Anda di halaman 1dari 22

Tugas 8 Ilmu Tilik dan Tingkahlaku Ternak

PENDUGAAN KAPASITAS PRODUKSI TERNAK

Oleh :
NAMA : YUYUN MARFINA
STAMBUK : L1A120236
KELAS :E

JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “PENDUGAAN KAPASITAS
PRODUKSI TERNAK” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Ilmu Tilik dan TingkahlakKATernakS Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang PENDUGAAN KAPASITAS PRODUKSI TERNAK
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi ebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Kendari, 8 Oktober 2021

Yuyun Marfina
DAFTAR ISI

Cover
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang.......................................................................................................................
1.2.Rumusan Masalah..................................................................................................................
1.3.Tujuan.....................................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1.Produksi Ternak Sapi Potong.................................................................................................
2.2.Produksi Ternak Sapi Perah...................................................................................................
2.3.Produksi Ternak Kambing Daging.........................................................................................
2.4.Produksi Ternak Ayam Ras Petelur.......................................................................................
2.5.Produksi Ternak Ayam Ras Pedaging ...................................................................................
2.6.Produksi Ternak Itik Petelur..................................................................................................
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan...........................................................................................................................
3.2.Saran.................................................................................................................................
Daftar Pustaka
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ternak, hewan ternak atau rajakaya dalam bahasa Jawa adalah hewan yang dengan
sengaja dipelihara sebagai sumber pangan, sumber bahan baku industri, atau sebagai pembantu
pekerjaan manusia. Usaha pemeliharaan ternak disebut sebagai peternakan (atau perikanan,
untuk kelompok hewan tertentu) dan merupakan bagian dari kegiatan pertanian secara umum.
Ternak dapat berupa binatang apa pun (termasuk serangga dan vertebrata tingkat rendah
seperti ikan dan katak). Namun, dalam percakapan sehari-hari orang biasanya merujuk kepada
unggas dan mamalia domestik, seperti ayam, angsa, kalkun, atau itik untuk unggas, serta babi,
sapi, kambing, domba, kuda, atau keledai untuk mamalia. Sebagai tambahan, di beberapa
daerah di dunia juga dikenal hewan ternak yang khas seperti unta, llama, bison, burung unta,
dan tikus belanda mungkin sengaja dipelihara sebagai ternak. Jenis ternak bervariasi di seluruh
dunia dan tergantung pada sejumlah faktor seperti iklim, permintaan konsumen, daerah asal,
budaya lokal, dan topografi.
Kelompok hewan selain unggas dan mamalia yang dipelihara manusia juga disebut
(hewan) ternak, khususnya apabila dipelihara di tempat khusus dan tidak dibiarkan berkelana
di alam terbuka. Penyebutan “ternak” biasanya dianggap “tepat” apabila hewan yang dipelihara
sedikit banyak telah mengalami domestikasi, tidak sekadar diambil dari alam liar kemudian
dipelihara. Ke dalam kelompok ini termasuk ngengat sutera, berbagai jenis ikan air tawar
(seperti ikan mas, gurami, mujair, nila, atau lele), beberapa jenis katak (terutama bullfrog),
buaya, dan beberapa jenis ular. Usaha pemeliharaan ikan umumnya disebut sebagai perikanan
atau, lebih spesifik, budidaya ikan.
Praktik pemeliharaan hewan ternak amat bervariasi di berbagai tempat di dunia, dan
bervariasi pula antara jenis hewan. Hewan ternak umumnya dipelihara di dalam kandang dan
diberi makan atau diberikan akses menuju makanan (digembalakan). Beberapa tidak
mengkandangkan hewannya atau membiarkan hewan memilih kapan akan masuk kandang
(jelajah bebas). Pemeiharaan hewan ternak dalam sejarah merupakah bagian dari kehidupan
kaum nomaden yang berpindah-pindah mengikuti musim. Beberapa kaum di Asia Tengah dan
Afrika Utara masih hidup sebagai kaum nomaden bersama hewan ternaknya.
Kandang hewan memiliki bentuk dan jenis yang bervariasi, mulai dari pagar tertutup
tanpa atap, hingga bangunan bertingkat dengan atap dan memiliki mekanisme pengaturan
temperatur dan kelembaban (lihat lingkungan dan bangunan pertanian). Kandang umumnya
hanya digunakan sebagai tempat hewan ternak untuk tidur dan diberi makan; jenis kandang
lain diperuntukan khusus untuk perkawinan hewan dan pemeliharaan anakan hewan.
Hewan yang dipelihara di dalam kandang umumnya bersifat intensif jika pemeliharaan
di luar ruangan tidak dianggap menguntungkan karena membutuhkan lahan yang luas. Namun
pemeliharaan di dalam kandang bersifa kontroversial karena menghasilkan berbagai masalah
seperti bau, penanganan limbah, persebaran penyakit hewan, dan kesejahteraan hewan (lihat
peternakan pabrik).
Hewan ternak dapat dipantau dengan berbagai cara seperti penggunaan label (dicat di
atas kulit hewan atau digantung di telinga) atau dengan cara yang modern seperti penggunaan
RFID yang ditanam di bawah kulit. Implan microchip juga dapat ditanam di dalam tubuh
hewan ternak untuk memantau kondisi hewan seperti perubahan komposisi darah, denyut
jantung, temperatur tubuh, dan sebagainya sehingga dapat menjadi pengingat jika hewan ternak
menunjukan gejala sakit.
Penggunaan hormon pertumbuhan untuk meningkatkan laju pertumbuhan hewan ternak
juga dilakukan, tetapi dibatasi karena dapat mengganggu kesehatan hewan dan kualitas produk
hewan yang dihasilkan. Bahan kimia lain yang digunakan pada peternakan adalah vaksin dan
multivitamin untuk menjaga kesehatan hewan, dan pestisida untuk mencegah keberadaan
serangga di dalam kandang. Metode ini umumnya dilakukan di dalam peternakan pabrik karena
secara alami hewan ternak tidak mampu membersihkan diri di dalam kandang yang sempit.
Materi yang akan di bahas dalam makalah ini yaitu mengenai Pendugaan kapasitas
produksi ternak : Sapi potong, Sapi perah, Kambing daging, Ayam ras petelur, Ayam ras
pedaging dan Itik petelur.
1.2.Rumusan Masalah
Yang menjadi rumusan masalah yaitu mengenai Pendugaan kapasitas Produksi Ternak :
1.2.1. Ternak Sapi Potong
1.2.2. Ternak Sapi Perah
1.2.3. Ternak Kambing Daging
1.2.4. Ternak Ayam Ras Petelur
1.2.5. Ternak Ayam Ras Pedaging
1.2.6. Ternak Itik Petelur

