Anda di halaman 1dari 76

LAPORAN PL PRE NERS MANAJEMEN KEPERAWATAN DI

RUANGAN AL - BIRUNI RS ISLAM BANJARMASIN

Disusun oleh
MELINDA
NPM. 1714201110077

PROGRAM S1 KEPERAWATAN REGULAR A


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
BANJARMASIN 2021

1
Dengan ini laporan Praktik Pengkajian Fungsi Manajemen Di Rumah Sakit Islam
Banjarmasin Ruang Al-Biruni pada tanggal 22 April 2021. Praktik pre ners
manajemen keperawatan program studi S1 Keperawatan semester VIII
Universitas Muhammadiyah Banjarmasin telah dipertanggung jawabkan kepada
pembimbing Akademik.
Banjarmasin, 30 April 2021
Menyetujui,
Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

(Muhammad Anwari., Ns., M.Kep)


(Nurhikmah,S.Kep.,Ns)
Mengetahui,
Koordinator PL Pre Ners
Manajemen Keperawatan

(Muhammad Anwari., Ns., M.Kep)

2
DAFTAR HADIR
PL PRE NERS MANAJEMEN KEPERAWATAN

Nama : Melinda
NPM : 1714201110077
Kelas :B
NO HARI & KEGIATAN JAM JAM MEDIA DARING
. TANGGAL PULANG SELESAI YANG DIGUNAKAN
1. Senin, 19 april 2021 Daring Daring Daring WhastApp/Zoom
2. Selasa, 20 april 2021 Daring Daring Daring WhastApp/Zoom
3. Rabu, 21 april 2021 Daring Daring Daring WhastApp/Zoom
4. Kamis, 22 april 2021 Daring Daring Daring WhastApp/Zoom
5. Jum’at, 23 april 2021 Daring Daring Daring WhastApp/Zoom
6. Sabtu, 24 april 2021 Daring Daring Daring WhastApp/Zoom

Banjarmasin, 30 April 2021


CI/CT

(Muhammad Anwari., Ns., M.Kep)

DAFTAR HADIR
PL PRE NERS MANAJEMEN KEPERAWATAN

3
Nama : Melinda
NPM : 1714201110077
Kelas :B
NO HARI & KEGIATAN JAM JAM MEDIA DARING
. TANGGAL PULANG SELESAI YANG DIGUNAKAN
1. Senin, 26 april 2021 Daring Daring Daring WhastApp/Zoom
2. Selasa, 27 april 2021 Daring Daring Daring WhastApp/Zoom
3. Rabu, 28 april 2021 Daring Daring Daring WhastApp/Zoom
4. Kamis, 29 april 2021 Daring Daring Daring WhastApp/Zoom
5. Jum’at, 30 april 2021 Daring Daring Daring WhastApp/Zoom
6. Sabtu, 1 mei 2021 Daring Daring Daring WhastApp/Zoom

Banjarmasin, 30 April 2021


CI/CT

(Nurhikmah,S.Kep.,Ns)

LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP FUNGSI MANAJEMEN KEPERAWATAN

PRAKTIK PRE NERS RS. ISLAM BANJARSMASIN

4
Kelompok 3
Melinda
1714201110077

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
2021

5
BAB I
TINJAUAN TEORITIS

1.1 Fungsi Manajemen

Manajemen diperlukan untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif dan


efisien. Agar manajemen yang dilakukan mengarahkan kepada kegiatan
secara efektif dan efesien, manajemen perlu dijelaskan berdasarkan
fungsinya atau dikenal sebagai fungsi manajemen(managerial functions).

Fungsi manajemen adalah berbagai tugas atau kegiatan manajemen yang


mempunyai peranan khas dan bersifat saling menunjang untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Manajemen adalah elemen-elemen
dasar yang akan selalu ada dan melekat di dalan proses manajemen yang
dijadikan acuan oleh manajer dalam melaksanakan kegiatan untuk mencapai
tujuan. Fungsi manajeman menurut Henry Fayol dan GR Terry menyebutkan
ada 5 fungsi manajemen yaitu terdiri atas perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing), ketenagaan (staffing), pengarahan
(directing/actuating), dan pengendalian (controlling).

1.1.1 Planning
1.1.1.1 Pengertian Fungsi Manajemen Perencanaan
Perencanaan adalah suatu rangkaian proses kegiatan
menyiapkan keputusan mengenai apa yang diharapkan terjadi
(peristiwa, keadaan, suasana, dan sebagainya) dan apa yang
akan dilakukan (Saud & Makmun, 2014).

