain yang dinamis, aktif dan independen.
2. Reaksi orang lain, merupakan aksi individu menghasilkan reaksi dari individu,
karena aksi individu dan orang lain tidak terpisah. Pemahaman individu dan cara
pendekatannya terhadap orang lain mempengaruhi perilaku orang lain itu sehingga
timbul reaksi.
3. Interaksi dengan orang lain, yaitu reaksi dari orang lain mempengaruhi reaksi balik
yang akan muncul.

Bias dalam Persepsi Sosial


Ada beberapa bias atau kesesatan dalam persepsi sosial, antara lain yaitu:
1. Hallo Effect
Hallo Effect merupakan kecenderung untuk mempersepsi orang secara konsisten. Hallo
effect ini secara umum terjadi karena individu hanya mendasarkan persepsinya hanya
pada kesan fisik atau karakteristik lain yang bisa diamati.

2. Forked Tail Effect (Negative Hallo)


Merupakan lawan dari hallo effect, yaitu melebih-lebihkan kejelekan orang hanya
berdasarkan satu keadaan yang dinilai buruk.
E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |7
Copyright © September 2019

Simak contoh berikut:


Coba anda mempersepsikan tentang ruang kelas ini!
Kemudian coba anda mempersepsikan tentang artis bernama Ariel Tatum!
Bagaimana? Hasil persepsi anda?
Rata-rata persepsi anda akan sama tentang ruang kelas ini. berdinding putih, kaku, dingin,
dan membosankan. Lalu bagaimana persepsi anda mengenai Ariel Tatum? Anda masing-
masing akan memiliki persepsi yang berbeda-beda.
Jalaludin Rahmat (2003) mengemukakan ada empat perbedaan antara persepsi benda (objek)
dan persepsi tentang orang atau sosial yang biasa disebut dengan persepsi interpersonal.
1. Pada persepsi objek/benda, stimuli ditangkap oleh pancaindra melalui benda-benda fisik:
gelombang, cahaya, suara, dan temperatur. Sedangkan persepsi tentang orang, stimuli
yang didapat berasal dari lambang-lambang verbal atau grafis yang disampaikan pihak
ketiga. Pihak ketiga (berita TV, Majalah atau media sosial) ini dapat mengurangi
kecermatan persepsi kita, sebelum kita benar-benar berjumpa dengan orang, yang
kemudian mempengaruhi persepsi kita.
2. Persepsi tentang orang jauh lebih sulit daripada persepsi objek. Pada persepsi objek, kita
hanya menanggapi sifat-sifat luar objek. Namun, pada persepsi tentang orang, kita
mencoba memahami apa yang tidak ditangkap oleh alat indra kita. Kita mencoba
memahami bukan saja perilaku seseorang, tetapi juga motif atau mengapa orang
berperilaku. Ini yang mendasari kita perlu mempelajari atribusi.
3. Saat melakukan persepsi objek, objek tidak bereaksi kepada kita. Kita tidak memberikan
reaksi emosional terhadap objek. Namun, ketika melakukan persepsi terhadap orang lain,
berbagai faktor terlibat seperti faktor-faktor personal kita, karakterisktik orang lain yang
dipersepsi maupun hubungan antara kita dengan orang tersebut.
4. Objek relatif tetap, tetapi orang cenderung berubah-ubah. Ruang kuliah yang diamati
mahasiswa relatif sama dari waktu ke waktu, tetapi manusia yang diamati selalu berubah.
Ada kemungkinan orang yang dipersepsi kemarin sedang gembira, tetapi hari ini ia
sedang sedih.