1.3.Tujuan
Yang menjadi tujuan yaitu untuk mengetahui kapasitas produksi ternak :
1.3.1. Pada Ternak Sapi Potong
1.3.2. Pada Ternak Sapi Perah
1.3.3. Pada Ternak Kambing Daging
1.3.4. Pada Ternak Ayam Ras Petelur
1.3.5. Pada Ternak Ayam Ras Pedaging
1.3.6. Pada Ternak Itik Petelur
BAB II PEMBAHASAN

2.1. Produksi Ternak Sapi Potong

Produktivitas dan Strategi Peningkatan Produktivitas Sapi Potong

Sistem produksi peternakan (Livestock Production System) dapat diklasifikasikan


menjadi dua tipe utama yaitu sistem tradisional dan modern. Pengembangan sistem tersebut
sangat potensial melalui penerapan sistem integrasi dengan memanfaatkan berbagai interaksi
menguntungkan dari berbagai subsistem akan menghasilkan nilai tambah produk (Devendra,
2007). Sistem produksi di Indonesia dapat diklasifikasikan kepada satu dari tiga kategori yaitu
(i). Lahan terbatas (landless), (ii). Berbasis tanaman budidaya; dan (iii). Berbasis
lahanpenggembalaan (rangeland-based).

Produktivitas dan Strategi Peningkatan produktivitas Sapi Potong usaha sapi potong
pada lokasi penelitian ditujukan kepada (1) usaha penggemukan, dan (2) usaha menghasilkan
pedet (cow calf operation). Di lapangan, cow calf operation sering dipahami sebagai usaha
perbibitan. Secara umum, basis pembibitan ternak dilakukan oleh pembibitan rakyat (VBC)
yang saat ini bercirikan: tidak terstruktur, skala usaha kecil, manajemen sederhana,
pemanfaatan teknologi seadanya. Peran pemerintah dimaksudkan untuk mendorong usaha
pembibitan rakyat dan sebaiknya usaha pembibitan VBC diarahkan pada pembibitan
(Samariyanto, 2004). Pada lokasi penelitian ditemukan program pengembangan sapi Brahman
Cross (BX) berasal dari Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian
Pertanian.

Kinerja produksi dan reproduksi sapi Brahman Cross pada wilayah penelitian
memperlihatkan bahwa tingkat produksi pedet hasil beranak kedua sangat rendah yaitu 6,1
persen untuk kelompok sapi potong pada kelompok. Tingkat mortalitas pedet juga sangat tinggi
yaitu 32,5 persen. Keberhasilan kebuntingan sapi relatif sulit dengan angka Service per
Conception (R/C) berkisar 1-7 Dengan rataan 3,1. Hasil ini memperkuat pernyataan Hadi dan
Ilham (2002) bahwa permasalahan dalam industri perbibitan sapi potong antara lain (1) angka
service per Conception (S/C) cukup tinggi, mencapai 2,60; (2) calving interval terlalu panjang,
dan (3) tingkat mortalitas pedet prasapih relatif tinggi mencapai 50%. Inefisiensi produktivitas
sapi potong di Indonesia penyebab utamanya adalah keterlambatan estrus pertama post-partum.
Hubungan antara kandungan nutrisi ransum dan cadangan energi tubuh induk mempengaruhi
munculnya estrus (Winugroho, 2002), dan dapat dievaluasi melalui Body Score (BSC)
(Moraes, et al., 2007; Bridges and Lemenager, 2007; Drennan and Berry, 2006). BCS juga
berkorelasi dengan efisiensi perkawinan berulang (Selk, 2007), untuk optimalisasi produksi,
evaluasi kesehatan dan juga mengevaluasi status nutrisi (Neary, 2007; Clay et al., 2007; Lamb,
1999).Disarankan oleh Winugroho (2002) bahwa waktu pemberian pakan tambahan ditentukan
oleh kondisi tubuh induk. Pakan tambahan sebaiknya diberikan dua bulan "pre"- dan "post-
partum" bila kondisi induk pada standar atau di bawahnya. Disarankan pakan tambahan "post-
partum" bila kondisi induk di atas standar. Hubungan antara kandungan nutrisi ransum dan
cadangan energi tubuh induk mempengaruhi munculnya estrus ini (Winugroho, 2002). Lebih
lanjut direkomendasikan agar setiap induk dapat "partus" setiap tahun maka ternak tersebut
harus bunting dalam 90 hari "post-partum".Estrus pertama "post-partum" harus sekitar 35 hari
sehingga induk mempunyai kesempatan kawin dua kali sebelum bunting.

Indikator BCS sangat penting untuk mengevaluasi pengelolaan dan dapat digunakan
sebagai alat untuk mengoptimasikan produksi, mengevaluasi kesehatan dan status nutrisi
(Neary, 2007). Petani sapi potong untuk tujuan penggemukan sangat memperhatikan
pentingnya pemberian pakan konsentrat. Pakan konsentrat dapat berasal dari pencampuran
bahan-bahan yang bersumber dari lokal setempat, serta memanfaatkan limbah pertanian
maupun hasil agroindustri seperti dedak padi, dedak jagung, dan ampas tahu. Disarankan oleh
Huyen et al. (2011) bahwa, pakan yang berkualitas baik dan diberikan dalam jumlah yang
cukup akan meningkatkan produktivitas ternak.

Strategi Pengembangan Sistem Produksi Peternakan Sapi Potong

Sistem Produksi Peternakan Mengklasifikasikan dua tipe utama yaitu sistem tradisional
dan modern. Beberapa pola sistem produksi peternakan melalui kombinasi dengan usaha
pertanian lain telah diterapkan dan memberikan hasil positif dengan meningkatnya produksi.
Pengembangan subsektor peternakan sapi potong di pedesaan, dewasa ini dirasakan semakin
penting dan memiliki peranan yang sangat strategis. Berbagai masalah yang dihadapi peternak
sapi potong selama ini dalam mendapatkan modal yang berasal dari lembaga keuangan formal,
menyebabkan terhambatnya akselerasi penguatan skala usaha dan tidak berkembangnya sektor
riil usaha peternakan sapi potong. Diperlukan skim pembiayaan (kredit) yang mampu
mengakomodasi keperluan peternakan sapi potong yang sebagaimana diketahui memiliki
siklus produksi yang cukup lama sehingga memerlukan kebijakan tenggang waktu angsuran
awal dan penjadwalan angsuran kredit. Ketersediaan dan kemudahan pembiayaan dari
perbankan akan sangat memacu percepatan sektor riil pada usaha peternakan sapi potong
sehingga akan meningkatkan populasi sapi potong dan menciptakan pemberdayaan ekonomi
masyarakat di pedesaan. Peningkatan produktivitas dan aksesibilitas pembiayaan dari
perbankan untuk usaha peternakan sapi potong membutuhkan pengkajian karakteristik sistem
produksi yang berbasis sumberdaya lokal.

Identifikasi sistem produksi peternakan sapi potong beserta rumusan strategi


pengembangannya untuk peningkatan produktivitas dan aksesibilitas pembiayaan perbankan
sangat dibutuhkan dalam upaya peningkatan pemberdayaan ekonomi masyarakat di pedesaan.
Sistem Produksi Peternakan Sapi Potong dapat diklasifikasikan menjadi dua tipe utama yaitu
sistem tradisional dan modern. Pengembangan sistem tersebut sangat potensial melalui
penerapan sistem integrasi untuk meningkatkan nilai tambah produk. Sistem produksi di
Indonesia dapat diklasifikasikan kepada satu dari tiga kategori yaitu (i). Lahan terbatas
(landless), (ii). Berbasis tanaman budidaya (crop-based); dan (iii). Berbasis lahan
penggembalaan (rangeland-based). Secara umum sistem produksi peternakan Sapi Potong di
wilayah Nusa Tenggara Timur merupakan peternakan tradisional berbasis lahan pengembalaan
dengan jumlah kepemilikan ternak sedikit.

Peternakan memainkan peran banyak fungsi dan sangat berarti bagi usaha petani kecil.
Ternak akan mengubah sumber daya alam berkualitas rendah menjadi produk yang sangat
berkualitas berupa daging dan telur, berkontribusi mengontrol pertumbuhan gulma, dan
menyediakan nutrien yang dibutuhkan oleh tanaman melalui produksi pupuk untuk
meningkatkan kesuburan tanah. Sistem pemeliharaan sapi potong pada wilayah dengan
berbasis lahan pengembalaan menerapkan pola intensif maupun semi-intensif sangat umum
dijumpai di NTT. Peternak yang tergabung pada kelembagaan kelompok tani ternak umumnya
memiliki kandang kelompok dalam suatu kawasan. Keunggulan pemeliharaan pada kandang
kawasan adalah aspek pengendalian kebersihan lingkungan lebih baik.

Pada wilayah penelitian, pemeliharaan sapi potong untuk tujuan menghasilkan pedet
dilakukan pengandangan terpisah antar umur fisiologis ternak. Pemeliharaan sapi potong juga
untuk menghasilkan kotoran yang digunakan sebagai pupuk. Hasil penelitian ini
memperlihatkan bahwa pada sistem produksi peternakan sapi potong sudah memanfaatkan
sumber daya pakan lokal dan sebagian besar memelihara bangsa-bangsa lokal (Sapi PO dan
SO) dengan menerapkan integrasi antara usaha peternakan dan pertanian yang saling
menguntungkan.

Keterkaitan usaha peternakan sapi potong dengan tanaman pertanian/perkebunan pada


sistem tersebut adalah pemanfaatan limbah pertanian/perkebunan digunakan untuk pakan sapi,
sedangkan kotoran ternak sebagai pupuk tanaman. Karena ternak ruminansia sangat membantu
dalam mengubah secara cepat sumber-sumber hayati berasal dari padang gembala, sisa-sisa
limbah pertanian dan menjadi produk pangan yang bernilai tinggi untuk manusia.

Produktivitas dan Strategi Peningkatan Produktivitas Sapi Potong Usaha melalui usaha
penggemukan, dan pembibitan. Secara umum, dasar pembibitan ternak dilakukan oleh
pembibitan rakyat yang jelas tidak terstruktur, skala usaha kecil, manajemen sederhana,
pemanfaatan teknologi seadanya maka peran pemerintah untuk mendorong usaha pembibitan
rakyat. Permasalahan dalam industri perbibitan sapi potong antara lain (1) angka service per
conception (S/C) cukup tinggi, mencapai 2,60; (2) calving interval terlalu panjang, dan (3)
tingkat mortalitas pedet prasapih relatif tinggi mencapai 50%. Inefisiensi produktivitas sapi
potong di Indonesia penyebab utamanya adalah keterlambatan estrus pertama postpartum.
Hubungan antara kandungan nutrisi ransum dan cadangan energi tubuh induk mempengaruhi
munculnya estrus, dan dapat dievaluasi melalui Body Condition Score (BSC). BCS juga
berkorelasi dengan efisiensi perkawinan berulang, untuk optimalisasi produksi, evaluasi
kesehatan dan juga mengevaluasi status nutrisi. Disarankan untuk adanya pemberian pakan
tambahan ditentukan oleh kondisi tubuh induk. Pakan tambahan sebaiknya diberikan dua bulan
“pre”- dan “post-partum” bila kondisi induk pada standar atau di bawahnya. Disarankan pakan
tambahan “post-partum” bila kondisi induk di atas standar. Hubungan antara kandungan nutrisi
ransum dan cadangan energi tubuh induk mempengaruhi munculnya estrus ini. Diupayakan
agar setiap induk dapat “partus” setiap tahun maka ternak tersebut harus bunting dalam 90 hari
“post-partum”. Estrus pertama “post-partum” harus sekitar 35 hari sehingga induk mempunyai
kesempatan kawin dua kali sebelum bunting.

