Anda di halaman 1dari 16

CHOLELITHIASIS DAN

CHOLSISTITIS

Dosen Pembimbing :Ns. Idramsyah.S.Kep, M.Kep Sp.KMB


DIsusun Oleh :

K e l o m p o k III

Reiryn Rahmilia (P05120320033)


Annisa Rahma J (P05120320005)
Roro Anggie D (P05120320037)
Farah Diba Nur A (P05120320015)
Shalli Shavira R (P05120320039)
Fitri Yuliani (P05120320017)
Shalsabilla Rahmadini (P05120320040)
Istianingsih (P05120320021)
Hidayatul Nur W (P05120320019)
Nadia Indah P (P05120320027)
Ulin Fahmil Aini (P05120320043)
Nia Susanti (P05120320029)
Adynda Putri Wijaya
CHOLELITHIASIS ( BATU EMPEDU)
Batu empedu (gallstones atau cholelithiasis) adalah
Choleliatis (Batu Empedu) endapan cairan pencernaan yang mengeras dan
terbentuk di kandung empedu (gallbladder).

Kantung empedu adalah organ berukuran kecil yang terletak di bawah


organ hati. Fungsinya adalah memproduksi dan menyimpan cairan
empedu yang berperan penting dalam proses pencernaan. Cairan Pengertian Kantung
empedu terdiri dari air, kolesterol (>90%), garam empedu (5-10%),
protein, dan bilirubin. Adapun kegunaan dari cairan empedu, yakni
Empedu
membantu penguraian lemak, membantu kerja enzim pencernaan, dan
membantu fungsi hati dalam pengeluaran zat sisa metabolisme dari
dalam tubuh.
Gejala utama batu empedu adalah nyeri secara mendadak
di bagian kanan atas atau tengah perut. Sakit Perut
Gejala Koleliatis juga dapat disertai dengan gejala lain, seperti mual,
muntah, hilang nafsu makan, urine berwarna gelap, Sakit
magh , dan diare. Namun, batu empedu biasanya tidak
menimbulkan gejala pada >80% penderita.

Batu empedu diduga muncul akibat enndapan kolestrol dan bilirubin


yang menumpuk di dalam kantung empedu. Penumpukan terjadi
ketika cairan empedu tidak mampu melarutkan kolesterol dan
bilirubin berlebih yang dihasilkan hati. Beberapa faktor juga dapat Penyebab Koleliatis
memengaruhi seseorang terkena batu empedu, seperti faktor usia,
jenis kelamin, keturunan, pola makan tidak sehat, diet yang terlalu
ketat, dan kondisi medis tertentu.
Faktor Resiko

• Jenis kelamin : Perempuan memilikki 2 – 3 kali mengalami batu empedu dibandingkan pria
• Usia : Setelah usia 40 tahun risiko mengalami Kolelitiasis meningkat 4 – 10 kali. Usia berkaitan erat dengan sekresi dan kejenuhan kolesterol.
• Berat badan dan penyakit lain : Kondisi obesitas dengan BMI > 30 Kg/m² dan penderita diabetes memiliki risiko yang besar terbentuknya
Kolelitiasis..

• Kehamilan : meningkatnya kadar estrogen akan meningkatkan kadar kejenuhan kolesterol dalam empedu.
• Obat-obatan : Penggunaan obat yang mengandung estrogen pada terapi sulih hormon (hormone replacement therapy)
meningkatkan risiko terbentuknya Kolelitiasis
• Penurunan berat bedan secara cepat : diet yang terlalu ketat menyebabkan pengosongan kandung empedu yang tidak
sempurna dan pengeluaran kolesterol dalam empedu meningkat serta memicu terbentuknya Kolelitiasis.
• Konsumsi makanan tinggi lemak dan rendah serat yang berlebihan menyebabkan timbulnya deposit Kolelitiasis.
• Memilikki riwayat Kolelitiasis dalam keluarga.
Diagnosis
Proses diagnosis batu empedu diawali dengan
pemeriksaan gejala dan fisik. Selanjutnya, dokter akan
melakukan tes pemindaian untuk menentukan tingkat
keparahan batu empedu yang dialami pasien. Jenis tes
pemindaian yang dilakukan meliputi:

• CT scan
• MRI
• Endoscopic retrograde cholangio
pancreatography (ERCP)
• USG Perut
• Tes darah juga dilakukan untuk
mendeteksi penyakit yang
disebabkan oleh batu empedu.
Pengobatan Metode pengobatan
batu empedu meliputi

Jika batu empedu berukuran kecil dan tidak menimbulkan


gejala, maka penanganan secara medis tidak diperlukan. Operasi pengangkatan kantung empedu (kolesistektomi)
Namun apabila penderita merasakan gejala sakit perut yang konsumsi obat. Meski demikian, penggunaan obat jarang
muncul secara tiba-tiba, maka tindakan pengobatan perlu dilakukan karena kurang efektif dalam mengobati batu
segera dilakukan. empedu.

Komplikasi

Kolelitiasis jarang menimbulkan komplikasi,


namun komplikasi dapat terjadi jika tindakan
pengobatan tidak tepat. Komplikasi itu meliputi:
• Kolesistitis akut
• Cholangitis
• Pankreatitis akut
• Pseudokista pankreas atau sepsis
Apa kamu tahu
bagaimana
pencegahan
Kollealititis?

• Kolelitiasis dapat dicegah dengan


menjalani pola makanan sehat dan
seimbang
• Konsumsilah makanan tinggi serat dan
hindari makanan bersantan, berminyak,
berbumbu kacang, atau mengandung
mentega.
• Berolahraga secara teratur, perbanyak
konsumsi cairan, dan hindari diet yang
terlalu ketat.
• Selain itu, upaya pencegahan batu empedu
juga dapat dilakukan dengan membatasi
konsumsi alkohol.
KASUS CHOLELITHIASIS ( BATU
EMPEDU)
CONTOH KASUS

Seorang pasien bernama Tn. Pikachu berusia 30 tahun adalah seorang pegawai swasta. Tn.
Pikachu memiliki berat badan 58kg dan tinggi badan 170cm. Sudah beberapa hari ini Tn. Pikachu
mengeluh badan terasa lemas,sakit perut bagian kanan kedua mata kelihatan kuning, mual pada
pagi dan malam haI. Pasien mempunyai kebiasaan minum obat-obatan algesik tanpa resep
dokter.Pasien masuk rumahsakit dengan panas tinggi 39oC.Setelah dilakukan pemeriksanan
didapatkan hasil sebagai berikut:
USG : gambaran positif kolelitiasis
SGOT : 50 U/l
SGPT : 45 U/l
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Kolesterol total : 200 mg/dl
Bilirubin : 1 mg/dl
Hasil diagnosa dokter adalah Kolelitiasis.Saat ini pasien sedang menjalani rawat inap di ruang
internal laki-laki. Dari hasil recal diketahui rata-rata asupan Tn.Pikachu sebagaiberikut:
Energi : 2000 kkal
Protein : 62 gram
Lemak : 87 gram
Karbohidrat : 258 gram
KONSEP ASKEP

Identitas pasien
Meliputi: nama, umur, jenis kelamin, alamat, tempat tinggal, tempat tanggal lahir, pekerjaan dan pendidikan. Kolelitiasis
biasanya ditemukan pada tahun 20-50dan lebih sering terjadi anak perempuan pada dibanding anak laki – laki. (Cahyono,
2014)

Keluhan utama
Merupakan keluhan yang paling utama yang dirasakan oleh klien saat pengkajian. Biasanya keluhan
utama yang klien rasakan adalah nyeri abdomen pada kuadran kanan atas, dan mual muntah.