Fungsi planning (perencanaan) adalah fungsi terpenting


dalam manajemen, oleh karena fungsi ini akan menentukan
fungsi-fungsi manajemen lainnya. Menurut Muninjaya
(1999) fungsi perencanaan merupakan landasan dasar dari
fungsi manajemen secara keseluruhan. Tanpa ada fungsi
perencanaan tidak mungkin fungsi manajemen lainnya akan

6
dapat dilaksanakan dengan baik. Perencanaan akan
memberikan pola pandang secara menyeluruh terhadap
semua pekerjaan yang akan dijalankan, siapa yang akan
melakukan, dan kapan akan dilakukan. Perencanaan
merupakan tuntutan terhadap proses pencapaian tujuan secara
efektif dan efesien.

Swanburg (2000) mengatakan bahwa planning adalah


memutuskan seberapa luas akan dilakukan, bagaimana
melakukan dan siapa yang melakukannya.

Fungsi perencanaan manajemen keperawatan di ruang rawat


inap yang dilaksanakan oleh kepala ruangan melibatkan
seluruh personil mulai dari perawat pelaksana, ketua tim, dan
kepala ruangan. Sebelum melakukan perencanaan terlebih
dahulu dianalisa dan dikaji sistem, strategi organisasi,
sumber-sumber organisasi, kemampuan yang ada, aktifitas
spesifik dan prioritas (Swanburg, 2000).

Kepala ruangan harus melibatkan seluruh individu dan unit


organisasi terkait perencanaan (Marquis dan Huston, 2010).
Perencanaan kepala ruang di ruang rawat inap meliputi
perencanaan kebutuhan tenaga dan penugasan tenaga,
pengembangan tenaga, kebutuhan logistik ruangan, program
kendali mutu yang akan disusun untuk pencapaian tujuan
jangka pendek, menengah dan panjang. Disamping itu kepala
ruang merencanakan kegiatan di ruangan seperti pertemuan
dengan staf pada permulaan dan akhir minggu.Tujuan
pertemuan adalah untuk menilai atau mengevaluasi kegiatan
perawat sudah sesuai dengan standar atau belum, sehingga

7
dapat dilakukan perubahan-perubahan atau pengembangan
dari kegiatan tersebut (Swanburg, 2000).

Unsur-unsur yang terlibat dalam perencanaan menurut Suarli


dan Bahtiar (2009), yaitu:
a. Meramalkan (forecasting), misalnya memperkirakan
kecenderungan masa depan (peluang dan tantangan).
b. Menetapkan tujuan (estabilishing objektive), menyusun
acara yang urutan kegiatannya menurut skala prioritas.
c. Menyusun jadwal pelaksanaan (scheduling), misalnya
menetapkan/memperhitungkan waktu dengan tepat.
d. Menyusun anggaran (budgeting), misalnya
mengalokasikan sumber yang tersedia (uang, alat,
manusia) dengan memperhitungkan waktu dengan tepat.
e. Mengembangkan prosedur, misalnya menentukan tata
cara yang paling tepat.
f. Menafsirkan dan menetapkan kebijakan (interpreting and
estabilishing policy), misalnya menafsirkan kebijakan
atasan dan menetapkan kebijakan operasional.

Peran kepemimpinan yang berhubungan dengan hierarki


perencanaan menurut Marquis dan Huston (2010), yaitu:
a. Mengkaji lingkungan eksternal dan internal.
b. Berpikir kreatif dan inovatif dalam perencanaan.
c. Mempengaruhi dan menginspirasi anggota agar aktif
terlibat dalam perencanaan jangka panjang.
d. Secara periodik melakukan klarifikasi nilai untuk
meningkatkan kesadaran diri.
e. Mengarahkan untuk mendengarkan aktif dan memberikan
umpan balik.
f. Mengkomunikasikan tujuan organisasi kepada anggota.

8
g. Memotivasi anggota untuk terlibat aktif dalam
mengambil keputusan.
h. Terbuka untuk ide baru dan berbagai ide.
i. Menjadi model peran dalam menetapkan metode
perencanaan.

