Anda di halaman 1dari 38

TERAPI DIET PADA PENYAKIT

KANTUNG EMPEDU DAN


PANKREAS

YUNIARTI, S.Gz.,MPH
Materi semester IV Prodi DIII Gizi Semarang
Anatomi Fisiologi Kantung Empedu

A, hati
B, kandung empedu
C, esofagus yang mengarah ke
lambung
D, lambung (garis titik-titik)
E, saluran empedu
F, duodenum;
G, pankreas dan saluran
pankreatik;
H, limfa
I, ginjal
• Kandung empedu terletak di sisi bawah hati dan
sebelah kanan abdomen.
• Saluran empedu menyimpan empedu hasil sekresi
hati sebelum masuk ke duodenum. Empedu
meninggalkan hati via kelenjar hepatik, yang
bergabung dengan kelenjar cystic kantung empedu
untuk membentuk kelenjar empedu.
• Kelenjar empedu bergabung dengan kelenjar
pankreas membentuk ampulla Vater, yang masuk ke
dalam duodenum.
• Empedu disekresi ke dalam usus halus karena
merespon adanya makanan (khususnya lemak)
.
• Hati, pankreas, dan kandung empedu merupakan
bagian dari saluran pencernaan yang penting pada
proses digesti, absorbsi dan metabolisme zat gizi.
• Penyakit hati, pankreas dan kandung empedu
saling berkaitan, satu organ tersebut mengalami
gangguan, berdampak pada organ lainnya.
• Beberapa penyakit akibat gangguan empedu atau
kandung empedu, yaitu kolelitiasis (batu empedu),
koledokolitiasis (obstruksi saluran empedu),
kolesistitis (radang kandung empedu), dan
kolangitis (radang saluran empedu).
.
Ada 3 jenis bahan batu
1. kolesterol (lebih dari 70%)
2. Pigmen,
3. campuran batu (biasanya garam kalsium)
.
Gejala
• Sekitar 80% pasien dengan batu empedu
tanpa gejala
• Gejala batu empedu yang dapat dipercaya
adalah kolik bilier, yang didefiniskan sebagai
nyeri perut bagian atas yang berlangsung lebih
dari 30 menit dan kurang dari 12 jam.
Biasanya lokasi nyeri di perut bagian atas atau
epigastrum, namun bisa juga di bagian kiri dan
prekordial (Lesmana, 2014)
FAKTOR RESIKO
• Faktor risiko dari batu empedu adalah
obesitas, inflammatory bowel disease,
cystic fibrosis, penggunaan nutrisi
parenteral yang lama, short bowel
syndrome, multiple pregnancy estrogen
dan genetik.
Faktor yang berperan dalam penting
pembentukan batu empedu adalah:
a. Terlalu banyak absorpsi air dan asam empedu
di kandung empedu.
b. Terlalu banyak absorpsi kolesterol di empedu
gangguan motilitas kamdung empedu dan
usus, seperti Inflammasi epithelium – karena
infeksi kronis yang dapat merubah fungsi
mukosa menjadi abnormal.
Manifestasi klinis dari batu empedu
a. Nyeri, umumnya sebagian besar nyeri dan
gejala khas berlangsung beberapa menit
sampai jam, terjadi setelah konsumsi makanan
berat dan mengandung tinggi lemak.
b. Nyeri menjalar ke bahu kanan saat mengangkat
lengan.
c. Demam, mual dan muntah.
d. Jaundice (obstruksi pada kelenjar empedu).
e. Pankreatitis akut (batu empedu masuk ke
saluran menuju pankreas dan menyumbatnya).
Penatalaksanaan klinis batu
empedu dengan
a. Kolesistektomi atau mengangkat batu
empedu
b. Obat-obatan, seperti ursodeoxycholic
acid/ursodeoxycholic acid) yang
melarutkan batu, antibiotik untuk
mengatasi infeksi, analgesik sebagai anti
nyeri dan antiemetik untuk mengurangi
gejala mual dan muntah.
Tindakan medik
biasanya dilakukan
berupa operasi
pengeluaran batu atau
kandung empedu
Kolesistitis( inflammasi kandung
empedu)
• Penyebab inflamasi kandung empedu adalah
adanya obstruksi, infeksi dan iskemia pada
kandung empedu yang dapat terjadi secara akut
atau kronis.
• Kondisi ini mengakibatkan infeksi dan nekrosis
(kerusakan jaringan).
• Manifestasi klinis inflammasi kandung empedu
dapat menyebabkan infeksi hati dan sepsis.
Kondisi ini dapat memberikan komplikasi
“lifethreatening” khususnya pada lansia.
.
• Penatalaksanaan klinis Kolesistitis adalah
initial therapy : antibiotik, resusitasi cairan dan
koreksi pembekuan darah.
Dampak gangguan pada kandung empedu
terhadap gizi :
a. Penyebab endapan batu : kolesterol, terjadi karena
asupan lemak yang tinggi.
b. Serangan akut pasien dengan kolangitis, nil per oral
selama 12 jam menjelang pembedahan.
c. Maldigesti dan malabsorbsi lemak, menunjukkan adanya
gangguan utilisasi zat gizi.
d. Kembung, dapat menyebabkan asupan makan rendah.
e. Diare setelah pembedahan, juga dapat menyebabkan
asupan makan yang rendah.
f. Perubahan status gizi, dapat menyebabkan pasien jatuh ke
dalam kondisi malnutrisi.
Indikator Masalah Gizi pada Penyakit Kandung Empedu
Indikator Nilai Implikasi
Asupan serat Rendah dari kebutuhan Batu empedu
Asupan lemak Tinggi dari kebutuhan Batu empedu, chronic
Terutama jenis lemak jenuh cholecystitis

