Anda di halaman 1dari 3

Pertanyaan TBR

1. Disana dijelaskan mengenai cairan panas intravena pada slide penghangatan ulang aktif
internal, bagaimana mekanisme kerjanya untuk mengatasi hipotermia?
Pemberian cairan infus, cairan irigasi atau transfusi darah yang dihangatkan, penghangatan
cairan infus dan darah dapat berkisar diatas 32ºC untuk menghindari hipotermi namun hati-
hati pada penghangatan darah transfusi karena akan dapat merusak sel-sel darah yang ada.
Cairan irigasi sebaiknya dihangatkan pada suhu 37ºC. Cairan intravena hangat dengan suhu
37⁰C secara konduksi masuk ke pembuluh darah sehingga akan mempunyai kecepatan yang
lebih efektif dari penghangatan melalui ekstrinsik. Adanya perubahan suhu dalam pembuluh
darah langsung dideteksi oleh termoreseptor pada hipothalamus. Hipothalamus secara
langsung memantau tingkat panas didalam darah yang mengalir melalui otak. Kemudian
melalui traktus desendens merangsang pusat vasomotor sehingga terjadi vasodilatasi
pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah meningkat. Tingginya kecepatan aliran
darah ke kulit menyebabkan panas dikonduksi dari bagian dalam tubuh ke kulit dengan
efisiensi tinggi. Suhu tubuh berpindah dari darah melalui pembuluh darah ke permukaan
tubuh, sehingga permukaan tubuh pun menjadi hangat.

2. Apa kemungkinan yang akan terjadi jika hipotermi terjadi dalam waktu yang lama, atau
hipotermi tidak segera di atasi?
hipotermi yang terjadi dalam waktu yang lama > 6 jam dapat menyebabkan gangguan
hampir pada semua sistem pada tubuh manusia seperti sistem pernafasan, kardiovaskuler,
saraf, urogenital, pencernaan dan sistem pembekuan darah. Pada sistem pernafasan akan
didapatkan kurva disosiasi oksihemoglobin akan bergeser ke kiri sehingga terjadi
peningkatan afinitas hemoglobin terhadap oksigen, yang akan mengakibatkan peningkatan
pengambilan oksigen dalam paru-paru dan pelepasan oksigen ke jaringan akan terganggu
yang dapat menyebabkan hipoksia. Gangguan pada sistem kardiovaskuler pada awalnya
terjadi peningkatan heart rate, dan pada stadium lanjut maka heart rate akan menurun,
stroke volume juga akan menurun sehingga menyebabkan cardiac arrest, viskositas darah
akan meningkat serta terjadi gangguan jantung lainnya. Hipotermi juga akan mengakibatkan
gangguan sistem pembekuan darah, dimana waktu pembekuan akan memanjang yang
diikuti oleh fibrinolisis serta trombositopeni. Pada sistem peredaran darah otak, CBF
(Cerebral Blood Flow) akan menurun sampai melebihi setengah dari normal. Gangguan
sistem urogenital akan menunjukkan adanya penurunan fungsi ginjal yang disebabkan oleh
penurunan aliran darah ke ginjal serta filtrasi glomerulus dan adanya tahanan vaskuler yang
meningkat.

3. Pada slide tatalaksana pada heat exhaustion dan heat stroke disebutkan mengenai
kardiovaskular by pass, bagaimana mekanisme kerja dari kardiovaskular by pass tersebut?
Bypass kardiopulmoner adalah pengalihan aliran darah ke aorta, melalui pompa &
oksigenator; menghindari jantung & paru-paru
TUJUAN CPB • Oksigenasi dan eliminasi karbondioksida • Sirkulasi darah • Pendinginan dan
pemanasan ulang sistemik • Pengalihan darah dari jantung untuk menyediakan bidang
bedah tanpa darah.
Teknik Hipotermia Saat ini, ada dua teknik pembedahan yang digunakan dalam bedah
jantung bawaan, yaitu,  Deep hypothermic circulatory arrest (DHCA) dan Hypothermic low-
flow bypass (HLFB). DHCA , Teknik beda : Memulai fase pendinginan sebelum CPB dengan
pendinginan sederhana di lingkungan ruang operasi . Setelah heparinisasi dan kanulasi
sistemik, mulai CPB. Dapat memantau suhu tubuh melalui jalur esofagus, timpani, dan
rektal.
Sedangkan Hypothermic Low-Flow Cardiopulmonary Bypass (HLFB). Saat ini terdapat suatu
temuan bahwa DHCA dikaitkan dengan morbiditas neurologis. Sehingga saat ini digunakan
Teknik HLFB ini, dimana teknik ini memungkinkan perfusi aliran rendah secara terus
menerus ke organ-organ selama operasi, yang dapat menyebabkan peningkatan suplai
oksigen , suplai nutrisi yang lebih baik, dan pencapaian yang lebih baik dari hipotermia.
Tingkat disfungsi saraf yang lebih rendah pada kelompok pasien yang menjalani HLFB.

4. Apa saja yang dapat kita lakukan untuk pasien heat stroke dengan komplikasi acute kidney
injury dan rhabdomyolisi seperti yang disebutkan pada slide komplikasi bahwa AKI dan
rhabdomyolisis sering terjadi pada pasien heat stroke?
Terjadinya rhabdomyolisis yang disebabkan oleh kerusakan jaringan sering terjadi dan
menyebabkan myoglubinuria dan meningkatkan resiko gagal ginjal. Biasanya terapi dengan
manitol, natrium bikarbonat dan pemberian cairan yang cukup untuk menjaga pH diatas 7,0
dan menjaga urine output adekuat. Manitol menyebabkan urine menjadi alkali, dimana akan
menurunkan efek toksik dari myoglobin pada tubulus ginjal. Ini harus digunakan untuk
menjaga urine output 50-100 cc perjam untuk menjaga fungsi ginjal. Mannitol juga berperan
sebagai agen antioksidan dan juga bisa menurunkan tekanan intracranial setelah kondisi
iskemik yang menyebabkan terjadi edema serebri.

Kelebihan :
Penghangatan ulang ekstrakorporeal mencapai waktu penghangatan lebih cepat daripada
metode eksternal.
Kekurangan :
Bypass kardiopulmonal sangat invasif, memakan waktu dan membutuhkan antiko-agulasi
sistemik, yang biasanya dikontraindikasikan pada pasien cedera.

 CVVR atau Penghangatan kembali arteriovenosa secara terus-menerus dibatasi oleh risiko
yang melekat pada kanulasi arteri, serta ketergantungannya pada gradien tekanan darah
arteriovenosa pasien sendiri, yang dapat dilakukan pada korban trauma yang tidak stabil.
Namun Tidak seperti cardiopulmonarybypass, CVVR tidak membutuhkan antikoagulasi
sistemik; dan tidak seperti arteriovenous bypass (CAVR), CVVHD tidak memerlukan
kateterisasi arteri dan tidak bergantung pada gradien tekanan yang mungkin tidak dapat
diandalkan pada pasien trauma yang tidak stabil.

 Selain itu, dial-ysis memungkinkan koreksi cepat dari asam-basa campuran kompleks dan
kelainan metabolik lainnya yang sering terlihat dalam pengaturan trauma.
 Singkatnya, CVVHD digunakan secara efektif untuk menghangatkan pasien dengan
hipotermia berat, cedera multipel yang memiliki kontraindikasi untuk menghangatkan
kembali. metode ing. Pasien khusus ini menunjukkan kelainan pernapasan dan metabolik
yang kompleks dan tidak diragukan lagi mendapat manfaat dari intervensi simultan
lainnya; dengan demikian, kontribusi penghangatan ulang yang cepat saja untuk
peningkatan pasien tidak dapat ditentukan. Penelitian lebih lanjut akan diperlukan untuk
membandingkan secara langsung kemanjuran dan penerapan CVVHD dengan metode
penghangatan kembali lainnya pada pasien trauma hipoterm
5. Mengapa obat sedative dapat memicu terjadinya hipotermia?
Dimana kita ketahui , bahwa obat sedative banyak digunakan didunia anestesi. Dimana
penggunaan obat sedative pada Anestesi umum (General Anastesu) dapat mengakibatkan
gangguan pada termoregulasi tubuh, dimana anestesi umum mengakibatkan meningkatnya
nilai ambang respon terhadap panas dan penurunan nilai ambang respon terhadap dingin.
Dalam keadaan normal, tubuh manusia mampu mengatur suhu di lingkungan yang panas
dan dingin melalui refleks pelindung suhu yang diatur oleh hipotalamus. Selama anastesi
umum, reflek tersebut berhenti fungsinya sehingga pasien akan rentan sekali mengalami
hipotermia

Continuous Venovenous Rewarming (CVVR)

 2-3  C / jam

2. Continuous Arteriovenous Rewarming (CAVR)

 3-4  C / jam.

 Membutuhkan MAP yang memadai.

 Dapat dilakukan di ED dengan peralatan yang tepat.

3. Hemodialisis

 3-4  C / jam

 Membutuhkan MAP yang memadai.

 Mungkin untuk mengoreksi elektrolit dan kelainan toksik.

 Membutuhkan staf dialisis.

4. Bypass Kardiopulmoner

 Penghangatan kembali paling cepat (8-10  C / jam).

 Memberikan dukungan kardiopulmoner penuh untuk hemodinamik yang tidak stabil

pasien.

Anda mungkin juga menyukai