1.1.1.2 Prinsip perencanaan


a. Mengetahui sifat atau ciri suatu rencana yang baik yaitu:
1) Mempermudah tercapainya tujuan organisasi karena
rencana merupakan suatu keputusan yang menentukan
kegiatan yang akan dilakukan dalam rangka mencapai
tujuan.
2) Dibuat oleh orang-orang yang mengerti organisasi
3) Dibuat oleh orang yang sungguh-sungguh mendalami
teknik perencaan
4) Adanya suatu perencanaan yang teliti,yang berarti
rencana harus di ikuti oleh program kegiatan terinci
5) Tidak boleh terlepas dari pemikiran pelaksanaan,
artinya harus tergambar bagaimana rencana tersebut
dilaksanakan.
6) Bersifat sederhana, yang berarti disusun secara
sistematis dan prioritasnya jelas terlihat.
7) Bersifat luwes, yang berarti bisa diadakan
penyesuaian bila ada perubahan
8) Terdapat tempat pengambilan risiko karena tidak  ada
seorangpun yang mengetahui apa yang akan terjadi di
masa yang akan dating
9) Bersifat praktis, yang berarti bisa dilaksanakan sesuai
dengan kondisi organisasi
10) Merupakan prakiraan atau peramalan atas keadaan
yang terjadi.

9
b. Memandang proses perencanaan sebagai suatu rangkaian
kegiatan yang harus dijawab dengan memuaskan
menggunakan pendekatan 5W1H
1) What: kegiatan apa yang harus dijalankan dalam rangka
pencapaian tujuan yang telah disepakati?
2) Where: dimana kegiatan akan dilakukan?
3) When: kapan kegiatan tersebut akan dilakukan?
4) Who: siapa yang harus melaksanakan kegiatan tersebut?
5) Why: mengapa kegiatan tersebut perlu dilaksanakan?
6) How : bagaimana cara melaksanakan kegiatan tersebut
kearah pencapaian tujuan?

c. Memandang proses perencanaan sebagai suatu masalah yang


harus diselesaikan dengan menggunakan teknik ilmiah,
artinya harus disusun dengan cara sistematis dan didasarkan
pada langkah sebagai berikut:
1) Mengetahui sifat hakiki dan masalah yang dihadapi.
2) Mengetahui data yang akurat sebelum menyusun rencana.
3) Menganalisis dan menginterpretasi data yang telah
terkumpul.
4) Menetapkan data alternatif pemecahan masalah.
5) Melaksanakan rencana yang telah tersusun.
6) Memilih cara yang terbaik untuk menyelesaikan masalah.
7) Menilai hasil yang telah dicapai.

1.1.1.3 Tipe-tipe Perencanaan


a. Berdasarkan luasnya
1) Strategis: rencana yang berlaku bagi organisasi secara
keseluruhan, menjadi sasaran umum organisasi

10
tersebut, dan berusaha menetapkan organisasi tersebut
kedalam lingkungannya.
2) Operasional: rencana yang memerinci detail cara
mencapai sasaran menyeluruh.
b. Berdasarkan karangka waktu
1) Jangka panjang.
2) Jangka pendek.
c. Berdasarkan kehususan
1) Pengarahan: rencana yang fleksibel dan yang menjadi
pedoman umum.
2) Pemerinci: rencana yang mendefenisikan dengan jelas
dan tidak memberuang untuk penafsiran.
d. Berdasarkan frekuensi
1) Sekali pakai : rencana yang digunakan satu kali
saja yang yang secara kusus dirancang untuk
memenuhi kebutuhan situasi yang unik.
2) Terus menerus : rencana yang berkesinambungan
yang menjadi pedoman bagi kegiatan-kegiatan yang
dilakukan secara berulang-ulang.

1.1.1.4 Tujuan Perencanaan


a. Standar pengawasan.
b. Mengetahui kapan pelaksanaan dan selesainya.
c. Mengetahui siapa saja yang terlibat mendapatkan
kegiatan yang sistematis termasuk biaya dan kualitas
pekerjaan.
d. Meminimalkan kehgiatan yang tidak produktif.
e. Menyerasikan dan memadukan beberapa sub kegiatan.
f. Mendeteksi hambatan kesulitan yang bakal ditemui.
g. Mengarahkan pada pencapaian tujuan.

11
1.1.1.5 Manfaat Perencanaan
a. Standar pelaksanaan dan pengawasan.
b. Pemilihan alternatif terbaik.
c. Penyusunan skala perioritas.
d. Menghemat pemanfaatan sumber daya organisasi.
e. Membantu manajer menyesuaikan diri dengan perubahan
lingkungan.
f. Alat memudahkan dalam berkoordinasi dengan pihak
terkait.
g. Alat meminimalkan pekerjaan yang tidak pasti.

1.1.1.6 Perencanaan Tenaga Keperawatan


Perencanaan tenaga atau staffing merupakan salah satu fungsi
utama seorang pemimpin organisasi,termasuk organisasi
keperawatan. Keberhasilan suatu organisasi salah satunya
ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya.Hal ini
berhubungan erat dengan bagaimana seorang pimpinan
merencanakan ketenangan di unit kerjanya.

1.1.1.7 Langkah perencanaan


Tenaga keperawatan menurut Drucicter dan Gillies (1994)
meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi bentuk dan beban pelayanan
keperawatan yang diberikan.
b. Menentukan kategori perawat yang akan ditugaskan
untuk melaksanakan pelayanan keperawatan.
c. Menentukan jumlah masing-masing kategori perawat
yang dibutuhkan.
d. Menerima dan menyaring untuk mengisi posisi yang ada.
e. Menentukan tenaga perawat sesuai dengan unit atau shif.
f. Melakukan seleksi calon-calon yang ada.

12
g. Memberikan tanggung jawab untuk melaksanakan tugas
pelayanan keperawatan.

Penentuan tenaga keperawatan dipengaruhi oleh keinginan


untuk menggunakan tenaga keperawatan yang sesuai. Untuk
lebih akuratnya dalam perencanaan tenaga keperawatn, maka
pimpinan keperawatan harus mempunyai keyakinan tertentu
dalam organisasinya,seperti:
a. Rasio antara perawat dan klien di dalam perawatan
intensif adalah 1:1 atau 1:2.
b. Perbandingan perawat ahli dan terampil di ruang medical
bedah, kebidanan, anak dan psikiatri adalah 2:1 atau 3:1.
c. Rasio antara perawat dan klien san shif pagi atau sore
adalah 1:5 untuk malam hari di ruang rawat dan lain-lain
1:10.

Jumlah tenaga terampil ditentukan oleh tingkat


ketergantungan klien. Menurut Abdullah & Levine (1965)
dalam Gillies (1994), seharusnya dalam suatu unit ada 55%
tenaga ahli dan 45% tenaga terampil.

1.1.1.8 Perkiraan kebutuhan tenaga


Penetapan jumlah tenaga keperawatan harus disesuaikan
dengan kategori yang akan dibutuhkan untuk asuhan
keperawatan klien disetiap unit.

1.1.1.9 Kategori perawatan klien:


a. Perawatan mandiri (self cae), yaitu klien memerlukan
bantuan  minimal dalam melakukan tindakan
keperawatan dan pengobatan.

13
b. Perawat sebagai (partial care), yaitu klien memerlukan
bantuan sebagai dalam tindakan keperawatan dan
pengobatan tertentu.
c. Perawatan total (total care), yaitu klien memerlukan
bantuan secara penuh dalam perawatan diri dan
memerlukan observasi secara ketat.
d. Perawatan intensif (intensive care), yaitu klien
memerlukan observasi dan tindakan keperawatan yang
terus menerus.

1.1.1.10 Cara menentukan jumlah


Tenaga yang dibutuhkan untuk setiap unit sebagai berikut:
a. Rasio perawat klien disesuaikan dengan standar perkiraan
jumlah klien sesuai data sensus.
b. Pendekatan teknik industri, yaitu identitas tugas perawat
dengan menganalisis alur kerja perawat atau work flow
rata-rata frekuensi dan waktu kerja ditentukan dngan data
sensus klien, dihitung untuk menentukan jumlah perawat
yang dibutuhkan.

System  approach staffing atau pendekatan sistem ketenangan


dapat menentukan jumlah optimal yang sesuai dengan
kategori perawat untuk setiap unit serta mempertimbangkan
komponen input-proses-outpon-umpan balik.

1.1.2 Organizating
1.1.2.1 Definisi
Organisasi merupakan kesatuan sosial yang dikoordinasikan
secara sadar dengan sebuah batasan yang relatif dapat
diidentifikasikan untuk mencapai tujuan. Akibat terjadinya
interaksi dengan karakteristik masing-masing serta banyak

14
kepentingan yang membentuk gaya hidup, pola perilaku, dan
etika kerja yang semuanya akan mencirikan kondisi suatu
organisasi (Marquis & Huston, 2010).

Pengorganisasian meliputi proses memutuskan tingkat


organisasi yang diperlukan untuk obyektif divisi keperawatan,
departemen, pelayanan atau unit. Setiap unit harus melalui tipe
pekerjaan, yang langsung dilakukan terhadap klien, macam
perawat sesuai dengan pekerjaan, serta jumlah pengelola atau
supervisi yang diperlukan (Swansburg, 2000).