Riwayat Kesehatan Sekarang


Merupakan pengembangan diri dari keluhan utama melalui metode PQRST, paliatif atau provokatif (P)
yaitu focus utama keluhan klien, quality atau kualitas (Q) yaitu bagaimana nyeri dirasakan oleh klien,
regional (R) yaitu nyeri menjalar kemana, Safety (S) yaitu posisi yang bagaimana yang dapat mengurangi
nyeri atau klien merasa nyaman dan Time (T) yaitu sejak kapan klien merasakan nyeri tersebut.

Riwayat Kesehatan Terdahulu


Kaji apakah klien pernah menderita penyakit sama atau pernah memiliki
riwayat penyakit sebelumnya.
Lanjutan

Riwayat esehatan Keluarga (Genogram)


Mengkaji ada atau tidaknya keluarga klien pernah menderita penyakit kolelitiasis. Penyakit kolelitiasis
tidak menurun, karena penyakit ini menyerang sekelompok manusia yang memiliki pola makan dan gaya
hidup yang tidak sehat. Tapi orang dengan riwayat keluarga kolelitiasis mempunyai resiko lebih besar
dibanding dengan tanpa riwayat keluarga.

Pengkajian Fisik
Keadaan Umum
a) Penampilan Umum : Mengkaji tentang berat badan dan tinggi badan klien.
b) Kesadaran : Kesadaran mencakup tentang kualitas dan kuantitas keadaan klien.
c) Tanda-tanda Vital : Mengkaji mengenai tekanan darah, suhu, nadi dan respirasi.
Sistem endokrin
Mengkaji tentang keadaan abdomen dan kantung empedu. Biasanya Pada penyakit ini kantung empedu dapat
terlihat dan teraba oleh tangan karena terjadi pembengkakan pada kandung empedu.
Pola aktivtas
1) Nutrisi : Dikaji tentang porsi makan, nafsu makan
2) Aktivitas : Dikaji tentang aktivitas sehari-hari, kesulitan melakukan aktivitas dan anjuran bedrest
3) Aspek psikologis : Kaji tentang emosi, pengetahuan terhadap penyakit, dan suasana hati.
Aspek penunjang
a) Hasil pemeriksaan Laboratorium (bilirubin, amylase serum meningkat)
b) Obat-obatan satu terapi sesuai dengan anjuran dokter.
Diagnosis

Diagnosa Keperawatan yang biasa muncul pada klien Cholelithiasis dan mengalami
pembedahan adalah :
Masalah keperawatan pada Pre operatif :

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (Inflamasi)


b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri
c. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
d. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan
e. Resiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan asites
f. Resiko syok (Hipovolemik) berhubungan dengan kekurangan volume cairan
Masalah keperawatan pada Post operatif :
g. Resiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif
h. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri
i. Resiko infeksi dibuktikan dengan efek prosedur infansif
Rencana Keperawatan

Diagnosa keperawatan pertama adalah Nyeri akut berhubungan


dengan proses inflamasi. Intervensi lakukan pengkajian secara
komperhensif, observasi dan catat lokasi, beratnya (skala 1-10) dan
karakteristik nyeri (menetap, hilang timbul),Observasi tanda - tanda
vital tiap 8 jam, ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang, beri
posisi yang nyaman, anjurkan pasien untuk melakukan teknik relaksasi
dan kolaborasi dengan dokter pemberrian terapi secara farmakologis.

Diagnosa kedua adalah Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan


diharapkan pasien Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya,
Identifikasi toleransi fisik melakukan ambulasi dan Monitor frekuensi
jantung dan tekanan darah sebelum memulai ambulasi diharapkan
pasien mampu Pergerakan extremitas meningkat, Kekuatan otot
meningkat , Rentang gerak meningkat

Diagnosa ketiga Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit ,


perawat melakukan Monitor suhu tubuh , kadar elektrolit dan haluan
urine diharapkan pasien Mengigil menurun, Kulit merah menurun ,
Akrasianosis menurun , Pucat menurun
APA ADA YANG
INGIN
BERTANYA?

Anda mungkin juga menyukai