Inferensi Sosial
Inferensi sosial berarti usaha untuk mengerti apa yang kita pelajari tentang orang atau orang-
orang lain.
Kita mendengar nama-nama atau gambaran tentang seseorang sebelum kita berjumpa dengan
mereka langsung. Dengan kata lain inferensi sosial berarti apa yang kita pelajari tentang
orang atau orang-orang lain.
Prosesnya dimulai dari mengumpulkan data sosial, yaitu:
1) Informasi sosial
2) Penampilan fisik
3) Isyarat-isyarat nonverbal
4) Tindakan-tindakan orang lain
Semua itu membentuk data sosial yang terintegrasi dan terkumpul untuk membentuk kesan
mengenai orang lain.
E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |8
Copyright © September 2019

1) Informasi sosial
Menurut pandangan Psikologi Kognitif, manusia adalah makhluk pengolah informasi
(information processors). Informasi itu dibutuhkan sebagai suatu cara manusia bertahan
hidup sebagai makhluk sosial. Manusia akan berusaha untuk mencari informasi terbaru
tentang orang yang ada di sekitarnya. Informasi sosial ini ada beberapa bentuk, yaitu:
a. Trait (sifat, pembawaan)
Sifat yang dimiliki seseorang cenderung stabil dan mengacu pada pribadinya. Sifat ini
dapat menjelaskan cara dan bagaimana seseorang berperilaku dalam situasi tertentu.
Trait ini merupakan suatu generalisasi tentang sikap seseorang. Mengenai nilai
kebenaran yang ada didalamnya tentu tidak mutlak sepenuhnya. Bisa saja orang
berperilaku berbeda saat menghadapi situasi dan keadaan yang berbeda pula.
b. Nama
Shakespeare bertanya: “What is a name?” terhadap pertanyaan ini kita dapat
menjawab bahwa nama sangat berarti. Setiap manusia memiliki nama yang
membedakan dirinya dengan orang lain. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa ada
beberapa nama yang memiliki daya tarik dan lebih mudah diingat daripada yang lain.
Tentunya hal ini sifatnya relatif dan tergantung dari budaya dan kebiasaan tertentu.
Sebuah studi menunjukkan bahwa nama memiliki asosiasi dengan sejumlah kualitas
seperti kecerdasan, daya tarik, kekuatan, dan feminitas.
Contoh:
Habibi  diidentikkan dengan kecerdasan
Herkules  diasosiasikan dengan kekuatan
c. Stereotype
Stereotype merupakan suatu generalisasi tentang kelompok tertentu yang dianggap
sebagai suatu kebenaran.
Misalnya: Suku Batak dianggap memiliki sifat dan karakteristik keras, selalu terburu-
buru dan tidak sabar.
Hal ini dianggap sebagai suatu kebenaran meskipun nilai kebenarannya masih
diragukan.
Stereotype memiliki dua efek, yaitu:
(1) Simplikasi dan Social Judgement
mempermudah kita dalam berfikir tentang kelompok tertentu dan melakukan
penilaian sosial secara cepat. Contohnya: anak perempuan bisa menjahit.
(2) Oversimplikasi dan Prejudice
Membuat generalisasi secara negatif berdasarkan pengetahuan yang terbatas dan
melakukan penilaian yang tidak benar atau prasangka Contohnya: Anak muda
tidak berbudaya.

2) Penampilan Fisik
Pernyataan “Jangan menilai orang berdasarkan penampilan” atau “don’t judge a book
by its cover” akan menjadi sumber penilaian dalam mempelajari seseorang.
E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |9
Copyright © September 2019

Tidak bisa dihindari penampilan fisik merupakan hal yang pertama kali diperhatikan
saat kita bertemu dan bertatap muka dengan seseorang. Dari penampilan fisik seseorang kita
bisa memperoleh data-data sosial yang penting tentang dirinya.
Contoh:
Seorang laki-laki berpakaian rapi, berkemeja licin, berdasi lengkap dengan setelan jas,
memakai sepatu kulit dengan potongan rambut rapi sambil membawa laptop pouch
dan menggunakan smartphone terbaru.
Anda akan mendapatkan data-data sosial tentang laki-laki tersebut, mulai dari
pekerjaannya, pendidikan, usia, status, tingkat pendidikan dan lainnya.

