Struktur Sastra
Struktur Sastra
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Analisis dalam karya sastra adalah salah satu cara untuk lebih mengenal
karya sastra tersebut. Dengan menganalisa maka peneliti mengetahui makna dari
karya sastra tersebut. Selama ini dalam mengungkapkan analisis makna dalam
karya sastra terutama Novel dilakukan dengan mengkaji Struktur atau unsur-unsur
dalam Novel tersebut.
Adapun penelitian yang akan dibahas adalah sebuah karya sastra yaitu
Novel dengan judul Detektif Sekolah yang bercerita tentang tiga anak SMA yang
tergabung dalam kelompok detektif. Tiga anak SMA ini adalah Tessa, Bams, dan
Momon.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang dan judulnya Penelitian maka permasalahan
dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaiamana Struktur dalam Novel Detektif Sekolah
C. TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui Struktur dalam
novel Detektif Sekolah .
D. Manfaat Penelitan
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Sastra
1. Jenis-jenis sastra
a. Puisi
Puisi adalah sebuah karya sastra yang diuraikan menggunakan diksi
atau kata-kata pilihan, dicirikan dengan pembahasan yang padat namun
indah, biasanya karya puisi secara tidak langsung dapat menimbulkan
kecenderungan dari seseorang untuk mempertajam kesadaranya melalui
bahasa yang memiliki irama dan makna khusus. Contoh dari puisi yaitu
seperti sajak, pantun, balada.
b. Drama
Drama adalah bentuk sastra yang dilukiskan dengan menggunakan
bahasa yang bebas dan panjang, serta disajikan menggunkan dialog atau
monolog. drama ada dua pengertian, yaitu drama dalam bentuk naskah atau
drama yang dipentaskan.
c. Prosa
2) Prosa baru
Prosa baru bersifat dinamis, masyarakatnya sentris, bentuknya
roman, cerpen, novel, kisah, drama, berjejak di dunia yang nyata,
berdasarkan kebenaran dan kenyataan, terutama dipengaruhi oleh
kesusastraan barat, dipengaruhi siapa pengarangnya karena
dinyatakan dengan jelas dan tertulis.
a) Roman
b) Riwayat
c) Kritik
d) Resensi
e) Esai.
f) Cerpen
g) Novel
Novel adalah suatu karya sastra berbentuk prosa naratif yang
panjang, dimana di dalamnya terdapat rangkaian cerita tentang
kehidupan seorang tokoh dan orang-orang di sekitarnya dengan
menonjolkan sifat dan watak dari setiap tokoh dalam novel
tersebut.
Sebuah karya sastra berbentuk novel dapat dikenali dari
beberapa karakteristik yang membedakannya dengan karya
sastra lainnya. Adapun ciri-ciri novel adalah sebagai berikut:
B. TEORI STRUKTURALISME
Teori strukturalisme sastra merupakan sebuah teori pendekatan terhadap
teks-teks sastra yang menekankan keseluruhan relasi antara berbagai unsur teks.
(Istiaisyah, 2013)
Menurut Robert Stanton unsur pokok pembangun karya sastra terbagi
menjadi 3 struktur yaitu: Tema, fakta-fakta cerita, dan Sarana-sarana cerita
(SARININGSIH, 2011)
1. Tema
Tema adalah pesan besar dari suatu karya sastra. Tema dalam
suatu karya sastra bersifat individual sekaligus universal. Tema memberikan
kekuatan dan mjudulersatuaersatuan kejadian-kejadian yang sedang
diceritakan sekaligus mengisahkan kehidupan dalam konteksnya yang
paling umum. Apapun nilai yang terkandung didalamnya, keberadaan tema
diperlukan karenamerupakan bagian penting yang tidak terpisahkan dengan
kenyataann cerita. Tema dapat berwujud satu fakta dari pengalaman
kemanusiaan yang digamabrkan atau dieksplorasikan oleh cerita. Tema
membuat cerita lebih berfokus, menyatu, mengerucut, dan berdampak.
Tema merupakan elemen yang relevan dengan setiap peristiwa dan
detail sebuah cerita (Stanton, 2007:36-37). Tema hendaknya memenuhi
beberapa kriteria: (1) selalu mempertimbangkan berbagai detail menonjol
dalam sebuah cerita, (2) tidak terpengaruh oleh berbagai detail cerita yang
saling berkontradiksi, (3) tidak sepenuhnya bergantung pada bukti-bukti
yang tidak secara jelas diutarakan (4) diujarkan secara jelas oleh cerita
bersangkutan (Stanton, 2007:44-45)
2. Fakta-fakta cerita
Fakta cerita adalah hal-hal yang diceritakan dalam sebuah karya
sastra. Karakter, alur, dan latar merupakan fakta-fakta cerita. Elemen-
elemen ini berfungsi sebagai catatan kejadian imajinatif dari sebuah cerita.
Elemen tersebut dirangkum menjadi satu dengan nama ‘struktur faktual’.
Fakta-fakta cerita terbagi menjadi 3 yaitu:
a. Karakter
Karakter atau penokohan adalah penyajian watak tokoh
dalam karya sastra. karakter biasanya digunakan dalam dua konteks.
Konteks pertama, karakter merujuk pada individu-individu yang
muncul dalam cerita seperti ketika ada orang yang bertanya, “Berapa
karakter yang ada pada cerita itu?”. Konteks kedua, karakter merujuk
pada pencampuran dari berbagai kepentingan, keinginan, emosi, dan
prinsip moral dari individu –individu tersebut (Stanton, 2007:33)
b. Alur
Alur merupakan rangkaian peristiwa-peristiwa yang ada
dalam sebuah cerita, ia juga meupakan tulang punggung cerita.
Berbeda dengan elemen-elemen lain, alur dapat membuktikan
dirinya sendiri meskipun jarang diulas panjang lebar dalam sebuah
analisis. Sebuah cerita tidak akan seutuhnya dimengerti tanpa adanya
pemahaman terhadapp peristiwa-peristiwa yang mempertautkan alur,
hubungan kausalitas, dan keberpengaruhannya.
Dua elemen dasar yang membangun alur adalah konflik dan
klimaks. Konflik utama selalu fundamental, membenturkan sifat-
sifat dan kekuatan-kekuatan tertentu. Konflik semacam inilah yang
inti struktur cerita, pusat yang pada gilirannya akan tumbuh dan
berkembang seiring dengan alur yang terus menerus mengalir.
Sedangkan klimaks adalah saat ketika konflik terasa sangat intens
sehingga ending tidak dapat dihindari lagi. Klimaks merupakan titik
yang mempertemukan kekuatan-kekuatan konflik dan menentukan
bagaimana oposisi tersebut dapat terselesaikan (Stanton, 2007:33)
Jenis-jenis alur:
1) Alur maju adalah alur yang ceritanya ditampilkan secara
kronologis, maju secara runtut dari awal, tengah dan akhir
2) Alur mundur adalah alur yang ceritanya dimulai dengan
penyelesaian lalu kembali kemasa lampau.
3) Alur campuran adalah alur yang diawali dengan klimaks
kemudian melihat kembali kemasa lampau.
c. Latar
Latar adalah lingkungan dan waktu yang melingkupi suasana
terjadinya peristiwa-peristiwa dalam . Semesta yang berinteraksi dan
peristiwa-peristiwa yang sedang berlangsung. Latar dapat berwujud
dekor. Latar juga dapat berwujud waktu-waktu tertentu ( hari, bulan
dan tahun), cuaca, atau satu periode sejarah. Meski tidak langsung
merangkum sang karakter utama, latar juga dapat merangkum
orang-orang yang menjadi dekor dalam cerita ( Stanton, 2007: 35).
Latar memiliki dayak untuk memunculkan tone dan mood
emosional yang melingkupi sang karakter. Tone emosional ini di
sebut dengan istilah atmosfer. Atmosfer bisa jadi merupakan cermin
yang merefleksikan suasana jiwa sang karakter atau sebagai salah
satu bagian dunia yang berada di luar diri sang karakter atau sebagai
salah satu bagian dunia yang berada di luar diri sang karakter
(Stanton, 2007: 36).
3. Sarana-sarana sastra
Sarana-sarana cerita adalah metode untuk memilih dan
menyusun detail detail cerita agar menjadi pola-pola yang bermakna.
Pengarang meleburkan fakta dan tema dengan bantuan ‘sarana-sarana
sastra’ seperti konflik, sudut pandang, simbolisme, ironi, dan sebagainya.
Sarana kesastraan adalah teknik yang dipergunakan oleh pengarang untuk
memilih dan menyusun detil-detil cerita menjadi pola yang bermakna
(Burhan Nurgiyantoro, 2007:25). Sarana-sarana sastra, meliputi:
a. Judul
Judul adalah bagian dari total impresi karangan yang
diciptakan oleh pengarang cerita. Judul dalam suatu karya sastra dapat
mengaju pada sang karakter utama cerita, atau satu latar dalam cerita.
Judul selalu relevan terhadap karya yang diampunya sehingga keduanya
membentuk satu kesatuan. Pendapat ini dapat diterima ketika judul
mengacu pada sang karakter utama atau satu latar tertentu. Akan tetapi
bila judul tersebut mengacu pada satu detail yang tidak menonjol. Judul
semacam ini acap menjadi petunjuk makna cerita bersangkutan.
(Stanton, 2007:51)
b. Sudut Pandang
Sudut pandang adalah pandangan yang digunakan
pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan
berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya sastra.
Pusat kesadaran tempat kita dapat memahami setiap peristiwa dalam
cerita, dinamakan sudut pandang. Dari sisi tujuan sudut pandang terbagi
menjadi empat tipe utama yaitu: (1) orang pertama utama, sang karakter
bercerita dengan kata-katanya sendiri, (2) orang pertama sampingan,
cerita dituturkan oleh satu karakter bukan utama (sampingan) (3) orang
ketiga terbatas, pengarang mengacu pada semua karakter dan
memosisikannya sebagai orang ketiga tetapi hanya menggambarkan apa
yang dapat dilihat, didengar, dan dipikirkan oleh satu orang karakter
saja, (4) orang ketiga-tidak terbatas, pengarang mengacu pada setiap
karakter dan memosisikannya sebagai orang ketiga (Stanton, 2007:53-
54)
c. Gaya dan tone
Gaya adalah cara pengarang menggunakan bahasa. Gaya
dapat berkaitan dengan maksud dan tujuan suatu cerita. Satu elemen
yang amat terkait dengan gaya adalah ‘tone’. Tone adalah sikap
emosional pengarang yang ditampilkan dalam cerita. Dalam sastra,
gaya adalah cara menggunakan bahasa. Meski dua orang pengarang
memakai alur, karakter, dan latar yang sama, hasil tulisan keduanya
bisa sangat berbeda. Perbedaan tersebut secara umum terletak pada
bahasa dan menyebar dalam berbagai aspek seperti kerumitan, ritme,
panjang pendek kalimat, detail, humor, kekonkretan, dan banyaknya
imaji dan metafora. Di samping itu, gaya juga bisa terkait dengan
maksud dan tujuan sebuah cerita. Seorang pengarang mungkin tidak
memilih gaya yang sesuai bagi dirinya akan tetapi gaya tersebut
justru pas dengan tema cerita (Stanton, 2007:63).
d. Simbolisme
Simbolisme merupakan detail-detail yang konkrit dan factual
serta memiliki kemampuan untuk memunculkan gagasan dan emosi
dalam pikiran pembaca (Stanton, 2007:64)
Dalam fiksi, simbolisme dapat memunculkan tiga efek yang
masing-masing bergantung pada bagaimana simbol bersangkutan
digunakan. (1) sebuah simbol yang muncul pada satu kejadian
penting dalam cerita menunjukkan makna peristiwa tersebut. (2)
satu simbolyang ditampilkan berulang-ulang mengingatkan kita
akan beberapa elemen konstan dalam semesta cerita. (3) sebuah
simbol yang muncul pada konteks yang berbeda-beda akan
membantu kita menemukan tema (Stanton, 2007:64-65).
e. Ironi
Ironi dimaksudkan sebagai cara untuk menunjukkan bahwa
sesuatu berlawanan dengan apa yang diduga sebelumnya (Stanton,
2007:71).
