Anda di halaman 1dari 16

Pendekatan Klinis pada Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY)

Abstrak

Iodium merupakan salah satu unsur mikronutrient yang sangat dibutuhkan oleh tubuh untuk
sintesis hormon tiroid yang mempunyai peran sangat vital dalam pertumbuhan otak, sistem saraf,
fungsi fisiologis organ tubuh. Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) adalah suatu
masalah gizi yang dapat terkena pada semua usia akibat kekurangan asupan yodium yang
memiliki risiko terutama pada ibu hamil dapat berdampak pada janinnya seperti keguguran, cacat
bawaan, kretinisme, dan hipotiroid. Faktor yang berhubungan dengan GAKY yaitu defisiensi
yodium, lokasi daerah perbukitan atau dataran tinggi, asupan energi dan protein, pangan
goitrogenik dan genetik. Pencegahan yang dapat dapat dilakukan dengan cara mengkonsumsi
makanan yang mengandung yodium yang cukup. Tujuan penanggulangan GAKY yaitu
menurunkan TGR dan mencegah terjadinya kasus kretin.

Kata kunci : Iodium, gangguan akibat kekurangan yodium, pencegahan, penanggulangan

Abstract

Iodine is one of the micronutrient elements needed by the body for the synthesis of thyroid
hormone which has a very vital role in the growth of the brain, nervous system, and
physiological functions of body organs. Iodine Deficiency Disorders (IDD) is a nutritional
problem that can be affected at all ages due to lack of iodine intake which has a risk, especially
for pregnant women, which can affect the fetus such as miscarriage, congenital defects,
cretinism, and hypothyroidism. Factors associated with IDD are iodine deficiency, hilly or
highland location, energy and protein intake, goitrogenic and genetic food. Prevention that can
be done by consuming foods that contain sufficient iodine. The goal of controlling IDD is to
reduce TGR and prevent cases of cretin.

Key words: Iodine, disturbances due to iodine deficiency, prevention, prevention


Pendahuluan

Gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY) merupakan salah satu masalah kesehatan yang
dapat berdampak langsung pada keberlangsungan hidup serta kualitas sumber daya manusia.
Tubuh yang kekurangan yodium dalam jangka waktu lama dapat mengakibatkan munculnya
gejala klinis seperti pembesaran kelenjar tiroid (gondok), gangguan perkembangan fisik,
gangguan mental dan kecerdasan yang dapat mempengaruhi produktivitas sehari-hari.
Kekurangan yodium dapat terjadi pada semua usia mulai dari fetus sampai usia dewasa dengan
tingkat keparahan yang berbeda-beda mulai dari penurunan IQ ringan hingga dapat
menyebabkan kretin endemik tipe neurologik.

Dalam tubuh manusia yodium sendiri diperlukan sebagai bahan pembentukan hormon tiroksin
T3 (Triiodothyronin) dan T4 (Tetraiodothyronin) di kelenjar tiroid yang diperlukan dalam proses
pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup. Pada makalah ini akan membahas mengenai
gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY) yang berkaitan dengan gizi terkait kebutuhan
yodium, faktor yang berhubungan, tanda dan gejala hingga pencegahan serta tatalaksana yang
baik.

Anamnesis

Anamnesis dapat dilakukan pada pasien langsung (autoanamnesis) ataupun dengan orang
terdekat dan mengetahui tentang pasiennya langsung (aloanamnesis). Tujuan dari anamnesis
yaitu mendapatkan keterangan sebanyak mungkin mengenai penyakit pasien, membantu
menegakkan diagnosa sementara dan diagnosa banding, serta membantu menentukan
penatalaksanaan selanjutnya. Wawancara yang baik seringkali sudah dapat mengarah masalah
pasien dengan diagnosa penyakit tertentu.1 Adapun anamnesis meliputi:

1. Identitas : meliputi nama lengkap pasien, umur atau tanggal lahir, alamat, pendidikan,
pekerjaan, suku bangsa dan agama.
2. Keluhan utama : menanyakan mengenai keluhan yang menyebabkan pasien datang
untuk berobat. Berdasarkan kasus pada skenario, seorang dokter menemukan beberapa
pasien dan siswa SD dengan pembesaran pada bagian leher dan badan tampak kecil serta
pendek.
3. Riwayat Penyakit Sekarang : riwayat perjalanan penyakit merupakan cerita yang
kronologis, terperinci dan jelas mengenai keadaan kesehatan pasien sejak sebelum
keluhan utama sampai pasien datang berobat. Berikut ini beberapa pertanyaan untuk
mendapatkan data riwayat kesehatan dari proses penyakit;
 Riwayat makanan : - jangka pendek : sebelum sakit

- jangka panjang: sejak bayi

 Nafsu makan : baik / kurang / buruk ?


 Masukan makanan : jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi, dapat untuk
menilai kualitas : baik / kurang, berdasarkan : jenis makanan, komposisi nutrient,
distribusi kalori, kwantitas (cukup / kurang / lebih --.> terhadap RDA), energi /
protein / vitamin / mineral dll.
 Riwayat kehamilan ibu
4. Riwayat Penyakit Dahulu : riwayat penyakit dahulu bertujuan untuk mengetahui
kemungkinan-kemungkinan adanya hubungan antara penyakit yang pernah diderita
dengan penyakit sekarang.
5. Riwayat Penyakit Dalam Keluarga : penting untuk mencari kemungkinan penyakit
yang sama pada orang tua, keluarga dan lingkungan tempat tinggal.

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Kelenjar Tiroid1

a. Inspeksi

Dilakukan oleh pemeriksa yang berada di depan penderita yang berada pada posisi duduk
dengan kepala sedikit fleksi atau leher sedikit terbuka. Jika terdapat pembengkakan atau
nodul, perlu diperhatikan beberapa komponen yaitu lokasi, ukuran, jumlah nodul, bentuk
(diffus atau noduler kecil), gerakan pada saat pasien diminta untuk menelan dan palpasi pada
permukaan pembengkakan.

b. Palpasi
Pemeriksaan dengan metode palpasi dimana pasien diminta untuk duduk, leher dalam posisi
fleksi. Pemeriksa berdiri di belakang pasien dan meraba tiroid dengan menggunakan ibu jari
kedua tangan pada tengkuk penderita.

Ukuran kelenjar tiroid dapat dipilahkan menjadi salah satu dari beberapa derajat berikut ini:2

- Grade 0 : Normal, dengan inspeksi tidak terlihat, baik datar maupun tengadah
maksimal, dan dengan palpasi tidak teraba.
- Grade IA : Kelenjar Gondok tidak terlihat, baik datar maupun penderita tengadah
maksimal, dan palpasi teraba lebih besar dari ruas terakhir ibu jari penderita.
- Grade IB : Kelenjar Gondok dengan inspeksi datar tidak terlihat, tetapi terlihat
dengan tengadah maksimal dan dengan palpasi teraba lebih besar dari Grade IA.
- Grade II : Kelenjar Gondok dengan inspeksi terlihat dalam posisi datar dan dengan
palpasi teraba lebih besar dari Grade IB.
- Grade III : Kelenjar Gondok cukup besar, dapat terlihat pada jarak 6 meter atau
lebih. 

Insiden

Insiden keselamatan pasien merupakan kejadian atau situasi yang dapat mengakibatkan atau
berpotensi mengakibatkan cedera yang tidak seharusnya terjadi (dapat dicegah). Beberapa jenis
insiden yaitu: Kejadian tidak diharapkan (KTD)/ adverse event : insiden yang mengakibatkan
cedera pada pasien akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil, bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi pasien. Kejadian nyaris cedera
(KNC)/ near miss : suatu insiden yang tidak menyebabkan cedera pada pasien akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya, dapat terjadi
karena faktor keberuntungan, pencegahan dan peringanan. Salah satu strategi dalam merancang
sistem keselamatan pasien adalah bagaimana mengenali kesalahan sehingga dapat dilihat dan
segera diambil tindakan untuk memperbaiki efek yang terjadi. Upaya untuk mengenali dan
melaporkan kesalahan dilakukan melalui sistem pelaporan.3

Surveillans
Surveillans kesehatan masyarakat adalah pengumpulan atau analisis data yang dipantau secara
sistematis dan terus-menerus mengenai kejadian dan kecenderungan penyakit, mendeteksi dan
memprediksi outbreak pada populasi, mengamati faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit
seperti pada agen, vektor, dan reservoir. Selanjutnya, surveillans menghubungkan informasi
tersebut kepada pembuat keputusan mengenai masalah kesehatan pada suatu populasi agar dapat
dilakukan langkah-langkah pencegahan dan pengendalian penyakit. Tujuan khusus surveillans
yaitu; memonitor kecenderungan (trends) penyakit, mendeteksi perubahan mendadak insidensi
penyakit, untuk mendeteksi dini outbreak, memantau kesehatan populasi, menaksir besarnya
beban penyakit pada populasi, menentukan kebutuhan kesehatan prioritas, membantu
perencanaan, implementasi, monitoring, dan evaluasi program kesehatan, mengevaluasi cakupan
dan efektivitas program kesehatan, mengidentifikasi kebutuhan riset.3,4

Skrining (Pemeriksaan Penunjang)

Skrining merupakan suatu pemeriksaan kesehatan untuk mengetahui apakah seseorang berisiko
mengalami suatu masalah kesehatan dan memutuskan metode pengobatan yang paling efektif.
Selain pemeriksaan fisik, dapat juga dilakukan pemeriksaan penunjang untuk menegakkan
diagnosis GAKY :2,3,5

1. Tes Darah

Pemeriksaan tes darah dilakukan untuk mengamati dan mengevaluasi fungsi kelenjar tiroid. Tes
ini juga untuk membantu mengukur kadar hormon tiroid dan juga TSH. Namun, diperlukan
waktu yang lebih lama dari tes urine untuk mengetahui hasilnya.

TSH (thyroid-stimulating hormone) dan thyroglobulin dapat digunakan sebagai indikator untuk
menilai GAKY, atau sebagai indikator surveilans, dalam kondisi tertentu. Bercak-bercak darah
pada kertas saring atau sampel serum dapat dipakai untuk mengukur TSH dengan menggunakan
pemeriksaan analisis yang sangat peka. Kadar TSH akan meningkat pada keadaan defisiensi
yodium sebagai bagian dari sistem umpan-balik (feedback system) yang melibatkan hormon-
hormon yang terkait dengan kelenjar tiroid. Namun demikian, peningkatan tersebut tidak begitu
besar kecuali jika terjadi defisiensi yang sedang atau berat. Biasanya pemeriksaan skrining TSH
pada neonatus memiliki tujuan primer untuk mendeteksi hipotiroidisme kongenital
2. Pemeriksaan Urin

Ekskresi yodium dalam urin merupakan indikator yang baik untuk menunjukkan asupan yodium
yang dapat dikoreksi dengan cepat, mudah, dan relatif murah melalui program iodinisasi yang
efektif. Sampel urine sehari-hari atau spot urine sample (sampel urine yang diambil pada saat
penelitian) harus diambil dengan menggunakan wadah bebas yodium yang kemudian disegel
rapat dan disimpan sebelum dilakukan pemeriksaan analisis. Harus berhati-hati agar tidak terjadi
kontaminasi selama pengumpulan seluruh sampel dan dalam pemeriksaan analisis. Kebanyakan
laboratorium menggunakan reaksi Sandell-Kolthoff dalam pemeriksaan analisis yodium urine.
Nilai cut off untuk mendefinisikan status yodium pada suatu populasi menurut kadar median
(median concentration) yodium urine ditunjuk dalam Tabel 12.1. Untuk mencegah defisiensi
yodium, kadar median yodium dalam urine harus 100 µg/L atau lebih dan tidak lebih dari 20%
sampel yang kadar yodium urinenya di bawah 50 µg/L.

3. Ultrasonografi

Pemeriksaan ultrasonografi merupakan metode yang lebih akurat dan objektif untuk menentukan
ukuran kelenjar tiroid, kendati diperlukan peralatan yang mahal, pelatihan yang baik dan
pemeriksaan tersebut juga memerlukan waktu yang lebih lama.

4. Iodine Patch

Pemeriksaan ini dilakukan dengan meletakkan iodine patch pada kulit dan memeriksanya 24 jam
kemudian. Iodine patch yang mulai hilang setelah 24 jam berarti pasien tidak mengalami
defisiensi yodium. Pada pasien dengan defisiensi yodium akan kehilangan idonine patch lebih
cepat.