3) Petunjuk Nonverbal
Ada beberapa petunjuk nonverbal yang menjadi sumber inferensi sosial, yaitu:
a) Ekspresi wajah
Petunjuk wajah merupakan sumber persepsi yang dapat diandalkan. Ekspresi wajah
menampilkan suasana hati dan emosi seseorang yang tentunya amat berpengaruh saat
interaksi.
b) Kontak mata
Kontak mata menunjukkan seberapa intim kita dengan lawan bicara. Saat berinteraksi
dengan orang yang tidak kita kenal biasanya kita akan menghindari kontak mata yang
terlalu sering dengan mereka. Bentuk dan cara seseorang menggunakan mata bisa
menunjukkan ekspresi dan perhatian tertentu.
c) Gesture
Gerakan tubuh (gesture) dianggap penting dalam proses komunikasi karena gerakan
tubuh sangat susah dikontrol secara sadar oleh orang.
d) Suara
Suara yang dikeluarkan bisa memberikan pengaruh yang besar dalam menunjukkan
emosi dan perasaan. Cara kita menggunakan bahasa yang tertulis maupun yang
terucap disebut dengan paralanguage.
Dari suara, paralanguage bisa terlihat dari tinggi rendah suara (volume), logat,
intonasi, kualitas suara, dan kecepatan berbicara.

4) Tindakan
Dalam membentuk persepsi interpersonal, manusia sering kali memfokuskan atau
memberi perhatian pada bagaimana cara seseorang bertindak terhadap orang lain. Ia akan
mencoba mengerti dan memahami alasan atau penyebab mengapa orang lain melakukan
suatu tindakan. Proses seseorang mencari alasan atau penyebab tindakan disebut sebagai
atribusi.
E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |10
Copyright © September 2019

Pembentukan Kesan
Bagaimana orang mengkombinasikan informasi untuk membuat inferensi sosial dan
penilaian?
Para peneliti mengidentifikasi tiga jenis proses yang terjadi ketika menerapkan persepsi
interpersonal, yaitu:
1. Pembentukan konsep sosial
2. Pengorganisasian kesan
3. Pengolahan informasi sosial

1. Pembentukan konsep sosial


Konsep sosial adalah kategori-kategori atau kelompok kualias yang membantu kita
berfikir tentang manusia di sekitar kita. Konsep sosial itu dapat berupa kelompok usia, ras,
gender, dan hubungan keluarga yang nantinya membedakan kita antara teman dan musuh,
laki-laki dan perempuan dan perbedaan lainnya yang menentukan bagaimana kita akan
berperilaku dan menilai orang lain.
Konsep sosial terbentuk melalui hal-hal berikut, yaitu:
a. Pengalaman
b. Belajar
c. Bahasa

2. Pengorganisasian Kesan
Pembentukan kesan yang lain berfokus pada kuantitas dan keberagaman informasi
sosial yang harus dipahami secara keseluruhan. Manusia makhluk pengolah informasi dan
mengorganisasikan kesan berdasarkan proses tertentu sehingga saat kesan itu dibentuk, ada
suatu proses kognitif dalam setiap individu.
Peneliti mengidentifikasi adanya beberapa strategi mengorganisasian kesan, yaitu:
a) Centrality
Segala karakter (trait) dapat dibedakan dalam dua dimensi, yaitu berdasarkan nilai
karakternya (baik atau buruk) dan orientasi atau hakikat karakternya (sosial atau
intelektual). Misalnya, karakter sosial baik, seperti “hangat” memberi konteks yang
penting bagi sifat intelektual seperti “cerdas”. Orang yang cerdas dan hangat berbeda dari
jenis kecerdasan lainnya. Jadi karakter sentral adalah salah satu yang memberikan
konteks tambahan untuk pembentukan kesan.
b) Primacy versus Recency
Urutan informasi yang diterima seseorang dapat mempengaruhi kesan yang terbentuk.
Sebagian besar penelitian pada persepsi seseorang dan komunikasi persuasif
menyebutkan bahwa kesan pertama meninggalkan kesan yang amat penting. Memberikan
nilai lebih pada informasi pertama yang diterima merupakan suatu Primary Effect.
Primary Effect secara sederhana menunjukkan bahwa kesan pertama amat menentukan.
E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |11
Copyright © September 2019

