Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG MASALAH


Kayu putih (Melaleuca leucadendron) merupakan tanaman yang tidak asing
bagi masyarakat di Indonesia karena dapat menghasilkan minyak kayu putih
(cajuput oil) yang berkhasiat sebagai obat, insektisida dan wangi-wangian. Selain
itu, pohon kayu putih dapat digunakan untuk konservasi lahan kritis.
Minyak kayu putih dihasilkan dari hasil penyulingan daun dan ranting kayu
putih (M. leucadendra). Minyak atsiri ini dipakai sebagai minyak pengobatan,
dapat dikonsumsi per oral (diminum) atau, lebih umum, dibalurkan ke bagian
tubuh. Kandungan utama minyak  kayu  putih  adalah  sineol  (cineole). Semakin
besar kadar sineolnya, kualitas minyak kayu putih semakin tinggi. Tanaman kayu
putih berasal dari Australia dan saat ini sudah tersebar di Asia Tenggara, terutama
Indonesia dan Malaysia. Tanaman ini dapat tumbuh di dataran rendah dan di
pegunungan.
Berdasarkan hal tersebut, penulis mencoba untuk menjelaskan tentang proses
penyulingan minyak kayu putih “Sendang Mole” yang berada di Desa Playen,
Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta. Disamping itu, penulis juga ingin
mengetahui tentang strategi pemasaran yang di gunakan sehingga mampu
meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar.

2. RUMUSAN MASALAH
1. Mengapa kawasan Hutan Produksi tetap kelompok Hutan Bunder, Playen
Kabupaten Gunungkidul di jadikan tempat pengembangan kayu putih?
2. Bagaimana proses pengolahan minyak kayu putih yang berada di pabrik
“Sendang Mole” ?
3. Kendala apa saja yang di hadapi dalam memproduksi minyak kayu putih
di Pabrik “Sendang Mole” ?
4. Bagaimana strategi pemasaran pabrik minyak kayu putih “Sendang Mole”

1
3. BATASAN MASALAH
Dalam penulisan karya ilmiah ini penulis hanya membatasi pada proses
penyulingan dan aspek pemasaran minyak kayu putih “Sendang Mole”
terhadap masyarakat.

4. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui potensi kawasan Hutan Produksi tetap kelompok Hutan
Bunder, Playen Kabupaten Gunungkidul yang ditetapkan menjadi taman
hutan raya dengan vegetasi yaitu kayu putih.
2. Untuk mengetahui proses penyulingan minyak kayu putih di Pabrik
Sendang Mole
3. Untuk mengetahui kendala yang di hadapi dalam proses produksi minyak
kayu putih
4. Untuk mengetahui strategi pemasaran yang di gunakan dalam memasarkan
minyak kayu putih
5. Untuk mengetahui keterkaitan pengembangan kayu putih di Gunung kidul
terhadap masyarakat sekitar.

5. METODE PENGUMPULAN DATA


Dalam karya tulis ini, penulis menggunakan beberapa metode, yaitu :
1. Metode Observasi
Yaitu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
mengadakan pengamatan secara langsung terhadap objek yang dituju.
2. Metode Pustaka
Penulis mencari data-data di buku referensi dan internet yang
berkaitan dengan proses penyulingan minyak kayu putih serta aspek
pemasaran terhadap masyarakat.

BAB II

2
LANDASAN TEORI

A. HUTAN KAYU PUTIH


Minyak kayu putih merupakan salah satu produk kehutanan yang telah
dikenal luas oleh masyarakat. Minyak kayu putih dapat tumbuh didaerah
tandus,tahan panas dan tumbuh kembali setelah dibakar pohonnya. Pohon kayu
putih terdapat secara alami di daerah Asia Tenggara, yang tumbuh di dataran
rendah atau rawa tetapi jarang ditemui di daerah pegunungan.
Jenis ini telah berkembang luas di Indonesia, terutama di pulau Jawa dan
Maluku dengan memanfaatkan daunnya untuk disuling secara tradisional oleh
masyarakat maupun secara komersial menjadi minyak atsiri yang bernilai
ekonomi tinggi. Jenis tanaman ini mempunyai daur biologis yang panjang, cepat
tumbuh, dapat tumbuh baik pada tanah yang berdrainase baik maupun jelek dengan
kadar garam tinggi maupun asam dan toleran ditempat terbuka serta tahan
terhadap kebakaran.
Kawasan Hutan Produksi tetap kelompok Hutan Bunder, Playen
Kabupaten Gunungkidul yang ditetapkan menjadi taman hutan raya merupakan
ekosistim hutan tanaman oleh vegetasi jenis kayu putih yang harus dapat mampu
mendapatkan penghasilan masyarakat hingga tingkat selanjutnya menjadi
pengembangan hutan kayu putih.

B. KONDISI IKLIM HUTAN KAYU PUTIH


Kayu putih dapat tumbuh di tanah tandus, tahan panas dan dapat bertunas
kembali setelah terjadi kebakaran. Tanaman ini dapat ditemukan dari dataran
rendah sampai 400 m dpi., dapat tumbuh di dekat pantai di belakang hutan bakau,
di tanah berawa atau membentuk hutan kecil di tanah kering sampai basah. Pohon,
tinggi 10-20 m, kulit batangnya berlapis-lapis, berwarna putih keabu-abuan dengan
permukaan kulit yang terkelupas tidak beraturan.

C. POTENSI HUTAN KAYU PUTIH

3
Komponen utama dalam minyak kayu putih adalah sineol yang mencapai
65%. Dengan adanya komponen tersebut, minyak kayu putih dapat langsung
digunakan sebagai obat-obatan dan minyak wangi. Tetapi di luar negeri, minyak
kayu putih juga digunakan sebagai bahan baku untuk industri farmasi dan parfum.
Tanaman lain yang juga mengandung sineol adalah eucalyptus, dengan kadar yang
kebih besar yakni sekitar 85%.
Melaleuca cajuputi yang lebih dikenal dengan nama kayu putih merupakan
sumber industri minyak kayu putih di Indonesia. Karena produk utama dari
tanaman kayu putih adalah minyak kayu putih dengan kadar cineole tertentu, serta
hasil limbah daun dan ranting yang dapat digunakan untuk kompos, maka upaya
pemuliaan tanaman ini ditujukan untuk meningkatkan hasil minyak bermutu tinggi
dengan cara meningkatkan hasil daun dan kandungan minyak di dalam daun.
Di desa Bunder, Playen Kabupaten Gunungkidul di lapangan
pengembangan hutan kayu putih masih berdampingan bahkan masih terintervensi.
Memang dalam pengembangan Kayu putih ini diharapkan tidak hanya sekedar kayu
putihnya saja namun mengharapkan warga di sekitar hutan juga ikut digarap dalam
arti, bagaimana warga bisa hidup melalui produk produk diluar kayu yang harus
ditingkatkan pengetahuan dan ketrampilannya, terutama yang muda- muda supaya
bisa hidup dikawasan hutan.
Daerah Gunungkidul merupakan daerah yang sebagian besar penduduknya
bermata pencaharian sebagai petani, akan tetapi tidak selamanya pertaniaan
memberikan lapangan pekerjaan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Oleh karena itu, sebagian penduduk mencari alternatif pekerjaan dan salah satunya
berhubungan dengan Pabrik Minyak Kayu Putih Sendang Mole.
Kawasan Hutan di Bunder Gunungkidul Propinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta ini akan mampu menjadi kawasan pelestarian alam dengan taman hutan
Raya. Ditambahkan karena desa ini memiliki potensi ekowisata untuk tujuan
penelitian dan pendidikan misalnya penangkaran rusa dan pabrik penyulingan
minyak kayu putih serta menjadi obyek wisata.

D. MANFAAT HUTAN KAYU PUTIH

4
Minyak kayu putih dihasilkan dari hasil penyulingan daun dan ranting
kayu putih (M leucadendra). Minyak atsiri ini dipakai sebagai minyak pengobatan.
Minyak kayu putih juga digunakan sebagai bahan baku untuk industri farmasi dan
parfum. Selain berfungsi sebagai salah satu komponen kelestarian alam, hutan kayu
putih juga berfungsi sebagai tujuan penelitian serta pendidikan. Hal ini dilaksanakan
sebagai salah satu upaya dalam mewujudkan komitmennya dalam pengelolaan hutan
pada era konservasi dan rehabilitasi dalam rangka untuk menjamin perlindungan,
kelestarian dan pemanfaatan potensi kawasan hutan.

BAB III

5
PEMBAHASAN

A. PABRIK MINYAK KAYU PUTIH “SENDANG MOLE”

(http://id.wikipedia.org/wiki/Minyak_kayu_putih)
Daerah Gunungkidul merupakan daerah yang sebagian besar penduduknya
bermata pencaharian sebagai petani, akan tetapi tidak selamanya pertaniaan
memberikan lapangan pekerjaan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Oleh karena itu, sebagian penduduk mencari alternatif pekerjaan dan salah
satunya berhubungan dengan Pabrik Minyak Kayu Putih Sendang Mole.
Dalam laporannya Kepala Dinas Kehutanan mengatakan bahwa
Departemen kehutanan telah memberikan bantuan bibit kayu putih sejumlah 40
Gram Kayu putih untuk pembibitan dan pusat percontohan di Desa Bunder
Gunungkidul. Hal ini dilaksanakan sebagai salah satu upaya dalam mewujudkan
komitmennya dalam pengelolaan hutan pada era konservasi dan rehabilitasi.
Disampaikan pula bahwa kawasan hutan yuang menjadi taman hutan raya
ini dalam rangka untuk menjamin perlindungan, kelestarian dan pemanfaatan
potensi kawasan hutan Sehingga Kawasan Hutan di Bunder Gunungkidul Propinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta ini akan mampu menjadi kawasan pelestarian alam
dengan taman hutan Raya. Dipilihnya Desa ini karena memiliki potensi ekowisata
untuk tujuan penelitian dan pendidikan misalnya penangkaran rusa dan pabrik
penyulingan minyak kayu putih serta menjadi obyek wisata

B. BAHAN BAKU DAN ALAT PRODUKSI


1. Bahan baku

6
(http://amrullha.wordpress.com/minyak-kayu-putih/)
 Bahan baku berasal dari 11 RPH dibawah Dinas Kehutanan yang tersebar
di beberapa  Kecamatan : Paliyan, Panggang, Karang Mojo dan Playen.
 Bahan baku berupa daun kayu putih diperoleh dari pohon kayu putih yang
minimal umurnya 2 tahun dan pada pohon yang sama dipanen kembali
setelah 1 tahun. Pemanenan dilakukan dengan cara memotong rantingnya
dan waktu pemotongan dilaksanakan pada pagi hari, hal ini untuk menjaga
agar tidak terlalu lama terpapar matahari yang dapat menyebabkan
menguapkan kandugan minyak.
 Perlakuan terhadap bahan baku sebelum proses penyulingan adalah
dengan diangin angin selama 3 hari.
2. Alat produksi
a. Boiler

(http://pattyanox.blogspot.co.id/2015/10/proses-pembuatan-minyak-kayu-
putih12.html)
berfungsi untuk memproduksi uap yang akan digunakan untuk mendestilasi
minyak kayu putih dari daun kayu putih pada bak daun yang dihasilkan air yang

7
berasal dari water softener yang dimasukkan ke dalam  boiler dengan pompa.
Pada  boiler dilengkapi dengan panel automatic, yang berfungsi sebagai
pengontrol  boiler agar aman dan berfungsi  dengan baik.  
b. Ruang Bakar

(https://www.google.com/search?q=ruang+bakar+penyulingan+kayu+putih
&client=firefox-a&rls=org.mozilla:en-)
Berfungsi  sebagai  tempat  pembakaran  bahan  bakar  dari  daun  bekas
masak kayu putih (bricket) dan sebagai tempat pemanasan air awal yang
dihubungkan dengan boiler. Konstruksi dinding api dari pipa-pipa uap  yang
melengkung  dan  menjadi  satu  di  atas  dengan  pipa  uap diameter 10” dan
digabungkan dengan uap yang terbentuk di  boiler.
c. Bak Daun dan  Keranjang Daun

(https://www.google.com/search?q=keranjang+daun+minyak+kayu+putih
&client=firefox-a&rls=org.mozilla:en-)
Bak daun berfungsi sebagai wadah untuk keranjang yang berisi daun kayu
putih yang akan diberi uap panas dari ketel uap. Kapasitas bak adalah 1.500 kg.
Jumlah bak daun di pabrik ini ada 2 unit.

8
Keranjang berfungsi untuk tempat daun kayu putih yang akan
dimasak/diuapi dalam bak daun, sehingga mudah untuk dimasukkan dan
dikeluarkan. Kapasitas keranjang adalah 1.250  kg daun kayu putih. Jumlahnya 2
unit.
d. Condensor

(https://id.foursquare.com/v/pabrik-penyulingan-minyak-kayu-putih-sendang-
mole-gunungkidul/4d9aaf1d17a4236ab431d059)

Berfungsi mengembunkan uap minyak air dan uap air yang keluar dari ketel uap
untuk dijadikan cairan dengan cara didinginkan.

e. Cooling tower

(http://minyakesehatan.blogspot.co.id/2016/03/minyak-kayu-putih-gunung-
kidul.html)

Berfungsi mendinginkan air dari bak air yang akan dialirkan melalui
condensor, dari suhu 1040F (400C) menjadi 920F (330C). Sedangkan untuk
memisahkan air dengan minyak kayu putih.

9
C. PROSES PENYULINGAN DAN PRODUKSI MINYAK KAYU
PUTIH “SENDANG MOLE”
Pengolahan daun kayu putih dimaksudkan untuk mengekstrak minyak kayu
putih yang ada pada daun tanaman ini. Proses produksi dalam pembuatan minyak
kayu putih diawali dengan pemetikan daun kayu putih. Dalam proses pemetikan
ada 2 macam cara, yaitu:
-Pemetikan sistem rimbas, yaitu tegakan pohon kayu putih yang berumur 5 tahun
ke atas,dengan ketinggian 5 meter, daunnya dipangkas. Satu tahun berikutnya,
setelah tanaman kayu putih sudah mempunyai daun yang lebat, kemudian bisa
dilakukan perimbasan lagi.

(http://id.wikipedia.org/wiki/Minyak_ka
yu_putih)
-Pemetikan sistem urut, yaitu dengan cara dipotong dengan menggunakan alat
(arit) khusus untuk  daun-daun  yang  sudah  cukup  umur.  Cara  ini menjadi
kurang praktis, karena pemetik harus memilih daun satu per satu.
Pemetikan dilakukan pada awal musim kemarau, pada saat sudah tidak banyak
turun hujan sehingga tidak mengganggu pekerjaan pemetikan daun. Di samping
itu, jika pemetikan dilakukan pada awal musim kemarau, pada akhir musim hujan
(awal  musim kemarau)  tiap  tanaman  telah  menumbuhkan  daun dalam jumlah
yang cukup banyak. Dengan demikian, pemetikan atau pengambilan daun-daun
kayu putih dapat dilakukan sekali dalam satu tahun, jika pertumbuhan tanaman
subur. Setelah  pemetikan  daun,  daun  kayu putih  yang  siap  untuk  disuling
disimpan terlebih dahulu.

10
Penyimpanan dilakukan dengan menebarkan daun di lantai yang kering dan
memiliki ketinggian sekitar 20cm, dengan kondisi suhu kamar  dan  sirkulasi
udara  terbatas.  Dalam penyimpanan  ini,  daun-daun  tidak boleh disimpan
dalam karung karena akan mengakibatkan minyak yang dihasilkan berbau apeg
dan kadar sineol dalam minyak rendah. Penyimpanan daun dilakukan maksimal
selama satu minggu.  

D. STRATEGI PEMASARAN SERTA KENDALA PRODUKSI


MINYAK KAYU PUTIH “SENDANG MOLE”
Ada 2 kemungkinan segmen pasar yang dijadikan target pasar, yaitu:
1. Pasar  ekspor,  sebagai  bahan  baku  industri  dengan  pengolahan  khusus
sebagai bahan setengah jadi, dan
2. Pasar lokal, dengan produk akhir, dimana  perusahaan  harus  melakukan   
proses  penciptaan  nilai  tambah terlebih dahulu.
Kedua  pasar  ini  dapat  dijadikan  pilihan  atau  merupakan  tahapan. Jika
hanya merupakan  pilihan  saja,  maka  untuk  kondisi  saat  ini  sebaiknya
memilih  menjual  ke pasar  ekspor,  untuk  meningkatkan  pendapatan, dengan
kondisi khusus yaitu barang setengah jadi. Pilihan ini memberikan manfaat  bagi 
perusahaan,  karena  pasar  ekspor mempunyai  harga  yang lebih  baik  daripada
pasar  lokal,  selain  itu  penciptaan  produk dengan spesifikasi khusus dari
pembeli akan memberikan nilai tambah.
Apabila kedua pasar tersebut merupakan tahapan pemasaran untuk menuju
penciptaan produk akhir, maka dalam jangka pendek pemasaran diorientasikan
pada pasar ekspor untuk barang setengah jadi dan setelah mempunyai kesiapan,
baru memasuki pasar produk akhir dengan penciptaan nilai tambah yang
dilakukan sendiri.

Adapun kendala produksi minyak kayu putih “Sendang Mole” antara lain
sebagai berikut:

11
 Adanya ketergantungan pada sumber daya listrik karena hampir seluruh
mesin yang ada menggunakan tenaga listrik
 Pada musim penghujan kesulitan mengangkut dan menyimpan bahan baku
Air yang digunakan selama proses produksi banyak mengandung zat kapur
sehingga menyebabkan adanya endapan dalam pipa yang semakin menumpuk dan
dikhawatirkan akan menyumbat pipa yg instalasi peralatan proses produksi

BAB IV

12
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, dapat diketahui bahwa :
1) Kehutanan telah memberikan bantuan bibit kayu putih sejumlah 40 Gram
Kayu putih untuk pembibitan dan pusat percontohan di Desa Bunder
Gunungkidul. Hal ini dilaksanakan sebagai salah satu upaya dalam
mewujudakan komitmennya dalam pengelolaan hutan pada era konservasi
dan rehabilitasi.
2) Pengolahan daun kayu putih dimaksudkan untuk mengekstrak minyak
kayu putih yang ada pada daun tanaman ini. Proses produksi dalam
pembuatan minyak kayu putih diawali dengan pemetikan daun kayu putih.
3) Ada 2 kemungkinan pasar yang menjadi target pemasaran minyak kayu
putih yang mana apabila kedua pasar tersebut merupakan tahapan
pemasaran untuk menuju penciptaan produk akhir, maka dalam jangka
pendek pemasaran diorientasikan pada pasar ekspor untuk barang setengah
jadi dan setelah mempunyai kesiapan, baru memasuki pasar produk akhir
dengan penciptaan nilai tambah yang dilakukan sendiri.
B. SARAN
Berdasarkan hasil analisis penelitian dan pembahasan, penulis ingin memberikan
saran kepada :
1) Pemerintah, terkait dengan pengembangan, Hendaknya pemerintah
melaksanakan pengembangan hutan kayu putih secara efektif dan efisien.
2) Warga sekitar, terkait dengan peningkatan kualitas, diharapkan tidak
hanya sekedar kualitas kayu putihnya saja yang didapatkan namun
mengharapkan warga di sekitar hutan juga ikut digarap dalam arti
bagaimana warga bisa hidup melalui produk produk diluar kayu yang
harus ditingkatkan pengetahuan dan ketrampilannya, terutama yang muda-
muda supaya bisa hidup dikawasan hutan serta mewujudkan komitmennya
dalam pengelolaan hutan pada era konservasi dan rehabilitasi

13

Anda mungkin juga menyukai