Vitamin C pada Tinggi dibanding kebutuhan Pembentukan batu empedu


vegetarian (katabolisme kolesterol menjadi
asam empedu)

Riwayat (naik/turun) yang berulang pada kolelitiasis treatment


perubahan BB dengan riwayat puasa dan perlu
rendah kalori dibantu dengan peningkatan
aktifitas

Keluhan abdomen Kembung, flatus Gangguan kandung empedu


Gastrointestinal Mual, muntah Asupan oral rendah
Kemungkinan masalah gizi pada
gangguan kandung empedu adalah:
a. Asupan lemak berlebih.
b. Asupan serat rendah.
c. Asupan makanan dan minuman inadekuat.
d. Perubahan fungsi gastrointestinal.
e. Gangguan utilisasi zat gizi.
f. Interaksi obat-makanan.
g. Peningkatan kebutuhan zat gizi.
Asuhan Gizi
• Asuhan gizi yang dilakukan meliputi empat
langkah proses asuhan gizi terstandar, yaitu
asesmen gizi, diagnosa gizi , intervensi gizi dan
monitoring dan evaluasi gizi.
• Lihat buku terminologi bagian pengkajian gizi,
domain riwayat personal sub klas riwayat
personal
Intervensi Gizi
Intervensi gizi:
a. Energi diberikan sesuai kebutuhan. Jika pasien kegemukan,
hindari penurunan berat badan yang terlalu cepat.
b. Protein diberikan dalam jumlah sedang sampai tinggi, yaitu 1 sd
1.25 gram/kg berat badan.
c. Lemak diberikan sesuai kondisi pasien
1) Keadaan akut diberikan bebas lemak.
2) Keadaan kronis diberikan 20-25% total energi.
3) Keadaan steatorea (leak feses >25 gram/24 jam) diberikan
jenis MCT.
d. Suplemen vitamin A, D, E dan K jika dibutuhkan.
e. Serat diberikan tinggi dalam bentuk pektin untuk mengikat
kelebihn asam empedu.
f. Hindari bahan makanan yang menyebabkan kembung dan tidak
nyaman.
• Khusus pasca bedah kandung empedu
diberikan diet regular sesuai toleransi.
Kondisi akut kolesistitis, makanan
diberikan melalui parenteral atau
intravena. Namun dianjurkan tidak dalam
jangka waktu yang lama. Jika sudah
berkurang atau teratasi, maka diberikan
diet rendah lemak.
.
.
Monitoring dan Evaluasi Gizi
Pada langkah monitoring dan evaluasi perlu
dilihat :
a. Daya terima makanan.
b. Bila pasien NPO (nil per oral) dan atau ada
infeksi.
c. Status gizi pasien, dilihat dari perubahan berat
badan dan nilai laboratoirum terkait.
Kasus Kantung Empedu 1.
Seorang wanita usia 47 th TB: 160 cm, BB: 55 kg,
LILA : 29,9 cm masuk rumah sakit dengan keluhan
nyeri perut ,kesadaran compos mentis, TD: 140/100,
BB turun dalam 1 bulan 5 kg, Hemoglobin 11,9,
riwayat makan SMRS riwayat makan utama 3x/hari
bentuk makanan biasa dengan nasi ½ -1 porsi, tempe
1 p tahu 1p, ikan 1p, ubi 1p, minyak 2p, buah 1p suka
konsumsi jamu temulawak 1 gelas 3-2 hr sekali, hasil
recall 24 jam E: 37%, P:42,7%, L: 48,6%, KH: 33,5%.
Pasien mempunyai riwayat DM, hipertensi,ginjal
• Diagnosis Medis: Kolilitiasis, DM tipe II
1. Susun kasus ini dalam format ADIME
2. Susunlah perencanaan menu sehari
Kasus Kantung Empedu 2.
Seorang ibu rumah tangga usia 35 tahun
didiagnosa kolelitiasis karena keluhan sering
merasa mual yang hilang timbul dan sakit nyeri
perut bagian kanan atas yang menjalar sampai
ke bahu kanan atas. Pasien merasakan keluhan
tersebut sudah lebih dari 1 bulan yang lalu.
Namun baru membutuhkan bantuan ke dokter
karena nyeri dirasakan makin lama makin hebat
selama lebih dari 15 menit. Kondisi pasien saat
ini juga dalam keadaan kuning di seluruh tubuh.
• Asupan pasien saat ini mulai berkurang dari
biasanya. Pola makan 3 kali sehari, tetapi tidak
bisa makan banyak. Setiap kali makan, pasien
hanya mampu makan 10 sdm nasi, ½ potong
hewani (kebanyakkan memilih ayam goreng) dan
nabati (terbanyak pilihannya adalah tempe
goreng). Pasien tidak suka sayur dan buah.
Kebiasaan makan dahulu sebelum sakit, pasien
sering mengkonsumsi goreng-gorengan (bala-bala
dan gehu) setiap harinya sebanyak @ 3 buah
sedang, keripik dan kacang goreng 3 kali seminggu
kurang lebih 1 genggam tangan dewasa.
Pasien menyatakan tidak mengetahui apa
penyebab kejadian penyakitnya saat ini dengan
kebiasaan makannya. Hasil pemeriksaan
laboratorium menunjukkan urin pasien
berwarna coklat, kadar kolesterol tinggi, ada
lemak di fesesnya. Berat badan pasien
mengalami perubahan dari 63kg menjadi 60 kg
dalam 1 minggu, sementara tinggi badan pasien
168 cm.
1. Susun kasus ini dalam format ADIME
2. Susunlah perencanaan menu sehari

Anda mungkin juga menyukai