Anda di halaman 1dari 72

PROTOKOL

PERABOI
2003
1
PROTOKOL
PENATALAKSANAAN KASUS
BEDAH ONKOLOGI
2003

PERHIMPUNAN AHLI BEDAH


ONKOLOGI INDONESIA
( PERABOI )
2004

2
Pengantar

PROTOKOL PENATALAKSANAAN KASUS


PERABOI 2003

Diterbitkan oleh :
PERABOI (Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi Indonesia)

Edisi I Cetakan I 2004

Hak Cipta pada :


PERABOI (Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi Indonesia)
d/a Sub Bagian/SMF Bedah Onkologi, Kepala & Leher
Bagian/SMF Ilmu Bedah FK UNPAD/Perjan RSHS
Jl. Pasteur 36 Bandung 40161
Telpon/Fax 022-2034655
e-mail : peraboibdg@yahoo.com

DILARANG MEMPERBANYAK TANPA IZIN PERABOI

ISBN :
ISSN :

3
KONSEP SAMBUTAN KETUA PP PERABOI 2000-2003
Sambutan
Assalamu alaikum Wr. Wb.

Pertama-tama saya panjatkan puji syukur ke hadirat Illahi atas


kemudahan yang dilimpahkanNya mulai dari perumusan protocol
sampai terbitnya protokol ini.

Sebagaimana kita ketahui bersama, bahwa penanganan kanker


haruslah direncanakan sebaik mungkin karena penanganan
pertama adalah kesempatan yang terbaik buat penderita untuk
mencapai tingkat kesembuhan yang optimal, penanganan kedua
dan seterusnya tidak mungkin dapat memperbaiki kesalahan pada
tindakan pertama.
Masih banyak penanganan kanker yang tidak sesuai dengan prinsip-
prinsip Bedah Onkologi yang berakibat terjadinya kekambuhan
atau residif, baik local maupun sistemik.

Untuk mengantisipasi hal tersebut di atas, Pengurus Pusat


Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi Indonesia (PERABOI) Periode
2000-2003 menyususn Protokol Penatalaksanaan Kanker yang
meliputi kanker payudara, tiroid, rongga mulut, kelenjar liur, kulit
dan sarkoma jaringan lunak.

Saya ucapkan terima kasih banyak dan penghargaan setinggi-


tingginya kepada para sejawat yang berperan aktif dalam
penyusunan protocol ini, semoga segala jerih payah sejawat
mendapat ganjaran yang berlimpah dari Yang Maha Kuasa.

Akhir kata, semoga Protokol Peraboi ini dapat dimanfaatkan oleh


seluruh sejawat yang berperan dalam pengelolaan kanker.

Wassalamu alaikum wr. Wb.

Dr. Zafiral Azdi Albar, SpB(K)Onk

4
DAFTAR ISI

• Kata Pengantar

• Sambutan

• Sambutan

• Daftar Isi

• Protokol Penatalaksanaan Kanker Payudara

• Protokol Penatalaksanaan Tumor / Kanker


Tiroid

• Protokol Penatalaksanaan Tumor / Kanker


Kelenjar Liur

• Protokol Penatalaksanaan Kanker Rongga


Mulut

• Protokol Penatalaksanaan Kanker Kulit

• Protokol Penatalaksanaan Sarkoma Jaringan


Lunak

5
PROTOKOL PENATALAKSANAAN KANKER
PAYUDARA

6
Kanker Payudara
PROTOKOL PENATALAKSANAAN KANKER
PAYUDARA
I. PENDAHULUAN

Tim Perumus Protokol Penatalaksanaan Kanker Payudara Kanker payudara merupakan kanker dengan insidens tertinggi No.2
di Indonesia dan terdapat kecenderungan dari tahun ke tahun
insidens ini meningkat; seperti halnya diluar negeri (Negara
Ketua : Dr. Muchlis Ramli, SpB(K)Onk Barat). Angka kejadian Kanker Payudara di AS misalnya 92/100.000
wanita pertahun dengan mortalitas yang cukup tinggi 27/100.000
Anggota : Dr. Azamris, SpB(K)Onk atau 18% dari kematian yang dijumpai pada wanita. Di Indonesia
Dr. Burmansyah, SpB(K)Onk berdasarkan “Pathological Based Registration“ Kanker Payudara
Dr. Djoko Dlidir, SpB(K)Onk mempunyai insidens relatif 11,5%. Diperkirakan di Indonesia
Dr. Djoko Handojo, SpB(K)Onk mempunyai insidens minimal 20.000 kasus baru pertahun; dengan
Dr. Dradjat R. Suardi, SpB(K)Onlk kenyataan bahwa lebih dari 50% kasus masih berada dalam
Dr. Eddy H, Tanggo, SpB(K)Onk stadium lanjut.
Dr. I.B. Tjakra W. Manuaba, SpB(K)Onk
Dr. Idral Darwis, SpB(K)Onk Disisi lain kemajuan “Iptekdok“ serta ilmu dasar biomolekuler,
Dr. Teguh Aryandono, SpB(K)Onk sangat berkembang dan tentunya mempengaruhi tata cara
Dr. Zafiral Azdi Albar, SpB(K)Onk penanganan kanker payudara itu sendiri mulai dari deteksi dini,
diagnostik dan terapi serta rehabilitasi dan follow up.

Dalam upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan, Perhimpunan


Ahli Bedah Onkologi Indonesia (PERABOI) telah mempunyai
protokol penanganan kanker payudara (tahun 1990). Protokol ini
dimaksudkan pula untuk dapat :
 Menyamakan persepsi penanganan dari semua dokter yang
berkecimpung dalam Kanker Payudara atau dari senter
 Bertukar informasi dalam bahasa yang sama
 Digunakan untuk penelitian dalam aspek keberhasilan
terapi
 Mengukur mutu pelayanan

Kemajuan Iptekdok yang cepat seperti dijelaskan diatas, membuat


PERABOI perlu mengantisipasi keadaan ini dengan sebaik-baiknya
melalui revisi Protokol Kanker Payudara 1988 dengan Protokol
Kanker Payudara PERABOI 2002.

7
II. KLASIFIKASI HISTOLOGIK WHO / JAPANESE BREAST Tx : Tumor primer tidak dapat dinilai.
CANCER SOCIETY : T0 : Tidak terdapat tumor primer.
Tis : Karsinoma in situ.
Untuk kanker payudara dipakai klasifikasi histologik berdasarkan : Tis(DCIS) : Ductal carcinoma in situ.
• WHO Histological classification of breast tumors Tis (LCIS) : Lobular carcinoma in situ.
• Japanese Breast Cancer Society (1984) Histological Tis (Paget's) : Penyakit Paget pada puting tanpa
classification of breast tumors adanya tumor.

Malignant ( Carcinoma ) Catatan :


1. Non invasive carcinoma Penyakit Paget dengan adanya tumor dikelompokkan sesuai
a) Non invasive ductal carcinoma dengan ukuran tumornya.
b) Lobular carcinoma in situ
2. Invasive carcinoma T1 : Tumor dengan ukuran diameter terbesarnya
a) Invasive ductal carcinoma 2 cm atau kurang.
a1. Papillobular carcinoma T1mic : Adanya mikroinvasi ukuran 0,1 cm atau
a2. Solid-tubular carcinoma kurang.
a3. Scirrhous carcinoma T1a : Tumor dengan ukuran lebih dari 0,1 cm
b) Special types sampai 0,5 cm.
b1. Mucinous carcinoma T1b : Tumor dengan ukuran lebih dari 0,5 cm
b2. Medullary carcinoma sampai 1 cm.
b3. Invasive lobular carcinoma T1c : Tumor dengan ukuran lebih dari 1 cm sampai
b4. Adenoid cystic carcinoma 2 cm.
b5. Squamous ceel carcinoma T2 : Tumor dengan ukuran diameter terbesarnya
b6. Spindel cell carcinoma lebih dari 2 cm sampai 5 cm.
b7. Apocrine carcinoma T3 : Tumor dengan ukuran diameter terbesar
b8. Carcinoma with cartilaginous and or lebih dari 5 cm.
osseous metaplasia T4 : Ukuran tumor berapapun dengan ekstensi
b9. Tubular carcinoma langsung ke dinding dada atau kulit.
b10. Secretory carcinoma T4a : Ekstensi ke dinding dada tidak termasuk otot
b11. Others pektoralis.
c). Paget’s dsease. T4b : Edema ( termasuk peau d'orange ), ulserasi,
nodul satelit pada kulit yang terbatas pada
III. KLASIFIKASI STADIUM TNM ( UICC / AJCC ) 2002 1 payudara.
T4c : Mencakup kedua hal diatas.
Stadium kanker payudara ditentukan berdasarkan TNM system dari T4d : Mastitis karsinomatosa.
UICC/AJC tahun 2002 adalah sebagai berikut :
N = Kelenjar getah bening regional.
T = ukuran tumor primer
Klinis :
Ukuran T secara klinis , radiologis dan mikroskopis adalah sama. Nx : Kgb regional tidak bisa dinilai ( telah
Nilai T dalam cm, nilai paling kecil dibulatkan ke angka 0,1 cm. diangkat sebelumnya ).
N0 : Tidak terdapat metastasis kgb.

8
N1 : Metastasis ke kgb aksila ipsilateral yang menunjukkan adanya aktifitas keganasan seperti proliferasi atau
mobil. reaksi stromal.
N2 : Metastasis ke kgb aksila ipsilateral terfiksir,
berkonglomerasi, atau adanya pembesaran pN0(i-) : Tidak terdapat metastsis kgb secara
kgb mamaria interna ipsilateral ( klinis* ) histologis , IHC negatif.
tanpa adanya metastasis ke kgb aksila. pN0(i+) : Tidak terdapat metastasis kgb secara
N2a : Metastasis pada kgb aksila terfiksir atau histologis, IHC positif, tidak terdapat
berkonglomerasi atau melekat ke struktur kelompok IHC yang lebih dari 0,2 mm.
lain. pN0(mol-) : Tidak terdapat metastasis kgb secara
N2b : Metastasis hanya pada kgb mamaria interna histologis, pemeriksaan molekular negatif (
ipsilateral secara klinis * dan tidak terdapat RT-PCR) b.
metastasis pada kgb aksila. pN0(mol + ) : Tidak terdapat metastasis kgb secara
N3 : Metastasis pada kgb infraklavikular histologis, pemeriksaan molekular positif
ipsilateral dengan atau tanpa metastasis (RT-PCR).
kgb aksila atau klinis terdapat metastasis
pada kgb mamaria interna ipsilateral klinis Catatan :
dan metastasis pada kgb aksila ; atau metastasis a: klasifikasi berdasarkan diseksi kgb aksila dengan atau tanpa
pada kgb supraklavikula ipsilateral dengan atau pemeriksaan sentinel node. Klasifikasi berdasarkan hanya pada
tanpa metastasis pada kgb aksila / mamaria diseksi sentinel node tanpa diseksi kgb aksila ditandai dengan (sn)
interna. untuk sentinel node, contohnya : pN0(i+) (sn).
N3a : Metastasis ke kgb infraklavikular ipsilateral. b: RT-PCR : reverse transcriptase / polymerase chain reaction.
N3b : Metastasis ke kgb mamaria interna dan kgb
aksila. pN1 : Metastasis pada 1-3 kgb aksila dan atau
N3c : Metastasis ke kgb supraklavikula. kgb mamaria interna (klinis negatif*)
secara mikroskopis yang terdeteksi
Catatan : dengan sentinel node diseksi.
* Terdeteksi secara klinis : terdeteksi dengan pemeriksaan fisik pN1mic : Mikrometastasis (lebih dari 0,2 mm
atau secara imaging ( diluar limfoscintigrafi ). sampai 2,0 mm).
pN1a : Metastasis pada kgb aksila 1 - 3 buah.
Patologi (pN) a pN1b : Metastasis pada kgb mamaria interna
pNX : Kgb regional tidak bisa dinilai (telah diangkat (klinis negatif*) secara mikroskopis
sebelumnya atau tidak diangkat) terdeteksi melalui diseksi sentinel node.
pN0 : Tidak terdapat metastasis ke kgb secara patologi pN1c : Metastasis pada 1-3 kgb aksila dan kgb
, tanpa pemeriksaan tambahan untuk "isolated tumor mamaria interna secara mikroskopis
cells" ( ITC ). melalui diseksi sentinel node dan secara
klinis negatif (jika terdapat lebih dari 3
Catatan : buah kgb aksila yang positif, maka kgb
ITC adalah sel tumor tunggal atau kelompok sel kecil dengan mamaria interna diklasifikasikan sebagai
ukuran tidak lebih dari 0,2 mm yang biasanya hanya terdeteksi pN3b untuk menunjukkan peningkatan
dengan pewarnaan imunohistokimia (IHC) atay metode molekular besarnya tumor).
lainnya tapi masih dalam pewarnaan H&E. ITC tidak selalu pN2 : Metastasis pada 4-9 kgb aksila atau
secara klinis terdapat pembesaran kgb

9
mamaria interna tanpa adanya metastasis Stadium 0 : Tis N0 M0
kgb aksila. Stadium 1 : T1* N0 M0
pN2a : Metastasis pada 4-9 kgb aksila (paling Stadium IIA : T0 N1 M0
kurang terdapat 1 deposit tumor lebih dari T1* N1 M0
2,0 mmm). T2 N0 M0
pN2b : Metastasis pada kgb mamaria interna Stadium IIB : T2 N1 M0
secara klinis tanpa metastasis kgb aksila. T3 N0 M0
pN3 : Metastasis pada 10 atau lebih kgb aksila ; Stadium IIIA : T0 N2 M0
atau infraklavikula atau metastasis kgb T1 N2 M0
mamaria interna (klinis) pada 1 atau lebih T2 N2 M0
kgb aksila yang positif ; atau pada T3 N1 M0
metastasis kgb aksila yang positif lebih T3 N2 M0
dari 3 dengan metastasis mikroskopis kgb Stadium IIIB : T4 N0 M0
mamaria interna negatif ; atau pada kgb T4 N1 M0
supraklavikula. T4 N2 M0
pN3a : Metastasis pada 10 atau lebih kgb aksila Stadium IIIc : Any T N3 M0
(paling kurang satu deposit tumor lebih Stadium IV : AnyT Any N M1
dari 2,0 mm), atau metastasis pada kgb
infraklavikula. Catatan :
pN3b : Metastasis kgb mamaria interna * T1: termasuk T1 mic
ipsilateral (klinis) dan metastasis pada
kgb aksila 1 atau lebih; atau metastasis Kesimpulan perubahan pada TNM 2002 :
pada kgb aksila 3 buah dengan terdapat
metastasis mikroskopis pada kgb mamaria 1. Mikrometastasis dibedakan antara "isolated tumor cells"
interna yang terdeteksi dengan diseksi berdasarkan ukuran dan histologi aktifitas keganasan.
sentinel node yang secara klinis negatif 2. Memasukkan penilaian sentinel node dan pewarnaan
pN3c : Metastasis pada kgb supraklavikula imunohistokimia atau pemeriksaan molekular.
ipsilateral. 3. Klasifikasi mayor pada status kgb tergantung pada jumlah
kgb aksila yang positif dengan pewarnaan H&E atau
Catatan : imunohistokimia.
* tidak terdeteksi secara klinis / klinis negatif : adalah tidak 4. Klasifikasi metastasis pada kgb infraklavikula ditambahkan
terdeteksi dengan pencitraan (kecuali limfoscintigrafi) atau sebagai N3.
dengan pemeriksaan fisik. 5. Penilaian metastasis pada kgb mamaria interna
berdasarkan ada atau tidaknya metastasis pada kgb aksila.
M : metastasis jauh. Kgb mamaria interna positif secara mikroskopis yang
terdeteksi melalui sentinel node dengan menggunakan
Mx : Metastasis jauh belum dapat dinilai. limfoscintigrafi tapi pada pemeriksaan pencitraan dan
M0 : Tidak terdapat metastasis jauh. klinis negatif diklasifikasikan sebagai N1. Metastasis
M1 : Terdapat metastasis jauh. secara makroskopis pada kgb mamaria interna yang
terdeteksi secara pencitraan (kecuali limfoskintigrafi) atau
Grup stadium : melalui pemeriksaan fisik dikelompokkan sebagai N2 jika
tidak terdapat metastasis pada kgb aksila, namun jika

10
terdapat metastasis kgb aksila maka dikelompokkan
sebagai N3. Stadium klinik (cTNM) harus dicantumkan pada setiap diagnosa
6. Metastasis pada kgb supraklavikula dikelompokkan sebagai KPD atau suspect KPD. pTNM harus dicantumkan pada setiap
N3. hasil pemeiksaan KPD yang disertai dengan cTNM

Tipe Histopatologi

In situ carcinoma
NOS ( no otherwise specified ) IV. PROSEDUR DIAGNOSTIK
Intraductal
Paget’s disease and intraductal A. Pemeriksaan Klinis

Invasive Carcinomas 1. Anamnesis :


NOS a. Keluhan di payudara atau ketiak dan riwayat
Ductal penyakitnya.
Inflammatory ∗ Benjolan
Medulary , NOS ∗ Kecepatan tumbuh
Medullary with lymphoid stroma ∗ Rasa sakit
Mucinous ∗ Nipple discharge
Papillary ( predominantly micropapillary pattern ) ∗ Nipple retraksi dan sejak kapan
Tubular ∗ Krusta pada areola
Lobular ∗ Kelainan kulit: dimpling, peau d’orange,
Paget’s disease and infiltrating ulserasi, venectasi
Undifferentiated
∗ Perubahan warna kulit
Squamous cell
∗ Benjolan ketiak
Adenoid cystic
Secretory ∗ Edema lengan
Cribriform b. Keluhan ditempat lain berhubungan dengan
metastase, al :
G : gradasi histologis ∗ Nyeri tulang (vertebra, femur)
∗ Rasa penuh di ulu hati
Seluruh kanker payudara kecuali tipe medulare harus dibuat ∗ Batuk
gradasi histologisnya. Sistim gradasi histologis yang ∗ Sesak
direkomendasikan adalah menurut “The Nottingham combined ∗ Sakit kepala hebat, dll
histologic grade“ ( menurut Elston-Ellis yang merupakan modifikasi c. Faktor-faktor resiko
dari Bloom-Richardson ). Gradasinya adalah menurut sebagai ∗ Usia penderita
berikut : ∗ Usia melahirkan anak pertama
∗ Punya anak atau tidak
GX : Grading tidak dapat dinilai. ∗ Riwayat menyusukan
G1 : Low grade. ∗ Riwayat menstruasi
G2 : Intermediate grade.  menstruasi pertama pada usia
G3 : High grade. berapa

11
 keteraturan siklus menstruasi - pemeriksaan pada daerah yang dicurigai
 menopause pada usia berapa metastasis :
∗ Riwayat pemakaian obat hormonal ∗ Lokasi organ (paru, tulang, hepar, otak)
∗ Riwayat keluarga sehubungan dengan kanker
payudara atau kanker lain. B. Pemeriksaan Radiodiagnostik / Imaging :
∗ Riwayat pernah operasi tumor payudara atau
tumor ginekologik 1. Diharuskan (recommended)
∗ Riwayat radiasi dinding dada ∗ USG payudara dan Mamografi untuk tumor ≤ 3 cm
∗ Foto Thorax
∗ USG Abdomen
2. Pemeriksaan fisik
2. Optional (atas indikasi)
a. Status generalis, cantumkan performance ∗ Bone scanning atau dan bone survey (bilamana sitologi
status + atau klinis sangat mencurigai pada lesi > 5 cm)
b. Status lokalis : ∗ CT scan
- Payudara kanan dan kiri harus diperiksa
- Masa tumor : C. Pemeriksaan Fine Needle Aspiration Biopsy - sitologi
∗ lokasi
∗ ukuran Dilakukan pada lesi yang secara klinis dan radiologik curiga ganas
∗ konsistensi Note : belum merupakan Gold Standard. Bila mampu, dianjurkan
∗ permukaan untuk diperiksa TRIPLE DIAGNOSTIC
∗ bentuk dan batas tumor
∗ jumlah tumor D. Pemeriksaan Histopatologik (Gold Standard Diagnostic).
∗ terfixasi atau tidak ke jaringan mama
sekitar, kulit, m.pectoralis dan dinding Pemeriksaan histopatologi dilakukan dengan potong beku dan/atau
dada paraffin.
- perubahan kulit : Bahan pemeriksaan Histopatologi diambil melalui :
∗ kemerahan, dimpling, edema, nodul • Core Biopsy
satelit • Biopsi Eksisional untuk tumor ukuran <3 cm
∗ peau d’orange, ulserasi • Biopsi Insisional untuk tumor
- nipple : o operable ukuran >3 cm sebelum operasi definitif
∗ tertarik o inoperable
∗ erosi • Spesimen mastektomi disertai dengan pemeriksaan
∗ krusta KGB
∗ discharge Pemeriksaan imunohistokimia : ER, PR, c-erb B-2 (HER-2 neu),
- status kelenjar getah bening cathepsin-D, p53. (situasional)
∗ KGB axila : Jumlah,
ukuran, konsistensi, terfixir satu sama
lain atau jaringan sekitar
∗ KGB infra clavicula : idem
∗ KGB supra clavicula : idem

12
E. Laboratorium : Radiasi :
∗ primer
Pemeriksaan laboratorium rutin dan pemeriksaan kimia darah ∗ adjuvan
sesuai dengan perkiraan metastasis ∗ paliatif

V. SCREENING Kemoterapi :
∗ Harus kombinasi
Metoda : ∗ Kombinasi yang dipakai
• SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri)  CMF
• Pemeriksaan Fisik  CAF,CEF
• Mamografi  Taxane + Doxorubicin
 Capecetabin
* SADARI :
- Dilaksanakan pada wanita mulai usia subur, setiap 1 Hormonal :
minggu setelah hari pertama menstruasi terakhir ∗ Ablative : bilateral Ovorektomi
* Pemeriksaan Fisik : Oleh dokter secara lige artis. ∗ Additive : Tamoxifen
* Mamografi : ∗ Optional :
- Pada wanita diatas 35 tahun – 50tahun : setiap 2 tahun  Aromatase inhibitor
- Pada wanita diatas 50 tahun : setiap 1 tahun.  GnRH (Gonadotropin Releasing Hormone) , dsb
Catatan: B.Terapi
Pada daerah yang tidak ada mamografi USG, untuk deteksi dini
dilakukan dengan SADARI dan pemeriksaan fisik saja. Ad. 1 Kanker payudara stadium 0

Dilakukan : - BCS
VI. PROSEDUR TERAPI - Mastektomi simple
Terapi definitif pada T0 tergantung pada pemeriksaan blok
A. Modalitas terapi parafin, lokasi didasarkan pada hasil pemeriksaan imejing.

