Anda di halaman 1dari 70

Summarecon

Compact City
Bekasi
Erica A.K. - 6111801101
Kerin N.Y . - 6111801124
Clarissa I. T. -6111801146
Natasia Pandora - 6111801213

ARSITEKTUR BERKELANJUTAN - KELAS D


Summarecon Compact City – Bekasi

Lokasi : Bekasi Utara, Kota Bekasi Jawa


Barat (± 21 km ke arah Timur dari
Jakarta)
Luas : 240 ha

miro.medium.com

Kawasan ini dirancang sebagai modern compact city


dengan area hunian yang dilengkapi dengan lingkungan asri,
pusat komersial terkemuka, dan dilengkapi berbagai
fasilitas berskala kota (one stop living).
Kategori GREENSHIP Kawasan
1. Land Ecological Enhancement
2. Movement and Connectivity
3. Water Management and Conservation
4. Solid Waste and Material
5. Community Wellbeing Strategy
6. Building and Energy
7. Innovation and Future Development
1. Land Ecological Enhancement
LEE P. Area Dasar Hijau
LEE 1. Area Hijau Untuk Publik
LEE 2. Pelestarian Habitat
LEE 3. Revitalisasi Lahan
LEE 4. Iklim mikro
LEE 5. Lahan Produktif
LEE P. Area Dasar Hijau

Tolak Ukur:
- Tersedianya Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang
dapat digunakan untuk interaksi manusia dan
alam.
- Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang dimiliki harus
sesuai dengan yang disyaratkan oleh pemerintah
daerah.

Summarecon Bekasi telah mewujudkan visi


menghadirkan Modern Smart City berwawasan
lingkungan, dengan pemanfaatan ruang terbuka hijau
seluas 14 hektar, danau 9 hektare, dan upaya
pelestarian lingkungan untuk menjaga kawasan tetap
hijau dan lestari
LEE 1. Area Hijau Untuk Publik

Tolak Ukur:
- Menyediakan Ruang Terbuka Hijau untuk publik
minimal 25% dari luas lahan.

Kota Summarecon Bekasi menyediakan Ruang


Terbuka Hijau untuk publik di kawasan kota dan
huniannya. Penyediaan ruang terbuka hijau
mendasari pola pengembangan kota Summarecon
Bekasi. Di setiap cluster hunian, selalu disediakan
tanaman hijau yang rindang dan taman hijau di area
bersama. Bahkan jalur pedestrian yang hijau dan
rimbun, yang menghubungkan seluruh cluster di
Summarecon Bekasi, dirancang sangat nyaman untuk
para pejalan kaki sehingga untuk mencapai lokasi lain
di lingkungan Kota Summarecon Bekasi warga
penghuni tidak harus selalu menggunakan kendaraan
roda empat.
LEE 2. Pelestarian Habitat

Tolak Ukur:
- Pertahankan minimal 20% pohon besar yang
telah dewasa yang ada dalam kawasan.
- Peningkatan nilai ekologi pada lahan kawasan
atas rekomendasi ahli lansekap atau ali biologi
yang kompeten Kota Summarecon Bekasi
- Penggunaan tanaman lokal provinsi berupa memanfaatkan Ruang Terbuka Hijau
pepohonan/semak di dalam kawasan serta yang mendasar pola pengembangan
memiliki rencana pengelolaannya kotanya. Hal ini dibuktikan dari
- Rencana perlindungan fauna atau rencana berbagai daerah hijau yang terletak di
peningkatan keragaman fauna lokal berbagai area kota, serta berbagai
- Penanaman minimal 10 anak pohon muda, upaya pelestarian lingkungan untuk
untuk setiap pohon di dalam kawasan yang menjaga kawasan tetap hijau dan
tumbang dan ditumbangkan lestari.
LEE 3. Revitalisasi Lahan

Tolak Ukur:
- Melakukan revitalisasi dan pembangunan di atas lahan yang bernilai negatif dan tak terpakai karena bekas
pembangunan atau dampak negatif pembangunan di dalam kawasan.

Daerah kota Summarecon Bekasi yang dipilih untuk


dikembangkan adalah wilayah yang awalnya belum sempat
tersentuh oleh pembangunan lahan sebelumnya, yaitu
lahan-lahan hijau terbuka, atau lahan kosong. Sebelumnya
lahan kosong ini memiliki nilai nominal yang tidak signifikan
sebelum dikembangkan sebagai lahan yang akan dibangun.

Hal ini diakibatkan oleh lahan memiliki potensi akses yang


mudah menuju area pusat pelayanan kota, sehingga
diproyeksikan dapat memberikan nilai tambah pada
peningkatan nilai lahan melalui rencana pembangunan.
LEE 4. Iklim mikro

Tolak Ukur:
- Menunjukkan upaya peningkatan kualitas iklim mikro
untuk ruang publik kawasan.

Summarecon Bekasi mengedepankan kualitas hidup warganya


dengan memenuhi kebutuhan akan kualitas udara yang baik
melalui penanaman 8.793 pohon untuk 1.680 unit hunian
landed yang terbangun. Dengan perhitungan 1 unit untuk 5
penghuni, maka ada total 8.400 jiwa yang harus dipenuhi
kebutuhan kualitas udara baik yang jika dalam perhitungan air
quality meter, dibutuhkan sekurangnya 4.200 pohon. Dari
data ini, membuktikan bahwa kawasan Summarecon Bekasi
mampu memberikan kualitas udara yang baik.
LEE 5. Lahan Produktif

Tolak Ukur:
- Menyediakan lahan untuk produksi sayur dan buah lokal untuk memenuhi kebutuhan masyarakat setempat.

Kota Summarecon Bekasi belum menyediakan lahan


produktif untuk produksi sayur dan buah lokal.
A No Parameter Indikator/Tolak Ukur Nilai

N LEE P1 Area Dasar Hijau Tersedianya Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang dapat digunakan untuk interaksi manusia dan alam. P

A LEE 1 Area Hijau Untuk Menyediakan Ruang Terbuka Hijau untuk publik minimal 25% dari luas lahan 3

L
Publik

I LEE 2 Pelestarian Habitat Pertahankan minimal 20% pohon besar yang telah dewasa yang ada dalam kawasan.
Peningkatan nilai ekologi pada lahan kawasan atas rekomendasi ahli lansekap atau ali biologi yang kompeten
5

S
Penggunaan tanaman lokal provinsi berupa pepohonan/semak di dalam kawasan serta memiliki rencana
pengelolaannya

I
Rencana perlindungan fauna atau rencana peningkatan keragaman fauna lokal
Penanaman minimal 10 anak pohon muda, untuk setiap pohon di dalam kawasan yang tumbang dan
ditumbangkan

S LEE 3 Revitalisasi Lahan Melakukan revitalisasi dan pembangunan di atas lahan yang bernilai negatif dan tak terpakai karena bekas 4
pembangunan atau dampak negatif pembangunan di dalam kawasan.

L
LEE 4 Iklim mikro Menunjukkan upaya peningkatan kualitas iklim mikro untuk ruang publik kawasan. 3

E
LEE 5 Lahan Produktif Menyediakan lahan untuk produksi sayur dan buah lokal untuk memenuhi kebutuhan masyarakat setempat -

E Jumlah Sub Total 15


2. Movement and Connectivity
MAC P1. Analisa Pergerakan Orang dan Barang
MAC P2. Jaringan dan fasilitas untuk pejalan kaki
MAC P3. Kawasan Terhubung
MAC 1. Strategi Desain Jalur Pejalan Kaki
MAC 2. Transportasi Umum
MAC 3. Utilitas dan Fasilitas Umum
MAC 4. Aksesibilitas Universal
MAC 5. Jaringan dan Tempat Penyimpanan Sepeda
MAC 6. Parkir Bersama
MAC P1. Analisa Pergerakan Orang dan Barang

Tolak Ukur:
- Adanya studi tentang aksesibilitas

Kota Summarecon Bekasi dapat diakses dengan


Flyover KH Noer Ali Summarecon Bekasi dengan
lebar 4 jalur sepanjang 1 km yang secara langsung
menghubungkan jalan protokol Ahmad Yani dengan
jalan Bulevar Ahmad Yani kota Summarecon Bekasi.

Hanya berjarak 3 km dari Gate Tol Bekasi Barat (km


12) dari tol Jakarta - Cikampek maupun JORR, Kota
Summarecon Bekasi juga dekat dan terkoneksi
dengan Stasiun Kereta Bekasi yang melayani
transportasi Jabodetabek maupun luar kota.
MAC P2. Jaringan dan fasilitas untuk pejalan kaki

Tolak Ukur:
- Menyediakan jalur pejalan kaki di dalam kawasan

Kota Summarecon Bekasi menyediakan jalur


pedestrian yang hijau dan rimbun, yang
menghubungkan seluruh cluster di Summarecon
Bekasi dan dirancang sangat nyaman untuk para
pejalan kaki sehingga untuk mencapai lokasi lain di
lingkungan Kota Summarecon Bekasi warga
penghuni tidak harus selalu menggunakan
kendaraan roda empat.
MAC P3. Kawasan Terhubung

Tolak Ukur:
● Kawasan terkoneksi dengan jaringan transportasi
umum dan kawasan menyediakan ruang
interkoneksi (serta shelter pengguna transportasi
umum) yang memadai

Sebagai kota yang dinamis, kota Summarecon Bekasi


dikembangkan dengan jalan utama yang lebar (ROW60) dan
juga menyediakan moda transportasi mandiri yang modern
yaitu MOLI (Mobil Lingkungan) dengan sistem e-ticketing
yang melayani penghuni serta masyarakat umum di kawasan
maupun dari pusat kota Jakarta dengan menggunakan
Shuttle Bus.
MAC 1. Strategi Desain Jalur Pejalan Kaki

Tolak Ukur:
- Jalur pejalan kaki tidak terputus 100%
- Rasio jumlah persimpangan pejalan kaki dengan persimpangan
kendaraan bermotor
- Memprioritaskan pejalan kaki pada setiap penyimpangan jalan
- Jalur pejalan kaki dilengkapi teduhan minimal 60% dari
keseluruhan pejalan kaki.
- Menyediakan fasilitas/akses yang aman dan bebas dari
perpotongan dengan akses kendaraan bermotor untuk
menghubungkan secara langsung bangunan dengan bangunan
lainnya
Kota Summarecon Bekasi dilengkapi dengan jalur pejalan kaki yang
terhubung dari flyover Summarecon Bekasi sampai ke kota. Di
setiap jalan-jalannya juga terdapat jalur pedestrian yang
menghubungkan cluster-cluster hunian pada kota tersebut.
MAC 2. Transportasi Umum
Tolak Ukur:
● Dilintasi oleh jaringan transportasi umum dan menyediakan halte/shelter di dalam kawasan.
● Menyediakan shuttle services (moda transportasi umum di dalam kawasan)
● Kawasan memiliki akses terhadap transportasi umum massal dalam jangkauan (radius) 400 m dari sisi terluar kawasan.
● Kawasan menjadi simpul persinggahan moda transportasi umum massal, yang terintegrasi dengan kawasan terbangun.

Kota Summarecon Bekasi menyediakan fasilitas transportasi umum,


antara lain Shuttle Bus Summarecon Bekasi, Transjakarta Summarecon
Bekasi, serta angkutan umum MOLi yang mengantarkan pengunjung
menuju dan keluar dari kawasan Kota Summarecon Bekasi
MAC 3. Utilitas dan Fasilitas Umum

Tolak Ukur:
● Memenuhi 7 (tujuh) prasarana dasar
● Memenuhi 7 (tujuh) prasarana dasar dan memenuhi minimal 2 (dua) prasarana lain mendapat 1 (satu) nilai
● Terdapat minimal 6 (enam) jenis sarana, dalam jarak jangkauan 400 m.

Beberapa prasarana dasar yang ada di Kota


Summarecon Bekasi meliputi:
● Jaringan air bersih
● Jaringan listrik
● Penerangan jalan umum
● Jaringan Telepon
● Terminal angkutan umum / shelter bus,
● Sarana kebersihan /pembuangan sampah,
● Hydrant/Pemadam kebakaran,
MAC 4. Aksesibilitas Universal

Tolak Ukur:
● Mengakomodasi kemudahan dan kelancaran jalur bagi semua orang pada ruang publik
● Menyediakan fasilitas khusus pada titik-titik tertentu bagi semua orang, meliputi:
➔ Area istirahat terutama digunakan sebagai tempat duduk santai di bagian tepi
➔ Tempat parkir umum untuk kursi roda
➔ Toilet umum untuk kursi roda, jika disediakan toilet umum di ruang publik.

Ruang publik pada kota Summarecon Bekasi


mempunyai akses dan sirkulasi yang nyaman serta
terdapat beberapa area tempat duduk untuk
beristirahat.

Kota Summarecon Bekasi sudah menyediakan


berbagai fasilitas untuk pengguna kursi roda baik
di toilet umum maupun tempat parkir, serta
terdapat fasilitas peminjaman kursi roda di Mall
Summarecon Bekasi.
MAC 5. Jaringan dan Tempat Penyimpanan Sepeda
Tolak Ukur:
● Menyediakan jalur sepeda di dalam kawasan, yang bebas dari persinggungan sejajar dengan kendaraan bermotor.
● Menyediakan tempat parkir sepeda yang aman pada (minimal salah satu) gerbang kawasan, taman, dan tempat pergantian moda
transportasi umum.

Tren dan komunitas sepeda yang semakin berkembang di Kota Summarecon


Bekasi diwadahi dengan adanya jalur khusus sepeda dan fasilitas parkir
sepeda terutama di Summarecon Mall Bekasi.
MAC 6. Parkir Bersama

Tolak Ukur:
- Fasilitas parkir yang disediakan kawasan atau bangunan
dalam kawasan bersifat publik (inklusif).
- Menghindari on street parking
- Mengurangi on surface parking, dengan pembatasan
penggunaan lahan untuk parkir, maksimal 10% dari lahan
total.

Kota Summarecon Bekasi telah dilengkapi dengan berbagai


fasilitas parkir kendaraan baik untuk mobil maupun motor.
Khususnya pada Summarecon Mall Bekasi, sudah menyediakan
fasilitas parkir baik di dalam bangunan maupun di luar bangunan
dan sudah tertata rapi.
A No Parameter Indikator/Tolak Ukur Nilai

N
MAC P1 Analisa Pergerakan Adanya studi tentang aksesibilitas P
Orang dan Barang

A MAC P2 Jaringan dan fasilitas


untuk pejalan kaki
Menyediakan jalur pejalan kaki di dalam kawasan P

L MAC P3 Kawasan Terhubung Kawasan terkoneksi dengan jaringan transportasi umum dan kawasan menyediakan ruang interkoneksi (serta P

I shelter pengguna transportasi umum) yang memadai

S MAC 1 Strategi Desain Jalur


Pejalan Kaki
Memprioritaskan pejalan kaki pada setiap penyimpangan jalan 8

I
S
MAC 2 Transportasi Umum Dilintasi oleh jaringan transportasi umum dan menyediakan halte/shelter di dalam kawasan. 6
Menyediakan shuttle services (moda transportasi umum di dalam kawasan)
Kawasan memiliki akses terhadap transportasi umum massal dalam jangkauan (radius) 400 m dari sisi terluar
kawasan.
Kawasan menjadi simpul persinggahan moda transportasi umum massal, yang terintegrasi dengan kawasan

M
terbangun.

MAC 3 Utilitas dan Fasilitas Memenuhi 7 (tujuh) prasarana dasar 2

A Umum

C MAC 4 Aksesibilitas Universal Mengakomodasi kemudahan dan kelancaran jalur bagi semua orang pada ruang publik 2

MAC 5 Jaringan dan Tempat Menyediakan jalur sepeda di dalam kawasan, yang bebas dari persinggungan sejajar dengan kendaraan 2
Penyimpanan Sepeda bermotor.

MAC 6 Parkir Bersama Fasilitas parkir yang disediakan kawasan atau bangunan dalam kawasan bersifat publik (inklusif). 2

Jumlah Sub Total 22


3. Water Management and Conservation
No Parameter Indikator/Tolak Ukur Nilai

WMC P Skematik Air di Menerapkan Water Treatment Plant (WTP) P


Kawasan

WMC 1 Air Alternatif Menggunakan air alternatif (Danau Cisadane) untuk sumber air bersih 6
kawasan (bukan air minum) >50%

WMC 2 Management Air Membuat biopori pada setiap halaman rumah dengan presentase 3
Hujan volume limpasan air hujan kawasan ± 50%

WMC 3 Pelestarian Badan Menjaga zona penyangga badan air yang salurannya menuju hilir 1
Air dan Lahan Danau Cisadane
Basah

WMC 4 Management Tersedia pengelolaan untuk seluruh limbah cair yang dihasilkan di 3
Limbah Cair kawasan

Jumlah Sub Total 13


3.1. Skematik Air di Kawasan
Summarecon Bekasi menerapkan WTP
(Water Treatment Plant) untuk mengolah
air kotor menjadi air bersih.
Danau Cisadane : sumber air

Air diambil dari Danau Cisadane dan


disalurkan ke perumahan di sekitarnya
3.2. Air Alternatif

Air Alternatif berasal dari Danau Cisadane yang merupakan


danau buatan untuk menampung air hujan.
3.3. Management Air Hujan

Summarecon Bekasi sudah membuat biopori pada setiap halaman rumah


sehingga saat musim hujan meringankan beban irigasi. Presentase
volume limpasan air hujan mencapai 50% karena dibagian rumah
terdapat taman dan biopori dan juga RTH di kawasan
3.4. Pelestarian Air dan Lahan Basah

Pada kawasan scientia terdapat saluran


besar atau irigasi yang digunakan untuk
menampung limpasan air kawasan.
Berdasarkan ketentuan bangunan di
sepadan sungai, terdapat pipa penyalur air
bersih yang melewati saluran air . Saluran
tersebut menuju hilir danau cisadane yang
berada di kelapa dua dan saluran tersebut
melewati cluster Pascal yang dijaga dan
dirawat.

Saluran Air Kotor Saluran Air Bersih


3.5. Management Limbah
3.5.1. Management Limbah Cair

Manajemen limbah cair di Summarecon Bekasi Kapasitas air limbah domestik yang dapat diolah
disebut dengan STP (Sewage Treatment berbeda, yang menyesuaikan keadaan cluster.
Plant).Sumber air yang digunakan adalah air bekas Untuk rencana jangka panjang,cluster baru akan
cucian dapur, floor drain kamar mandi yang masuk dibangun STP dengan sistem semi extended
ke dalam bak kontrol. Setiap cluster memiliki aeration. Pemanfaatan air daur ulang ini digunakan
sistem STP yang berbedabeda karena kontraktor untuk menyiram tanaman disekitar cluster
setiap STP berbeda.
Tahapan STP

1. RBC (Rotating Biological Contractors)

RBC merupakan salah satu teknologi pengolahan Sistem RBC


air limbah biologis attached growth, yang
digunakan pada kondisi aerobik maupun
anaerobik. Pengoperasian mudah dan hemat
energi. RBC terdiri dari satu seri kontraktor
berbentuk cakram yang berputar dalam wadah
semi sirkuler. Jarak antar 84 kontraktor satu
dengan yang lain cukup dekat dan kurang lebih 40
persen dari luas kontraktornya terendam dalam
air limbah. Hasil olahan air limbah dari proses ini
sudah bersih dan memenuhi baku mutu air limbah.
Kapasitas olah per hari menggunakan RBC adalah
220 m3 /hari.
RBC pada Cluster Newton

Hasil pengolahan limbah menjadi air bersih


ditampung dan digunakan untuk menyiram
tanaman. Kualitas air hasil pengolahan
limbah ini cukup jernih namun belum bisa
digunakan untuk air minum

Limbah cair dan padat dipisahkan kemudian


limbah cair dipisahkan kembali. Limbah cair
yang masih dapat didaur ulang akan
dijernihkan dengan RBC. Kontraktor RBC
akan berputar seperti turbin untuk
menjernihkan limbah cair yang sudah
dipisahkan.

Hasil Pengolahan Limbah Dengan RBC


2. Florox/ Contact Aeration
Proses utama sistem florox melalui pemisahan
awal (grease trap yang ada di setiap rumah,
manhole, media tank), bak equalisasi, clarifier, Sistem Pengelolaan Air Limbah Dengan Florox
desinfeksi dan filter. Backwash dilakukan ± 3
kali seminggu, kapasitas olah per harinya 175
m3 . Proses ini merupakan proses yang paling
sederhana dibandingkan proses lainnya.
3. Semi Extended Aeration System

Merupakan sistem yang paling kompleks namun hasil effluennya lebih baik
dibandingkan dengan sistem lainnya. Pengelolaan air limbah secara aerobik,
merupakan bagian dari pengelolaan activated sludge yang bekerja karena adanya
kontak dengan oksigen dengan proses aerasi.
4. Solid Waste and Materials
No Parameter Indikator/Tolak Ukur Nilai

SWM P Manajemen Limbah Memiliki rencana pengelolaan sampah seluruh kawasan, yang telah memiliki P
Padat-Tahap Operasional manajemen limbah padat atau sampah yang terpadu yang pengelolaannya
berdasarkan jenis sampah, yaitu sampah rumah tangga, sampah taman, dan
sampah puing. dengan perkiraan volume sampah 117 m3 /30 hari yang
diolahsecara mandiri yaitu dengan menggunakan Hydrothermal Waste
Treatment Technology (HWTT

SWM 1 Manajemen Limbah Padat Pengelolaan sampah secara mandiri menggunakan Hydrothermal Waste 4
Tingkat Lanjut - Tahap Treatment Technology (HWTT) . sedangkan pengelolaan sampah yang dapat
Operasional di daur ulang bekerjasama dengan Yayasan pendidikan sekitar

SWM 2 Manajemen Limbah Konstruksi Memiliki penanganan sampah puing yang digunakan untuk kebutuhan lokal 1

SWM 2 Material untuk Infrastruktur Jalan Material yang digunakan untuk pembangunan diambil dari daerah sekitar 4
yang masih bisa ditempuhOutput
dengan yang keluar dari reaktor berupa lumpur
mobil berat hitam yang
sudah tidak berbau sampah, memiliki karakteristik yang
SWM 4 Material Daur Ulang dan Bekas cepat
telah memiliki divisi khusus kering
untuk jika diperawatan
melakukan jemur dan
jalan,hasil dari output2 ini bisa
pembuatan
untuk Insfrastruktur Jalan daur ulang aspal sejakdigunakan
tahun 2004. sebagai
Dengan adanya
bahan divisi
bakarini biaya
boilernya sendiri
transportasi alat, tenaga kerja dan pengerjaan yang tertunda dapat
sehingga bisa menekan operational cost dan sistemnya
mengurangi biaya yang harus dikeluarkan >10%.
menjadi berkelanjutan.
Jumlah Sub Total 11
Limbah Pra-Operasional

a. Sampah Rumah Tangga

Ada tiga jenis sampah rumah tangga, yakni sampah organik,


sampah anorganik dan sampah B3. Sampah rumah tangga
berasal dari lokasi hunian, ruko, mall, dan apartemen.
Sampah rumah tangga diolah menggunakan Hydrothermal
Waste Treatment Technology (HWTT) merupakan inovasi
teknologi dalam pengolahan sampah yang mampu
mengubah sampah menjadi bahan bakar padat menyerupai
batu bara, pupukdan pakan ternak yang ramah lingkungan.
HWTT mengkombinasikan panas dan air untuk
mengkonversi sampah dalam berbagai bentuk dan
karakteristik ke dalam satu produk.HWTT melakukan tiga
elemen esensial yaitu pencacahan, pengeringan, dan
menghilangkan bau dalam satu proses menggunakan
tekanan tinggi yang dikenal sebagai Multi-purpose Material
Conversion System (MMCS).
b. Sampah Anorganik

Sampah anorganik dapat dibagi menjadi dua, yaitu sampah


anorganik yang dapat di daurulang dan yang tidak dapat di
daur ulang. Sampah anorganik yang dapat di daur ulang
merupakan sampah yang masih bisa dimanfaatkan
Dalam pewadahan ada dua pola, yaitu pola individual dan
kembali. Penjelasan lengkapnya terdapat pada kriteria pola komunal. Pola individual langsung, diterapkan pada
SWM 1 manajemen limbah padat tingkat lanjut. hunian dan ruko dengan menyediakan satu bin atau tempat
sampah dengan volume 200 liter.Pola komunal, diterapkan
c. Sampah B3 pada non hunian seperti mall, sekolah, pasar dengan
menyediakan container dengan volume 6 m3 .
Untuk sampah B3 belum ada upaya penanganan secara
Pada Sistem pengangkutan sampah memiliki area
khusus.Hal ini dibuktikan masih tercampurnya sampah B3
masing-masing untuk lokasi pengangkutan lokasi penilitian
dengan sampah-sampah lain, yang tertimbun beberapa berada pada zona angkut truk 5.Kapasitas angkut truck =
hari, lalu dibuang ke TPA Jatiwaringin. Hal ini dikarenakan 7.8 m3 yang melayani cluster ( 616 huni, 224 belum huni)
dari rumah-rumah belum ada pemilahan sehingga masih dan ruko. Rata-rata volume sampah perhari = 3,9 m3 , jadi
terbawa ke TPA. timbulan sampah dalam sebulan = 30/hari x 3,9 m3 = 117
m3 /30 hari.
Limbah Tahap Lanjut b. Limbah Infrastruktur Jalan

Pengelolaan limbah tahap lanjut dilakukan dengan Jumlah aspal daur ulang dalam sekali produksi
bekerjasama dengan beberapa yayasan setempat seperti disesuaikan dengan kebutuhan, misal
sekolah untuk mengumpulkan sampah plastik. membutuhkan 3 ton akan 3 kali proses
pembakaran yang masing-masing 1 ton
membutuhkan waktu ±2 jam. Kayu untuk
Limbah Konstruksi pembakaran juga menggunakan kayu bongkaran
yang tidak terpakai sehingga dapat menghemat
biaya. Jika dibutuhkan aspal lebih dari 3 ton
a. Limbah Puing dengan waktu cepat maka membeli dengan
pihak ketiga. Dalam pengerjaan pengaspalan
ada penjaminan keamanan dalam bekerja di
lapangan dan pengendara yang melintas,
dengan memberikan rambu-rambu beberapa
meter sebelum pengerjaan. Dengan adanya
divisi ini pengurangan biaya transportasi
alat/akomodasi, tenaga kerja dan pengerjaan
tidak tertunda karena tidak harus menunggu
pengajuan terlebih dahulu. Presentase material
daur ulangnya adalah 10%.
5. Community Wellbeing Strategy
Strategi Kesejahteraan Masyarakat :
- CWS 1 : Fasilitas bagi masyarakat (amenities for communities)
- CWS 2 : Manfaat sosial & ekonomi (social & economic benefits)
- CWS 3 : Kepedulian masyarakat (community awareness)
- CWS 4 : Kawasan campuran (mixed-use neighborhood)
- CWS 5 : Kebudayaan lokal (local culture)
- CWS 6 : Lingkungan yang aman (safe environment)
CWS 1 : Fasilitas bagi masyarakat (amenities for communities)

Tolak ukur : Adanya sarana untuk masyarakat berinteraksi dan beraktivitas setiap minimal radius 400m

Green Area pada


cluster hunian
Penyediaan taman di
depan rumah, taman
bersama, dan jalur
pedestrian Fasilitas-fasilitas publik pada cluster hunian
Contoh : Clubhouse, multifunction room, dan children
playground
Area dan fasilitas publik
tersebar di semua area
dalam Summarecon Bekasi.
Secara makro dapat dilihat
bahwa area yang menunjang
aktivitas dan interaksi
masyarakat tidak hanya
terdapat di dalam cluster
perumahan tapi juga terletak
dekat dengan CBD dan
kawasan lainnya.
CWS 2 : Manfaat sosial & ekonomi (social & economic benefits)

Tolak ukur :

- Salah satu terpenuhi dari :


1.A Memberikan hasil studi atas dampak pengembangan kawasan terhadap pengembangan ekonomi
masyarakat di dalam dan di luar kawasan
1.B Menyelenggarakan survei kepuasan kepada penghuni/ pekerja di dalam kawasan mengenai
kualitas lingkungan dan fasilitas kawasan dan mekanisme tanggapan yang efektif
1.C Memiliki sarana komunikasi dengan perwakilan warga atau asosiasi masyarakat, sebagai tempat
penyampaian pendapat untuk rencana pengembangan kawasan
- Mempunyai fasilitas/ prasarana untuk masyarakat yang dapat digunakan untuk kegiatan sosial
ekonomi
Fasilitas Sosial Ekonomi

Pasar Modern Sinpasa Summarecon Mall Bekasi

Estate Management
Menciptakan hubungan yang baik
antara warga dan masyarakat umum
dengan memberikan pelayanan serta
fasilitas Pasar Senggol Plaza Summarecon Bekasi
(pusat perkantoran)
CWS 3 : Kepedulian masyarakat (community awareness)

Tolak ukur :

- Menyelenggarakan promosi gaya hidup berkelanjutan kepada masyarakat di dalam kawasan


minimal 2 (dua) program promosi yang bersifat konsisten
- Memenuhi tolak ukur 1, setiap penambahan 1 (satu) program bertambah 1 nilai (maksimal 3 nilai
tambahan)
Pengembangan Summarecon Bekasi diarahkan pada perkembangan
kota berwawasan lingkungan yang diwujudkan melalui penataan
kota yang mengedepankan gaya hidup sehat dan keberlanjutan. Hal
ini juga diwujudkan dengan diadakannya kegiatan-kegiatan untuk
mempromosikan keberlanjutan ini.

Contoh Kegiatan :
- Car Free Day (CFD)
- Summarecon Bekasi Bicycle Festival
- Kegiatan-kegiatan kerja sama (misal : Lomba lari/ marathon, zumba)
CWS 4 : Kawasan campuran (mixed-use neighborhood)

Tolak ukur :

- Salah satu terpenuhi dari :


1.A Kawasan dominan hunian : menyediakan lokasi selain hunian minimal 15% dari luas zona kawasan
untuk pengembangan sektor bisnis dan komersial kawasan
1. B Kawasan dominan bukan hunian : menyediakan lokasi hunian dalam kawasan minimal 15% dari
luas zona kawasan
1.C Membuktikan minimal 10% dari orang bekerja dan tinggal di dalam kawasan atau dalam jangkauan
5 km dari tempat bekerjanya di dalam kawasan
Kawasan Summarecon Bekasi
secara keseluruhan didominasi
dengan area hunian

Kawasan untuk pengembangan


bisnis dan sektor komersial
yang mengimbanginya
mencakup luasan lahan yang
cukup besar (> 15%)
Konsep mixed-use juga diterapkan pada
area hunian seperti The SpringLake
Apartment yang merupakan kawasan
terpadu (mixed use) seluas 8 ha yang
memadukan konsep kenyamanan hunian
sebuah apartemen modern dengan fungsi
komersial dalam nuansa danau yang indah.

Penduduk yang tinggal di kawasan


Summarecon banyak bekerja di
Jabodetabek tapi tidak ditemukan data
pasti persentase penduduk yang bekerja di
dalam kawasan Summarecon atau dekat
dengan tempat tinggalnya.
CWS 5 : Kebudayaan lokal (local culture)

Tolak ukur :

1. Salah satu terpenuhi dari :


1.A Menerapkan budaya lokal daerah setempat dalam bentuk minimal 2 (dua) aspek berikut ini :
a) Arsitektur bangunan berdasarkan identitas setempat,
b) Fasilitas pendukung penyelenggaraan kebudayaan lokal,
c) Penamaan tempat/ bangunan/ jalan berdasarkan nama budaya lokal,
d) Konservasi bangunan dan/atau area sejarah
e) Kegiatan pelestarian budaya lokal,
f) Kegiatan edukasi budaya lokal,
1.B. Menerapkan budaya lokal dalam bentuk minimal 4 aspek yang tercantum dalam tolak ukur 1
Akomodasi kegiatan yang berkaitan dengan budaya tidak didesain secara khusus tetapi seringkali dapat ikut
terakomodasi melalui adanya kegiatan Car Free Day (CFD) yang memungkinkan jalan digunakan sebagai area
tempat pertunjukkan seni dan budaya. Mall Summarecon Bekasi juga dapat digunakan sebagai lokasi acara yang
berhubungan dengan budaya.

Penampilan seni budaya pencak silat Gema Nusa Patriot (GNP) Arts Festival 2018
Dilaksanakan sebagai bentuk pengumpulan donasi Dilaksanakan di sepanjang area Car Free Day (CFD),
bencana tsunami Banten di CFD Summarecon Bekasi Jalan Boulevard Selatan Summarecon Kota Bekasi.
CWS 6 : Lingkungan yang aman (safe environment)

Tolak ukur : Memiliki upaya penjaminan keamanan dan ketahanan terhadap bencana

Security 24 Hours & Panic Button


Keamanan kawasan dijaga oleh CCTV dan petugas keamanan. Setiap perumahan
memiliki proteksi sistem double check security dan fasilitas panic button yang
disediakan di setiap rumah

Pemadam Kebakaran
Pemadam Kebakaran
disediakan khusus untuk
menangani bencana di
kawasan Summarecon
Bekasi dan sekitarnya
A No Parameter Indikator/Tolak Ukur Nilai

N Fasilitas bagi masyarakat

A
CWS 1 Green Area, area publik 2

L CWS 2
Manfaat sosial & ekonomi
Estate Management, pasar, mall, perkantoran 3
I Kepedulian masyarakat
S CWS 3 CFD, SBBicycleFestival, Kegiatan kerja sama 2

I CWS 4
Kawasan campuran
Hunian & Komersil 2
S
Kebudayaan lokal
CWS 5 Penggunaan CFD & mall untuk kegiatan budaya 0

C Lingkungan yang aman

WS
CWS 6 Pemadam kebakaran, security, panic button 2

Jumlah Sub Total 11


6. Building and Energy
Bangunan dan Energi :
- BAE 1 : Bangunan Hijau Greenship (Greenship buildings)
- BAE 2 : Hunian Berimbang (Affordable Housing)
- BAE 3 : Efisiensi Energi dalam Kawasan (Energy Efficiency)
- BAE 4 : Energi Alternatif (Alternative Energy)
- BAE 5 : Pengurangan Polusi Cahaya (Light Pollution Reduction)
- BAE 6 : Pengurangan Polusi Suara (Noise Pollution Reduction)
BAE 1 : Bangunan Hijau Greenship (Greenship buildings)

Tolak ukur : Adanya bangunan hijau GREENSHIP di dalam kawasan

Salah satu bangunan sustainable yang mendapat


penghargaan dari IAI untuk kategori pendidikan di
kawasan Summarecon Bekasi adalah gedung sekolah BPK
Penabur. Menurut arsiteknya yaitu Ary Indrajanto,
bangunan ini memiliki konsep sebagai bangunan sekolah
yang informal dan secara pasif menerapkan sustainable
building dengan pemanfaatan cahaya matahari yang
melimpah dan penghawaan alami yang optimal di keenam
lantai koridornya. Bangunan ini tidak diketahui apakah
memiliki sertifikat GREENSHIP atau tidak.
BAE 2 : Hunian Berimbang (Affordable Housing)

Tolak ukur : Pembangunan permukiman mengikuti ketentuan pola


pembangunan berimbang sesuai dengan dengan peraturan yang berlaku

Variasi pemilihan rumah dengan berbagai tipe mulai dari perumahan


horizontal dan perumahan vertikal dengan berbagai jenis harga

Tak hanya kelas atas, perumahan


untuk skala menengah ke bawah
juga disediakan (contoh : Srimaya
residence)
BAE 3 : Efisiensi Energi dalam Kawasan (Energy Efficiency)

Tolak ukur :

- Menggunakan lampu (lampu jalan, lampu taman, lampu parkir) dengan konsumsi pencahayaan
maksimum 2,5 W/m2 tanpa mengurangi kualitas pencahayaan
- Menggunakan Smart Grid
- Menggunakan District Cooling System
Penghematan dan pemaksimalan sumber daya terus
diupayakan di Summarecon Bekasi. Usaha konservasi
sumber daya alam dimaksimalkan dengan menjaga
dan mengurangi pemakaian serta mengolah limbah
yang ada untuk dimanfaatkan kembali baik limbah air
buangan rumah tangga, puing bangunan ataupun
sampah rumah tangga.

Contohnya : pemanfaatan air limbah yang didaur ulang


untuk menyiram tanaman melalui Waste Water
Treatment Plan
BAE 4 : Energi Alternatif (Alternative Energy)

Tolak ukur : Menggunakan sumber energi alternatif di dalam kawasan

Penggunaan energi surya sebagai sumber energi listrik menggunakan panel surya fotovoltaik dengan Europe Advanced
Technology yang mampu menghemat listrik hingga 50% yang dipasang pada atap bangunan. Panel surya juga dipasang pada
beberapa lampu jalan.
BAE 5 : Pengurangan Polusi Cahaya (Light Pollution Reduction)

Tolak ukur : Memenuhi strategi : Lamp Shielding, Light Trespass, Glare, dan Sky-Glow Limitation

Tidak ditemukan strategi khusus yang diterapkan untuk menanggapi


polusi cahaya pada kawasan. Melalui pengamatan, jika dilihat untuk
lampu jalan sendiri sudah menggunakan shielding datar yang belum
dapat dipastikan apakah benar-benar tidak menimbulkan uplight (full
cutoff) atau hanya semi cutoff (tergantung struktur dari lampu).
BAE 6 : Pengurangan Polusi Suara (Noise Pollution Reduction)

Tolak ukur : Melakukan usaha untuk mengurangi


polusi suara hingga memenuhi baku mutu tingkat
kebisingan

Penangkalan bising banyak dilakukan melalui


vegetasi dan area-area terbuka hijau atau biru yang
selain digunakan sebagai area publik, berperan juga
sebagai buffer antara jalan dan area publik ke hunian.
A No Parameter Indikator/Tolak Ukur Nilai

N BAE 1 Bangunan Hijau Greenship Bangunan berkelanjutan - Sekolah BPK Penabur (belum
dapat dipastikan keberadaan sertifikat Greenship)
0
A
L BAE 2 Hunian Berimbang Perumahan horizontal & vertikal dengan berbagai harga 1

I BAE 3 Efisiensi Energi dalam Kawasan Konservasi sumber daya alam 1


S
I BAE 4 Energi Alternatif Solar panel 1
S
BAE 5 Pengurangan Polusi Cahaya Belum dapat ditentukan 0

B Pengurangan Polusi Suara Buffer ruang terbuka hijau dan biru


A
BAE 6 2

E Jumlah Sub Total 5


7. Innovation and Future Development
Strategi Inovasi dan Pengembangan:

- IFD 1: Pemberdayaan GA/GP


- IFD 2: Pengelolaan Kawasan
- IFD 3: Inovasi
IFD 1: Pemberdayaan GA/GP

Tujuan
Mewujudkan arahan-arahan keberlanjutan kawasan dan
pengumpulan dokumen untuk proses sertifikasi
GREENSHIP

Tolak Ukur
1. Melibatkan tenaga ahli yang sudah tersertifikasi
GREENSHIP Associate (GA) untuk memberikan
pendidikan tentang isu pembangunan hijau bagi
manajemen pengembang kawasan.

2. Melibatkan tenaga ahli yang sudah tersertifikasi


GREENSHIP Professional (GP) yang bertanggung jawab
atas arahan keberlanjutan kawasan dan proses sertifikasi
GREENSHIP
IFD 2: Pengelolaan Kawasan

Tujuan
Meneruskan konsep keberlanjutan pada
kawasan

Tolak Ukur

- Memiliki Institusi dan


SOP/panduan pengelolaan
kawasan. Summarecon Bekasi sendiri memiliki tim pengelola
- Mempunyai Target efisiensi energi kawasan yang menjamin bahwa konsep sustainable yang
dan air, serta pengurangan volume ditawarkan pada Summarecon dapat berjalan.
sampah, selama masa pengelolaan
Target efisiensi energi air, dan kompresi volume sampah
kawasan.
juga dijaga ketat sehingga masih dapat memegang banner
sustainable
IFD 3: Inovasi

Tujuan

Mendukung inovasi-inovasi yang dapat


mengembangkan fungsi lingkungan, sosial dan
ekonomi kawasan melampaui standar penilaian
kriteria GREENSHIP Kawasan.

Tolak Ukur
Penilaian inovasi diajukan ke GBCI dan dinilai

Summarecon Bekasi dinilai memenuhi kriteria ini karena


terus melaksanakan pembangunan fasilitas-fasilitas baru
yang mengakomodasi aktivitas-aktivitas masyarakat serta
demi kepentingan umum.
A
N No Parameter Indikator/Tolak Ukur Nilai

A IFD 1 Pemberdayaan
GA/GP
Melibatkan tenaga ahli yang sudah tersertifikasi GREENSHIP Associate (GA) untuk memberikan pendidikan
tentang isu pembangunan hijau bagi manajemen pengembang kawasan.
3

L Melibatkan tenaga ahli yang sudah tersertifikasi GREENSHIP Professional (GP) yang bertanggung jawab atas
arahan keberlanjutan kawasan dan proses sertifikasi GREENSHIP

I IFD 2 Pengelolaan Kawasan Memiliki Institusi dan SOP/panduan pengelolaan kawasan. 2

S
Mempunyai Target efisiensi energi dan air, serta pengurangan volume sampah, selama masa pengelolaan
kawasan.

I IFD 3 Inovasi Penilaian inovasi diajukan ke GBCI dan dinilai 2

I Jumlah Sub Total 7

F
D
Kesimpulan
No Parameter Nilai
Berdasarkan informasi di atas, dapat dilihat bahwa
1 Land Ecological 15 Summarecon Bekasi memenuhi kaidah sebagian GREENSHIP
Enhancement
GBCI dengan konsep compact city yang memaksimalkan
2 Movement And 22 berbagai wadah aktivitas dan densitas pada satu tempat
Connectivity
sehingga mendukung minimnya penggunaan kendaraan dan
3 Water Management 13
And Conservation mendorong alternatif yang lebih sehat.

4 Solid Waste and 11


Material Akan tetapi masih ada beberapa bagian yang masih belum
memenuhi syarat berdasarkan sertifikasi GBCI. Nilai yang
5 Community Well Being 11
Strategy tertera mungkin memiliki perbedaan dengan kondisi lapangan
6 Building and Energy 5
diakibatkan adanya data dan spesifikasi teknis yang tidak dapat
ditemukan sehingga untuk perhitungan diasumsikan tidak ada.
7 Innovation and Future 7
Development

Jumlah Sub Total 84/124(Max)


Strategi yang perlu ditingkatkan
Mungkin dalam operasional Summarecon dapat menggunakan aspek produksi
dengan cara produksi vertikal, selain itu juga dapat menaikkan tingkat aksesibilitas
antar point dengan permainan sirkulasi secara vertikal.

Kesadaran atas vertikalitas bukan hanya dalam pembangunan hunian ataupun


fungsional harus ditingkatkan karena pembangunan vertikal hijau juga sangat
berpotensi baik pada lingkungan sekitar.
Daftar Pustaka
https://www.summareconbekasi.com/
https://www.jalajahnusae.com/destinasi/26/11/2018/1-500-siswa-sukses-membawakan-tari-masal-ronggeng-menor/
https://www.infocarfreeday.net/2019/01/13/ajak-berdonasi-pendekar-silat-cfd-bekasi/
https://properti.kompas.com/read/2018/09/24/130000221/rancang-sustainable-building-ary-indrajanto-terbaik-iai-awards-2018?page=
all
https://realestat.id/berita-properti/penetrasi-timur-jakarta-summarecon-tak-hanya-bidik-kelas-atas/
https://www.lrc.rpi.edu/programs/nlpip/lightinganswers/lightpollution/cutoffshielded.asp
https://www.beritasatu.com/feri-awan-hidayat/megapolitan/606605/summarecon-bekasi-andalkan-konsep-modern-smart-city
Sekian. Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai