Anda di halaman 1dari 47

Plagiarism Checker X Originality Report

Similarity Found: 26%

Date: Tuesday, September 21, 2021


Statistics: 3694 words Plagiarized / 13982 Total words
Remarks: Medium Plagiarism Detected - Your Document needs Selective Improvement.
-------------------------------------------------------------------------------------------

MANAJEMEN PENDIDIKAN KELUARGA DI DALAM PROBLEMATIKA PERNIKAHAN DINI DI


DESA KELURU KECAMATAN KELILING DANAU SKRIPSI OLEH: TOMA PUJA KUSUMA
NIM: 1710206025 MAHASISWA JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS
TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KERINCI 2021
M/1441 H
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Orangtua merupakan pendidikan utama
dan pertama bagi anak-anak mereka, dan merekalah anak mula-mula menerima
pendidikan. Oleh karena itu, bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam keluarga._
Peran pendidikan dalam rumah tangga yaitu pendidikan anak yang mewajibkan
orangtua untuk memberikan pendidikan untuk anak-anaknya.

Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa keluarga merupakan “pusat pendidikan” yang


pertama dan terpenting karena sejak timbulnya adab kemanusiaan sampai kini, keluarga
selalu mempengaruhi pertumbuhan budi pekerti tiap-tiap manusia._ Tujuan pendidikan
dalam rumah tangga adalah agar anak mampu berkembang secara maksimal. Itu
meliputi seluruh aspek perkembangan anaknya, yaitu jasmani, akal, dan rohani. Seluruh
uraian mengenai tanggung jawab orangtua dalam pendidikan Islam merupakan kajian
aksiologis dalam pendidikan karena fungsi orangtua dan para pendidik adalah
menentukan masa depan generasi penerus agama, bangsa, dan negara.

Setiap manusia ketika mulai dewasa, mereka akan berpikir untuk membangun rumah
tangga melalui pernikahan. Pernikahan merupakan akad atau perjanjian untuk
mengikatkan diri antara seorang laki-laki dan wanita supaya halal dalam hubungan
kelamin antara kedua belah pihak atas dasar sukarela dan keridhoan dua belah pihak
untuk mewujudkan kebahagiaan hidup berkeluarga yang diliputi rasa kasih sayang dan
ketentraman dengan cara-cara yang diridhai Allah SWT. Kesejahteraan hidup rumah
tangga atau keluarga merupakan dambaan dan tujuan hidup setiap manusia.

Keluarga merupakan satuan sosial yang paling sederhana di kalangan masyarakat.


Kesejahteraan masyarakat ini tergantung pada kesejahteraan keluarga yang terbentuk
melalui sebuah perkawinan. Tujuan perkawinan yang pertama dan utama adalah
memperoleh keturunan atau anak. Terwujudnya tujuan ini, bukan hanya merupakan
tuntunan syar’i, melainkan juga realisasi dari keinginan-keinginan fitriah setiap individu,
baik laki-laki maupun wanita yang normal.

Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat An-Nahl ayat 70, yang berbunyi: (((((( ((((((
((((( ((((( ((((((((((( (((((((((( (((((((( ((((( ((((( (((((((((((( ((((((( (((((((((( ((((((((((( ((((( ((((((((((((( (
((((((((((((((((( ((((((((((( (((((((((((( (((( (((( ((((((((((( (((( Artinya: Allah menjadikan bagi kamu
isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu dari isteri-isteri kamu itu,
anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezki dari yang baik-baik. Maka
Mengapakah mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah?" Dan
yang terpenting lagi dalam pernikahan bukan hanya sekedar memperoleh anak, tetapi
berusaha mencari dan membentuk generasi yang berkualitas, yaitu mencari anak yang
shalih dan bertaqwa kepada Allah SWT. Secara psikologis dan biologis tujuan
perkawinan adalah mendorong manusia untuk memperoleh anak, dalam rangka
melanjutkan keturunan dan sejarah umat manusia. Tanpa keturunan, jenis manusia akan
punah di planet bumi ini.

Berdasarkan observasi di Desa Keluru Kecamatan Keliling Dana Kabupaten Kerinci, kasus
perkawinan anak di bawah umur atau pernikahan dini bukanlah persoalan baru. Praktik
ini sudah berlangsung lama dengan alasan kemauan sendiri ataupun dukungan orang
tua. Penyebabnya berkaitan dengan masalah ekonomi keluarga yang kurang mampu
untuk membiayai pendidikan yang lebih tinggi, sehingga orangtua terpaksa
melangsungkan pernikahan dini bagi anak-anaknya. Tradisi orangtua banyak yang
menikah anak di usia dini berkaitan dengan cara pikir/stigma masyarakat yang
memandang perempuan yang menikah di usia dini akan mendatang rezeki, dimana
perkawinan akan mendatang keturunan yang banyak, rezeki yang melimpah, dan cepat
mandiri dari orang tua. Bahkan di Desa Keluru Kecamatan Keliling Danau, perkawinan di
usia matang akan mendatangkan stigma dan citra negatif di mata masyarakat, di mana
perempuan yang tidak segera menikah akan dinilai sebagai perawan tua.

Perawan tua yang tidak segera menikah juga dipandang sebagai perempuan yang tidak
laku ataupun dikenal dengan istilah kena palalai Mayoritas orang tua lebih memilih
untuk menikahkan anaknya di usia dini daripada meneruskan di jenjang pendidikan.
Bagi mereka, menikahkan anak dapat mengurangi beban kehidupan, karena salah satu
tanggung jawabnya telah terselesaikan. Kemudian, orang tua menganggap bahwa
pendidikan itu lebih kepada tanggungjawab para laki-laki kepala keluarga dan sebagai
pencari nafkah. Untuk itulah banyak orangtua memandang pernikahan dini bagi anak
perempuannya bukanlah suatu masalah ataupun aib bagi keluarga. Karena pernikahan
dini sendiri bagi orangtua merupakan suatu akhir kewajiban terhadap anak-anaknya.

Di samping itu, pernikahan dini mempunyai hubungan masalah kependudukan.


Ternyata bahwa batas umur yang lebih rendah bagi seseorang wanita untuk kawin
mengakibatkan laju kelahiran yang lebih tinggi dari pada jika dibandingkan dengan
batas umur yang lebih tinggi. Angka kelahiran yang tinggi akan mendatang banyak
masalah di antaranya angka pengangguran, kemiskinan, dan tentunya pemerintah harus
mengoptimalkan lembaga pendidikan sebagai wadah untuk memberikan keterampilan
dan pemberdayaan bagi masyarakat.

Berhubung dengan itu batasan usia yang harus dipenuhi oleh seseorang yang akan
melaksanakan perkawinan menurut Undang-Undang No. 16 Tahun 2019 pasal 7 bahwa
perkawinan hanya diizinkan apabila pria dan wanita sudah mencapai umur 19 (sembilan
belas) tahun. Namun demikian jika belum mencapai 19 tahun, calon pengantin baik pria
maupun wanita diharuskan orangtua dapat meminta dispensasi kepada pengadilan
dengan alasan sangat mendesak disertai bukti-bukti pendukung yang cukup, dan wajib
mendengarkan pendapat kedua calon mempelai yang akan melangsungkan perkawinan
sebagai salah satu syarat untuk melangsungkan perkawinan_. Bahkan bagi calon
pengantin yang usianya kurang dari 19 tahun harus memperoleh dispensasi dari
pengadilan.

Undang-undang diciptakan untuk mengatur dan menjamin kepentingan masyarakat


yang merupakan ijtihad dari pembuat undang-undang itu sendiri demi kemaslahatan
rakyat yang sesuai dengan sosiokultur bangsa Indonesia, oleh karena itu hukum harus
dapat membaca situasi masyarakat yang dalam hal ini menjadi obyek daripada hukum
dan sendi-sendi hukum antara lain memperhatikan kemaslahatan, keadilan, dan tidak
membebani pengguna hukum tersebut. Bila ditinjau lebih lanjut, banyaknya kasus
kegagalan dalam mendidik anak (terutama dalam hal pendidikan anak) antara lain
disebabkan karena dinilai kurang berpendidikan, kedewasaan, dan kemampuan
melaksanakan tanggungjawab dalam sebuah keluarga.

Mengingat besarnya tanggung jawab yang dijalani oleh kedua calon mempelai. Hal ini
juga berakibat pada keturunan yang dihasilkan dalam sebuah perkawinan tersebut,
dikarenakan kurangnya kematangan jiwa kedua calon mempelai ditinjau dari segi psikis
yang tidak optimal. Kematangan seseorang ini dapat dikaji melalui pendekatan
psikologi. Psikologi secara umum adalah ilmu yang mempelajari tentang gejala-gejala
kejiwaan yang berkaitan dengan jiwa manusia yang normal, dewasa, dan beradab.

Tetapi tidak semua orang yang usianya sudah matang dan sukses dalam segala hal bisa
membentuk keluarganya menjadi keluarga yang sangat diidamidamkan (keluarga
sakinah). Apalagi seseorang yang masih muda, masih dini, masih banyak tergantung
dengan orangtuanya, pendidikannya masih rendah sangat tipis untuk bisa membentuk
keluarganya yang bersendikan ilmu pengetahuan agama dan pendidikan umum.
Fenomena pernikaha dini itu tidak terjadi begitu saja. Cara pandang masyarakat yang
sangat sederhana, bahkan cenderung salah dalam mempresepsikan pernikahan, tidak
lahir dari ruang hampa.

Artinya, ada banyak variabel faktor yang menjadi penyebab dari semua ini. Dalam soal
ini pendidikan memberi andil yang cukup besar. Kebanyakan mereka yang menikah di
usia dini ini adalah anak-anak yang berpendidikan rendah. Orangtua yang pendidikan
rendah tentunya akan berdampak pada pendidikan anak di dalam keluarga, sehingga
anak kelak akan membawa masalah dalam pendidikannya. Sebagaimana hasil
wawancara dengan Kepala Desa Keluru Kecamatan Keliling Danau beliau menyatakan,
bahwa masih banyak yang melakukan pernikahan dini baik dari keduanya masih remaja
maupun laki-laki yang sudah dewasa dan perempuannya masih remaja._
Menurut data yang diberikan pada tanggal 8 Agustus 2020 oleh Kepala Desa Keluru
Kecamatan Keliling Danau kasus pernikahan dini dari tahun 2015 s/d 2019 sebagai
berikut: Tahun _Kasus Pernikahan Dini _Pelaku Pernikahan Dni _ _ _ _Laki-laki
_Perempuan _ _2015 _5 _- _v _ _2016 _3 _- _v _ _2017 _2 _- _v _ _2018 _2 _v _v _ _2019 _1
_- _v _ _Jumlah _13 _ _ _ _ Sumber: Kepala Desa Keluru Kec. Keliling Danau Tahun 2020
Berdasarkan data dari Kepala Desa Keluru Kecamatan Keliling Danau di atas, dapat
dijelaskan bahwa kasus pernikahan dini terjadi paling banyak pada tahun 2015.

Pada tahun 2015 ada 5 kasus pernikahan dini yang mana perempuannya masih usia
remaja, sedangkan laki-lakinya sudah dewasa. Sedangkan pada tahun 2018 dan 2019
kasus pernikahan dini terjadi antara laki-laki dan perempuan yang masih remaja. Pada
tahun 2018 dan 2019 terjadi sebanyak 3 kasus pernikahan dini. Sebagaimana hasil
wawancara pada tanggal 10 Agustus 2020 dengan pelaku pernikahan dini di Keluru
menyatakan bahwa: Pernikahan dini terjadi karena orang tua tidak sanggup membiayai
anaknya untuk sekolah yang lebih tinggi, dan anak-anak menuruti kata orang tua,
karena kalau dipaksakan untuk sekolah akan semakin sulit bagi keluarga dalam
memenuhi biaya pendidikan.

Kemudian alasan lainnya juga dijelaskan bahwa pernikahan dini terjadi karena pacaran
yang terlalu serius, jadi orang tua merasa khawatir dan takut anak-anaknya berbuat
dosa, maka orang tua menikahkan anak-anaknya. Pernikahan dini juga dilakukan
dengan alasan ingin hidup mandiri dari orang tua, serta orang tua si anak yang sudah
meninggal dunia, maka menikah adalah solusi bagi anak agar ada yang menjaga dan
membiayai kebutuhan hidup saya._ Berdasarkan data yang Kepala Desa berikan pada
tahun 2018 di Desa Keluru Kecamatan Keliling Danau terjadi 2 kasus pernikahan dini
dimana suami istri tersebut sama-sama dikategorikan pada kasus pernikahan dini.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan suami istri tersebut bahwa didapatkan
informasi pernikahan dini keduanya terjadi dengan alasan dan masalah yang
berbeda-beda: Pernikahan dini terjadi karena alasan keduanya menjalin hubungan
pacaran yang terlalu serius yang memungkinkan akan terjadinya perzinaan, sehingga
kekhawatiran orang tua keduanya untuk mempercepat hubungan pernikahan.
Kemudian alasan kedua suami istri tersebut melakukan pernikahan dini atas kasus yang
telah benar-benar terjadi hamil di luar nikah.

Saat peneliti melakukan wawancara dengan istri suami tersebut mengungkapkan bahwa
pernikahan dini terjadi karena atas suka sama suka dan keinginan untuk menikah muda,
dan ditegaskan tidak ada terjadi apa-apa atas pernikahan tersebut. Keduanya
menegaskan bahwa pernikahannya terjadi atas suka sama suka dan izin orang tua juga._
Berdasarkan masalah di atas dapat dijelaskan bahwa pernikahan dini tentunya membuat
berbagai masalah dalam kehidupan terutama masalah pendidikan. Suami istri yang
melakukan praktek pernikahan dini tentu akan rugi dalam mengelola manajemen
pendidikan keluarga, karena suatu saat nanti keduanya akan membina rumah tangga
yang harus punya modal ilmu pengetahuan dan wawasan, kalau tidak bisa membuat
keluarganya rawan dalam perpecahan. Apalagi suatu saat nanti lahir anak keturunannya
yang harus dididik dan dibina oleh orang tuanya sendiri. Pernikahan dini syarat akan
masalah pendidikan terutama bagi anak-anaknya.

Orang tua yang pendidikannya rendah tentu akan sulit menjadi sumber pendidikan bagi
anak-anaknya. Jikalau suami istri tidak mampu menanamkan pendidikan dasar bagi
anak-anaknya tentunya anak juga akan lambat mengalami perkembangan dalam
mendapatkan pendidikan dari keluarganya. Problematika pernikahan dini di Desa Keluru
Kecamatan Keliling Danau juga menjadi masalah bagi pelaku pernikahan dini juga,
karena pernikahan dini tersebut bisa jadi sebagai hambatan untuk melanjutkan
pendidikan yang lebih tinggi.

Karena tidak semua pelaku pernikahan dini atas keinginan sendiri, tetapi terkadang oleh
paksaan orang tua maupun kondisi ekonomi keluarga yang mengharuskan terjadinya
pernikahan dini. Jadi, problematika pernikahan dini merupakan salah satu faktor
penyebab terhambatnya proses pendidikan keluarga secara non-formal. Problematika
pernikah dini sangat penting diketahui bagaimana manajemen pendidik keluarga untuk
dikelola. Manajemen pendidikan keluarga sangat penting untuk mengarahkan agar
generasi selanjutnya tidak bermasalah dengan pendidikan.

Manajemen pendiidkan keluarga sangat penting agar pendidikan di dalam keluarga


berlangsung dengan baik serta sebagai dorongan anak-anak nantinya masuk dalam
pendidikan formal. Dengan demikian dari berbagai penjelasan di atas, dapat diketahui
bahwa pendidikan sangatlah penting bagi anak, agar kelak anak tidak akan terjerumus
yang sama dalam fenomena pernikahan usia dini. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk
melakukan penelitian meneliti dengan judul “Manajemen Pendidian Keluarga di dalam
Problematika Pernikahan Dini di Desa Keluru Kecamatan Keliling Danau”.

Identifikasi Masalah Berdasarkan dari latar belakang di atas, masalah-masalah yang


masih ditemukan dalam di Desa Keluru Kecamatan Keliling Danau sebagai berikut:
Pelaku pernikahan dini terjadi karena adanya tuntutan ekonomi keluarga yang kurang
memadai. Pernikahan dini terjadi bermula pada hubungan pacaran yang terlalu serius
yang dikhawatirkan akan terjadi kasus perzinaan. Pernikaha dini juga bisa terjadi atas
suka sama suka serta adanya dukungan dari kedua orang tua laki-laki dan perempuan.
Orang tua pernikahan dini berdampak pada manajemen pendidikan anak-anaknya
nanti.
Batasan Masalah Agar permasalahan yang diteliti lebih terarah dan mencapai tujuan
yang diinginkan penelitian, maka masalah ini dibatasi pada penelitian ini adalah:
Penelitian ini hanya meneliti tentang manajemen pendidikan keluarga Penelitian ini
hanya meneliti pernikahan dini Penelitian ini dilaksanakan di Desa Keluru Kecamatan
Keliling Danau pada tahun 2018. Rumusan Masalah Agar penelitian ini lebih fokus dan
tidak keluar dari permaslahan yang akan dibahas serta sesuai dari latar belakang dan
batasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apa saja
dampak dari problema pernikahan dini di Desa Keluru Kecamatan Keliling Danau? Apa
saja faktor penyebab adanya problematika pernikahan dini di Desa Keluru Kecamatan
Keliling Danau? Bagaimana manajemen pendidikan keluarga di dalam problematika
pernikahan dini di Desa Keluru Kecamatan Keliling Danau? Tujuan Penelitian Sesuai
dengan perumusan masalah penelitian yang dikemukakan di atas, maka penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui: Bagaimana problematika dalam pernikahan dini di Desa
Keluru Kecamatan Keliling Danau.