Penilaian BSC dengan rentang skor 1 (kurus) sampai 9 (gemuk) merujuk kepada Parish
and Rhinehart (2008). Penampilan BCS sapi pada wilayah NTT bervariasi tergsntung awilayah
pengembalaan. BCS berkisar dari 3 sampai 6 untuk sapi bali, Peranakan Ongole dan Sumba
Ongole dan 6 sampai 7 untuk sapi Persilangan Simmental dan brahman. Kondisi ideal BCS
dipacu mencapai skor tinggi 7-9, sehingga memiliki konformasi perdagingan lebih tinggi dan
potensi akan menghasilkan nilai jual lebih mahal. Indikator BCS sangat penting untuk
mengevaluasi pengelolaan dan dapat digunakan sebagai alat untuk mengoptimasikan produksi,
mengevaluasi kesehatan dan status nutrisi. Petani sapi potong untuk tujuan penggemukan
sangat memperhatikan pentingnya pemberian pakan konsentrat. Pakan konsentrat dapat berasal
dari pencampuran bahan-bahan yang bersumber dari lokal setempat, serta memanfaatkan
limbah pertanian maupun hasil agroindustri seperti dedak padi, dedak jagung, dan ampas tahu.
Pakan yang berkualitas baik dan diberikan dalam jumlah yang cukup akan meningkatkan
produktivitas ternak.

Pengembangan Sistem Produksi untuk Pengembangan Usaha tergantung kepada


tersedia lahan sebagai basis budidaya, tersedia agroekosistem, tersedia berbagai bangsa ternak,
tersedia teknologi, tersedia pasar (lokal, regional dan nasional), tersedia skim pembiayaan
untuk UMKM (KKPE, KUR, KUPS, CSR) dan program nasional (ketahanan pangan dan
pengentasan kemiskinan dana APBN/APBD seperti PNPM, SMD, Dana Pembantuan,
Penyelamatan Betina Produktif, Dana Insentif Sapi Bunting); dan tantangannya adalah
kelembagaan kelompok peternak yang belum solid, beberapa teknologi belum diterapkan
(utamanya breeding dan pakan). Koordinasi dan sinergi berbagai pihak sangat kurang; peluang
usaha sapi potong adalah permintaan pasar (market demand) termasuk pasar ekspor, beragam
produk (daging, pupuk).

Akses peternak kepada permodalan selama ini masih menjadi salah satu kendala untuk
meningkatkan usaha peternak, sehingga secara umum mempengaruhi produktivitas. Lemahnya
struktur modal peternak diakibatkan tidak adanya aset yang dapat dijadikan agunan, untuk itu
revitalisasi pembiayaan perlu dilakukan melalui kerja sama dengan berbagai pihak, meliputi
pemerintah pusat dan daerah melalui kementerian, departemen/direktorat maupun dinas teknis
terkait, lembaga perbankan, lembaga perguruan tinggi dan institusi penelitian, dan lembaga
asuransi, serta lembaga kemasyarakatan. Akses peternak kepada perbankan antara lain:

Pengembangan sistem produksi peternakan harus memperhatikan beberapa aspek


sebagai berikut: (1) bangsa ternak, (2) sumber daya manusia peternak dan kelembagaan
peternakan, (3) lahan sebagai basis ekologis budidaya ternak, dan (4) teknologi peternakan.
Strategi perbaikan sistem produksi untuk peningkatan aksesibilitas terhadap lembaga
perbankan dirumuskan dalam road map sebagai berikut: (i) potensi peternak individu
ditingkatkan pengetahuan dan keterampilannya, (ii) peternak dihimpun dalam kelembagaan
kelompok yang solid, (iii) fasilitasi teknologi terapan yang proven mencakup breeding
management, housing, feeding system, good farming practices (untuk meningkatkan fisibilitas
usaha), dan (iv) mediasi kepada lembaga perbankan (fasilitasi informasi dan akses pembiayaan
kepada perbankan). Pada usaha peternakan yang sudah layak tetapi belum bankable Bankable
berarti kita dapat memenuhi persyaratan Bank untuk mendapatkan kredit usaha. Difasilitasi
akses pada lembaga keuangan dengan penjaminan kredit maupun model tanggung bersama-
sama dalam wadah kelembagaan kelompok.
Secara umum sistem produksi peternakan sapi potong di wilayah ntt. Untuk
meningkatkan fisibilitas usaha dan daya saing direkomendasikan untuk menerapkan teknologi
terapan yang terbukti sudah berhasil terutama pada budi daya sapi potong yang baik dan
manajemen pakan yang baik melalui pemanfaatan sumber daya pakan lokal spesifik lokasi
bersumber dari limbah pertanian maupun agroindustri. Dalam Melaksanakan budi daya sapi
potong yang baik dapat mengacu kepada Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia
Nomor 46/Permentan/Pk.210/8/2015 tentang Pedoman Budi Daya Sapi Potong Yang Baik.

Untuk meningkatkan akses pembiayaan kepada perbankan diperlukan sinergi berbagai


pihak (pemerintah, akademisi, pebisnis, perbankan dan kelompok masyarakat) serta penguatan
kelembagaan kelompok tani ternak sapi potong.

Kelembagaan peternak merupakan wadah organisasi bagi peternak untuk melakukan


aktifitas usaha agribisnis peternakan, mulai dari hulu sampai hilir, membangun koordinasi
dengan stake holder terkait. Peranan kelembagaan peternak sangat penting dan strategis dalam
rangka mewujudkan hubungan antara peternak dalam jaringan kerja sama dengan para stake
holder untuk membangun dan memperkuat kelembagaannya, guna mendorong tumbuhnya
usaha agribisnis peternakan yang lebih efisien, efektif dan berkelanjutan.

Penguatan kelembagaan peternak merupakan upaya untuk meningkatkan kapasitas


kelembagaan peternak melalui perbaikan manajerial usaha, pengembangan dan diversifikasi
usaha yang yang dibangun dalam satu kelembagaan usaha. Penguatan kelembagaan peternak
diharapkan dapat memperkuat kemandirian masyarakat peternak dalam pembangunan
peternakan yang berkelanjutan.

Upaya pemberdayaan peternak dan kelembagaan peternak yang berdaya saing tinggi,
dilakukan melalui kebijakan penguatan kapasitas kelembagaan peternak menjadi penguatan
kelembagaan ekonomi peternak yang diarahkan menjadi badan usaha milik peternak atau
BUMP dalam bentuk koperasi ternak dan atau pembentukan perseroan terbatas dan lain-lain
yang dapat meningkatkan status daya tawar peternak dengan berbagai pihak.

