Anda di halaman 1dari 21

Senin, 17 Mei 2021

RMK TEORI PASAR MODAL

KEJAHATAN DI PASAR MODAL

Oleh :

Kelompok 12

Ni Made Putri Udiyani (1907531223)

Ni Komang Ayu Widya Sari (1907531229)

Kelas A2

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2021
PEMBAHASAN

Salah satu prinsip dalam pasar modal adalah keterbukaan (disclosure). Prinsip ini bertujuan
untuk melindungi masyarakat pembeli saham (investor). Penyimpangan dari prinsip keterbukaan
tersebut, misalnya jual beli saham berdasarkan informasi orang dalam. Pelaanggaran yang lainnya
dapat berupa penyimpangan penggunaan dana dari yang tercantum dalam prospectus, melakukan
“window dressing” atas laporan keuangan dan sebagainya.

Dengan semakin berkembangnya kegiatan ekonomi dalam suatu masyarakat terdapat


kecenderungan bahwa tingkat dan ragam kejahatan pun akan cenderung meningkat. Istilah kejahatan
juga dikenal di pasar modal. Kejahatan pasar modal dikarenakan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi serta kemoderenan dunia maya sepert internet, dan lain sebagainya. Pasar modal juga
membuat definisi tersendiri yang termasuk ke dalam kategori kejahatan Pasar Modal. Tindak pidana
di bidang Pasar Modal mempunyai karakteristik yang khas, yaitu antara lain adalah “barang” yang
menjadi obyek dari tindak pidana adalah informasi, selain itu pelaku tindak pidana tersebut bukanlah
mengandalkan kemampuan fisik seperti halnya pencurian atau perampokan mobil, akan tetapi lebih
mengandalkan pada kemampuan untuk membaca situasi pasar serta memanfaatkannya untuk
kepentingan pribadi. Tindak Pidana Pasar Modal merupakan aktifitasnya (tindak pidananya) terkait
langsung dalam ruang lingkup definisi Pasar Modal Pasal 1 angka 13 Undang- Undang Pasar Modal
No 8 Tahun 1995 (UUPM).
Melalui UUPM, maka dapat kita lihat bersama kategori kejahatan Pasar Modal pada Bab XI
tentang penipuan, manipulasi pasar dan perdagangan orang dalam, mulai dari pasal 90 sampai dengan
pasal 99. Yang dapat di bagi menjadi 3 (tiga) kategori kejahatan Pasar Modal beserta unsur –
unsurnya, yaitu Penipuan, Manipulasi Pasar, dan Perdagangan Orang Dalam. Selain itu, perdagangan
porsi asing juga termasuk ke dalam kejahatan di pasar modal. Keempat kategori tersebut akan dibahas
lebih lanjut dalam penjelasan dibawah ini.

A. PENIPUAN (Fraud)
Pada pasal 90 UUPM, mengatur secara implisit jenis kejahatan Pasar Modal yaitu penipuan.
Pengertian penipuan pasar modal adalah apabila terjadi misrepresentation dan informasi itu masuk ke
pasar secara cepat merubah harga suatu saham atau dengan kata lain informasi tersebut salah. (Bismar
Nasution)

Unsur-Unsur Penipuan

No Unsur
Penjelasan
1 Setiap pihak; Berdasarkan pasal 1 angka 23 UUPM, pihak yang dimaksud
adalah:
1) Orang perseorangan,
2) perusahaan,
3) usaha bersama,
4) asosiasi,
5) kelompok yang terorganisasi

2 Menipu atau Berdasarkan Pasal 378 Kitab Undang-undang Hukum Pidana


menggelabui pihak (KUHP), dijelaskan bahwa penipuan adalah tindakan untuk
lain atau turut serta menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan cara:
menipu atau turut a.Melawan hukum
serta mengelabui b.Memakai nama palsu atau martabat palsu
pihak lain dengan c.Tipu muslihat
menggunakan sarana d.Rangkaian kebohongan
ataupun cara apapun. e.Membujuk orang lain untuk menyerahkan sesuatu barang
padanya, atau supaya memberi utang atau menghapuskan
piutang.
Dengan tetap memperhatikan ketentuan yang diatur dalam KUH
Pidana, UUPM memberikan beberapa spesifikasi mengenai
penipuan, yaitu terbatas dalam kegiatan perdagangan efek,
meliputi penawaran, pembelian dan atau penjualan efek yang
terjadi didalam rangka penawaran umum atau terjadi dibursa efek
maupun diluar bursa efek atas efek emiten atau perusahaan publik.
4 Membuat pernyataan ➢ Informasi atau Fakta Material adalah informasi atau fakta
tidak benar tentang penting dan relevan mengenai peristiwa, kejadian, atau fakta
fakta material atau yang dapat mempengaruhi harga efek pada Bursa Efek dan atau
tidak mengungkapkan keputusan pemodal, calon pemodal, atau Pihak lain yang
fakta material; berkepentingan atas informasi atau fakta tersebut.

➢ Informasi atau Fakta Materil yang diperkirakan dapat


mempengaruhi efek atau keputusan investasi pemodal dapat
dilihat dalam Pasal 6 Peraturan OJK No. 31 /POJK.04/2015
tentang Keterbukaan atas Informasi atau Fakta Material Oleh
Emiten atau Perusahaan Publik, yaitu:

