PENDAHULUAN
2
BAB II
LAPORAN KASUS
Kasus adalah seorang bayi aterm (40 minggu), berat lahir 3042 gram, gangguan
nafas sedang, suspek sindrom aspirasi mekonium lahir secara spontan, rujukan dari
RS Hermina Semarang.
4
Gambar 2. Babygram tanggal 10/2/21
Tabel 1 Hasil laboratorium darah
Rujukan Satuan 11/2/21
Hb 13,60-19,60 g/dl 16,4
Ht 44-62 % 48,5
Eritrosit 4,4-5,9 106/ ul 4,83
MCH 24,00-34,00 pg 38,5
MCV 83-110 Fl 109,3
MCHC 29,00-36,00 g/dl 35,2
Leukosit 6-17,5 103/ ul 11,1
Trombosit 150-400 ribu/ mmk 291
RDW 11.60 – 14.80 % 14,8
CRP Kuantitatif 0-0.30 mg/dl 1,13
GDS 80-160 mg/dl 201
Bilirubin Total 0-1 mg/dl 3
Bilirubin Direk 0-0,3 mg/dl 1
Bilirubin Indirek 0,1-0,5 mg/dl 2
Ureum 15-39 mg/dl 15
Kreatinin 0,6-1,3 mg/dl 1,2
Calcium 2,12-2,52 mmol/L 1,93
Natrium 136-145 mmol/L 135
Kalium 3.5-5 mmol/L 3,8
Chlorida 95-105 mmol/L 94
5
3. Gangguan napas berat
4. Sindrom aspirasi meconium
5. Gagal CPAP
6
Hari Perawatan ke-2 (12-2-2021 / usia 2 hari) pkl 07.00 WIB
Bayi aktif, menangis. Frekuensi jantung : 110 x/menit, frekuensi napas : 60 x/menit,
nadi : reguler isi dan tegangan cukup, suhu : 370 C, SpO2 : 97%. Demam (-), muntah
(-), OGT jernih, sesak (+) berkurang, tampak ikterik di bagian wajah. Berat badan
sekarang : 3140 gr.
Bayi didiagnosis dengan neonatus aterm (40 minggu), BBLN (3042 gr), Gangguan
napas berat, sindrom aspirasi meconium, riwayat gagal CPAP.
Diberikan O2 NIV dengan nasal modifikasi modus PC CMV FiO2 50% Pinsp 20 TI
0,45 RR 40 Peep 6 Slope 0,08, Infus D10%+NaCl 0,9% (2 meq) 10ml + KCl otsu (2
meq) 5 ml + Ca (0,5 meq) 3 ml dalam 250ml jalan 312/13ml/jam. inj. Cefotaxim 150
mg/12 jam, inj. Gentamisin 12 mg/24 jam, inj. Ca Gluconas 1.5 ml/ 12 jam bolus iv
pelan. Diet ASI 8x5-10 ml. Program menunggu hasil kultur darah.
Diberikan O2 NIV dengan nasal modifikasi modus SPN CPAP FiO2 40% Pinsp 20
Peep 5 Slope 0,08, Infus D10%+NaCl 0,9% (2 meq) 10ml + KCl otsu (2 meq) 5 ml +
Ca (0,5 meq) 3 ml dalam 250ml jalan 312/13ml/jam. inj. Cefotaxim 150 mg/12 jam,
inj. Ca Gluconas 1.5 ml/ 12 jam bolus iv pelan. Diet ASI 8x5-10 ml. Program
menunggu hasil kultur darah dan echocardiografi.
7
Bayi aktif, menangis. Frekuensi jantung : 110 x/menit, frekuensi napas : 60 x/menit,
nadi : reguler isi dan tegangan cukup, suhu : 370 C, SpO2 : 97%. Demam (-), muntah
(-), OGT jernih, diet masuk 15 ml/3 jam, sesak (+) berkurang, tampak ikterik di
bagian wajah. Berat badan sekarang : 2975 gr.
Bayi didiagnosis dengan neonatus aterm (40 minggu), BBLN (3042 gr), Gangguan
napas berat, sindrom aspirasi meconium, riwayat gagal CPAP.
Diberikan O2 NIV dengan nasal modifikasi modus SPN CPAP FiO2 40% Pinsp 20
Peep 5 Slope 0,08, Infus D10%+NaCl 0,9% (2 meq) 10ml + KCl otsu (2 meq) 5 ml +
Ca (0,5 meq) 3 ml dalam 250ml jalan 312/13ml/jam. inj. Cefotaxim 150 mg/12 jam,
inj. Ca Gluconas 1.5 ml/ 12 jam bolus iv pelan. Diet ASI 8x15-20 ml. Program
menunggu hasil kultur darah dan echocardiografi.
Diberikan O2 NIV O2 therapy FiO2 45% flow 3, Infus D10%+NaCl 0,9% (2 meq)
10ml + KCl otsu (2 meq) 5 ml + Ca (0,5 meq) 3 ml dalam 250ml jalan 216/9 ml/jam.
inj. Cefotaxim 150 mg/12 jam, inj. Ca Gluconas 1.5 ml/ 12 jam bolus iv pelan . Diet
ASI 8x30-40 ml. Pasien pindah ke NRT dan pada hari perawatan ke 7 pasien
diprogramkan untuk rawat jalan.
Prognosis
Quo ad vitam ad bonam
Quo ad functionam ad bonam
8
Quo ad sanationam ad bonam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
9
terlihat dibawah korda vokalis setelah kelahiran. Pada beberapa bayi, aspirasi
mungkin terjadi intrauterine, sebelum dilahirkan.
Faktor resiko yang terkait kejadian SAM antara lain adalah kehamilan post-
term, pre-eklampsia, eklampsia, hipertensi pada ibu, diabetes mellitus pada
ibu, bayi kecil masa kehamilan (KMK) , ibu yang perokok berat, penderita
penyakit paru kronik, atau penyakit kardiovaskular.
10
Gambar . Etiologi Sindrom Aspirasi Mekonium
PATOFISIOLOGI
Disfungsi surfaktan
Mekonium menonaktifkan surfaktan dan juga menghambat sintesis
surfaktan. Beberapa unsur mekonium, terutama asam lemak bebas (seperti
asam palmitat, asam oleat), memiliki tekanan permukaan minimal yang lebih
tinggi dari pada surfaktan dan melepaskannya dari pennukaan alveolar,
menyebabkan atelektasis yang luas.
Pneumonitis kimia
Mekonium mengandung enzim, garam empedu, dan lemak yang dapat
mengiritasi jalan nafas dan parenkim, mengakibatkan pelepasan sitokin
(termasuk tumor necrosis factor (TNF)-Q, interleukin (IL)-lJ3, I-L6, IL-8, IL-13) dan
menyebabkan pneumonitis luas yang dimulai dalam beberapa jam setelah
12
aspirasi. Semua efek pulmonal llll dapat menimbulkan gross ventilation-
perfusion (V/Q) mismatch.
MANIFESTASI KLINIS
Di dalam uterus, atau lebih sering, pada pernapasan pertama, mekonium yang
kental teraspirasi ke dalam paru, mengakibatkan obstruksi jalan napas kecil
13
yang dapat menimbulkan kegawatan pernapasan dalam beberapa jam
pertama setelah kelahiran dengan gejala takipnea, retraksi, stridor, dan
sianosis pada bayi dengan kasus berat. Obstruksi parsial pada beberapa
jalan napas dapat menimbulkan pneumothoraks atau pneumomediastinum,
atau keduanya. Pengobatan tepat dapat mencegah kegawatan pernapasan,
yang dapat hanya ditandai oleh takikardia tanpa retraksi. Pada kondisi
gawat nafas, dapat terjadi distensi dada yang berat yang membaik dalam
72 jam. Akan tetapi bila dalam perjalanan penyakitnya bayi memerlukan
bantuan ventilasi, keadaan ini dapat menjadi berat dan kemungkinan
mortalitasnya tinggi.
Takipnea dapat menetap selama beberapa hari atau bahkan beberapa minggu.
Foto radiografi dada bersifat khas ditandai dengan bercak-bercak infiltrat,
corakan kedua lapangan pam kasar, diameter anteroposterior bertambah,
dan diafragma mendatar. Foto x-ray dada normal pada bayi dengan hipoksia
berat dan tidak adanya malformasi jantung mengesankan diagnosis sirkulasi
jantung persisten. P02 arteri dapat rendah pada penyakit lain, dan jika
terjadi hipoksia, biasanya ada asidosis metabolik.
PENEGAKKAN DIAGNOSIS
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan Analisa gas darah dapat memperlihatkan adanya hipoksemia. Pada
kasus yang ringan, adanya hiperventilasi akan mengakibatkan alkalosis respiratorik.
Bayi dengan kondisi yang berat akan mengalami asidosis respiratorik akibat adanya
obstruksi jalan nafas, atelectasis, dan pneumonitis. Pada kasus yang juga
mengalami asfiksia perinatal, dapat terjadi kombinasi asidosis metabolik dan
respiratorik
Pencitraan
14
Rontgen thoraks akan memperlihatkan hiperinflasi dengan perselubungan yang
merata. Hasil temuan menunjukkan area atelectasis dengan area udara
terperangkap. Kebocoran udara sering terjadi dan menyebabkan terjadinya
pneumothoraks, pneumomediastinum, pneumopericardium, dan atau pulmonary
interstitial emphysema. Efusi pleura juga bisa terjadi. Derajat keparahan dari
rontgen thoraks tidak berkorelasi dengan beratnya penyakit secara klinis.
Gambar x. Radiografi dada SAM. A). Infiltrat linear sedang, menandakan aspirasi
mekonium encer dalam jumlah kecil. B). Infiltrat linear bilateral dan tidak merata,
menandakan aspirasi mekonium encer dalam jumlah sedang. C). Infiltrasi
menyeluruh pada lapang paru yang tersebar tidak merata, menandakan aspirasi
mekonium encer dalam jumlah yang lebih besar. 0). Atelektasis sebagian lobus kiri
atas dengan hiperaerasi paru kanan, menandakan aspirasi mekonium partikel
15
besar dan kental. Bayi sering mengalami kegagalan perkembangan pernapasan
dan membutuhkan terapi pernapasan yang luas
Echocardiogram
Ekokardiografi dapat dilakukan untuk memastikan struktur jantung yang normal
serta memeriksa fungsi jantung, juga tingkat keparahan hipertensi pulmonal
dan shunting dari kanan ke kiri.
TATA LAKSANA
Penatalaksaanaan Prenatal
Kunci penatalaksanaan aspirasi mekonium adalah pencegahan selama
masa prenatal :
1. Identifikasi kehamilan beresiko tinggi. Pencegahan dimuai dengan
mengenali faktor predisposisi maternal yang dapat menyebabkan
insufisiensi uteropasental yang berujung pada hipoksia fetus selama
proses kelahiran. Pada kehamilan yang berlangsung sampai
melewati waktu perkiraan kelahiran, induksi yang dilakukan secepatnya
pada minggu ke-41 dapat membantu pencegahan aspirasi mekonium.
2. Pemantauan. Selama kelahiran, observasi dan pemantauan yang
seksama perlu dilakukan. Tanda kegawatan janin apapun (misal:
adanya cairan mekonial dan ruptur membran, takikardi fetus, atau pola
deselerasi) mengharuskan penilaian kesejahteraan janin dengan cennat,
meliputi detak jantung fetus dan pH kulit kepala fetus. Jika penilaian
menunjukkan adanya fetal kompromi, tindakan korektif diperlukan atau
fetus hams dilahirkan tepat pada waktunya.
3. Amnioifusion. Pada ibu-ibu dengan cairan amnion mekonial yang sangat
kental maupun cukup kental, amnioinfusi efektif dalam menurunkan angka
kejadian deselerasi kecepatan denyut jantung fetus yang bervariasi dengan
melepaskan kompresi pada korda umbilikalis selama persalinan.
16
Akan tetapi, efisiensinya dalam menurunkan resiko dan tingkat keparahan
aspirasi mekonium belum dapat dibuktikan.
18
konvensional harus diuji coba menggunakan ventilasi berfrekuensi
tinggi (HFV = high frequency ventilation).
i. Pengaturan kecepatan. Ventilasi harus disesuaikan dengan individu
masing-masing pasien. Pasien-pasien SAM umumnya membutuhkan
tekanan inspirasi dan kecepatan yang lebih tinggi dibanding pasien
dengan HMD (hyaline membrane disease). Lebih diutamakan
menggunakan model ventilasi yang memungkinkan pasien mengatur
frekuensi napasnya (ventilasi yang hanya mendampingi atau
menyokong tekanan). Masa inspirasi yang relative singkat
memungkinkan ekspirasi yang adekuat pada pasien yang rentan
mengalami terperangkapnya udara dalam pam (air trapping).
ii. Komplikasi pulmonal. Kebocoran udara hams selalu diwaspadai.
Untuk setiap penurunan kondisi klinis yang tidak jelas penyebabnya,
kemungkinan pneumotoraks hams selalu dipikirkan. Dengan
timbulnya atelektasis, perangkap udara, dan penurunan kompliansi
pam, pasien yang beresiko mengalami kebocoran udara mungkin
membutuhkan tekanan saluran napas rata-rata yang tinggi. Ventilasi
ditujukan untuk mencegah hipoksemia dan menyediakan ventilasi
yang adekuat pada tekanan saluran napas yang serendah-rendahnya
untuk menurunkan resiko kebocoran udara.
h. Ventilasi berfrekuensi tinggi (HFV = high frequency ventilation).
Ventilasi jet berfrekuensi tinggi dan ventilasi osilasi berfrekuensi tinggi.cukup
efisien bagi pasien yang gagal mencapai ventilasi adekuat dengan metode
konvensional. HFV juga telah digunakan untuk memaksimalkan keuntungan
inhalasi nitrit oksida.
i. Surfaktan. Neonatus dengan sindroma aspirasi mekonium yang berat
dan membutuhkan ventilasi mekanik, serta tampak secara radiologis
adanya kelainan parenkim pam, kemungkinan besar akan mendapat efek
positif dari terapi surfaktan yang dini. Karena adanya keterkaitan
hipertensi pulmonal, pemantauan ketat saat terapi surfaktan dibutuhkan
19
untuk mencegah obstruksi transien jalan napas yang dapat terjadi selama
penyulingan surfaktan.
j. Nitrit oksida inhalasi. Hipertensi pulmonal dapat diterapi secara efektif
dengan inhalasi nitrit oksida. Terjadi vasodilatasi arteriol pulmonal yang
selektif akibat nitrit oks ida yang bekerja langsung pada otot polos
vascular, yaitu dengan mengaktivasi guanilat siklase, sehingga
meningkatkan siklik guano sin mono fosfat. Karena diberi per inhalasi, efek
yang timbul hanya bersifat 10ka1.Hal ini terjadi karena nitrir oksida akan
diinaktivasi oleh hemoglobin begitu mencapai pembuluh darah. Oleh
karena itu, pengaruhnya pada sistem-sistem lain dalam tubuh cukup
minimal, akan tetapi, kadar methemoglobin hams terus dipantau.
k. Oksigenasi membran ekstra korporeal (ECMO = extracorporeal membrane
oxygenation). Pasien yang gagal dengan terapi-terapi sebelumnya dapat
diusulkan untuk dilakukan oksigenasi membran ekstra korporeal. Index
oksigenasi (FI0x Paw x 100 x PaOz)>40, dengan Paw (tekanan rata-rata
jalan napas) 2:20 cmH20, dapat memprediksi neonatus yang
membutuhkan EeMO. Dibandingkan dengan kelompok populasi lain
yang membutuhkan EeMO, bayi dengan SAM memiliki angka
kelangsungan hidup yang tinggi, yaitu sebesar 93-100%.
2. Penatalaksanaan umum
Neonatus dengan aspirasi mekonium yang membutuhkan resusitasi
sering kali juga mengalami kelainan metabolik, seperti hipoksia, asidosis,
hipoglikemia, dan hipokalsemia. Pasien-pasien ini kemungkinan telah
mengalami asfiksia perinatal, sehingga diperlukan pemantauan adanya
kerusakan organ.
20
• Jika bayi tidak bugar (didefinisikan sebagai kondisi tonus otot yang
lemah dan usaha napas yang kurang maupun tidak ada): suction trakea
langsung setelah
kelahiran. Suction dilakukan selama tidak lebih dari 5 detik. Jika tidak
didapatkan cairan mekonial, jangan ulangi intubasi dan suction. Sebaliknya,
jika didapatkan cairan mekonial tanpa adanya bradikardi, lakukan reintubasi
dan suction. Jika bradikardi, lakukan ventilasi tekanan positif dan rencanakan
suction ulang setelah beberapa waktu.
• Jika bayi bugar (didefinisikan sebagai kondisi usaha nap as
yang cukup, menangis, tonus otot cukup, dan wama kulit yang baik): bersihkan
sekresi dan mekonium dari mulut lalu hidung menggunakan bulb syringe
atau selang suction yang besar. Pada kondisi apapun, langkah-langkah
resusitasi berikutnya hams mencakup: pengeringan, reposisi, dan pemberian
oksigen sesuai kebutuhan.
• Pedoman ini terus diperbaharui sesuai evidence-base terbaru. Diet bayi
dengan SAM: 8
• Distres perinatal dan distres nap as yang berat merupakan halangan
untuk pemberian makanan.
• Terapi cairan intravena dimulai dengan infuse dekstrosa yang adekuat
untuk mencegah hipoglikemi.
• Beri tambahan elektrolit, lipid, dan vitamin secara progresif
untuk memastikan asupan nutrisi yang adekuat serta untuk mencegah
defisiensi asam amino esensial dan asam lemak.
PROGNOSIS
21
Diperkirakan bahwa bayi yang teraspirasi mekonium memiliki mortalitas
yang lebih tinggi daripada mortalitas bayi yang tidak teraspirasi, dan
aspirasi mekonium biasanya menyebabkan proporsi kematian neonatus yang
bermakna. Sisa masalah pada pam jarang dijumpai, tetapi meliputi batuk
bergejala, mengi, dan hiperinflasi persisten selama 5-10 tahun. Prognosis
akhir bergantung pada luasnya jejas sistem saraf pusat akibat asfiksia, dan
adanya masalah-masalah terkait seperi adanya sirkulasi janin.
22
23