B: “Wow keren, lalu rencana kamu mau ngapain tiap hari agar goal itu tercapai?”
A: “Pokoknya ya kurangi makan sama olahraga rutin lah tiap hari. Plus timbang
badan juga, biar termotivasi terus.”
Karena mengurangi makan dan olahraga rutin sama sekali tidak spesifik.
Mengurangi makan 1-2 sendok rasanya tidak bakal mengurangi berat badan,
demikian pula olahraga rutin berjalan santai 10 menit per hari
Menimbang badan merupakan upaya melihat apakah kita sudah mencapai goal atau
belum; dan sama sekali tidak dapat dipengaruhi karena lag measures adalah hasil
dari upaya masa lalu
Berkebalikan 180 derajat dari Lag Measures, Lead Measures justru memiliki dua
karakteristik:
1. Terprediksi, artinya jika Lead Measures bergerak, maka Goal / Lag
Measures akan bergerak pula
2. Dapat dipengaruhi, artinya kita memiliki kontrol sepenuhnya di tangan kita
Misalnya, turun berat badan 5 kilogram pada akhir tahun 2016 adalah Goal (Lag
Measures), sementara berolahraga 30 menit dan berjalan cepat 3 kilometer per-hari
adalah Lead Measures, karena:
1. Terprediksi: jika kita berolahraga 30 menit dan berjalan cepat 3 km setiap hari
sampai akhir tahun 2016, maka turun berat badan 5 kg akan tercapai
2. Dapat dipengaruhi: berolahraga 30 menit dan berjalan cepat 3 km setiap hari
adalah murni keputusan kita
Misalkan kita tinggal di Semarang dan ingin mengadakan perjalanan ke Jakarta
(Goal / Lag Measures). Jarak Semarang – Jakarta adalah 450 km. Jika kita
mengendarai mobil dengan kecepatan rata-rata 60 km/jam, berapa jam waktu yang
dibutuhkan untuk sampai di Jakarta?
Banyak orang, termasuk Anda barangkali, akan menjawab 7.5 jam. Namun
bagaimana bila ternyata rute yang diambil adalah ke arah Timur (arah Surabaya)
atau Selatan (arah Yogyakarta), dan justru bukan ke arah Barat? Tentu tidaklah
mungkin sampai di Jakarta dalam 7.5 jam bukan? Inilah yang saya maksudkan
dengan terprediksi. Tindakan yang dilakukan haruslah selaras dengan tujuan yang
ingin dicapai. Jika dari Semarang ingin ke Jakarta, ya harus menempuh rute
Semarang – Pekalongan – Pemalang – Brebes – masuk tol Cipali – hingga akhirnya
sampai di Jakarta.
Selanjutnya, jika kita menumpang bis umum, dapatkah kita mencapai Jakarta dari
Semarang dalam waktu 7.5 jam? Sulit bukan? Karena kita tidak memiliki pengaruh
atas berjalannya bis umum tersebut. Sopir bis umum biasanya harus menghentikan
bis pada beberapa terminal yang telah ditentukan, juga harus berhenti untuk
menurunkan dan menaikan penumpang, dan lain-lain.
Jadi, dengan dua contoh di atas, kita tentu semakin jelas dengan
syarat Terprediksi dan Dapat Dipengaruhi, bukan?
Bagaimana dengan target penjualan yang harus mencapai 100 juta per-bulan
misalnya? Ok, masih ingat syaratnya Lead Measures? Ya betul, Terprediksi dan
Dapat Dipengaruhi. Kita asumsikan, penjualan 100 juta dapat tercapai jika bisa
menjual produk ke 10 pembeli (alias harga produk adalah Rp 10 juta). Dari statistik
historis penjualan yang kita miliki, diketahui bahwa dari 10x penjelasan produk, ada
3 calon pembeli yang tertarik, dan akhirnya mengerucut ke 1 pembeli. Sehingga
otomatis bisa kita hitung dan prediksikan bahwa kita perlu melakukan 100x
penjelasan produk, di mana akan ada 30 calon pembeli yang tertarik, dan
menghasilkan 10 pembeli. Jika 1 bulan kita bekerja 25 hari, maka kita harus
melakukan 4x penjelasan produk setiap harinya; kalau tidak tercapai, maka target
kita terancam tidak tercapai.
Di artikel ini kita telah belajar bertindak pada Lead Measures:
Pertanyaan penting selanjutnya, kira-kira apa yang dirasakan oleh para pemain
sepakbola itu?
Kebanyakan orang akan menjawab “sama sekali tidak seru!”. Ya, tentu saja.. Mana
mungkin suatu pertandingan bisa menarik bilamana tidak ada scoreboard? Apalagi
bagi pemain, mana mungkin mereka terpacu untuk mati-matian mengejar bola dan
mencetak goal, bila mereka tidak tahu bahwa ternyata mereka
tertinggal goal dari team lawan?
Nah, 4DX Disiplin ke-3 menekankan pentingnya menggunakan Scoreboard yang
memotivasi.
Ada 3 prinsip penting yang harus dimengerti:
1. Kinerja pemain akan jauh berbeda jika menggunakan skor (karena jika tidak
menggunakan skor, itu namanya latihan)
2. Scoreboard untuk pemain sangatlah sederhana, sedangkan scoreboard untuk
pelatih jauh lebih kompleks
3. Penggunaan Scoreboard adalah untuk memotivasi para pemain untuk
menang!
Lalu, apa kriteria / karakteristik Scoreboard yang memotivasi tadi?
Sederhana
Mudah dilihat oleh seluruh anggota team
Sebaiknya menunjukkan baik lead dan lag measurement
Dalam waktu kurang dari 5 detik, harus bisa menunjukkan apakah kita
menang atau kalah
Apa saja yang harus diperhatikan saat membuat Scoreboard tersebut?
Sedapat mungkin libatkan seluruh anggota team dalam
pembuatan Scoreboard, sehingga rasa memiliki Scoreboard akan terbangun
total
Tambahkan nama team, foto seluruh anggota team, slogan, dan hal-hal lain
di Scoreboard yang bisa menggalang kebersamaan team
Tentukan siapa yang bertanggungjawab untuk meng-update
Scoreboard tersebut dan tentukan pula seberapa sering frekuensi update-nya
Di artikel ini kita telah belajar bagaimana menggunakan Scoreboard yang
memotivasi:
Paul J. Meyer
Masih ingat tatkala kita bersama team baru saja melaksanakan rapat menentukan
perencanaan dan target kerja? Minggu pertama, minggu ke dua, minggu ke tiga. Kita
masih rajin untuk melaporkan hasil progress (baca: lead dan lag measures)
di scoreboard kita.
Lalu apa yang terjadi di minggu-minggu berikutnya?
Kita bahkan sudah mulai bosan dan sungkan untuk menanyakan hasil
pelaksanaan lead measures ke anggota team lain, karena selalu mendapatkan
jawaban yang sama: tersenyum tipis dan gelengan kepala.
Nah di sini lah letak pentingnya disiplin ke-4: Menciptakan Irama Accountability.
4DX mengharuskan kita melakukan WIG session, dengan satu tujuan:
membuat team fokus kembali ke WIG walaupun ada sekian banyak kesibukan
(whirlwind) yang melanda setiap harinya. WIG session seharusnya diadakan secara
teratur, minimal seminggu sekali atau lebih sering.
Agenda WIG session dimulai dengan masing-masing anggota team melaporkan
hasil komitmen minggu lalu berikut hasil pencapaiannya.
Lalu WIG session dilanjutkan dengan melakukan review atas scoreboard yang
ada.
Di sini, sang Leader harus jeli dalam tahap melakukan review. Usahakan sedapat
mungkin, seluruh anggota team memperoleh pembelajaran tentang bagaimana
mengulangi dan memperbesar keberhasilan yang dicapai; serta bagaimana
menghindari kegagalan yang terjadi minggu sebelumnya. Juga gunakan
kesempatan ini untuk merayakan keberhasilan atau pencapaian kecil yang berhasil
didapat, untuk memompa semangat semua anggota team.
Dan WIG session diakhiri dengan masing-masing anggota team menyatakan
komitmennya untuk minggu berikutnya. Sang Leader bisa membantu
anggota team untuk memilah-milah komitmen mana yang akan
memberikan impact terbesar bagi pencapaian WIG.
Kunci keberhasilan WIG session adalah:
Sumber : https://hianoto.net/4dx-disiplin-4-menciptakan-irama-accountability.html