Setiap kelembagaan peternak memiliki peluang untuk membentuk dan


mengembangkan lembaga peternak, namun demikian kelembagaan peternak harus terbentuk
berdasarkan kebutuhan untuk mengembangkan kegiatan usaha. Setelah kelembagaan peternak
terbentuk, maka diperlukan adanya fasilitasi berupa pendampingan oleh Dinas yang
membidangi fungsi peternakan Kabupaten/Kota, Provinsi dan Pusat agar kelembagaan tersebut
dapat berjalan secara profesional dan mampu mengembangkan diri menjadi lembaga peternak
yang mandiri, serta meningkatkan usahanya sebagai lembaga usaha yang komersial. Hal-hal
yang perlu di fasilitasi bagi kelembagaan ekonomi peternak, diantaranya:

• Penguatan kapasitas manajerial usaha kelembagaan ekonomi peternak.


• Pengembangan Jejaring dan kemitraan.
• Pengembangan pelayanan informasi, pemagangan dan pelatihan bagi
calon kelembagaan ekonomi peternak.

Dalam rangka memperkuat kelembagaan kelompok peternak dan mendorong


kemandirian usaha kelompok dengan membentuk koperasi yang berbadan hukum,
kelembagaan peternak yang kuat memberikan peluang bagi peternak untuk mampu
meningkatkan produktifitas dan nilai tambah usaha yang lebih optimal. Kemudahan akses
informasi, teknologi, sarana dan prasarana, lembaga keuangan dan promosi untuk mendukung
pengembangan usaha agribisnis peternakan. Kelembagaan yang kuat dapat menciptakan
peluang yang lebih besar dalam mengakses sumber-sumber permodalan baik perbankan
maupun pihak swasta.U ntuk memajukan usaha peternak para pelaku peternak perlu adanya
langkah dan tindakan nyata dengan memotivasi kelompok peternak dan anggota kelompok
untuk memiliki jiwa interpreuner (pelaku usaha) dan bukan sekedar memiliki pengetahuan
budidaya ternak secara tradisional.

2.2. Produksi Ternak Sapi Perah

Sapi perah adalah sapi yang dikembangbiakkan secara khusus karena kemampuannya
dalam menghasilkan susu dalam jumlah besar. Pada umumnya, sapi perah termasuk dalam
spesies Bos taurus.

Sapi perah menghasilkan sejumlah besar susu sepanjang hidupnya, dengan kisaran
6.800 sampai 17.000 kg per masa laktasi. Sapi ras tertentu menghasilkan lebih banyak susu
dibandingkan ras lain. Rata-rata susu yang dihasilkan di Amerika Serikat adalah 9.164,4 kg per
ekor per tahun, tidak termasuk susu yang dikonsumsi anaknya. Sedangkan di Israel mencapai
12.240 kg berdasarkan data tahun 2009. Usaha peternakan sapi perah di daerah tropis memiliki
hambatan lebih, terutama akibat tingginya temperatur dan kelembaban yang tidak disukai oleh
sapi perah. Di Cirebon, Jawa Barat, satu ekor sapi hanya menghasilkan maksimum sekitar
4.500 liter susu per ekor per masa laktasi. Keturunan sapi yang dikembangbiakkan di daerah
tropis, meski jenis rasnya sama, menghasilkan susu lebih sedikit daripada induknya.
Temperatur udara yang tinggi diketahui mengurangi penyerapan nutrisi pakan oleh sapi
sehingga berpotensi mengurangi produksi susu.

Usia harapan hidup sapi perah sangat terkait dengan tingkat produksi susu. Sapi dengan
tingkat produksi susu yang rendah dapat hidup lebih lama dibandingkan sapi dengan tingkat
produksi susu yang tinggi, tetapi hal ini tidak menunjukkan seberapa menguntungkan sapi jenis
tertentu. Sapi yang tidak lagi memproduksi susu dengan jumlah yang menguntungkan akan
disembelih. Daging dari sapi perah tersebut biasanya berkualitas rendah sehingga hanya
dijadikan daging terproses (sosis, dan sebagainya).

Tingkat produksi susu umumnya dipengaruhi oleh tingkat stres sapi. Peneliti dari
Universitas Leicester Inggris menemukan bahwa musik tertentu disukai oleh sapi perah dan
memengaruhi masa laktasi dan produksi susu.

Nutrisi berperan penting dalam menjaga kesehatan sapi. Pemberian nutrisi yang tepat
dapat meningkatkan produksi dan performa reproduksi sapi. Nutrisi yang dibutuhkan dapat
berbeda-beda tergantung pada usia dan tahap pertumbuhan sapi.

Hijauan, terutama rerumputan dan jerami merupakan jenis pakan yang paling banyak
digunakan. Serealia seperti jelai banyak digunakan sebagai pakan tambahan di berbagai negara
beriklim sedang karena merupakan sumber protein, energi, dan serat yang baik.

Pemenuhan kadar lemak pada tumbuh sapi penting dalam menjaga produktivitas susu.
Sapi yang terlalu gemuk atau terlalu kurus dapat menimbulkan masalah pada kesehatannya
maupun sistem reproduksinya. Pemberian suplemen lemak diketahui dapat menguntungkan
masa laktasi sapi. Suplemen lemak yang dimaksud terutama asam oleat yang ditemukan pada
minyak kanola, asam palmitat yang ditemukan pada minyak sawit, dan asam linoleat yang
ditemukan pada biji kapas, bunga matahari, dan kedelai. Pemberian suplemen lemak yang tepat
juga dapat meningkatkan usia harapan hidup sapi.

Pemanfaatan produk samping suatu usaha budi daya tanaman merupakan salah satu
cara dalam mengurangi biaya pemberian pakan. Namun, jenis pakan yang diberikan tidak bisa
sembarangan karena dapat menyebabkan penyakit.[24] Daun jagung, daun kedelai, dan daun
singkong dapat dijadikan pakan tambahan bagi sapi, yang kesemuanya merupakan produk
samping pembudidayaan tanaman pertanian. Daun singkong memiliki kandungan protein kasar
sebanyak 28,66 persen, lebih tinggi dibandingkan kadar protein rumput gajah yang hanya 13,13
persen
2.3. Produksi Ternak Kambing Daging (Kambing Boerawa)

Kadar kolesterol daging kambing Boerawa rendah, empuk, dan enak. Tingkat
pertumbuhannya juga lebih cepat, sementara pemeliharaan dan perawatannya tidak begitu
berbeda dengan kambing lokal.

Saat lahir bobot rata-rata kambing Boerawa mencapai 2,5—3,5 kg, sedangkan kambing
PE 2,4—2,6 kg. Bobot sapih kambing Boerawa juga lebih tinggi, yaitu mencapai 14—20 kg,
sedangkan kambing PE 9—11 kg, bobot badan kambing Boerawa umur 8 bulan mencapai 40
kg.

Beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan menggambarkan tentang performans


kambing Boerawa pada awal dikenalkan di masyarakat, Adhianto dan Sulastri (2007)
menyatakan bahwa kambing Boerawa memiliki bobot lahir, sapih dan usia 1 tahun masing-
masing 2,9 kg; 19,8 kg; dan 40,9 kg. Rataan lama kebuntingan induk kambing boerawa pada
penelitian ini adalah 159,31 + 4,37 hari.

Para peternak dan pakar peternakan sepakat menyimpulkan bahwa kambing tipe
pedaging sejati adalah kambing Boer. Kambing Boer memiliki badan yang bulat montok,
panjang, dalam, dan lebar. Selain itu, kadar lemak jahat atau lemak jenuh daging kambing Boer
juga paling rendah dibandingkan dengan daging hewan ternak lainnya. Menurut data Asosiasi
Kambing Boer Amerika, kadar lemak jenuh daging kambing Boer hanya 0,79 gr, daging ayam
1,1 gr, daging sapi 6,8 gr, daging domba 7,3 gr, dan daging babi 8,3 gr. Singkatnya, daging
kambing Boer sangat empuk, enak, dan sehat.

Kambing Boerawa juga memiliki keunggulan lainnya, yaitu bobot lahir yang baik.
Kambing PE betina disilangkan dengan kambing Boer jantan baik secara alami maupun dengan
inseminasi buatan sehingga dihasilkan Boerawa (F1) yang mengandung 50% genetik Boer.

Hasil penelitian Setiadi (2001) menunjukkan bahwa persilangan kambing Boer dengan
Kacang memberikan peningkatan 27% pada bobot lahir dan 50—70% pada bobot sapih.
Disamping itu, Kostaman dan Sutama (2005) juga melaporkan bahwa hasil persilangan
kambing Boer dengan PE juga meningkatkan 15,6% pada bobot lahir serta 10,07% pada bobot
sapih.

Menurut Sutama et.,al. (2003), rata-rata bobot lahir pada persilangan kambing Boer dan
Peranakan Etawah adalah 3,86 kg. Pada penelitian ini rata-rata yang diperoleh lebih rendah,
hal ini diduga disebabkan oleh faktor genetik dan faktor lingkungan dimana tetuanya
dipelihara.

Menurut pendapat Kostaman dan Sutama (2005), faktor genetik merupakan potensi
atau kemampuan yang dimiliki oleh ternak, sedangkan faktor lingkungan merupakan
kesempatan yang diperoleh ternak dimana tempatnya berada.

2.4. Produksi Ternak Ayam Ras Petelur

Ayam ras petelur adalah hasil rekayasa genetis berdasarkan karakter-karakter dari
ayam-ayam yang sebelumnya ada. Perbaikan-perbaikan genetik terus diupayakan agar
mencapai performance yang optimal, sehingga dapat memproduksi telur dalam jumlah yang
banyak.

Salah satu keuntungan dari telur ayam ras petelur adalah produksi telurnya yang lebih
tinggi dibandingkan produksi telur ayam buras dan jenis unggas yang lain . tipe dan jenis ayam
ras petelur terdiri dari ayam petelur tipe ringan dan ayam petelur tipe medium. Berikut adalah
tipe dan jenis ayam ras petelur, semoga bermanfaat.

Ayam Ras Petelur Coklat

Ayam Ras Petelur Coklat ( Hybrid ) mempunyai bulu berwarna coklat dan telur yang
dihasilkannya berwarna kecoklatan. Bobot ayam ras petelur ini cukup berat bisa mencapai 2
kg, dagingnya bisa juga kita jual dan rasa daging ayam ras petelur ini lebih enak jika kita
bandingkan dengan daging ayam pedaging (broiler). Itu sebabnya ayam ras petelur ini juga
termasuk dalam tipe dwiguna yaitu penghasil telur dan daging.

Ayam ras petelur coklat sifatnya lebih tenang dan juga tidak mudah kaget/ terkejut,
selain itu ukuran telur yang di hasilkannya juga lebih besar dari pada ayam petelur putih,
sehingga menjadikan harga telur coklat lebih mahal.

Contoh strain ayam ras petelur coklat yang dikenal umum, diantaranya yaitu: Hubbarb
Golden Cornet, Roos Brown, Babcock B 380, Hisex Brown dan Shaver Star Cross. Tapi ukuran
telur terbesar yaitu dari strain Babcock B 380 dengan beratnya bisa mencapai 64 gr dan ayam
ras ini mampu menghasilkan sekitar 260 hingga 275 butir telur pertahun.

Ayam Ras Rhode Island Red

Ayam Rhode Island Red ini berasal dari negara Amerika serikat, ayam Rhode Island
Red biasa di ternak atau di pelihara untuk kebutuhan telur dan daging. Ayam Rhode Island Red
merupakan salah satu keturunan ayam yang cukup terkenal kuat akan kondisi ekstrim dan ayam
ini mampu memproduksi telur yang relatif banyak, total telur yang mampu ayam ini produksi
yaitu 250 telur perekor ayam.

Ayam Ras Petelur (Sussex)

Seperti Ayam Ras Rhode Island Red, tujuan orang-orang memelihara ayam Sussex ini
yaitu salah satunya untuk mendapatkan telur dan daging. Seekor ayam Sussex mampu bertelur
sekitar 250 telur per tahunnya. Warna telur ayam sussex akan bervariasi dari coklat sampai
warna putih krem.

2.5. Produksi Ternak Ayam Ras Pedaging

Ayam broiler atau yang disebut juga ayam ras pedaging adalah jenis ras unggulan hasil
persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi, terutama dalam
memproduksi daging ayam.