Namun, pada beberapa situasi, informasi terakhir bisa memberikan pengaruh yang
tertunda dalam pembentukan kesan. Informasi terakhir yang memberikan pengaruh pada
kesan disebut Recency Effect.
c) Salience
Salience merupakan hal-hal yang paling dapat dilihat atau diketahui (noticeability),
terutama dalam konteks tertentu. Kondisi yang membentuk rangsangan sosial ini
diantaranya adalah kejelasan (brightness), keras tidak nya suara (noisiness), gerakan
(motion) dan kebaruan (novelty).

3. Pengolahan Informasi Sosial


Informasi sosial yang diperoleh seseorang memberikan dasar bagi orang tersebut
untuk bersikap dan berperilaku dalam kehidupan sosialnya. Terdapat dua proses spesifik yang
dilakukan orang saat bergerak dari kesan yang diperolehnya menuju ke tindakan yang
dilakukannya, yakni Impression Integration dan Social Judgement.
a) Impression Integration
Ada beberapa strategi dalam mengintegrasikan informasi sosial menjadi kesan, yaitu:
1) Evaluasi
Keputusan yang paling penting yang kita buat tentang orang lain adlah apakah kita
menyukai atau tidak menyukainya. Menilai kebaikan atau keburukan seseorang
berarti merupakan suatu evaluasi yang kita berikan pada orang lain.
2) Averaging
Setiap kesan terhadap seseorang akan bercampur, ada yang kita benci, ada yang kita
ragukan, atau satu sama lain saling mengisi. Disini kesan tidak hanya dievaluasi
namun juga diberi bobot (mana yang lebih penting). Kemudian pemberian bobot ini
dikombinasikan untuk kemudian kesan dirata-rata.
3) Consistency
Konsistensi berarti satu kesan yang kita miliki tentang seseorang, menentukan kesan
lain yang kita peroleh tentang orang itu. Misalnya, apabila informasi awal yang kita
peroleh tentang seseorang kita nilai positif atau baik maka kesan berikutnya tentang
orang tersebut juga akan dinilai dengan baik secara konsisten, Halo Effecti adalah
salah satu contoh kecenderungan prinsip konsistensi dalam pembentukan kesan.
4) Positivity
Manusia cenderung untuk melihat orang lain dalam hal yang positif. Bias positif ini
merupakan perpanjangan dari keinginan manusia untuk memperoleh pengalaman
yang selalu baik

b) Social Judgement
Ada dua penerapan dari penilaian sosial yaitu:
(1) Personality
Seberapa baguskah seseorang menilai kepribadian orang lain? Pertanyaan ini tidak
mudah untuk dijawab karena sampai saat ini memang belum ada satu ukuran yang
E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |12
Copyright © September 2019

jelas untuk mengukur kepribadian. Model hubungan sosial terhadap persepsi


kepribadian seseorang mengatakan bahwa penilaian yang kita lakukan terhadap orang
lain akan ditentukan oleh tiga hal, yaitu: Anda, orang yang anda nilai dan hubungan
yang terjalin antara anda berdua. Dengan demikian tidak ada penilaian yang objektif
terhadap kepribadian.
(2) Deception
Apakah kita langsung menerima dan mempercayai begitu saja informasi yang kita
peroleh dari dan tentang seseorang? Dalam beberapa penelitian disebutkan bahwa
seorang pengamat yang baik bisa membedakan mana informasi yang tidak benar dan
mana yang benar dari seseorang dengan memperhatikan tanda-tanda dari gesture
daripada ekspresi.

Anda mungkin juga menyukai