2.4 Ayakan
Ayakan adalah pemisahan butir-butir berdasarkan beda ukuran dengan suatu
kasa (screen) yang meloloskan butir-butir yang berukuran kecil, namun menahan
butir-butir berukuran besar. Butir-butir yang lolos disebut undersize sedang butir-
butir tertahan disebut oversize.
Pengayakan diuk diinginkan berdasarkan ukurannya, dari dalam bahan curah
dan bubuk yang memiliki ukuran partikel kecil dan bahan adonan atau campuran
dari cairannya. Payakan cukup lama sehingga semua butir kecil banyak yang
lolos. Produk industri kimia yang berupa serbuk biasanya mempunyai spesifikasi
ukuran tertentu, misal lolos ayakan 48 mesh, atau tertahan diayakan 65 mesh, atau
lolos ayakan 48 mesh dan tertahan di ayakan 65 mesh. Mesh menunjukkan ukuran
lubang ayakan. Ayakan 48 mesh artinya mempunyai 48 lubang tiap 1 in panjang.
Aperture adalah ukuran lubang ayakan. Misal butir yang lolos ayakan 48
mesh berarti ukurannya kurang dari 0,295 mm, sedang butir yang tertahan ayakan
48 mesh berukuran lebih dari 0,295 mm. Ini tentunya jika pengayakan sempurna.
Butir-butir yang lolos ayakan 48 mesh namun tertahan ayakan 65 mesh berukuran
antara 0,208 mm dan 0,295 mm.
Ukuran butiran tertentu yang masih dapat melintasi ayakan dinyatakan sebagai
butiran batas. Proses pengayakan biasanya masih dilakukan secara manual
menggunakan alat konvensional dengan 2 orang atau secara bergantian sebagai
operator, hal ini tentu akan membutuhkan biaya dan waktu yang lebih untuk
membuat suatu proses pekerjaan.
Oleh karena itu dicoba dibuat alat pengayak pasir yang dapat meningkatkan
suatu produktifitas kerja operator dengan tujuan agar proses pengayakan dapat
mengalami peningkatan terhadap hasil pengayakan pasir serta dengan operator
yang seminim mungkin.
Hal ini dilakukan untuk meminimalisir biaya yang dikeluarkan dalam suatu
pekerjaan. Bagi para pekerja bangunan, proses pengayakan merupakan suatu
pekerjaan yang dilakukan untuk menghasilkan butiran yang dipilih seperti untuk
memplaster dinding, taman, dan keperluan lainnya. Saat ini, beberapa pekerjaan
dan peralatan masih dilakukan secara manual. Untuk melakukan pengayakan,
biasanya membutuhkan satu atau dua orang tenaga untuk mengayak.
Disisi lain, bagi para pekerja pemula yang melakukan pekerjaan ini tentunya
akan merasa berat, karena belum terbiasa dan badan akan merasa pegal dan letih.
Perawatan dan pemeliharaan mesin pengayak pasir ini dilakukan pada setiap
komponen, yaitu dengan pemberian pelumas pada bantalan, dengan pembersihan
pasir-pasir yang menempel pada komponen-komponen alat serta pengecekan
berkala pada setiap komponen meliputi baut-baut pengikat, serta komponen
lainnya dilakukan pada kodisi dengan jumlah tertentu (Herdiana, 2018).
2.4.1 Jenis-Jenis Ayakan
Beberapa jenis ayakan yang sering digunakan antara lain:
a.Grizzly
Grizzly merupakan jenis ayakan statis, yang dimana material yang
akan diayak itu akan mengikuti aliran pada posisi kemiringan-
kemiringan tertentu. Grizlies tersusun atas batangan-batangan logam
yang disusun paralel dengan jarak antar batangan tertentu, antara 2
sampai 8 in. Batangan-batangan logam tersusun miring dengan sudut
tertentu (20° sampai 50° terhadap sumbu horizontal), untuk
memudahkan padatan bergerak. Kapasitas grizzlies mencapai 100
sampai 150 ton/ft per 24 jam, dengan ukuran aperture sekitar 1 in.
b. Vibrating screen
Vibrating screen merupakan ayakan dinamis dengan permukaan
horizontal dan miring digerakkan pada frekuensi 1000 Hz sampai
dengan 7000 Hz.
Prinsip kinerja vibrating screen adalah permukaan saringan dibuat
bergetar dengan amplitudo kecil dan frekuensi tinggi. Adanya getaran
ini akan membantu material terangkat dan bergerak diatas permukaan
saringan. Kemiringan saringan dibuat 0°-35° dengan kecepatan getaran
600–3600 rpm dan amplitudo yang berukuran 1–16 inci. Ukuran yang
diketahui yang dapat disaring dalam saringan biasanya adalah sekitar
25 cm – 5 cm (Sittumorang, 2016)
c. Reciprocating screen
Reciprocating screen yaitu ayakan dinamis dengan gerakan
menggoyang, pukulan yang panjang (20-200 Hz). Digunakan
untuk pemindahan dengan pemisahan ukuran. Reciprocating screen
merupakan jenis ayakan girasi dengan sudut kemiringan lebih kecil
(sekitar 5°). Mesin diputar getarkan pada sumbu mendatarnya.
d. Oscillating screen
Oscillating screen merupakan ayakan dinamis pada frekuensi yang
lebih rendah dari vibrating screen (100-400 Hz) dengan jangka waktu
yang lebih lama (Sittumorang, 2016).
e. Shifting screen
Shifting screen yaitu ayakan dinamis yang dioperasikan dengan
gerakan memutar dalam bidang permukaan ayakan. Gerakan actual
dapat berupa putaran, atau getaran memutar. Digunakan untuk
pengayakan material basah atau kering.
f. Revolving screen
Ayakan dinamis dengan posisi miring, berotasi pada kecepatan
rendah (10-20 rpm). Digunakan untuk pengayakan basah dari material
yang relatif kasar, tetapi hanya memiliki pemindahan yang besar
dengan vibrating screen (Hoten, 2020).
2.4.2 Metode Pengayakan
Beberapa cara atau metode-metode yang dapat kita gunakan dalam
suatu proses pengayakan tersebut yang tergantung dari material-material
yang akan dianalisa, Berikut ini terdapat 2 bagian atau macam-macam
yang diantaranya adalah:
a. Ayakan dengan Gerakan Horizontal
Cara Pengayakan dalam metode ini, yaitu sampel bergerak secara
horizontal (mendatar) pada bidang permukaan sieve (ayakan), metode
ini baik digunakan untuk sampel yang berbentuk jarum, datar, panjang
atau berbentuk serat.
b. Ayakan dengan Gerakan Vertikal
Cara pengayakan dalam metode ini, sampel terlempar ke atas
secara vertikal dengan sedikit gerakan melingkar sehingga
menyebabkan penyebaran pada sampel dan terjadi pemisahan secara
menyeluruh, pada saat yang bersamaan sampel yang terlempar keatas
akan berputar (rotasi) dan jatuh di atas permukaan ayakan, sampel
dengan ukuran yang lebih kecil dari lubang ayakan akan melewati
saringan dan yang ukuran lebih besar akan dilemparkan ke atas lagi
dan begitu seterusnya. Sieve shaker modern yang digerakkan dengan
electro magnetik yang bergerak dengan menggunakan suatu sistem
pegas yang dimana sebuah getaran yang dihasilkan kemudian
dialirkan ke arah ayakan [ CITATION Sar19 \l 1033 ].
2.4.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Pengayakan
Faktor-faktor yang mempengaruhi pada proses suatu pengayakan
antara lain sebagai berikut:
a. Waktu atau lama pengayak (waktu optimum), jika pengayakan terlalu
lama akan menyebabkan hancurnya serbuk sehingga serbuk yang
seharusnya tidak terayak akan menjadi terayak.
b. Massa sampel, Jika sampel terlalu banyak maka sampel sulit terayak.
Jika sampel sedikit maka akan lebih mudah untuk turun dan terayak.
c. Intensitas getaran, Semakin tinggi intensitas suatu getaran maka
semakin banyak terjadi tumbukan antar partikel yang menyebabkan
terkikisnya partikel. Dengan demikian partikel yang tidak terayak
dengan ukuran tertentu.
d. Pengambilan sampel yang mewakili populasi, Sampel yang baik dapat
mewakili semua unsur yang ada didalam populasi, populasi yang
dimaksud adalah keanekaragaman ukuran partikel, mulai yang sangat
halus sampai ke yang paling kasar [ CITATION Pra18 \l 1033 ].
2.4.4 Keuntungan dan Kerugian Metode Pengayakan
a. Keuntungan dari Metode Pengayakan
1. Lebih cepat dan praktis.
2. Dapat diketahui ukuran partikel dari kecil sampai besar.
3. Dalam waktu relatif singkat dapat diperoleh hasil yang diinginkan.
4. Tidak bersifat subjektif.
5. Lebih mudah diamati.
6. Tidak membutuhkan ketelitian mata pengamat.
b. Kerugian dari Metode Pengayakan
1. Tidak dapat mengetahui bentuk partikel secara pasti seperti pada
suatu metode mikroskopi.
2. Ukuran partikel tidak pasti karena ditentukan secara kelompok
(berdasarkan keseragaman). Tidak dapat menentukan diameter
partikel karena ukuran partikel diperoleh berdasarkan nomor mesh
ayakan.
3. Adanya agregasi karena adanya suatu getaran sehingga
mempengaruhi validasi data.
4. Tidak dapat melihat bentuk partikel dan dapat menyebabkan erosi
Asmuliani Rasyid (2015) ‘Respon pertumbuhan dan produksi kacang hijau (’, 1(2),
pp. 62–66.
Bahri, S. (2019) ‘Pemanfaatan Limbah Serbuk Besi Sebagai Agregat Halus Pada
Campuran Aspal Panas’, Inersia, Jurnal Teknik Sipil, 9(2), pp. 39–46. doi:
10.33369/ijts.9.2.39-46.
Bidangan, J. (2017) ‘Laboratorium pilot plant’, (121424013), pp. 1–10.
Damayanti, R., Lusiana, N. and Prasetyo, J. (2017) ‘Studi Pengaruh Ukuran Partikel
dan Penambahan Perekat Tapioka terhadap Karakteristik Biopelet dari Kulit
Coklat (Theobroma Cacao L.) Sebagai Bahan Bakar Alternatif Terbarukan’,
Jurnal Teknotan, 11(1). doi: 10.24198/jt.vol11n1.6.
Handra, N., A, D. and J, R. (2016) ‘Mesin Pengayak Pasir Otomatis dengan Tiga
Saringan Automatic Sand Sieving Machine with Three Sieves’, Jurnal Teknik
Mesin Institut Teknologi Padang, 6(1), pp. 19–20.
Hardin, A. (2016) ‘Penghancuran Dan Pengayakan’, 5, pp. 5–18.
Herdiana (2015) ‘Laboratorium riset dan operasi teknik kimia universitas
pembangunan nasional “veteran” jawa timur 1’, pp. 1–24.
Herdiana (2016) ‘Pengayakan’, Journal of Chemical Information and Modeling,
53(9), pp. 1689–1699.
Hoten, H. Van (2020) ‘Analisis Karakterisasi Serbuk Biokeramik Dari Cangkang
Telur Ayam Broiler’, Rotor, 13(1), p. 1. doi: 10.19184/rotor.v13i1.18874.
Jatmiko, W. A. (2019) ‘Pengaruh Rasio Jumlah Dan Diameter Bola Baja Dalam
Proses Sintesis Material Dengan Shaker Milling Terhadap Ukuran Partikel
Kaolin’.
M. Rif’atul., Miftahul., K. L. and . I. V. N. (2018) ‘PRAKTIKUM KIMIA DASAR I
Jurusan Kimia’, p. 81.
Maiti and Bidinger (2015a), Journal of Chemical Information and Modeling.
Maiti and Bidinger (2015b), Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9),
pp. 1689–1699.
Nurhaen, N., Winarsii, D. and Ridhay, A. (2016) ‘Isolasi dan Identifikasi Komponen
Kimia Minyak Atsiri dari Daun, Batang dan Bunga Tumbuhan Salembangu
(Melissa sp.)’, Natural Science: Journal of Science and Technology, 5(2), pp.
149–157. doi: 10.22487/25411969.2016.v5.i2.6702.
Prasetyo, S. B. (2015) ‘Analisis Efisiensi Distribusi Pemasaran Produk Dengan
Metode Data Envelopment Analysis ( DEA )’, Jurnal Penelitian Ilmu Teknik,
8(2), pp. 120–128.
Purwono (2016) ‘Botani Kacang Hijau’, Botani Kacang Hijau, pp. 11–46.
Sataloff, R. T., Johns, M. M. and Kost, K. M. (2017).