Ayam broiler yang merupakan hasil perkawinan silang dan sistem berkelanjutan
sehingga mutu genetiknya bisa dikatakan baik. Mutu genetik yang baik akan muncul secara
maksimal apabila ayam tersebut diberi faktor lingkungan yang mendukung, misalnya pakan
yang berkualitas tinggi, sistem perkandangan yang baik, serta perawatan kesehatan dan
pencegahan penyakit. Ayam broiler merupakan ternak yang paling ekonomis bila
dibandingkan dengan ternak lain, kelebihan yang dimiliki adalah kecepatan
pertambahan/produksi daging dalam waktu yang relatif cepat dan singkat atau sekitar 4 – 5
minggu produksi daging sudah dapat dipasarkan atau dikonsumsi. Keunggulan ayam broiler
antara lain pertumbuhannya yang sangat cepat dengan bobot badan yang tinggi dalam waktu
yang relatif pendek, konversi pakan kecil, siap dipotong pada usia muda serta menghasilkan
kualitas daging berserat lunak. Perkembangan yang pesat dari ayam ras pedaging ini juga
merupakan upaya penanganan untuk mengimbangi kebutuhan masyarakat terhadap daging
ayam. Perkembangan tersebut didukung oleh semakin kuatnya industri hilir seperti perusahaan
pembibitan (Breeding Farm) yang memproduksi berbagai jenis strain.

Ilmu usahatani merupakan ilmu terapan yang membahas atau mempelajari bagaimana
membuat atau menggunakan sumberdaya secara efisien pada suatu usaha pertanian, perikanan
atau peternakan. Pengetahuan terapan tentang cara-cara petani atau peternak dalam
menentukan, mengorganisasikan serta mengkoordinasikan penggunaan faktor-faktor produksi
secara efektif dan efisien sehingga memberikan pendapatan maksimal. Usahatani pada skala
yang luas umumnya bermodal besar, berteknologi tinggi, manajemennya modern, lebih bersifat
komersial, dan sebaliknya usahatani skala kecil umumnya bermodal pas-pasan, teknologinya
tradisional, lebih bersifat usahatani sederhana dan sifat usahanya subsiten, serta lebih bersifat
untuk memenuhi kebutuhan konsumsi sendiri dalam kehidupan sehari-hari. Suatu usahatani
dikatakan berhasil apabila usahatani tersebut dapat memenuhi kewajiban membayar bunga
modal, alat-alat yang digunakan, upah tenaga luar serta sarana produksi yang lain termasuk
kewajiban terhadap pihak ketiga dan dapat menjaga kelestarian usahanya. Usahatani
merupakan proses pengambilan keputusan tentang segala sesuatu yang akan dilakukan dalam
usahatani yang akan dan rencana-rencana usahatani berupa pernyataan tertulis yang memuat
sesuatu yang akan dikerjakan pada periode waktu tertentu untuk tujuan tertentu sehubungan
dengan usahataninya. Manfaat yang dapat diambil petani: petunjuk yang akan dilakukan,
pengurangan kesalahan, jaminan pelaksanaan, alat evaluasi, terjaminnya kontinyuitas usaha.
Beternak ayam ras pedaging lebih cepat mendatangkan hasil daripada beternak ayam buras.
Pada umunya pemeliharaan selama 5-8 minggu ayam broiler sudah mempunyai bobot badan
antara 1,5-2.8 kg/ekor dan bisa segera dijual. Dengan demikian perputaran modal berjalan
dengan waktu yang tidak lama. Usaha ternak bertujuan untuk memperoleh pendapatan.
Pendapatan tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Petani harus
memperhitungkan setiap biaya yang dikeluarkan sehingga dapat menentukan harga jual
produksi. Biaya – biaya produksi yang dikeluarkan yaitu bibit, pakan, upah tenaga kerja, biaya
pembelian dan pemeliharaan peralatan dan biaya sewa tanah. Usaha ternak akan layak
diusahakan apabila nilai profitabilitasnya lebih besar dari tingkat bunga perbankan yang
berlaku. Salah satu komoditas perunggasan yang memiliki prospek yang sangat baik untuk
dikembangkan adalah peternakan. Ayam ras pedaging karena didukung oleh karakteristik
produknya yang dapat diterima oleh semua masyarakat indonesia. Usaha peternakan
memerlukan modal yang besar, terutama untuk pengadaan pakan dan bibit. Biaya yang besar
ini sulit dipenuhi oleh peternak pada umumnya yang memiliki keterbatasan modal.
Berdasarkan skala usaha dan tingkat pendapatan peternak, usaha peternakan diklasifikasikan
menjadi 4 kelompok, yaitu:

1. Peternakan sebagai usaha sambilan, yaitu petani mengusahakan komoditas


pertanain terutama tanaman pangan, sedangkan ternak hanya sebagai usaha
sambilan untuk mencukupi kebutuhan keluarga (subsisten) dengan tingkat
pendapatan usaha < 30%.
2. Peternakan sebagai cabang usaha, yaitu peternak mengusahakan pertanian
campuran dengan ternak dan tingkat pendapatan dari usaha ternak mencapai 30-
70%.
3. Peternakan sebagai usaha pokok, yaitu peternak mengusahakan ternak sebagai
usaha pokok dengan tingkat pendapatan berkisar antara 70-100%.
4. Peternakan sebagai industri dengan mengusahakan ternak secara khusus
(specialized farming) dan tingkat pendapatan dari usaha peternakan mencapai
100%. Usaha peternakan komersial umumnya dilakukan oleh peternak yang
memiliki modal besar serta menerapkan teknologi modern.

Luas lahan berpengaruh terhadap skala usaha atau populasi ayam yang dipelihara.
Karena populasi ayam yang dipelihara disesuaikan dengan luas kandang yang akan dibangun.
Peternak biasanya memanfaatkan lahan yang ada sehingga kandang-kandang yang dibangun
terkesan dipaksakan tanpa memperhatikan jumlah ayam yang akan dipelihara. Ada 3 hal
penting dalam usaha ternak ayam broiler yang harus ditangani secara ketat (rutin dan teliti),
yaitu:

a. Pakan dan air


b. Obat, vitamin, sanitasi dan vaksin
c. Perkandangan

Ketiganya saling mendukung sehingga pelaksanaannya harus bersamaan. Bila tidak ada
ketidaksempurnaan penanganan dari ketiga hal tersebut maka pengaruhnya terhadap
pencapaian prestasi performans sangat besar seperti tingkat konversi pakan menjadi rendah
(efisiensi tinggi), pertumbuhan terhambat dan tingkat kematian tinggi.

2.6.Produksi Ternak Itik Petelur

Itik petelur adalah bangsa itik yang memiliki produktivitas telur tinggi, sedangkan
produksi daging cukup rendah. Secara umum itik petelur bertubuh ramping, kecil, dengan
daging yang kurang tebal. Daya konversi pakan daging rendah, konversi pakan menjadi telur
tinggi.