Apa saja faktor penyebab adanya problematika pernikahan dini di Desa Keluru
Kecamatan Keliling Danau. Bagaimana menajemen pendidikan keluarga di dalam
problematika pernikahan dini di Desa Keluru Kecamatan Keliling Danau. Manfaat
Penelitian Hasil penelitian ini dharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
terkait. Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut: Manfaat
Teoritis Bagi bidang pendidikan bermanfaat untuk memberikan inspirasi dalam
mengembangkan Manajemen Pendidikan Islam untuk menyelesaikan problema
pendidikan terhadap fenomena pernikahan dini. Manfaat Praktis Bagi orangtua, sebagai
informasi bagi orangtua dalam mengelola manajemen pendidikan keluarga terutama
pendidikan bagi anak-anaknya nanti.

Bagi anak, sebagai wadah untuk menfasilitasi anak mendapat pendidikan formal dan
non-formal secara baik. Bagi masyarakat, sebagai acuan dalam masyarakat untuk
mengubah pola pikir yang lebih modern dan memandang bahwa pendidikan lebih
penting daripada melansungkan pernikahan dini. Bagi penulis, diharapkan dapat
menjadi pengalaman langsung dalam mengamalkan manajemen pendidikan Islam
terutama dalam mengembangkan pendidikan dalam keluarga.

Bagi pembaca, diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk melakukan
penelitian berikutnya. BAB II KAJIAN TEORITIS Manjamen Keluarga Manajemen secara
istilah adalah pemanfaatan sumber daya secara efektif untuk mencapai tujuan atau
sasaran yang dimaksudkan._ Manajemen merupakan pencapaian tujuan organisasi
dengan cara yang efektif dan efisien lewat perencanaan pengorganisasian pengarahan
dan pengawasan sumberdaya organisasi.
Sementara menurut Mary Parker Follet yg dikutip oleh Handoko manajemen merupakan
seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini mengandung arti
bahwa para manajer mencapai tujuan-tujuan organisasi melalui pengaturan
orang-orang lain untuk melaksanakan berbagai tugas yang mungkin diperlukan. _
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi diri untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
Negara._

Pengertian keluarga dalam islam adalah “suatu system kehidupan masyarkat yang
terkecil yang dibatasi oleh adanya keturunan (nasab) atau disebut juga ummah akibat
oleh adanya kesamaan agama. _ Jadi, keluarga adalah lembaga sosial terkecil yang
sedikitnya terdiri atas suami istri dan dan anak-anak yang biasanya hidup bersama
dalam suatu tempat tinggal sebagai tahaap awal proses sosialisasi dan perkembangan
individu. Berdasarkan definisi di atas bahwa manajemen pendidikan keluarga adalah
suatu proses penataan atau pengelolaan, pengaturan lembaga pendidikan Islam di
lingkungan keluarga yang melibatkan sumber daya manusia muslim (ayah, ibu, dan
anak) dan menggerakkannya untuk mencapai tujuan pendidikan dalam keluarga secara
efektif dan efisien dan tentunya mengajarkan nilai-nilai ke-Islaman serta akhlak._

Manajemen pendidikan dalam keluarga tentunya terdapat fungsi pokok yang


ditampilkan oleh keluarga yaitu ayah dan ibu sebagai menegernya, yaitu: fungsi
perencanaan (planning), pengorganisasian (Organizing), Pemimpinan (Leading) dan
pengawasan (controlling)._ Adapun pengertian manajemen dari sudut fungsinya adalah
proses, kegiatan merencanakan, pengorganisasian, pengarahan, pelaksanaan, dan
pengendalian sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien.
Oleh karena itu, keluarga merupakan penanggungjawab utama dalam merencanakan,
mengorganisasikan, mengarahkan, mengatur, mengawasi, dan membina terpeliharanya
fitrah anak agar tumbuh dan berkembang secara optimal.

Dengan demikian dengan adanya manajemen keluarga penyimpangan yang dilakukan


oleh anak dapat dicegah dengan seoptimal mungkin dalam mencapai tujuan pendidikan
keluarga. Kajian tentang Pendidikan dalam Keluarga Pengertian Dalam UU No. 20/2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan diartikan sebagai usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya sehingga memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan
yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa dan negara._
Pendidikan adalah segala usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak
untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya kearah kedewasaan._
Sedangkan pengertian keluarga adalah a group of two person or more person residing
together who are related by blood, marriage, or adoption (sekelompok yang terdiri dari
dua orang atau lebih yang mempunyai hubungan darah, pernikahan, atau adopsi)._
Dalam pengertian lain, keluarga merupakan sebuah institusi yang terbentuk karena
ikatan perkawinan dengan suatu tekad dan cita-cita untuk membentuk keluarga bahagia
dan sejahtera lahir batin._

Antara keluarga dan pendidikan adalah dua istilah yang tidak dapat dipisahkan. Sebab,
dimana ada keluarga di situ ada pendidikan. Ketika orang tua melaksanakan tugas dan
tanggung jawabnya mendidik anak, maka pada waktu yang sama anak menghajatkan
pendidikan dari orang tua. Dalam UU Sisdiknas disebutkan bahwa pendidikan keluarga
merupakan bagian dari jalur pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan dalam
keluarga, dan memberikan keyakinan agama, nilai budaya, nilai moral dan ketrampilan.
Menurut Kadar M.

Yusuf pendidikan keluarga adalah bimbingan atau pembelajaran yang diberikan


terhadap anggota dari kumpulan suatu keturunan atau satu tempat tinggal, yang terdiri
dari ayah, ibu, anak-anak dan lain sebagainya._ Pendidikan dalam keluarga juga
bertujuan bagi orangtua berkewajiban untuk mengenalkan, membimbing, memberi
teladan dan melibatkan anak serta anggota keluarga lainnya mengenai nilai-nilai dan
kaidah-kaidah agama dan perilaku keagamaan. Dalam QS. Luqman: 13 mengisahkan
peran orangtua dalam keularga menanamkan pendidikan aqidah kepada anaknya.

Sebagaimana yang dilakukan Luqman al-Hakim terhadap anaknya dalam Surat Luqman
ayat 13, Allah SWT berfirman: (((((( ((((( ((((((((( ((((((((( (((((( ((((((((( ((((((((( (( (((((((( (((((( ( ((((
(((((((((( (((((((( ((((((( (((( Artinya: dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di
waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan
Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang
besar. (Q.S. Luqman: 13) Jadi dapat disimpulkan bahwa pendidikan keluarga adalah
usaha bersama anggota keluarga terutama orang tua dalam mewujudkan keluarga yang
terpenuhi kebutuhan spiritual dan materiilnya, melalui penanaman nilai-nilai
keagamaan, sosial budaya, cukup kasih sayang, terpenuhi pendidikan, ekonomi, dan
peduli terhadap lingkungan.

Tujuan Pendidikan Keluarga Tujuan pendidikan Islam secara umum adalah


menumbuhkan kesadaran manusia sebagai makhluk Allah SWT melalui penanaman
nilai-nilai Islami yang diikhtiarkan oleh pendidik agar tercipta manusia yang beriman,
bertakwa, dan berilmu pengetahuan yang mampu mengembangkan dirinya menjadi
hamba Allah yang taat. Berdasarkan tujuan pendidikan Islam, maka tujuan pendidikan
keluarga adalah sebagai berikut_: Memelihara Keluarga dari Api Neraka Sebagaimana
dalam QS. At-Tahrim ayat 6 yang menjadi pembahasan. Kata “peliharalah dirimu” di sini
ditujukan kepada orang tua khususnya ayah sebagai pemimpin terhadap anggota
keluarganya. Ayah dituntut untuk menjaga dirinya terlebih dahulu kemudian
mengajarkan kepada keluarganya.

Beribadah kepada Allah Swt. Tujuan akhir dari proses pendidikan adalah terciptanya
manusia yang mengabdikan diri hanya pada Allah. Sesuai dengan firman Allah QS.
Adz-Dzariyat ayat 56, yang berbunyi: ((((( (((((((( (((((((( ((((((((( (((( ((((((((((((( (((( Artinya:
dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi
kepada-Ku. (Adz-Dzariyat: 56) Di dalam kitab Shafwat at-Tafaasir dijelaskan bahwa Aku
tidak menciptakan dua bangsa jin dan manusia, kecuali untuk menyembah dan
mengesakan-Ku. Aku menciptakan mereka bukan untuk mencari harta benda dan
terlena karenanya.

Agar mereka mengakui Aku dengan menyembah, baik suka rela maupun tidak._
Kaitannya dengan tujuan pendidikan keluarga berarti sebagai orang tua, kita harus sejak
dini menanamkan keimana dan ketaatan pada keluarga agar dimana saja mereka
berada, selalu merasa diawasi oleh Allah dan melakukan ketaatan atas kesadaran
pribadi. Membentuk Akhlak Mulia Pendidikan keluarga tentunya menerapkan nilai-nilai
atau keyakinan seperti dalam QS.

Luqman ayat 12-19, yaitu agar menjadi manusia yang selalu bersyukur kepada Allah,
tidak mempersekutukan Allah, berbuat baik kepada kedua orang tua, mendirikan shalat,
tidak sombong, sederhana dalam berjalan, dan melunakkan suara. Membentuk anak
agar kuat secara individu, sosial, dan profesional kita hendaknya takut meninggalkan
keluarga dalam keadaan lemah pada segala aspek, dan sebaiknya kita harus
mempersiapkan keluarga yang kuat dalam hal apa pun. Kajian Pernikahan Dini
Pengertian Pernikahan merupakan suatu istilah yang berasal dari bahasa al-jam’u dan
aldhamu yang memiliki makna kumpul.

Dari pengertian di atas dapat dipahami jika kata Makna nikah dapat didefiniskan
sebagai sesuatu yang diawali dengan proses akad nikah atau dalam bahasa arab
bernama “nikahun” sedangan menurut bahasa Indonesia bernama perkawinan.
Perkawinan atau pernikahan adalah pembentukan keluarga dengan lawan jenis,
melakukan hubungan kelamin atau bersetubuh. Pernikahan juga dapat diartikan suatu
proses yang terjadi melalui akad yang didalamnya terdapat sebuah perjanjian terkait
dengan serah terima antara seoarang laki-laki dan wali seorang perempuan atas hak
seseorang perempuan, dengan memiliki tujuan yaitu mendapatkan keberkahan dari segi
agaman, dapat saling memuaskan satu sama lain serta dapat membangun sebuah
rumah tangga yang sakina dan sejahtera.

Penggunaan istilah kawin hanya digunakan untuk hewan, tumbuhan, hal tersebut
berbeda makna dengan sebuah kata pernikahan yang digunakan untuk manusia karena
mengandung sebuah keabsaan baik ditinjau dari hukum nasional, adat istiadat dan
agama._ Seseorang yang akan melakukan suatu pernikahan tentunya melalui berbagai
proses seperti pacaran. Pacaran sebenarnya ada yang namanya etika pacaran yaitu
suatu tata cara yang mengatur sebuah pacaran. Pacar adalah seorang yang dijadikan
sebagai teman yang berbeda lawan jenis dengan memiliki sebuah kedekatan hubungan
batin atau mempunyai ketertarikan satu sama lebih dalam dibandingkan teman biasa
yang bertujuan untuk mendapatkan jodoh.

Pada saat seseorang akan memilih jodoh, maka agama Islam mengajarkan, agar supaya
mengutamakan segi agamanya. Yang berarti seorang Muslim atau Muslimah hendaknya
mencari pasangan hidupnya yang sama-sama beragama Islam, agar kelak rumah
tangganya menjadi tenang tentram (sakinah) serta bahagia lahir dan batin.
Sebagaimana diajarkan dalam firman Allah SWT dalam surat Al-Baqaroh ayat 221: ((((
(((((((((( ((((((((((((((( (((((( (((((((( ( (((((((( (((((((((( (((((( (((( (((((((((( (((((( (((((((((((((( ( (((( ((((((((((
((((((((((((((( (((((( ((((((((((( ( (((((((((( (((((((( (((((( (((( (((((((( (((((( (((((((((((( ( (((((((((((( ((((((((( (((((
(((((((( ( (((((( (((((((((( ((((( (((((((((( (((((((((((((((( ((((((((((( ( ((((((((((( ((((((((((( (((((((( ((((((((((
((((((((((((( ((((( Artinya: dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum
mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita
musyrik, walaupun Dia menarik hatimu. dan janganlah kamu menikahkan orang-orang
musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman.

Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun Dia
menarik hatimu. mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan
ampunan dengan izin-Nya. dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya
(perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran. (Q.S.
Al-Baqarah: 221) Berdasarkan ayat tersebut di atas, maka jelaslah, bahwa Islam telah
memberikan acuan kepada pemuda-pemudi dalam memilih calon isteri dan calon
suami, yaitu pertimbangan pertama harus yang seagama dan berbudi pekerti yang baik,
kemudian barulah masalah keturunan, harta dan kebagusan atau kecantikannya. Karena
ketika seseorang hendak menikah, haruslah sudah terbayang akan tanggugjawab
terhadap anak-anak yang akan lahir kelak.

Pada umumnya pacaran/taaruf merupakan sebuah hubungan yang memiliki tujuan agar
hubungan yang lebih lanjut seperti tunangan dan menikah tetapi yang dimaksut
pacaran yang sesungguhnya adalah proses saling mengenal satu sama lain. Akan tetapi
saat ini, terdapat pergeseran sosial dimana kebiasaan pacaran para remaja menjadi
sangat terbuka terbuka hingga melampaui batas dan norma-norma yang berlaku
dimasyarakat yang pada akhirnya membawa pengaruh yang negatif pada remaja atau
anak._ Para remaja menganggap bahwa pacaran tidak hanya untuk mengenal
kepribadian lawan jenis tetapi para remaja menganggap pacaran adalah hal yang wajib
sebagai menambah pengalaman, uji coba, bersenang-senang dan berakibat para remaja
sering sekali bergonta-ganti pacar atau masa pacaran relatif pendek hal ini akan
berdampak para remaja melakukan seks bebas atau cinta bebas sehingga banya remaja
yang melakukan aborsi, hamil diluar nikah dan menikah pada usia yang masih remaja._

Pernikahan di bawah umur atau dikenal dengan pernikahan dini adalah pernikahan yang
seharusnya tidak dilaksanakan karena belum adanya kesiapan baik secara jasmani dan
rohani untuk dapat melaksanakan pernikahan atau pernikahan dini merupakan sebuah
ikatan dua insan lawan jenis antara seorang wanita dan seorang laki-laki yang berada
pasa masa remaja untuk hidup bersama dalam satu ikatan keluarga._ Masa Remaja
marupakan masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa. Perubahan yang terjadi
seperti, pada anak wanita mengalami pembesaran pada payu darahnya, mengalami
menstruasi, sedangkan pada remaja laki-laki mengalami mimpi basa, suara membesar
dan mimpi basah hal ini memnandakan bahwa para remaja tumbuh akan menjadi
seorang remaja yang nanti akan menjadi dewasa. Kedewasaan seseorang tidak sama
pertumbuhannya terutama dipengaruhi oleh tingkat kemandirian seorang remaja.

Dengan demikian remaja saat ini bisa dikatakan dewasa apabila usia remaja mencapai
umur 20 tahun atau 21 tahun._ Menurut Diyan, remaja adalah tahapan yang penting
setelah masa kanak-kanak. Masa remaja juga disebut sebagai masa peralihan dari masa
anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek atau semua
fungsi untuk mencapai masa dewasa. Dalam masa remaja akan mengalami beberapa
fese masa remaja yang pertama fase prapubertas dengan usia kurang lebih dari 10
sampai 13 tahun.

Masa pra pubertas banyak hal yang akan dialami remaja seperti masa ini insting seksual
ada dalam keadaan paling lemah tetapi proses pengembangan AKU remaja dalam
keadaan paling kuat. Masalah yang sering muncul dalam masa remaja adalah masalah
percintaan tetapi bersifat belum berkelanjutan karena organ reproduksinya belum
matang. Fase kedua adalah masa pubertas. Masa pubertas awal atau masa pubertas
merupakan suatu masa yang akan segera melanjutkan ke masa adelesensi yang juga
disebut sebagai masa puber lanjut masa puber tidak dapat diketahaui kapan
berakhirnya, yaitu sekitar usia kurang lebih 14 tahun dan berakhir kurang lebih 18 tahun.
Remaja dalam masa pubertas yang paling penting adalah kematangan seksual, pada
saat pertumbuhan remaja mengalami kehilangan keseimbangan jasmani dan ruhani
karena mengalami perubahan hormone dan beberapa fungsi tubuh yang terganggu dan
terlihat gejala canggung ketika berhadapan dengan seseorang, kaku, tegar dan kasar
yang diutarakan oleh Indiyani dan Asmuji_. Tujuan Pernikahan Tujuan Pernikahan
Pernikahan juga mempunyai tujuan seperti yang dikemukakaan oleh Zakiyah Darajat
dkk, yaitu: Untuk memenuhi penyempurnaan agama karena pernikahan adalah perintah
yang harus dilaksanakan oleh orang yang beragama, Untuk memenuhi kebutuhan
manusia dalam menyalurkan syahwatnya dan berbagi kasih saying anatara dua manusia,
Untuk mendapatkan seorang keturunan dlaam meneruskan keluarga, Untuk menjaga
diri dari kejahatan misalnya terjindar dari penyakit HIV, Kelima, yaitu untuk
menumbuhkan kesungguhan dalam bertanggung jawab pada setiap hak serta
kewajiban, adanya pernikahan dapat membentuk masyarakat yang tentram dan saling
menyayangi, selain tu juga, pernikahan bertujuan untuk menata keluarga, hal tersebut
dikarenakan kelurga merupakan salah satu unsur pendidikan yang paling utama dalam
membangun pendidikan informal pertama oleh seorang anak, segala perilaku yang
dilakukan orang tua akan selalu diadobsi atau dicontoh oleh anaknya.

_ Dalam pernikahan juga terdapat hikmah suatu pernikahan yang dijalani yaitu: salah
satu jalan untuk membuat anak-anak menjadi lebih mulia dan memperbanyak anak,
dalam menikah juga akan menimbulkan naluri kebapakan dan keibuan akan tumbuh
saling melengkapi dalam kehidupan dengan anak-anak dan dapat menumbuhkan
perasaan ramah, cinta dan kasih sayang, dapat menimbulkan kesadaran tanggung jawab
sebagai istri sehingga menimbulkan sikap rajin dan bersungguh-sungguh dalam
mendalami bakat yang dimiliki, dalam diri suami juga menimbulkan sikap rela berkorban
dan pekerja keras untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.

Pernikahan bukanlah suatu sarana yang bersifat permainan, tetapi memiliki dimensi
yang jauh lebih penting dalam rangka membina rumah tangga yang bahagia dan
sejahtera. Dalam hal ini pernikahan memiliki maksud dan tujuan yang sangat mulia
berkenaan dengan pembinaan keluarga yang diliputi cinta dan kasih sayang antara
suami dengan istri, timbul rasa kasih sayang antara orang tua dengan anak-anaknya dan
adanya kasih sayang antara sesama keluarga.

Faedah pernikahan diantaranya; membantu memelihara kemaluan, menahan


pandangan, serta menjaga agama dan akhlak, Pahala dan balasan yang besar dengan
memenuhi perintah Allah dan Rasul-Nya untuk menikah, mewujudkan jalinan kasih
sayang dan kesehatan antara suamiistri yang dapat menepis kesedihan dan mengatasi
penyakit jiwa dan fisik yang disebabkan oleh kesendirian, dan hidup membujang._
Sebagaimana Firman Allah SWT Surat ar-Rum ayat 21, yang berbunyi: (((((( (((((((((((( ((((
(((((( ((((( ((((( ((((((((((( (((((((((( ((((((((((((((( ((((((((( (((((((( ((((((((( (((((((( (((((((((( ( (((( ((( (((((((
((((((( ((((((((( ((((((((((((( (((( Artinya: dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia
menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan
merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang.

Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum
yang berpikir (Q.S. ar-Rum: 21). Tujuan pernikahan menurut Agama Islam ialah untuk
memenuhi petunjuk agama dalam rangka mendirikan keluarga yang harmonis, sejahtera
dan bahagia. Harmonis dalam menggunakan hak dan kewajiban anggota keluarga.
Sejahtera artinya tercipta ketenangan lahir dan batin disebabkan terpenuhinya
keperluan hidup lahir batinnya. Tujuan perkawinan selanjutnya adalah memenuhi
kebutuhan biologis yang mendasar untuk berkembang biak. Anak-anak merupakan
pernyataan dari rasa keibuan dan kebapakan.

Terdapat Menurut Sulaiman Al-Mufarraj mengemukakan bahwa ada 15 tujuan


pernikahan, yaitu: sebagai ibadah, untuk iffah atau menjauhkan diri dari hal-hal yang
dilarang, menyempurnakan agama, menikah merupakan sunah utusan Allah, melahirkan
anak yang dapat mendoakan orang tuanya, menjaga masyarakat dari keburukan,
mencegah runtuhnya moral menghindari perzinaan, legalitas untuk melakukan
hubungan intim, menciptakan tanggung jawab bagi suami dalam memimpin rumah
tangga, memberi nafkah keluarga dan membantu istri di rumah, mempertemukan tali
keluarga yang berbeda sehingga memperkokoh tali kekeluargaan, saling mengenal dan
menyayangi, menjadikan ketenangan dan kecintaan dalam jiwa suami dan istri, sebagai
pilar untuk membangun rumah tangga sesuai keyakinan._

Penelitian Relevan Berdasarkarn penelitian ini, studi penelitian relevan dengan judul
peneliti sebagai berikut: Penelitian dari Muhammad Ikhsanudin dan Siti Nurjanah (2018),
yang berjudul “Manajemen Pendidikan Anak dalam Keluarga dari Perilaku Pernikahan
Dini”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) keluarga adalah tempat pertama
belajar, dukungan keluarga akan menjadikan anak tumbuh dengan penuh kasih sayang.
(2) Pernikahan dini sangat berdampak bagi pendidikan anak yang masih memerlukan
bimbingan orang tua (3) Pernikahan dini disebabkan oleh berbagai masalah seperti
ekonomi, keluarga yang kurang harmonis, dan juga masalah pergaulan bebas.

Penelitian dari Sugiyanto (2015) yang berjudul “Manajemen Parenting untuk Remaja
dalam Mencegah Problema Pernikahan Dini”. Hasil penelitian menjelaskan bahwa dalam
tumbuh kembang anak termasuk remaja adalah orang tua (pengasuh), oleh sebab
pengasuh harus mampu membuat manajemen pengasuhan yang baik sebab pengasuh
memiliki fungsi sebagai berikut: a). perencanaan, b). memandang masa depan., c).
pengembangan., d). pengawasan, dan e). pengambil keputusan Orang tua sebaiknya
belajar menjadi orang tua dan pengasuh yang natural dengan gaya parenting yang
fleksibel seperti gaya parenting demokratis, peneliti dan otoriter.

Akhirnya parenting sangat mempengaruhi perlaku remaja yang bisa terjerumus pada
pernikahan dini. Penelitian dari Husain Ebe (2010), yang berjudul: “Fenomena
Pernikahan Dini Ditinjau dari Pendidikan Islam di Desa Motonwutun Kecamatan Solor
Timur Kabupaten Flores Timur”. Hasil Penelitian tersebut menunjukkan bahwa (1)
pernikahan adalah sebuah ibadah yang bertujuan memberikan pendidikan yang
harmonis, sejahtera, dan damai bagi suami istri dalam menjalani kehidupan rumah
tangga.

Namun di Desa Motonwutu kini telah terjadi pernikahan dini, mulai dari umur 10-13
tahun. (2) menurunnya kualitas pendidikan yang diperoleh oleh masyarakat (3)
berlangsungnya kehidupan rumah tangga yang menikah di bawah umur
ketidakmampuan dalam mencerdaskan pendidikan yang layak bagi anak-anaknya.
Adapun hasil penelitian ini di atas menunjukkan bahwa manajemen pendidikan keluarga
sangatlah penting untuk memberikan pengasuhan dan bimbingan terhadap
pertumbuhan dan perkembangan anak yang berkualitas dan optimal.

Oleh karena itu dalam penelitian ini penting untuk memberikan edukasi manajemen
pendidikan keuarga dalam mengatasi problema pernikahan dini di Desa Keluru
Kecamatan Keliling Danau. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Jenis dan Pendekatan
Penelitian Jenis penelitian menggunakan penelitian lapangan dan pendekatan kualitatif
artinya penelitian ini adalah peneliti ingin menjelaskan data-data dan memahami lebih
mendalam fenomena-fenomena yang berhubungan dengan fokus masalah yang
diteliti._ Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dalam bentuk studi kasus.

Studi kasus merupakan penelitian yang mencakup tentang kajian yang bertujuan
memberikan gambaran secara mendetail mengenai latar belakang, sifat maupun
karakter yang ada dari suatu kasus, dengan kata lain bahwa studi kasus memusatkan
perhatian pada suatu kasus secara intensif dan rinci. Penelitian dalam jenis ini dilakukan
secara mendalam terhadap suatu keadaan atau kondisi dengan cara sistematis mulai
dari melakukan pengamatan, pengumpulan data, analisis informasi dan pelaporan hasil.
Jadi, dalam jenis penelitian ini yang digunakan adalah studi kasus yang bertujuan untuk
mengetahui dan memahami lebih mendalam dari suatu kasus, menjelaskan dan
menggambarkan secara mendalam tentang bagaimana kasus dari penyebab perceraian
pada pasangan yang menikah dini di Desa Tanjung Tanah Kecamatan Danau Kerinci
Kabupaten Kerinci dianalisis sesuai dengan fakta dan fenomena yang ada di lapangan.

Informan Penelitian Informan penelitian adalah orang-orang yang memberikan


informasi baik tentang dirinya atau orang lain bahkan suatu kejadian kepada peneliti.
Informan ini tidak dipahami sebagai obyek atau orang-orang yang hanya memberikan
respon terhadap sesuatu (hal-hal yang berada di luar dirinya), melainkan sebagai subyek
penelitian. Untuk mendapatkan informan penelitian ada cara/mekanisme yang
digunakan dalam ilmu sosial yaitu: mekanisme purposive sampling. Sugiyono
menyatakan bahwa purposive sampling adalah teknik penentuan sampel
dengan pertimbangan tertentu._

Pemilihan sekelompok subjek dalam purposive sampling didasarkan atas ciri-ciri


tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri populasi
yang sudah diketahui sebelumnya, dengan kata lain unit sampel yang dihubungi
disesuaikan dengan kriteria-kriteria tertentu yang diterapkan berdasarkan tujuan
penelitian. Pada penelitian ini digunakan mekanisme purposive sampling, yakni
mengambil informan melalui kriteria-kriteria yang dibutuhkan dalam penelitian, seperti
kategori pernikahan dini di Desa Keluru.

Adapun yang menjadi informan adalah: Pelaku pernikahan dini yang bertujuan untuk
mendapatkan informasi tentang alasan melakukan pernikahan dini yang berjumlah (2
orang). Orangtua pelaku pernikahan dini, kepala desa, dan tokoh masyarakat yang
dapat memberikan informasi dan data pendukung untuk penelitian ini yang berjumlah
(4) orang. Teknik Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan
teknik pengumpulan data sebagai berikut: Observasi “Observasi adalah pengamatan
dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti.”_ Metode observasi
merupakan suatu cara melakukan penelitian dengan meneliti langsung ke objeknya
untuk mendapat data secara langsung dan akurat.

Observasi berguna untuk mengamati fenomena di lapangan yang dilakukan sebelum


penelitian dan dibandingkan dengan sesudah penelitian. Peran peneliti di sini adalah
sebagai pengamat/peneliti yang berasal dari luar objek penelitian yang berkaitan
dengan kasus pernikahan dini di Desa Keluru Kecamatan Keliling Danau. Dengan
observasi langsung, peneliti melakukan pengamatan untuk mencari data yang nantinya
menjadi salah satu sumber data yang kemudian dapat dioleh menjadi bahan analisis.

Wawancara “Wawancara yaitu instrument pengumpulan data yang digunakan untuk


memperoleh informasi langsung dari sumbernya.”_ Wawancara yang digunakan dalam
penelitian ini adalah wawancara terstruktur. Oleh karena itu, dalam melaksanakan
wawancara dengan informan dalam pengumpulan data, peneliti telah menyiapkan
instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang jawaban berupa
deskripsi terjadi di lapangan secara langsung. Peneliti melakukan wawancara secara
terbuka dan jenis pertanyaan yang diberikan berbentuk semi struktur yaitu
pertanyaan-pertanyaan yang telah disiapkan sesuai dengan rumusan masalah dan
dikembangkan sesuai kondisi di lapangan yang berkaitan manajemen pendidikan
keluarga, alasan pelaku pernikahan dini, masalah yang terjadi di dalam keluarga, dan
faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi dalam problema pernikahan dini.

Dokumentasi Pengertian dokumentasi adalah metode mencari data mengenai hal-hal


atau variable berupa catatan, transkrip, prasasti, buku, surat kabar, majalah, dan
sebagainya.”_ Peneliti mengutip atau mencatat data-data yang ada hubungannya
dengan penelitian yang diteliti, kemudian hasil dokumentasi dijadikan sumber data.
Dokumentasi juga dilakukan untuk data-data pendukung yang terdapat di Desa Tanjung
Tanah Kecamatan Danau Kerinci yang dibutuhkan oleh peneliti dalam penelitian.

Teknik Analisis Data Teknik Analisis Analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan
jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan
yang dapat dikelola, mensistesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa
yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan
kepada orang lain._ Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah dengan cara:_ Reduksi Reduksi artinya merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
menfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.

Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih
jelas, dan mempermudah peneliti untuk pengumpulan data selanjutnya, serta dapat
mencari solusi dan penyelesaiannya. Reduksi dilakukan untuk mengumpulkan semua
data yang dibutuhkan untuk penelitian. Display Data yang telah dikumpulkan melalui
reduksi penulis melakukan data display. Display yang sering digunakan untuk
menyajikan data dalam penelitian ini adalah menggunakan teks yang bersifat naratif
dan deskripsi hasil penelitian. Pengumpulan Pengumpulan data ini dilakukan untuk
membuat temuan baru yang sebelumnya belum ada.

Temuan dapat berupa deksripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih
kaku sehingga setelah diteliti permasalahannya semakin jelas, atau dapat berupa
hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori. Oleh karena tu, data yang
diperoleh dari berbagai metode akan digabungkan menjadi sebuah kesimpulan data.
Cara Analisis Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan
analisis komponensial yaitu mencari ciri-ciri spesifik pada setiap struktur internal dengan
cara mengkontraskan antar elemen dengan elemen yang lainnya.

Dilakukan dengan observasi dan wawancara terseleksi dengan pertanyaan-pertanyaan


yang berkaitan dengan permasalahan. Cara Berpikir Untuk mempermudah dalam
menganalisa data yang peneliti peroleh melalui teknik terakhir ini, data-data yang
sifatnya keterangan, penulis analisa dengan menggunakan metode kualitatif dengan
berdasarkan pola pikir induktif, deduktif, dan komperatif. Untuk lebih jelasnya akan
penulis uraikan masing-masing. Induktif Yaitu pertanyaan-pertanyaan yang bersifat
khusus, dengan hukum-hukum atau teori-teori yang sudah ada dan selanjutnya langkah
pada kenyataan yang bersifat umum.

Pemikiran induktif dilakukan dari pola pemikiran umum ke pola pemikiran kesimpulan.
Deduktif Yaitu cara berpikir dimulai dengan teori, dan diakhiri dengan fenomena atau
hal khusus. Dari pengetahuan yang bersifat umum itu barulah menilai kejadian-kejadian
yang bersifat khusus. Pemikiran deduktif ini dilakukan untuk menemukan
fenomena-fenomena umum kemudian ditarik kesimpulan dalam khusus. Komperatif
Yaitu suatu pola pikir perbandingan antara satu pendapat dengan pendapat yang lain
untuk mengetahui persamaan dan perbedaannya, kemudian diambil kesimpulan yang
benar.

Keabsahan Data (Kredibilitas) Menurut Iskandar, keabsahan data merupakan konsep


penting yang diperbaharui dari konsep kesahihan (validitas) dan keteladanan
(reliabilitas). Selain menganalisi data, peneliti juga harus menguji keabsahan data agar
memperoleh data yang valid._ Kegiatan menetapkan keabsahan data diperlukan teknik
pemeriksaan. Adapun teknik yang digunakan penulis dalam pemeriksaan keabsahan
data sebagai berikut: Perpanjangan Kehadiran Peneliti di Lapangan Perpanjangan
kehadiran peneliti akan memungkinkan peningkatan derajat kepercayaan data yang
dikumpulkan.

Menurut Moleong, keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan


data._ Keikutsertaan tersebut bukan hanya dilakukan dalam waktu singkat tetapi
memerlukan perpanjangan keikutsertaan peneliti dalam latar penelitian. Hal ini
dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan derajat kepercayaan data yang
dikumpulkan. Posisi peneliti dalam penelitian ini adalah observer yang melakukan
penelitian di Desa Keluru Kecamatan Keliling Danau tentunya peneliti dengan penuh
ketelitian dan kejelian untuk mendapatkan data yang mendalam dari pelaku pernikahan
dini.

Peneliti juga ikut mengamati bagaimana manajemen pendidikan yang berlangsung


dalam keluarga. Meningkatkan Ketekunan Pengamatan Peneliti harus lebih tekun daam
melakukan pengamatan dalam penelitian kualitatif, untuk menemukan fenomena atau
gejala sosial dalam situasi yang relevan, sehingga peneliti dapat memusatkan perhatian
secara rinci dan mendalam,_ Peneliti tidak hanya melakukan pengamatan terhadap
gejala atau fenomena yang ditemukan di lapangan, tetapi peneliti harus lebih tekun
untuk mengumpulkan data.
Terutama dalam hal melakukan wawancara mendalam tentang problema pendidikan
dalam keluarga pernikahan din.. Triangulasi Triangulasi yang dimaksud adalah teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu
untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap suatu data. Ada
empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan untuk mencapai keabsahan data,
yaitu:_ Triangulasi sumber, Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan
dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.

Peneliti menggabungkan dan membandingkan informasi data yang diperoleh dari


beberapa sumber. Sebagai contoh, untuk menguji kredibilitas data tentang bertanya
dengan beberapa sumber yang dekat dengan objek penelitian, sehingga tahu dan jelas
akar permasalahan yang terjadi pada kasus pernikahan dini. Triangulasi waktu, Waktu
juga sering memengaruhi kredibilitas data. Data yang dikumpulkan dengan teknik
wawancara di pagi hari pada saat nara sumber masih segar, belum banyak masalah,
akan memberikan data yang lebih valid sehingga lebih kredibel.

Untuk itu dalam rangka pengujian kredibilitas data dapat dilakukan dengan cara
melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi atau teknik lain dalam waktu atau
situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data yang berbeda, maka dilakukan
secara berulang-ulang sehingga sampai ditemukan kepastian datanya. Triangulasi teori,
yaitu penggunaan berbagai teori yang berlainan untuk memastikan bahwa data yang
dikumpulkan sudah memenuhi syarat.

Triangulasi teknik, Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan
cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Peneliti
akan menguji kebenaranya itu penggunaan berbagai teknik yang berbeda, seperti
wawancara, dan observasi. Peneliti membandingkan data-data yang diperoleh dari
metode yang berbeda seperti observasi, wawancara, dan dokumentasi. BAB IV HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Desa Keluru Kec. Keliling Danau
Historis Desa Keluru awalnya merupakan Desa Semerah.

Secara historis rencana pembentukan desa pemekaran Desa Keluru dari Desa Jujun
pertama muncul pada tahun 1987, yang diprakarsai oleh Bapak Emielya, Bapak Ahmad
Udin, Jamil Yusri, dkk. Selanjutnya para tokoh masyarakat tersebut berkoordinasi
dengan pihak terkait untuk di DPR Kabupaten dalam pemekaran Desa. Akhirnya pada
Tahun 1987 terwujudnya pemekaran Desa Keluru Kecamatan Keliling Danau. Pada waktu
awal terbentuknya Desa Keluru dipimpin oleh Kepala Desa Sementara yang bernama
Emielya. Sejak tahun 1987 menjabat Kepala Desa definitif sampai tahun 1990._ Desa
Keluru ini diresmikan oleh Bapak Bupati Kerinci yaitu Bapak H.Murasman.
Untuk pertama kali pemerintahan Desa Baru Semarah berakantor di rumah Bapak
Kepala Desa Emielya, selanjutnya kantor kepala desa dipindahkan ke gedung yang baru
yang beralamat di dusun Taman Rajo. Secara geografis, Desa Keluru adalah merupakan
salah satu desa yang terletak di dekat Desa Jujun Kecamatan Kelililing Danau yang
mengarah ke selatan dekat dengan Desa Muak. Desa Keluru Kecamatan Keliling Danau
Kabupaten Kerinci merupakan daerah yang kaya hasil alam seperti ikan, buah-buahan,
dan sebagainya.

Secara topografi Desa Keluru termasuk dalam kategori Daerah dataran rendah dengan
ketinggian 200 meter di atas permukaan laut (MDPL). Adapun batas-batas wilayah Desa
Keluru Kecamatan Keliling Danau Kabupaten Kerinci adalah sebagai berikut: Sebelah
Utara : Danau Kerinci Sebelah Timur : Desa Pidung Sebelah Selatan : Muak Sebelah Barat
: Jujun Desa Keluru merupakan dataran rendah yang dikelilingi sawah dan bukan sawah
(daratan). Luas tanah sawah adalah 75 Ha dan tanah bukan sawah (tegalan, rumah
penduduk, sungai, jalan, makam, dan sebagainya) yang luasnya adalah 145 Ha.

Jumlah penduduk Desa Keluru adalah 484 Jiwa dengan jumlah Kepala Keluarga 177 KK.
Agar dapat menjadi dasar pembangunan maka jumlah penduduk yang besar harus
disertai kualitas SDM yang tinggi. Penanganan kependudukan sangat penting sehingga
potensi yang dimiliki mampu menjadi pendorong dalam pembangunan, khususnya
pembanguna Desa Keluru Berkaitan dengan kependudukan, aspek yang penting antara
lain perkembangan jumlah penduduk, kepadatan dan persebaran serta strukturnya.
Desa Keluru dibagi ke dalam 4 dusun yaitu Dusun I, Dusun II, Dusun III, dan Dusun IV._

Persebaran penduduk di Desa Keluru relatif merata, secara absolut jumlah penduduk
pada tiap-tiap Dusun terlihat relatif berimbang, namun karena luas wilayah Dusun
berbeda maka tingkat kepadatan penduduknya terlihat beda pada tahun 2019. Dusun I
merupakan wilayah dengan tingkat kepadatan penduduk yang tertinggi di wilayah Desa
Keluru yaitu 195 Jiwa per Km2. Sementara itu Dusun II merupakan tingkat kepadatan
terendah yaitu dengan tingkat kepadatan 113 jiwa per km2. Berdasarkan struktur umur,
penduduk Desa Keluru tergolong penduduk usia produktif. Indikasi ini tergambar dari
rasio penduduk usia kelompok umur 21-45 tahun merupakan yang terbanyak jumlahnya
yaitu 212 jiwa.

Oleh karena itu, sebagian warga yang usianya produktif sebagian besar telah
berkeluarga. Hal inilah yang menjadikan indikasi adanya pernikahan dini di Desa Keluru,
karena pada usia produktif banyak anak muda sudah berkeluarga, dan melanjutkan
pendidikan masih sedikit. Kemudian disusul kelompok Usia Muda/ Pelajar umur 0 – 20
Tahun yaitu 168 jiwa. Jumlah rasion ini banyak terdapat pada anak-anak usia remaja
yang sebagiannya berisiko melakukan pernikahan dini dengan alasan ekonomi maupun
alasan lainnya.

Kemudian rasio jenis kelamin penduduk Desa Keluru menunjukkan bahwa penduduk
Laki-laki relatif lebih banyak dari perempuan. Untuk mengetahui lebih lengkap dapat
dilihat pada tabel berikut: Tabel 1: Struktur Penduduk Menurut Kelompok Umur dan
Jenis Kelamin pada Setiap RT di Desa Keluru Tahun 2020 No _Kelompok Umur _Tahun
2016 _ _ _ _LK _PR _Jumlah _ _1 _0 – 5 _16 _21 _37 _ _2 _6 – 10 _24 _18 _42 _ _3 _11 – 15
_22 _19 _41 _ _4 _16 – 20 _19 _29 _48 _ _5 _21 – 25 _24 _14 _38 _ _6 _26 – 30 _18 _24 _42
_ _7 _31 – 35 _22 _19 _41 _ _8 _36 – 40 _20 _21 _41 _ _9 _41 – 45 _28 _22 _50 _ _10 _46 –
50 _15 _12 _27 _ _11 _51 – 55 _7 _5 _12 _ _13 _56-60 _6 _15 _21 _ _14 _61– 65 _13 _7 _20 _
_15 _66-70 _6 _9 _15 _ _16 _71 keatas _5 _4 _9 _ _Jumlah _245 _239 _484 _ _ Sumber:
Kantor Kepala Desa Desa Keluru Tahun 2020 Keadaan Masyarakat Sumber Daya
Manusia Sasaran akhir dari setiap pembangunan bermuara pada peningkatan kualitas
sumber daya manusia (SDM). SDM merupakan subyek dan sekaligus obyek
pembangunan, mencakup seluruh siklus kehidupan manusia, sejak kandungan hingga
akhir hayat.

Oleh karena itu, pembangunan kualitas manusia harus menjadi perhatian penting. Pada
saat ini SDM di Desa Keluru cukup baik. Pendidikan Pendidikan adalah satu hal penting
dalam memajukan tingkat kesejahteraan pada umumnya dan tingkat perekonomian
pada khususnya. Dengan tingkat pendidikan yang tinggi maka akan mendongkrak
tingkat kecakapan. Tingkat kecakapan juga akan mendorong tumbuhnya keterampilan
kewirausahaan. Dan pada gilirannya mendorong munculnya lapangan pekerjaan baru
serta meningkatkan ekonomi masyarakat.

Dengan sendirinya akan membantu program pemerintah untuk pembukaan lapangan


kerja baru guna mengatasi pengangguran. Pendidikan biasanya akan dapat
mempertajam sistimatika pikir atau pola pikir individu, selain itu mudah menerima
informasi yang lebih maju. Di bawah ini tabel yang menunjukan tingkat rata-rata
pendidikan warga Desa Keluru Tabel 2. Jumlah Penduduk Bedasarkan Tingkat
Pendidikan Desa Keluru Tahun 2020 No _SEKOLAH _Jumlah _% _ _1 _Tamat SD _40
_8,1% _ _2 _Tamat SMP _50 _10,4% _ _3 _Tamat SMA _41 _8.2% _ _4 _Tamat
Universitas/PT _3 _0.61% _ _5 _Pelajar SD _39 _8% _ _6 _Pelajar SMP _15 _3,1% _ _7
_Pelajar SMA _11 _2,7% _ _8 _Mahasiswa _4 _0,82% _ _9 _Tidak sekolah & Putus sekolah
_248 _51,25% _ _10 _Belum sekolah _33 _6,82 _ _JUMLAH _484 _100 % _ _ Sumber:
Kantor Kepala Desa Keluru Tahun 2020 Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa
di Desa Keluru kebanyakan penduduk yang tidak sekolah dan putus sekolah yaitu
sebesar 51,25 %, kemudian yang memiliki bekal pendidikan pendidikan dasar 8,1 % dan
Pelajar SD yaitu 8 %.
Sementara yang sedang pendidikan di Perguruan Tinggi hanya 0,82 %. Serta yang
selesai perguruan tinggi hanya 0,61%. Dilihat dari data di atas taraf pendidikan di Desa
Keluru Masih rendah, sehingga inilah menjadi alasan banyak warga Desa Keluru pergi
merantau ke untuk mendapatkan pekerjaan sebagai buruh dan pembantu karena
kurangnya memiliki skill dan ijazah. Kesehatan Peningkatan derajat kesehatan
masyarakat di Desa Keluru antara lain dapat dilihat dari status kesehatan, serta pola
penyakit.

Status kesehatan masyarakat antara lain dapat dinilai melalui berbagai indikator
kesehatan seperti meningkatnya usia harapan hidup, menurunnya angka kematian bayi,
angka dan status anak gizi buruk. Tabel 3 : Kesehatan Ibu dan Bayi Tahun _Baik _Kurang
_Buruk _ _2014 _5 Orang _2 _- _ _2015 _10 Orang _1 _- _ _2016 _7 Orang _1 _- _ _ Sumber
Data: Pustu Desa Keluru Kehidupan Beragama Penduduk Desa Keluru 100 % memeluk
Agama Islam. Dalam kehidupan beragama kesadaran melaksanakan ibadah keagamaan
khususnya Agama Islam sangat berkembang dengan baik.

Dari seluruh penduduk yang beragama Islam itu mereka menjalankan ibadah disamping
itu mereka juga bergotong-royong dalam menutupi sarana, tempat ibadah dan lain-lain
yang mereka pergunakan untuk menunaikan ibadah kepada Allah SWT. Maka sampai
saat sekarang ini di desa Keluru sudah memiliki tempat ibadah sendiri yaitu mesjid.
Sebelumnya, Desa Keluru hanya memiliki satu mesjid, tetapi sekarang ini memiliki dua
mesjid dan juga mushalla yang ada di Desa Keluru. Hal ini seperti dikemukan oleh
seorang tokoh masyarakat Desa Keluru yang bernama Abu Hanifah, bahwa: “Masyarakat
Desa Keluru dalam mengamalkan ibadahnya cukup kuat dan fanatik, hal ini terlihat dari
keaktifan dalam mengisi mesjid di hari biasa maupun di hari-hari tertentu, seperti shalat
jum’at, shalat tarawih, dan shalat hari raya secara berjama’ah.” Karena itu di desa Keluru
semua penduduk memeluk Agama Islam dengan tekun dan taat.

Hal ini seperti dikatakan oleh seorang ulama Ibnu Toyib, bahwa: “Dari jumlah penduduk
yang ada di desa Keluru semuanya memeluk agama Islam dan mereka masih sangat
fanatik dengan agama Islam, terutama dari segi kehidupan bermasyarakat”.
Pemberdayaan Perempuan dan Anak Wanita dan anak merupakan hal yang penting
dalam pelaksanaan pembangunan dan keberhasilan pembangunan Desa Keluru. Wanita
dan anak dari komposisi penduduk Desa Keluru pada tahun 2015 jumlah penduduk
wanita mencapai 239 jiwa atau sekitar 49,17 % dari total penduduk berjumlah 484jiwa,
sedangkan jumlah penduduk 0 – 20 tahun mencapai 35 %.

Masih tertinggalnya peran perempuan dan kualitas hidup perempuan dan anak di
berbagai bidang pembangunan antara lain ditandai belum optimalnya partisipasi kaum
perempuan dan pemuda dalam pembangunan, hal itu terlihat dari prestasi pemuda
dalam bidang seni budaya dan olah raga masih sangat rendah. Selain itu dalam
organisasi dan jabatan pemerintah desa juga masih belum melibatkan kaum perempuan
di berbagai sektor. Budaya Pada bidang budaya ini masyarakat Desa Keluru menjaga
dan menjunjung tinggi budaya dan adat istiadat yang diwarisi oleh para leluhur.

Hal ini terbukti masi berlakunya tatanan budaya serta kearipan lokal pada setiap prosesi
pernikahan, khitanan, panen raya serta prosesi cuci kampung jika salah seorang dari
warga masyarakat melanggar ketentuan hukum adat. Lembaga yang paling berperan
dalam melestarikan dan menjaga tatanan adat istiadat dan budaya lokal ini adalah
Lembaga Adat Desa Keluru (LAD), lembaga ini masih tetap aktif, baik dalam
kepengurusan maupun dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Politik Proses reformasi
yang bergulir sejak tahun 1997 telah memberikan peluang untuk membangun
demokrasi secara lebih nyata menuju arah proses konsolidasi demokrasi.

Lebih lanjut format politik ini terumuskan juga berdasarkan UU Nomor 31 tahun 2002
tentang Partai Politik. UU Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum, UU Nomor
22 Tahun 2003 tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR, DPD dan DPRD, serta UU
Nomor 23 Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden.
Kemajuan demokrasi telah dimamfaatkan oleh masyarakat untuk menggunakan hak
demokrasinya antara lain dibuktikan dengan adanya peningkatan partisipasi masyarakat
untuk menggunakan hak pilihnya dalam proses pemilihan umum.

Temuan Khusus Problematika dalam Pernikahan Dini di Desa Keluru Kecamatan Keliling
Danau Berdasarkan hasil penelitian dari data observasi, wawancara, dan dokumentasi
pada tiga tahun terakhir (tahun 2017 - 2020) bahwa di Desa Keluru Kecamatan Keliling
Danau yang melakukan pernikahan dini berjumlah 8 keluarga. Dengan perkataan lain
bahwa seluruh keluarga dari pernikahan dini di Desa Keluru Kecamatan Keliling Danau
Kabupaten Kerinci berjumlah 8 keluarga. Pernikahan dini terjadi pada saat laki-laki dan
perempuan pada usia masih sekolah maupun sudah putus sekolah.

Pernikahan dini akan menimbulkan beberapa masalah baru, seperti rentan kemiskinan,
pola parenting, pola pendidikan keluarga, perceraian, dan pengangguran. Dampak dan
problema pernikahan dini bagi keluarga yang masih muda di Desa Keluru adalah
kecenderungan muncul masalah kemisikinan. Hal ini disebabkan oleh keluarga
pernikahan dini yang pelakunya masih muda belia, yang kurang berpengalaman dalam
hal mencari pekerjaan atau mencari uang.

Keluarga baru cenderung menggantungkan hidupnya pada orangtua, sedangkan


kondisi ekonomi orangtua juga tidak begitu baik untuk mendukung kebutuhan semua
keluarga, sehingga muncul permasalahan baru yaitu kemiskinan. Sebagaimana hasil
wawancara yang disampaikan oleh salah seorang istri pelaku pernikahan dini,
menjelaskan: "Kondisi ekonomi keluarga kami ya kurang bagus, karena suami hanya
buruh bangunan, tiga bulan kerja, sebulan nganggur. Kalau sudah nganggur, tidak
berusaha cari kerjaan lain, sedangkan saya dan anak perlu makan. Saya udah malu
dengan tetangga, hutang di warung udah malu ditagih terus-terusan"._

Hasil wawancara di atas didukung uga oleh wawancara dari suami pelaku pernikahan
dini: “Memang kondisi ekonomi kami kurang baik, karena saya hanya bekerja sebagai
buruh yang gajinya kurang mencukupi untuk keluarga. Istri tidak bisa bantu mencari
duit karena kurangnya pengalaman dan keahlian, sedangkan pekerjaan buruh bangunan
tidak selalu ada, ini semua sebagai penyebab kehidupan kami yang penuh kekurangan
dan rentan kemiskinan._” Berdasarkan informasi di atas, pernikahan dini di Desa Keluru
memang membawa dampak terhadap kemiskinan. Karena, pelaku pernikahan dini
sendiri tamatan SMP yang kurang berpengalaman dalam pekerjaan dan minim
pengelaman.

Kalau ada pekerjaan yang bisa dilakukan di Desa Keluru adalah jenis pekerjaan buruh,
tani, maupun jasa angkut. Sedangkan jenis pekerjaan kantoran, dagang, kantoran, dan
lainnya harus punya ijazah, modal kerja, maupun skill lainnya. Untuk keluarga
pernikahan dini pendidikan dan pengalaman yang masih rendah tentu akan sulit untuk
mendapatkan pekerjaan, sehingga sangat tergantung pada orangtua. Dengan demikian
pernikahan dini membawa dampak dan probleman kemiskinan baru di desa. Pernikahan
dini memang membahwa masalah kemiskinan dalam keluarga.

Penuturan dari ayah dan ibu dari pelaku pernikahan dini berikut: “Memang sekarang
susah menantu kami mendapatkan pekerjaan yang bagus, kalau tidak ada pekerjaan
maka kami terpaksa berbagi yang sebenarnya kondisi ekonomi kami juga kurang
bagus_. “Menantu kami pendapatannya pas-pasan untuk mencukupi kebutuhan
sehari-hari yang serba mahal. Walaupun ada pekerjaan itupun pekerjaan buruh tani
yang tidak ada setiap waktu. Jika tidak ada pendapatan terpaksa meminta kepada
orangtua untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.”_ Berdasarkan wawancara dari
informan di atas, dapat peneliti jelaskan bahwa keluarga pernikahan dini dapat
berdampak pada kemiskinan, hal disebabkan oleh rendahnya pengalaman yang hanya
bekerja sebagai buruh tani.

Pernikahan dini juga menyebabkan masalah kesulitan mendapatkan pekerjaan. Jika ada
pekerjaan yang hanya untuk waktu tertentu dan upah pun tidak mencukupi kebutuhan
sehari-hari. Setiap pekerjaan yang didapat hanya untuk beberapa waktu saja, setelah itu
tidak bekerja lagi. Hal tersebut membuat keluarga pernikahan dini menggantungkan
hidupnya pada orangtua. Sedangkan kondisi oekonomi rangtua mereka yang juga
kurang cukup. Kondisi seperti ini bisa menimbulkan masalah kemiskinan baru di Desa
Keluru. Pernikahan dini juga membawa masalah baru bagi orangtua, karena
tanggungjawabnya semakin bertambah apabila anak menantunya kesulitan ekonomi.

Orangtua harus menanggung semua kebutuhan keluarga anaknya sembari suami dari
anaknya mendapatkan pekerjaan dan mendapatkan penghasilan untuk memenuhi
kebutuhan keluarga pernikahan dini. Selain masalah ekonomi, problema pernikahan dini
di Desa Keluru Kecamatan Keliling Danau Kabupaten Kerinci juga berdampak pada pola
asuh anak yang kurang maksimal. Pola asuh orangtua terhadap anak bisanya
dipengaruhi oleh pengalaman dan pengetahuan dari kedua orangtua. Sebab mendidik
anak bukanlah perkara yang mudah, tetapi perlu pengalaman dan wawasan yang luas
agar pendidikan anak dapat berlangsung maksimal.

Pola asuh orangtua merupakan proses pembelajaran pengasuhan interaksi antara


orangtua dan anak yang meliputi aktivitas memberi petunjuk, memberi makan, memberi
pakaian, melindungi anak saat mereka tumbuh berkembang. Problema dan dampak dari
pernikahan dini yaitu kurangnya pola parenting orangtua terhadap anak, karena
parenting tersebut didapat dari pendidikan dan pengalaman hidup, sedangkan keluarga
pernikahan dini pendidikan dan pengalamannya masih rendah. Oleh sebab itu,
pernikahan dini dapat memicu menurunnya parenting di dalam keluarga sehingga
nantinya perkembangan anak akan terganggu.

Sebagaimana hasil wawancara yang disampaikan oleh orangtua dari pelaku pernikahan
dini: “Saya banyak membantu anak dalam mengasuh dan mendidik anak, karena
pengalaman anak saya dalam mengasuh anak masih kurang baik. Anak saya masih
kurang terbiasa mengurus rumah tangga yang tidak bisa dilakukan dengan baik, seperti
memasak, memandikan anak, memberi makan, dan mengasuh saat nangis saya yang
melakukannya semua. Memang butuh proses lama untuk belajar menjadi orangtua
apalagi usia yang masih belia sudah punya suami dan anak, tentu akan kesulitan
menjadi ibu yang baik.”_ Wawancara di atas dapat dijelaskan bahwa problema dan
dampak pernikahan dini adalah pola pengasuhan atau parenting yang kurang maksimal.

Hal itu diketahui dari informasi yang disampaikan oleh orangtua pelaku pernikahan dini
yang menjelaskan banyak tugas dan kewajiban sebagai istri dan ibu terbengkalai, seperti
memasak, mengasuh bayi, memandikan bayi, menenangkan bayi saat nangis masih
dilakukan orangtuanya. Banyak pelaku pernikahan dini yang tidak mengerti pekerjaan
rumah tangga. Sebagaimana hasil wawancara dari suami pelaku pernikahan dini pada
peneliti: “Saya perhatikan istri itu masih kurang berpengalaman mengrus keluarga,
seperti memasak, mengurus anak, dan suami masih kurang baik.
Kadangistri kerjaannya berdandan, bermain HP, dan anak dititp sama neneknya.”_
Berdasarkan informasi di atas bahwa problema pernikahan dini adalah terjadinya
masalah pola pengasuhan. Tugas perempuan yang menjadi istri dan ibu muda tentunya
akan berbeda dengan tugas sebelum menikah. Masalah yang timbul saat menjadi
orangtua baru akan muncul ketika punya anak. Banyak tugas dan kewajiban sebagai
orangtua baru yang sulit dilakukan dengan baik. Bahkan banyak pekerjaanya dilakukan
oleh orangtua pelaku pernikahan dini.

Pelaku pernikahan dini kesulitan melakukan tanggungjawab dan kemandirian di dalam


keluarga baru, dan tentunya orangtua perempuan yang menggantikan perannya
sebagai orangtua muda dalam mengurus anak dan rumah tangga. Begitu juga halnya
dengan hasil penelitian pada kasus pernikahan dini di Desa Keluru bahwa pola
pengasuhan/parenting masih belum terlaksana dengan baik. Selanjutnya, problema
pernikahan dini di Desa Keluru juga dapat menyebabkan terjadinya pola manajemen
pendidikan keluarga yang kurang optimal.

Pada masa keluarga pernikahan dini tentunya anak yang lahir akan mendapatkan
pendidikan dari keluarganya, terutama dari ibunya. Oleh sebab itu, ibu yang rendah
pendidikan dan pengalaman akan kesulitan memberikan pendidikan yang layak kepada
anaknya nanti. Begitu juga halnya dengan perkembangan anak sangat membutuhkan
pendidikan dari orangtua. Apabila pendidikan dan pengalaman orangtua dalam
mendidik anak kurang bagus, maka perkembangan anak akan terhambat. Sebagaimana
penuturan dari orangtua dari pelaku pernikahan dini di Desa Keluru menyampaikan:
“Kalau tanggungjawab mendidik cucu itu kewajiban orangtuanya sendiri.

Saya yakin anak dan menantu bisa mendidik dan mengajarkan cucu dengan baik, tapi
saya juga akan membantu mendidik cucu saya agar menjadi anak yang pintar, beriman
dan bertaqwa dan nantinya saya sekolahkan seperti anak-anak yang lain agar mendapat
pendidikan yang layak._” Selanjutnya, informasi di atas juga didukung hasil wawancara
dari istri pelaku pernikahan dini di Desa Keluru menyampaikan: “Tugas mendidik anak
merupakan tanggungjawab saya dan suami, dan kami tentunya selalu mendidik anak
dengan baik, mengajarkan anak dan mengarahkan anak untuk mendapatkan ilmu dan
pengetahuan yang baik, tapi kami juga masih membutuhkan bantuan dari orangtua
kami dalam mendidik anak ._” Informasi di atas dapat dijelaskan bahwa masalah
pendidikan anak dalam keluarga pernikahan dini tentu berlangsung cukup bagus. Suami
istri pelaku pernikahan dini memupunyai tangggungjawab dalam mendidik anak.

Namun, mereka tetap membutuhkan bantuan dari orangtua dalam menajalani pola
pendidikan anak di rumah. Begitu juga kondisinya pada keluarga pernikahan dini yang
laki-laki maupun perempuan yang tidak tamat sekolah berusaha menjadi pendidik yang
baik untuk anaknya. Mereka mengajarkan anak dengan pengetahuan dan pengelaman
yang dimiliki, seperti mengajar membaca, mengaji, dan sebagainya.

Sebagaimana penuturan yang disampaikan oleh suami pelaku pernikahan dini kepada
peneliti: “Saya memang tidak sekolah tinggi, tetapi saya bisa mengajarkan anak mengaji
dan membaca, Alhamdulillah. Saya dan istri bisa mengajarkan anak-anak kami membaca
dan mengaji di rumah”_. Selanjutnya, penuturan dari istri pelaku pernikahan dini
menyampaikan kepada peneliti: “Saya dan suami tidak lepas tanggungjawab dalam
mendidik anak yang kami bisa, dan berusaha mengajarkan anak sebaik mungkin yang
kami bisa..”_ Hasil wawancara di atas dapat peneliti jelaskan bahwa informan yang
pendidikannya tidak tamat SMA tentu menyadari kekurangannya dalam mendidik
anaknya sendiri.

Namun, kedua pasangan meyakini bahwa dalam urusan mendidik anak dapat
melakukan yang terbaik buat anak-anakna. Walaupun orangtua tidak mampu menjadi
guru bagi anak-anaknya nanti, maka pelaku pernikahan dini akan belajar lagi agar bisa
menjadi guru buat anak-anaknya. Jika tidak mampu menjadi guru, maka orangtua tentu
akan mendorong anaknya belajar ke tempat mengaji dan tempat les membaca agar
perkembangan anaknya semakin baik.

Sebagaimana hasil penelitian yang peneliti kumpulkan pada pelaku pernikahan dini di
Desa Keluru terlihat bahwa kondisi pelaku pernikahan dini pada saat punya anak
memang terlihat kesulitan dalam mendidik anak-anaknya. Pelaku pernikahan dini dalam
mendidik anak banyak dibantu oleh keluarganya terutama ibunya. Selain masalah pola
asuh yang masih lemah, problema pernikahan dini juga berdampak pada psikologi dan
emosional dari pelaku pernikahan dini itu sendiri, terutama saat mengalami masalah
dalam keluarga.

Pelaku pernikahan dini sulit menyelelsaikan masalah secara emosional dan


menyelesaikannya secara dewasa. Problema pernikahan dini juga berdampak dalam hal
mengatasi masalah dalam keluarga yang kurang dewasa. Hal ini dikarenakan kondisi
emosional kedua pasangan yang masih labil. Pertengkaran pasangan pernikahan dini
bisa menjadi penyebab terjadinya perceraian apabila keduanya sulit menyelesaikan
masalah secara dewasa. Namun, orangtua dari pelaku pernikahan dini selalu menjadi
pembimbing dan pengarah yang baik kedua pasangan yang masih belia. Karena
pasangan meinkah muda sangat membutuhkan peran dari orangtua dalam
mengajarkan anak dan menantunya berpikir secara dewasa.

Sebagaimana penuturan dari orangtua pelaku pernikahan dini menyampaikan kepada


peneliti: “Kalau anak menantu bertengkar baik masalah kecil maupun masalah besar
kami orangtua tidak akan ikut campur, tetapi kami orangtua selalu memberikan nasehat
dan bimbingan agar keduanya tidak sampai berbuat hal yang tidak diinginkan._”
“memang kalau ada masalah anak menantu kurang bisa mau duduk bersama
menyelesaikan masalah secara dewasa, untuk itu kami orangtua harus bisa memberikan
nasehat dan pengarahan agar keduanya bisa akur lagi.”_ Berdasarkan hasil wawancara
dari informan di atas dapat tarik sebuah penjelasan bahwa pernikahan dini memang
secara psikologi dan emosional masih labil.

Pelaku pernikahan dini kesulitan mengatur emosi dan amarah dalam dirinya ketika
keduanya mengalami masalah. Setiap ada permasalahan yang terjadi pada keduanya
tidak dibicarakan dengan baik, dan cenderung menyelesaikan secara ribut dan
bertengkar. Solusi masalah yang terjadi pada kedua pasangan tersebut adalah nasehat
dan bimbingan orangtua yang selalu ada untuk menyelesaikan perselisihan keduanya
agar biduk rumah tangga dapat berjalan dengan baik. Rasa ego dan menang sendiri
untuk kedua pasangan pernikahan dini juga acap terjadi, apalagi masalah prinsip yang
keduanya ingin membenarkan pendapatnya sendiri dan enggan menerima pendapat
orang lain.

Hal ini sering memicu terjadinya perselisihan dan pertengkaran yang ujung-ujung bisa
terjadi perceraian. Tetapi, orangtua dari kedua pasangan tentunya cukup bijak menjadi
penengah perselisihan antara kedua pasangan pernikahan dini. Tanpa adanya penasehat
dari orangtua, maka masa depan keluarga pernikahan dini akan cepat berakhir dan
nantinya anak yang menjadi korban perceraian. Hasil observasi yang peneliti lakukan di
Desa Keluru dapat dijelaskan bahwa pada pernikahan dini yang terjadi antara laki-laki
dan perempuan yang belum cukup umur memang cenderung terjadinya permasalahan,
diantaranya masalah psikis dan emosional yang kurang labil. Pernikaha dini terjadi bisa
menyebabkan mudahnya terjadinya konflik dalam rumah tangga terutama pada saat
terjadinya perselisihan.

Peneliti mengamati bahwa pernikahan dini memungkinkan keduanya sering selisih


paham, baik masalah ekonomi, masalah pola asuh, masalah kewajiban rumah tangga,
maupun masalah pendidikan anak bisa memicu pada pernikahan dini. Peneliti melihat
bahwa secara psikis dan emosional kedua pasangan akan mudah timbulnya masalah
dan bukannya menyelesaikan masalah dengan solusi yang dewasa. Apalagi peneliti
melihat karena masih muda, emosional lebih cepat menimulkan amarah kepada kedua
pasangan.

Faktor Penyebab Adanya Problematika Pernikahan Dini di Desa Keluru Kecamatan


Keliling Danau Setelah melakukan berbagai upaya dalam rangka proses penelitian ini,
sesuai dengan apa yang menjadi objek penelitian ini. Sebelum melakukan wawancara
kepada responden, terlebih dahulu peneliti melakukan observasi langsung pada subjek
penelitian yaitu pelaku pernikahan dini, orangtua, dan adat kebiasaan masyarakat
sekitar. Peneliti melakukan pengamatan yang mendalam mengenai kondisi pernikahan
dini yang terjadi pada pelaku laki-laki dan pelaku perempuan dengan berbagai alasan
yang logis maupun non-logis berkaitan dengan manajemen pendidikan dalam keluarga.

Sesuai dengan batasan masalah yang peneliti ambil yakni probematika manajemen
pendidikan keluarga terhadap pernikahan dini di Desa Keluru Tahun 2020. Problema
pernikahan dini di Desa Keluru pada hakikatnya berawal dari masalah dari manajemen
pendidikan keluarga yang masih lemah, sehingga kurang memberi pengalaman dan
wawasan kepada keluarga akan pentingnya pendidikan bagi anak-anaknya. Manajemen
pendidikan keluarga yang lemah dapat mengakibatkan lemahnya pola pikir orangtua
dan anak untuk melanjutkan pendidikan dan masa depan yang lebih baik.

Sebagai contoh keluarga yang pengalamannya rendah tentu menjadi faktor pendukung
orangtua terhadap anaknya melangsungkan pernikahan dini. Sedangkan, orangtua yang
pendidikan tinggi tentu akan memberikan motivasikan kepada anak-anaknya untuk
melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi demi mencapai cita-cita yang diinginkan.
Sebagaimana informasi yang disampaikan oleh salah seorang tokoh masyarakat kepada
peneliti: “Menurut saya bahwa pernikahan dini tersebut dipengaruhi oleh pola pikir
orangtua yang kurang maju, di mana pola pikir berasal dari pendidikan dan pengalaman
orangtuanya yang masih rendah. Sebagian orangtua yang pola pikirnya rendah kurang
memotivasi anak-anaknya untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi dan lebih
memilih anak-anaknya menikah muda.”_ Sebagaimana informasi yang disampaikan oleh
Kepala Desa Keluru kepada peneliti: “Masalah pernikahan dini memang alasan klasik
adalah orangtua yang menginginkan anak cepat menikah, karena semakin cepat anak
menikah semakin berkurang rasa tanggungjawab kepada anak. Hal itu didasari oleh
pola pikir orangtua yang masih tradisional .”_ Berdasarkan informasi di atas dapat
dijelaskan bahwa pendidikan alasan orangtua dari pelaku pernikahan dini adalah alasan
ingin cepat melepaskan tanggungjawab kepada anak.

Selain itu, karena pola pikir orangtua yang masih tradisional. Jika pendidikan dan
wawasan orangtua tinggi, tentu dapat memotivasi anaknya melanjutkan sekolah,
sedangkan pendidikan dan wawasan orangtua rendah, tentu menginginkan
anak-anaknya berhenti sekolah untuk menikah. Jadi, kondisi pernikahan dini di Desa
Keluru sekarang ini menunjukkan adanya pola pikir orangtua yang kurang maju,
sehingga membiarkan anaknya melakukan pernikahan dini.

Kemudian Kepala Desa Keluru juga menambahkan pendapatnya tentang alasan


orangtua yang melangsungkan pernikahan dini pada anak: “Menurut saya manajamen
pendidikan keluarga sangatlah penting untuk keberlangsungan anak-anaknya
menempuh pendidikan yang lebih tinggi. Tidak masalah pendidikan orangtua rendah,
asalkan pola pikir orangtua jauh lebih maju, agar orangtua bisa mendukung
anak-anaknya melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Pendidikan orangtua yang
rendah disertai dengan pola pikir yang rendah tentunya akan mendukung anaknya
menikah muda.

Oleh sebab itu, pola pikir orangtua sangatlah penting untuk membuat perubahan bagi
anak-anaknya kelak, agar anaknya bisa meraih apa yang dicita-citakan.”_ Hasil
wawancara di atas dapat peneliti jelaskan bahwa problema pernikahan dini di Desa
Keluru disebabkan adanya pola pikir orangtua yang kurang maju. Pola pikir orangtua
yang kurang maju kurang mendukung keberlanjutan pendidikan anak-anaknya yang
lebih tinggi, dan membiarkan anaknya melakukan pernikahan dini.

Pola pikir orangtua sangatlah penting bagi pendidikan anak-anaknya, karena pola pikir
orangtua dapat memberikan semangat dan rasa percaya diri kepada anak-anaknya
untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Apa kondisi keuangan dan sebagainya
di dalam keluarga, jika orangtua penuh semangat dan motivasi, maka anak-anak akan
lebih semangat untuk melanjutkan pendidikannya dan tidak akan cepat mengambil
keputusan melakukan pernikahan dini. Problema pernikahan dini di Desa Keluru
berkaitan erat dengan manajemen pendidikan keluarga, di mana anak yang
melangsungkan pernikahan dini, karena dirinya kurang fokus dengan pendidikannya
sendiri.

Kebanyak anak yang tidak serius mengikuti pendidikan di sekolah, tentu bisa menjadi
penyebab anak berhenti sekolah dan akhirnya bisa terjadi pernikahan dini. Sedangkan
anak yang fokus dengan pendidikannya, tentu tidak ingin pendidikannya terhenti karena
ingin cepat menikah. Oleh sebab itu, pendidikan anak sangatlah penting sebagai
benteng dari keinginan untuk melangsungkan pernikahan dini. Sebagaimana hasil
wawancara yang disampaikan oleh orangtua pelaku pernikahan dapat dijelaskan: “Kami
melihat anak kami ini kurang serius sekolah. Anak kurang semang ke sekolah, sering
bolos, malas, dan juga tidak sekolah.

Pada saat ujian pun anak masih santai-santai belajar sehingga nilai rapornya juga
rendah. Oleh sebab itu, semangat dan fokus anak mau sekolah masih rendah menjadi
penyebab anak berhenti sekolah dan memilih untuk menikah muda.”_ Hasil wawancara
di atas dapat dijelaskan bahwa pernikahan dini yang terjadi pada anak muda di Desa
Keluru karena anak tersebut kurang serius dalam pendidikannya. Sewaktu sekolah
pelaku pernikahan dini kurang serius mengikuti pelajaran di sekolah, sering tidak
sekolah, dan nilai ujiannya pun rendah.

Semangat dan keinginan sekolah memang terlihat rendah, hal ini bisa menyebabkan
anak tersebut putus sekolah dan lebih memilih melangsungkan pernikahan dini.
Sebagaimana hasil wawancara yang disampaikan oleh pelaku pernikahan dini:
“Sebenarnya, pada saat saya sekolah memang tidak semangat dan membosankan.
Apalagi dengan penuh aturan dan tugas-tugas yang diberikan oleh guru membuat saya
jenuh dan malas ke sekolah. Oleh sebab itu, saya sering tidak sekolah untuk
menghindari aturan dan tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Akhirnya saya berhenti
sekolah dan menerima lamaran dari lelaki yang menjadi suami saya sekarang ini.”_
Informasi di atas menjelaskan bahwa problema pernikahan dini dipengaruhi oleh
kurangnya keseriusan pelaku pernikahan dini mengikuti pendidikan di sekolah.

Pelaku pernikahan dini merasa bosan dan jenuh dengan aturan dan tugas-tugas yang
diberikan oleh guru di sekolah. Perasan bosan dan jenuh tersebut membuat pelaku
pernikahan dini putus sekolah dan lebih memilih menikah muda. Menurut informasi
bahwa menikah muda tersebut ada jalan yang terbaik daripada melanjutkan pendidikan
yang tidak menyenangkan bagi pelaku pernikahan dini. Oleh sebab itu, problema
pernikah dini terjadi karena adanya faktor dari diri pelaku pernikahan dini yang
menginginkan menikah cepat.

Selanjutnya, problema pernikahan dini di Desa Keluru terjadi karena untuk melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi membutuhkan dana yang lebih besar,
sedangkan kondisi ekonomi keluarga yang kurang mampu. Kondisi ekonomi keluarga
yang sulit dapat menghambat keinginan anak untuk melanjutkan pendidikan yang lebih
tinggi. Kondisi ini bisa menyebabkan anak terputus sekolah, akibatnya orangtua lebih
memilih anak-anaknya menikah muda daripada melanjutkan pendidikan yang lebih
tinggi.

Sebagaimana informasi yang disampaikan orangtua dari pelaku pernikahan kepada


peneliti: “Sebenarnya kami juga tidak memiliki biaya kalau anak melanjutkan pendidikan
yang lebih tinggi. Karena, kondisi ekonomi kami juga kurang bagus Biaya makan dan
sehari-haripun sulit bagi keluarga kami, apalagi untuk biaya sekolah yang harus ada
setiap hari untuk jajan anak dan keperluan lainnya.”_ “Sebenarnya cita-cita kami mau
menyekolah anak sekolah lebih tinggi, tetapi karena keterbatasan biaya dan ekonomi
kami yang memungkinkan membuat anak putus sekolah. Hal inilah membuat kami
mengizinkan anak cepat menikah.”_ Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat peneliti
jelaskan bahwa problema pernikahan dini di Desa Keluru dipengaruhi oleh faktor
ekonomi keluarga yang kurang bagus.
Karena, kondisi keluarga yang sulit membuat orangtua terpaksa membiarkan
anak-anaknya putus sekolah dan menikahkan anaknya pada usia muda. Padahal pada
usia muda sangat membutuhkan pendidikan di sekolah, agar masa depan anak bisa
lebih terjamin. Sedangkan menikah dini bisa menimbulkan berbagai problema yang bisa
berakhir perceraian. Sebagaimana yang diturukan oleh salah seorang tokoh masyarakat
kepada peneliti: “Menurut saya, pentingnya anak menempuh pendidikan yang lebih
tinggi untuk membekali dirinya untuk menatap masa depan, bekerja, maupun berumah
tangga.

Kondisi ekonomi keluarga yang kurang mampu tidak menjadi alasan anak berhenti
sekolah dan melakukan pernikahan dini, karena masih bisa diusahkan anak melanjutkan
pendidikan yang lebih tingi, apalagi sekarang ini pemerintah memberikan bantuan dan
subsidi kepada siswa yang kurang mampu untuk melanjutkan pendidikan yang lebih
tinggi._” Hasil wawancara di atas dapat dijelaskan bahwa apapun kondisi ekonomi
keluarga harus mengutamakan pendidikan anak sampai ke jenjang pendidikan yang
lebih tinggi. Karena pendidikan sangatlah penting bagi anak untuk memberikan
pengetahuan, wawasan, dan pengelaman yang lebih tinggi kepada anak agar bisa
meraih apa yang dicita-citakan.

Pendidikan juga sangat penting untuk membekali seseorang agar dapat membina
keluarga dengan penuh nilai-nilai edukasi dan agama. Hasil observasi mendalam
terhadap kondisi pelaku pernikahan dini di Desa Keluru terlihat bahwa kondisi ekonomi
keluarga yang sulit juga bisa memicu terjadinya pernikahan dini. Peneliti mengetahui
bahwa pendapatan orangtua pelaku pernikahan dini masih kurang untuk memenuhi
kebutuhan sekolah anaknya, sehingga orangtuanya lebih cepat menikahkan anaknya
pada usia dini agar beban hidup keluarga makin berkurang.

Apalagi kondisi sekarang ini kebutuhan sekolah memang semakin mahal, mulai dari
pakaian, peralatan sekolah, dan juga jajan tentu sulit bagi orangtua yang miskin. Oleh
sebab itu, probelam pernikahan dini bisa disebabkan oleh kondisi ekonomi keluarga
yang kurang mampu._ Berdasarkan hasil observasi di atas dapat peneliti jelaskan bahwa
kondisi pernikahan dini di Desa Keluru memang alasan dari pendapatan keluarga yang
kurang mampu. Pendapatan keluarga yang kurang mampu akan lebh sulit memenuhi
kebutuhan anaknya untuk sekolah.

Oleh sebab itu, lebih baik orangtua menikahkan anaknya agar beban keluarga menjadi
berkurang. Menikah anak pada usia dini menjadi solusi keuarga untuk menghindari
kondisi keluarga yang semakin sulit. Selanjtunya, problema pernikahan dini di Desa
Keluru terjadi adanya pergaulan pemuda yang kurang terkontrol. Gaya pergaulan anak
muda masa kini seperti pacaran yang terlalu serius membuat para orangtua khawatir
anaknya akan berbuat yang tidak baik, bahkan orangtua khawatir anaknya hamil
sebelum nikah.

Oleh sebab itu, orangtua lebih memilih anaknya melakukan pernikahan dini daripada
berbuat hal yang dilarang oleh agama. Sebagaimana hasil wawancara yang disampaikan
oleh Bapak Kepala Desa Keluru, menyampaikan: “Menurut pandangan saya, bahwa
problema pernikahan dini juga disebabkan oleh adanya rasa kegelisahan dan
kekhawatiran orangtua akan anaknya dalam pergaulan bebas. Apalagi kondisi sekarang
ini dengan adanya media komunikasi, akan sangat memudahkan anak muda bertemu
dan berbuat asusila. Oleh sebab itu, pernikahan dini adalah cara terbaik untuk
menghindari perilaku yang dapat memalukan keluarga.”_ Sebagaimana hasil wawancara
yang disampaikan oleh Tokoh Masyarakat menyampaikan: “Saya melihat fenomena
sekarang ini adalah pergaulan anak muda yang terlampau batas, sehingga banyak
orangtua yang lebih memilih untuk mengizinkan anaknya menikah muda daripada
berbuat yang kurang baik.”_ Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat dijelaskan
bahwa penyebab pernikahan dini bukan saja dari pola pikir dan pendidikan yang
rendah, akan tetapi perasaan takut dan khawatir orangtua terhadap anaknya dalam
pergaulan serta hubungan pacaran bisa menjadi faktor pendukung terjadinya
pernikahan dini. Orangtua merasa taku dan khawatir adanya pengaruh pergaulan bebas
yang tidak bisa terkontrol yang bisa membuat anak muda melakukan perilaku asusila.

Maka daripada itu, untuk membentengi anak-anak muda melakukan perizinaan, lebih
baik dengan jalan yang halan menikah kedua muda di Desa Keluru. Hasil observasi yang
peneliti lakukan di Desa Keluru dapat peneliti amati pada pelaku pernikahan dini terjadi
bukan hanya pada orangtua yang pola pikir dan pendidikannya rendah. Akan tetapi,
peneliti melihat kasus pernikahan dini terjadi pada orangtua yang punya pola pikir dan
pendidikan yang maju, tetapi lebih memutuskan untuk menikah anaknya pada usia
muda.

Padahal, secara ekonomi maupun pendidikan orangtua tersebut mampu mendorong


anaknya melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi, akan tetapi karena kekhawatiran
orangtua akan pergaulan bebas anaknya memilih pernikahan dini buat anaknya._
Sebagaimana hasil wawancara dengan salah satu orang tua pernikahan dini di Desa
Keluru, menyampaikan: “Sebenarnya mendukung anak melakukan pernikahan dini
merupakan salah satu cara untuk menghindari anak dari pengaruh pergaulan anak
muda yang kurang terkontrol. Harapan saya bisa mendukung anak sekolah lebih tinggi,
tetapi melihat pergaulan anak sekarang membuat saya khawatir dan takut, maka saya
mau mengizinkan anak melakukan pernikahan dini.’_ Berdasarkan informasi di atas
dapat peneliti jelaskan bahwa pernikahan dini yang terjadi pada remaja di Desa Keluru
disebabkan oleh rasa khawatir dan kegelisahan para orangtua terhadap pergaulan anak
muda.

Orangtua lebih merasa nyaman apabila anaknya menikah muda daripada terpengaruh
pada pergaulan anak muda yang kurang terkontrol. Apalagi sekrang ini orangtua tidak
mengontrol anaknya dengan optimal, karena pekerjaan maupun kesibukkan lainnya
yang bisa membahayakan masa depan anaknya. Oleh sebab itu, dengan menikah muda
dapat menumbuhkan kedewasaan dan tanggungjawab kepada kedua suami istri
tersebut. Orangtua meyakini bahwa pernikahan dini tidaklah masalah apabila keduanya
saling belajar dan mau menjalani hidup dengan penuh tanggungjawab.

Manajemen Pendidikan Keluarga di dalam Problematika Pernikahan Dini di Desa Keluru


Kecamatan Keliling Danau Peran orangtua sangat penting khususnya dalam proses
pendidikan anak-anaknya. Pendidikan yang penting dan perlu ditumbuhkembangkan
kepada anak-anaknya adalah pendidikan agama, karena merupakan pondasi hidup
untuk mencapai kehidupan yang lebih baik di masa yang akan datang. Dengan pondasi
agama yang kuat maka diharapkan anak-anaknya akan lebih mudah dalam menghadapi
berbagai rintangan di luar rumah.

selain itu, orangtualah yang natinya dapat menentukan akan baik buruknya anak, karena
orangtua adalah cermin dan juga merupakan guru yang pertama bagi anak-anaknya
atau disebut sebagai seorang pendidik dalam lingkungan keluarga. Jika orangtua
memberi contoh yang baik, maka anak-anaknya akan menirukan yang baik pula, namun
sebaliknya jika orangtua memberikan contoh yang tidak baik maka anaknya juga akan
menirukan apa yang diperbuat oleh orangtua. Namun, bagaimana manajemen
pendidikan keluarga bagi anak-anaknya dalam menanamkan pendidikan (agama
maupun umum) jikalau pendidikan orangtua sendiri pas-pasan atau rendah.

Pola manajemen pendidikan keluarga pernikahan dini di Desa Keluru yang bagaimana
yang diterapkan oleh orangtua dalam mendidik anak-anaknya, sedangkan orangtua
sendiri pengalaman dan pendidikan yang ditempuh secara formal masih rendah.
Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti kumpulkan bahwa manajemen pendidikan
keluarga dalam problema pernikahan dini di Desa Keluru dalam menerapkan pendidikan
agama dan pendidikan umunya mereka memperhatikan dalam menerapkan pendidikan
agama dan umum pada anak-anak mereka. Walaupun orangtuanya ada banyak dari
mereka tidak mempunyai pengalaman dan pendidikan yang tinggi, tetapi mereka
paham dan memahami begitu pentingnya ilmu khususnya ilmu agama Islam dan juga
ilmu agama lainnya.

Walaupun sebagian besar dari pelaku pernikahan dini kurang memiliki pengalaman,
namun mereka memiliki pengetahuan agama yang cukup baik dalam mendidik anak.
Sebagaimana penuturan dari salah seorang pelaku pernikahan dini di Desa Keluru: “Saya
memang pendidikan rendah, tetapi saya bisa membaca al-Qur’an dan juga membaca
dan menghitung, karena itu saya akan mengajarkan anak-anak saya tentang agama juga
ilmu lainnya yang sangat penting bagi tumbuh kembang anak-anak saya nanti agar
nantinya anak saya menjadi anak yang sholeh dan pintar.”_ Berdasarkan hasil wawancara
di atas dapat peneliti jelaskan bahwa manajemen pendidikan keluarga merupakan kunci
utama dalam mendidik anak pada usia dini.

Walaupun keterbatasan pendidikan dan pengalaman yang dimiliki orangtua, tetapi


kewajiban orangtua sebagai lingkungan pendidikan utama sangatlah penting bagi
perkembangan potensi anak. Begitu juga halnya dengan orangtua pelaku pernikahan
dini di Desa Keluru tentua menjadi kewajiban yang sama dalam mendidikan
anak-anaknya terutaman dalam menerapkan pendidikan agama Islam dan juga
pendidikan umum lainnya. Pendidikan dalam keluarga merupakan pendidikan yang
pertama dan utama. Sebagai pendidikan yang pertama, pendidikan keluarga menempati
urutan paling awal dalam perjalanan proses pendidikan yang dialami seseorang.

Pendidikan dalam keluarga mendahului semua jenis pendidikan yang diterima dan
dialami semua orang. Pendidikan dalam keluarga mampu mendasari dan mewarnai
corak keperibadian dalam seluruh perjalanan hidupnya. Pengalaman yang diserap masa
kecilnya sangay berpengaruh pada perilaku individual dan perilaku sosialnya dalam
pergaulan hidup di tengah masyarakat. Apalagi masa kecil merupakan masa emas bagi
penanaman, pembentukan, dan pengembangan intelektual, perilaku, kebiasaan, dan
karakter seseorang.

Bahwasanya lingkungan keluarga adalah tempat pertama untuk anak memperoleh


pendidikan, dan keluarga berperan sangat penting terhadap penanaman agama, akhlak,
keperibadian, kebiasaan, dan kepintaran bahkan sampai anak menginjak dewasa.
Manajemen pendidikan keluarga pada keluarga pernikahan dini di Desa Keluru perlu
juga harus dikelola dengan baik dan benar, karena setiap orangtua itu mempunyai
tanggungjawab yang besar dalam mendidik dan mengajarkan anak. Orangtua yang
rendah pendidikan dan pengalaman tentunya harus melalui proses belajar untuk
mendidik anak agar kelak anak pendidikan dalam keluarga itulah awal dari
pembentukan karakrer seorang anak.

Jika anak cenderung mengekspresikan ucapan maupun tindakan yang santun, adalah
semata-mata sebagai refleksi dari pengalaman dan kebiasaan dalam keluarganya.
Artinya bahwa apapun tingkah laku dna kebiasaan anak di luar memang benar-benar
merupakan cerminan dan kebiasaan anak di lingkungan rumah. Maka daripada itu,
orangtua harus mempunyai manajemen pendidikan keluarga untuk menerapkan
pendidikan kepada anak-anaknya melalui fungsi orangtua sebagai perencana,
mengorganisasikan, mengarahkan, mengatur, mengawasi, dan membina terpeliharanya
fitrah anak agar tumbuh dan berkembang secara optimal.

Berikut ini peneliti uraian bagaimana manajemen pendidikan keluarga pernikahan dini di
Desa Keluru, di antaranya: Sebagai Perencana Sebagai orangtua dari pelaku pernikahan
dini di Desa Keluru harus memperhatikan fungsi manajemen pendidikan keluarga yaitu
sebagai perencana. Orangtua harus bisa melaksanakan fungsi sebagai perencana dalam
mendidikan dan mengembangkan potensi anak agar suatu hari anak dapat berkembang
secara optimal. Orangtua harus bisa menyiapkan dan merencanakan pendidikan yang
layak untuk diberikan kepada anak.

Pendidikan yang harus disiapkan untuk anak tentunya akan berguna bagi masa depan
anak itu sendiri, seperti pendidikan agama, pendidikan umum, maupun pendidikan
keterampilan (bakat) yang dimiliki anak. Orangtua harus merencankan bagaimana
pendidikan yang dibutuhkan anak agar anak dapat berkembang secara optimal.
Walaupun pendidikan orangtuanya rendah, akan tetapi orangtua harus punya cita-cita
yang lebih tinggi terhadap anak agar anak dapat melampaui pendidikan dari orangtua.

Karena pernikahan dini yang dilakukan orangtua sudah barang tentu memupuskan
harapan dan cita-cita dari mereka untuk meraih pendidikan yang lebih tinggi.
Sebagaimana penuturan dari pelaku pernikahan dini di Desa Keluru: “Sebagai ibu saya
menginginkan anak saya nanti punya harapan dan cita-cita meraih pendidikan yang
lebih tinggi dari kami, sehingga nantinya anak lebih sukses dari yang kami harapkan.
Anak kami akan kami ajarkan agama yang baik, belajar membaca Al-Qur’an, dan kami
akan berusaha dan berjuang untuk anak agar kedepannya anak mendapatkan
pendidikan yang lebih tinggi.”_ Hasil wawancara dari pelaku pernikahan dini di Desa
Keluru: “Kami merencankan pendidikan yang cukup baik buat anak-anak kami, seperti
menyekolahkan anak dan membeli fasilitas belajar untuk anak agar anak bisa
melangsungkan pendidikan yang baik ke depannya.”_ Berdasarkan informasi di atas
bahwa orangtua memiliki perencanaan yang baik terhadap pendidikan anak.

Orangtua menginginkan dan mengharapakan anaknya nanti mendapatkan pendidikan


yang layak, baik pendidikan agama, pendidikan sekolah, maupun pendidikan
keterampilan. Orangtua menginginkan anaknya mengharapkan anaknya mencapai
pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pendidikan orangtuanya sekarang.
Sehingga, nantinya anak akan lebih sukses daripada orangtuanya. Jadi, manajemen
pendidikan keluarga sangatlah penting untuk dikelola oleh orangtua, hal ini dilakukan
agar ke depannya orangtua dapat mencapai tujuan dan juga target yang dicapai oleh
anaknya dalam pendidikan.
Mengorganisasikan Orangtua juga harus bisa mengorganisasikan semua anggota
keluarga dalam pendidikan keluarga. Orangtua harus bisa membagikan tugas-tugas
kepada semua anggota keluarga, seperti tugas mendidik dan mengasuh anak, tugas
pendidikan bagi anak, maupun tugas untuk mengantarkan anak ke sekolah. Disini peran
ayah, ibu, nenek maupun kakek dalam satu rumah sangat menentukan keberlangsungan
pendidikan bagi anak-anaknya. Terutama ayah dan ibu bertanggungjawab penuh
melaksanakan pendidikan keluarga.

Ayah tidak hanya bertanggungjawab memberi nafkah, tetapi ayah juga andil dalam
mendidik anak-anaknya agar pendidikan yang didapat anak dapat menyerapkan secara
optimal. Begitu juga ibu yang sehari-hari bersama anaknya di rumah, maka peran ibu
sangat dibutuhkan untuk perkembangan anak. Sebagaimana penuturan seorang
keluarga pernikahan dini menyampaikan kepada peneliti: “Kami oangtua mendapatkan
tugas tambahan dari anak menantu kami untuk mendidik dan mengajarkan anak.

Ada kesempatan dan waktu, kami selalu mendidik anak supaya lebih baik. Setiap
anggota keluarga berkewajiban mendidikan anak agar menjadi lebih baik.”_ Selanjutnya,
penuturan dari pelaku pernikahan dini menyampaikan: “Kami sekeluarga menjalankan
tugas masing-masing, termasuk dalam mendidik dan mengajarkan anak-anak kami,
terutama mengajarkan ilmu-ilmu yang bermanfaat kepada anak kami. Siapa saja selalu
mengajarkan anak kami tentang hal-hal yang baik, seperti bertutur kata yang baik,
mengucapkan kata terima kasih, maaf, dan sebagainya.”_ Berdasarkan informasi di atas
bahwa pengorganisasi pendidikan keluarga tidak adanya pembagian tugas secara
terperinci. Semua anggota keluarga punya peran dan tugas yang sama dalam hal
mendidik anak.

Siapa saja yang ada di rumah mampu menjadi guru-guru bagi anak yang lahir dari
hubungan pernikahan dini. Karena, keterbatasan kemampuan, waktu, maupun
pengalaman dari pelaku pernikahan dini dapat dilengkapi oleh semua anggota keluarga
yang ada di rumah. Memimpin (leading) Fungsi manajemen pendidikan keluarga dalam
hal ini dalam manajemen pendidikan keluarga di Desa Keluru yaitu sebagai pemimpin.
Ayah berperan sebagai pemimpin dalam keluarga yang membawa anggota keluarganya
melakukan hal yang baik terutama dalam memimpin anak-anak melaksanakan proses
pendidikan yang layak.

Selain itu, ibu juga sebagai pemimpin bagi anak-anaknya termasuk membawa anak
dalam melaksanakan proses pendidikan baik di rumah maupun di lembaga sekolah.
Tugas ibu membantu ayah dalam menjalankan pendidikan bagi anak, agar anak
memiliki pengetahuan, pengalaman, dan wawasan, serta keterampilan. Sebagaimana
penuturan yang disampaikan oleh orangtua dari pelaku pernikahan dini menyampaikan:
“Dalam memimpin keluarga, memimpin keluarga dalam manajemen pendidikan yang
saya lakukan adalah memberikan tugas kepada istri saya untuk mengajarkan anak dari
berbagai hal, karena saya sehari-harinya sibuk dan jarang di rumah untuk mendidik
anak.”_ Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat peneliti jelaskan bahwa fungsi
kepemimpinan dalam manajemen pendidikan keluarga pernikahan dini tampak jelas
bahwa masih kurang mampu memimpin anak dalam mendapat pendidikan, karena
peran saya sangatlah penting untuk memberikan figur dan keteladanan terhadap anak.
Pelaku pernikahan dini menganggap bahwa pendidikan anak merupakan tugas dan
tanggungjawab istri, padahal suami berperan penting dalam menanamkan pendidikan
kepada anak, terutama hal pendidikan agama.

Hal di atas sebagaimana disampaikan oleh istri dari pelaku pernikahan dini
menyampaikan: “Memang masalah pendidikan anak saya yang memimpinnya di rumah
maupun mengantar anak ke sekolah. Saya selalu mengajarkan anak tentang hal-hal
yang tidak diketahui anak dan selalu memotivasi anak untuk belajar agar anak saya
memiliki pengetahuan yang baik._” Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat peneliti
jelaskan bahwa fungsi kepemimpinan pendidikan keluarga dijalankan oleh ibu dari
pelaku pernikahan.

Hal ini tampak jelas ibu yang melaksanakan pendidikan anak di rumah, karena
sehari-harinya waktu anak bersama ibu lebih lama, sehingga peran ibu sangat penting
dalam menjalankan pendidikan anak di rumah. ibu juga sebagai pemimpin
anak-anaknya dalam melawan kebodohan. Kalau ibu tidak bisa juga menjalankan
perannya sebagai pendidik, maka potensi anak juga tidak akan berkembang dengan
baik. Pengawasan Selanjutnya, fungsi manajemen pendidikan dalam keluarga yang
diterapkan oleh keluarga pernikahan dini adalah pengawasan.

Pengawasan adalah suatu cara untuk mengawasi, melihat, dan memperhatikan


keamanan anak agar terhindar dari kecelakaan, terjatuh, maupun hal-hal yang dapat
membahayakan si anak. Orangtua merupakan kamera bagi anak-anaknya agar anaknya
selalu dalam kondisi aman dan terlindungi. Apalagi bagi orangtua baru tentunya masih
ada kelalaian yang bisa menyebabkan kondisi bahaya bagi anak-anaknya. Sebagaimana
hasil wawancara dengan pelaku pernikahan dini menyampaikan: “Saya pada saat masih
baru punya bayi tersebut memang masih lalai dan sedikit teledor dalam mengurus dan
mengawasi anak, tetapi sekarang ini sudah hampir dua tahun punya anak sudah mulai
terbiasa dan cukup baik dalam melakukan pengawasan terhadap keamanan anak, agak
protektif juga anak terhadap hal-hal yang membahayakan anak seperti pada saat main
di luar panas suka ketakutan demam, tidak boleh makan sembarangan, dan hal lainnya
yang tidak saya lakukan agar anak tidak cepat sakit.”_ Selanjutnya informasi dari
orangtua dari pelaku pernikahan dini menyampaikan: “Pada saat masih bayi, saya
banyak melakukan pengawasan terhadap cucu saya, dan sekarang ini alhamdulilah anak
sudah terbiasa mengurus dan mengawasi cucu saya dengan baik dan terhindar dari hal
yang membahayakan.”_ Informasi di atas dapat dijelaskan bahwa fungsi pengawasan
dalam manajemen pendidikan keluarga pada keluarga pernikahan dini pada awal
mempunyai bayi sedikit agak kurang siap dalam mengawasi anak.

Anak yang masih bayi diberikan kepada neneknya agar diurus dan diawasi dengan baik.
Sedangkan orangtua masih belum paham mengurus dan mengawasi anaknya sendiri,
semakin lama semakin terbiasa dan semakin mudah bagi ibu dari pernikahan dini
mengurusi anaknya sendiri dan semakin protektif terhadap hal yang membahayakan
bayinya. BAB V PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan
penulis di lapangan tentang manajemen pendidikan keluarga di dalam problematika
pernikahan dini di Desa Keluru dapat disimpulkan bahwa: Problematika dalam
pernikahan dini di Desa Keluru yaitu rentan terjadinya kemiskinan (penggangguran),
pola asuh/parenting, pola manajemen pendidikan keluarga, psikologis dan emosional
yang masih labil, dan rentan terjadinya perceraian.

Faktor-faktor penyebab adanya problema pernikahan dini di Desa Keluru yaitu pola pikir
orangtua yang masih tradisional, pendidikan orangtua yang masih rendah, kurangnya
semangat anak untuk sekolah, kondisi ekonomi, adanya perasaan kekhawatiran
orangtua akan pergaulan anak. Manajemen pendidikan keluarga di dalam problematika
pernikahan dini di Desa Keluru Kecamatan Keliling Danau telah berlangsung cukup baik
hal ini karena mereka telah melaksanakan keempat manajamen pendidikan keluarga
yaitu merencanakan, mengorganisasikan, memimpin, dan mengawasi. Dari hasil
penelitian yang melaksanakan manajemen pendidikan keluarga tersebut adalah suami
dan istri serta dibantu oleh orangtua dari pelaku pernikahan dini yaitu orangtua dari
pihak perempuan pelaku pernikahan dini.

Saran-saran Berdasarkan kesimpulan di atas maka penulis menyarankan hal-hal sebagai


berikut: Diharapkan bagi orangtua dari pelaku pernikahan dini maupun pasangan
pernikahan dini dapat bekerja keras untuk mengembangkan pendidikan kepada anak
yang lahir dari pernikahan dini agar mendapatkan pendidikan, agama, maupun
kebutuhan hidup yang layak. Sebaiknya para orangtua tidak cepat mengambil
keputusan untuk menikahkan anak pada usia dini, agar terhindar dari problema pada
keluarga pernikahan dini. Kepada pasangan keluarga pernikahan dini harus belajar giat
untuk menerapkan manajemen pendidikan keluarga bagi anak-anaknya agar kelak anak
dapat bekembang dengan baik, dan mendapatkan pendidikan yang sama seperti anak
yang lain.
INTERNET SOURCES:
-------------------------------------------------------------------------------------------
<1% - https://ejournal.unugha.ac.id/index.php/pancar/article/download/291/237
<1% -
http://repository.uir.ac.id/2019/1/peran%20orangtua%20dalam%20mengembangkan%2
0kecerdasan%20emosional.pdf
<1% - https://devragabe.blogspot.com/2012/11/pendidikan-dalam-rumah-tangga.html
<1% - http://digilib.uinsgd.ac.id/20487/4/4_bab1.pdf
<1% -
http://repository.umsu.ac.id/bitstream/123456789/2189/1/Akibat%20Hukum%20Bagi%2
0Pegawai%20Negeri%20Sipil%20Yang%20Melakukan%20Perceraian%20Tanpa%20Izin%
20Pejabat%20%28Studi%20Di%20Pengadilan%20Agama%20Medan%29.pdf
<1% - http://etheses.uin-malang.ac.id/553/5/10210036%20Bab%201.pdf
<1% - http://etheses.uin-malang.ac.id/1037/3/05520044%20Bab%201.pdf
<1% -
https://www.alquranpedia.org/2018/09/20-ayat-al-quran-tentang-anak-anak.html
<1% - https://qurapuh.blogspot.com/2011/12/tujuan-pernikahan-dalam-islam.html
<1% - https://arifashlach.blogspot.com/2012/04/perkembangan-peserta-didik.html
<1% - http://digilib.uinsgd.ac.id/430/4/4_bab1.pdf
<1% - http://digilib.uinsby.ac.id/8465/7/Bab4.pdf
<1% -
https://www.academia.edu/41755642/PERBANDINGAN_UU_NO_1_TAHUN_1974_TENTA
NG_PERKAWINAN_DENGAN_UU_NO_16_TAHUN_2019_TENTANG_PERUBAHAN_ATAS_U
U_NO_1_TAHUN_1974_TENTANG_PERKAWINAN_MENGENAI_BATAS_USIA_PERKAWINA
N
<1% - http://repository.upnjatim.ac.id/665/2/Bab%20I.pdf
<1% - https://ejournal.unisba.ac.id/index.php/aktualita/article/download/5686/pdf
<1% - http://jurnal.umpwr.ac.id/index.php/amnesti/article/download/804/883/
<1% -
https://rindufidati.wordpress.com/ilmu-pedidikan-islam-dengan-pendekatan-psikologi/
<1% - http://www.infoglobalkita.com/2017/07/inilah-dampak-positif-dan-negatif.html
<1% - https://rindufidati.wordpress.com/category/education/page/2/
<1% -
https://rezkirasyak.blogspot.com/2012/10/makalah-pendidikan-agama-islam.html
<1% - https://id.quora.com/Mengapa-banyak-pernikahan-usia-dini-di-Indonesia
<1% - http://repositori.uin-alauddin.ac.id/6195/1/reski%20utomo.pdf
<1% - https://issuu.com/commdays/docs/prosiding_commdays_2011
<1% -
https://azharnasri.blogspot.com/2016/08/makalah-keberhasilan-pendidikan-agama.html
<1% - https://es.scribd.com/document/397247425/Sosiologi-Gender-1
<1% - https://journals.ums.ac.id/index.php/jpis/article/download/822/545
<1% -
https://intanmutiah24.blogspot.com/2016/04/analisis-kualitas-pelayanan-terhadap.html
<1% - https://id.scribd.com/doc/115503708/harmoni-2
<1% - http://repository.uinsu.ac.id/4211/1/SKRIPSI%20FULL.pdf
<1% - https://ilmiahtesis.wordpress.com/page/59/
<1% -
https://ahmadrajafi.wordpress.com/2015/06/20/menakar-umur-pengatin-perspektif-isla
m-indonesia/
<1% -
https://senengemaca.blogspot.com/2011/07/contoh-ptk-sd-tematik-kelas-2-upaya.html
<1% - https://core.ac.uk/download/pdf/300844723.pdf
<1% - http://eprints.stainkudus.ac.id/2485/5/FILE%205%20BAB%20II.pdf
<1% - http://repository.uinsu.ac.id/1622/5/BAB%20II.pdf
<1% - https://www.jogloabang.com/pustaka/uu-20-2003-sistem-pendidikan-nasional
<1% - http://journal.upgris.ac.id/index.php/LONTAR/article/download/446/402
<1% -
https://abdulhalimprayoga.blogspot.com/2015/05/ilmu-pendidikan-islam-landasan.html
#!
<1% - https://id.scribd.com/doc/246538001/manajemen-pendidikan-pdf
<1% - http://repository.radenintan.ac.id/1676/5/Bab_II.pdf
<1% - https://www.academia.edu/36371214/SUBTANSI_MANAJEMEN_PENDIDIKAN
<1% -
http://sipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/III.A_.1_.a_.2)_.f)_(Buku_Landasan_Pendidik
an)_.pdf
<1% - http://digilib.uinsby.ac.id/10604/5/bab%202.pdf
<1% - https://dosenmuslim.com/pendidikan/pengertian-pendidikan-agama-islam-2/
3% - http://eprints.walisongo.ac.id/6587/3/BAB%20II.pdf
<1% -
https://abiavisha.blogspot.com/2013/12/kebijakan-pendidikan-islam-berdasarkan.html
<1% - http://www.jejakpendidikan.com/2017/03/pola-asuh-orang-tua.html
<1% - https://ejournal.iainpalopo.ac.id/index.php/alasas/article/download/1646/1189
<1% - https://tafsirweb.com/37664-quran-surat-luqman-ayat-13-14.html
<1% - http://repository.uin-malang.ac.id/1934/2/1934.pdf
<1% -
https://www.researchgate.net/publication/343134413_NIKAH_MUTAH_KONTEKSTUALIS
ASI_NARASI_DAN_NALAR_NIKAH_MUTAH
<1% - http://ejournal.unira.ac.id/index.php/yustitia/article/download/408/341
5% - http://eprints.umm.ac.id/41293/3/BAB%20II.pdf
<1% -
https://wiyonggoputih.blogspot.com/2015/10/kriteria-dalam-mencari-pendamping-hid
up.html
<1% -
https://kumparan.com/berita-hari-ini/deretan-ayat-alquran-tentang-pernikahan-1tXuCA
8mKXt
<1% - https://tafsirweb.com/855-quran-surat-al-baqarah-ayat-221.html
<1% -
https://muhfathurrohman.wordpress.com/2012/10/12/pembawaan-keturunan-dan-lingk
ungan-dalam-perspektif-islam/
<1% - https://usrahtg.blogspot.com/2015/05/ustaz-kay.html
<1% -
https://kabar24.bisnis.com/read/20210122/19/1346464/terungkap-alasan-kejaksaan-as-
tetapkan-hambali-tersangka-bom-bali-setelah-18-tahun
<1% - http://repository.radenintan.ac.id/8326/3/BAB%20II.doc
<1% - http://eprints.walisongo.ac.id/3060/5/2105103_Bab4.pdf
<1% -
https://ferigramesa.blogspot.com/2013/12/ingin-menikah-silahkan-sebuah-panduan.ht
ml
<1% - http://eprints.stainkudus.ac.id/247/3/FILE%204%20BAB%201.pdf
<1% -
https://wolipop.detik.com/hijab-update/d-5547159/apa-arti-sakinah-mawaddah-dan-ra
hmah-ini-penjelasannya
<1% - http://digilib.uinsgd.ac.id/4687/4/4_bab1.pdf
<1% -
https://catatananakdakwah.blogspot.com/2019/07/makalah-pengertian-visi-misi-tujuan
-dan.html
<1% -
https://123dok.com/document/y90n7kvy-tinjauan-hukum-praktik-mempelai-tunarungu
-kecamatan-kabupaten-kediri.html
<1% -
https://www.scribd.com/document/365731558/Hak-Waris-Anak-Diluar-Perkawinan
<1% - http://eprints.ums.ac.id/82188/1/8.%20NASKAH%20PUBLIKASI.pdf
<1% - https://files1.simpkb.id/guruberbagi/rpp/395654-1626503746.pdf
<1% - http://repositori.uin-alauddin.ac.id/5175/1/HUSAIN%20EBE_opt.pdf
<1% - https://ojs.staialfurqan.ac.id/jtm/article/download/148/105/
<1% - http://repository.uinsu.ac.id/653/6/Bab_3.pdf
<1% - http://eprints.umm.ac.id/41480/4/BAB%20III.pdf
<1% - http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2148/3/BAB%20III.pdf
<1% - http://repository.unp.ac.id/view/subjects/L1.html
<1% - http://eprints.upj.ac.id/id/eprint/1244/5/15.Bab%20III.pdf
<1% -
https://elibrary.unikom.ac.id/id/eprint/344/9/UNIKOM_YOSUA%20KURNIA%20RATUWA
LANGON_BAB%20III.pdf
<1% -
https://adhityaramadhanblueshire.wordpress.com/2018/02/05/jenis-jenis-pengambilan-
sampel/
<1% - http://eprints.umm.ac.id/41079/3/BAB%202.pdf
<1% -
https://www.academia.edu/6497233/PELAKSANAAN_UNDANG_UNDANG_PERKAWINAN
_Studi_Tentang_Perkawinan_Di_bawah_Umur_dan_Perkawinan_Tidak_Tercatat_di_Malang
_Jawa_Timur
<1% - http://digilib.uinsby.ac.id/14111/48/Bab%203.pdf
<1% - https://www.academia.edu/37611743/BAB_II_Triangulasi
<1% -
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-veraretnan-5149-3-bab3.pdf
<1% - http://eprints.walisongo.ac.id/6847/4/BAB%20III.pdf
<1% - http://repository.radenintan.ac.id/2403/4/BAB_III.pdf
<1% -
https://www.researchgate.net/publication/335888575_Strategi_pemerintahan_desa_dala
m_mengembangkan_pariwisata/fulltext/5d822e8a458515cbd195d22f/Strategi-pemerint
ahan-desa-dalam-mengembangkan-pariwisata.pdf
<1% - http://digilib.uinsby.ac.id/871/4/Bab%203.pdf
<1% - http://etheses.uin-malang.ac.id/840/7/11510100%20Bab%203.pdf
<1% - http://repository.umtas.ac.id/254/3/BAB%20III.pdf
<1% -
https://www.researchgate.net/profile/Muhammad-Abduh-3/publication/322488806_PE
NGEMBANGAN_NILAI-NILAI_DEMOKRATIS_MAHASISWA_MELALUI_PENDIDIKAN_KEWA
RGANEGARAAN/links/5a5b911e4585154502789db3/PENGEMBANGAN-NILAI-NILAI-DE
MOKRATIS-MAHASISWA-MELALUI-PENDIDIKAN-KEWARGANEGARAAN.pdf
<1% - http://eprints.kwikkiangie.ac.id/974/4/BAB%20III%20METODE%20PENELITIAN.pdf
<1% -
https://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/14161/4/T1_162013021_BAB%20III.pd
f
<1% -
https://vathiyaqeeqee.blogspot.com/2012/05/menganalisis-data-dalam-penelitian.html
<1% -
https://repository.bsi.ac.id/index.php/unduh/item/238171/Modul-Metode-Penelitian.pdf
<1% - https://www.academia.edu/31647322/Filsafat_dan_logika_sains
<1% -
https://aura-kharismathis.blogspot.com/2012/04/normal-0-false-false-false-en-us-x-non
e.html
<1% -
https://www.researchgate.net/publication/312234185_Alasan_Petani_Muslim_Menjual_H
asil_Panen_Kepada_Tengkulak_di_Desa_Glagahagung_Kecamatan_Purwoharjo_Kabupate
n_Banyuwangi
<1% - http://eprints.stainkudus.ac.id/392/6/06%20Bab%203.pdf
<1% -
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Dr.%20Sutrisna%20Wibawa,%20M.Pd
./PENELITIAN%20KUALITATIF%20DAN%20ACTION%20RESEARCH.ppt
<1% - http://digilib.uinsby.ac.id/1514/6/Bab%203.pdf
<1% -
https://www.academia.edu/26070519/CONTOH_PROPOSAL_PENELITIAN_KUALITATIF_B
UDAYA_KOMUNIKASI_MASYARAKAT_MADURA_Studi_pada_komunitas_Madura_di_desa
_Karang_Geger_Kecamatan_Pajarakan
<1% -
https://mudjiarahardjo.uin-malang.ac.id/index.php/2018/07/25/studi-kasus-dalam-penel
itian-kualitatif-konsep-dan-prosedurnya-revised-edition/
<1% - http://eprints.walisongo.ac.id/1629/4/093311021_Bab3.pdf
<1% - http://eprints.walisongo.ac.id/6119/2/BAB%20I.pdf
<1% -
https://www.academia.edu/5562212/PENGOLAHAN_DAN_ANALISIS_DATA_KUALITATIF
<1% - https://core.ac.uk/download/pdf/228889629.pdf
<1% - http://eprints.stainkudus.ac.id/2074/6/FILE%206%20BAB%20III.pdf
<1% - http://repository.uinsu.ac.id/4678/5/BAB%20III.pdf
<1% - http://eprints.ums.ac.id/25162/11/NASKAH_PUBLIKASI.pdf
<1% -
https://www.academia.edu/9621510/BAB_14_Validitas_dan_reliabilitas_penelitian_kualita
tif
<1% - http://repositori.unsil.ac.id/706/6/BAB%20III.pdf
<1% - https://musri-nauli.blogspot.com/2018/10/bab-iv-kewilayahan.html
<1% - http://desamukiran.com/?page_id=153
1% - https://id.wikipedia.org/wiki/Pembicaraan:Benteng_Rendah,_Mersam,_Batanghari
<1% - https://desagembongangedeg.wordpress.com/laporan-hasil-survey/
1% - http://www.makalah.ga/
<1% - https://issuu.com/wayandwitanaya/docs/profil_tabanan_2013
<1% - https://www.slideshare.net/rizahb3/rpjm-des-harapanjaya20142020
<1% -
http://ppm.mercubuana.ac.id/wp-content/uploads/2020/03/Contoh-Proposal-KDN.pdf
<1% - https://hendikpermana.blogspot.com/2011/11/laporan-kelompok-kkn-ppm.html
<1% -
https://gampongkalut.blogspot.com/2014/10/rencana-pembangunan-jangka-menenga
h.html
<1% - https://dpanunggulan.blogspot.com/
<1% -
https://codigomagnus.com/contoh-proposal-penelitian-kesehatan-masyarakat.html
<1% - https://zheel-computer.blogspot.com/2011/06/psikososial.html
<1% -
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/122500-PK%20V.%20346.%208172-Pengawasan%20dal
am-Literatur.pdf
<1% -
https://www.researchgate.net/publication/329603094_Fenomena_hamil_di_luar_nikah_di
_kalangan_remaja_ditinjau_dalam_perspektif_pendidikan_Islam
<1% - https://p3nsidaharja.blogspot.com/2012/
<1% - https://adoc.pub/prosiding-seminar-nasional-politik-dan-kebudayaan.html
<1% - https://akademik.uniska-bjm.ac.id/repository-tugas-akhir-mahasiswa/
<1% -
https://www.kompasiana.com/hilwafidella/5d1a40f00d823044c2068092/kkn-um-2019-x
-pkk-parenting-ajarkan-pola-asuh-ideal-di-era-virtual
<1% -
https://www.academia.edu/35701133/POLA_PENGASUHAN_ANAK_PADA_KELUARGA_O
RANGTUA_TUNGGAL_Studi_Pada_4_Orangtua_Tunggal_di_Bandar_Lampung
<1% -
https://indahnyapsikologi.wordpress.com/2011/04/12/review-analisis-jurnal-psikologi-li
ntas-budaya-materi-budaya-dan-perkembangan/
<1% - https://bahren13.wordpress.com/2017/06/15/
<1% -
https://123dok.com/document/yerv90eq-pemberdayaan-perempuan-pelindungan-salat
iga-meminimalisir-perkawinan-tahun-repository.html
<1% - https://id.scribd.com/doc/285106904/BUKU-Profil-Anak-Indonesia
<1% -
https://www.kompasiana.com/supantahadi/5500ff42a333115b735126cd/satu-minggu-a
nak-bisa-membaca-huruf-latin-dengan-metode-iqra
<1% -
https://id.quora.com/Bagaimana-cara-memutuskan-sesuatu-agar-tidak-menyesal-di-ke
mudian-hari
<1% -
https://www.academia.edu/8608555/KEKERASAN_SEKSUAL_TERHADAP_ANAK_USIA_DI
NI
<1% - https://primazip.wordpress.com/category/perkembangan-anak/
<1% -
https://adoc.pub/dinamika-kematangan-emosi-remaja-putri-yang-orang-tuanya-ber.ht
ml
<1% - https://www.academia.edu/11950431/Proposal_Rapid_Rural_Appraisal
<1% - https://bagawanabiyasa.wordpress.com/category/psikologi/
<1% -
https://adoc.pub/tinjauan-sosiologis-terhadap-faktor-faktor-yang-menyebabkan-.html
<1% -
https://www.researchgate.net/publication/334255582_Fenomena_Bullying_Siswa_Studi_T
entang_Motif_Perilaku_Bullying_Siswa_di_SMP_Negeri_01_Painan_Sumatera_Barat
<1% -
https://www.kompasiana.com/rahmat_hidayat_aldino/550f0533813311872cbc66ce/bank
-soal-persiapan-un
<1% - https://ajidwipratikno.blogspot.com/2020/10/contoh-teks-editorial.html
<1% - http://lib.unnes.ac.id/3252/1/7641.pdf
<1% - https://pendidikanpedia.com/teks-eksposisi/contoh/pendidikan/
<1% -
https://123dok.com/document/q027vply-pendahuluan-belakang-berhubungan-pernika
han-kecamatan-kabupaten-repository-pontianak.html
<1% -
https://jurnal.univpgri-palembang.ac.id/index.php/swarna/article/download/819/680
<1% -
https://kuncitts.com/jawaban-tts/dorongan-hati-untuk-berbuat-yang-kurang-baik
<1% - https://library.uns.ac.id/category/inaugural-lectures/
<1% - http://eprints.stainkudus.ac.id/2401/4/04.%20BAB%20I.pdf
<1% - http://repository.radenintan.ac.id/2707/3/BAB_II.pdf
<1% -
https://sayangianak.com/sopan-santun-penting-dimiliki-anak-pastikan-16-cara-mendidi
k-anak-bersikap-sopan-santun-anda-ajakarkan-padanya/
1% - https://ejournal.iainutuban.ac.id/index.php/tadris/article/download/93/85/
<1% - https://bangmadina.blogspot.com/
<1% - https://journal.iainkudus.ac.id/index.php/thufula/article/download/4263/2764
<1% - https://myanugrahpurba.wordpress.com/2018/03/06/peran-tri-pusat-pendidikan/
<1% -
https://www.kaskus.co.id/thread/000000000000000012668252/tanamkan-nilai-moral-da
n-agama-pada-anak/
<1% - https://www.academia.edu/11785738/Siapkan_Anak_Jadi_Penghafal_Al_Qurani
<1% - https://enrekangkab.go.id/berita/pendidikan/
<1% - https://ploongyo-ploong.blogspot.com/2007/11/anak-anak.html
<1% - https://budimakaado.blogspot.com/2014/11/peran-keluarga.html
<1% - http://ejurnal.untag-smd.ac.id/index.php/dedikasi/article/view/1225/1342

Anda mungkin juga menyukai