1) Penggabungan usaha, pemisahan usaha, peleburan usaha,


atau pembentukan usaha patungan;
2) Pengajuan tawaran untuk pembelian Efek perusahaan lain;
3) Pembelian atau penjualan saham perusahaan yang nilainya
material;
4) Pemecahan saham atau penggabungan saham;
5) Pembagian dividen interim;
6) Penghapusan pencatatan dan pencatatan kembali saham di
Bursa Efek;
7) Pendapatan berupa dividen yang luar biasa sifatnya;
8) Perolehan atau kehilangan kontrak penting;
9) Penemuan baru atau produk baru yang memberi nilai
tambah bagi perusahaan;
10) Penjualan tambahan Efek kepada masyarakat atau secara
terbatas yang material jumlahnya;
11) Perubahan dalam pengendalian baik langsung maupun tidak
langsung terhadap Emiten atau Perusahaan Publik;
12) Perubahan anggota Direksi dan/atau anggota Dewan
Komisaris
13) Pembelian kembali atau pembayaran Efek Bersifat Utang
dan/ atau Sukuk;
14) Pembelian atau penjualan aset yang sifatnya penting;
15) Perselisihan tenaga kerja yang dapat mengganggu
operasional perusahaan;
16) Perkara hukum terhadap Emiten atau Perusahaan Publik
dan/atau anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris
Emiten atau Perusahaan Publik yang berdampak material;
17) Penggantian Akuntan yang sedang diberi tugas mengaudit
Emiten atau Perusahaan Publik;
18) Penggantian Wali Amanat;
19) Penggantian Biro Administrasi Efek;
20) Perubahan tahun buku Emiten atau Perusahaan Publik;
21) Perubahan penggunaan mata uang pelaporan dalam laporan
keuangan;
22) Emiten atau Perusahaan Publik berada dalam pengawasan
khusus dari regulator terkait yang dapat mempengaruhi
kelangsungan usaha Emiten atau Perusahaan Publik;
23) Pembatasan kegiatan usaha Emiten atau Perusahaan Publik
oleh regulator terkait;
24) Perubahan atau tidak tercapainya proyeksi keuangan yang
telah dipublikasikan, secara material;
25) Adanya kejadian yang akan menyebabkan bertambahnya
kewajiban keuangan atau menurunnya pendapatan Emiten
atau Perusahaan Publik secara material;
26) Restrukturisasi utang;
27) Penghentian atau penutupan sebagian atau seluruh segmen
usaha;
28) Dampak yang bersifat material terhadap Emiten atau
Perusahaan Publik karena kejadian yang bersifat memaksa;
29) Informasi atau Fakta Material lainnya.

B. Manipulasi Pasar (Market Manipulation)

Tindakan memanipulasi pasar adalah merupakan serangkaian tindakan yang maksudnya untuk
menciptakan gambaran yang keliru dan menyesatkan tentang adanya perdagangan yang aktif,
keadaan pasar, atau harga dari satu efek di bursa efek, melakukan jual beli yang tidak
mengakibatkan terjadinya perubahan pemilik penerima manfaat, atau transaksi semu.
Beberapa macam tindakan yang dapat digolongkan tindak pidana manipulasi pasar versi
UUPM adalah sebagai berikut: (Munir Fuady)

a) Menciptakan gambaran pasar modal yang semu. Antara lain dengan jalan:
1) Melakukan transaksi efek yang tidak mengakibatkan perubahan pemilikan, atau
2) Melakukan penawaran jual atau penawaran beli efek pada harga tertentu, sedangkan
pihak lain yang merupakan sekongkolannya juga melakukan penawaran beli atau
penawaran jual pada harga yang kurang lebih sama (vide Pasal 91 UUPM)

b) Melakukan dua atau lebih transaksi efek di Bursa Efek sehingga menyebabkan harga
efek tetap, naik atau turun, dengan tujuan agar pihak lain terpengaruh untuk membeli,
menjual atau menahan efek tersebut. Akibatnya, harga efek tersebut tidak berdasarkan
pada permintaan jual atau beli yang sesungguhnya. (vide: Pasal 92 UUPM)

c) Membuat pernyataan atau memberi keterangan yang secara material tidak benar, yang
dapat mempengaruhi pihak lain untuk membeli atau menjual efek.

Namun di dalam penjelasan pasal 94 UUPM, memberikan batasan bahwa suatu tindakan yang
dilarang pada pasal 91 dan 92 UUPM tersebut menjadi tindakan yang tidak terlarang yang
berupa:
a. stabilisasi harga efek dalam rangka Penawaran Umum sepanjang hal tersebut
dicantumkan dalam Prospektus; dan
b. penjualan dan pembelian efek oleh Perusahaan Efek selaku pembentuk pasar untuk
rekeningnya.

1. Unsur-Unsur Manipulasi Pasar

No Unsur Penjelasan
1 Setiap pihak baik sendiri Berdasarkan pasal 1 angka 23 UUPM, pihak yang dimaksud
maupun bersama – sama adalah:
dengan pihak lain 1) Orang perseorangan,
2) perusahaan,
3) usaha bersama,
4) asosiasi,
5) kelompok yang terorganisasi
2 Dilarang melakukan Masyarakat pemodal sangat memerlukan informasi mengenai
tindakan atau kegiatan perdagangan, keadaan pasar, atau harga Efek di Bursa
melakukan Efek yang tercermin dari kekuatan penawaran jual dan
2 (dua) transaksi Efek penawaran beli Efek sebagai dasar untuk mengambil keputusan
atau lebih, baik langsung investasi dalam Efek.
maupun tidak langsung;
dengan tujuan untuk Sehubungan dengan itu, ketentuan ini melarang adanya tindakan
menciptakan gambaran yang dapat menciptakan gambaran semu mengenai kegiatan
semu atau menyesatkan perdagangan, keadaan pasar, atau harga Efek, antara lain:
mengenai kegiatan
perdagangan, keadaan a. melakukan transaksi Efek yang tidak mengakibatkan
pasar, atau harga Efek perubahan pemilikan; atau
diBursa Efek. Atau b. melakukan penawaran jual atau penawaran beli Efek pada
dengan tujuan harga tertentu, dimana Pihak tersebut juga telah
menyebabkan harga bersekongkol dengan Pihak lain yang melakukan penawaran
Efek di Bursa Efek beli atau penawaran jual Efek yang sama pada harga yang
tetap, naik, atau turun kurang lebih sama.
dengan tujuan c. melakukan serangkaian transaksi Efek sehingga menciptakan
mempengaruhi Pihak harga Efek yang semu di Bursa Efek karena tidak didasarkan
lain untuk membeli, pada kekuatan permintaan jual atau beli Efek yang
menjual, atau menahan sebenarnya dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau
Pihak lain