• Operasi Indikasi BCS


• Radiasi o T 3 cm
• Kemoterapi o Pasien menginginkan mempertahankan
• Hormonal terapi payudaranya
• Molecular targeting therapy (biology therapy)
Syarat BCS
Operasi : o Keinginan penderita setelah dilakukan informent
Jenis operasi untuk terapi consent
∗ BCS (Breast Conserving Surgery) o Penderita dapat melakukan kontrol rutin setelah
∗ Simpel mastektomi pengobatan
∗ Modified radikal mastektomi o Tumor tidak terletak sentral
∗ Radikal mastektomi o Perbandingan ukuran tumor dan volume payudara
cukup baik untuk kosmetik pasca BCS

13
o Mamografi tidak memperlihatkan
mikrokalsifikasi/tanda keganasan lain yang difus Adjuvant therapi pada NODE POSITIVE (KGB histopatologi
(luas) positive)
o Tumor tidak multipel
o Belum pernah terapi radiasi didada Menopausal Status Hormonal Receptor High Risk
o Tidak menderita penyakit LE atau penyakit Premenopausal ER (+) / PR (+) Kh + Tam / Ov
kolagen ER (-) and PR (-) Kh
o Terdapat sarana radioterapi yang memadai. Post menopausal ER (+) / PR (+) KH + Tam
ER (-) and/ PR (-) Kh
Ad. 2 Kanker payudara stadium dini / operabel : Old Age ER (+) / PR (+) Tam + Khemo
ER (-) and PR (-) Kh
Dilakukan :
- BCS High risk group :
- Mastektomi radikal • Age < 40 tahun
- Modified mastektomi radikal
• High grade
BCS (harus mempunyai syarat-syarat tertentu seperti
• ER/PR negatif
diatas)
• Tumor progressive (Vasc,Lymph invasion)
Terapi adjuvant : • High thymidin index
o Dibedakan pada keadaan : Node (-) atau Node (+)
o Pemberiannya tergantung dari :
- Node (+)/(-) Terapi adjuvant :
- ER/PR
- Usia pre menopause atau ∗ Radiasi
post menopause Diberikan apabila ditemukan keadaan sbb :
o Dapat berupa :  Setelah tindakan operasi terbatas (BCS)
- radiasi  Tepi sayatan dekat ( T > = 2) / tidak bebas tumor
- kemoterapi  Tumor sentral/medial
- hormonal terapi  KGB (+) dengan ekstensi ekstra kapsuler
Acuan pemberian radiasi sbb :
Adjuvant therapi pada NODE NEGATIVE (KGB  Pada dasarnya diberikan radiasi lokoregional (payudara
histopatologi negative) dan aksila beserta supraklavikula,kecuali :
- Pada keadaan T < = T2 bila cN = 0 dan pN
Menopausal Status Hormonal Receptor High Risk ,maka tidak dilakukan radiasi pada KGB aksila
supraklavikula.
- Pada keadaan tumor dimedia/sentral diberikan
Premenopause ER (+) / PR (+) Kh + Tam / Ov
tambahan radiasi pada mamaria interna.
ER (-) / PR (-) Kh
 Dosis lokoregional profilaksis adalah 50Gy,booster
Post menopause ER (+) / PR (+) Tam + Khemo
dilakukan sbb :
ER (-) / PR (-) Kh
- Pada potensial terjadi residif ditambahkan
Old Age ER (+) / PR (+) Tam + Khemo 10Gy (misalnya tepi
ER (-) / PR (-) Kh sayatan dekat tumor atau post BCS)

14
- Pada terdapat masa tumor atau residu post op 2. Ablative : bilateral Oophorectomi
(mikroskopik Dasar pemberian : 1.Pemeriksaan Reseptor
atau makroskopik) maka diberikan boster ER + PR +
dengan dosis 20Gy kecuali pada aksila 15 ER + PR –
Gy ER - PR +
2. Status hormonal
o Kemoterapi Additive : Apabila
Kemoterapi : Kombinasi CAF (CEF) , CMF, AC ER - PR +
Kemoterapi adjuvant : 6 siklus ER + PR – (menopause tanpa
Kemoterapi palliatif : 12 siklus pemeriksaan ER & PR)
Kemoterapi Neoadjuvant : - 3 siklus pra terapi ER - PR +
primer ditambah - 3 siklus pasca terapi primer Ablasi : Apabila
- tanpa pemeriksaan reseptor
 Kombinasi CAF - premenopause
Dosis C : Cyclophosfamide 500 mg/m2 hari 1 - menopause 1-5 tahun dengan efek estrogen (+)
A : Adriamycin = Doxorubin 50 mg/m2 - perjalanan penyakit slow growing &
hari 1 intermediated growing
F : 5 Fluoro Uracil 500 mg/m2 hari 1
Interval : 3 minggu Ad.3 Kanker payudara locally advanced (lokal lanjut)
 Kombinasi CEF
Dosis C : Cyclophospamide 500 mg/ m2 hari 1 Ad.3.1 Operable Locally advanced
E : Epirubicin 50 mg/m2 hari 1  Simple mastektomi/mrm + radiasi kuratif +
F : 5 Fluoro Uracil 500 mg/ m2 hari 1 kemoterapi adjuvant + hormonal terapi
Interval : 3 minggu
 Kombinasi CMF Ad.3.2 Inoperable Locally advanced
Dosis C : Cyclophospamide 100 mg/m2  Radiasi kuratif + kemoterapi + hormonal
hari 1 s/d 14 terapi
M : Metotrexate 40 mg/ m2 IV  Radiasi + operasi + kemoterapi + hormonal
hari 1 & 8 terapi
F : 5 Fluoro Uracil 500 mg/m2 IV  Kemoterapi neo adj + operasi + kemoterapi
hari 1 & 8 + radiasi + hormonal terapi.
Interval : 4 minggu
 Kombinasi AC Ad.4 Kanker payudara lanjut metastase jauh
Dosis A : Adriamicin
C : Cyclophospamide Prinsip : • Sifat terapi palliatif
 Optional : Kombinasi Taxan + Doxorubicin • Terapi systemik merupakan terapi
- Capecitabine primer (Kemoterapi dan hormonal
- Gemcitabine terapi)
• Terapi lokoregional (radiasi & bedah)
o Hormonal terapi : apabila diperlukan
Macam terapi hormonal
1. Additive : pemberian tamoxifen

15
VII. REHABILITASI DAN FOLLOW UP :  Bone scaning : tiap 2 tahun atau ada
indikasi
Rehabilitasi :

 Pra operatif DAFTAR PUSTAKA


- latihan pernafasan
- latihan batuk efektif
 Pasca operatif :
hari 1-2
- latihan lingkup gerak sendi untuk siku pergelangan
tangan dan jari lengan daerah yang dioperasi
- untuk sisi sehat latihan lingkup gerak sendi lengan
secara penuh
- untuk lengan atas bagian operasi latihan esometrik
- latihan relaksasi otot leher dan toraks
- aktif mobilisasi
hari 3-5
- latihan lingkup gerak sendi untuk bahu sisi operasi
(bertahap)
- latihan relaksasi
- aktif dalam sehari-hari dimana sisi operasi tidak
dibebani
hari 6 dan seterusnya
- bebas gerakan
- edukasi untuk mempertahankan lingkup gerak sendi
dan usaha untuk mencegah/menghilangkan
timbulnya lymphedema

Follow up :

 tahun 1 dan 2 → kontrol tiap 2 bulan


 tahun 3 s/d 5 → kontrol tiap 3 bulan
 setelah tahun 5 → kontrol tiap 6 bulan

 Pemeriksaan fisik : tiap kali kontrol


 Thorax foto : tiap 6 bulan
 Lab, marker : tiap 2-3 bulan
 Mamografi kontra lateral : tiap tahun atau ada
indikasi
 USG Abdomen/lever : tiap 6 bulan atau ada
indikasi

16
PROTOKOL PENATALAKSANAAN TUMOR /
KANKER TIROID

17
PROTOKOL PENATALAKSANAAN TUMOR /

Tumor / Kanker Tiroid


Tim Perumus Protokol Penatalaksanaan Tumor / Kanker Tiroid
KANKER TIROID
Ketua : Prof. Dr. Pisi Lukitto, SpB(K)Onk,KBD I. PENDAHULUAN

Anggota : Prof. Dr. Adrie Manoppo, SpB(K)Onk Tumor/kanker tiroid merupakan neoplasma sistem endokrin yang
Dr. Azamris, SpB(K)Onk terbanyak dijumpai. Berdasarkan dari “Pathologycal Based
Dr. Med. Didid Tjindarbumi, SpB(K)Onk Registration” di Indonesia kanker tiroid merupakan kanker dengan
Dr. Djoko Dlidir, SpB(K)Onk insidensi tertinggi urutan ke sembilan.
Dr. Dimyati Achmad, SpB(K)Onk
Prof. Dr. John Pieter, SPB(K)Onk Penanganan pertama untuk suatu kanker adalah kesempatan
Dr. Kunta Setiadji, SpB(K)Onk terbaik untuk pasien mencapai tingkat “kesembuhan” optimal.
Dr. Sonar Soni Panigoro, SpB(K)Onk Demikian pula halnya untuk kanker tiroid.
Dr. Subianto, SpB(K)Onk
Dr. Sunarto Reksoprawiro, spB(K)Onk Untuk mendapatkan hasil yang terbaik dalam penatalaksanaan
Dr. Teguh Aryandono, SpB(K)Onk tumor/kanker tiroid sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan
Dr. H. Zafiral Azdi Albar, SpB(K)Onk dan teknologi kedokteran, perlu merevisi protokol yang telah ada
sehingga dapat menjadi panduan bersama dan dapat :
• Menyamakan persepsi dalam penatalaksanaan tumor/kanker
tiroid.
• Bertukar informasi dalam bahasa dan istilah yang sama.
• Menjadi tolok ukur mutu pelayanan
• Menunjang pendidikan bedah umum dan pendidikan bedah
onkologi
• Bermanfaat untuk penelitian bersama

II. KLASIFIKASI HISTOPATOLOGI DAN SISTEM TNM

Klasifikasi Karsinoma Tiroid menurut WHO:

Tumor epitel maligna


 Karsinoma folikulare
 Karsinoma papilare
 Campuran karsinoma folikulare-papilare
 Karsinoma anaplastik ( Undifferentiated )
 Karsinoma sel skuamosa
 Karsinoma Tiroid medulare

Tumor non-epitel maligna


 Fibrosarkoma
 Lain-lain

18
T4b* (karsinoma anaplastik) Tumor (ukuran berapa saja)
Tumor maligna lainnya berekstensi keluar kapsul tiroid$
 Sarkoma Catatan :
Tumor multifokal dari semua tipe histologi harus diberi tanda (m) (ukuran
 Limfoma maligna terbesar menentukan klasifikasi), contoh : T2(m)
 Haemangiothelioma maligna *Semua karsinoma tiroid anaplastik/undifferentiated termasuk T4
 Teratoma maligna £Karsinoma anaplastik intratiroid – resektabel secara bedah
$Karsinoma anaplastik ekstra tiroid irresektabel secara bedah
Tumor Sekunder dan Unclassified tumors
N Kelenjar Getah Bening Regional
Rosai J membedakan tumor tiroid atas adenoma folikulare, Nx Kelenjar Getah Bening tidak dapat dinilai
karsinoma papilare, karsinoma folikulare, “ hurthle cell tumors “ , N0 Tidak didapat metastasis ke kelenjar getah bening
“ clear cell tumors “, tumor sell skuamous, tumor musinus, N1 Terdapat metastasis ke kelenjar getah bening
karsinoma medulare, karsinoma berdiferensiasi buruk dan N1a Metastasis pada kelenjar getah bening cervical
“undifferentiated carcinoma “ Level VI (pretrakheal dan paratrakheal, termasuk
prelaringeal dan Delphian)
Untuk menyederhanakan penatalaksanaan Mc Kenzie membedakan N1b Metastasis pada kelenjar getah bening cervical
kanker tiroid atas 4 tipe yaitu : karsinoma papilare, karsinoma unilateral, bilateral atau kontralateral atau ke
folikulare, karsinoma medulare dan karsinoma anaplastik. kelenjar getah bening mediastinal atas/superior

Klasifikasi Klinik TNM Edisi 6 - 2002 M Metastasis jauh


Mx Metastasis jauh tidak dapat dinilai
T-Tumor Primer M0 Tidak terdapat metastasis jauh
Tx Tumor primer tidak dapat dinilai M1 Terdapat metastasis jauh
T0 Tidak didapat tumor primer
T1. Tumor dengan ukuran terbesar 2cm atau kurang Terdapat empat tipe histopatologi mayor :
masih terbatas pada tiroid - Papillary carcinoma (termasuk dengan fokus folikular)
T2 Tumor dengan ukuran terbesar lebih dari 2 cm - Follicular carcinoma (termasuk yang disebut dengan Hürthle cell
tetapi tidak lebih dari 4 cm masih terbatas pada carcinoma)
tiroid - Medullary carcinoma
T3 Tumor dengan ukuran terbesar lebih dari 4 cm - Anaplastic/undifferentiated carcinoma
masih terbatas pada tiroid atau tumor ukuran berapa saja
dengan ekstensi ekstra tiroid yang minimal (misalnya ke
otot sternotiroid atau jaringan lunak peritiroid) Stadium klinis
T4a Tumor telah berkestensi keluar kapsul tiroid dan
menginvasi ke tempat berikut : jaringan lunak Karsinoma Tiroid Papilare atau Folikulare
subkutan, laring, trakhea, esofagus, n.laringeus Umur < 45 th
recurren
T4b Tumor menginvasi fasia prevertebra, pembuluh Stadium I Any T Any N M0
mediastinal atau arteri karotis Stadium II Any T Any N M1
T4a* (karsinoma anaplastik) Tumor (ukuran berapa saja)
masih terbatas pada tiroid£

19
Papilare atau Folikulare umur >45tahun dan Medulare 5. Riwayat penyakit serupa pada famili/keluarga.
Bila ada, harus curiga kemungkinan adanya malignansi
Stadium I T1 N0 M0 tiroid tipe medulare.
Stadium II T2 N0 M0
Stadium III T3 N0 M0
T1,T2,T3 N1a M0 6. Temuan pada Pemeriksaan Fisik
Stadium IVA T1,T2,T3 N1b M0 • Pada tumor primer dapat berupa suatu nodul soliter atau
T4a N0,N1 M0 multiple dengan konsistensi bervariasi dari kistik sampai
Stadium IVB T4b TiapN M0 dangan keras bergantung kepada jenis patologi anatomi
Stadium IVC TiapT TiapN M1 (PA) nya.
• Perlu diketahui ada tidaknya pembesaran kelenjar getah
bening regional.
Anaplastik/Undifferentiated (Semua kasus stadium IV) • Disamping ini perlu dicari ada tidaknya benjolan pada
calvaria, tulang belakang, clavicula, sternum dll, serta
Stadium IVA T4a Tiap N M0 tempat metastasis jauh lainnya yaitu di paru-paru, hati,
Stadium IVB T4b Tiap N M0 ginjal dan otak.
Stadium IVC TiapT TiapN M1
b. Pemeriksaan Penunjang
III. PROSEDUR DIAGNOSTIK 1. Pemeriksaan laboratorium
• Human thyroglobulin, suatu ‘tumor marker’ untuk
a. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik keganasan tiroid; jenis yang berdiferensiasi baik,
terutama untuk follow up.
1. Pengaruh usia dan jenis kelamin • Pemeriksaan kadar FT4 dan TSHS untuk menilai fungsi
Risiko malignansi : apabila nodul tiroid terdapat pada usia tiroid
dibawah 20 tahun, dan diatas 50 tahun jenis kelamin laki-laki
• Kadar calcitonin hanya untuk pasien yang dicurigai
mempunyai risiko malignansi lebih tinggi.
karsinoma meduler.
2. Pengaruh radiasi didaerah leher dan kepala 2. Pemeriksaan radiologis
Radiasi pada masa kanak-kanan dapat menyebabkan
malignansi pada tiroid kurang lebih 33 – 37%
• Dilakukan pemeriksaan foto paru posteroanterior,
untuk menilai ada tidaknya metastasis. Foto polos
3. Kecepatan tumbuh tumor leher antero-posterior dan lateral dengan metode ‘soft
 Nodul jinak membesar tidak terlalu cepat tissue technique’ dengan posisi leher hiperekstensi,
 Nodul ganas membesar dengan cepat bila tumornya besar. Untuk melihat ada tidaknya
 Nodul anaplastik membesar sangat cepat mikrokalsifikasi.
 Kista dapat membesar dengan cepat
• Esofagogram dilakukan bila secara klinis terdapat
tanda-tanda adanya infiltrasi ke esofagus.
4. Riwayat gangguan mekanik di daerah leher. • Pembuatan foto tulang dilakukan bila ada tanda-tanda
Keluhan gangguan menelan, perasaan sesak sesak, metastasis ke tulang yang bersangkutan.
perubahan suara dan nyeri dapat terjadi akibat desakan
dan atau infiltrasi tumor. 3. Pemeriksaan ultrasonografi

20
 Merupakan pemeriksaan diagnostik utama jaringan
Diperlukan untuk mendeteksi nodul yang kecil atau nodul di diperiksa setelah dilakukan tindakan lobektomi atau
posterior yang secara klinis belum dapat dipalpasi. Disamping isthmolobektomi
itu dapat dipakai untuk membedakan nodul yang padat dan  Untuk kasus inoperabel, jaringan yang diperiksa diambil
kistik serta dapat dimanfaatkan untuk penuntun dalam dari tindakan biopsi insisi
tindakan biopsi aspirasi jarum halus.
Secara klinis, nodul tiroid dicurigai ganas apabila:
4. Pemeriksaan sidik tiroid
• Usia dibawah 20 tahun atau diatas 50 tahun
Pemeriksaan sidik tiroid : bila nodul menangkap jodium lebih • Riwayat radiasi daerah leher sewaktu kanak-kanak
sedikit dari jaringan tiroid yang normal disebut nodul dingin • Disfagia, sesak nafas perubahan suara
(cold nodule), bila sama afinitasnya maka disebut nodul • Nodul soliter, pertumbuhan cepat, konsistensi keras
hangat (warn nodule) dan bila afinitasnya lebih maka disebut • Ada pembesaran kelenjar getah bening leher
nodul panas (hot nodule). • Ada tanda-tanda metastasis jauh.
Karsinoma tiroid sebagian besar adalah nodule dingin. Sekitar
10 – 17 % struma dengan nodule dingin ternyata adalah suatu IV. PENATALAKSANAAN NODUL TIROID
keganasan.
Bila akan dilakukan pemeriksaan sidik tiroid maka obat-obatan Pertama-tama dilakukan pemeriksaan klinis untuk menentukan
yang mengganggu penangkapan jodium oleh tiroid harus apakah nodul tiroid tersebut suspek maligna atau suspek
dihentikan selama 2 – 4 minggu sebelumnya. benigna.
Pemeriksaan sidik tiroid ini tidak mutlak diperlukan, jika tidak
ada fasilitasnya, tidak usah dikerjakan Bila nodul tersebut suspek maligna dibedakan atas apakah kasus
tersebut operabel atau inoperabel. Bila kasus yang dihadapi
5. Pemeriksaan sitologi melalui biopsi aspirasi jarum halus inoperabel maka dilakukan tindakan biopsi insisi dengan
(BAJAH) pemeriksaan histopatologi secara blok parafin. Dilanjutkan
dengan tindakan debulking dan radiasi eksterna atau
Keberhasilan dan ketepatan pemeriksaan Bajah tergantung khemoradioterapi.
dari 2 hal yaitu: Faktor kemampuan pengambilan sampel dan
faktor ketepatan interpretasi oleh seorang sitolog sehingga Bila nodul tiroid suspek maligna tersebut operabel dilakukan
angka akurasinya sangat bervariasi. tindakan isthmolobektomi dan pemeriksaan potong beku (VC ).
Ketepatan pemeriksaan sitologi untuk kanker tiroid anaplastik, Ada 5 kemungkinan hasil yang didapat :
medulare dan papilare hampir mendekati 100% tetapi untuk
jenis folikulare hampir tidak dapat dipakai karena gambaran 1. Lesi jinak
sitologi untuk adenomatous goiter, adenoma folikuler dan maka tindakan operasi selesai dilanjutkan dengan
adeno karsinoma folikuler adalah sama, tergantung dari observasi
gambaran invasi ke kapsul dan vaskular yang hanya dapat
dilihat dari gambaran histopatologi. 2. Karsinoma papilare.
Dibedakan atas risiko tinggi dan risiko rendah
6. Pemeriksaan Histopatologi berdasarkan klasifikasi AMES.
- Bila risiko rendah tindakan operasi selesai
dilanjutkan dengan observasi.