Diagnosis Banding

Hipotiroidisme

Hipotiroidisme atau hipotiroid adalah suatu kondisi dimana tubuh tidak menghasilkan cukup
hormon tiroid sehingga mengalami kekurangan hormon tiroid. Penyakit ini dapat terkena pada
semua usia dan juga dapat menurun secara genetik. Selain itu hipotiroid juga mengakibatkan
metabolisme tubuh menjadi lambat. Gejala yang muncul seperti kelelahan, kulit kering, rambut
menipis (rontok), berat badan bertambah, sembelit, sensitif terhadap suhu dingin, detak jantung
melemah, wajah bengkak, nyeri otot atau sendi, sulit tidur dan berkonsentrasi, depresi, mood
mudah berubah, kolesterol dalam darah naik, pada wanita seringkali haid menjadi tidak teratur.
Penyebab dari hipotiroid yaitu penyakit autoimun, efek samping obat-obatan, pengobatan
hipertiroid, terapi radiasi, maupun operasi tiroid. Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk
menegakkan diagnosis ini adalah tes thyroid stimulating hormone (TSH), Thyroxine (T4), CT
scan maupun MRI pada hipotalamus dan kelenjar pituitari.2,6

Kretin Endemik

Kretin endemik merupakan salah satu spektrum GAKY yang terjadi pada fetus akibat defisiensi
yodium berat pada masa fetal dan merupakan indikator yang penting bagi GAKY. Secara
epidemiologi berhubungan dengan gondok endemik dan defisiensi yodium yang berat.
Manifestasi klinisnya berupa retardasi mental dengan sindroma neurologik yang predominan
(kretin nervosa) dan hipotiroid yang prodominan, tubuh kerdil (kretin miksedematosa). Pada
daerah yang sudah tercapai koreksi yang adekuat terhadap defisiensi yodium, kretin endemik
tidak akan timbul. Terjadinya kretin endemik disebabkan oleh karena kekurangan yodium selama
masa kehamilan dan pada saat setelah kelahiran.2,3

Diagnosis Kerja
Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY)

GAKY atau IDD (Iodine Deficiency Disorder) merupakan salah satu masalah
kesehatan masyarakat yang serius mengingat dampaknya mempengaruhi kelangsungan hidup
dan kualitas sumber daya manusia yang mencakup 3 aspek yaitu perkembangan kecerdasan,
perkembangan sosial dan perkembangan ekonomi. Menurut WHO, kekurangan yodium terjadi
pada saat konsumsi yodium kurang dari yang direkomendasikan dan mengakibatkan kelenjar
tiroid tidak mampu mensekresi hormon tiroid dalam jumlah cukup. Jumlah hormon tiroid yang
rendah di dalam darah mengakibatkan kerusakan perkembangan otak dan beberapa efek yang
bersifat merusak secara kumulatif. GAKY dapat menyerang siapa saja baik perempuan, pria,
anak dewasa, maupun orang tua yang tinggal di daerah kekurangan yodium. GAKY sendiri
merupakan sekumpulan dari gejala yang timbul karena tubuh kekurangan yodium secara terus
menerus dalam jangka waktu yang lama.2,4,7

Gambar 1. Gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY)

Etiologi

Penyebab utama terjadinya GAKY yaitu akibat kekurangan intake yodium yang disebabkan oleh
faktor lingkungan air dan tanah dimana pada beberapa daerah tanahnya tidak mengandung
banyak yodium, sehingga produk yang dihasilkan juga miskin akan yodium. Kekurangan yodium
menyebabkan hiperplasia tiroid sebagai adaptasi terhadap kekurangan tersebut. Zat goitrogenik
pada bahan makanan seperti kubis, kacang tanah, kacang kedelai dll juga dapat menyebabkan
pembesaran kelenjar gondok. Air minum yang kotor diduga terdapat zat goitrogenik yang dapat
dihilangkan jika dimasak. Faktor keturunan dapat mengurangi kapasitas fungsi tiroid atau
gangguan pada reabsorbsi yodium oleh tubulus ginjal.3,8
Epidemiologi

Menurut WHO pada tahun 2003 dari 192 negara sebanyak 36,5% dari seluruh populasi dunia
mengalami kekurangan yodium. Prevalensi tertinggi yaitu di Eropa sebesar 59,9% dan terendah
di America sebesar 10,1% dan di Asia Tenggara sebesar 30,3%. Pada tahun 2007 data penelitian
dari 193 negara sebanyak 31,5% dari populasi anak usia sekolah (6-12 tahun) di dunia yang
mengalami kekurangan yodium. Sedangkan di Indonesia sendiri berdasarkan survey nasional
pada tahun 2003 ditemukan pada anak sekolah sekitar 11,1%. Survei nasional evaluasi GAKY
ini menunjukkan bahwa 35,8% kabupaten termasuk endemik ringan, 13,1% kabupaten endemik
sedang, dan 8,2% kabupaten endemik berat. Pada tahun 2013 ditemukan pada anak sekolah
sekitar 15,97% terbanyak berusia 9 tahun. Hasil Riskesdas tahun 2013 juga menunjukkan
sebanyak 30,4% anak usia 6-12 tahun, 24,9% wanita usia subur, 21,3% ibu hamil, dan 18,1%
pada ibu menyusui beresiko kelebihan yodium. Rumah tangga dengan konsumsi garam cukup
yodium di Indonesia sebanyak 77,10%, cakupan meningkat dibandingkan cakupan pada tahun
2007 sebanyak 62,30% 3,7,8

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan GAKY

1. Defisiensi Yodium

Merupakan penyebab utama terjadinya GAKY akibat kelenjar tiroid melakukan proses adaptasi
fisiologis terhadap kekurangan unsur iodium dalam makanan dan minuman yang dikonsumsi.2,6

2. Lokasi

Kandungan yodium yang berbeda di setiap daerah mengakibatkan penderita GAKY secara
umum banyak ditemukan di daerah perbukitan atau dataran tinggi, karena yodium yang berada
dilapisan tanah paling atas terkikis oleh banjir atau hujan dan berakibat tumbuhan, hewan, air di
wilayah tersebut mengandung yodium yang rendah bahkan tidak ada.3,6

3. Asupan Energi dan Protein


Kebutuhan energi yang diambil dari asupan protein (albumin, globulin, prealbumin) merupakan
alat transport hormon tiroid yang berfungsi mencegah hormon tiroid keluar dari sirkulasi dan
sebagai cadangan hormon. Jika terjadi defisiensi protein dapat berpengaruh terhadap sintesis
hormon tiroid terutama transportasi hormon.2,7

4. Pangan Goitrogenik

Zat goitrogenik adalah senyawa yang dapat mengganggu struktur dan fungsi hormon tiroid
secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat menghambat uptake yodium
anorganik oleh kelenjar tiroid.3,4

5. Genetik

Faktor genetik dalam hal ini merupakan variasi individual terhadap kejadian GAKY dan
mempunyai kecenderungan untuk mengalami gangguan kelenjar tiroid. Faktor genetic banyak
disebabkan karena keabnormalan fungsi faal kelenjar tiroid.2,6

Patofisiologi

Metabolisme Iodium

Fungsi iodium yang diketahui dalam tubuh adalah untuk sintesis hormon tiroid yang berlangsung
di dalam kelenjar tiroid. Hormon ini memainkan peranan yang penting dalam pengaturan
metabolisme. Iodium diabsorpsi dengan cepat dari dalam usus dan kemudian diedarkan melalui
sirkulasi darah dalam bentuk senyawa iodida anorganik plasma (PH; plasma inorganic iodide).
Dari sirkulasi ini, sel-sel kelenjar tiroid mengambil senyawa iodida tersebut melalui pompa
iodium (sodium iodine symporter) di bawah pengendalian TSH yang dilepas oleh kelenjar
hipofisis. Mekanisme ini merupakan mekanisme transportasi aktif yang mempertahankan gradien
100:1 antara sel-sel kelenjar tiroid dan cairan ekstrasel. Gradien ini dapat meningkat menjadi
400:1 pada keadaan defisiensi iodium. Dari 15-20 mg iodium di dalam tubuh, 70-80% ditemukan
dalam kelenjar tiroid. Setelah diambil oleh sel-sel kelenjar tiroid, iodium dilepaskan ke dalam
koloid kelenjar tiroid dan di tempat ini, iodium dioksidasi oleh hydrogen peroksida yang berasal
dari sistem peroksidase tiroid. Kemudian senyawa iodida disatukan ke dalam molekul tirosin dari
tiroglobulin untuk membentuk monoiodotirosin (MIT) dan diiodotirosin (DIT) (Gambar 2). Jika
sebuah molekul DIT terangkai dengan molekul DIT yang lain, terbentuklah tetraiodotironin atau
tiroksin (T4), dan jika yang dirangkaikan itu adalah MIT dengan DIT, terbentuklah triiodotironin
(T3). Tiroglobulin kemudian diambil oleh sel-sel kelenjar tiroid melalui sebuah proses yang
dikenal sebagai pinositosis. Dalam sel-sel kelenjar tiroid, hormon T3 dan T4 dilepas dari kelenjar
tiroid tersebut melalui proses proteolisis.

Sekresi T3 dan T4 dari kelenjar tiroid berlangsung di bawah pengaruh TSH, yang sekresinya
distimulasi oleh thyrotropin-releasing hormone (TRH) dari hipotalamus. Ada suatu mekanisme
umpan-balik (feedback mechanism) ketika kadar T4 dan meningkat akan menghambat secara
langsung sekresi TSH dan melawan kerja TRH. Jadi, ketika kadar T4 dalam darah menurun,
sekresi TSH akan meningkat dan begitu pula sebaliknya. Pada defisiensi iodium yang berat,
hormon T4 tetap rendah dan TSH meninggi, gambaran T4 yang rendah dan TSH yang tinggi
mengindikasikan hipotiroidisme. Kenaikan TSH dapat disebabkan oleh defisiensi iodium atau
terjadi karena kecacatan kongenital pada sintesis tiroksin yang insidensnya adalah 1:4000
kelahiran. Peningkatan kadar TSH pada keadaan defisiensi iodium menstimulasi aktivitas sel-sel
kelenjar tiroid sehingga terjadi hipertrofi dan hyperplasia sel-sel tiroid dan menghasilkan
pembesaran kelenjar tiroid. Pembesaran kelenjar tiroid ini dinamakan goiter atau penyakit
gondok.

Jika pasokan iodium ke dalam kelenjar tiroid sangat terbatas, kelenjar tersebut akan
memproduksi lebih banyak T3 (yang bekerja lebih aktif daripada T4) sementara produksi T4
menjadi lebih sedikit. Jika kadar T4 rendah, jaringan sasaran (target tissue) juga mengubah T4
menjadi T3. Kendati demikian, perlu dicatat bahwa otak hanya dapat mengambil T4 dan bukan
T3 sehingga fungsi otak akan terpengaruh jika kadar T4 rendah sekalipun kadar T3 mungkin
cukup untuk melaksanakan fungsi hormon tiroid pada organ serta jaringan tubuh yang lain. Jika
pasokan iodium pada kelenjar tiroid sangat terbatas, maka kelenjar tersebut akan melepaskan
tiroglobulin ke dalam sirkulasi darah yang sebagian di antaranya tidak mengandung hormone
tiroid (T3 dan T4). Dengan demikian kenaikan kadar tiroglobulin akan menjadi calon indikator
untuk menunjukkan defisiensi iodium yang sudah berlangsung selama berbulan-bulan atau
bertahun-tahun dan seringkali pemeriksaan dilakukan pada kondisi defisiensi iodium yang berat.
Adanya peran selenium pada metabolisme yodium dimana berperan sebagai kofaktor glutation
peroksidase (GPX), dimana GPX berfungsi untuk mereduksi hydrogen peroksidase yang terdapat
dalam tiroid peroksidase. Kelebihan hormon peroksidase, jika tidak direduksi oleh GPX akan
merusak membran sel tiroid dan menyebabkan hipotiroidisme. Enzim 5’-iodotironine deiodenase
(tipe I) diketahui sebagai sebuah selenoprotein dengan satu atom selenium pada bagian aktif.
Enzim tersebut merupakan kala-tisator utama dalam perubahan tiroksin (T4) ke bentuk
triiodotironin (T3) yang aktif di jaringan seluler.2,3

Gambar 2. Sintesis hormon tiroid

Manifestasi Klinis

Iodium merupakan mikronutrient yang sangat dibutuhkan tubuh dalam sintesis hormon tiroid
yang mempunyai peran sangat vital dalam pertumbuhan otak, sistem saraf, fungsi fisiologis
organ tubuh. Defisiensi yodium menyebabkan produksi hormon tiroid berkurang sehingga
mengakibatkan kelainan yang disebut Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY).
Kelompok yang paling rentan terkena GAKY adalah Wanita Usia Subur (WUS) yang jika hamil
akan berdampak pada janinnya, ibu hamil, ibu menyusui, dan anak-anak. GAKY tidak hanya
menyebabkan pembesaran kelenjar gondok tetapi juga berbagai macam gangguan lain.
Kekurangan yodium pada ibu yang sedang hamil dapat menyebabkan abortus, lahir mati,
kelainan bawaan pada bayi, meningkatkan angka kematian prenatal, melahirkan bayi keratin.
Kekurangan yodium yang diderita anak-anak menyebabkan pembesaran kelenjar
gondok, gangguan fungsi mental, dan perkembangan fisik. Pada orang dewasa berakibat pada
pembesaran kelenjar gondok, hipotiroid, dan gangguan mental. Kekurangan yodium pada tingkat
berat dapat mengakibatkan cacat fisik dan mental, seperti tuli, bisu tuli, pertumbuhan badan
terganggu, badan lemah, kecerdasan dan perkembangan mental terganggu. Akibat yang sangat
merugikan adalah lahirnya anak kretin. Kretin endemik adalah keadaan seseorang yang lahir di
daerah endemic dan memiliki dua atau lebih kelainan-kelainan berikut;
Perkembangan mental terhambat, pendengaran terganggu dan dapat menjadi tuli,
perkembangan saraf penggerak terhambat, bila berjalan langkahnya khas, mata juling, gangguan
bicara sampai bisu dan reflek fisiologi yang meninggi.2,7
Masalah besar lain yang diakibatkan oleh GAKY adalah gangguan pertumbuhan dan
perkembangan intelektualitas. Pada ibu hamil dengan GAKY berat akan melahirkan anak cebol
dengan intelektualitas yang rendah. Dampak sosial lain yang lebih besar yaitu sulitnya penderita
untuk dididik dan dimotivasi karena rendahnya perkembangan mental sehingga apabila
berada dalam lingkungan yang buruk akan lebih cepat terpengaruh lingkungan sekitar.2,8

Kebutuhan Yodium
Tubuh yang sehat mengandung 15-20 mg yodium dimana 70-80 % ada di kelenjar gondok dalam
bentuk thyroglobulin. Sisanya di kelenjar air liur, kelenjar lambung, jaringan dan sebagian kecil
beredar di seluruh tubuh. Umumnya bahan makanan sumber hewani seperti ikan dan kerang
mengandung tinggi yodium. Bahan makanan sumber nabati yang mengandung tinggi yodium
adalah rumput laut. Kebutuhan yodium perhari sekitar 1-2 mikrogram per kg berat badan.
Perkiraan kecukupan yang dianjurkan sekitar 90 mikrogram per hari untuk anak usia 2-6 tahun
dan 120 mikrogram per hari untuk anak sekolah 7-12 tahun, 150 mikrogram per hari untuk
remaja >12 tahun dan orang dewasa. Untuk wanita hamil 175 mikrogram per hari dan ibu
menyusui dianjurkan 200 mikrogram per hari.3,8

Pencegahan GAKY
Mengingat masalah GAKY terutama disebabkan karena kuranganya intake yodium dalam tubuh
maka, upaya pencegahan dapat dilakukan dengan komunikasi informasi dan edukasi (KIE) yaitu
dengan cara melakukan penyuluhan tentang ancaman GAKY bagi kualitas sumber daya manusia
dan juga terkait pentingnya mengkonsumsi garam beryodium pada makanan dimana kebijakan
bersama yang dibuat WHO, UNICEF, dan ICCIDD merekomendasikan bahwa untuk
memberikan lebih kurang 120-140 πg iodium/hari, kadar iodium dalam garam pada saat
diproduksi harus berkisar 20-40 mg iodium per kilogram garam. Selain itu dapat juga dengan
mengkonsumsi makanan maupun minuman dengan kadar yodium yang cukup sesuai dengan
kebutuhan yodium perhari. Makanan dan minuman yang mengandung sumber yodium yang
tinggi seperti; ikan laut, udang, kerang, rumput laut, produk susu, telur, daging, sayuran, dan
buah-buahan. Pada ibu hamil selain mengkonsumsi makanan dengan kadar yodium tinggi juga
dapat diberikan multivitamin yang mengandung 150 mcg yodium atau sesuai dengan anjuran
dokter.3,4

Penanggulangan GAKY

Tujuan utama penanggulangan GAKY adalah untuk menurunkan TGR (Total Goiter Rate) dan
mencegah timbulnya kasus kretin pada daerah endemik sedang berat. Target yang harus dicapai
dalam program penanggulangan GAKY adalah 90% rumah tangga mengkonsumsi garam
beryodium cukup (>30 ppm), median yodium urine secara rata-rata provinsi/kabupaten dan kota
adalah 100-200 ug/1. Iodine Rapid Test adalah pemeriksaan untuk mengetahui kandungan
yodium dalam garam. Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengambil setengah sendok garam,
lalu diteteskan 2-3 tetes cairan yodina diatas garam tersebut kemudian perhatikan perubahan
warna yang terjadi. Jika warna berubah menjadi ungu artinya garam tersebut mengandung
yodium. Strategi utama yaitu untuk meningkatkan konsumsi garam beryodium, mendistribusi
kapsul beryodium pada kelompok sasaran, peningkatan pengadaan garam beryodium, dan
pemantauan status yodium di masyarakat terutama pada daerah-daerah yang rentan. Berikut
dibagi menjadi dua strategi:3,7

Strategi Jangka Pendek


Sedangkan strategi jangka pendek sebagai upaya penanggulangan GAKY yaitu dengan
melakukan kegiatan distribusi kapsul minyak beryodium. Program yang sudah mulai
dilaksanakan sejak tahun 1992 ini dilakukan untuk mempercepat perbaikan status yodium
masyarakat bagi daerah endemik sedang dan berat pada kelompok rawan. Kapsul
minyak beryodium 200mg diberikan pada Wanita Usia Subur (WUS) sebanyak 2 kapsul/tahun,
sedangkan untuk ibu hamil, ibu menyusui dan anak SD kelas 1-6 sebanyak 1 kapsul/tahun.
Strategi Jangka Panjang

a. Iodisasi garam : merupakan kegiatan fortifikasi garam dengan Kalium Iodat (KOI3).


Tujuan kegiatan ini agar semua garam yodium yang dikonsumsi masyarakat
mengandung yodium minimal 30 ppm. Target program ini 90% masyarakat
mengkonsumsi garam beryodium yang cukup (30 ppm).
b. Penggunaan larutan kalium iodida : Cara pendekatan alternatif yang sederhana
serta murah ketika metode utama (pemberian garam dan minyak beriodium) yang
dipakai untuk mencegah dan mengendalikan defisiensi iodium tidak dapat tersedia
dengan segera. Iodida dengan takaran lebih-kurang 30 mg yang diberikan sebulan
sekali atau dengan takaran 8 mg setiap 2 minggu sekali dapat diberikan dengan
mudah sebagai larutan biasa di dalam botol berpipet.
c. Iodinisasi air minum : Pendekatan dengan menggunakan berbagai jenis alat
iodinator ini terbukti memberikan hasil yang memuaskan di sebagian daerah dengan
syarat bahwa kadar iodiumnya tidak boleh terlalu tinggi.

Kesimpulan
Pasien dan siswa SD dengan pembesaran bagian leher dan badan tampak kecil serta pendek
mengalami Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) yang merupakan suatu masalah
kesehatan akibat tubuh yang kekurangan yodium dalam jangka waktu yang lama. Kelompok
masyarakat yang sangat rentan terhadap dampak defisiensi yodium adalah Wanita Usia Subur
(WUS), ibu hamil, bayi dan balita, serta anak usia sekolah. Pentingnya mengkonsumsi sumber
makanan yang mengandung yodium seperti telur, daging, ikan laut, udang, hati dll dengan
anjuran asupan yang sesuai untuk mencegah terjadinya GAKY dan risiko yang dapat terjadi.

Daftar Pustaka
1. Gleadle J. At a glance : anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakatrta: Erlangga; 2007.h. 99.
2. Isselbacher KJ, Braunwald E, Wilson JD, Martin JB, Fauci AS, Kasper DL. Harrison
prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam. Edisi ke-13. Jakarta: EGC; 2017.h.2591-2.
3. Gibney MJ, Margetts BM, Kearney JM, Arab L. Gizi kesehatan masyarakat. Dalam:
Widyastuti P, Hardiyanti EA, editor. Jakarta: EGC; 2009. h.263-75.
4. Notoatmodjo S. Kesehatan masyarakat ilmu dan seni. Jakarta: Rineka Cipta; 2011.h.9-12
5. Kee JL. Pedoman pemeriksaan laboratorium dan diagnostic. Jakarta : EGC; 2007 h.30-2
6. Almatsier S. Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama; 2009.h.40-3
7. Setijowati N. Hubungan Kadar Seng Serum dengan Tinggi Badan Anak Sekolah Dasar
Penderita GAKY. Jurnal Kedokteran Brawijaya. 2013;21(1):22-8.
8. Izati IM, Mahmudiono T. Pola Konsumsi Makanan Sumber Yodium dan Goitrogenik
dengan GAKY pada Anak Usia Sekolah di Ponorogo. Amerta Nutrition. 2017;1(2):88-
97.

Anda mungkin juga menyukai