Dalam dunia fiksi, ada dua jenis ironi yang dikenal luas yaitu
ironi dramatis dan tone tone ironis. Ironi dramatis atau ironi alur dan
situasi biasanya muncul melalui kontras diametric antara maksud
dan tujuan seorang karakter dengan hasilnya atau antara harapan
dengan apa yang sebenarnya terjadi. Sedangkan tone ironis atau
ironi verbal digunakan untuk menyebut cara berekspresi yang
mengungkapkan makna dengan cara berkebalikan (Stanton,2007:7
C. KERANGKA PIKIR
Penelitian terhadap Antologi Cerpen “Sayap Anjing” menggunakan
teori Strukturalisme Robert Stanton. Alasan pemilihan teori tersebut karena
peneliti hanya menganalisis unsur intrinsiknya saja, jadi peneliti hanya berpijak
pada struktur karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur diluar karya sastra itu tidak
akan dibahas
Kerangka pikir yang akan digunakan untuk menganalisis antologi
cerpen Sayap Anjing adalah sebagai berikut:
1. Membaca dan memahami dengan cermat dan teliti terhadap antologi
Cerpen Sayap Anjing. Dalam proses pembacaan ini ditemukan unsur-
unsur pokok pembangun karya sastra.
2. Menemukan permasalahan yang terdapat dalam antologi cerpen sayap
anjing, kemudian merumuskan permasalahan tersebut. Permasalahan
dalam penelitian ini adalah mencari unsur pokok pembangun karya
sastra atau unsur intrinsiknya.
3. Menentukan teori yang digunakan untuk menganalisis yaitu teori
Robert Stanton yang meliputi fakta-fakta cerita, Tema, dan sarana-
sarana sastra.
4. Analisis permasalahan dengan cara memaparkan, menunjukkan, serta
menjelaskan yang disertai dengan kutipan-kutipan pendukung.
5. Simpulan, disajikan pemaknaan penelitian secara terpadu terhadap
semua hasil penelitian yang telah diperoleh.
Sastra
Prosa
Puisi Drama
Novel
Strukturalisme sastra
(Robert Stanton)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian kualitatif karena Penelitian kualitatif adalah penelitian tentang riset
yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis. Proses dan makna
(perspektif subjek) lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Landasan teori
dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di
lapangan. Selain itu landasan teori ini juga bermanfaat untuk memberikan
gambaran umum tentang latar penelitian dan sebagai bahan pembahasan hasil
penelitian. Hal ini diperkuat oleh pendapat Bogdan dan Taylor (dalam Moleong
2003:3)
B. Data dan Sumber Data
a. Data
b. Sumber Data
Sumber data pada penelitian ini berasal dari buku novel “Detektif
sekolah” dengan jumlah halaman 216 dan dari internet yang berkaitan
dengan topik penelitian.
A. Hasil penelitian
1. Tema
Tema yang terdapat pada “detektif sekolah” adalah:
a. Tema percintaan
“intinya, apakah mila mau jadi pacar saya?
“bagi Momon ini adalah momen sempurna. Liburan, pulau tidung
yang indah, ditambah Jessie.
b. Tema persahabatan
2. Fakta-fakta cerita
a. Tokoh dan penokohan
1) Tessa adalah gadis yang pintar
“ngelihat lo yang tiap hari gaul ama buku-buku, dan juga nilai
rapor lo yang di atas rata-rata, menurut gue ngga susah untuk
memeriksa gorengan mana yang cocok dengan noda minyak di
surat itu”
2) Bambang sulistya (Bams) adalah anak yang kritis
“ kita bikin pensi ini sebagai rangkaian kegiatan sehingga kita
bisa dapetin banyak sponsor. Ngga usah pake cara primitif
dengan minta-minta di pinggir jalan.”
3) Momon adalah anak yang gemuk, lucu dan anak yang sabar.
“Mon, tolong ambilin bolanya!” “Mon, itu air minumnya ada
yang tumpah, bersihin gih! Mon, beliin makanan ya! Jadi, pas
kita-kita udah selesai maen, biar bisa langsung makan”
4) Mila adalah gadis cantik yang baik hati
“tapi aku Cuma anak penjual ikan di pasar. Aku ngga bersih
seperti teman-teman yang lain,aku bau amis”.
5) Jessie adalah gadis culun yang penurut
“dan mungkin saatnya sekarang untuk membalas kebaikan
papi”.
Bagian 15:
Tempat: jembatan Cinta waktu: Sore karakter: Trio detektif, pak
kades, om bram dan jessie.
Sesampainya dijembatan cinta trio detektif dan rombongan lainnya
memarkirkan sepedanya untuk berjalan menuju pinggir laut tempat
jessie berada. Setibanya di sana Om Bram langsung memeluk
anaknya dan mengatakan bahwa dia akan membatalkan
pertunangan anaknya jika Jessi tidak mau bertunangan.