2. Pola Manipulasi Pasar


a. Menyebarluaskan informasi palsu mengenai emiten dengan tujuan untuk mempengaruhi harga
efek perusahaan yang dimaksud dibursa efek (false information). Misalnya suatu pihak
menyebarkan rumor bahwa emiten A akan segera dilikuidasi, pasar merespon yang
menyebabkan harga efeknya jatuh tajam.
b. Menyebarluaskan informasi yang menyesatkan atau informasi yang tidak lengkap (miss
information). Misalnya suatu pihak menyebarkan rumor bahwa emiten A tidak termasuk
perusahaan yang akan dilikuidasi oleh pemerintah, padahal emiten A termasuk yang diambil
alih oleh pemerintah.
c. Harga efek dipasar modal sangat sensitive terhadap suatu peristiwa dan informasi yang
berkaitan, baik secara langsung atau tidak dengan efek tersebut. Informasi merupakan pedoman
pokok para pemodal untuk mengambil keputusan terhadap suatu efek. Jika informasi tersebut
tidak dilindungi oleh hukum sebagai informasi yang benar, maka bagaimana kegiatan
perdagangan pasar modal bisa berjalan. Informasi yang merupakan rumor yang dihembuskan
oleh pihak tertentu dapat menimbulkan dampak pada pasar, akibatnya harga efek bisa naik atau
turun. Begitu informasi mendapatkan konfirmasi bahwa informasi itu benar, maka gejolak pasar
akan terhenti, pasar berjalan normal kembali. Namun, pada saat fluktuasi terjadi pihak yang
menghembuskan informasi (penipu) menangguk keuntungan. Bagi investor yang tidak berhati-
hati menganalisis informasi maka akan terjebak oleh harga semua yang berujung pada kerugian.

3. Kegiatan yang digolongkan sebagai manipulasi pasar

1. Marking the close

Definisinya yaitu merekayasa harga permintaan atau penawaran efek pada saat atau mendekati
saat penutupan perdagangan dengan tujuan membentuk harga efek atau harga pembukaan yang
lebih tinggi pada hari perdagangan berikutnya.
Misalnya, Sesi perdagangan efek di Bursa Efek Jakarta berakhir pada jam 16.00. pada jam
15.55 harga pasar dari saham PT X sebesar Rp. 1000. Mr. A yang merupakan pemegang saham
PT X dan menjadi nasabah pada perusahaan efek B dan perusahaan efek C menginginkan harga
pembukaan pada periode perdagangan hari berikutnya naik (diatas 1000). Kemudian Mr. A
menghubungi broker pada perusahaan efek B untuk menjual saham pada PT X pada harga Rp.
1.200. pada saat yang sama Mr. A juga memberikan perintah pada broker perusahaan efek C
untuk membeli saham PT X pada harga Rp. 1.200, sehingga terjadi matching antara broker B
dan C yang mengakibatkan harga pasar atas saham A akan naik menjadi Rp. 1.200 pada akhir
periode perdagangan. Harga pada akhir periode perdagangan ini akan dijadikan sebagai harga
pembukaan pada sesi perdagangan hari berikutnya.

2. Painting the tape


Definisinya yaitu kegiatan perdagangan antara rekening efek satu dengan rekening efek lain
yang masih berada dalam penguasaan satu pihak atau mempunyai keteraitan sedemikian rupa
sehingga tercipta perdagangan semu. Pada dasarnya painting the tape mempunyai kemiripan
dengan marking the close, namun ia dapat dilakukan setiap saat.

Misalnya, Mr. A memiliki saham PT X dalam jumlah besar, selain itu dia juga menjadi
nasabah pada perusahaan efek B dan perusahaan efek C, Mr A menginginkan harga sahamPT
X dari Rp. 1.000 naik menjadi Rp. 1.200. Kemudian Mr. A menghubungi broker pada
perusahaan efek B untuk menjual saham pada PT X pada harga Rp. 1.100. pada saat yang sama
Mr. A juga memberikan perintah pada broker perusahaan efek C untuk membeli saham PT X
pada harga Rp. 1.100, sehingga terjadi matching antara broker B dan C yang mengakibatkan
harga pasar atas saham A akan naik menjadi Rp. 1.100. Hal ini dilakukan berulang-ulang
sehingga sedikit demi sedikit harga naik hingga mencapai Rp. 1.200. setelah mendapat harga
yang dikehendaki barulah Mr. A melakukan jual beli yang sesungguhnya (yang berakibat
beralihnya kepemilikan saham).

3. Pembentukan harga berkaitan dengan merger, konsolidasi dan akuisisi


Dalam pasal 55 UU No. 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas, ditentukan bahwa pemegang
saham yang tidak menyetujui rencana merger, konsolidasi dan akuisisi berhak meminta pada
perseroan untuk membeli saham dengan harga yang wajar. Pemegang saham dapat
memanfaatkan ketentuan ini untuk kepentingan pribadi melalui manipulasi pasar dengan
skenario sebagai berikut:

Misalnya, Mr. A sebagai pemegang saham PT X (listed company) dimana PT X akan melakukan
merger dengan PT Y. harga saham PT X sebelum adanya rencana merger sebesar Rp. 1.000, Mr.
A tidak menyetujuai adanya merger sehingga Mr. A berusaha untuk menaikkan harga dengan
harapan akan dibeli oleh perusahaan pada harga yang lebih tinggi.

4. Cornerning The Market


Yaitu membeli efek dalam jumlah besar sehingga dapat menguasai pasar (menyudutkan pasar).
Praktik ini dapat dilakukan dengan cara short selling, yaitu menjual efek dimanapihak
penjual belum memiliki efeknya. Sering concerning dilakukan dengan cara terlebih dahulu
malakukan penjualan dengan tidak memiliki efek (short selling), dengan cara meminjamkan
efek dari concerning kepada pelaku short selling, tatapi kemudian menarik kembali saham dalam
pinjaman tersebutsehingga pelaku short selling harus mencarinya di pasar. Hal ini dapat
dilakukan karena BEJ menetapkan jangka waktu penyelesaian transaksi T+3 (penjual wajib
menyerahkan efeknya pada hari ketiga setelah transaksi). Jika penjual gagal menyerahkan efek
pada T+3, maka yang bersangkutan harus membeli efek tersebut dipasar tunai yang biasanya
lebih mahal dari pada pasar regular.

Misalnya: Mr. T, ia dapat mengambil keuntungan dari situasi tersebut dengan melakukan
concerning the market, yaitu membeli dalam jumlah besar efek tertentu dan menahannya
sehingga akan banyak penjual yang mengalami gagal serah efek dan terpaksa membeli dipasar
tunai yang sudah dikuasai oleh Mr. T tadi.

5. Pools (Pump-pump Manipulation)


Pools merupakan perhimpunan dana dalam jumlah besar oleh sekelompok investor dimana dana
tersebut dikelola oleh broker atau seseorang yang memahami kondisi pasar. Manager dari pools
tersebut membeli saham suatu perusahaan dan menjualnya kepada anggota kelompok investor
tersebut untuk mendorong frekuensi jual beli efek sehingga dapat meningkatkan harga efek
tersebut.

Mr. A, Mr. B, Mr C dan Mr. D membentuk suatu kelompok investor dan mengumpulkan dana
dalam jumlah besar dan menyerahkan pengelolaan dana tersebut pada broker X. kemudian
Broker X menggunakan dana tadi untuk membeli saham PT Y yang kurang aktif
diperdagangkan dan harganya rendah atau statis. Broker X kemudian menjual saham PT Y
kepada Mr. A, Mr. B, Mr C dan Mr. D (anggota kelompok). Hal ini mengakibatkan naiknya
frekuensi perdagangan saham PT Y yang mengakibatkan terbentuknya harga yang ebih tinggi
dan akan semakin tinggi. Setelah harga terbentuk barulah kelompok investor melalui broker X
menjual saham PT Y kepada pihak lain diluar kelompok tersebut.

6. Wash Sales
Order beli dan order jual antara anggota asosiasi dilakukan pada saat yang sama dimana tidak
terjadi perubahan kepemilikan manfaat atas efek. Manipulasi tersebut dilakukan dengan
maksud bahwa mereka membuat gambaran dari aktivitas pasar dimana tidak terjadi penjualan
atau pembelian yang sesungguhnya. Transaksi ini merupakan transaksi semu, yakni suatu
transaksi saham yang tidak mengakibatkan terjadinya peralihan saham secara riil.

7. Matching Order
Memadukan 2 perintah investor yang serupa dan saling melengkapi untuk jumlah dan efek yang
sama dan pada saat yang bersamaan (dilakukan pada waktu yang bersamaan)

8. Free Riding
Pembelian pada saat IPO berharap dapat menjualnya kembali dengan harga yang mahal dan akan
membatalkan pembelian begitu suasana menjelang alokasi saham kelihatannya kurang
menguntungkan.

9. Special Allotments
Special Allotments dilakukan oleh pihak underwriter pada saat IPO dengan sengaja
mengalokasikan suatu sekuritas kepada para partner, atau kerabat dekat sehingga kelihatan efek
tersebut oversubscribed sehingga harga efek, menjadi mahal.
10. Churning
Dalam hal diberikan discretionary account dapat terjadi bahwa pihak broker melakukan
transaksi yang secara berlebih-lebihan sehingga mendapat fee yang lebih banyak.

C. Perdagangan Orang Dalam (Insider Trading).

Insider Trading merupakan istilah teknis yang hanya dikenal di pasar modal. Istilah tersebut
mengacu kepada praktek dimana orang dalam (corporate insider) melakukan transaksi
sekuritas dengan menggunakan informasi ekslusif yang mereka miliki yang belum tersedia bagi
masyarakat ataupun investor.

Secara yuridis, menurut Munir Fuady ditemukan beberapa elemen dari suatu pranata hukum
Insider Trading, yaitu sebagai berikut :

1. Adanya perdagangan efek.


2. Dilakukan oleh orang dalam perusahaan.
3. Adanya Inside Information.
4. Inside Information tersebut belum terbuka untuk umum.
5. Perdagangan dimotivisir oleh adanya Inside Information tersebut.
6. Tujuannya untuk mendapat keuntungan yang tidak layak.

1. Unsur – Unsur Perdagangan Orang Dalam.

Adanya orang dalam atau setiap pihak yang berusaha untuk memperoleh informasi orang
dalam secara melawan hukum.

Berdasarkan penjelasan Pasal 95 UUPM, maka dapat kita ketahui bahwa yang dimaksud
dengan orang dalam adalah:
i. Komisaris, direktur, atau pegawai Emiten atau Perusahaan Publik;
ii. Pemegang saham utama Emiten atau Perusahaan Publik;
iii. Orang perseorangan yang karena kedudukan atau profesinya atau karena hubungan
usahanya dengan Emiten atau Perusahaan Publik memungkinkan orang tersebut
memperoleh informasi orang dalam; atau Berdasarkan kategori orang dalam ini, maka
yang dimaksud dengan:
a) Yang dimaksud dengan “kedudukan” dalam penjelasan angka iii ini adalah
jabatan pada lembaga, institusi, atau badan pemerintah.
b) Yang dimaksud dengan “hubungan usaha” dalam penjelasan angka iii ini
adalah hubungan kerja atau kemitraan dalam kegiatan usaha, antara lain
hubungan nasabah, pemasok, kontraktor, pelanggan, dan kreditur.
iv. Pihak yang dalam waktu 6 (enam) bulan terakhir tidak lagi menjadi Pihak sebagaimana
dimaksud dalam angka i, ii, iii di atas.
Sebagai contoh penjelasan angka iv adalah Tuan A berh enti sebagai direktur pada
tanggal 1 Januari. Namun demikian Tuan A masih dianggap sebagai orang dalam
sampai dengan tanggal 30 Juni pada tahun yang bersangkutan.

2. Mempunyai informasi orang dalam yang belum tersedia untuk umum.

Yang dimaksud dengan “informasi orang dalam” adalah Informasi Material yang dimiliki oleh
orang dalam yang belum tersedia untuk umum.
• Informasi atau Fakta Materil yang diperkirakan dapat mempengaruhi efek atau
keputusan investasi pemodal dapat dilihat dalam Pasal 6 Peraturan OJK No. 31
/POJK.04/2015 tentang Keterbukaan atas Informasi atau Fakta Material Oleh Emiten
atau Perusahaan Publik,

3. Dilarang mempengaruhi Pihak lain untuk melakukan pembelian atau penjualan atas
Efek atau memberi informasi orang dalam kepada pihak mana pun yan g patut
diduganya dapat menggunakan informasi dimaksud untuk melakukan pembelian atau
penjualan atas Efek.

2. Pelaku Insider Trading dalam UUPM.


INSIDER OUTSIDER
1. Komisaris, Direktur, Pegawai A. Tippee I
2. Pemegang Saham Utama 1. Pihak lain dipengaruhi (tidak dihukum)
3. Pihak Karena Kedudukan 2. Pihak lain diberi informasi (tidak
dihukum)
4. Pihak Karena Profesinya B. Tippee II
5. Pihak Karena hubungan usahanya 1. Pihak lain memperoleh info dari
insider secara melawan hukum
(dihukum, Pasal 97.a)
6. Pihak tersebut telah berhenti dalam 6 2. Pihak lain memperoleh informasi
bulan (penjelasan pasal 95) (dengan pembatasan) dari insider tidak
secara melawan hukum (dihukum
Pasal 97.b)
MELAKUKAN C. Tippee III
1. Pembelian / penjualan efek Perusahaan
Publik. (dihukum, pasal 95.a)
2. Pembelian / penjualan perusahaan lain
yang melakukan transaksi dengan
perusahaan terbuka (dihukum, Pasal
95.b)
3. Mempengaruhi pihak lain, (dihukum
Pasal 96.a)
4. Memberi informasi kepada Pihak lain D. Perusahaan efek yang memiliki info,
yang patut diduga akan melaksanakan kecuali atas perintah nasabah dan tidak
trading (dihukum, pasal 96.b) memberi rekomendasi (dihukum, pasal
98).

D. Pelanggaran Porsi Asing

Adanya pembatasan bagi pemodal atau investor asing (atau peserta asing dalam proyek
PM) untuk memiliki saham di atas prosentase tertentu merupakan salah satu hal yang sangat
penting dalam pasar modal Indonesia (termasuk juga penanaman modal di Indonesia se cara
langsung atau bisa disebut dengan direct investment). Pembatasan tersebut di dalam pasar
modal Indonesia terdapat atau tertuang dalam Keputusan Menteri Keuangan No.
1055/KMK.013/1989 tentang Pembelian saham oleh Pemodal atau Investor Asing Melalui
Pasar Modal (untuk kemudian disebut “KMK 1055”).

Berikut merupakan pelanggaran atas porsi asing tersebut baik yang terjadi dalam di bursa
maupun di pasar perdana.

a) Pelanggaran Melalui Bursa

Dalam Pasal 2 Ayat 2 Keputusan Menteri Keuangan tersebut di atas men yatakan bahwa
Pemodal asing dapat membeli saham 49% di pasar perdana maupun 49% saham yang tercatat
di Bursa Efek Jakarta Pararel. Selanjutnya KMK menyatakan bahwa perorangan atau badan
hukum Indonesia dilarang bertindak untuk kepentingan pemodal asing dalam pembelian
saham melebihi jumlah 49% dari saham yang diemisi, maupun yang tercatat di Bursa.
Ketentuan terakhir ini dimaksudkan untuk melarang pihak – pihak yang menerima kuasa dari
pihak asing untuk membeli saham – saham di atas prosentasi 49% tersebut atau yang lebih
dikenal dengan sebutan “nominee”.

Permasalahan porsi saham yang dapat dibeli oleh pemodal asing di Bursa ini memang
merupakan masalah yang hangat dan terus menerus dari waktu ke waktu. Hal ini disebabkan
karena setiap kali terjadinya isu bahwa pemerintah akan melepas pembatasan atas porsi asing
ini setiap kali itu juga bursa bergejolak keras, saham – saham tertentu (biasanya saham – saham
lembaga keuangan, seperti bank atau industry manufaktur terkemuka seperti PT Astra
International atau Gudang Garam dan Indocement) diincar oleh pemodal asing, hal tersebut
menyebabkan harga saham menjadi naik.

Dampak yang ditimbulkan dari adanya porsi (penjatahan) untuk saham yang dapat dibeli
oleh asing ini adalah timbulnya perbedaan harga (premium) antara saham yang dimiliki atau
dipegang atas nama asing dan local. Perbedaan harga ini kadang – kadang dapat mencapai
angka 50%.

Adapun motif dari pelanggaran porsi ini selain dilakukan dengan cara melakukan nominee
yaitu pihak asing meminta orang atau badan hukum Indonesia untuk mewakili pihak – pihak
asing dalam memegang saham yang dibelinya biasanya juga dilakukan dengan
mempergunakan identitas asing palsu, misalnya passport atau juga anggaran dasar (by-laws)
dari perusahaan asing yang sebelumnya pernah menjadi nasabah dari perusahaan efek (pialang
atau broker), yang melakukan transaksi dengan melanggar porsing asing. Dengan cara seperti
ini perusahaan efek ini akan mendapatkan saham – saham asing. Dalam kondisi ini terkadang
diperburuk oleh ketidak telitian Biro Administrasi Efek (BAE) atau emiten yang hanya
menerima bentuk foto copy surat kuasa dan anggaran dasar perusahaan tanpa memperhatikan
keaslian dari keduanya pada saat menerima pendaftaran (registrasi) atas saham dalam Daftar
Pemegang Saham (DPS) perusahaan (emiten). Cara kerja BAE atau emiten ini memang sangat
disayangkan karena seharusnya BAE atau emiten dapat menjadi filter dari dilakukan tindakan
pelanggaran porsi asing ini. Apalagi yang datang untuk rnelakukan registrasi atas saham
tersebut adalah sebuah perusahaan efek dirnana nasabahnya rnerninta pialang tersebut untuk
rnenggunakan alamat Kantor perusahaan efek sebagai alamatnya (rnenurnpang alamat/in car
oj). Hal ini seharusnya perlu diwaspadai karena adanya keharusan bagi perusahaan efek untuk
rnenyirnpan efek yaang diterirna dari nasabahnya untuk sebelurn berakhirnya hari kerja
berikutnya pada Ternpat Penitipan Harta (custodian) dalarn rekening yang terpisah dari
rekening perusahaan tersebut harus sudah diserahkan. Pembukuan dan penyirnpanan harta
nasabah secara terpisah ini rnernang sangat ditekankan dalam pasar modal bukan hanya
dimaksudkan untuk mernyelamatkan harta nasabah dari bahaya-bahaya fisik seperti kebakaran
dan pencurian tetapi lebih dirnaksud- kan untuk mengamankan harta ini dari bahaya yang
ditirnbulkan oleh akibat- akibat hukum tertentu seperti kepailitan.

Transaksi dengan menyalahgunakan dokurnen palsu ini sebenarnya tidak dapat dikatakan
sebagai pelanggaran atas porsi asing karena sarna sekali tidak dimaksudkan untuk
rnenyembunyikan identitas nasabah seperti dalam transaksi dengan rnenggunakan "nominee",
seperti yang dirnaksud dalam Pasal 3 Ayat 2 KMK 1055. Transaksi ini hanya rnengacaukan
porsi asing yang tercatat di DPS. Dengan kata lain apa yang tercatat di DPS rnenjadi tidak sarna
dengan apa yang tercatat. Tindakan ini biasa disebut juga melakukan kapling. Cara lain yang
dilakukan sehingga mengakibatkan porsi asing int (erianggar adalah dengan melakukan
transaksi semu (wash sales) seperti yang telah diterapkan di atas. Transak si semu ini. seperti
juga transaksi dengan menggunakan dokumen palsu diatas. memang tidak secara langsung
mengakibatkan pelanggaran atas porsi asing (seperti dimaksud pasal 3 ayat 2 KMK 1055)
karena dengan transaksi ini hanya akan menghabiskan porsi asing yang masih tersedia saja.
Dalam kasus ini asing sebenarnya menguasai kurang dari 49 % sedangkan dalam kasus
"nominee" tersebut. Dengan demikian kedua transaksi ini. hanya mengakibatkan kekacauan
dalam perhitungan porsi asing di bursa.

b) Pelanggaran di Pasar Modal

Selain pelanggaran atas porsi asing seperti diuraikan di atas yaitu yang terjadi di Bursa
maka sebenarnya ada juga pelanggaran yang terjadi ketika saham masih dalam penawaran
umum di pasar perdana. Caranya dapat di!akukan baik dengan melakukan (fix a llotment)
kepada pihak tertentu. Cara nominee biasanya dilakukan oleh broker yang menerima pesanan
dari nasabah asing dalam jumlah tertentu tetapi hanya bisa dipenuhi oleh penjamin emisi atau
broker hanya menerirna sebagian karena porsi asing sudah habis. Dalam keadaan seperti ini
maka broker tersebut akan rnengambil sisanya dan kemudian pada saat pencatatan (listing)
saham di Bursa broker tersebut akan rnelakukan crossing atas saham tersebut dimana broker
adalah penjual dan nasabah bertindak selaku pembeli.
Tindakan nominee seperti ini memang sulit dibuktikan sebagai pelanggaran atas porsi asing
meskipun kalau dikaji lebih lanjut tentu lokal yang tidak mendapat jatah saham hanya karena
broker asing tersebut lebih mendahulu- kan nasabah asingnya. Tindakan ini bahkan sulit untuk
dikatagorikan sebagai suatu "nominee" bukan hanya karena mungkin tidak ada dokumen-
dokumen yang dapat digunakan untuk memenuhi semua pesanan nasabah yang sudah
dijanjikan. Tindakan ini sebenamya adalah merupakan tindakan yang secara etis merugikan
pemodal lokal.

Berlainan dengan cara di atas adalah apa yang belum lama ini dilakukan oleh sebuah
penjamin emisi dalam emisi saham Barito Pacific Timber. Dalam kasus terakhir ini penjamin
emisi saham PT Barito Pacific Timber telah melakukan penjatahan secara tetap (fix allotment)
kepada suatu perusahaan manajer investasi, yang temyata masih ada hubungan dengan
penjamin emisi. Penjatahan ini dilakukan dalam jumlah sangat besar (mencapai puluhan juta)
padahal waktu itu saham PT Barito Pacific Timber sudah kelebihan pesanan (oversubscribed)
masing-masing sebanyak 9,2 kali untuk pemodal lokal dan 38112 untuk pemodal asing."

Penjatahan, seperti yang dilakukan oleh penjamin emisi ini tentu saja sangat merugikan
pemodal lokal. Karena dengan cara ini pemodal lokal akan mendapat jatah sangat kurang dari
yang seharusnya didapat. Hal ini karena seharusnya saham yang diterima oleh pemodal lokal
ini jatuh ke tangan pihak yang mempunyai hubungan dengan penjamin emisi tersebut.
Penjatahan seperti ini jelas – jelas dilarang oleh pasal 141 KMK 1548 yang secara tegas
menyatakan bahwa :

"Dalam hal tetjadi permintaan beli (oversubscribed, penulis) dalam penawaran umum,
Penjamin Emisi Efek, Agen Penjualan atau pihak-pihak Terasosiasi dengannya dilarang
membeli atau memiliki efek untuk rekening mereka sendiri".

Dari ketentuan di atas jelas bahwa tindakan penjamin emlsl yang mengalokasikan begitu
banyak saham kepada perusahaan manajer investasi tersebut, merupakan suatu perbuatan yang
jelas – jelas melanggar ketentuan pasal 141 KMK 1548. Tindakan seperti ini tidak hanya
merugikan investor lokal yang seharusnya mendapat jatah lebih besar tetapi juga dapat merupa-
kan cara Penjamin emisi mengambil keuntungan dengan cara yang tidak wajar. Karena dengan
cara seperti ini perusahaan manajer investasi tersebut sebenarnya dapat menjual saham – saham
yang didapatnya tersebut di atas harga perdana. Kebetulan saja pada kejadian ini perusahaan
tersebut hanya melakukan "crossing" dengan harga perdana. Dalam kasus ini ternyata
Bapepam hanya mendiarnkan saja tindakan ini.
E. Sanksi.

Pelanggaran terhadap UU Pasar Modal dan peraturan pelaksanaannya dapat bersifat


pelanggaran administrative dan atau pelanggaran pidana. Pelanggaran administrative dapat
dikenakan sanksi administrafif, sedangkan pelanggaran pidana dapat dikenai sanksi pidana
berupa pidana penjara dan atau denda.

1) Sanksi Administratif.

Sanksi administrative adalah sanksi yang dikenakan oleh OJK kepada pihak – pihak
yang dianggap melanggar perarturan perundang – undangan di bidang pasar modal. Pihak yang
dapat dijatuhkan sanksi adalah sebagai berikut :

1. Pihak yang memperoleh izin dari OJK.


2. Pihak yang memperoleh persetujuan dari OJK.
3. Pihak yang melakukan pendaftaran kepada OJK.

Jenis sanksi administrative yang dapat dijatuhkan oleh Bapepam kepada pihak – pihak tersebut
di atas yaitu :

a. Peringatan tertulis.
b. Denda (Kewajiban untuk membayar sejumlah uang tertentu).
c. Pembatasan kegiatan usaha.
d. Pembekuan kegiatan usaha.
e. Pencabutan izin usaha.
f. Pembatalan persetujuan.
g. Pembatalan pendaftaran.

Untuk sanksi denda, UUPM Pasal 102 Ayat 3 menyatakan bahwa sanksi administrative diatur
oleh Peraturan Pemerintah, yaitu PP No. 45 Tahun 1995. Sedangkan tata cara penagihannya
diatur didalam Peraturan XIV.B.1 Tata Cara Penagihan Sanksi Administratif Berupa Denda.
Besarnya jumlah sanksi denda bervariasi, yaitu :

1. Denda RP 500.000,00 (Lima ratus ribu rupiah) per hari dengan maksimal RP
500.000.000,00 (Lima ratus juta rupiah).
2. Denda Rp. 100.000,00 (Seratus ribu rupiah) per hari dengan mak simal Rp.
100.000.000,00 (Seratus juta rupiah).
3. Denda Maksimal Rp 500.000.000,00 (Lima ratus juta rupiah) untuk pihak yang bukan
orang perseorangan.
4. Denda Maksimal Rp 100.000.000,00 (Seratus juta rupiah) untuk orang perseorangan.

2) Sanksi Pidana

Sanksi pidana di bidang pasar modal diatur dalam Pasal 103 hingga Pasal 110 UU
8/1995. Adapun penjelasannya sebagai berikut :

1. Pasal 103 Ayat (1).

Keterangan :

Menyatakan setiap pihak yang melakukan kegiatan di pasar modal tanpa iizin sebagai bursa
efek (Pasal 6), tanpa izin sebagai LKP dan LPP (Pasal 13), tanpa izin sebagai perusahaan reksa
dana (Pasal 18), tanpa izin sebagai perusahaan efek (Pasal 30), tanpa izin sebagai penasehat
investasi (Pasal 34), tanpa persetujuan sebagai kustodian (Pasal 43), tanpa izin sebagai biro
administrasi efek (pasal 48), tanpa pendaftaran sebagai wali amanat (pasal 50), tanpa
pendaftaran sebagai profesi penunjang pasar modal (pasal 64), diancam pidana penjara
maksimal 5 (lima) tahun dan denda maskimal Rp. 5 miliar.
Sanksi Pidana :
Pidana Penjara maksimal 5 tahun Denda Rp5.000.000. 000.,- (lima miliar rupiah)

2. Pasal 103 Ayat (2).

Keterangan :

Menyatakan setiap pihak yang melakukan kegiatan (sebagai wakil perusahaan efek) tanpa
memperoleh izin dari Bapepam-LK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32, diancam dengan
pidana kurungan paling lama satu tahun dan denda paling banyak RP 1 Milyar.

Sanksi Pidana :

Sanksi pidana kurungan 1 (satu) tahun Denda Rp 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah)

3. Pasal 104.

Keterangan :
Menyatakan setiap pihak yang melanggar ketentuan penipuan, manipulasi pasar, dan
perdagangan orang dalam (insider trading) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 90, Pasal 91,
Pasal 92, Pasal 93, Pasal 95, Pasal 97 ayat (1) dan Pasal 98, diancam dengan pidana penjara
peling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp15 miliar.

Sanksi Pidana :

Sanksi Pidana penjara 10 (sepuluh) tahun Denda paling banyak Rp15.000.000.000, - (lima belas
miliar rupiah)

4. Pasal 105.

Keterangan :
Menyatakan manajer investasi dan atau pihak terafilisinya yang melanggar ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 diancam dengan pidana kurungan paling lama satu
tahun dan denda paling banyak Rp. 1 miliar. Pasal 42 menyatakan perusahaan efek yang
bertindak sebagai manajer investasi atau pihak terafilisinya dilarang menerima imbalan dalam
bentuk apa pun, baik langsung maupun tidak langsung, yang dapat memperngaruhi manajer
investasi yang bersangkutan untuk membeli atau menjual efek untuk reksadana.

Sanksi Pidana :
Sanksi Pidana kurungan 1 (satu) tahun Denda Rp1.000.000. 000,- (satu miliar rupiah)

5. Pasal 106 Ayat (1).

Keterangan :
Mengatur sanksi pidana bagi emiten yang melakukan penawaran umum tanpa terlebih dulu
menyampaikan pernyataan pendaftaran sebagai mana diatur Pasal 70 Ayat (1) . Pelanggar
ketentuan ini dapat diancam dengan pidana penjara paling lama 10 tahun dan denda paling
banyak Rp.15 miliar. Sementara itu, bagi perusahaan publik yang tidak menyampaikan
pernyataan pendaftaran sebagaimana diatur Pasal 73, dapat diancam dengan pidana penjara
paling lama tiga tahun dan denda maksimal Rp 5 miliar.

Sanksi Pidana :
a) Bagi Emiten Yang Belum melakukan Pendaftaran
Sanksi pidana penjara paling lama 10 tahun dan denda paling banyak Rp.15 miliar
b) Bagi Perusahaan Publik
Sanksi Pidana penjara paling lama tiga tahun dan Denda maksimal Rp 5.000.000.000,-
(lima miliar rupiah).

6. Pasal 108.

Keterangan :
Menyatakan ancaman pidana penjara atau pidana kurungan dan denda sebagiamana dimaksud
dalam Pasal 103, Pasal 104, Pasal 105, Pasal 106, dan Pasal 107 berlaku pula bagi pihak yang
baik langsung maupun tidak langsung ikut mempengaruhi pihak lain untuk melakukan
pelanggaran pasal-pasal dimaksud.

7. Pasal 109.

Menyatakan setiap pihak yang tidak mematuhi atau menghambat


pelaksaan Pemeriksaan oleh Bapepam sebagaimana diatur Pasal 100, diancam dengan pidana
kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan denda maksimal Rp.1 miliar.

Sanksi Pidana :
Sanksi Pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan Denda maksimal Rp.1.000.000.000
(satu miliar rupiah)

8. Pasal 110.

Keterangan :

1. Menyatakan tindak pidana sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 105 dan Pasal 109
adalah pelanggaran.
2. Menyatakan tindak pidana yang sebagaiaman dimaksud dalam Pasal 103 ayat (1), Pasal
104, Pasal 106, dan Pasal 107 adalah kejahatan.
Contoh Kasus
Kasus Dugaan Insider Trading PT Jouska Finansial Indonesia
PT Jouska Finansial Indonesia tengah menjadi sorotan publik di Indonesia. Perusahaan
penyedia jasa perencanaan keuangan ini dianggap merugikan kilennya karena masalah
penempatan dana klien secara serampangan. Terkuaknya masalah yang membelit Jouska
bermula dari keluhan-keluhan beberapa klien di media sosial yang kemudian viral. Kasus
Jouska ini bermula ketika Jouska dianggap mengarahkan kliennya menandatangani kontrak
pengelolaan rekening dana investor (RDI) dengan perusahaan yang berafiliasi dengan Jouska
Indonesia, PT Mahesa Strategis Indonesia (MSI), terkait pengelolaan dana investasi.
Belakangan diketahui, MSI merupakan perusahaan yang sahamnya terafiliasi dengan Jouska.
Dalam perjanjian tersebut, salah satu klausulnya memberikan kuasa pada MSI untuk
melakukan penempatan dana ke sejumlah portofolio investasi. Dalam perkembangannya, dana
investasi para klien tersebut dipakai untuk membeli beberapa saham dan reksadana, salah
satunya pembelian saham PT Sentral Mitra Informatika Tbk (LUCK). Yang kemudian menjadi
masalah, nilai-nilai dari portofolio tersebut anjlok, terutama saham LUCK (Jouska luck).
Jouska lantas dilaporkan oleh kliennya atas tuduhan penempatan dana yang membuat
klien merasa dirugikan. Selain itu, dalam kasus ini, terdapat unsur insider trading dalam
pengelolaan dana investasi.
Adapun salah satu saham yang diinvestasikan dan menyumbang kerugian adalah saham
PT Sentral Mitra Informatika Tbk (LUCK), yang baru melantai (IPO) Bursa Efek Indonesia
(BEI) pada akhir 2018. Klien Jouska lainnya menyebutkan, saat nilai portofolionya terus jatuh
dan meminta untuk menjual saham (cutloss), pihak Jouska tidak mengindahkannya sehingga
kerugiannya semakin membengkak.
Satgas Waspada Investasi (SWI) akhirnya menghentikan kegiatan PT Jouska Finansial
Indonesia yang melakukan usaha sebagai penasehat investasi maupun agen peran tara
perdagangan efek tanpa izin. Ketua SWI Tongam L. Tobing mengatakan, penghentian
dilakukan usai SWI menemukan beberapa fakta mengenai legalitas dan model bisnis Jouska.
Penghentian dilakukan usai SWI memanggil Jouska pada hari ini. Pertemuan itu dihadiri oleh
Aakar Abyasa selaku pemilik dan pemimpin Jouska, serta pengurus Jouska lainnya.
Selain menghentikan kegiatan Jouska, SWI juga menghentikan kegiatan PT Mahesa
Strategis Indonesia dan PT amartha Investa Indonesia yang diduga melakukan kegiatan
penasehat investasi, manajer investasi, atau perusahaan sekuritas tanpa izin. Selanjutnya, SWI
memblokir situs, web, aplikasi, dan media sosial ketiga perusahaan tersebut melalui
Kemenkominfo. Jouska diminta untuk bertanggung jawab menyelesaikan semua masalah
dengan nasabahnya secara terbuka dan mengajak nasabahnya berdiskusi.
Adapun diduga Jouska melakukan Insider Trading adalah karena alasa berikut antara lain :
1. Jouska diminta membantu LUCK menggerakkan harga saham.
Dugaan adanya praktik ilegal ini, menurut Rinto, lantaran Aakar pernah menyampaikan
bahwa Jouska memiliki perjanjian dengan SMI. Kala itu, kata Rinto, Jouska akan
membantu proses IPO emiten berkode saham LUCK tersebut dan membantu
menggerakkan harga saham pada nominal yang disepakati.
2. Aakar pernah mengatakan akan menjadi salah satu direksi di LUCK.
Lebih lanjut, Rinto membeberkan Aakar juga pernah mengatakan bahwa dirinya akan
menjadi salah satu direksi di SMI agar dapat berperan strategis pada pergerakan
perusahaan.
3. Aakar pernah mengatakan ganti rugi klien bisa dilakukan dengan buyback kembali
saham LUCK.
Pada 1 September, Aakar membayarkan Rp13 miliar untuk mengganti kerugian 45
nasabah Jouska.Aakar menjelaskan, bentuk kesepakatan damai ini tidak sama antara
satu klien dengan lainnya dan tidak selalu berbentuk uang tunai. Beberapa di antaranya
berupa pembelian kembali atau buyback saham LUCK milik klien oleh Mahesa. Ada
pula yang berupa pengurangan keuntungan investasi saham yang hilang atau tanpa
kompensasi.
DAFTAR PUSTAKA

TICMI.2016.Kejahatan Di Bidang Pasar Modal (Penipuan, Manipulasi Pasar, dan


Perdagangan Orang Dalam).Jakarta:The Indonesian Capital Institute
Balfas, Hamud M.2004.Kejahatan di Pasar Modal: Sebuah Perkenalan.3:(205-217)
https://money.kompas.com/read/2020/07/25/102351626/kronologi-lengkap-kasus-dana-
investasi-jouska-hingga-diblokir-ojk?page=all (diakses pada 5 Mei 2021)
https://www.idntimes.com/business/economy/auriga-agustina-3/wah-jouska-disebut-lakukan-
praktik-insider-trading-saham-apa-itu/3 (diakses pada 5 Mei 2021)

Anda mungkin juga menyukai