Secara garis besar, usaha budidaya itik terdiri dari jenis usaha pembibitan
(menghasilkan telur tetas), usaha penggemukan (itik pedaging), dan usaha menghasilkan telur
konsumsi (itik petelur). Dari ketiga jenis usaha tersebut, usaha itik petelur menjadi salah satu
yang paling diminati. Ada banyak produk yang bisa kita ambil dari usaha ini seperti telur,
daging itik afkir, dan kotorannya.

Itik merupakan jenis unggas yang termasuk dalam kelas Aves seperti halnya ayam. Itik
dikenal juga dengan istilah bebek (bahasa Jawa, red). Nenek moyangnya berasal dari Amerika
Utara yang merupakan itik liar (Anas moscha) atau Wild mallard yang terus-menerus
dijinakkan oleh manusia hingga jadilah itik yang dipelihara sekarang, yang disebut Anas
domesticus (ternak itik).

Menurut Sasongko (2007), itik mempunyai beberapa karakteristik khas di antaranya


bertelur pada saat fajar subuh, dapat tertib berjalan dalam kelompok dengan mengikuti
pimpinan kelompoknya, dan tidak mempunyai sifat mengeram. Sedangkan keunggulannya
dibandingkan unggas lain adalah daya adaptasinya yang tinggi terhadap lingkungan baru. Saat
ini di Indonesia ternak itik banyak terpusat di beberapa provinsi seperti Aceh, Sumatera Utara,
Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Jambi, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,
Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, dan Nusa Tenggara Barat.

Di Indonesia, ada beberapa jenis itik lokal dan ras yang dijadikan sebagai bibit itik
petelur yaitu itik Tegal, Mojosari, Alabio, Bali, Magelang, Cihateup, Bayang, Talang Benih,
Turi/Metaram, Damiaking, Pitalah, Rambon, Kerinci, Pegagan, kaki Campbell, dan Buff duck.
Dari semua jenis tersebut, itik petelur yang menjadi unggulan dan paling banyak dibudidayakan
antara lain itik Tegal, Mojosari, dan Alabio.

• Itik Tegal

Itik Tegal merupakan salah satu rumpun itik lokal Indonesia yang mempunyai
keseragaman bentuk fisik dan mampu beradaptasi dengan baik pada lingkungan yang terbatas.
Penyebaran itik Tegal meliputi daerah Jawa Tengah dan Jawa Barat bagian Utara. Itik Tegal
mulai berproduksi telur sekitar umur 6 bulan.

• Itik Mojosari

Itik Mojosari merupakan hasil persilangan antara itik Jawa dengan itik liar (mallard).
Selain banyak dipelihara di Jawa Timur dan Jawa Tengah, kini itik Mojosari sudah menyebar
secara luas di Pulau Kalimantan, Sulawesi, dan Nusa Tenggara Timur.

• Itik Alabio
Itik Alabio (Anas platyrhynchos Borneo) merupakan itik lokal unggul. Itik ini
merupakan salah satu jenis plasma nutfah unggas lokal Kalimantan Selatan dan telah lama
diusahakan di sana. Seiring perkembangan dunia peternakan, itik Alabio sekarang sudah
dikembangkan secara intensif. Tidak hanya di Kalimantan Selatan, namun juga berkembang
pesat di Pulau Jawa dan Bali.

Baik itik Tegal, Mojosari, maupun Alabio sebenarnya berperan utama sebagai
penghasil telur, baik telur tetas ataupun telur konsumsi. Masa produksi telur rata-rata selama 1
tahun (48 minggu), sedangkan jumlah produksinya berkisar antara 200-250 butir per tahun
dengan berat rata-rata 70 gram. Bahkan, itik Alabio memiliki produktivitas tinggi di atas 250
butir per tahun dengan masa produksi telur hingga 68 minggu. Apabila masa produksinya telah
selesai, itik-itik petelur tersebut dapat segera diafkir dan dijual sebagai itik potong.

Dengan demikian bisnis budidaya ternak itik petelur memiliki prospek yang cukup
menguntungkan. Apalagi jika budidaya tersebut dilakukan secara intensif. Namun sebelum
memutuskan untuk beternak itik petelur, harus ada pengetahuan mengenai komponen penting
apa saja yang perlu diperhatikan dalam menjalankan budidaya itik ini. Komponen tersebut
terdiri dari kandang, bibit, dan pakan.
BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Kesimpulan dari makalah Pendugaan Kapasitas Produksi Ternak yaitu ada berbagai
jenis kapasitas produksi ternak dari Produksi ternak sapi potong, sapi perah, kambing daging,
ayam ras petelur, ayam ras pedaging dan itik petelur memiliki produk yang berbeda-beda.

Dimana peluang usaha masyarakat sangatlah besar karana diberbagai jenis ternak ada
kebaikan tersendiri yang dimana ada tidak kemudahan hingga kesulitan tersendiri tergantung
dari peternak mana yang ia inginkan.

3.2.Saran

Saran saya untuk makalah kali ini yaitu agar makalah ini dijadikan sebagai bahan baca, atau
sebagai wawasan tambahan untuk pembaca seputar dunia peternakan, karena peternakan itu
bisa digandrungi oleh semua kalangan, diharapkan makalah ini bisa diambil sisi positif nya.
Daftar Pustaka

Fijana, E. S. 2012. Pengaruh Proporsi Pemberian Pakan pada Siang Malam Hari dan
Pencahayaan pada Malam Hari Terhadap Produksi Karkas Ayam Broiler. Animal
Agriculture Journal. 697-710.

Girinsonta. 1991. Beternak Ayam Pedaging. Kanisius, Yogyakarta.

Jakarta: Rineka CiptaIwan SA.2007. Memanfaatkan Kotoran Ternak: edisi revisi. Jakarta
Penebar Swadaya

Jondrow, J., Lovell, C. A. K., Materov, I. And Schimidt, P. 1982. On estimation of technical
inefficiency in the stochastic frontier production model. Journal Econometrics. 19(1):
233-238. Wayback Machine. Jakarta, Maret 2000 Broiler sejarah dan
perkembangannya

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39148/4/Chapter%20II.pdf Diarsipkan 2016-


02-07 di Wayback Machine.

http://ews.kemendag.go.id

Mardalis. 1990. Metode Penelitian (Suatu Pendekatan Proposal). Bumi Aksara, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai