Disusun oleh:
Dodi Saputra
1712040014
PEND.FISIKA B
JURUSAN FISIKA
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang masih meberikan kita nikmat dan hidayah
yang begitu sangat banyak sehingga kita tidak mampu menghitungnya sehingga patutlah kita
mensyukurinya.Salawat serta salam tetap tercurahkan kepada junjungan nabi besar kita
Muhammad SAW yang diutus ke permukaan bumi untuk menjadi teladan bagi kita umat
manusia yang membawa dampakk perubahan bagi pola pikir manusia untuk senantiasa
mengagumi ciptaan sang maha kuasa.Adapun judul jurnal yang saya review adalah
“ANALISA TERMODINAMIKA LAJU PERPINDAHAN PANAS DAN PENGERINGAN
PADA MESIN PENGERING BERBAHAN BAKAR GAS DENGAN VARIABEL
TEMPERATUR LINGKUNGAN”.
Makalah ini tersusun dan terstruktur.Terselesaikannya makalah ini juga atas bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada Bapak penanggung jawab mata kuliah panas &Teori Kinetik Gas sekaligus selaku
“Tiada gading yang tak retak” sebagaimana review jurnal yang masih belum sempurna.
Namun demikian penyusun hanya bisa berusaha untuk memberikan yang terbaik. Semoga
A. Latar Belakang
Pada akhir akhir ini pemanfaatan sumber daya alam terutama sumber daya alam yang
dapat diperbaharui seperti sinar matahari,air,angin dan seabagainya dijadikan sebagai sumber
utama dalam pemenuhan aktivitas kehidupan sehari hari,misalnya saja
mencuci,mengeringkan baju,tenaga listrik,mobil bahan bakar sel surya,dan lain
sebagainya.dilihat dari aktivitas masayarakat yang lebih dominan menggunakan sinar
matahari seperti contoh tadi salah satunya menjemur pakaian,pengeringan ikan.kita ketahui
terkadang panas sinar matahari terkadang pencahayaannya tidak berlangsung lama dan
kadang berubah berubah atau berfluktuatif.hal ini dikarenakan wilayah kita indonesia
merupakan wilayah tropis yang cuacanya kadang berubah dimana memiliki dua musim yakni
musi hujan dan musim kemarau.
Kelebihan dari mesin ini membutuhkan waktu yang lebih singkat, tidak perlu tempat
yang luas, lebih terjaga kebersihannya dan tidak bergantung pada kondisi cuaca. Pengering
mekanis dalam hal ini, memerlukan sumber panas buatan yang berasal dari bahan bakar
biomasa, bahan bakar minyak dan gas, elemen pemanas tenaga listrik maupun penggunaan
limbah panas. Sumber panas buatan yang di pergunakan pada jurnal kali ini adalah hasil dari
pembakaran gas LPG. Penggunaan gas LPG lebih hemat dibandingkan dengan pemanas
dengan tenaga listrik yang membutuhkan daya ribuan watt.hal ini bahwa gas LPG biasa di
jumpai di sekitar kita terutama yang aktif biasanya didapur tentunya sering menggunakan gas
LPG untuk memasak,menggoreng dan sebagainya dan harganya pun lebih irit.untuk lebih
lanjut terkait pada laju panas termodinamika dari mesin pengering.
C. Tujuan
Tujuan dari penugasan review jurnal ini adalah untuk membuat pelajar/mahasiswa
terbiasa dengan karya-karya para spesialis terkenal di bidang tertentu misal pada judul jurnal
ini.si pereview juga harus meninjau jurnal masing-masing secara teratur. Untuk meringkas
jurnal dengan tepat, orang perlu memahami esensi dari karya, argumennya, dan poin
utamanya.
Review jurnal tentang panas ini bertujuan untuk lebih memahami materi tentang
jurnal teraebut yang berkesuaian dengan yang dipelajari dan terkhusus lebih mengerti
penerapan tentang laju perpindahan panas dan pengering pada mesin pengering.
Review atau ulasan jurnal bisa dalam bentuk tinjauan pustaka/literatur dan, lebih
khusus lagi, tinjauan sistematis; keduanya adalah bentuk literatur sekunder. Tinjauan literatur
memberikan ringkasan tentang apa yang menurut penulis merupakan publikasi terbaik dan
paling relevan sebelumnya.
D. Manfaat
A. Konsep Dasar
Pengeringan merupakan proses pengurangan kadar air suatu bahan hingga mencapai
kadar air tertentu. Dasar proses pengeringan adalah terjadinya penguapan air bahan ke udara
karena perbedaan kandungan uap air antara udara dengan bahan yang dikeringkan. Agar
suatu bahan dapat menjadi kering, maka udara harus memiliki kandungan uap air atau
kelembaban yang lebih rendah dari bahan yang akan dikeringkan (Trayball E.Robert, 1981).
Definisi lain dari proses pengeringan yaitu pemisahan sejumlah kecil air atau zat cair
lain dari suatu bahan, sehingga mengurangi kandungan zat cair tersebut. Pengeringan
biasanya merupakan langkah terakhir dari sederetan operasi dan hasil pengeringan biasanya
siap untuk dikemas (Mc Cabe, 1993).
Menurut Brooker, et al., (1974), beberapa parameter yang mempengaruhi waktu yang
dibutuhkan dalam proses pengeringan, antara lain :
Laju penguapan air bahan dalam pengeringan sangat ditentukan oleh kenaikan suhu.
Bila suhu pengeringan dinaikkan maka panas yang dibutuhkan untuk penguapan air bahan
menjadi berkurang. Suhu udara pengering berpengaruh terhadap lama pengeringan dan
kualitas bahan hasil pengeringan. Makin tinggi suhu udara pengering maka proses
pengeringan makin singkat. Biaya pengeringan dapat ditekan pada kapasitas yang besar jika
digunakan pada suhu tinggi, selama suhu tersebut sampai tidak merusak bahan.
b. Kelembaban Relatif
Udara Pengering Kelembaban udara berpengaruh terhadap pemindahan cairan dari
dalam ke permukaan bahan. Kelembaban relatif juga menentukan besarnya tingkat
kemampuan udara pengering dalam menampung uap air di permukaan bahan. Semakin
rendah RH udara pengering, maka makin cepat pula proses pengeringan yang terjadi, karena
mampu menyerap dan menampung uap air lebih banyak dari pada udara dengan RH yang
tinggi. Laju penguapan air dapat ditentukan berdasarkan perbedaan tekanan uap air pada
udara yang mengalir dengan tekanan uap air pada permukaan bahan yang dikeringkan.
Tekanan uap jenuh ini ditentukan oleh besarnya suhu dan kelembaban relatif udara. Semakin
tinggi suhu, kelembaban relatifnya akan turun sehingga tekanan uap jenuhnya akan naik dan
sebaliknya.
Pada proses pengeringan, udara berfungsi sebagai pembawa panas untuk menguapkan
kandungan air pada bahan serta mengeluarkan uap air tersebut. Air dikeluarkan dari bahan
dalam bentuk uap dan harus secepatnya dipindahkan dari bahan. Bila tidak segera
dipindahkan maka air akan menjenuhkan atmosfer pada permukaan bahan, sehingga akan
memperlambat pengeluaran air selanjutnya. Aliran udara yang cepat akan membawa uap air
dari permukaan bahan dan mencegah uap air tersebut menjadi jenuh di permukaan bahan.
Semakin besar volume udara yang mengalir, maka semakin besar pula kemampuannya dalam
membawa dan menampung air di permukaan bahan.
Pada proses pengeringan sering dijumpai adanya variasi kadar air bahan. Variasi ini
dapat dipengaruhi oleh tebalnya tumpukan bahan, RH udara pengering serta kadar air awal
bahan. Hal tersebut dapat diatasi dengan cara : (1) mengurangi ketebalan tumpukan bahan,
(2) menaikkan kecepatan aliran udara pengering, (3) pengadukan bahan.Pengeringan yang
terlampau cepat dapat merusak bahan, oleh karena permukaan bahan terlalu cepat kering
sehingga kurang bisa diimbangi dengan kecepatan gerakan air di dalam bahan yang menuju
permukaan bahan tersebut. Adanya pengeringan cepat menyebabkan pengerasan pada
permukaan bahan, selanjutnya air di dalam bahan tersebut tidak dapat lagi menguap karena
terhambat.
Dalam pengeringan, keseimbangan kadar air menentukan batas akhir dari proses
pengeringan. Kelembaban udara nisbi serta suhu udara pada bahan kering biasanya
mempengaruhi keseimbangan kadar air. Pada saat kadar air seimbang, penguapan air pada
bahan akan terhenti dan jumlah molekul - molekul air yang akan diuapkan sama dengan
jumlah molekul air yang diserap oleh permukaan bahan. Laju pengeringan amat bergantung
pada perbedaan antara kadar air bahan dengan kadar air keseimbangan. Semakin besar
perbedaan suhu antara medium pemanas dengan bahan semakin cepat pindah panas ke bahan
dan semakin cepat pula penguapan air dari bahan. Pada proses pengeringan, air dikeluarkan
dari bahan dapat berupa uap air. Uap air tersebut harus segera dikeluarkan dari atmosfer di
sekitar bahan yang dikeringkan. Jika tidak segera keluar, udara di sekitar bahan pangan akan
menjadi jenuh oleh uap air sehingga memperlambat penguapan air dari bahan pangan yang
memperlambat proses pengeringan.
B. Mekanisme Pengeringan
Mekanisme pengeringan diterangkan melalui teori tekanan uap. Air yang diuapkan
terdiri dari air bebas dan air terikat. Air bebas berada di permukaan dan yang pertama kali
mengalami penguapan. Bila air permukaan telah habi, maka terjadi migrasi air dan uap air
dari bagian dalam bahan secara difusi. Migrasi air dan uap terjadi karena perbedaan tekanan
uap pada bagian dalam dan bagian luar bahan (Handerson dan Perry, 1976).
Sebelum proses pengeringan berlangsung, tekanan uap air di dalam bahan berada
dalam keseimbangan dengan tekanan uap air di udara sekitarnya. Pada saat pengeringan
dimulai, uap panas yang dialirkan meliputi permukaan bahan akan 7 menaikkan tekanan uap
air, teruatama pada daerah permukaan, sejalan dengan kenaikan suhunya.
Pada saat proses ini terjadi, perpindahan massa dari bahan ke udara dalam bentuk uap
air berlangsung atau terjadi pengeringan pada permukaan bahan. Setelah itu tekanan uap air
pada permukaan bahan akan menurun. Setelah kenaikan suhu terjadi pada seluruh bagian
bahan, maka terjadi pergerakan air secara difusi dari bahan ke permukaannya dan seterusnya
proses penguapan pada permukaan bahan diulang lagi. Akhirnya setelah air bahan berkurang,
tekanan uap air bahan akan menurun sampai terjadi keseimbangan dengan udara sekitarnya.
Selama proses pengeringan terjadi penurunan suhu bola kering udara, disertai dengan
kenaikan kelembaban mutlak, kelembaban nisbi, tekanan uap dan suhu pengembunan udara
pengering.
C. Periode Pengeringan
Menurut Henderson dan Perry, proses pengeringan mempunyai dua periode utama
yaitu periode pengeringan dengan laju pengeringan tetap dan periode pengeringan dengan
laju pengeringan menurun. Kedua periode utama ini dibatasi oleh kadar air kritis. Pada
periode pengeringan dengan laju tetap, bahan mengandung air yang cukup banyak, dimana
pada permukaan bahan berlangsung penguapan yang lajunya dapat disamakan dengan laju
penguapan pada permukaan air bebas. Laju penguapan sebagian besar tergantung pada
keadaan sekeliling bahan, sedangkan pengaruh bahannya sendiri relatif kecil.
Laju pengeringan akan menurun seiring dengan penurunan kadar air selama
pengeringan. Jumlah air terikat makin lama semakin berkurang. Perubahan dari laju
pengeringan tetap menjadi laju pengeringan menurun untuk bahan yang berbeda akan terjadi
pada kadar air yang berbeda pula.
Pada periode laju pengeringan menurun permukaan partikel bahan yang dikeringkan
tidak lagi ditutupi oleh lapisan air. Selama periode laju pengeringan menurun, energi panas
yang diperoleh bahan digunakan untuk menguapkan sisa air bebas yang sedikit sekali
jumlahnya.
Laju pengeringan menurun terjadi setelah laju pengeringan konstan dimana kadar air
bahan lebih kecil daripada kadar air kritis. Periode laju pengeringan menurun meliputi dua
proses yaitu : perpindahan dari dalam ke permukaan dan perpindahan uap air dari permukaan
bahan ke udara sekitarnya.
A = luas permukaan
T = Temperatur udara
Seperti sebelumnya bahwa alat yang digunakan dalam mengatasi permasalahan dalam
kehidupan sehari hari yang contohnya kesulitan mengeringkan pakaian misalnya perlu alat
yang menerapkan konsep panas yakni mesin yang membuat kering disebut mesin pengering.
Mesin pengering pakaian yang penulis gunakan untuk penelitian ini adalah mesin pengering
bertenaga listrik yang dimodifikasi menjadi bertenaga sistem pompa panas (ambo
intang,2017) dan dinovasi lanjut dengan pemanas berbahan bakar gas dengan penambahan
kipas untuk mendapatkan efek konveksi paksa, dimana kipas digunakan untuk mengalirkan
udara panas menuju drum pengering.
Perpindahan yang terjadi selama proses pengeringan adalah proses perpindahan panas
yang mengakibatkan menguapnya air dari dalam bahan yang akan dikeringkan dan proses
perpindahan massa dimana sejumlah uap air dari dalam bahan yang akan dikeringkan ke
udara. Dalam penelitian ini digunakan kerupuk sebagai bahan yang akan dikeringkan.
Besarnya kerupuk kering dengan kadar tertentu dapat dicari dengan rumus sebagai berikut
(Trayball, 1981) :
Sedangkan untuk kadar air awal bahan maka dapat digunakan rumus :
Dengan w1 adalah massa awal bahan (kg), w2 adalah massa akhir bahan/setelah pengeringan
(kg).
Perpindahan energi dengan cara konveksi dari suatu permukaan yang suhunya diatas
suhu fluida sekitarnya berlangsung dalam beberapa tahap. Pertama, panas akan mengalir
dengan cara konduksi dari permukaan ke partikel – partikel fluida yang berbatasan. Energi
yang berpindah dengan cara demikian akan menaikkan suhu dan energi dalam partikel fluida
ini. Kemudian partikel fluida tersebut akan bergerak ke daerah yang bersuhu lebih rendah di
dalam fluida dimana partikel tersebut akan bercampur dan memindahkan sebaian energinya
pada partikel fluida lainnya. Dalam hal ini alirannya adalah aliran fluida maupun energi.
Energi disimpan didalam partikel – partikel fluida dan diangkut sebagai akibat gerakan massa
partikel tersebut.
Perpindahan panas secara konveksi dirumuskan sebagai berikut (Mc Cabe, 1993) :
Q = HA (Tw – Tr)..............(pers.5)
A. Metode
Aliran udara keluar dari kipas pada kecepatan tertentu (VAliran Udara Kipas) berasal
dari udara luar pada T lingkungan 0 oC, kemudian mengalami pemanasan pada ruang
pembakaran y ang dialiri panas hasil pembakaran oleh heater menuju drum pengering, dan
akhirnya meninggalkan drum pengering pada kondisi temperatur Tdb dan Twb. Kain/pakaian
yang digunakan untuk pengujian mesin pengering terbuat dari bahan polyester dengan beban
divariasikan 1.6 kg, 3.7 kg dan 5.3 kg. Pakaian berbahan polyester ini akan dibasahi
kemudian dikeringkan menggunakan mesin pengering lalu dicatat temperatur dan lama waktu
pengeringannya, dengan dua suhu lingkungan yang berbeda yaitu 27 oC didapat pada malam
hari dan 34 oC pada siang hari.
Penelitian ini dilakukan di ruang terbuka dan data pengukuran y ang akan di ambil
adalah suhu ruang pembakaran (0 oC), temperatur bola kering masuk (Tdb masuk),
temperatur bola basah masuk (Twb masuk), temperatur bola kering keluar (Tdb keluar), dan
temperatur bola basah keluar (Twb keluar). Temperatur bola kering dan temperature bola
basah masuk diambil pertama kali dengan mengeringkan pakaian sampai 100% kering
sehingga menjadi acuan untuk percobaan berikutnya (Tdb keluar dan Twb keluar) yang
menunjukkan bahwa pakaian telah kering sempurna secara kualitatif. Data hasil penelitian
akan digunakan untuk menghitung laju pengeringan dan perpindahan kalor yang terjadi
selama proses pengeringan secara kuantitatif.
B. Alat dan Bahan
Keterangan
1. Kipas 7. Puly
2. Heater (selenoid burner) 8. Filter atau saringan
3. Ruang Pembakaran 9. Motor listrik
4. Lubang Saluran Masuk Drum 10.Fan
5. Drum pengering 11. Casting/Pembungkus komponen mesin
6. Van belt (sabuk) 12.Gas LPG 3 kg
C. Prosedur kerja/langkah kerja
Berikut ini tahapan penggunaan mesin pengering baju:
Pada saat pakaian Ibu telah selesai dicuci di mesin cuci, pindahkan cucian ke dalam
tabung pemeras jika Ibu memakai mesin cuci dua tabung. Untuk mempersingkat
waktu pengeringan, gunakan kecepatan tertinggi pada saat proses spinning di mesin
cuci. Hal ini untuk memastikan bahwa air yang terkandung di dalam cucian telah
terbuang sebanyak mungkin.
Pilihlah pengaturan pengeringan yang Ibu inginkan, kemudian Ibu tinggal menunggu
selama 30 menit hingga satu jam sampai mesin pengering menyelesaikan tugasnya.
Jangan lupa untuk mengecek label perawatan pada pakaian yang akan Ibu keringkan
guna memastikan bahwa pakaian tersebut dapat dikeringkan menggunakan mesin
pengering baju.
Hindari memasukkan terlalu banyak pakaian ke dalam pengering. Hal ini akan
menyebabkan pakaian tidak memiliki ruang untuk mengembang sehingga
membuatnya kusut. Selain itu, hindari mencampur pakaian berukuran besar dengan
yang berukuran kecil agar semua pakaian kering secara merata.
Kalau pakaian Ibu bewarna hitam atau berwarna gelap lainnya, sebaiknya jangan
dikeringkan menggunakan mesin pengering karena dapat membuat ketajaman
warnanya berkurang.
D. Sumber data
Pada data kali ini di peroleh dari berbagai sumber diantaranya dari referensi yang
mendukung baik itu dari jurnal atau artikel itu sendiri ,buku,media dan sebagainya.
A. Hasil
A = ¼ 𝛑D2
Berikut ini contoh penetuannya: Nilai hin dan hout bisa didapat dengan menarik
garis manual pada diagram psikometrik dari temperatur bola kering dan bola basah yang
didapat dalam pengujian pada temepratur lingkungan 27 oC, tapi karena nilai Tdb (45
oC) dan Twb (35 oC) yang cukup tinggi, maka lebih mudah dan akurat bila
menggunakan software psikometrik yaitu CYTSoft Psychrometric Chart 2.2, berikut
cara menggunakan dan mencari nilai hin dan hout.
Nilai hin didapat dari Tdb = 45 oC dan Twb = 35 oC, Sehingga nilai hin adalah
128.7997 kJ/kg 128.80 kJ/kg
Nilai hout didapat dari Tdb = 38 oC dan Twb = 33 oC, Sehingga nilai hout
adalah 116.5452 kJ/kg 116.54 kJ/kg
Q = 12.86 kJ/s
1,6−0,8
Laju pengeringan = = 0,6 kg/jam
1,33
B. Pembahasan
pengambilan data pengeringan pada malam hari (suhu lingkungan = 27 oC) dan siang
Dari grafik diatas dapat kita lihat pengaruh suhu lingkungan terhadap
perpindahan kalor (Q). Pada pengeringan pakaian dengan beban yang sama (3.7
kg). terlihat perbedaan besarnya perpindahan kalor yang terjadi. Pada
Dari grafik diatas dapat kita lihat pengaruh suhu lingkungan terhadap
perpindahan kalor (Q). Pada pengeringan pakaian dengan beban yang sama (5.3 kg)
terlihat perbedaan besarnya perpindahan kalor yang terjadi. Pada pengeringan dengan
beban 5.3 kg (T lingkungan 27 oC) perpindahan kalor terbesar adalah 18.89 kJ/s lebih
tinggi dibandingkan dengan pengeringan pada beban 5.3 kg (T lingkungan 34 oC) yang
mana perpindahan kalor terbesarnya adalah 16.11 kJ/s. Hal ini disebabkan karena
semakin tinggi suhu lingkungan maka massa jenis (ρ) udara akan semakin berkurang
(table properties of air at 1 atm pressure), begitupun dengan selisih hin – hout (∆h) nya.
Berkurangnya massa jenis (ρ) udara membuat laju aliran massanya semakin kecil. Laju
aliran massa yang kecil mengakibatkan perpindahan kalor (Q) semakin rendah.
Dari grafik diatas dapat kita lihat pengaruh suhu lingkungan terhadap laju
pengeringan. Pada beban yang sama laju pengeringan akan semakin besar bila pakaian
dikeringkan (mesin pengering) pada suhu lingkungan yang lebih tinggi. Terlihat pada
grafik diatas laju pengeringan pada beban 1.6 kg, 3.7 kg dan 5.3 kg (T lingkungan 34
oC) sebesar 0.69 kg/jam, 0.98 kg/jam dan 1.04 kg/jam lebih tinggi dibanding dengan
laju pengeringan pada beban 1.6 kg, 3.7 kg dan 5.3 kg (T lingkungan 27 oC) yang hanya
sebesar 0.60 kg/jam, 0.77 kg/jam dan 0.78 kg/jam. Hal ini disebabkan karena pada suhu
lingkungan yang tinggi, suhu pada ruang pembakaran akan meningkat. Tercatat pada T
(T ruang pembakaran 60-85 oC). Terjadinya perubahan suhu pada ruang pembakaran
dikarenakan dampak dari tingkat kelembaban lebih rendah pada T lingkungan yang
lebih tinggi.
A. Kesimpulan
1. Dari hasil pengujian didapatkan laju perpindahan kalor terbesar yakni pada beban
pengeringan yang paling berat yakni 5,3 kg dan pada suhu lingkungan yang rendah
yakni 27 oC yaitu 18,89 kJ/s .suhu lingkungan yang rendah membutuhkan laju
perpindahan kalor yang tinggi dan proses pengeringan yang lebih lama.
2. Mesin pengering pakaian dalam hal ini, lebih efisien bila digunakan untuk
mengeringkan pakaian dalam jumlah yang bany ak (mendekati kapasitas maksimum)
dan pada suhu lingkungan yang tinggi. Hal ini terlihat dari efisiensi laju pengeringan
tertinggi terjadi pada pengeringan dengan beban paling berat (5.3 kg) dan pada suhu
lingkungan yang lebih tinggi (34 oC).
3. Konveksi paksa mempengaruhi periode pengeringan pada suhu lingkungan y ang
tinggi, udara yang dihembuskan dari lingkungan akan meningkatkan suhu ruang
pembakaran. Suhu ruang pembakaran yang meningkat membuat proses pengeringan
lebih cepat.
B. Saran