Bagian 16:
Tempat: dermaga. Waktu: sore. Karakter: Bams, Tessa, Om bram,
Momon dan Jessie.
Sore itu terlihat detektif TBS, Jessie dan om Bram berdiri di dekat
dermaga untuk menyambut kedatangan calon tunangan Jessie yang
akan ditolak. Orang yang pertama mereka lihat adalah pasangan
berumur dengan setelan resmi. Om bram pun menjabat tangan
keduanya. Om bram pun bertanya tentang Calon tunangan jessie.
Dan orang itu menunjuk pemuda yang baru keluar dari kapal.
Melihat pemuda itu jessie pun meminta izin ke papinya untu balik
ke kamar karena mau berdandan. Om bram kaget dan Jessie
langsung mengatakan bahwa Jessie mau tunangan.
c. Latar
Latar Kutipan
Latar waktu :
Sore “kalimat serangan itu keluar dari mulut
peserta rapat osis di sebuah sore”.
1. Latar tempat
Taman belakang sekolah “tessa memang sengaja tidak pulang ke
rumah agar bisa menyelesaikan
membaca novel itu, dia ingin
menamatkannya di taman belakang
sekolah”.
3. Unsur-unsur cerita
a. Judul
Judul novelnya yaitu “detektif sekolah”. Novel ini adalah karya dari
Dimas Abi.
b. Sudut pandang
pada novel “detektif sekolah” yaitu sudut pandang orang ketiga.
Kutipan: Bams adalah seorang pelajar biasa yang terlalu kritis
sehingga tidak mendapat posisi strategis apa pun dalam kepanitaan,
Cuma anggota tim keamanan. “kita bikin pensi ini sebagai rangkaian
kegiatan sehingga kita bisa dapetin banyak sponsor. Ngga usah pake
cara primitive dengan minta-minta di pinggir jalan” lanjutnya. Sang
ketupat hanya menjawabnya dengan satu kata “ribet”.
Kutipan : “Novel ini keren banget!” mata Tessa berbinar-binar seperti
menemukan harta karun.
Kutipan: waktu kelas satu, dia melamar untuk posisis center, yang
bertugas menyerang dan bertahan di daerah dekat ring. Hal ini sangat
cocok dengan badannya yang sebesar Gorilla
Ragunan. Sayangnya, Momon jatuh pingsan setelah lari satu putaran.
c. Gaya
B. Pembahasan
1. Tema
a. Tema percintaan
b. Tema persahabatan
2. Fakta-fakta cerita
a. Tokoh dan penokohan
1) Tessa
2) Bambang (bams)
Bams dalam novel Sayap Anjing digambarkan sebagai anak yang
baik dan juga kritis, terbukti pada Kutipan berikut: “ kita bikin
pensi ini sebagai rangkaian kegiatan sehingga kita bisa dapetin
banyak sponsor. Ngga usah pake cara primitif dengan minta-minta
di pinggir jalan.”
Kutipan di atas membuktikan bahwa Bambang adalah anak yang
kritis karena Bams berfikir secara cerdas, dan relevan dengan
segala permasalahan yang sedang mereka dihadapi.
3) Momon
9) Marko
Marko dalam novel Detektif Sekolah digambarkan sebagai
ketua osis yang memiliki kepintaran dibawah rata-rata hal itu
terbukti pada percakapan antara Bams dan dirinya.
“Bams: konsepnya gimana?. Marko : konsepnya…yah lomba
nyanyi dangdut! Jadi ada beberapa peserta dan kita lombakan.
Namanya juga lomba. Bams: gue cukup tahu defenisi lomba tanpa
melihat Kamus Besar Bahasa Indonesia. Yang gue maksud adalah
apa yang lo mau jual dari kegiatan ini?. Marko: benar juga lo,
Bams. Apa ya?”
Dalam percakapan di atas membuktikan bahwa Bams lebih bisa
jadi Ketua Osis dibanding Marko.
10) Ketupat
Ketupat dalam novel Detektif Sekolah digambarkan sebagai
orang yang tidak menghargai pendapat orang lain. Hal ini
terbukti ketika Bams memberikan usulan yang Bagus tapi ditolak
oleh sang ketupat dengan satu kata "ribet".
b. Alur
Alur dalam novel Detektif Sekolah yaitu alur maju. Alur novel
Detektif Sekolah terdiri dari 3 bagian. Alur Detektif sekolah dapat
digambarkan sebagai berikut:
1) Perkenalan tokoh
Bagian 1:
Bagian 2:
Bagian 3:
Bagian 1:
Bagian 2:
Bagian 3:
Bagian 4:
Bagian 5:
Bagian 6:
Bagian 7:
Bagian 8:
Bams dan Momon saling curhat mengapa mereka keluar dari Osis
dan Tim Basket.
Bagian 9:
Bagian 10:
Bagian 10:
Bagian 11:
Bagian 12:
Bagian 11:
Bagian: 12
Bagian 13:
Bagian: 14:
Bagian 15:
Tempat: Muara angke. waktu: siang. Karakter: Tessa, Momon, dan
Bams.
Bagian 16:
Bagian 17:
3) Case 2:
Bagian 1:
Bagian 2:
Bagian 3:
Bagian 3:
Bagian 4:
Bagian 5:
Bagian 6:
Bagian 7:
Bagian 8:
Tempat: tepi pantai. Waktu: pagi. Karakter: Jessie dan trio detektif.
Bagian 9:
Bagian 10:
Bagian 11:
Bagian 12:
Bagian 13:
Bagian 15:
Bagian 16:
“Sore itu terlihat detektif TBS, Jessie dan om Bram berdiri di dekat
dermaga untuk menyambut kedatangan calon tunangan Jessie yang
akan ditolak. Orang yang pertama mereka lihat adalah pasangan
berumur dengan setelan resmi. Om bram pun menjabat tangan
keduanya. Om bram pun bertanya tentang Calon tunangan jessie.
Dan orang itu menunjuk pemuda yang baru keluar dari kapal.
Melihat pemuda itu jessie pun meminta izin ke papinya untu balik
ke kamar karena mau berdandan. Om bram kaget dan Jessie
langsung mengatakan bahwa Jessie mau tunangan.”
Alur Dalam Novel Detektif Sekolah adalah Alur Maju karena jalan
ceritanya berurutan dari awal sampai akhir cerita.
3. Unsur-unsur cerita
1. Judul
Judul novel yaitu “Detetktif sekolah” . detektif sekolah merupakan
karya dari Dimas Abi yang menceritakan tentang Tiga anak SMA
yang tergabung dalam kelompok Detektif Sekolah. Pengarang
memberikan judul “Detektif Sekolah” dengan tujuan agar menarik
para pembaca. Ketika kita mendengar judul tersebut maka secara
otomatis kita akan penasaran untuk membacanya. Mengapa harus
Detektif Sekolah? Mengapa ada yang namanya Detektif sekolah?
Mengapa tidak yang lain?. Judul “detektif sekolah” diambil karena
di dalam cerita banyak berhubungan tentang penyelidikan yang
dilakukan tiga Detektif yang masih anak SMA.
2. Sudut pandang
Novel “detektif sekolah” menggunakan sudut pandang orang
ketiga. Dari sudut pandang ini pengarang dapat menceritakan apa
saja hal-hal yang menyangkut tokoh,
Seperti pada kutipan berikut:
Kutipan: Bams adalah seorang pelajar biasa yang terlalu kritis
sehingga tidak mendapat posisi strategis apa pun dalam kepanitaan,
Cuma anggota tim keamanan. “kita bikin pensi ini sebagai
rangkaian kegiatan sehingga kita bisa dapetin banyak sponsor.
Ngga usah pake cara primitive dengan minta-minta di pinggir
jalan” lanjutnya. Sang ketupat hanya menjawabnya dengan satu
kata “ribet”.
Kutipan : “Novel ini keren banget!” mata Tessa berbinar-binar
seperti menemukan harta karun.
Kutipan: waktu kelas satu, dia melamar untuk posisis center, yang
bertugas menyerang dan bertahan di daerah dekat ring. Hal ini
sangat cocok dengan badannya yang sebesar Gorilla Ragunan.
Sayangnya, Momon jatuh pingsan setelah lari satu putaran.
Dalam kutipan di atas dapat dilihat bahwa pengarang
mengetahui berbagai hal tentang tokoh, peristiwa, dan tindakan.
Pengarang bebas bergerak dan menceritakan apa saja dalam
lingkup waktu dan tempat cerita, berpindah dari tokoh Bams, ke
tokoh Tessa dan sebagainya.
3. Gaya
4. Simbolisme
Dalam novel Detektif Sekolah terdapat simbolisme pada kutipan
“Hingga tampaklah sesosok gorilla,ehm Momon”
Kutipan di atas adalah simbolisme yang di mana penulis
menyamakan Momon dengan seekor serigala karena Momon
berbadan gemuk.
5. Ironi
Dalam novel Detektif sekolah terdapat Ironi seperti pada kutipan
berikut: "cocok aja kalo misalnya ternyata admirer si Mila itu
tampan. Kan Mila cantik". Kutipan tersebut menunjukkan
persamaan fisik antara Mila dan cowok yang dimaksud. Dalam
realita kehidupan di masyarakat hal itu sudah biasa terjadi. Di
mana masyarakat perpendapat bahwa gadis cantik pasangannya
pria tampan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dan penelitian yang telah dilakukan dalam Novel
Detektif Sekolah, maka dapat diambil kesimpulan bahwa hasil analisis struktural
novel Detektif Sekolah karya Dimas Abi memiliki dua tema yaitu tentang
persahabatan Tiga detektif sekolah yang awalnya hanya menjadi rekan biasa dan
tema percintaan.
Tokoh dan penokohan yang terdapat dalam Novel Detektif Sekolah yaitu
tokoh utama yakni Tessa, Bams, dan Momon (tiga detektif). Latar yang tersajikan
dalam novel Sayap Anjing menggunakan latar waktu dan latar tempat. Alur dalam
novel Detektif Sekolah yaitu alur maju karena jalan cerita berurutan mulai dari
awal sampai akhir cerita
Sudut pandang dalam novel Sayap Anjing yaitu sudut pandang orang ketiga.
Gaya bahasa yang mendominasi Detektif sekolah yaitu Gaya bahasa anak Jakarta.
Dalam Novel Detektif Sekolah juga terdapat simbolisem dan Ironi.
B. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan peneliti berkenaan dengan penelitian
terhadap Novel Detektif Sekolah dengan pendekatan Strukturalisme yaitu sebagai
berikut:
1. Peneliti berharap agar penelitian ini mampu memberikan semangat
baru bagi peneliti selanjutnya untuk turut mengembangkan analisis
terhadap karya sastra yang berbeda.
2. Novel Detektif Sekolah masih menarik untuk diteliti dari berbagai
kajian karena peneliti yakin masih banyak permasalaahan yang belum
terungkap.
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, Amal dan Harifin H. (2018). Representasi Generasi Pada Novel Taman
sunyi sekala karya Aida Vyasa. Retrieved juli 16, 2019, from http://osf.io/
preprints/inarxiv/yq523/.
hasansadili. (2009, Oktober 3). Pengertian Sastra Secara Umum dan Menurut Para
Ahli. Diambil 8 April 2019, dari Asem Manis website:
https://asemmanis.wordpress.com/2009/10/03/pengertian-sastra-secara-
umum-dan-menurut-para-ahli/
Istiaisyah. (2013, Februari 26). Sastra Indonesia: Teori Sastra Strukturalisme.
Diambil 24 April 2019, dari Sastra Indonesia website:
http://iissitiaisyahinfo.blogspot.com/2013/02/teori-sastra-
strukturalisme.html
Kurniawan, A. (2019, April 5). Sastra : Pengertian, Sejarah, Jenis, Fungsi, Ciri
Dan Unsur Sastra. Diambil 22 April 2019, dari GuruPendidikan.Com
website: https://www.gurupendidikan.co.id/sastra/
Prawiro, M. (2018, November 21). Pengertian NOVEL adalah: Ciri-Ciri, Unsur,
Struktur, dan Jenis Novel. Diambil 18 Juli 2019, dari Pengertian dan
Definisi Istilah website:
https://www.maxmanroe.com/vid/umum/pengertian-novel.html
SARININGSIH, S. (2011). ADAPTASI FILM KE NOVEL BROWNIES:
ANALISIS STRUKTURALISME ROBERT STANTON (Other,
UNIVERSITAS SEBELAS MARET). Diambil dari
https://eprints.uns.ac.id/8966/