21
- Bila risiko tinggi dilakukan tindakan tiroidektomi total.
Bagan Penatalaksanaan Nodul Tiroid
3. Karsinoma Folikulare Bagan I
Dilakukan tindakan tiroidektomi total
Nodul Tiroid

4. Karsinoma Medulare
Dilakukan tindakan tiroidektomi total Klinis

5. Karsinoma Anaplastik Suspek Maligna Suspek Benigna


- Bila memungkinkan dilakukan tindakan
tiroidektomi total.
- Bila tidak memungkinkan, cukup dilakukan Inoperabel Operabel
FNAB
tindakan debulking dilanjutkan dengan
radiasi eksterna atau khemoradioterapi. Biopsi Insisi Isthmolobektomi

Lesi jinak VC Suspek maligna Benigna


Bila nodul tiroid secara klinis suspek benigna dilakukan tindakan
Folikulare pattern
FNAB ( Biospi Jarum Halus ). Ada 2 kelompok hasil yang mungkin Hurthle cell
didapat yaitu :

1. Hasil FNAB suspek maligna, “foliculare Pattern” dan


“Hurthle Cell”. Papilare Folikulare Medulare Anaplastik

Dilakukan tindakan isthmolobektomi dengan pemeriksaan Supresi TSH


6 bulan
potong beku seperti diatas.
Risiko Risiko Membesar Mengecil
2. Hasil FNAB benigna Rendah Tinggi Tidak ada
Perubahan
Dilakukan terapi supresi TSH dengan tablet Thyrax selama 6
bulan kemudian dievaluasi, bila nodul tersebut mengecil
diikuti dengan tindakan observasi dan apabila nodul tersebut Debulking
tidak ada perubahan atau bertambah besar sebaiknya
Observasi Tiroidektomi total Radiasi eksterna/
dilakukan tindakan isthmolobektomi dengan pemeriksaan
Khemotherapi
potong beku seperti diatas.

Bila di pusat pelayanan kesehatan tidak terdapat fasilitas


pemeriksaan potong beku maupun maka dilakukan tindakan
lobektomi/isthmolobektomi dengan pemeriksaan blok parafin dan
urutan penanganan nodul tiroid dapat mengikuti bagan dibawah
ini.

22
Bagan Penatalaksanaan Alternatif Nodul Tiroid Penatalaksanaan Kanker Tiroid Dengan Metastasis
Bagan II Regional.
Nodul Tiroid
Dipastikan terlebih dahulu apakah kasus yang dihadapi operabel
atau inoperabel . Bila inoperabel tindakan yang dipilih adalah
Klinis dengan radioterapi eksterna atau dengan khemoradioterapi
dengan memakai Adriamicin. Dosis 50-60mg/m2 luas permukaan
tubuh ( LPT )
Suspek Maligna Suspek Benigna
Bila kasus tersebut operabel dilakukan penilaian infiltrasi kelenjar
getah bening terhadap jaringan sekitar.
Inoperabel Operabel Bila tidak ada infiltrasi dilakukan tiroidektomi total( TT) dan “
Observasi
Functional RND”
Biopsi Insisi Lobektomi Bila ada infiltrasi pada n.Ascesorius dilakukan TT + RND standar.
Isthmolobektomi -Gejala penekanan Bila ada infiltrasi pada vena Jugularis interna tanpa infiltrasi pada
-Terapi konservatif n. Ascesorius dilakukan TT + RND modifikasi 1.
Blok paraffin suprsi TSH gagal
Bila ada infiltrasi hanya pada m. Sterno cleidomastoidius dilakukan
-Kosmetik
Lesi jinak Ganas TT + RND modifikasi 2.

Operasi selesai
Bagan Penatalaksanaan Kanker Tiroid dengan Metastasis
Regional
Bagan III
Papilare Folikulare Medulare Anaplastik KT + Metastasis Regional

Inoperabel Operabel
Risiko Risiko
Rendah Tinggi Infiltrasi ke

N.Acessorius V.Jugularis M.Sterno Infiltrasi


Debulking Interna cleidomas (-)
Toideus
Observasi Tiroidektomi total Radiasi eksterna/
Khemotherapi
Radioterapi TT + RND TT + RND TT + RND TT + RND
Khemoradio Standar Modif. 1 Modif 2 “Functional”
terapi

23
Penatalaksanaan Kanker Tiroid Dengan Metasasis Jauh
V. FOLLOW UP
Dibedakan terlebih dahulu apakah kasus yang dihadapi
berdiferensiasi baik atau buruk. a. Karsinoma Tiroid berdiferensiasi baik
Bila berdiferensiasi buruk dilakukan khemoterapi dengan Empat minggu setelah tindakan TT dilakukan pemeriksaan sidik
adriamicin. seluruh tubuh.
Bila berdiferensiasi baik dilakukan TT + radiasi interna dengan I 131 • Bila masih ada sisa jaringan tiroid normal dilakukan
kemudian dinilai dengan sidik seluruh tubuh, bila respon (+) ablasio dengan I131 kemudian dilanjutkan dengan terapi
dilanjutkan dengan terapi subpresi/subtitusi. substitusi /supresi dengan Thyrax sampai kadar TSHs ≤
Syarat untuk melakukan radiasi interna adalah : tidak boleh ada 0,1
jaringan tiroid normal yang akan bersaing dalam afinitas terhadap • Bila tidak ada sisa jaringan tiroid normal dilakukan terapi
jaringan radioaktif. Ablatio jaringan tiroid itu bisa dilakukan substitusi/supresi.
dengan pembedahan atau radio ablatio dengan jaringan radioaktif
. Setelah 6 bulan terapi substitusi / supresi dilakukan
Bila respon (-) diberikan khemoterapi adriamicin. pemeriksaan sidik seluruh tubuh dengan terlebih dahulu
Pada lesi metastasisnya, bila operabel dilakukan eksisi luas. menghentikan terapi substitusi selama 4 minggu sebelum
pemeriksaan.
• Bila terdapat metastasis jauh, dilakukan radiasi interna
Bagan Penatalaksanaan Kanker Tiroid dengan Metastasis I131 dilanjutkan terapi substitusi/supresi.
Jauh • Bila tidak ada metastasis terapi substistusi /supresi
Bagan IV dilanjutkan dan pemeriksaan sidik seluruh tubuh diulang
setiap tahun selama 2 -3 tahun dan bila 2 tahun berturut
KT + Metastasis Jauh –turut hasilnya tetap negatif maka evaluasi cukup
dilakukan 3-5 tahun sekali.

Diferensiasi Buruk Diferensiasi Baik


Dalam follow up KT diferensiasi baik, pemeriksaan kadar human
tiroglobulin dapat dipakai sebagai petanda tumor untuk
mendeteksi kemungkinan adanya residif tumor.
TT + Radiasi interna

Khemoterapi Respon (-) Respon (+)

Terapi supresi
& substitusi

24
Bagan Follow Up Kanker Tiroid Berdiferensiasi baik Bagan VI
Bagan V
Tiroidektomi Total
Tiroidektomi Total
3 bulan pasca operasi periksa
4 minggu - Kalsitonin
Sidik tiroid

Kadar Kalsitonin Rendah / 0 Kadar Kalsitonin ≥ 10 ng/ml

Sisa jaringan tiroid Sisa jaringan tiroid


(+) (-)
Observasi CT Scan, MRI, SVC

Ablasi Terapi supresi/ Radiasi


Substitusi` interna
Residif Lokal (-) Residif Lokal (+) Metastasis Jauh
6 bulan
Sidik seluruh tubuh

Re Eksisi Operabel Inoperabel

Metastasis (-) Metastasis (+)

Eksisi Paliatif
b. Karsinoma Tiroid jenis medulare
KEPUSTAKAAN
Tiga bulan setelah tindakan tiroidektomi total atau tiroidektomi
total + diseksi leher sentral, dilakukan pemeriksaan kalsitonin. 1. Burch H.B, Evaluation and Management of The Solid
Thyroid Nodule, in Burman K.D; Endocrinology and
• Bila kadar kalsitonin rendah atau 0 ng/ml dilanjutkan
Metabolism Clinics of North America 1995, 24: 4 pp 663 –
dengan observasi,
710
• Bila kadar kalsitonin ≥ 10 ng/ml dilakukan pemeriksaan CT
scan, MRI untuk mencari rekurensi lokal atau dilakukan
2. Cady B, Rossi RL., Differentiaded Carcinoma of Thyroid
SVC ( Selecture Versus Catheterition ) pada tempat-
Bland in.
tempat yang dicurigai metastasis jauh yaitu paru-paru dan
Cady B., Surgery of The Thyroid and Parathyroid Blands,
hati.
3rd ed, with Saunders Philadelphia, 1991, pp 139-151.
Ada 3 rangkaian yang diteruskan :
3. Collin SL. Thyroid Cancer: Controversies and
Etiopathogenesis in Falk S.A. Thyroid Disease
1. Tidak didapatkan tanda-tanda residif, maka cukup di
Endocrinology, Surgery, Nuclear Medicine and
observasi untuk 3 bulan kemudian diperkirakan kadar
Radiotherapy, 2nd ed, Lippincott-Raven, Philadelphia,
kalsitenin
1997, pp 495 – 564.
2. Terdapat residif lokal, maka harus dilakukan re eksisi
3. Terdapat metastasis jauh harus dinilai apakah operabel
4. Donovan DT, Gabel R.F. Medullary Thyroid Carcinoma and
atau inoperabel. Bila operabel dilakukan eksisi, bila
The Multiple Endocrine Neoplasia Syndrome in Falk SA
inoperbel tindakan yang dilanjutkan hanya paliatif
Thyroid Disease Endocrinology, Surgery, Nuclear Medicine

25
and Radiotherapy, 2nd ed, Lippincott-Raven, Philadelphia, 12. Whine RM Jr, : Thyroid in Myers EM; Head and Neck
1977, 619-644 Oncology Diagnosis, Treatment and Rehabilitation, S ed,
Little, Brown and Company Boston/Toronto/Canada, 1991,
5. Fraker D.L, Skarulis M., Livolsi V, Thyroid Tumors in De pp 299-310
vita Jr. V.T., Hellen S. Rosenberg SA; Cancer Principles
Practise of Oncology, 6th ed, Lippincott Williams & Wilkins,
Philadelphia, 2001, pp 1940-1760.

6. From G. L N. Lawson VG : Solitary Thyroid Nodule :


Concept in Diagnosis and treatment in Falk S.A. Thyroid
Disease Endocrinology, Surgery, Nuclear Medicine and
Radiotherapy, 2nd ed, Lippincott-Raven, Philadelphia,
1997,
pp 411-429.

7. Harmanek P and Sobin LH TNM Classification of Malignant


Tumour. 4th ed International Union Against Cancer.
Springer-Verlag. 1987 pp 33-36

8. Masjhur JS. Protokol pengobatan karsinoma tiroiddenga


Iodium radioaktif. Prosiding Endokrinologi Klinik II.
Masjhur JS dan Kariadi SHK ( Eds). Kelompok Studi LAMPIRAN
Endokrinologi dan Penyakit Metabolik Fak.Kedokteran
Universitas Padjadjaran / RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. 1. Karsinoma tiroid berdiferensiasi buruk adalah KT anaplastik
1995:R1-14 dan medulare

9. Sadler G. P et al, Thyroid and Parathyroid in Schwartz S.I 2. Karsinoma tiroid berdiferensiasi baik adalah KT papilare dan
et al :Principles of Surgery 7th ed, The Mc Graw Hill, St. folikulare
Louis, 1999, pp.1681-1694. Dibedakan atas kelompok risiko tinggi dan risiko rendah
berdasarkan klasifikasi AMES (age, metastatic disease,
10. Strong E.W; Evaluation and Surgical Treatment of Papillary extrathyroidal extension, size)
and Follicular Carcinoma in Falk S.A. Thyroid Disease Risiko rendah :
Endocrinology, Surgery, Nuclear Medicine and a. - Laki-laki umur < 41 th, wanita < 51 th
Radiotherapy, 2nd ed, Lippincott-Raven, Philadelphia, - Tidak ada metastasis jauh
1997, pp 565 – 586. b. - Laki-laki umur > 41 th, wanita > 51 th
- Tidak ada metastasis jauh
11. St. Lous J.D et al, Follicular Neoplasm: Dec Role for -Tumor primer masih terbatas didalam tiroid untuk
Observation, Fine Needle Aspiration Biopsy, Thyroid karsinoma papilare atau invasi kapsul yang
Susppressions and Surgery, Seminars in Surgical Oncology minimal untuk karsinoma folikulare
1999, 16:5-11. - Ukuran tumor primer < 5 cm
Risiko tinggi :
a. Semua pasien dengan metastasis jauh

26
b. Laki-laki umur < 41th, wanita < 51 th dengan m.omohyodius dan kelenjar ludah submandibularis dan “tail
invasi kapsul yang luas pada karsinoma folikulare parotis”
c. Laki-laki umur > 41 th, wanita >51 th dengan
karsinoma papilare invasi ekstra tiroid atau 9. RND modifikasi 1 : RND dengan mempertahankan
karsinoma folikulare dengan invasi kaspul yang n.ascessorius
luas dan ukuran tumor primer ≥ 5 cm.
10. RND modifikasi 2 : RND dengan mempertahankan
3. Tiroidektomi totalis artinya semua kel. tiroid diangkat. n.ascessorius dan v. jugularis interna

4. Near total thyroidectomy artinya isthmolobektomi dekstra dan 11. RND functional : RND dengan mempertahankan
lobektomi subtotal sinistra dan sebaliknya, sisa jaringan tiroid n.ascessorius ,v. jugularis interna dan m.
masing-masing 1 – 2 gram sternocleidomastoideus

5. Tiroidektomi subtotal bilateral artinya mengangkat sebagian


besar tiroid lobus kanan dan sebagian besar lobus kiri sisa
jaringan tiroid masing-masing 2 - 4 gram

6. Isthmolobektomi artinya mengangkat isthmus juga, karena


batas isthmus itu “imaginer” melewati pinggir tepi trachea
c.l.(kontra lateral)

7. Lobektomi artinya mengangkat satu lobus saja atau secara


rinci :
a. Lobektomi totalis dekstra atau lobektomi totalis
sinistra.
b. Lobektomi subtotal dekstra artinya mengangkat
sebagian besar lobus kanan, sisa 3 gram.
c. Lobektomi subtotal saja tidak dilakukan sendiri tanpa
7 a.
Catatan : pada pengangkatan kelenjar tiroid yang disebutkan
diatas dengan sendirinya bila ada tumor harus diangkat.
Istilah “strumectomy” tidak dipakai karena kemungkinan
memberikan pengertian yang salah, seolah-olah hanya
benjolan saja yang diangkat.
Istilah “enukleasi” artinya pengangkatan rodulnya saja, dan
cara ini tidak dibenarkan pada pembedahan tiroid.

8. RND (Diseksi leher radikal) Standar


Pengangkatan seluruh jaringan limfoid didaerah leher sisi ybs
dengan menyertakan pengangkatan n. ascesorius, v. jugularis
ekterna dan interna, m. sternocleidomastoideus dan

27
PROTOKOL PENATALAKSANAAN TUMOR /
Tim Perumus Protokol Penatalaksanaan Tumor / Kanker
KANKER KELENJAR LIUR Kelenjar Liur

Ketua : Dr. Sunarto Reksoprawiro, SpB(K)Onk

Anggota : Dr. Burmansyah S, SpB(K)Onk


Dr. Dimyati Achmad, SpB(K)Onk
Dr. Drajat R. Suardi, SpB(K)Onk
Dr. Eddy H. Tanggo, SpB(K)Onk
Dr. Idral Darwis, SpB(K)Onk
Dr. I.N.W. Steven Christian, SpB(K)Onk
Dr. K.M. Yamin Alsoph, SpB(K)Onk
Dr. Subianto, SpB(K)Onk
Dr. Teguh Aryandono, SpB(K)Onk
Dr. H. Zafiral Azdi Albar, SpB(K)Onk

28
II. KLASIFIKASI HISTOPATOLOGI
PROTOKOL PENATALAKSANAAN TUMOR /
A. Klasifikasi Histopatologi WHO/ AJCC
KANKER KELENJAR LIUR
Tumor jinak
plemorphic adenoma ( mixed benign tumor)
I. PENDAHULUAN monomorphic adenoma
papillary cystadenoma lymphomatosum
A. Batasan (Sesuai ICD X) (Warthin’s tumor)

Neoplasma kelenjar liur ialah neoplasma jinak atau ganas yang Tumor ganas
berasal dari sel epitel kelenjar liur mucoepidermoid carcinoma
kelenjar liur major : - glandula parotis acinic cell carcinoma
-glandula submandibula adenoid cystic carcinoma
-glandula sublingual adenocarcinoma
kelenjar liur minor : kelenjar liur yang tersebar dimukosa epidermoid carcinoma
traktus aerodigestivus atas (rongga mulut, rongga small cell carcinoma
hidung, faring,laring) dan sinus paranasalis lymphoma
Malignant mixed tumor
B. Epidemiologi Carcinoma ex pleomorphic adenoma
(carcinosarcoma)
Resiko terjadinya neoplasma parotis berhubungan dengan ekspos
radiasi sebelumnya. Akan tetapi ada faktor faktor lain yang
mempengaruhi terjadinya karsinoma kelenjar liur seperti B. Klasifikasi menurut grade (WHO/ AJCC?)
pekerjaan, nutrisi, dan genetik. Kemungkinan terkena pada laki-
laki sama dengan pada perempuan Low grade malignancies
acinic cell tumor
Kelenjar liur major yang paling sering terkena ialah glandula mucoepidermoid carcinoma (grade I atau II)
parotis yaitu 70-80%, sedangkan kelenjar liur minor yang paling
sering terkena terletak pada palatum. Kurang lebih 20-25% dari High grade malignancies
tumor parotis, 35-40% dari tumor submandibula, 50% pari tumor mucoepidermoid carcinoma (grade III)
palatum, dan 95-100% dari tumor glandula sublingual adalah adenocarcinoma;porly differentiated carcinoma;
ganas. Insiden tumor kelenjar liur meningkat sesuai dengan umur, anaplastic carcinoma
kurang dari 2% mengenai penderita usia < 16 tahun squamous cell carcinoma
malignant mixed tumor
Pleomorphic adenoma lebih sering diderita pasien usia rata rata 40 adenoid cystic carcinoma
tahun, perempuan lebih banak daripada laki-laki.
Warthin tumor lebih sering diderita oleh laki-laki, 10% terjadi tumor ganas yang tersering ialah mucoepidermoid dan
bilateral, sering pada kutub bawah parotis. adenocarcinoma, disusul dengan adenoid cystic carcinoma

C. Laporan patologi standard

29
Yang perlu dilaporkan pada hasil pemeriksaan patologis dari Tiap Tiap M1
spesimen operasi meliputi : T N
• tipe histologis tumor Tiap
• derajat diferensiasi (grade) T
• pemeriksaan TNM untuk menentukan stadium patologis Nx Metastase k.g.b tak dapat
(pTNM) ditentukan
N0 Tidak ada metastase k.g.b
T = Tumor primer N1 Metastase k.g.b tunggal <3cm,
ukuran tumor ipsilateral
adanya invasi kedalam pembuluh darah/limfe
radikalitas operasi N2 Metastase k.g.b tunggal/multipel
>3cm-6cm,
N = Nodus regional ipsilateral/bilateral/kontralateral
ukuran k.g.b N2a Metastase k.g.b tunggal >3cm-
jumlah k.g.b yang ditemukan 6cm, ipsilateral
level k.g.b yang positip N2b Metastase k.g.b multipel > 6cm,
jumlah k.g.b yang positip ipsilateral
invasi tumor keluar kapsul k.g.b N2c Metastase k.g.b > 6cm,
adanya metastase ekstranodal bilateral/kontralateral
N3 Metastase k.g.b >6cm
M = Metastase jauh
Mx Metastse jauh tak dapat
ditentukan
M0 Tidak ada metastase jauh
III. KLASIFIKASI STADIUM KLINIS M1 Metastase jauh
Penentuan stadium menurut AJCC tahun 2002, berdasarkan
klasifikasi TNM
IV. PROSEDUR DIAGNOSTIK
TNM Keterangan ST T N M
Tx Tumor primer tak dapat I T1 N0 M0 1. PEMERIKSAAN KLINIS
ditentukan T2 N0 M0
T0 Tidak ada tumor primer a. Anamnesa
T1 Tumor < 2cm, tidak ada ekstensi II T3 N0 M0 Anamnesa dengan cara menanyakan kepada penderita
ekstraparenkim atau keluarganya tentang :
T2 Tumor >2cm-4cm, tidak ada III T1 N1 M0 1. Keluhan
ekstensi ektraparenkim T2 N1 M0 a. Pada umumnya hanya berupa benjolan
T3 Tumor >4cm-6cm, atau ada IV T4 N0 M0 soliter, tidak nyeri, di pre/infra/retro
ekstensi ekstraprenkim tanpa T3 N1 M0 aurikula (tumor parotis), atau di
terlibat n.VII T4 N1 M0 submandibula (tumor sumandibula), atau
T4 Tumor >6cm, atau ada invasi ke Tiap N2 M0 intraoral (tumor kelenjar liur minor)
n.VII/dasar tengkorak T N3 M0

30
b. Rasa nyeri sedang sampai hebat (pada Palpasi apakah ada pembesaran kelenjar getah
keganasan parotis atau submandibula) bening leher ipsilateral dan kontralaeral. Bila ada
c. Paralisis n. fasialis, 2-3% (pada keganasan pembesaran tentukan lokasinya, jumlahnya,
parotis) ukuran terbesar, dan mobilitasnya.
d. Disfagia, sakit tenggorok, gangguan
pendengaran (lobus profundus parotis
terlibat) 2. PEMERIKSAAN RADIOLOGIS (ATAS INDIKASI)
e. Paralisis n.glosofaringeus, vagus,
asesorius, hipoglosus, pleksus simpatikus 1. X foto polos
(pada karsinoma parotis lanjut) X foto madibula AP/Eisler, dikerjakan bila tumor
f. Pembesaran kelenjar getah bening leher melekat tulang
(metastase) Sialografi, dibuat bila ada diagnose banding kista
2. Perjalanan penyakit ( progresivitas penyakit) parotis/submandibula
3. Faktor etiologi dan resiko (radioterapi kepala X foto toraks , untuk mencari metastase jauh
leher, ekspos radiasi)
4. Pengobatan yang telah diberikan serta bagaimana 2. Imaging
hasil pengobatannya CT scan/ MRI, pada tumor yang mobilitas terbatas,
5. Berapa lama kelambatan untuk mengetahui luas ekstensi tumor
lokoregional. CT scan perlu dibuat pada tumor
b. Pemeriksaan fisik parotis lobus profundus untuk mengetahui
1. Status general perluasan ke orofaring
Pemeriksaan umum dari kepala sampai kaki, Sidikan Tc seluruh tubuh, pada tumor ganas untuk
tentukan : deteksi metastase jauh.
a. penampilan (Karnofski / WHO)
b. keadaan umum 3. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
adakah anemia, ikterus,
periksa T,N,R,t, kepala, Pemeriksaan laboratorium rutin, seperti: darah, urine,
toraks, abdomen, SGOT/SPT, alkali fosfatase, BUN/kreatinin, globulin, albumin,
ekstremitas,vertebra, pelvis serum elektrolit, faal hemostasis, untuk menilai keadaan umum
c. apakah ada tanda dan gejala ke arah dan persiapan operasi
metastase jauh (paru, tulang tengkorak,
dll) 4. PEMERIKSAAN PATOLOGI
2. Satus lokal
a. Inspeksi (termasuk inraoral, adakah a. FNA
pedesakan tonsil/uvula) Belum merupakan pemeriksaan baku.
b. Palpasi (termasuk palpasi bimanual, untuk Pemeriksaan ini harus ditunjang oleh ahli
menilai konsistensi, permukaan, mobilitas sitopatologi handal yang khusus menekuni
terhadap jaringan sekitar) pemeriksaan kelenjar liur.
c. Pemeriksaan fungsi n.VII,VIII,IX,X,XI,XII
b. Biopsi insisional
Dikerjakan pada tumor ganas yang inoperabel.
3. Status regional

31
c. Biopsi eksisional
1. pada tumor parotis yang operabel dilakukan (1) Tumor parotis
parotidektomi superfisial
2. pada tumor submandibula yang operabel a. parotidektomi superfisial, dilakukan pada:
dilakukan eksisi submandibula tumor jinak parotis lobus superfisialis
3. pada tumor sublingual dan kelenjar liur minor yang b. parotidektomi total, dilakukan pada:
operabel dilakukan eksisi luas ( minimal 1 cm dari i. tumor ganas parotis yang belum ada
batas tumor) ekstensi ekstraparenkim dan n.VII
ii. tumor jinak parotis yang mengenai lobus
d. Pemeriksaan potong beku profundus
Dikerjakan terhadap spesimen operasi pada biopsi c. parotidektomi total diperluas, dilakukan pada:
eksisional (ad.3) tumor ganas parotis yang sudah ada
ekstensi ekstraparenkim atau n.VII
e. Pemeriksaan spesimen operasi d. deseksi leher radikal (RND), dikerjakan pada:
Yang harus diperiksa lihat tentang Laporan ada metastase k.g.b.leher yang masih
Patologi Standard operabel

(C). MACAM DIAGNOSIS YANG DITEGAKKAN  (diajukan ke rapat (2) Tumor glandula submandibula
PLENO)
eksisi glandula submandibula --- periksa potong beku
1. Diagnosis utama - bila hasil potong beku jinak---- operasi selesai
a. Diagnosis klinis dari kelainan kelenjar liur - bila hasil potong beku ganas -- deseksi submandibula
b. Untuk keganasan, sebutkan stadiumnya -- periksa potong beku
2. Diagnosis komplikasi o bila metastase k.g.b (-) --- operasi selesai
3. Diagnosis sekunder (co-morbiditas) o bila metastase k.g.b (+)--- RND

(3) Tumor glandula sublingual atau kelenjar liur minor


V. PROSEDUR TERAPI
eksisi luas ( 1 cm dari tepi tumor )
Terapi pilihan utama untuk tumor kelenjar liur ialah untuk tumor yang letaknya dekat sekali dengan tulang
pembedahan. Radioterapi sebagai terapi ajuvan pasca bedah (misalnya palatum durum, ginggiva, eksisi luas disertai
diberikan hanya atas indikasi, atau diberikan pada karsinoma reseksi tulang dibawahnya)
kelenjar liur yang inoperabel. Kemoterapi hanya diberikan
sebagai ajuvan, meskipun masih dalam penelitian, dan hasilnya 2. Terapi tambahan
masih belum memuaskan.
Radioterapi pasca bedah diberikan pada tumor ganas
A. TUMOR PRIMER kelenjar liur dengan kriteria :

(1) Tumor operabel 1. high grade malignancy


2. masih ada residu makroskopis atau mikroskopis
1. Terapi utama ( pembedahan)

32
3. tumor menempel pada syaraf ( n.fasialis, A. Operabel : deseksi leher radikal (RND)
n.lingualis, n.hipoglosus, n. asesorius ) B. Inoperabel : radioterapi 40 Gy/+kemoterapi
4. setiap T3,T4 preoperatif, kemudian
5. karsinoma residif dievaluasi
6. karsinoma parotis lobus profundus -menjadi operabel  RND
-tetap inoperabel  radioterapi
Radioterapi sebaiknya dimulai 4-6 minggu setelah dilanjutkan sampai 70Gy
pembedahan untuk memberikan penyembuhan luka
operasi yang adekwat, terutama bila telah dikerjakan alih 2. Terapi tambahan
tandur syaraf. Radioterapi leher ipsilateral 40 Gy
- radioterapi lokal diberikan pada lapangan operasi
meliputi bekas insisi sebanyak 50 Gy dalam 5 minggu.
- Radioterapi regional/leher ipsilateral diberikan pada C. METASTASE JAUH (M)
T3,T4, atau high grade malignancy
Terapi paliatif : kemoterapi
2) Tumor inoperabel
a. Untuk jenis adenokarsinoma (adenoid cystic
1. Terapi utama carcinoma, adenocarcinoma, malignant mixed tumor,
acinic cell carcinoma)
Radioterapi : 65 – 70 Gy dalam 7-8 minggu -adriamisin 50mg/m2 iv pada hari 1
-5 fluorourasil 500mg/m2 iv pda hari 1
2. Terapi tambahan diulang tiap 3 minggu
-sisplatin 100mg/m2 iv pada hari ke 2
Kemoterapi :
a. Untuk jenis adenokarsinoma (adenoid cystic b. Untuk jenis karsinoma sel skwamous (squamous cell
carcinoma, adenocarcinoma, malignant mixed tumor, carcinoma, mucoepidermoid carcinoma)
acinic cell carcinoma) -methotrexate 50mg/m2 iv pada hari ke 1
-adriamisin 50mg/m2 iv pada hari 1 dan 7 diulang tiap 3
-5 fluorourasil 500mg/m2 iv pda hari 1 -sisplatin 100mg/m2 iv pada hari ke 2
diulang tiap 3minggu minggu
-sisplatin 100mg/m2 iv pada hari ke 2

b. Untuk jenis karsinoma sel skwamous (squamous cell


carcinoma, mucoepidermoid carcinoma)
-methotrexate 50mg/m2 iv pada hari ke 1 dan
7 diulang tiap 3
-sisplatin 100mg/m2 iv pada hari ke 2
minggu

B. METASTASE KELENJAR GETAH BENING (N)

1. Terapi utama

33
Bagan Penanganan Tumor Parotis Operabel dengan (N)
Secara Klinis Negatif
Bagan Penanganan Tumor Submandibula Operabel
Tumor parotis (N negatif)
Dengan (N) Secara Klinis Negatif
Tumor submandibula (N negatif)

Parotidektomi superfisial
Eksisi gld.submandibula

Potong beku
Potong beku

Jinak Ganas
Jinak Ganas

Stop Deseksi submandibula


Stop Parotidektomi total
+
sampling k.g.b subdigastrikus
Potong beku

Potong beku
7
Meta k.g.b (-) Meta k.g.b (+)

Meta k.g.b (-) Meta k.g.b (+)


Stop RND

Stop RND

34
(N) POSITIP
Bagan Penanganan Tumor Sublingualis / Kelenjar Liur
Minor
Tumor sublingual/ kel.liur minor (N negatif) operabel inoperabel

Eksisi luas T di operasi T di radioterapi preoperatif radioterapi

Potong beku
Deseksi leher radikal radioterapi operabel inoperabel
(RND) lokoregional
Jinak Ganas dengan/tanpa
radioterapi lokoregional *)
T dioperasi T diradioterapi

Stop Radikalitas
radioterapi
sisa (+) sisa (-) lokoregional
Radikal Tidak radikal +
diseksi leher (sitostatika)
radikal (RND)
Stop Re-eksisi T (-) T (+) +
radioterapi
lokoregional

ND parsial/ sitostatika radioterapi


RND modifikasi lokoregional

N positif bilateral : RND dapat dikerjakan satu tahap dengan preservasi 1


v.jugularis interna atau dikerjakan 2 tahap dengan jarak waktu
3-4 minggu.

*) Indikasi radioterapi ajuvan pada leher setelah RND :


1. Kelenjar getah bening yang mengandung metastase > 1 buah
2. Diameter kelenjar getah bening > 3 cm
3. Ada pertumbuhan ekstrakapsuler
4. High grade malignancy
M POSITIP

sitostatika
+
paliatif (bila perlu):
operasi (trakeotomi,gastrostomi)
radioterapi
medikamentosa

35
Bagan Penanganan Tumor Kelenjar Liur Yang Residif KEPUSTAKAAN :
TUMOR RESIDIF
1. Batsakis JG. Tumors of the head and neck: Clinical and
patholoical conciderations. 2nd ed., Baltimore, Williams
and Wilkins, 1979
terapi sebelumnya: operatif terapi sebelumnya: radioterapi
2. Cunningham MP. Submandibular gland resection and
operabel inoperabel operabel inoperabel excision of sublingual gland tumors, In: Nyhus LM, aker
RJ. (eds)., Mastery of surgery vol I, 2rd. Ed.,Boston, Little,
Brown and Company ; 1992: 113-5
operasi radioterapi operasi sitostatika
+
radioterapi 3. Espat J, Carew JF, Shah JP. Cancer of head and neck, In:
Bland KI, Daly JM, Karakousis P (eds), Surgical oncology-
contemporary priciples & practice, New York, Mc Graw-
Residif lokal/regional/jauh (metastase) → penanganannya dirujuk Hill Companies,Inc.; 2001: 531-6
ke penanganan T/N/M seperti skema yang bersangkutan
4. John ME, Kaplan MJ. Surgical therapy of tumours of the
VI. PROSEDUR FOLLOW UP salivary glands. In: Thawly SE, Panje WR (eds),
Comprehensive Management of Head and Neck Tumors,
Jadwal follow up dianjurkan sebagai berikut: Philadelphia, WB Saunders Co; 1987: Million RR, Cassisi NJ.
1) Dalam 3 tahun pertama : setiap 3 bulan Major salivary glandtumors, In: Million RR, Cassisi NJ (eds),
2) Dalam 3-5 tahun : setiap 6 bulan Philadelphia, JB Lippincott Company; 1984: 529-46
3) Setelah 5 tahun : setiap tahun sekali
untuk seumur hidup 5. Major salivary glands (parotid, submandibular, and
Pada follow up tahunan, penderita diperiksa secara lengkap, sublingual). In: American Joint Committee on Cancer:
fisik, X-foto toraks, USG hepar, dan bone scan untuk AJCC Cancer Staging Manual. 5th ed. Philadelphia,Pa,
menentukan apakah penderita betul bebas dari kanker atau Lippincott-Raven Publishers; 1997: 53-8
tidak.
6. Million RR, Cassisi NJ. Major salivary glandtumors, In:
Pada follow up ditentukan: Million RR, Cassisi NJ (eds), Philadelphia, JB Lippincott
1) Lama hidup dalam tahun dan bulan Company; 1984: 529-46
2) Lama interval bebas kanker dalam tahun dan bulan
3) Keluhan penderita 7. Million RR, Cassisi NJ. Minor salivary glandtumors, In:
4) Status umum dan penampilan Million RR, Cassisi NJ (eds), Philadelphia, JB Lippincott
5) Status penyakit : (1) Bebas kanker Company; 1984: 547-57
(2) Residif
(3) Metastase 8. Seifert G, Sobin LH. The world healyh organization’s
(4) Timbul kanker atau histological classification of salivary gland tumors. A
penyakit baru commentary on the second edition. Cancer 1992; 70: 379-
6) Komplikasi terapi 85
7) Tindakan atau terapi yang diberikan
9. Theriault C, Fitzpatrick PJ: Malignant parotid tumors.

36
Prognostic factors and optimum treatment. Am J Clin
Oncol 1986; 9: 510-6

10. Woods JE. Surgical management of inlammatory and


neoplastic diseases of the parotid gland, In: Nyhus LM,
aker RJ. (eds)., Mastery of surgery vol I, 2rd. Ed.,Boston,
Little, Brown and Company ; 1992: 104-12

37
PROTOKOL PENATALAKSANAAN KANKER
RONGGA MULUT

38
PROTOKOL PENATALAKSANAAN KANKER
RONGGA MULUT

Tim Perumus Protokol Penatalaksanaan Kanker Rongga Mulut I. PENDAHULUAN

A. Batasan
Ketua : Dr. Sunarto Reksoprawiro, SpB(K)Onk
Kanker rongga mulut ialah kanker yang berasal dari epitel baik
Anggota : Dr. Burmansyah S, SpB(K)Onk berasal dari mukosa atau kelenjar liur pada dinding rongga mulut
Dr. Dimyati Achmad, SpB(K)Onk dan organ dalam mulut.
Dr. Drajat R. Suardi, SpB(K)Onk
Dr. Eddy H. Tanggo, SpB(K)Onk Batas-batas rongga mulut ialah :
Dr. Idral Darwis, SpB(K)Onk • Depan : tepi vermilion bibir atas dan bibir bawah
Dr. I.N.W. Steven Christian, SpB(K)Onk • Atas : palatum durum dan molle
Dr. K.M. Yamin Alsoph, SpB(K)Onk • Lateral : bukal kanan dan kiri
Dr. Subianto, SpB(K)Onk • Bawah : dasar mulut dan lidah
Dr. Teguh Aryandono, SpB(K)Onk • Belakang : arkus faringeus anterior kanan kiri dan uvula,
Dr. H. Zafiral Azdi Albar, SpB(K)Onk arkus glossopalatinus kanan kiri, tepi lateral pangkal
lidah, papilla sirkumvalata lidah.

Ruang lingkup kanker rongga mulut meliputi daerah spesifik


dibawah ini :
a. bibir
b. lidah 2/3 anterior
c. mukosa bukal
d. dasar mulut
e. ginggiva atas dan bawah
f. trigonum retromolar
g. palatum durum
h. palatum molle

Tidak termasuk kanker rongga mulut ialah :


a. Sarkoma dan tumor ganas odontogen pada maksila
atau mandibula
b. Sarkoma jaringan lunak dan syaraf perifer pada bibir
atau pipi.
c. Karsinoma kulit bibir atau kulit pipi.

39
B. Epidemiologi NO TIPE HISTOLOGI ICD.M
1 Squamous cell carc. 5070/3
1. Insidens dan frekwensi relatif 2 Adenocarcinoma 8140/3
Berapa besar insidens kanker rongga mulut di Indonesia belum 3 Adenoid cyst.carc 8200/3
kita ketahui dengan pasti. Frekwensi relatif di Indonesia 4 Ameloblastic carc 9270/2
diperkirakan 1,5%-5% dari seluruh kanker. Insidens kanker 5 Adenolymphoma 8561/3
rongga mulut pada laki-laki yang tinggi terdapat di Perancis
6 Mal. mixed tumor 8940/3
yaitu 13.0 per 100.000, dan yang rendah di Jepang yaitu 0.5
7 Pleomorphic carc 8941/3
per 100.000, sedang pada perempuan yang tinggi di India yaitu
5.8 per 100.000 dan yang rendah di Yugoslavia yaitu 0.2 per 8 Melanoma maligna 8720/3
100.000 (Renneker, 1988). Angka kejadian kanker rongga 9 Lymphoma maligna 9590/3-9711/3
mulut di India sebesar 20-25 per 100.000 atau 40% dari seluruh
kanker, sedangkan di Amerika dan Eropa sebesar 3-5 per Sebagian besar (±90%) kanker rongga mulut berasal dari mukosa
100.000 atau 3-5% dari seluruh kanker. Kanker rongga mulut yang berupa karsinoma epidermoid atau karsinoma sel skwamosa
paling sering mengenai lidah (40%), kemudian dasar mulut dengan diferensiasi baik, tetapi dapat pula berdiferensiasinya
(15%), dan bibir (13%). sedang, jelek atau anaplastik. Bila gambaran patologis
menunjukkan suatu rabdomiosarkoma, fibrosarkoma, malignant
2. Distribusi kelamin fibrohistiocytoma atau tumor ganas jaringan lunak lainnya, perlu
Kanker rongga mulut lebih banyak terdapat pada laki-laki diperiksa dengan teliti apakah tumor itu benar suatu tumor ganas
daripada perempuan dengan perbandingan 3/2 - 2/1 rongga mulut (C00-C06) ataukah suatu tumor ganas jaringan lunak
pipi, kulit atau tulang yang mengadakan invasi ke rongga mulut.
3. Distribusi umur
Kanker rongga mulut sebagian besar timbul pada usia diatas 40 B. Derajat diferensiasi
tahun (70%).
4. Distribusi geografis DERAJAT DIFERENSIASI
Kanker rongga mulut tersebar luas di seluruh dunia. Yang GRADE KETERANGAN
tinggi insidensnya di Perancis dan India, sedang yang rendah di G1 Differensiasi baik
Jepang. G2 Differensiasi sedang
G3 Differensiasi jelek
5. Etiologi dan faktor resiko G4 Tanpa differensiasi =
Etiologi kanker rongga mulut ialah paparan dengan karsinogen, anaplastik
yang banyak terdapat pada rokok atau tembakau.
Resiko tinggi mendapat kanker rongga mulut terdapat pada
orang yang perokok, nginang/susur, peminum alkohol, gigi
C. Laporan patologi standard
karies, higiene mulut yang jelek
Yang perlu dilaporkan pada hasil pemeriksaan patologis dari
spesimen operasi meliputi :
II. KLASIFIKASI HISTOPATOLOGI 1. tipe histologis tumor
2. derajat diferensiasi (grade)
3. pemeriksaan TNM untuk menentukan stadium
A. Tipe histologi patologis (pTNM)

40
T = Tumor primer III T3 N0 M0
- Ukuran tumor T1 N1 M0 N0 Tidak terdapat metastase
- Adanya invasi kedalam pembuluh darah/limfe regional
- Radikalitas operasi T2 N1 M0 N1 KGB Ipsilateral singel,
≤ 3 cm
N = Nodus regional T3 N1 M0 N2a KGB Ipsilateral singel, >3 -
- Ukuran KGB 6 cm
- Jumlah KGB yang ditemukan N2b KGB Ipsilateral multipel,
- Level KGB yang positif < 6 cm
- Jumlah KGB yang positif
IVA T4 N0,N1 M0 N2c KGB Bilateral /kontralateral,
- Invasi tumor keluar kapsel KGB Tiap N2 M0 < 6 cm
- Adanya metastase ekstra nodal
T
N3 KGB > 6 cm
M = Metastase jauh
IVB Tiap N3 M0
T
III. KLASIFIKASI STADIUM KLINIS
IVC Tiap Tiap M1 M0 Tidak ditemukan metastase
Menentukan stadium kanker rongga mulut dianjurkan memakai T N jauh
sistem TNM dari UICC, 2002. Tatalaksana terapi sangat tergantung
dari stadium. Sebagai ganti stadium untuk melukiskan beratnya M1 Metastase jauh
penyakit kanker dapat pula dipakai luas ekstensi penyakit.
Luas ekstensi kanker:
Stadium karsinoma rongga mulut :
NO LUAS EKSTENSI
ST T N M TNM KETERANGAN 1 Kanker In Situ
0 TIS N0 M0 T0 Tidak ditemukan tumor 2 Kanker lokal
TIS Tumor in situ 3 Ekstensi lokal
I T1 N0 M0 T1 ≤ 2 cm 4 Metastase jauh
T2 >2 cm - 4 cm 5 Ekstensi lokal disertai meta jauh
II T2 N0 M0 T3 > 4 cm
T4a Bibir :infiltrasi tulang,
n.alveolaris inferior, dasar
mulut, kulit
Rongga mulut : infiltrasi tulang, IV. PROSEDUR DIAGNOSTIK
otot lidah
T4b (ekstrinsik /deep), sinus 1. PEMERIKSAAN KLINIS
maksilaris, kulit
a. Anamnesa
Infiltrasi masticator space, Anamnesa dengan cara kwesioner kepada penderita atau
pterygoid plates, keluarganya.
dasar tengkorak, a.karotis
interna 1. Keluhan

41
2. Perjalanan penyakit 3) Status regional
3. Faktor etiologi dan risiko Palpasi apakah ada pembesaran kelenjar getah
4. Pengobatan apa yang telah diberikan bening leher leher ipsilateral dan kontralateral.
5. Bagaimana hasil pengobatan Bila ada pembesaran tentukan lokasinya,
6. Berapa lama kelambatan jumlahnya, ukurannya ( yang terbesar ), dan
mobilitasnya.
b. Pemeriksaan fisik
2. PEMERIKSAAN RADIOGRAFI
1) Status general
Pemeriksaan umum dari kepala sampai kaki
a. X-foto polos
Tentukan tentang : a. penampilan
b. keadaan umum
o X-foto mandibula AP, lateral, Eisler, panoramik,
c. metastase jauh
oklusal, dikerjakan pada tumor gingiva
2) Status lokal
mandibula atau tumor yang lekat pada
Dengan cara :
mandibula
1. Inspeksi 2. Palpasi bimanual
o X-foto kepala lateral, Waters, oklusal, dikerjakan
Kelainan dalam rongga mulut diperiksa dengan pada tumor gingiva, maksila atau tumor yang
cara inspeksi dan palpasi dengan bantuan lekat pada maksila
spatel lidah dan penerangan memakai lampu
senter atau lampu kepala. Seluruh rongga o X-foto Hap dikerjakan pada tumor palatum durum
mulut dilihat, mulai bibir sampai orofaring
posterior. Perabaan lesi rongga mulut dilakukan o X-foto thorax, untuk mengetahui adanya
dengan memasukkan 1 atau 2 jari ke dalam metastase paru
mulut. Untuk menentukan dalamnya lesi
dilakukan dengan perabaan bimanuil. Satu atau b. Imaging ( dibuat hanya atas indikasi )
2 jari tangan kanan atau kiri dimasukkan ke o USG hepar untuk melihat metastase di hepar
dalam rongga mulut dan jari-jari tangan lainnya o CT-scan atau MRI untuk menilai luas ekstensi
meraba lesi dari luar mulut. tumor lokoregional
Untuk dapat inspeksi lidah dan orofaring maka o Scan tulang, kalau diduga ada metastase ke tulang
ujung lidah yang telah dibalut dengan kasa 2x2
inch dipegang dengan tangan kiri pemeriksa 3. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
dan ditarik keluar rongga mulut dan diarahkan
kekanan dan kekiri untuk melihat permukaan Pemeriksaan laboratorium rutin, seperti: darah, urine,
dorsal, ventral, dan lateral lidah, dasar mulut SGOT/SGPT, alkali fosfatase, BUN/kreatinin, albumin,
dan orofaring. Inspeksi bisa lebih baik lagi bila globulin, serum elektrolit, faal hemostasis, untuk menilai
menggunakan bantuan cermin pemeriksa keadaan umum dan persiapan operasi
Tentukan dimana lokasi tumor primer,
bagaimana bentuknya, berapa besarnya dalam 4. PEMERIKSAAN PATOLOGI
cm, berapa luas infiltrasinya, bagaimana
operabilitasnya Semua penderita kanker rongga mulut atau diduga kanker
rongga mulut harus diperiksa patologis dengan teliti.

42
Spesimen diambil dari biopsi tumor V. PROSEDUR TERAPI
Biopsi jarum halus (FNA) untuk pemeriksaan sitologis dapat
dilakukan pada tumor primer atau pada metastase Penanganan kanker rongga mulut sebaiknya dilakukan secara
kelenjar getah bening leher. multidisipliner yang melibatkan beberapa bidang spesialis yaitu:
- oncologic surgeon
Biopsi eksisi : bila tumor kecil, 1 cm atau kurang - plastic & reconstructive surgeon
Eksisi yang dikerjakan ialah eksisi luas - radiation oncologist
seperti tindakan operasi definitif ( 1 - medical oncologist
cm dari tepi tumor). - dentists
Biopsi insisi atau biopsi cakot (punch biopsy) - rehabilitation specialists
menggunakan tang aligator: bila tumor
besar atau inoperabel Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penanganan kanker
rongga mulut ialah eradikasi dari tumor, pengembalian fungsi dari
Yang harus diperiksa dalam sediaan histopatologis ialah rongga mulut, serta aspek kosmetik /penampilan penderita.
tipe, diferensiasi dan luas invasi dari tumor.
Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam penentuan
Tumor besar yang diperkirakan masih operabel : macam terapi ialah
Biopsi sebaiknya dikerjakan dengan anestesi umum dan a) Umur penderita
sekaligus dapat dikerjakan eksplorasi bimanuil untuk b) Keadaan umum penderita
menentukan luas infiltrasi tumor (staging) c) Fasilitas yang tersedia
d) Kemampuan dokternya
Tumor besar yang diperkirakan inoperabel : e) Pilihan penderita.
Biopsi dikerjakan dengan anestesi blok lokal pada jaringan
normal di sekitar tumor.( anestesi infiltrasi pada tumor Untuk lesi yang kecil (T1 dan T2), tindakan operasi atau
tidak boleh dilakukan untuk mencegah penyebaran sel radioterapi saja dapat memberikan angka kesembuhan yang tinggi,
kanker). dengan catatan bahwa radioterapi saja pada T2 memberikan angka
kekambuhan yang lebih tinggi daripada tindakan operasi.
MACAM DIAGNOSIS YANG DITEGAKKAN
Untuk T3 dan T4, terapi kombinasi operasi dan radioterapi
1. Diagnosis utama memberikan hasil yang paling baik. Pemberian neo-adjuvant
Ialah gambaran makroskopis penyakit kankernya radioterapi dan atau kemoterapi sebelum tindakan operasi dapat
sendiri, yang merupakan diagnosis klinis diberikan pada kanker rongga locally advanced (T3,T4).
2. Diagnosis komplikasi
Ialah penyakit lain yang diakibatkan oleh kanker itu Radioterapi dapat diberikan secara interstisial atau eksternal,
3. Diagnosis sekunder tumor yang eksofitik dengan ukuran kecil akan lebih banyak
Ialah penyakit lain yang tidak ada hubungannya berhasil daripada tumor yang endofitik dengan ukuran besar.
dengan kanker yang diderita, tetapi dapat
mempengaruhi pengobatan atau prognosenya. Peran kemoterapi pada penanganan kanker rongga mulut masih
4. Diagnosis patologi belum banyak, dalam tahap penelitian kemoterapi hanya
Ialah gambaran mikroskopis dari kanker itu digunakan sebagai neo-adjuvant pre-operatif atau adjuvan post-
operatif untuk sterilisasi kemungkinan adanya mikro metastasis.

43
Sebagai pedoman terapi untuk kanker rongga mulut dianjurkan T3,4 : eksisi luas dengan mandibulektomi marginal
seperti tabel 9 berikut: + diseksi supraomohioid + radioterapi pasca
bedah
Anjuran terapi untuk kanker rongga mulut
Karsinoma lidah
ST T.N.M. OPERASI RADIOTERAPI CHEMOTERAPI T1,2 : eksisi luas atau radioterapi
I T1.N0.M0 Eksisi atau Kuratif, 50- Tidak T3,4 : eksisi luas + deseksi supraomohioid +
radikal 70 Gy dianjurkan
radioterapi pasca bedah
II T2.N0.M0 Eksisi atau Kuratif, 50- Tidak
radikal 70 Gy dianjurkan Karsinoma bukal
T1,2 : eksisi luas
III T3.N0.M0 Eksisi dan Post op. 30- (dan) CT Bila mengenai komisura oris, radioterapi
T1,2,3.N1.M0 radikal 40 Gy
memberikan kesembuhan dengan fungsi dan
kosmetik yang lebih baik
IVA T4N0,1.M0 Eksisi dan Post.op 30- T3,4 : eksisi luas + deseksi supraomohioid +
Tiap T.N2.M0 radikal 40 Gy radioterapipasca bedah
IVB Tiap T.N3.M0 CT
-operabel Eksisi dan Post.op 30- (dan)
radikal 40 Gy
-inoperabel Karsinoma ginggiva
- Paliatif, 50- T1,2 : eksisi luas dengan mandibulektomi marginal
70 Gy T3 : eksisi luas dengan mandibulektomi marginal
IVC TiapT.tiapN.M1 Paliatif Paliatif Paliatif + diseksi supraomohioid + radioterapi pasca bedah
Residif lokal Operasi RT untuk dan CT
T4 (infiltrasi tulang/cabut gigi setelah ada tumor) :
untuk residif post eksisi luas dengan mandibulektomi segmental +
residif op diseksi supraomohioid + radioterapi pasca bedah
post RT
Metastase Tidak Tidak CT Karsinoma palatum
dianjurkan dianjurkan
T1 : eksisi luas sampai dengan periost
T2 : eksisi luas sampai dengan tulang dibawahnya
Karsinoma bibir
T3 : eksisi luas sampai dengan tulang dibawahnya
T1 : eksisi luas atau radioterapi
+ diseksi supraomohioid + radioterapi pasca
T2 : eksisi luas
bedah
Bila mengenai komisura, radioterapi akan
T4 (infiltrasi tulang) : Maksilektomi infrastruktural
memberikan kesembuhan dengan fungsi dan
parsial/total tergantung luas lesi + diseksi
kosmetik yang lebih baik
supraomohiod +radioterapi pasca bedah
T3,4 : eksisi luas + deseksi suprahioid + radioterapi
pasca bedah
Karsinoma trigonum retromolar
T1,2 : eksisi luas dengan mandibulektomi marginal
Karsinoma dasar mulut
T3 : eksisi luas dengan mandibulektomi marginal
T1 : eksisi luas atau radioterapi
+ deseksi supraomohioid + radioterapi pasca
T2 : tidak lekat periosteum - eksisi luas
bedah
Lekat periosteum - eksisi luas dengan
mandibulektomi marginal

44
T4 (infiltrasi tulang) : Eksisi luas dengan 1) Pembukaan harus cukup luas untuk dapat
mandibulektomi segmental + deseksi melihat seluruh tumor dengan ekstensinya
supraomohioid + radioterapi pasca bedah 2) Eksplorasi tumor: untuk menentukan luas ekstensi
tumor
Untuk karsinoma rongga mulut T3 dan T4, penanganan N0 3) Eksisi luas tumor
dapat dilakukan deseksi leher selektif atau radioterapi o Tumor tidak menginvasi tulang, eksisi luas 1-2
regional pasca bedah. Sedangkan N1 yang didapatkan pada cm diluar tumor
setiap T harus dilakukan deseksi leher radikal. Bila o Menginvasi tulang,eksisi luas disertai reseksi
memungkinkan, eksisi luas tumor primer dan deseksi leher tulang yang terinvasi
tersebut harus dilakukan secara en-block. 4) Diseksi KGB regional (RND = Radical Neck Disection
Pemberian radioterapi regional pasca bedah tergantung hasil atau modifikasi-
pemeriksaan patologis metastase kelenjar getah bening nya), kalau terdapat metastase KGB regional.
tersebut ( jumlah kelenjar getah bening yang positif Diseksi ini dikerjakan secara enblok dengan tumor
metastase, penembusan kapsul kelenjar getah bening/ ektra primer bilamana me-
kelenjar getah bening) mungkinkan.
5) Tentukan radikalitas operasi durante operasi dari
A. TERAPI KURATIF tepi sayatan dengan pe-
meriksaan potong beku .
Terapi kuratif untuk kanker rongga mulut diberikan pada kanker Kalau tidak radikal buat garis sayatan baru yang
rongga mulut stadium I, II, dan III. lebih luas sampai bebas
tumor.
1. Terapi utama 6) Rekonstruksi defek yang terjadi.
Terapi utama untuk stadium I dan II ialah operasi atau radioterapi
yang masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangannya b. Radioterapi
masing-masing. Sedangkan untuk stadium III dan IV yang masih Indikasi radioterapi
operabel ialah kombinasi operasi dan radioterapi pasca bedah 1) Kasus inoperabel 2) T1,2 tempat
tertentu (lihat diatas)
Pada terapi kuratif haruslah diperhatikan: 3) Kanker pangkal lidah 4) Umur relatif tua
a) Menurut prosedur yang benar, karena kalau salah hasilnya 5) Menolak operasi 6) Ada ko-
tidak menjadi kuratif. morbiditas yang berat
b) Fungsi mulut untuk bicara, makan, minum, menelan, bernafas, Radioterapi dapat diberikan dengan cara:
tetap baik. 1) Teleterapi memakai: ortovoltase, Cobalt 60, Linec
c) Kosmetis cukup dapat diterima. dengan dosis 5000 -
7000 rads.
a. Operasi 2) Brakiterapi: sebagai booster dengan implantasi
Indikasi operasi: intratumoral jarum
1) Kasus operabel Irridium 192 atau Radium 226 dengan dosis 2000-
2) Umur relatif muda 3000 rads.
3) Keadaan umum baik
4) Tidak terdapat ko-morbiditas yang berat 2 Terapi tambahan
a. Radioterapi
Prinsip dasar operasi kanker rongga mulut ialah :

45
Radioterapi tambahan diberikan pada kasus yang 5 Terapi sekunder
terapi utamanya operasi. Kalau ada penyakit sekunder diberi terapi sesuai
dengan jenis penyakitnya.
(1) Radioterapi pasca-bedah
Diberikan pada T3 dan T4a setelah operasi, B. TERAPI PALIATIF
kasus yang tidak dapat dikerjakan eksisi Terapi paliatif ialah untuk memperbaiki kwalitas
radikal, radikalitasnya diragukan, atau terjadi hidup penderita dan mengurangi keluhannya terutama
kontaminasi lapangan operasi oleh sel kanker. untuk penderita yang sudah tidak dapat disembuhkan lagi.
(2) Radioterapi pra-bedah Terapi paliatif diberikan pada penderita kanker rongga
Radioterapi pra-bedah diberikan pada kasus mulut yang:
yang operabilitasnya diragukan atau yang 1. Stadium IV yang telah menunjukkan metastase jauh
inoperabel. 2. Terdapat ko-morbiditas yang berat dengan harapan
b. Operasi hidup yang pendek
Operasi dikerjakan pada kasus yang terapi 3. Terapi kuratif gagal
utamanya radioterapi yang setelah radioterapi 4. Usia sangat lanjut
menjadi operabel atau timbul residif setelah Keluhan yang perlu dipaliasi antara lain:
radioterapi. 1. Loko regional
c. Kemoterapi a) Ulkus di mulut/leher b) Nyeri c) Sukar
Kemoterapi diberikan pada kasus yang terjadi makan, minum, menelan
kontaminasi lapangan operasi oleh sel kanker, d) Mulut berbau e) Anoreksia f)
kanker stadium III atau IV atau timbul residif Fistula oro-kutan
setelah operasi dan atau radioterapi. 2. Sistemik:
a) Nyeri b) Sesak nafas
3 Terapi Komplikasi c) Sukar bicara
a. Terapi komplikasi penyakit d) Batuk-batuk e) Badan mengurus
Pada umumnya stadium I sampai II belum ada f) Badan lemah
komplikasi penyakit, tetapi dapat terjadi komplikasi
karena terapi. (1) Terapi utama
Terapinya tergantung dari komplikasi yang ada, 1. Tanpa meta jauh: Radioterapi dengan dosis 5000-
misalnya: 7000 rads.
1) Nyeri: analgetika 2) Infeksi: antibiotika Kalau perlu kombinasikan dengan operasi
3) Anemia: hematinik 4) Dsb. 2. Ada metastase jauh: Kemoterapi
b. Terapi komplikasi terapi Kemoterapi yang dapat dipakai antara lain:
1) Komplikasi operasi: menurut jenis komplikasinya 1) Karsinoma epidermoid:
2) Komplikasi radioterapi: menurut jenis Obat-obat yang dapat dipakai: Cisplatin,
komplikasinya Methotrexate, Bleomycin,
3) Komplikasi kemoterapi: menurut jenis Cyclophosphamide, Adryamycin, dengan angka
komplikasinya remisi 20 -40%.
Misalnya:
4 Terapi bantuan a) Obat tunggal: Methotrexate 30 mg/m2 2x
Dapat diberikan nutrisi yang baik, vitamin, dsb. seminggu
b) Obat kombinasi:

46
V = Vincristin : 1,5 mg/m2 hl (5) Terapi sekunder
) Bila ada penyakit sekunder, terapinya sesuai dengan penyakit
B = Bleomycin : 12 mg/m2 hl + 12 jam yang bersangkutan.
) ⇒ diulang tiap
M = Methotrexate : 20 mg/m2 h3, 8
) 2-3 minggu Leukoplakia/Eritroplakia
2) Adeno karsinoma :
Obat-obat yang dapat dipakai antara lain:
Hilangkan faktor penyebab
Flourouracil, Mithomycin-C, Sitologi eksfoliatif (Papanicoleau)
Ciplatin, Adyamycin, dengan angka remisi 20-
30%.
Misalnya: a) Obat tunggal : Klas I Klas II Klas III Klas IV Klas V
Flourouracil:
Dosis permulaan : 500 3 bl
mg/m2
Dosis pemeliharaan : 20 Ulangan sitologi
mg/m2 tiap 1-2 minggu Bila 2x ulangan sitologi Biopsi
hasilnya tetap Klas I-III
b) Obat kombinasi:
F = Flourouracil: 500 mg/m2,
hl,8,14,28 )
A = Adryamycin: 50 mg/m2,
hl,21 ) ⇒ diulang tiap
M = Mithomycin-C: 10 mg/m2,
h1 ) 6 minggu

(2) Terapi tambahan


Kalau perlu: Operasi, kemoterapi, atau radioterapi

(3) Terapi komplikasi


1. Nyeri: Analgetika sesuai dengan “step ladder WHO”
2. Sesak nafas: trakeostomi
3. Sukar makan: gastrostomi
4. Infeksi: antibiotika
5. Mulut berbau: obat kumur
6. Dsb.

