0608a Modul 7 Perencanaan Air Baku Dari Mata Air
0608a Modul 7 Perencanaan Air Baku Dari Mata Air
1 PENDAHULUAN
1.1 Umum
Manusia dan makluk hidup memerlukan air dan bahkan florapun tumbuh karena adanya air.
Indonesia memiliki potensi ketersediaan air mencapai 690 milyar meter kubik (m3) per tahun
dan baru dimanfaatkan sekitar seperempat dari jumlah tersebut (Adhya Tirta Batam-ATB, 29
Januari 2015). Artinya, masih banyak yang belum termanfaatkan. Air sangat vital dalam
kehidupan dan oleh karena itu air perlu dirawat dan dihemat. Air Baku adalah air sebagai
bahan untuk diolah, yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan: Air minum, peternakan,
industri , dll. Air baku air minum adalah air yang memenuhi syarat tertentu (keasaman,
kandungan bakteri, bau dll), yang dapat langsung diminum dan atau diolah terlebih dahulu.
Air baku untuk air minum, berdasar sumbernya dapat berasal dari:
1. Mata Air , 2. Air Tanah, 3.Air Permukaan, dan 4. Air Hujan.
Untuk memanfaatkan air tersebut sebagai air minum perlu bangunan infrastruktur dari
sumbernya sampai ke Pengolahan/Reservoir, baru kemudian di distribusi ke konsumen (Lihat
Gambar 1). Air baku untuk air minum harus memenuhi Baku Mutu tertentu sebagai air
minum (PP No.16 Th 2005, tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum).
Modul ini akan membahas infrastruktur air minum yang sumbernya dari Mata Air.
18. Waking/tinggi jagaan: tinggi antara muka air saluran dan tinggi atas tanggul saluran.
19. Unit Air Baku: satuan unit bangunan dan konstruksi yang berada di bagian hulu dari
SPAM yang secara umum terdiri dari: intake/pengambilan, penangkap pasir, alat
pengukuran, dan pemantauan, saluran/sarana pembawa ke unit pengolahan.
2. Kuantitas
Kuantitas debit mata air jarang di jumpai yang mempunyai kapasitas besar.
Memperkirakan debit andalan pada mata air secara hidrologi susah. Untuk menentukan
besarnya debit mata air biasanya di ukur dengan waktu yang panjang. Hal ini karena
faktor yang mempengaruhi besarnya debit antara lain, musim, luas DAS, Luas dan
kedalaman CAT, sifat struktur geologi (aquifer), dll yang beberapa hal susah
diketahui/diprediksi.
3. Kontinyuitas
Kontinyuitas debit mata air sangat tergantung pada hal-hal yang sama seperti pengaruh
kuantitasnya, yaitu musim, luas DAS, Luas dan kedalaman CAT, sifat struktur geologi
(aquifer), dll.
Unit air baku merupakan sarana pengambilan dan atau penyedia air baku.
Sungai Rawa
Untuk menjamin kuantitas dan kontinuitas pasokan air baku maka diperlukan suatu
sistem air baku atau disebut Unit Air Baku, yang pada umumnya terdiri dari komponen
sebagai berikut: intake/bangunan sadap/pengambilan, penangkap pasir, alat pengukuran
dan pemantauan, saluran/sarana pembawa ke unit pengolahan , dan bangunan
pendukung lainnya.
Besarnya debit: 𝑄 = 𝐶 𝑁
Dimana:
C : koefisien kebutuhan perhari per orang/unit
N : banyaknya orang/unit.
Satuan dalam volume per waktu (m3/dt, liter/hari).
Berdasarkan pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006 tentang
Pedoman Teknis dan Tata Cara Pengaturan Tarif Air Minum pada Perusahaan Daerah
Air Minum BAB I ketentuan umum Pasal 1 ayat 8 menyatakan bahwa: “Standar
Kebutuhan Pokok Air Minum adalah kebutuhan air sebesar 10 meter kubik/kepala
keluarga/bulan atau 60 liter/orang/hari.
Kondisi Pengukuran :
– Debit aliran di daerah hulu dan hilir harus tenang
– Debit aliran harus hanya melewati V-notch, tidak boleh ada kebocoran di dasar
atau pada sisi Weir
– Limpasan harus aliran sempurna
4 STUDI KASUS
4.1 Kolam Tando Mata Air di Kupang-NTT:
Dengan maksud agar penampungan lebih banyak, tembok tampungan di naikkan kurang lebih
1 meter, ternyata air hilang tidak keluar lagi. Diduga, mata air pindah karena ada rembesan
lain yang lebih rendah dari elevasi setelah ditinggikan.
Jawaban Latihan/Soal:
1.Garfik “elevasi-Debit”
Formula : Q = 0,0186 bh3/2
Dengan cara coba-coba nilai h, akan di dapat Q. Dari Grafik El-Q, akan dapat
diketahui ketinggian h berapa bila Q diketahui.