Anda di halaman 1dari 8

Diktat Kuliah Pengelolaan Sampah TL-3104 Versi-2008-3/10

BAGIAN 3
PENGELOLAAN SAMPAH MELALUI PENGURANGAN
Bagian ini menjelaskan konsep utama pengelolaan sampah yang bertumpu pada pengurangan
(minimasi) sejak sebelum sampah itu terbentuk. Dijelaskan bahwa 3R (reduce, reuse dan
recycle) merupakan dasar penanganan sampah menurut UU-18/2008. Pengelolaan sampah
hendaknya bersifat terpadu sesuai dengan karakteristik sampah itu sendiri.

3.1 Konsep Minimasi Limbah urutan prioritas penanganan limbah secara umum,
Dilihat dari keterkaitan terbentuknya limbah, yaitu [11]:
khususnya limbah padat, ada 2 (dua) pendekatan a. Langkah 1 Reduce (Pembatasan):
yang dapat dilakukan untuk mengendalikan akibat mengupayakan agar limbah yang dihasilkan
adanya limbah, yaitu (Gambar 3.1): sesedikit mungkin
a. Pendekatan proaktif: yaitu upaya agar dalam b. Langkah 2 Reuse (Guna-ulang): bila limbah
proses penggunaan bahan akan dihasilkan akhirnya terbentuk, maka upayakan
limbah yang seminimal mungkin, dengan memanfaatkan limbah tersebut secara
tingkat bahaya yang serendah mungkin. langsung
b. Pendekatan reaktif: yaitu penanganan limbah c. Langkah 3 Recycle (daur-ulang): residu atau
yang dilakukan setelah limbah tersebut limbah yang tersisa atau tidak dapat
terbentuk dimanfaatkan secara langsung, kemudian
diproses atau diolah untuk dapat
Pendekatan proakatif merupakan strategi yang dimanfaatkan, baik sebagai bahan baku
diperkenalkan pada akhir tahun 1970-an dalam maupun sebagai sumber enersi
dunia industri, dikenal sebagai proses bersih atau d. Langkah 4 Treatment (olah): residu yang
teknologi bersih yang bersasaran pada dihasilkan atau yang tidak dapat
pengendalian atau reduksi terjadinya limbah dimanfaatkan kemudian diolah, agar
melalui penggunaan teknologi yang lebih bersih memudahkan penanganan berikutnya, atau
dan yang akrab lingkungan. Konsep ini secara agar dapat secara aman dilepas ke
sederhana melingkupi: lingkungan
− Pengaturan yang lebih baik dalam e. Langkah 5 Dispose (singkir): residu/limbah
manajemen penggunaan bahan dan enersi yang tidak dapat diolah perlu dilepas ke
serta limbahnya melalui good house keeping lingkungan secara aman, yaitu melalui
− Penghematan bahan baku, fluida dan enersi rekayasa yang baik dan aman seperti
yang digunakan menyingkirkan pada sebuah lahan-urug
− Pemakaian kembali bahan baku tercecer (landfill) yang dirancang dan disiapkan secara
yang masih bisa dimanfaatkan baik
− Penggantian bahan baku, fluida dan enesi f. Langkah 6 Remediasi: media lingkungan
− Pemodivikasian proses bahkan kalau perlu (khusunya media air dan tanah) yang sudah
penggantian proses dan teknologi yang tercemar akibat limbah yang tidak terkelola
digunakan agar emisi atau limbah yang secara baik, perlu direhabilitasi atau diperbaiki
dihasilkan seminimal mungkin dan dengan melalui upaya rekayasa yang sesuai, seperti
tingkat bahaya yang serendah mungkin bioremediasi dan sebagainya.
− Pemisahan limbah yang terbentuk
berdasarkan jenisnya agar lebih mudah Konsep proses bersih di atas kemudian diterapkan
penanganannya lebih spesifik dalam pengelolaan sampah, dengan
penekanan pada reduce, reuse dan recycle, yang
Pendekatan reaktif, yaitu konsep yang dianggap dikenal sebagai pendekatan 3R. Upaya R1, R2
perlu diperbaiki, adalah konsep dengan upaya dan R3 adalah upaya minimasi atau
pengendalian yang dilakukan setelah limbah pengurangan sampah yang perlu ditanganii.
terbentuk, dikenal sebagai pendekatan end-of- Selanjutnya, usaha pengolahan atau pemusnahan
pipe. Konsep ini mengandalkan pada teknologi sampah bertujuan untuk mengurangi dampak
pengolahan dan pengurugan limbah, agar emisi negatif terhadap lingkungan bila residu tersebut
dan residu yang dihasilkan aman dilepas kembali dilepas ke lingkungan. Sebagian besar
ke lingkungan. Konsep pengendalian limbah pengolahan dan/atau pemusnahan sampah
secara reaktif tersebut kemudian diperbaiki melalui bersifat transformasi materi yang dianggap
kegiatan pemanfaatan kembali residu atau limbah berbahaya sehingga dihasilkan materi lain yang
secara langsung (reuse), dan/atau melalui sebuah tidak mengganggu lingkungan. Sedangkan
proses terlebih dahulu sebelum dilakukan penyingkiran limbah bertujuan mengurangi volume
pemanfaatan (recycle) terhadap limbah tersebut. dan bahayanya (seperti insinerasi) ataupun
pengurugan dalam tanah seperti landfilling (lahan-
urug). Gambar 3.1 adalah skema umum yang
Secara ideal kemudian pendekatan proses bersih sejenis seperti dibahas di atas melalui pendekatan
tersebut dikembangkan menjadi konsep hierarhi 3R, yang diperkenalkan di Jepang sebagai
Masyarakat Berwawasan Bahan-Daur (Sound

Enri Damanhuri – Tri Padmi: Program Studi Teknik Lingkungan FTSL ITB 3-1
Diktat Kuliah Pengelolaan Sampah TL-3104 Versi-2008-3/10

Material Material-Cycle Society) dengan langkah d. Langkah 4a: Pendaur-ulangan bahan yang
sebagai berikut [69]: tidak dapat digunakan langsung
a. Langkah 1: Penghematan penggunaan e. Langkah 4b: Pemanfaatan enersi yang
sumber daya alam terkandung dalam sampah, yang biasanya
b. Langkah 2: Pembatasan konsumsi dilakukan melalui teknologi insinerasi
penggunaan bahan dalam kegiatan sehari- f. Langkah 5: Pengembalian residu atau limbah
hari, termasuk dalam proses produksi di yang tidak dapat dimanfaatkan lagi melalui
sebuah industri disposal di alam secara aman dan sehat
c. Langkah 3: Penggunaan produk yang
dikonsumsi berulang-ulang

Langkah 1:
Hemat penggunaan
SDA
Langkah 2:
Batasi (reduksi)
Input SDA konsumsi penggunaan
Bahan baku bahan
Proses Produksi
Manufaktur,
Distribusi

Langkah 4a: Konsumsi Langkah 3:


Daur-ulang bahan yg tidak Gunakan
dapat di-reuse sebagai bahan bahan
baku berulang-kali

Residu

Langkah 4b: Pengolahan


Permanfaatan (Recycling,
enersi dari bahan Pengomposan
yang tidak terdaur- Insinerasi)
ulang, dan tidak ada
alternatif lain

Langkah 5:
Pemerosesan Kembalikan residu yg tidak
Akhir dapat dimanfaatkan lagi,
secara sehat dan aman

Gambar 3.1: Konsep Sound Material-Cycle Society [Modifikasi dari 69]

3.2 Konsep Pengurangan dalam Pengelolaan penampungan sementara atau tempat


Sampah menurut UU-18/2008 pengolahan sampah terpadu
− Pengangkutan: dalam bentuk membawa
Menurut UU-18/2008 tentang Pengelolaan sampah dari sumber dan/atau dari
Sampah, terdapat 2 kelompok utama pengelolaan tempat penampungan sampah
sampah, yaitu: sementara atau dari tempat pengolahan
a. Pengurangan sampah (waste minimization), sampah terpadu menuju ke tempat
yang terdiri dari pembatasan terjadinya pemrosesan akhir
sampah, guna-ulang dan daur-ulang − Pengolahan: dalam bentuk mengubah
b. Penanganan sampah (waste handling), yang karakteristik, komposisi, dan jumlah
terdiri dari: sampah
− Pemilahan: dalam bentuk − Pemrosesan akhir sampah: dalam bentuk
pengelompokan dan pemisahan sampah pengembalian sampah dan/atau residu
sesuai dengan jenis, jumlah, dan/atau hasil pengolahan sebelumnya ke media
sifat sampah lingkungan secara aman.
− Pengumpulan: dalam bentuk
pengambilan dan pemindahan sampah UU-18/2008 ini menekankan bahwa prioritas
dari sumber sampah ke tempat utama yang harus dilakukan oleh semua fihak

Enri Damanhuri – Tri Padmi: Program Studi Teknik Lingkungan FTSL ITB 3-2
Diktat Kuliah Pengelolaan Sampah TL-3104 Versi-2008-3/10

adalah bagaimana agar mengurangi sampah proses, baik sebagai bahan baku untuk produk
semaksimal mungkin. Bagian sampah atau residu sejenis seperti asalnya, atau sebagai bahan baku
dari kegiatan pengurangan sampah yang masih untuk produk yang berbeda, atau memanfaatkan
tersisa selanjutnya dilakukan pengolahan enersi yang dihasilkan dari proses recycling
(treatment) maupun pengurugan (landfilling). tersebut.
Pengurangan sampah melalui 3R menurut UU-
18/2008 meliputi: Beberapa hal yang diatur dalam UU-18/2008
a. Pembatasan (Reduce): mengupayakan agar terkait dengan upaya minimasi (pembatasan)
limbah yang dihasilkan sesedikit mungkin timbulan sampah adalah [68]:
b. Guna-ulang (Reuse): bila limbah akhirnya a. Pemerintah dan pemerintah daerah wajib
terbentuk, maka upayakan memanfaatkan melakukan kegiatan:
limbah tersebut secara langsung − menetapkan target pengurangan sampah
c. Daur-ulang (Recycle): residu atau limbah secara bertahap dalam jangka waktu
yang tersisa atau tidak dapat dimanfaatkan tertentu
secara langsung, kemudian diproses atau − memfasilitasi penerapan teknologi yang
diolah untuk dapat dimanfaatkan, baik ramah lingkungan
sebagai bahan baku maupun sebagai sumber − memfasilitasi penerapan label produk yang
enersi ramah lingkungan
− memfasilitasi kegiatan mengguna ulang dan
Ketiga pendekatan tersebut merupakan dasar mendaur ulang
utama dalam pengelolaan sampah, yang − memfasilitasi pemasaran produk-produk
mempunyai sasaran utama minimasi limbah yang daur ulang.
harus dikelola dengan berbagai upaya agar limbah b. Pelaku usaha dalam melaksanakan kegiatan
yang akan dilepas ke lingkungan, baik melaui menggunakan bahan produksi yang
tahapan pengolahan maupun melalui tahan menimbulkan sampah sesedikit mungkin,
pengurugan terlebih dahulu, akan menjadi dapat diguna ulang, dapat didaur ulang,
sesedikit mungkin dan dengan tingkat bahaya dan/atau mudah diurai oleh proses alam.
sesedikit mungkin. c. Masyarakat dalam melakukan kegiatan
pengurangan sampah menggunakan bahan
yang dapat diguna ulang, didaur ulang,
Gagasan yang lebih radikal adalah melalui konsep dan/atau mudah diurai oleh proses alam
kegiatan tanpa limbah (zero waste). Secara d. Pemerintah memberikan:
teoritis, gagasan ini dapat dilakukan, tetapi secara − insentif kepada setiap orang yang
praktis sampai saat ini belum pernah dapat melakukan pengurangan sampah
direalisir. Oleh karenanya, gagasan ini lebih − disinsentif kepada setiap orang yang tidak
ditonjolkan sebagi semangat dalam pengendalian melakukan pengurangan sampah
pencemaran limbah, yaitu agar semua kegiatan Ketentuan tersebut di atas masih perlu diatur lebih
manusia handaknya berupaya untuk lanjut dalam bentuk Peraturan Pemerintah agar
meminimalkan terbentuknya limbah atau dapat dilaksanakan secara baik dan tepat
meminimalkan tingkat bahaya dari limbah, bahkan sasaran.
kalau muingkin meniadakan.
Sebagai pembanding, Jepang membagi
Konsep pembatasan (reduce) jumlah sampah stakeholders utama dalam pengelolaan sampah
yang akan terbentuk dapat dilakukan antara lain yang berbasis 3R dalam 5 kelompok, yang
melalui: masing-masing mempunyai peran utama dalam
− Efisiensi penggunaan sumber daya alam membatasi sampah yang akan dihasilkan, yaitu
− Rancangan produk yang mengarah pada [69]:
penggunaan bahan atau proses yang lebih a. Masyarakat penghasil sampah:
sedikit menghasilkan sampah, dan − Memahami dampak akibat sampah yang
sampahnya mudah untuk diguna-ulang dan dihasilkan
didaur-ulnag − Mempertimbangkan ulang pola hidupnya
− Menggunakan bahan yang berasal dari hasil − Memilih barang dan pelayanan yang
daur-ulang limbah berwawasan lingkungan
− Mengurangi penggunaan bahan berbahaya − Berpartisipasi aktif dalam pengelolaan
− Menggunakan eco-labeling sampah, misalnya pemilahan sampah
− Berpartsipasi dalam pengembangan
Konsep guna-ulang (reuse) mengandung pengelolaan sampah berbasis 3R
pengertian bukan saja mengupayakan b. LSM:
penggunaan residu atau sampah terbentuk secara − Mempromosikan kegiatan-kegiatan positif
langsung, tetapi juga upaya yang sebetulnya biasa 3R dalam level masyarakat
diterapkan sehar-hari di Indonesia, yaitu − Mempromosikan peningkatan kesadaran
memperbaiki barang ynag rusak agar dapat − Menyiapkan-melakukan training dan
dimanfaatkan kembali. Bagi prosdusen, sosialisasi
memproduksi produk yang mempunyai masa- − Memantau upaya-upaya yang dilakukan
layan panjang sangat diharapkan. Konsep daur- oleh kegiatan bisnis dan pemerintah
ulang (recycle) mengandung pengertian − Memberikan masukan kebijakan yang
pemanfaatan semaksimal mungkin residu melalui sesuai

Enri Damanhuri – Tri Padmi: Program Studi Teknik Lingkungan FTSL ITB 3-3
Diktat Kuliah Pengelolaan Sampah TL-3104 Versi-2008-3/10

c. Fihak Swasta: − Pengemas level-2 (secondary packaging):


− Menyiapkan barang dan jasa yang pengemas suplementar dari primary
berwawasan lingkungan packaging
− Melaksanakan kegiatan ’take-back’, guna- − Pengemas level-3 (tertiary packaging):
ulang dan daur-ulang terhadap produk pengemas yang dibutuhkan untuk pengiriman.
bekas-nya Beberapa jenis produk kadang membutuhkan
− Mengelola limbah secara berwawasan kemasan yang komplek, terdiri dari beragam
lingkungan komponen dengan pengemasan yang berbeda
− Mengembangkan sistem pengelolaan karena mempunyai fungsi yang berbeda. Dengan
lingkungan mengurangi pengemas ini, maka akan mengurangi
− Memberi informasi yang jujur kepada sampah yang harus ditangani serta akan
konsumen melalui label dan laporan mengurangi biaya pengangkutan. Namun
d. Pemerintah Daerah: dermikian, tidak semua pengemas otomatis akan
− Memastikan diterapkannya peraturan dan menghasilkan limbah yang harus ditangani,
panduan karena beberapa di antaranya berupa kemasan
− Menyiapkan rencana tindak yang dapat dipakai berulang-ulang, seperti botol
− Mendorong ’green purchasing’, dan minuman.
peningkatan pemahaman masyarakat
− Menjamin masyarakat untuk berpartisipasi Pengemas yang diinginkan adalah yang mudah
dalam proses pengambilan keputusan dipisahkan satu dengan lain. Pengemas yang sulit
− Bertindak sebagai fasilitator dalam dipisah misalnya bahan polyethylene yang dilapis
kegiatan 3R dan fihak bisnis karton, disatukan dengan lem secara kuat dan
− Bertindak sebagai koordinator lokal dalam sebagainya, yang sulit untuk dipisahkan satu
pengembangan masyarakat berwawasan dengan lainnya. Dengan demikian dalam konsep
daur-bahan reduksi sampah, tingkatan pengemas yang
− Menyedian ruang dan kesempatan untuk diinginkan adalah [2]:
saling bertukar barang-bekas dan informasi − Tanpa packaging
antar stakeholders − Minimal packaging
− Promosi kerjasama internasional − Consumable, returnable, reusable packaging
e. Pemerintah Pusat: − Recyclable packaging
− Mengembangkan sistem, termasuk aspek
legal yang dibutuhkan Bahan buangan berbentuk padat, seperti kertas,
− Memberikan subsidi dan pengaturan pajak logam, plastik adalah bahan yang biasa didaur-
untuk fasilitas, penelitian dan ulang. Bahan ini bisa saja didaur-pakai secara
pengembangan untuk membangun langsung atau harus mengalami proses terlebih
masyarakat yang berwawasan daur-bahan dahulu untuk menjadi bahan baku baru. Bahan
− Memberikan dorongan dan infoirmasi bagi buangan ini banyak dijumpai, biasanya merupakan
warga dan LSM yang akan melaksanakan bahan pengemas produk. Bahan inilah yang pada
kegiatan secara sukarela tingkat konsumen kadang menimbulkan
− Menyiapakan dasar yang dibutuhkan bagi permasalahan, khususnya dalam pengelolaan
kegiatan seluruh stakeholders sampah kota. Di negara industri, pengemas yang
− Mempromosikan kerjasama dan dialog mudah didaur-ulang akan menjadi salah satu
internasional terkait dengan kegiatan 3R faktor dalam meningkatkan nilai saing produk
tersebut di pasar.
3.3 Pembatasan (Reduce) Timbulan Sampah
UU-18/2008 menggaris bawahi bahwa
pengurangan sampah dilakukan sebelum sampah
Di Eropa dan USA, sekitar 30 % sampah kota tersebut terbentuk, misalnya melalui penghematan
merupakan bahan pengemas (packaging). penggunaan bahan. Kewajiban pengurangan
Diestimasi pula bahwa sepertiga dari seluruh sampah ditujukan bukan saja bagi konsumen,
produk plastik adalah untuk penggunaan jangka tetapi juga ditujukan pada produsen produk. Di
pendek, yaitu sebagai pengemas produk [2]. Indonesia, upaya mereduksi sampah masih belum
Pengemas untuk makanan merupakan residu mendapat perhatian yang baik karena dianggap
yang paling banyak dijumpai di tingkat konsumen. rumit dan tidak menunjukkan hasil yang nyata
Beberapa negara industri telah menerapkan dalam waktu singkat. Upaya mereduksi sampah
program kemasan yang ramah lingkungan, yang sebetulnya akan menimbulkan manfaat jangka
mensyaratkan penggunaan kemasan yang panjang seperti:
kandungan terdaur-ulangnya maksimum, tidak − Mengurangi biaya pengelolaan dan investasi.
mengandung bahan berbahaya, serta − Mengurangi potensi pencemaran air dan
volume/massanya yang sesedikit mungkin. tanah.
− Memperpanjang usia TPA.
Terdapat berbagai tingkat fungsi pengemasan, − Mengurangi kebutuhan sarana sistem
yaitu [2]: kebersihan.
− Produk yang tanpa pengemas sama sekali − Menghemat pemakaian sumber daya alam.
− Pengemas level-1 (primary packaging):
pengemas yang kontak langsung dengan Salah satu upaya sederhana, namun sangat sulit
produk dibiasakan di Indonesia khususnya pada

Enri Damanhuri – Tri Padmi: Program Studi Teknik Lingkungan FTSL ITB 3-4
Diktat Kuliah Pengelolaan Sampah TL-3104 Versi-2008-3/10

masyarakat urban, adalah pembatasan adanya keperluan sehari-hari termasuk barang yang dibeli
sampah sebelum barang yang kita gunakan dari toko atau pasar, yaitu Furoshiki (Gambar
menjadi sampah, melalui penggunaan bahan 3.2). Kain tersebut sebelum digunakan, biasanya
berulang-ulang, seperti penggunaan kantong dilipat secara rapi, dan disimpan dalam tas tangan
plastik yang secara ’manja’ disediakan secara yang digunakan sehari-hari. Jepang termasuk
berlimpah bila kita berbelanja di toko. Membawa negara dengan kebijakan Pemerintahnya yang
kantong sendiri adalah salah satu upaya yang sangat mendorong upaya 3R, termasuk upaya
sangat dianjurkan agar timbulan sampah dapat pembatasan limbah, bukan saja terhadap
dikurangi. Di Jepang, terdapat seni membuat penghasil sampah rumah tangga, juga terhadap
kantong dari kain biasa untuk membawa barang kegiatan industri dan pengusaha lainnya.

Gambar 3.2: Seni Furoshiki dalam Pembatasan Sampah melalui 3R di Jepang [69]

Terkait dengan pengemas produk yang dibahas di dalam pengelolaan limbah secara menyeluruh
atas, maka peran produsen yang menggunakan yang dikenal sebagai internalisasi biaya
pengemas untuk memasarkan produknya menjadi lingkungan dalam biaya produk. Dengan demikian,
mata rantai awal yang diatur oleh UU tersebut. biaya penanganan limbah dan dampaknya sudah
Dikenal konsep Extended Producer termasuk di dalamnya.
Responsibility (EPR), yaitu strategi yang
dirancang dengan menginternalkan biaya Bila di Indonesia baru tersedia sebuah UU yang
lingkungan ke dalam biaya produksi sebuah mengatur pengelolaan sampah, maka di Jepang
produk, tidak terbatas pada produk utamanya, tersedia paling tidak 9 (sembilan) UU yang terkait
tetapi termasuk pula pengemas dari produk utama dengan sampah, yaitu Undang-undang tentang:
tersebut. Dengan demikian biaya lingkungan, − Masyarakat bebasis Daur-Bahan (Material-
seperti biaya penangan residu atau limbah yang cycle society)
muncul akibat penggunaan produk tersebut − Pengelolaan Limbah dan Kebersihan
menjadi bagian dari komponen harga pasar − Penggunaan secara Efektif Sumberdaya
produk yang dipasarkan tersebut. Gambar 3.3 − Recycling Wadah dan Pengemas
adalah langkah EPR yang diterapkan di Jepang, − Recycling Peralatan Rumah Tangga
melalui beberapa langkah: − Recycling Sisa Makanan
− Langkah 1: penghematan bahan baku di − Recycling Puing Bangunan
proses produksi − Recycling End-of-life Kendaraan
− Langkah 2: memproduksi barang yang − Promosi Produk Hijau
berumur panjang, mendorong reparasi pada
barang yang rusak, termasuk servis 60% sampah kota di Jepang merupakan wadah
bergaransi dan pembungkus. Berdasarkan UU-tentang
− Langkah 3: menerima pengembalian produk Recycling Wadah dan Pengemas, maka yang
bekas termasuk pengemas, mennggunakan diatur untuk didaur-ulang adalah:
bahan baku atau menghasilkan produk yang − Gelas/botol (tidak berwarna, coklat dan hijau)
berasal dari hasil daur-ulang serta − Botol PET (untuk minuman beralkohol dan
mengupayakan penggunaan dan non alkohol, serta botol saus kedele)
pengembangan teknologi daur-ulang − Wadah dan pembungkus dari kertas
Disamping mendorong produsen untuk − Wadah dan pembungkus dari plastik
menerapkan EPR, di beberapa negara maju,
peran dan tanggung jawab produsen dimasukkan

Enri Damanhuri – Tri Padmi: Program Studi Teknik Lingkungan FTSL ITB 3-5
Diktat Kuliah Pengelolaan Sampah TL-3104 Versi-2008-3/10

1. Langkah 1: 2. Langkah 2:
Reduksi di sumber Reparasi, produk dengan
umur layan panjang,
REUSE (R2) servis bergaransi

HULU Produksi Distribusi Konsumsi Pengolahan Disposal HILIR

RECYCLING (R3)

Langkah 4
Reuse – recycling produk Langkah 3:
bekas, pembuatan produk Pengembalian produk
dan bahan baku dari bahan telah terpakai
bekas, pengembangan
teknologi recycling

Gambar 3.3: Kaitan 3R dengan Extended Producer Responsibility (EPR) [69]

Mekanisme EPR di Jepang untuk wadah dan


pengemas adalah sebagai berikut [70]: Hal lain yang diatur dalam tanggung jawab EPR
− Pemerintah kota bertanggung jawab untuk antara lain [70]:
membiaya pengumpulan, pemilahan dan − PC yang mempunyai label, maka bila PC
penyimpanan, sedang pengusaha tersebut sudah tidak berfungsi akan bebas
bertanggung jawab untuk biaya recycling dan biaya recycling, sedang yang tidak
pemerosesan mempunyai label harus membayar
− Pengusaha bertanggung jawab terhadap − Pemilik kendaraan bermotor membayar
pengemas atau wadah yang mereka buat antara 10.000 Y - 65.000 Y untuk setiap
atau mereka jual bersama produknya kendaraan yang 'dibuang' atau yang menurut
− Untuk melaksanakan kewajiban tersebut, inspeksi dianggap tidak layak jalan.
Pemerintah Jepang menugaskan Japan − Salah satu upaya EPR yang biasa diterapkan
Containers and Packaging Recycling terhadap produk yang dipasarkan adalah
Association (JCPRA) untuk melaksanakan pencantuman eco-labeling, yang menandakan
aktivitas daur-ulang atas nama pengusaha bahwa produk tersebut dibuat dengan
yang membayar recycling-fee kepada JCPRA memperhatikan aspek lingkungan, seperti
tercantum dalam Gambar 3.4 berikut.
Dalam hal alat-alat elektronik rumah tangga,
berdasarkan UU-tentang peralatan rumah tangga, 3.4 Guna-ulang (Reuse) dan Daur-ulang
maka setiap pengusaha yang memproduksi atau (Recycle) Sampah
menjual mempunyai kewajiban untuk mendaur-
ulang paling tidak 60% AC, 55% TV set, 50% Daur-ulang limbah pada dasarnya telah dimulai
refrigerataor dan 50% mesin cuci untuk di- sejak lama. Di Indonesiapun, khususnya di daerah
reproduksi. Mekanisme yang diterapkan adalah pertanian, masyarakat sudah mengenal daur
sebagai berikut [70]: ulang limbah, khususnya limbah yang bersifat
− Konsumen membayar biaya pengumpulan hayati, seperti sisa makanan, daun-daunan dsb.
barang bekasnya: TV (2.835 Yen), AC (3.675 Dalam pengelolaan persampahan di Indonesia,
Yen), kulkas (4.830 Yen) dan mesin cuci upaya daur-ulang memang cukup menonjol,
(2.520 Y). Kurs 1 Yen = Rp. 85 walaupun umumnya baru melibatkan sektor
− Pengusaha retailer yang menjual barang informal, seperti pedagang sampah (tukang loak),
tersebut sebelumnya bertanggung jawab tukang servis alat-alat elektronika, petugas
untuk mengumpulkan dan mengangkut sampah, pemulung, bandar/lapak dsb.
menuju titik pengumpulan yang telah
ditentukan Dalam usaha mengelola limbah atau sampah
− Pabrik dan importir bertanggung jawab secara baik, ada beberapa pendekatan teknologi,
mendaur-ulang barang yang mereka buat di antaranya penanganan pendahuluan.
atau import yang telah dikumpulkan oleh Penanganan pendahuluan umumnya dilakukan
retailer. untuk memperoleh hasil pengolahan atau daur-

Enri Damanhuri – Tri Padmi: Program Studi Teknik Lingkungan FTSL ITB 3-6
Diktat Kuliah Pengelolaan Sampah TL-3104 Versi-2008-3/10

ulang yang lebih baik dan memudahkan daya alam yang baru. Limbah tersebut diproses
penanganan yang akan dilakukan. Penanganan terlebih dahulu, sehingga dapat menjadi input baru
pendahuluan yang umum dilakukan saat ini dari suatu kegiatan produksi, dan dihasilkan
adalah pengelompokan limbah sesuai jenisnya, produk yang mungkin berbeda dibanding produk
pengurangan volume dan pengurangan ukuran. asalnya.

Usaha penanganan pendahuluan ini dilakukan Semua fihak di Indonesia sepakat bahwa program
dengan tujuan memudahkan dan mengefektifkan 3R dinilai sangat bermanfaat, tetapi sampai saat
pengolahan sampah selanjutnya, termasuk upaya ini upaya-upaya nyata belum terlihat. Perlu
daur-ulang. Dalam pengelolaan sampah, upaya kemauan semua fihak, bukan hanya penghasil
daur-ulang akan berhasil baik bila dilakukan sampah, tetapi juga stakeholders lainnya,
pemilahan dan pemisahan komponen sampah termasuk pemerintah untuk secara nyata
mulai dari sumber sampai ke proses akhirnya. menerapkan konsep ini. Manfaat dari upaya
tersebut dalam jangka panjang antara lain adalah
Upaya pemilahan sangat dianjurkan dan [29]:
hendaknya diprioritaskan sehingga termasuk yang − Berkurangnya secara drastis ketergantungan
paling penting didahulukan. Persoalannya adalah terhadap tempat pemerosesan akhir.
bagaimana meningkatkan keterlibatan − Lebih meningkatkan efisiensi dan efektifitas
masyarakat. Pemilahan yang dianjurkan adalah penggunaan sarana dan prasarana
pola pemilahan yang dilakukan mulai dari level persampahan.
sumber atau asal sampah itu muncul, karena − Terciptanya peluang usaha bagi masyarakat
sampah tersebut masih murni dalam pengertian dari pengelolaan sampah (usaha daur ulang
masih memiliki sifat awal yaitu belum tercampur dan pengomposan).
atau terkontaminasi dengan sampah lainnya. − Terciptanya jalinan kerjasama antara
pemerintah kabupaten/kota dan antara
Terminologi daur-ulang di Indonesia sudah cukup pemerintah dan masyarakat/swasta dalam
lama digunakan, namun selama ini pengertiannya rangka menuju terlaksananya pelayanan
bukan hanya identik dengan recycle, tapi sampah yang lebih berkualitas.
digunakan juga untuk menjelaskan aktivitas lain, − Adanya pemisahan dan pemilahan sampah
seperti reuse dsb. Jadi terminologi ’daur-ulang’ di baik di sumber timbulan maupun di tempat
Indonesia digunakan untuk seluruh upaya pembuangan akhir dan adanya pemusatan
pemanfaatan kembali. Sebelum terminologi 3R kegiatan pengelolaan akan lebih menjamin
menjadi acuan umum dalam penanganan sampah terkendalinya dampak lingkungan yang tidak
dikenal beragam terminologi yang menggunakan dikehendaki.
”R”, seperti recovery, reduce, reuse, recycle,
refurbishment, repair, sampai kepada rethinking Daur-ulang limbah tidak selalu harus diartikan
dan masih banyak lagi. Dari sebuah literatur, bahwa upaya ini adalah yang paling baik,
masing-masing kosa kata tersebut mempunya sehingga harus selalu dilaksanakan. Pilihan daur-
pengertian yang berbeda, yang intinya adalah ulang hendaknya disertai alasan yang rasional.,
upaya pemanfaatan limbah, dengan penekanan seperti bagaimana aspek biaya, enersi, dan
pada [25]: kualitas produk yang dihasilkan. Dari sudut
- Reduce: upaya mengurangi terbentuknya permasalahan sampah di suatu kota atau daerah,
limbah, termasuk penghematan atau maka harus dilihat bahwa sekian ratus atau ribu
pemilihan bahan yang dapat mengurangi ton sampah harus ditangani setiap tahun,
kuantitas limbah serta sifat bahaya dari sebagian besar penanganannya hanya dengan
limbah pengurugan sederhana, dan hanya sebagian kecil
- Recovery: upaya untuk memberikan nilai saja yang didaur-ulang atau dikompos. Daur-ulang
kembali limbah yang terbuang, sehingga bisa akan merupakan salah satu solusi bersama solusi
dimanfaatkan kembali dalam berbagai bentuk, yang lain yang perlu dipertimbangkan.
melalui upaya pengumpulan dan pemisahan
yang baik. Secara sederhana, daur-ulang adalah upaya
- Reuse: upaya yang dilakukan bila limbah untuk mendapatkan sesuatu yang berharga dari
tersebut dimanfaatkan kembali tanpa sampah, seperti kertas koran diproses agar tinta-
mengalami proses atau tanpa transformasi nya disingkirkan (deink), atau repulping yang akan
baru, misalnya botol minuman kembali dihasilkan bahan kertas baru. Dikenal terminology
menjadi botol minuman lain, seperti reuse, direct recycling, indirect
- Recycle: misalnya botol minuman dilebur recycling:
namun tetap dijadikan produk yang berbasis • Reuse: contoh botol minuman, dipakai ber-
pada gelas. Bisa saja terjadi bahwa kualitas ulang dari produsen minuman ke konsumen
produk yang baru sudah mengalami setelah melalui proses pencucian dan
penurunan dibanding produk asalnya. Kosa pengisian minuman. Reuse adalah opsi yang
kata inilah yang paling sering digunakan. paling diinginkan , karena enersi dan biaya
Mungkin dalam bahasa Indonesia kosa kata yang dibutuhkan paling sedikit
yang sepadan adalah daur-ulang. • Direct recycling: contoh botol minuman, suatu
ketika botol tersebut setelah tiba di produsen
Reclamation: bila limbah tersebut dikembalikan minuman dianggap kurang layak untuk
menjadi bahan baku baru, seolah-olah sumber diteruskan, lalu botol tersebut dikirim ke

Enri Damanhuri – Tri Padmi: Program Studi Teknik Lingkungan FTSL ITB 3-7
Diktat Kuliah Pengelolaan Sampah TL-3104 Versi-2008-3/10

pabrik pembuat botol untuk dilebur untuk bahan pelapais dasar pembuatan jalan.
dijadikan bahan pembuat botol baru. Cost Plastik yang ternyata tidak dapat digunakan
yang dibutuhkan akan lebih tinggi sebagai bahan baku pembuatan wadah yang
dibandingkan reuse. Bila bahan cullet (bahan baik, akan mengalami penurunan derajat,
kaca) ini ternyata lebih mahal dibandingkan misalnya digunakan untuk bahan baku barang
biaya dari bahan baku murni, misalnya karena yang tidak membutuhkan persyaratan
adanya biaya pengangkutan, maka opsi ini estetika (warna, dsb) atau sifat-sifat lain. Atau
jelas kurang menguntungkan untuk dimanfaatkan sebaai sumber enersi (a)
diteruskan. Bahan yang diproses dengan cara memproduksi gas bahan bakar dalam
ini kemungkinan mengalami degradasi dari prirolisis atau (b) bahan bakar langsung
segi kualitas, misalnya kertas atau plastik. dalam pabrik semen dalam eco-cement.
Serat kertas yang diproses berulang-ulang Proses indirect recycling ini dinilai mempunyai
akan mengalami penurunan kualitas, level yang terendah, Biasanya, bila sebuah
ukurannya akan tambah lama tambah bahan telah mengalami proses indirect
memendek. Jadi aspek biaya dan kualitas recycling, akan sulit dan mahal biayanya bila
perlu menjadi perhatian utama pada saat hendak didaur-ulang kembali, apalagi bila
memutuskan apakah perlu dilakukan direct hendak dikembalikan pada pos isi sebagai
recycling. raw-material aslinya. Penanganan akhir dari
• Indirect recycling: misalnya botol minuman di bahan yang demikian adalah biasanya
atas, ternyata dari sudut kualitas bahan landfilling atau insinerasi. Jadi sebetulnya
kurang baik, sudah pecah dan bercampur landfilling atau insinerasi adalah digunakan
dengan gelas warna lain yang, serta pengotor sebagai upaya menangani limbah yang telah
lain. Untuk memisahkan dibutuhkan upaya tidak mempunyai nilai lagi untuk didaur-ulang.
yang mengakibatkan biayanya menjadi
mahal. Maka pemanfaatan lanjut adalah,
bahan ini digunakan sebagai camnpuran

Gambar 3.4: Simbol Eco-Labeling dari Beberapa Negara [70]

(1) Blue Angel (Jerman) (2) European Union Ecolabel (3) Green Seal (USA) (4) Terra Choise (Kanada)
(5) China Environmental Labeling (6) Jepang (7) Nordic White Swan (8) Austria (9) Taiwan (10) India (11) Israel
(12) Milijeukeur (Belanda) (13) Environment 2000 (Zimbabwe) (14) Korea Selatan (15) Aenor (Spanyol)
(16) Green Label (Muangthai) (17) Green Label (Hongkong)

Enri Damanhuri – Tri Padmi: Program Studi Teknik Lingkungan FTSL ITB 3-8

Anda mungkin juga menyukai