(4) Terapi bantuan


1. Nutrisi yang baik
2. Vitamin

47
Suspek Karsinoma Rongga Mulut, N0,M0 N POSITIP

< 1 cm > 1 cm
N 1,2 N3
biopsi eksisional (eksisi luas) biopsi insisional

T di operasi T di radioterapi radioterapi preoperatif

ganas tak ganas ganas tak ganas


Deseksi leher radikal radioterapi operabel inoperabel
(RND) lokoregional
tak radikal radikal eksisi dengan/tanpa
radioterapi lokoregional *)
T dioperasi T diradioterapi
re-eksisi/ operabel inoperabel/meragukan
radioterapi lokal
radioterapi
T1 T2 T3,4a kemo dan/radioterapi sisa (+) sisa (-) lokoregional
lokal preoperatif +
(sitostatika)
deseksi leher radikal
radioterapi operabel inoperabel (RND) + radioterapi
T ( -) T (+) lokoregional +
(sitostatika)
eksisi luas eksisi luas +
deseksi KGB leher selektif*/
radioterapi lokoregional ND parsial/ sitostatika radioterapi
RND modifikasi lokoregional
radioterapi +
tak radikal radikal lokoregional (sitostatika)
+
(sitostatika)
re-eksisi / meta kgb(+) meta kgb (-)
radioterapi lokal
Letak lesi ditengah (midline) : Untuk T 3,4 → penanganan N
negatif bilateral
T low grade T high grade N positif bilateral : RND dapat dikerjakan satu tahap dengan
radioterapi
lokoregional
preservasi 1 v.jugularis interna atau dikerjakan 2 tahap dengan
+ jarak waktu 3-4 minggu.
(sitostatika) radioterapi radioterapi
lokal lokoregional *) Indikasi radioterapi ajuvan pada leher setelah RND :
* Deseksi suprahioid untuk karsinoma bibir
1. Kelenjar getah bening yang mengandung metastase > 1
Deseksi supraomohioid untuk karsinoma rongga mulut buah
Deseksi bilateral untuk lesi di garis tengah 2. Diameter kelenjar getah bening > 3 cm
3. Ada pertumbuhan ekstrakapsuler
4. High grade malignancy

48
M POSITIP

PERLAKUAN PADA MANDIBULA


sitostatika
+
paliatif (bila perlu):
operasi (trakeotomi,gastrostomi) tumor lekat mandibula jarak dengan tumor < 1cm
radioterapi
medikamentosa radiologis

infiltrasi tulang (-) infiltrasi tulang (+)

reseksi segmental
enblok

reseksi marginal
enblok

TUMOR RESIDIF

terapi primer operatif terapi primer radioterapi

REKONSTRUKSI

operabel inoperabel operabel inoperabel

Jaringan lunak mandibula maksila

operasi radioterapi operasi sitostatika


+ + + rekonstruksi temporer
radioterapi (sitostatika) sitostatika rekonstruksi segera dengan kawat Kirschner/plat protese (obturator)
+
(sitostatika)
1 tahun

Residif lokal/regional/jauh (metastase) → penanganannya dirujuk ke penanganan


T/N/M seperti skema yang bersangkutan
residif (-) residif (+)

rekonstruksi permanen penanganan tumor residif


tandur tulang

49
LAMPIRAN

A. Klasifikasi kanker rongga mulut


VI. PROSEDUR FOLLOW UP
Tabel 1 : Jenis-jenis kanker rongga mulut
Jadwal follow up dianjurkan sebagai berikut:
1) Dalam 3 tahun pertama : setiap 3 bulan
NO JENIS KANKER NO.ICD JENIS KANKER NO.ICD
2) Dalam 3-5 tahun : setiap 6 bulan
3) Setelah 5 tahun : setiap tahun sekali 1 KANKER BIBIR C00
untuk seumur hidup Bibir atas, C00.0 Bibir, bagian dalam C00.5
Pada follow up tahunan, penderita diperiksa secara lengkap, bagian luar
fisik, X-foto toraks, USG hepar, dan bone scan untuk Bibir bawah, C00.1 Sudut bibir C00.6
menentukan apakah penderita betul bebas dari kanker atau bagian luar
tidak. Bibir, C00.2 Bibir, tumpang C00.8
bagian luar tindih
Pada follow up ditentukan: Bibir atas, C00.3 Bibir, tanpa C00.9
1) Lama hidup dalam tahun dan bulan bagian dalam spesifikasi
2) Lama interval bebas kanker dalam tahun dan bulan Bibir bawah, C00.4
3) Keluhan penderita bagian dalam
4) Status umum dan penampilan 2 KANKER PANGKAL LIDAH C01
5) Status penyakit 3 KANKER LIDAH, BAGIAN LAINNYA C02
(1) Bebas kanker (2) Residif Lidah, permukaan C02.0 Lidah, tonsil lingua C02.4
(3) Metastase (4) Timbul kanker atau penyakit dorsal
baru Lidah, bagian tepi C02.1 Lidah, tumpang C02.8
6) Komplikasi terapi tindih
7) Tindakan atau terapi yang diberikan Lidah, permukaan C02.2 Lidah, tanpa C02.9
ventral spesifikasi
Lidah, 2/3 bagian C02.3
anterior
4 KANKER GUSI C03
Gusi atas C03.0 Gusi, tanpa C03.9
spesifikasi
Gusi bawah C03.1
5 KANKER DASAR MULUT C04
Dasar mulut, C04.0 DM, tumpang tindih C04.8
anterior
Dasar mulut, C04.1 DM, tanpa C04.9
lateral spesifikasi
6 KANKER PALATUM C05
Palatum durum C05.0 Palatum, tumpang C05.8
tindih
Palatum molle C05.1 Palatum, tanpa C05.9

50
spesifikasi yang menganjurkan pemeriksaan panendoskopi dilakukan
Uvula C05.2 sebagai prosedur diagnostik baku.
7 KANKER MULUT, LAINNYA DAN TANPA C06
SPESIFIKASI 3. Pemeriksaan sitologi
Mukosa pipi C06.0 Mulut, tumpang C06.8 Sitologi eksfoliatifa dari spesimen kerokan atau inprint
tindih dari tumor primer dikerjakan pada lesi yang berupa
Vestibulum oris C06.1 Mulut, tanpa C06.9 bercak/superfisial
spesifikasi Bila hasilnya :
Regio retromolar C06.2 Klas I- III : lakukan ulangan sitologi
3 bulan lagi.
Bila 2x ulangan sitologi
tetap klas I-III
B. Prosedur Diagnostik
maka perlu dibiopsi
Klas IV-V : lakukan biopsi
1. Pemeriksaan toluidine blue
Untuk memudahkan melihat adanya kanker dapat
4. Pemeriksaan Positron Emission Tomography (PET)
digunakan larutan toluidine biru yang akan memberi warna
Pemeriksan imaging dengan PET menggunakan tirosin
biru pada sel kanker. Jaringan normal tidak mengisap
sebagai tracer memiliki sensitivitas dan spesifisitas cukup
warna, sedang lesi pra-ganas atau non neoplasma tidak
tinggi untuk karsinoma rongga mulut.
konstan mengisap warna.
Pemeriksaan ini dapat mendeteksi tumor <4mm. Untuk
Menurut Mashberg tehnik memberi warna rongga mulut
sebagai berikut: staging memiliki sensitivitas 71% dan spesifisitas 99%,
sedangkan untuk dteksi kekambuhan memiliki sensitivias
1. Kumur dengan larutan asam asetat 1% :
92% dan spesifisitas 81%.
20 detik
2. Kumur dengan air :
C. Prosedur Terapi
20 detik, 2 x
3. Kumur dengan larutan toluidine blue 1% : 5-10 cc
1. Vascular access surgery
4. Kumur lagi dengan larutan asam asetat 1% : 1 menit
Untuk keperluan pemberian kemoterapi intra-arteriel pada
5. Kumur dengan air.
karsinoma rongga mulut yang inoperabel, dapat dilakukan
Pembacaan hasil pemeriksaan dilakukan 24 jam kemudian,
graft vena safena parva pada a. karotis eksterna dengan
pemeriksaan ini memiliki sensitivitas dan spesifisitas
membuat loop berbentuk α, dengan memfiksasi graft
sebesar 90%.
tersebut dibawah permukaan kulit.

Adapun larutan toluidine biru terdiri dari : 2. Neo-ajuvan kemo/radioterapi


Untuk karsinoma rongga mulut T3,T4 yang akan dilakukan
1. Toluidine chlorida : 1 gr
operasi dapat diberikan neo-ajuvan kemo/radioterapi
2. Asam asetat : 10 cc
terlebih dahulu agar batas tumor menjadi lebih jelas
3. Alkohol absolut : 4,2 cc
sehingga memudahkan eksisinya. Dianjurkan eksisi tetap 1-
4. Aquadest : 100 cc
2 cm dari margin tumor sebelum pemberian neo-ajuvan
kemo/radioterapi.
2. Pemeriksaan panendoskopi
Pada kanker rongga mulut, paru, dan esofagus kadang
didapatkan synchronous tumor (10%), oleh karena itu ada 3. Brachytherapy

51
Brachytherapy pada karsinoma rongga mulut memberikan Thawley, S.E., Parje, W.R. (eds), Philadelphia, W.B.
efektivitas yang lebih tinggi daripada external beam Saunders Co., 1987,pp.460-606
radiotherapy. Untuk lesi yang besar, brachytherapy
dikombinasi dengan external beam radiotherapy. 9. Schantz SP, Harrison LB, Forastiere AA. Tumors of the
Nasal Cavity and paranasal sinuses, Nasopharynx, Oral
Cavity, and Oropharynx, in Cancer- Principles & Practice
KEPUSTAKAAN of Oncology, 6th ed., DeVita,Jr.VT, Hellman S, Rosenberg
SA (eds.),Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia,
1. J, Carew JF, Shah JP. Cancer of the Head and Neck, 2001; pp. 832-842
in Surgical Oncology- Contemporary Principles &
Practice, Blaad KI, Daly JM, Karakousis CP (eds.), 10. Rubin P, McDonald S. and Oazi R.: Clinical Oncology. A
Mc.Graw-Hill Co.,New York, 2001, pp.519-525 multidisciplinary Approach for Physicians and Students.
7th. ed., WB.Saunders Co. Philadelphia, 1993, pp.332-
2. Greene FL,Balch CM, Fleming ID, Fritz ADG, Haller DG, 336
Morrow M, Page DL. AJCC Cancer Staging Handbook- TNM
Classification of Malignant Tumors, Springer-Verlag 11. Ship JA, Chavez EM, Gould KL, Henson BS, Sarmadi M.
Heidelberg, Heidelberg, 2002. Evaluation and Management of Oral Cancer. Home Health
Care Consultant 1999;6: 2-12
3. Kazi RA. Current Concepts In the Management of Oral
Cancer. http://www.indiandoctors.com/papers.htm 12. WHO : ICD-10 International Classification of Disease and
Related Health Problems, WHO, Geneve, 1992.
4. Mashberg, A.: Tolonium chloride (Toluidine) rinse. A
screening method for recognation of squamous carcinoma. 13. WHO : ICD-0. International Classification of Disease for
Continuing study of oral cancer. IV. JAMA, 245: 2408- Oncology. 2nd ed. WHO, Geneve,1990.
2410,1981.

5. Million RR, Cassisi NJ, Mancuso AA. Oral Cancer, in


Management of Head and Neck Cancer: A Multidisciplinary
Aproach, Million RR and Cassisi NJ (eds), 2nd ed.,JB
Lippincott Co., Philadelphia, 1994, pp.321-400

6. National Cancer Institute. Lip and Oral Cavity Cancer


Treatment statement for health professionals,Med.News,
http://www.meb.unibonn.de/cancer.gov/CDR0000062930.
html

7. Ord RA, Blanchaert RH. Current management of oral


cancer- A multidisciplinary approach, JADA 2001; 132:
195-235

8. Panje, W.R.: Surgical Therapy of Oral Cavity Tumors. In


Comprehensive Management of Head and Neck Tumors,

52
PROTOKOL PENATALAKSANAAN KANKER
KULIT

53
PROTOKOL PENATALAKSANAAN KANKER
Tim Perumus Protokol Penatalaksanaan Kanker Kulit
KULIT
Ketua : Dr. Djoko Handojo, SpB(K)Onk
Kanker kulit dibedakan atas kelompok Melanoma dan kelompok
Anggota : Dr. Azamris, SpB(K)Onk Non Melanoma. Kelompok Non Melanoma dibedakan atas
Dr. Heru Purwanto, SpB(K)Onk Karsinoma Sel Basal, Karsinoma Sel Skuamosa dan karsinoma
Dr. K.M. Yamin Alsoph, SpB(K)Onk adneksa kulit.
Dr. Sonar Soni Panigoro, SpB(K)Onk Dalam penatalaksanaan kanker kulit harus pula diketahui lesi
Dr. Sjafwan Adenan, SpB(K)Onk pra-kanker antara lain : Actinic Keratosis, Kerato Acantoma,
Dr. Teguh Aryandono, SpB(K)Onk Bowen’s Disease, Erythroplasia of Queyrat, Xeroderma
Dr. Wayan Sudarsa, SpB(K)Onk Pigmentosum
Dr. Zafiral Azdi Albar, SpB(K)Onk

PENATALAKSANAAN MELANOMA MALIGNA

I. PENDAHULUAN

Melanoma maligna ialah neoplasma maligna yang berasal


melanosit. Disamping di kulit dapat pula terjadi pada mukosa.
Di Amerika Serikat melanoma maligna merupakan tumor nomor 6
atau 7 terbanyak.

Melanoma maligna dapat terjadi pada semua usia dan paling


banyak pada usis 35-55 tahun, insidensi pada pria sama dengan
wanita.

Faktor risiko yang diketahui untuk terjadinya melanoma antara


lain : Congenital nevi>5% dari luas permukaan tubuh, riwayat
melanoma sebelumnya, faktor keturunan, dysplastic nevi
syndrome, terdapat 5 nevi berdiameter >5mm, terdapat 50 nevi
berdiameter >2mm, riwayat paparan/terbakar sinar matahari ter
utama pada masa anak-anak, ras kulit putih, rambut berwarna
merah, mata berwarna biru, frecles/bintik-bintik kulit, tinggal di
daerah tropis, psoralen sunscreen, xeroderma pigmentosum.
Melanoma termasuk kanker kulit yang sangat ganas, bisa terjadi
metastasis luas dalam waktu singkat melalui aliran limfe dan darah
ke alat-alat dalam.

54
II. KLASIFIKASI HISTOPATOLOGI N2a Metastasis mikroskopik, occult secara klinis
N2b Metastasis makroskopik, tampak secara klinis
1. Lentigo melanoma maligna (LMM) N2c Lesi satelit atau metastasis in-transit tanpa metastasis
2. Superfisial spreading melanoma (SSM) kelenjar getah bening
3. Nodular Malignant Melanoma (NMM) N3 Metastasis pada >4 kelenjar getah bening regional, atau
4. Acral Lentigenous Melanoma (ALM) metastasis kgb yang bersatu, atau metastasis in-transit
5. Melanoma yang tidak terklasifikasi atau lesi satelit dengan metastasis kelenjar getah bening
regional

III. STADIUM KLINIS Metastasis jauh (M)


AJCC EDISI 2002 Mx Metastasis jauh tidak dapat diperiksa
Tumor primer (T) M0 Tidak ditemukan metastasis jauh
Tx Tumor primer tidak dapat diperiksa (karena shave biopsi M1 Metastasis jauh
atau melanoma yang mengalami regresi M1a Metastasis ke kulit, jaringan subkutan atau kelenjar getah
T0 Tidak ditemukan tumor primer bening yang jauh
Tis Melanoma in situ M1b Metastasis ke paru
T1 Melanoma tebalnya <1,0mm dengan atau tanpa ulserasi M1c Metastasis ke tempat visceral lainnya atau metastasis jauh
T1a Melanoma tebalnya <1,0mm dan level II atau III tanpa ke tempat manapun yang disertai peningkatan kadar
ulserasi LDH(lactic dehydrogenase) serum
T1b Melanoma tebalnya <1,0mm dan level IV atau V atau ada
ulserasi STADIUM KLINIK STADIUM HISTOPATOLOGIK
T2 Melanoma tebalnya 1,01-2,0mm dengan atau tanpa Stadium 0 Tis N0 M0 Stadium 0 pTis N0 M0
ulserasi Stadium IA T1a N0 M0 Stadium IA pT1a N0 M0
T2a Melanoma tebalnya 1,01-2,0mm tanpa ulserasi Stadium IB T1b N0 M0 Stadium IB pT1b N0 M0
T2b Melanoma tebalnya 1,01-2,0mm dengan ulserasi T2a N0 M0 pT2a N0 M0
T3 Melanoma tebalnya 2,01-4,0mm dengan atau tanpa Stadium IIA T2b N0 M0 Stadium IIA pT2b N0 M0
ulserasi T3a N0 M0 pT3a N0 M0
T3a Melanoma tebalnya 2,01-4,0mm tanpa ulserasi Stadium IIB T3b N0 M0 Stadium IIB pT3b N0 M0
T3b Melanoma tebalnya 2,01-4,0mm dengan ulserasi T4a N0 M0 pT4a N0 M0
T4 Melanoma tebalnya >4,0mm dengan atau tanpa ulserasi Stadium IIC T4b N0 M0 Stadium IIC pT4b N0 M0
T4a Melanoma tebalnya >4,0mm tanpa ulserasi Stadium III TiapT N1 M0 Stadium IIIA pT1-4a N1a M0
T4b Melanoma tebalnya >4,0mm dengan ulserasi TiapT N2 M0 pT1-4a N2a M0
TiapT N3 M0 Stadium IIIB pT1-4b N1a M0
Kelenjar getah bening regional (N) Stadium IV TiapT TiapN M1 pT1-4b N2a M0
Nx Kelenjar getah bening regional tidak dapat diperiksa pT1-4a N1b M0
N0 Tidak ada metastasis kelenjar getah bening regional pT1-4a N2b M0
N1 Metastasis ke 1 kelenjar getah bening pT1-4a/b N2c M0
N1a Metastasis mikroskopik, occult secara klinis Stadium IIIC pT1-4b N1b M0
N1b Metastasis makroskopik, tampak secara klinis pT1-4b N2b M0
N2 Metastasis ke dua atau tiga kelenjar getah bening regional Tiap pT N3 M0
atau metastasis intra limfatik regional tanpa metastasis Stadium IV Tiap pT TiapN M1
kelenjar getah bening

55
Klasifikasi Clark b) Biopsi: apa jenis histologi dan bagaimana derajat
Tingkat I : Sel melanoma terletak di atas membrana basalis diferensiasi sel.
epidermis (insitu) c) pemeriksaan specimen operasi:
Tingkat II : Invasi sel melanoma sampai lapisan papilaris dermis • tumor primer: besar tumor, jenis histologi, derajat
Tingkat III : Invasi sel melanoma sampai dengan perbatasan antara diferensiasi sel, luas dan dalamnya infilterasi,
lapisan papilaris dan retikularis dermis. radikalitas operasi.
Tingkat IV : Invasi sel melanoma sampai lapisan retikularis dermis • Nodus regional: jumlah kelenjar yang ditemukan
Tingkat V : Invasi sel melanoma sampai jaringan subkutan. dan yang positif, infasi tumor ke kapsul atau
ekstranodal, tinggi level metastasis.
Klasifikasi Breslow
Golongan I : kedalaman (ketebalan) tumor < 0,76 mm 4. Biopsi: prinsip harus komplit. Dilakukan biopsi terbuka
Golongan II : kedalaman (ketebalan) tumor 0,76 mm – 1,5 mm oleh karena dibutuhkan informasi mengenai kedalaman
Golongan III : kedalaman (ketebalan) tumor > 1,5 mm tumor. Biopsi tergantung pada anatomical sitenya.
1. a. bila diameter lebih dari 2 cm.
b. bila secara anatomi sulit (terutama di daerah
IV.Prosedur Diagnosis : wajah) dilakukan insisional biopsi
Anamnesis. 2. bila kurang dari 2 cm dilakukan eksisi tumor dengan
Keluhan utama : tahi lalat yang cepat membesar, tumbuh safety margin 1 cm (diagnostik dan terapi). Specimen
progresif, gatal, mudah berdarah dan disertai tukak. dikirimkan dengan mapping dan diberi tanda batas-
batas sayatan.
Pemeriksaan fisik
● Tumor di kulit berwarna coklat muda sampai hitam, bentuk Variasi gambaran klinis :
nodul, plaque, disertai luka. 1. Lentigo melanoma maligna (LMM)
Lesi: coklat seperti kehitaman, beberapa cm, tepi
Kadang-kadang tidak berwarna ( amelanotik melanoma ) irreguler, pada permukaan dijumpai bercak- bercak warna
Lesi bersifat A (Asymetri) : tidak teratur gelap (warna biru) tersebar tidak teratur, dapat menjadi
nodul biru kehitaman invasive agak hiperkeratonik.
B (Border) : tepi tak teratur
C (Colour) : warna bervariasi 2. Superfisial spreading melanoma (SSM)
D (Diameter) : umumnya > 6 mm Lokasi: wanita; tungkai bawah; laki- laki: badan dan leher.
E (Elevation) : permukaan yang tidak teratur Lesi: plak archiformis berukuran 0,5 – 3 cm tepi meninggi,
irreguler, dapat mencapai 2 cm dalam 1 than  nodul biru
● Pemeriksaan kelenjar getah bening regional. kehitaman pada permukaan terdapat campuran
● Pemeriksaan metastasis jauh ke paru dan hati. bermacam- macam warna seperti coklat, abu- abu, biru,
hitam, sering kebmerahan.
3. Nodular Malignant Melanoma (NMM)
Pemeriksaan penunjang:
1. Radiologi: Lokasi: laki- laki: punggung, dapat pada setiap lokasi.
Lesi: Nodul bentuk setengah bola (dome shaped ) atau
• Rutin: X-foto paru, USG Abdomen (hati dan KGB
polipoid dan eksofitik, warna coklat kemerahan atau biru
para Aorta para Iliaca).
sampai kehitaman dapat mengalami ulserasi perdarahan,
• Atas indikasi : X-foto tulang di daerah lesi, CT-
timbul lesi satelit.
Scan, MRI.
4. Acral Lentigenous Melanoma (ALM)
2. Sitologi: FNA, inprint sitologi.
3. Patologi:

56
Lokasi: letak kaki, tumit, telapak tangan, dasar kuku, ibu KARSINOMA SEL BASAL
jari tangan.
Lesi: macula, warna bervariasi, pada permukaan timbul
papul, nodul, ulserasi, kadang- kadang lesi tidak I. PENDAHULUAN
mengandung pigmen. Karsinoma sel basal atau basalioma adalah neoplasma
maligna dari ”nonkeratinizing cell” yang terletak pada lapisan
basal epidermis dan merupakan karsinoma kulit non melanoma
V. PROSEDUR TERAPI: terbanyak.
Primer: tindakan wide eksisi dengan safety margin sesuai kriteria Patogenesis basalioma yang telah banyak diketahui adalah
ketebalan, dan dilakukan rekonstruksi. peran paparan sinar ultra violet sinar matahari yang menyebabkan
Sampai dengan ketebalan 0,76 mm, safety margin 1 cm terjadinya mutasi pada gen supresor Disamping itu telah banyak
Antara 0,76 mm – 1,5 mm safety margin 1,5 cm pula dipelajari adanya peran faktor keturunan pada patogenesis
Ketebalan > 1,5 mm safety margin 2 cm basalioma seperti yang terjadi pada Nevoid basal cell carcinoma
Bila hasil biopsi safety margin tidak sesuai dengan syndrome, Bazex syndrome, Rombo syndrome dan Unilateral basal
ketebalan Breslow, harus dilakukan re-eksisi secepatnya cell nevus syndrome. Dipelajari pula peran ”immuno suppressor
sampai dasar (fascia). dalam patogenesis basalioma, tetapi mekanisme pastinya belum
Regional: pada limfonodi secara histopatologis positif, dilakukan diketahui.
diseksi limfonodi : Lokasi tersering adalah daerah muka sekitar hidung,
Di daerah inguinal: deep (atas indikasi: ulkus, multiple sifatnya sangat jarang bermetastasis tetapi mempunyai
limfonodi) kemampuan infiltrasi yang tinggi.
Di daerah aksiler: hingga level II Faktor predisposisi untuk terjadinya basalioma antara lain:
Di daerah leher: RND Jenis kulit terang (tipe I & II) dan albino yang rentan terhadap
paparan sinar matahari yang lama, Paparan sinar X untuk terapi
Adjuvant terapi : pada stadium III dapat berupa imunoterapi, acne pada wajah, Sindrome nevus basal (autosomal dominan),
radioterapi, dan kemoterapi Intoksikasi arsen yang kronik, LE kronik , Ulkus kronik dan fistula.

Intransit: kombinasi treatment.


II. KLASIFIKASI HISTOPATOLOGI
- Superficial basal cell barcinoma
Recurrent : Dilakukan reevaluasi - Nodular`basal cell carcinoma
Lokal : Eksisi luas ulang - Infiltrative (morpheaform, aggressive growth) basal cell
Regional : Bila sebelumnya belum dilakukan diseksi, carcinoma
dilakukan diseksi + adjuvant. - Pigmented basal cell carcinoma
Bila sudah pernah diseksi, dilakukan radiasi. - Cystic basal cell carcinoma
- Fibroepithelioma of Pinkus (FEP)
Metastasis: diberikan terapi paliatif.
III. STADIUM KLINIS
TNM – AJCC 2002
T diperiksa dengan pemeriksaan fisik
N diperiksa dengan pemeriksaan fisik dan imaging
M diperiksa dengan pemeriksaan fisik dan imaging

57
Staging : 2. Jenis berpigmen
Stadium TNM T Tumor Primer Gambaran sama dengan nodulo ulseratif hanya berwarna
0 Tis. N0. M0. Tx = Tidak dapat dievaluasi coklat / hitam bintik-bintik atau homogen.
T0 = Tidak ditemukan 3. Jenis “morphea like” atau fibrosing (agak jarang)
I T1. N0. M0. Tis = Kanker in situ Lesi : bentuk plakat, warna kekuningan, tepi tidak jelas,
T1 = Tumor ukuran terbesar ≤ 2cm kadang tepi meninggi. Pada permukaan tampak beberapa
II T2. N0. M0. T2 = Tumor ukuran 2 s/d 5 cm folikel rambut yang mencekung (gambaran klinik, seperti
T3. N0. M0. T3 = Tumor > 5 cm sikatrik), kadang tertutup krusta yang melekat erat (jarang
T4 = Tumor menginvasi struktur ulserasi).
ekstradermal dalam, 4. Jenis superficial
misalnya kartilago, otot Lokasi : badan, leher, kepala.
skelet atau tulang Lesi : bercak kemerahan dengan skuama halus, tepi meninggi
III T4. N0. M0. N Nodus Regional seperti kawat. Dapat meluas secara lambat, ulserasi (-).
Biasanya multiple.
tiapT.N1.M0. Nx = Tidak dapat diperiksa
5. Jenis fibroepitelial
N0 = Tidak ada metastasis nodus
Lokasi : punggung.
regional
Lesi : soliter, nodul keras, sering bertangkai pendek.
N1 = Ada nodus regional Permukaan halus, sedikit kemerahan (mirip fibroma).
IV tiapT. tiapN. M Metastasis jauh 6. Sindroma karsinoma sel basal nevoid (sindroma Gorlin Galzt).
M1 Autosomal dominan, sindroma terdiri dari :
Mx = Tidak dapat diperiksa a. Kelainan kulit :
M0 = Tidak ada metastasis jauh - Ca sel basal multiple jenis nevoid
M1 = Ada metastasis jauh - Cekungan (pits) pada telapak tangan dan kaki.
- Milia, lipoma, fibroma.
b. Kelainan tulang :
IV. PROSEDUR DIAGNOSIS - Kista pada rahang
- Kelainan tulang iga dan tulang belakang (scoliosis,
Anamnesis spinabifida)
Dikeluhkan adanya lesi seperti tahi lalat yang membesar, dapat c. Kelainan system saraf :
pula lesi tersebut berupa borok yang tidak sembuh-sembuh. - Perubahan neurologik (EEG abnormal, cerebeller
Pemeriksaan Fisik meduloblastoma)
Gambaran klasik dikenal sebagai ”ulkus rodent” yaitu ulkus dengan - Retardasi mental
tepi tidak rata, warna kehitaman di daerah perifer tampak d. Kelainan mata : katarak, buta kongenital.
hiperplasia dan di sentral tampak ulkus. Bentuk lain yang tidak e. Lain-lain :
klasik, tergantung dari variasi klinis, yaitu : - Kalsifikasi falks serebri
1. Jenis Nodulo ulseratif (paling sering) - Fibroma ovari dengan kalsifikasi
Lesi : mula-mula papul / nodul, diameter < 2 cm, tepi - Kista limfatik di mesenterium
meninggi, permukaan mengkilat, sering ada telangiektasi, 7. a. Jenis “linier and generalized follikuler basal cell nevi”
kadang dengan skuama halus dan krusta tipis. Warna seperti (jarang).
mutiara kadang translusen keabu-abuan atau kekuningan. Sejak lahir.
Tumbuh lambat, bagian tengah timbul cekungan → ulserasi Lesi : jenis linier, berupa nodul + komedo dan kista
(ulkus rodens). epidermal tersusun seperti garis dan unilateral.

58
Lesi tetap dengan bertambah usia.
b. Jenis “Generalized follikuler” : ada kerontokan rambut PENATALAKSANAAN KARSINOMA SEL SKUAMOSA
terhadap akibat kerusakan folikel rambut karena
pertumbuhan tumor
I. PENDAHULUAN
Karsinoma sel skuamosa adalah neoplasma maligna dari
Pemeriksaan penunjang keratinizing cell dengan karakteristik anaplasia, tumbuh cepat,
1. Foto polos di daerah lesi untuk melihat infiltrasi, kalau perlu invasi lokal dan berpotensi metastasis
dilakukan CT-scan
2. Biopsi insisi/eksisi untuk menentukan diagnosis histopatologis Patogenesis karsinoma sel skuamosa sama seperti karsinoma sel
basal yaitu : adanya peran paparan sinar ultraviolet sinar matahari
V. PROSEDUR TERAPI yang menyebabkan terjadinya mutasi gen supresor, disamping itu
Dalam penatalaksanaaan basalioma, kita harus mencapai eksisi lesi terdapat pula peran imunosupresi dan infeksi virus.Karsinoma sel
yang radikal dan rekonstruksi dengan mempertahankan fungsi yang skuamosa dapat pula terjadi pada parut/scar luka bakar, yang
baik. Terapi yang dianjurkan adalah : disebut sebagai Marjolin ulcer.
1. eksisi luas dengan safety margin 0,5-1 cm, bila radikalitas tidak
tercapai dilakukan radioterapi Yang berisiko tinggi untuk mendapat kanker kulit adalah penderita
2. Untuk lesi <2 cm dan tipe superfisial dapat dilakukan kelainan pre kanker (xeroderma pigmentosum, keratosis senilis,
radioterapi compund nevus, multiple dysplatic nevi), bangsa kulit putih,
3. Untuk lesi rekuren, bila masih operabel dilakukan eksisi luas, terbakar sinar matahari, terpapar sinar pengion, arsen, jelaga,
bila inoperabel dilakukan radioterapi keloid luka bakar, penderita dengan fistula, immuno supresi, dsb.
Penutupan defek akibat eksisi luas dapat berupa
- jahitan primer, Insidens tertinggi pada usia 50 – 70 tahun, paling sering pada kulit
- transplantasi kulit baik secara STSG atau FTSG berwarna di daerah tropik. Laki-laki lebih banyak dari wanita. Lesi
- pembuatan flap kulit, bila radikalitas operasi tercapai dapat timbul dari kulit normal atau dari lesi prakanker, pada orang
kulit kulit putih hal ini diduga akibat rangsangan sinar ultraviolet,
Apabila fasilitas memungkinkan, terapi terbaik untuk basalioma karsinogen kimia (Coal tar, arsen, hidrokarbon polisiklik).
adalah dengan Mohs Micrographic Surgery (MMS). Sedangkan pada kulit berwarna : predisposisi trauma, ulkus kronik,
jaringan parut dan dapat pula terjadi dari fistel yang tidak
sembuh-sembuh

Predileksi : kulit yang terpapar sinar matahari, membrana mukosa,


. lokasi terbanyak (orang kulit putih : wajah, ekstremitas atas, kulit
berwarna : ekstremitas bawah badan, dapat pada bibir bawah,
dorsum manus).

II. KASIFIKASI HISTOPATOLOGI

59
Disamping itu perlu dilaporkan pula gradasi histopatologisnya, Penderita mengeluh adanya lesi di kulit yang tumbuh menonjol,
yaitu mudah berdarah, bagian atasnya terdapat borok seperti gambaran
Gx Gradasi diferensiasi tidak dapat diperiksa bunga kol.
G1 Diferensiasi baik Pemeriksaan Fisik
G2 Diferensiasi sedang Didapatkan suatu lesi yang tumbuh eksofitik, endofitik, infiltratif,
G3 Diferensiasi buruk tumbuh progresif, mudah berdarah danm pada bagian akral
G4 Tidak berdiferensiasi (undifferentiated) terdapat ulkus dengan bau yang khas.
Selain pemeriksaan pada lesi primer, perlu diperiksa ada tidaknya
III. STADIUM KLINIS metastasis regional dan tanda tanda metastasis jauh ke paru-paru,
Klasifikasi TNM hati, dll.
T – Tumor Primer
Tx Tumor primer tidak dapat diperiksa Pemeriksaan Penunjang
T0 Tidak ditemukan tumor primer 1. Radiologi: X-foto toraks, X-foto tulang di daerah lesi, dan
Tis Karsinoma in situ CTScan/ MRI atas indikasi
T1 Tumor dengan ukuran terbesar <2 cm 2. Biopsi untuk pemeriksaan histopatologi:
T2 Tumor dengan ukuran terbesar >2 s/d <5 cm - Lesi <2 cm dilakukan biopsi eksisional,
T3 Tumor dengan ukuran terbesar >5 cm - lesi > 2 cm dilakukan biopsi insisional
T4 Tumor menginvasi struktur ekstradermal dalam, seperti
kartilago, otot skelet atau tulang
V. PROSEDUR TERAPI
N – Kelenjar getah bening regional Terapi sama seperti basalioma, dalam melaksanakan tindakan
Nx Kelenjar getah bening regional tidak dapat diperiksa operasi pada karsinoma sel skuamosa haruslah tercapai radikalitas
N0 Tidak ditemukan metastasis kelenjar getah bening operasi dan rekonstruksi penutupan defek yang baik.
N1 Terdapat metastasis kelenjar getah bening regional Dianjurkan untuk melakukan tindakan :
• eksisi luas dengan safety margin 1-2 cm, bila radikalitas tidak
M – Metastasis jauh tercapai dilakukan radioterapi
Mx Metastasis jauh tidak dapat diperiksa • Untuk lesi rekuren, bila masih operabel dilakukan eksisi luas,
M0 Tidak ada metastasis jauh bila inoperabel dilakukan radioterapi
M1 Terdapat metastasis jauh • Untuk lesi yang inoperabel dapat diberikan pemberian
radioterapi pra operatif atau dilakukan operasi de bulking
Stadium dilanjutkan dengan radioterapi pasca operatif.
Stadium 0 Tis N0 M0 • Bila terdapat metastasis ke kelenjar getah bening regional,
Stadium I T1 N0 M0 dilakukan diseksi kelenjar getah bening regional.
Stadium II T2,T3 N0 M0 • Penutupan defek akibat eksisi luas dapat berupa
Stadium III T4 N0 M0 - jahitan primer,
Tiap T N1 M0 - transplantasi kulit baik secara STSG atau FTSG
Stadium IV Tiap T Tiap N M1 - pembuatan flap kulit, bila radikalitas operasi tercapai
• Apabila fasilitas memungkinkan, terapi terbaik untuk karsinoma
IV. PROSEDUR DIAGNOSTIK kulit adalah dengan Mohs Micrographic Surgery (MMS).
Anamnesis

60
ADENOKARSINOMA

Adenokarsinoma kulit, kanker yang berasal dari sel adneksa kulit.


PENDAHULUAN DAFTAR PUSTAKA
-Tumor: di kulit atau subkutan yang melekat dengan kulit,
konsistensi padat.
-Nodus: mungkin ada pembesaran kelenjar limfe regional.
-Metastasis: mungkin terdapat tanda-tanda metastasis jauh.

KANKER MERKEL

Berasal dari sel neuroendokrin kulit.

DERMATOFIBROSARKOMA PROTUBERANS

-Tumor: di kulit tumbuh menonjol di atas kulit, dengan kulit


diatasnya berwarna kecoklatan seperti keloid,
konsistensi padat keras.
-Nodus: jarang terdapat pembesaran kelenjar limfe regional.
-Metastasis: mungkin ada tanda-tanda metastasis jauh.

61
Tim Perumus Protokol Penatalaksanaan Sarkoma Jaringan Lunak
PROTOKOL PENATALAKSANAAN SARKOMA
JARINGAN LUNAK ( SJL ) Ketua : Dr. Idral Darwis, SpB(K)Onk
( SOFT TISSUE SARCOMA ) Anggota : Dr. Azamris, SpB(K)Onk
Dr. Med. Didid Tjindarbumi, SpB(K)Onk
Dr. Dimyati Achmad, SpB(K)Onk
Dr. Eddy H. Tanggo, SpB(K)Onk
Dr. Hariadi, SpPA
Dr. Humala Hutagalung, SpB(K)Onk
Dr. K.M. Yamin Alsoph, SpB(K)Onk
Dr. Sonar Soni Panigoro, SpB(K)Onk
Dr. Subianto, SpB(K)Onk
Dr. Teguh Aryandono, SpB(K)Onk

62
Lemak Liposarcoma
Syaraf Neurofibrosarcoma
Endothel Angiosarcoma
Fibrous Malignant Fibrous Histocytoma;
Fibrosarcoma

* Informasi pemeriksaan patologik


Ukuran tumor
Type dan Subtype histologi
Grading
Margin / batas sayatan ( jarak dalam cm tumor/zona
reaktif dan sayatan )
Invasi
Sel nekrosis dan sel spesifik ( round cell )
PROTOKOL PENATALAKSANAAN SARKOMA KGB : + / -
JARINGAN LUNAK ( SJL )
( SOFT TISSUE SARCOMA ) III. STADIUM KLINIK

Berdasarkan : UICC dan AJCC


I. PENDAHULUAN :
Tabel AJCC 2002
- Insidensi
Data di Indonesia dan Luar Negeri G1 T1a N0 M0 well / moderate grade ,
Stadium IA G1 T1b N0 M0 < 5 cm
- Faktor risiko G2 T1a N0 M0 superficial / deep
# Radiasi G2 T1b N0 M0
# Bahan karsinogen Kimiawi Stadium IB G1 T2a N0 M0 well / moderate grade,
# Riwayat trauma G2 T2a N0 M0 > 5 cm, superficial
# Faktor genetik Stadium IIA G1 T2b N0 M0 well / moderate grade,
G2 T2b N0 M0 > 5 cm, deep
- Ruang lingkup G3 T1a N0 M0 high grade, < 5 cm ,
* SJL pada dewasa Stadium IIB G3 T1b N0 M0 superficial / deep
* SJL pada Anak G4 T1a N0 M0
G4 T1b N0 M0
- Multidisiplin Stadium IIC G3 T2a N0 M0 high grade, > 5 cm,
G4 T2a N0 M0 superficial
II. KLASIFIKASI HISTO-PATOLOGI Stadium III G3 T2b N0 M0 high grade, > 5 cm, deep
G4 T2b N0 M0
Origin Patologik Stadium IV Any G Any T N1 M0 Tidak dipengaruhi G dan T,
Otot Rhabdomyosarcoma ; Any G Any T N0 M1 meta KGB dan organ jauh
Leiomyosarcoma

63
kelainan sarkoma, maka untuk penentuan stadium
IV. PROSEDUR DIAGNOSTIK klinik dan strategi operasi dapat dipertimbangkan
untuk melakukan pemeriksaan: MRI ; bone scan dan
A. Anamnesis : angiografi
Terdapat benjolan / masa tumor
• kapan terjadinya
• sifat pertumbuhannya (cepat / lambat) V. TERAPI
• keluhan penekanan pada jaringan sekitarnya
(p. darah, syaraf, gangguan gerakan sendi / a. Assessment :
otot) • Konfirmasi Dx/ histopatologik
• Tentukan stadium klinik dan resektabilitas / kurabilitas
B. Pemeriksaan fisik : • Modalitas pengobatan : tunggal atau kombinasi
• lokasi tumor • Kombinasi kemoterapi dan radiasi jelaskan tujuannya :
• diskripsi tumor : Adjuvant ; neo-adjuvant ; paliatif
 batas tegas / tidak • Tindakan rehabilitasi akibat operasi : op. rekonstruksi
 ukuran • Informasi yang jelas untuk persetujuan pasien
 permukaan
 konsistensi b. Modalitas :
 mobilitas
 nyeri tekan / tidak 1. Bedah : dengan prinsip “ radical wide excision “
• KGB regional : teraba / tidak dan Evaluasi : - Intra lesion
“ transits metastasis “ - Eksisi marginal
• Tanda-tanda penekanan tumor dan metastasis - Eksisi luas
 Fungsi motorik / sensorik - Eksisi kuratif
 Tanda-tanda bendungan (NB : masuk dalam penilaian patologi)
pembuluh darah Standar operasi : sesuai protokol dari grup Jepang
 # Tanda-tanda kelainan pada (The Surgical Society for Musculo-skeletal sarcoma )
paru, tulang dan hati 2. Radiasi
3. Khemoterapi
C. Pemeriksaan penunjang :
• Photo toraks • Lesi tumor resektabel
• CT scan ( daerah tumor )
Stad. Hist Ukur. Le Grad Modal. Mar Adj Jen
D. Biopsi : o. tumo tak 1/2/ gin u. is
a. Core biopsi / tru cut biopsi r SF/D 3 il/ Y/ R/
b. Biopsi terbuka ( pembedahan ): m/ T Kh
b.1 : Insisi - tumor > 3 cm k
b.2 : Eksisi - tumor < 3 cm I Bedah
Catatan : Lokasi insisi dipertimbangkan untuk II Bedah
pembedahan definitif III Bedah

E. Jika sudah di konfirmasi hasil patologik anatomik

64
IVa Bedah+ a. Kekambuhan dengan tumor resektabel :
Disek - Diperlakukan sama dengan kasus primer
- Ditambah terapi adjuvant + ( modalitas non
bedah )

b. Kekambuhan dengan tumor tidak resektabel :


- Diperlakukan sama dengan lesi tumor tidak resektabel
• Lesi tumor tidak resektabel - Jika respons terapi (-), tujuan pengobatan adalah paliatif

Stad. Neo-A Resp. Modal. Margin Resp. Modal. 2 Kekambuhan berupa metastasis jauh
Khemo il/m/k Rad/Kh. - Modalitas khemo dan radiasi
II 3X + Bedah - ?
III 3X + Bedah - ? VI. PROGNOSIS
IVa 3X + Bedah - ?
Angka kekambuhan lokal (disease free interval) cukup tinggi dan
berhubungan dengan beberapa faktor yaitu :
Pembedahan debulking = intra lesion
Syarat : eksisi tumor > 50 % dan sensitif terhadap modalitas
- Ukuran tumor > 5 cm
radiasi dan khemoterapi
- Grading histologi tinggi
- Lokasi tumor yang dalam ( deep ) dan
proksimal
• Lesi metastasis jauh ( Stadium IVb )
• Pada kasus yang pernah kambuh lokal, mempunyai resiko
besar terjadinya metastasis jauh.
Tu. prim. Gejala Meta. Modalitas
Catatan :
tumbuh subyektif Prog./Lambat
• Pemeriksaan immunohistokimia saat ini masih dalam
Progres /
penelitian sebagai faktor prognostik antara lain :
Lambat
Ki67, p53, mdm2, p21, p16, p27 dan apoptosis
+ + Khemo + Radiasi
Best supp. care
+/L - + /L /resektabel Bedah tu. prim + VII. FOLLOW UP
meta
Best supp. care
- - +/L/resektabel Bedah tu.
A. Waktu B. Pemeriksaan
sekunder/meta
Best supp. care
bulan ke 3 Pem. fisik
bulan ke 6 Pem. fisik, Ro. toraks dan CT-
• Sarkoma dengan kekambuhan / rekuren scan
bulan ke 12 Pem. fisik, Ro. toraks, Darah
1. Kekambuhan lokal rutin, CT-Scan, USG hati

65
khemoterapi amputasi
pra bedah + bedah + radiasi
Stad. IV
VIII. FORMULIR REGISTRASI N1 # Eksisi luas radikal +
limphadenektomi
Dalam upaya melakukan registrasi kanker perlu dipersiapkan (jika n + ) + dengan / tanpa
perumusan data yang perlu dicatat pada formulir khusus radiasi
penderita SJL. # Bedah + Radiasi (pre atau
Data tersebut meliputi : M1 pasca bedah)
• Identifikasi penderita # Dipertimbangan
• Data klinik khemoterapi
• Dx/
• Data modalitas terapi (pra bedah dan pasca bedah) # Eksisi luas radikal + radiasi
• Data prosedur pembedahan beserta jarak batas Reseksi lesi metastasis
sayatan dengan referensi dari “ The Surgical dapat dilakukan
Society for Musculoskeletal Sarcoma “, Jepang. dengan kriteria tertentu.
• Data kekambuhan lokal dan metastasis jauh. - reseksi dengan batas
• Komplikasi sayatan (-)
- lesi resektabel dengan
batas sayatan
tidak adekewat : radiasi
Alternatif pengobatan / terapi - lesi tidak resektabel :
th/ kombinasi
Stad. IA, IB, # Bedah : eksisi luas radikal Potensi kambuh radiasi dan khemoterapi
IIA # Eksisi luas + pre / post lokal kecil - lesi retropert./ badan
Low grade (1 bedah radiasi Khemotherapi dan H&L :
dan 2) # Tu. tidak resektabel : tidak diberikan bedah + khemoterapi +
radiasi pra bedah Wide margin radiasi
+ pembedahan + radiasi sulit # Untuk tujuan paliatif
pasca bedah - diberikan terapi
# Tu. retroperitoneum / trunk kombinasi khemoterapi:
dan L&K : - CYVADIC
Eksisi luas + radiasi - Ifos + Doxo + Mesna
Radiasi pra bedah + eksisi
luas
Stad IIB, IIC, III # Bedah : eksisi luas radikal Potensi kambuh Rancangan
High grade # Tumor > 5 cm : kombinasi besar Protokol Sarkoma Jaringan Lunak ( SJL )
radiasi Th/ kombinasi ( Soft Tissue Sarcoma )
# Tu. tidak resektabel : dengan radiasi
radiasi pra bedah dan kemoterapi Koordinator : Dr. Idral Darwis SpB- K (Onk)
+ pembedahan
# Keadaan tertentu : radiasi + Mencegah

66
3 Lipomatous Liposarcoma
4 Smooth muscle Leiomyosarcoma
5 Skeletal muscle Rhabdomyosarcoma
6 Blood vessel Angiosarcoma
7 Lymph vessel Lymphangiosarcoma
8 Perivascular Malignant hemangio pericytoma
9 Synovial Synovial sarcoma
10 Paraganglionic Malignant paraganglioma
11 Mesothelial Malignant schwannoma
12 Extra skeletal cartilaginous and Extraskeletal chondrosarcoma
osseous Extraskeletal osteosarcoma
13 Pluripotential mesenchymal Malignant mesenchymoma
14 Neural - Neuroblastoma
- Extraskeletal Ewing’s sarcoma
15 Miscellaneous - Alveolar soft part sarcoma
- Epithelioid sarcoma
- Malignant extra renal rhabdoid
tumor
- Desmoplastic small cell tumor
Konsep Revisi Gradasi Histopatologi
Termasuk dalam penilaian gradasi adalah :
PENATALAKSANAAN SARKOMA JARINGAN - Tingkat selularitas
LUNAK - Diferensiasi
- Pleomorfi
- Nekrosis
I. PENDAHULUAN - Jumlah mitosis

Sarkoma jaringan lunak (SJL) tergolong keganasan yang American Joint Commission on Cancer (AJCC) dan Memorial
relatif jarang ditemukan. Di Amerika angka kejadian 7800 kasus Sloan-Kettering Cancer Center (MSKCC) membedakan atas gradasi
baru per tahun dan hampir 50% meninggal akibat penyakitnya. Di rendah dan tinggi.
Indonesia belum ada data tentang SJL, baik yang berbasis Rumah Disamping gradasi, diperlukan pula informasi pemeriksaan
Sakit maupun yang berbasis populasi. histopatologi berupa :
Sampai saat ini penyebab pasti SJL belum diketahui pasti - Ukuran tumor
tetapi diperkirakan terdapat peran faktor radiasi, bahan kimia, - Tipe dan sub-tipe
riwayat trauma dan mutasi genetik pada “stem cell - Batas sayatan (margin)
mesenchymal”. - Invasi
Hampir 50% kasus terjadi di ekstremitas terutama
ekstremitas bawah dan 30% kasus terjadi di visceral dan III. STADIUM KLINIK
retroperitoneal. Kelakuan klinis tipe-tipe SJL hampir sama dan Berdasarkan UICC dan AJCC 2002
dibedakan dari letak anatomis, ukuran, gambaran spesifik T – Primary tumor
histopatologi dan gradasi histopatologi. T0 No evidence of primary tumor
T1 Tumor <5 cm in greatest dimension
II. KLASIFIKASI HISTOPATOLOGI SJL T1a Superficial tumor
No Jaringan Asal Bentuk Maligna T1b Deep tumor
1 Fibrous Fibrosarcoma T2 Tumor >5 cm in greatest dimension
2 Fibrohistiocytic Malignant fibrous histiocytoma

67
T2a Superficial tumor B. PEMERIKSAAN FISIK
T2b Deep tumor 1. Pemeriksaan status generalis untuk menilai keadaan umum
N – Regional lymph nodes penderita dan tanda-tanda metastasis pada paru , hati
N0 No regional lymph node metastasis dan tulang.
N1 Regional lymph node metastasis 2. Pemeriksaan status lokalis meliputi :
M – Distant metastasis a. Tumor primer :
M0 No distant metastasis o Lokasi tumor
M1 Distant metastasis o Ukuran tumor
o Batas tumor, tegas atau tidak
G – Histopathologic grade o Konsistensi dan mobilitas
Low grade o Tanda-tanda infiltrasi, sehingga perlu diperiksa
High grade fungsi motorik / sensorik dan tanda-tanda
bendungan pembuluh darah, obstruksi usus, dan
Stage Grouping (TNM System 6th edition, 2002) lain-lain sesuai dengan lokasi lesi.
Stage IA Low grade T1a N0 M0 b. Metastasis regional
Low grade T1b N0 M0 Perlu diperiksa ada atau tidaknya pembesaran kgb
Stage IB Low grade T2a N0 M0 regional.
Low grade T2b N0 M0
Stage IIA High grade T1a N0 M0 C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
High grade T1b N0 M0 1. Foto polos untuk menilai ada tidaknya infiltrasi pada
Stage IIB High grade T2a N0 M0 tulang.
Stage III High grade T2b N0 M0 2. MRI / CT-scan untuk menilai infiltrasi pada jaringan
Stage IV Any Any T N1 M0 sekitarnya,
Any AnyT AnyN M1 3. Angiografi atas indikasi,
4. Foto thoraks untuk menilai metastasis paru
IV. PROSEDUR DIAGNOSTIK 5. USG hepar / sidik tulang atas indikasi untuk menilai
A. ANAMNESIS metastasis
1. Keluhan sangat tergantung dari dimana tumor tersebut 6. Untuk SJL retroperitoneal perlu diperiksa fungsi ginjal.
tumbuh. Keluhan utama pasien SJL daerah ekstremitas 7. Biopsi :
tersering adalah benjolan yang umumnya tidak nyeri dan o Tidak dianjurkan pemeriksaan FNAB (sitologi)
sering dikeluhkan muncul setelah terjadi trauma didaerah o Sebaiknya dilakukan “core biopsy” atau ‘tru cut
tersebut. Untuk SJL lokasi di visceral/retroperitoneal biopsy” dan lebih dianjurka untuk dilakukan biopsi
umumnya dirasakan ada benjolan abdominal yang tidak terbuka, yaitu bila ukuran tumor < 3 cm dilakukan
nyeri, hanya sedikit kasus yang disertai nyeri, kadang- biopsi eksisi dan bila > 3 cm dilakukan biopsi incisi.
kadang terdapat pula perdarahan gastro intestinal, o Untuk kasus kasus tertentu bila pemeriksaan Histo
obstruksi usus atau berupa gangguan neuro vaskular. PA meragukan, dilakukan pemeriksaan
2. Perlu ditanyakan bila terjadi dan bagaimana sifat imunohistokimia.
pertumbuhannya.
3. Keluhan yang berhubungan dengan infiltrasi dan Setelah dilakukan pemeriksaan di atas Diagnosis Klinis Onkologi
penekanan terhadap jaringan sekitar telah dapat ditegakkan, selanjutnya ditentukan Stadium Klinik SJL
4. Keluhan yang berhubungan dengan metastasis jauh. Sesuai tabel di atas.

68
Sebelum melakukan tindakan terapi terlebih dahulu harus Bagan Pengelolaan SJL Ekstremitas Resektabel
dipastikan apakah kasus SJL tersebut kurabel atau tidak,
resektabel atau tidak, dan harus dipastikan modalitas apa yang Diagnosis Klinis Onkologis
dimiliki (operasi, radiasi, khemoterapi), serta kemungkinan Diagnosis Histopatologis
tindakan rehabilitasi. Gradasi / Stadium

V. PROSEDUR TERAPI SJL Yang Resektabel


Dibedakan atas lokasi SJL, yaitu :
A. Ekstremitas
Pengelolaan SJL di daerah ekstremitas sedapat mungkin haruslah
dengan tindakan “the limb-sparring operation” dengan atau tanpa Gradasi Tinggi Gradasi Rendah
terapi adjuvant (radiasi/khemoterapi). Tindakan amputasi harus
ditempatkan sebagai pilihan terakhir. Tindakan yang dapat
dilakukan selain tindakan operasi adalah dengan khemoterapi intra Eksisi Luas Eksisi Luas
arterial atau dengan hyperthermia dan “limb perfusion”.

1. SJL Pada Ekstremitas Yang Resektabel


Setelah diagnosis klinis onkologi dan diagnosis > 10 cm 5 – 10 cm > 5 cm < 5 cm
histopatologi ditegakkan secara biopsi incisi/ eksisi, dan setelah
ditentukan gradasi SJL serta stadium klinisnya, maka dilakukan
tindakan eksisi luas. Untuk SJL yang masih operabel / resektabel,
eksisi luas yang dilakukan adalah eksisi dengan “curative wide BT/RE BT/RE RE Observasi
margin” yaitu eksisi pada jarak 5 cm atau lebih dari zona reaktif
tumor yaitu daerah yang mengalami perubahan warna disekitar
tumor yang terlihat secara inspeksi, yang berhubungan dengan Khemoterapi BT : Brakhiterapi
jaringan yang vaskuler, degenerasi otot, edema dan jaringan pre/pos op RE : Radiasi Eksterna
sikatrik. Bila terdapat metastasis pada kgb regional, dilakukan diseksi kgb
o Untuk SJL ukuran < 5 cm dan gradasi rendah, tidak ada regional.
tindakan ajuvantsetelah tindakan eksisi luas.
o Bila SJL ukuran > 5 cm dan gradasi rendah, perlu 2. SJL Pada Ekstremitas Yang Tidak Resektabel
ditambahkan radioterapi eksterna sebagai terapi ajuvan. Ada 2 pilihan yang dapat dilakukan, yaitu :
o Untuk SJL ukuran 5-10 cm dan gradasi tinggi perlu o Sebelum tindakan eksisi luas terlebih dahulu dilakukan
ditambahkan radioterapi eksterna atau brakhiterapi radioterapi preoperatif atau neo ajuvan khemoterapi
sebagai terapi ajuvan. sebanyak 3 kali.
o Bila SJL ukuran > 10 cm dan gradasi tinggi, perlu o Pilihan lain adalah dilakukan terlebih dahulu eksisi
dipertimbangkan pemberian khemoterapi preoperatif dan kemudian dilanjutkan dengan radiasi pasca operasi atau
pasca operatif disamping pemberian radioterapi eksterna khemoterapi.
atau brakhiterapi. Eksisi yang dapat dilakukan :
o Eksisi “wide margin” yaitu 1 cm diluar zona reaktif.
o Eksisi “marginal margin” yaitu pada batas pseudo capsul.

69
o Eksisi “intralesional margin” yaitu memotong parenchim
tumor atau de bulking, dengan syarat harus membuang
massa tumor > 50% dan tumornya harus berespon terhadap
radioterapi atau khemoterapi. 3. SJL Pada Ekstremitas Yang Residif
Perlu perhatian khusus untuk SJL yang tidak ada respon terhadap Bila masih resektabel dilakukan eksisi luas dilanjutkan
radioterapi atau khemoterapi dapat dipertimbangkan tindakan terapi ajuvan radioterapi / khemoterapi. Bila sebelumnya pernah
amputasi. mendapat terapi ajuvan, perlu dipertimbangkan kembali apakah
masih mungkin untuk khemoterapi ajuvan dengan regimen yang
berbeda atau radiasi dengan modalitas yang lain.
Untuk kasus residif yang tidak resektabel dilakukan
amputasi, bila pasien menolak dapat dipertimbangkan pengelolaan
seperti kasus primer yang tidak resektabel.

B. SJL Di Daerah Viseral / Retroperitoneal

Jenis histopatologi yang sering ditemukan adalah


liposarkoma dan leiomiosarkoma. Bila dari penilaian klinis /
Bagan Pengelolaan SJL Pada Ekstremitas Yang Tidak Resektabel penunjang ditegakkan diagnosis SJL viseral / retroperitoneal harus
dilakukan pemeriksaan tes fungsi ginjal dan pemeriksaan untuk
Diagnosis Klinis Onkologis menilai pasase usus. Sebelum operasi dilakukan “persiapan kolon”
Diagnosis Histopatologis untuk kemungkinan dilakukan reseksi kolon. Modalitas terapi yang
Gradasi / Stadium utama untuk SJL viseral / retroperitoneal adalah tindakan operasi.
Bila SJL telah menginfiltrasi ginjal dan dari tes fungsi
ginjal diketahui ginjal kontralateral dalam kondisi baik, maka
SJL Yang Tidak Resektabel tindakan eksisi luas harus disertai dengan tindakan nefrektomi.
Dan bila telah menginfiltrasi kolon, maka dilakukan reseksi kolon.
Seringkali tindakan eksisi luas yang dilakukan tidak dapat
mencapai reseksi radikal karena terbatas oleh organ-organ vital
Radioterapi preoperatif seperti aorta, vena cava, dan sebagainya, sehingga tindakan yang
dilakukan tidak radikal dan terbatas pada pseudo kapsul. Untuk
Eksisi kasus yang demikian perlu dipikirkan terapi ajuvan, berupa
khemoterapi dan atau radioterapi.
Neoajuvan khemoterapi

Eksisi Luas Radioterapi postoperatif Bagan Pengelolaan SJL Viseral / Retroperitoneal

Khemoterapi ajuvan Diagnosis Klinis + Pemeriksaan Penunjang

70
= SJL viseral / retroperitoneal
D. SJL Dengan Metastasis jauh
Bila lesi metastasis tunggal masih operabel / resektabel
dapat dilakukan tindakan eksisi, tetapi bila tidak dapat dieksisi,
Eksisi Luas Radikal Eksisi Tidak Radikal maka dilakukan khemoterapi dengan Doxorubicin sebagai obat
tunggal atau dengan obat khemoterapi kombinasi, yaitu
Doxorubicin + Ifosfamide, terutama untuk pasien dengan status
performance yang baik.
Gradasi Gradasi Gradasi Khemoterapi ajuvan Obat-obat kombinasi yang lain adalah :
Rendah Tinggi Tinggi dan atau Radioterapi o Doxorubicin + Dacarbazine
< 10 cm > 10 cm o CyVADIC
o Doxorubicin + Ifosfamide – Mesna + Dacarbazine

Observasi VI SARKOMA JARINGAN LUNAK PADA ANAK


VII FOLLOW UP
DAFTAR PUSTAKA
Setelah dilakukan pemeriksaan laboratorium / pemeriksaan
penunjang ditegakkan diagnosis SJL viseral / retroperitoneal, PENATALAKSANAAN SARKOMA JARINGAN LUNAK
kemudian dilakukan eksisi luas yang harus dinilai apakah
tindakannya eksisi dengan wide margin atau marginal margin atau
PADA ANAK
intra lesional.
1. Bila tindakan adalah reseksi radikal maka harus ditentukan
gradasi dan ukuran tumor I. PENDAHULUAN
o Bila gradasi rendah, selanjutnya cukup di follow up Sarkoma jaringan lunak pada anak (SJLA) termasuk kasus
o Bila gradasi tinggi dan ukuran < 10 cm, cukup di follow yang jarang, yaitu sekitar 7,4% dari seluruh keganasan pada anak.
up Jenis SJLA yang sering dijumpai adalah Rhabdomyosarkoma yaitu
o Bila gradasi tinggi dan ukuran > 10 cm maka harus +40% dari kasus SJLA.
dilanjutkan dengan tindakan khemoterapi ajuvan dan Faktor prognostik tergantung dari beberapa hal, yaitu:
atau radioterapi. stadium, ukuran, letak anatomis, umur dan tipe histopatologis.
2. Bila tindakan tidak radikal maka harus dilanjutkan
dengan tindakan khemoterapi ajuvan dan atau radioterapi. II. RHABDOMYOSARKOMA
a. Epidemiologi dan Etiologi
Rhabdomyosarkoma merupakan jenis SJLA yang tersering
C. SJL di Bagian Tubuh Lain ditemukan, yaitu +60% pada SJLA dibawah 5 tahun dan +23% pada
o Bila tumor masih resektabel, dilakukan eksisi, umumnya anak 15-20th, dan ditemukan sedikit lebih tinggi pada anak laki-
dengan marginal margin, dilanjutkan dengan radioterapi laki.
ajuvan. Faktor etiologi adalah multifaktor dan peran faktor
o Bila tumor tidak resektabel, dilakukan radioterapi preoperatif familial telah diteliti peranannya karena rhabdomyosarkoma pada
dilanjutkan dengan tindakan eksisi marginal margin. anak sering dihungkan dengan Li-Fraumeni syndrome, Beckwith-
o Bila tidak memungkinkan untuk tindakan eksisi luas, maka Weidsmann syndrome dan Neurofibromatosis-1 (NF-1).
dilakukan radioterapi primer atau khemoterapi. Lokasi tersering adalah orbita dan intraabdominal-
o Pada SJL di kepala dan leher yang tidak mungkin dilakukan genitourinari. Disamping itu dapat pula terjadi intratorakal dan
eksisi luas maka dapat diberikan khemo radiasi. ekstremitas bawah.

71
sampai 4500-5000cGy atau diberikan khemoterapi
b. Tipe Histopatologi Vincristin, Dactinomycin dan Cyclophosphamide (VAC).
Rhabdomyosarkoma pada anak dibedakan atas : 3. Lokasi di dinding thoraks, intrathoraks, dinding abdomen,
- embryonal rhabdomyosarcoma paraspinal dan retroperitoneal. Terapi utama adalah eksisi
- alveolar rhabdomyosarkoma radikal, kalau perlu diberikan adjuvant radioterapi bila
- spindle cell rhabdomyosarcoma tipenya embryonal.
- botryoid rhabdomyosarcoma 4. Lokasi di ekstremitas. Dianjurkan untujk eksisi radikal
- undifferentiated rhabdomyosarcoma sampai batas sayatan bebas secara mikroskopis. Tidak
- rhabdomyosarcoma with rhabdoid features dianjurkan untuk tindakan amputasi atau eksisi
kompartemen atau eksisi grup otot. Bila perlu dapat
c. Stadium Klinik diberikan adjuvant radioterapi sampai 5000cGy.
Berdasarkan stadium preterapi TNM Kemoterapi tidak dianjurkan karena respons kurang baik.
5. Lokasi di genito-urinari. Bila memungkinkan dilakukan
reseksi radikal, bila tidak mungkin dilakukan reseksi
terbatas dilanjutkan dengan radioterapi adjuvant. Bila
tidak dapat dilakukan reseksi, dapat dilakukan radioterapi
preoperatif atau neoadjuvant khemoterapi dengan
d. Prosedur Diagnostik Vincristin + Dactinomycin dilanjutkan dengan reseksi
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik sesuai
dengan lokasi tersering rhabdomyosarkoma anak, termasuk
pemeriksaan pada kgb regional dan metastasis jauh. Lokasi tumor
di retrobulbair dapat berupa proptosis atau benjolan. Dan di lokasi
lain berupa benjolan dengan kulit di atasnya normal, dapat tanpa
keluhan atau disertai nyeri. Pemeriksaan penunjang meliputi foto
polos atau CT-scan di tumor primer dan di tempat metastasis jauh.
Kalau perlu dilakukan pula biopsi aspirasi pada bone marrow.
Diagnosis pasti adalah dari biopsi insisi/eksisi.

e. Prosedur Terapi
Tergantung dari lokasi tumor primer dan berhubungan
dengan tipe histopatologi dan dianjurkan untuk melakukan terapi
dengan multimodalitas dan multidisiplin, tidak dianjurkan untuk
melakukan mutilasi yang agresif.
1. Lokasi di orbita dan parameningeal termasuk telinga
tengah dan nasofaring. Dilakukan radioterapi sampai 5000
cGy atau khemoterapi dengan kombinasi Vincristine,
Dactinomycin dan Doxorubicin.
2. Lokasi di non orbita dan non parameningeal meliputi regio
parotis, laring, palatum, tonsil, glosis/lidah, buccal/pipi,
nasal/hidung, kepala dan leher. Bila memungkinkan harus
dilakukan eksisi dilanjutkan dengan radioterapi adjuvant

72

Anda mungkin juga menyukai