Pengorganisasian adalah suatu langkah untuk menetapkan,


menggolongkan dan mengatur berbagai macam kegiatan,
penetapan tugas-tugas dan wewenang seseorang, pendelegasian
wewenang dalam rangka mencapai tujuan. Fungsi
pengorganisasian merupakan alat untuk memadukan semua
kegiatan yang beraspek personil, finansial, material dan tata
cara dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan
(Muninjaya, 2004).

Huber (2006) menyatakan bahwa pengorganisasian adalah


fungsi manjemen yang berhubungan dengan mengalokasi dan
mengatur sumber daya untuk menyelesaikan tujuan yang
dicapai. Peran manajer dalam fungsi pengorganisasian adalah
menentukan tugas yang akan dikerjakan, individu yang akan
mengerjakan, pengelompokkan tugas, struktur pertanggung
jawaban, dan proses pengambilan keputusan. Manajer
bertanggung jawab juga dalam merancang pekerjaan staf yang
digunakan untuk mencapai sasaran organisasi (Robins &
Coulter, 2007).

15
Berdasarkan penjelasan tersebut, organisasi dapat dipandang
sebagai rangkaian aktivitas menyusun suatu kerangka yang
menjadi wadah bagi segenap kegiatan usaha kerjasama dengan
jalan membagi dan mengelompokkan pekerjaan-pekerjaan
yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan (organisasi
bersifat dinamis).

1.1.2.2 Langkah-langkah pengorganisasian


a. Tujuan organisasi harus dipahami oleh staf. Tujuan
organisasi sudah di susun pada saat fungsi perencanaan.
b. Membagi habis pekerjaan dalam bentuk kegiatan-kegiatan
pokok untuk mencapai tujuan.
c. Menggolongkan kegiatan pokok kedalam satuan kegiatan
yang praktis (elemen kegiatan).
d. Menetapkan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh staf
dan menyediakan fasilitas pendukung yang diperoleh untuk
melaksanakan tugasnya.
e. Penugasan personal yang cakap yaitu memilih dan
mendapatkan staf yang dipandang mampu melaksanakan
tugas.
f. Mendelegasikan wewenang: dalam pembagian tugas harus
diperhatikan adanya keseimbangan antara wewenang dan
tanggung jawab staf, untuk organisasi seperti puskesmas
yang mempunyai jumlah tenaga yang terbatas tetapi ruang
lingkup kerja dan kegiatannya cukup luas, prinsip
kerjasama yang sifatnya integrative perlu diterapkan karena
prinsip kerja integrasi diharapkan semua kegiatan pokok
puskesmas dapat diselesaikan (Muninjaya, 2004).

16
1.1.2.3 Pengorganisasian pelayanan keperawatan
Dalam keperawatan, pengorganisasian pelayanan keperawatan
dilaksanakan dengan cara (Gillies, 1989):
a. Fungsional / penugasan
Yaitu pembagian tugas untuk perawat yang dilakukan oleh
kepala ruangan masing – masing mempunyai tugas khusus.
b. Alokasi pasien
Yaitu pengorganisasian pelayanan keperawatan untuk
beberapa klien / satu klien oleh  satu perawat saat berjaga.
c. Perawatan group / team nursing
Yaitu pelayanan lapangan dimana sekelompok perawat
memberikan pelayanan keperawatan kepada sekelompok
klien, kelompok ini dipimpin oleh perawat yang berijasah
dan berpengalaman.
d. Pelayanan keperawatan utama
Yaitu pengorganisasian dalam pelayanan keperawatan
sehingga satu orang primary nursing dalam 24 jam
bertanggung jawab pada klien yang di bawah tanggung
jawabnya dari masuk RS sampai pulang.

1.1.2.4 Prinsip-prinsip pengorganisasian


Prinsip-prinsip pengorganisasian menurut Swansburg (2000)
adalah :
a. Prinsip rantai komando
Prinsip rantai komando menyatakan bahwa untuk
memuaskan anggota efektif secara ekonomi dan berhasil
dalam mencapai tujuan. Komunikasi cenderung ke bawah
dan satu arah. Pada organisasi keperawatan, rantai
komando ini datar, dengan garis manajer dan staf teknis
serta administrasi yang mendukung perawat pelaksana.
b. Prinsip kesatuan komando

17
Prinsip kesatuan komando menyatakan bahwa seorang
perawat pelaksana mempunyai satu pemimpin dan satu
rencana. Keperawatan primer dan manajemen kasus
mendukung prinsip prinsip kesatuan komando ini.
c. Prinsip rentang komando
Prinsip ini menyatakan bahwa setiap perawat harus dapat
mengawasi secara efektif dalam hal jumlah, fungsi, dan
geografi. Pada prinsip ini, makin kurang pengawasan yang
diperlukan untuk perawat. Perawat harus memiliki lebih
banyak pengawasan untuk menghindari terjadinya
kesalahan. Kepala ruangan harus lebih banyak
mengkoordinasikan.

1.1.3 Staffing
1.1.3.1 Pengertian Staffing

Function Staffing (Staf/Personalia) , fungsi manajerial staf


melibatkan mengawaki struktur organisasi melalui tempat dan
efektif, penilaian seleksi dan pengembangan personil untuk
mengisi peran yang ditugaskan. Menurut Haimann "staffing
berkaitan dengan perekrutan, seleksi, pengembangan dan
kompensasi dari bawah".

1.1.3.2 Fungsi Ketenagaan


Ketenagaan mengerjakan perekrutan, wawancara, mengontrak,
dan orientasi staf. Keberhasilan perekrutan tergantung pada
sumber daya alam, jumlah tenaga perawat yang memadai,
gaji yang kompetitif, reputasi organisasi, daya tarik lokasi,
dan status ekonomi. Manajer bertanggung jawab dalam
merekrut perawat (Swanburg, 2000).

18
Hubungan kepala ruangan dengan perekrut harus bersifat
kolaboratif. Kepala ruangan terlibat dalam perekrutan,
wawancara dan pemilihan pegawai. Keterlibatan kepala
ruangan tergantung pada besar institusi, adanya departemen
personalia yang terpisah, adanya perekrut perawat organisasi
tersebut dan penggunaan manajemen keperawatan yang
sentralisasi dan desentralisasi. Merekrut perawat dilakukan
dengan wawancara sebagai metode seleksi penerimaan perawat
(Marquis dan Huston, 2010).

Wawancara dapat dijadikan sebagai landasan untuk memilih


orang untuk berbagai posisi. Hal yang paling penting dalam
perektutan adalah mengawasi staf baru selama proses
(Swanburg, 2000). Program orientasi yang dipersiapkan dan
dilaksanakan dengan baik mengajarkan perawat baru mengenai
perilaku yang sesuai dengan tujuan organisasi. Orientasi
perawat baru yang berhasil akan mengurangi terjadinya
gesekan (Marquis dan Huston, 2010)

Peran kepala ruangan dalam ketenagaan meliputi perencanaan


untuk keperluan ketenagaan selanjutnya dan perubahan di
dunia keperawatan. Kepala ruangan bertanggung jawab dalam
penyusunan sistem kepegawaian (Gillies, 2000). Kepala
ruangan sangat berperan dalam penjadwalan, pengembangan
perawat, sosialisai perawat, mengadakan pelatihan untuk
perawat (Marquis dan Huston, 2010). Manager harus
mengetahui jumlah jabatan yang diatur pada setiapklasifikasi
kerja temasuk jabatan yang kosong. Anggaran keuangan
angan memperlihatkan pekerja apa yang dibutuhkan (Gillies,
2000).

19
Penjadwalan yang dilakukan sendiri memberikan kesempatan
dan tanggung jawab kepada perawat untuk membuat jadwal
kerja sendiri (Marquis dan Huston, 2010). Gillies (2000)
menyatakan bahwa dalam hal penjadwalan kepala ruangan
harus mengatur tentang pola-pola perputaran jawdal, jadwal-
jadwal liburan, dan praktek-praktek lembur. Alat dan metode
yang digunakan untuk menentukan kebutuhan kepersonaliaan
perlu ditinjau ulang secara berkala. Tanggung jawab fiskal
dan etis adalah fungsi yang menyertai ketenagaan (Marquis
dan Huston, 2010).

Berdasarkan pada filosofi para kepala ruangan dalam hal


mengembangkan fungsi ketenagaan menurut Gillies (2000)
adalah sebagai berikut:
a. Memberikan seorang staf perawat yang professional
secara keseluruhan dalam ruangan.
b. Memberikan staf yang tepat dengan perbandingan
perawat 1:1 dengan pasien untuk setiap jam kerja.
c. Tenaga kesehatan lain dengan perbandingan 2:1 dengan
pasien setiap ruangan.
d. Melibatkan seluruh staf perawat dalam menyusun program
ketenagaan.
e. Membagi tenaga perawat secara merata dalam
hal jadwal libur, jam kerja,waktu putaran, waktu
istirahat.
f. Bertanggung dalam perencanaan ketenagaan.
g. Membuat jadwal perawat paling cepat jadwal 2 bulan8.
Mengerti akan kebutuhan staf dalam hal istirahat dan
liburan.
h. Memberikan penghargaan kepada perawat berprestasi.

20
1.1.3.3 Proses Rekruitmen dan Seleksi Tenaga Kerja
Schular dan Jackson (1997) mengatakan “ Rekruitmen antara
lain meliputi upaya pencarian sejumlah calon karyawan yang
memenuhi syarat dalam jumlah tertentu sehingga dari mereka
perusahan dapat menyeleksi orang-orang yang paling tepat
untuk mengisi lowongan pekerjaan yang ada. Stoner (1992)
mengatakan “ Rekruitmen dimaksudkan untuk menyediakan
sekelompok calon yang cukup besar sehingga organisasi yang
bersangkutan akan dapat menyeleksi karyawan yang memenuhi
syarat sesuai yang dibutuhkan”.

Berdasarkan teori diatas dapat disimpulkan bahwa rekruitmen


adalah upaya untuk mencari tenaga kerja yang memenuhi
syarat, tepat, kualitas, dan kuantitas untuk diperkerjakan dalam
dan oleh perusahaan pada waktu yang dibutuhkan, sedangkan
seleksi merupakan proses pemilihan staf baru atau calon tenaga
yang tepat sesuai dengan posisi yang kosong.

1.1.3.4 Orientasi
Dalam proses memasuki tempat kerja baru, perlu adanya
program orientasi dimana kegitan ini bertujuan memberikan
pemahaman kepada tenaga baru dalam menjalankan tugasnya.
Pemahaman ini diberikan agar dalam menjalankan tugasnya
pegawai baru dapat menyesuiakan dengan prosedur yang ada di
rumah sakit.

Pada proses orientasi, pegawai baru akan melakukan orientasi


terhadap pekerjaan dan rumah sakit, dimana diperlukan waktu
yang cukup lama sekitar 3-9 bulan untuk dapat beradaptasi.
Orientasi memberikan gambaran tentang tugas pokok di rumah
sakit dengan tujuan :

21
a. Mempercepat proses adaptasi dan kerja sesuai dengan
bidangnya masing-masing.
b. Memahami tugas, kewajiban, wewenang, dan prosedur
kerja.
c. Memahami tujuan, falsafah dan peraturan-peraturan
dilingkungan rumah sakit serta kebijakan pimpinan rumah
sakit.
d. Memahami prosedur-prosedur pengamanan dalam berbagai
bidang di berbagai unit kerja
e. Memahami tehnik-tehnik mengerjakan basic life support
dalam keadaan darurat.
f. Memahami prosedur tentang penilaian terhadap penampilan
kerja staff keperawatan.

1.1.4 Actuating
1.1.4.1 Pengertian Fungsi Manajemen Pengarahan
Pengarahan merupakan fungsi manajemen yang merangsang
tindakan-tindakan agar betul-betul dilaksanakan. Oleh karena
tindakan-tindakan itu dilakukan oleh individu, maka
pengarahan meliputi pemberian perintah-perintah dan motivasi
pada personalia yang melaksanakan perintah-perintah tersebut
agar sistem organisasi seimbang.

Pengarahan juga sangat erat hubungannya dengan komunikasi,


semakin baik komunikasi yang digunakan manajer, semakin
mudah pengarahan berjalan. Karena objek dari manajemen,
khususnya pengarahan adalah objek hidup (manusia), sehingga
diperlukan saling pengertian untuk dapat menjalankan suatu
sistem.

22
Dari penjelasan diatas, terdapat beberapa cara yang tepat untuk
digunakan dalam pengarahan, yaitu :
a. Melakukan orientasi tentang tugas yang akan dilakukan;
Merupakan cara pengarahan dengan memberikan informasi
yang perlu supaya kegiatan dapat dilakukan dengan baik.
b. Memberikan petunjuk umum dan khusus (perintah);
Merupakan permintaan dri pimpinan kepada orang yang
berada di bawahnya untuk melakukan atau mengulangi
suatu kegiatan tertentu pada keadaan tertentu.
c. Delegasi wewenang, dan;
Dalam pendelegasian wewenang ini pimpinan melimpahkan
sebagian dari wewenang yang dimilikinya kepada
bawahannya.
d. Memotivasi.
Merupakan cara pendekatan pribadi dari atasan ke bawahan
yang bersifat membangun hubungan baik agar bawahan
dapat melakukan tugasnya dengan semangat dan lepas.

Beberapa alasan pentingnya cara –cara pengarahan diatas


adalah motivasi secara impalist, yakni pimpinan organisasi
berada di tengah-tengah para bawahannya dengan demikian
dapat memberikan bimbingan, instruksi, nasehat dan koreksi
jika diperlukan. Adanya upaya untuk mensingkronkan tujuan
organisasi dengan tujuan pribadi dari para anggota organisasi.
Secara eksplisit terlihat bahwa para pelaksana operasional
organisasi dalam memberikan jasa-jasanya memerlukan
beberapa perangsang atau insentif.
Kemampuan seorang manajer untuk memotivasi dan
mempengaruhi, mengarahkan dan berkomunikasi akan
menentukan efektifitas manajer. Dan ini bukan satu-satunya
faktor yang mempengaruhi tingkat prestasi seseorang. Manajer

23
yang dapat melihat motivasi sebagai suatu sistem akan mampu
meramalkan perilaku dari bawahannya.

Motivasi seperti yang telah disebutkan diatas, akan


mempengaruhi, mengarahkan dan berkomunikasi dengan
bawahannya, yang selanjutnya akan menentukan efektifitas
manajer. Ada dua factor yang mempengaruhi tingkat prestasi
seseorang, yaitu kemampuaan individu dan pemahaman
tentang perilaku untuk mencapai prestasi yang maksimal
disebut prestasi peranan. Dimana antara motivasi, kemampuan
dan presepsi peranan merupakan satu kesatuan yang saling
berinteraksi.

Pengarahan (leading) adalah untuk membuat atau mendapatkan


para karyawan untuk melakukan apa yang diinginkan, dan
harus mereka lakukan. Dikenal juga sebagai leading, directing,
motivating atau actuating. Pengarahan memiliki beberapa
karakteristik:
a. Pervasive Function, yaitu pengarahan diterima pada
berbagai level organisasi. Setiap manajer menyediakan
petunjuk dan inspirasi kepada bawahannya.
b. Continous Activity, pengarahan merupakan aktivitas
berkelanjutan disepanjang masa organisasi.
c. Human factor, fungsi pengarahan berhubungan dengan
bawahan dan oleh karena itu berhubungan dengan human
factor. Human factor adalah perilaku manusia yang
kompleks dan tidak bisa diprediksi.
d. Creative Activity, fungsi pengarahan yang membantu dalam
mengubah rencana ke dalam tindakan. Tanpa fungsi ini,
seseorang dapat menjadi inaktif dan sumber fisik menjadi
tak berarti.

24
e. Executive Function, Fungsi pengarahan dilaksanakan oleh
semua manajer dan eksekutif pada semua level sepanjang
bekerja pada sebuah perusahaan, bawahan menerima
instruksi hanya dari atasannya.
f. Delegated Function, pengarahan seharusnya adalah suatu
fungsi yang berhadapan dengan manusia. Atasan harus
dapat mengetahui bahwa perilaku manusia merupakan suatu
hal tidak dapat diprediksi dan alami sehingga atasan
seharusnya dapat mengkondisikan perilaku seseorang ke
arah tujuan yang diharapkan.

1.1.4.2 Fungsi Pengarahan


Fungsi pengarahan adalah suatu fungsi kepemimpinan manajer
untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi kerja secara
maksimal serta menciptakan lingkungan kerja yang sehat,
dinamis, dan lain sebagainya. Pengarahan pada dasarnya akan
berkaitan dengan :
a. Faktor individu dan kelompok;
Organisasi merupakan kumpulan individu. Setiap individu
memiliki kebutuhan, minat, persepsi, sikap, nilai,
kepribadian, dan berbagai hal yang berbeda. Perbedaan
ditingkat individu mempengaruhi organisasi. Memahami
perilaku individu akan membantu dalam memahami
perilaku organisasi karena pada dasarnya manusia itu homo
homini socius. Manusia tidak bisa lepas dari organisasi,
manusia merupakan komponen vital dalam keberadaan dan
dinamika sebuah organisasi. Memahami perilaku manusia
membutuhkan kerjasama berbagai disiplin keilmuan.

25
b. Motivasi dan kepemimpinan;
Tingkah laku seseorang di pengaruhi serta di rangsang oleh
keinginan. Kebutuhan, tujuan, dan kepuasannya.
Rangsangan timbul dari diri sendiri dan dari luar.
Rangsangan ini akan menciptakan “motif dan motivasi “
yang mendorong orang bekerja untuk memperoleh
kebutuhan dan kepuasan dari hasil kerjanya. Motif dapat di
artikan sebagai Driving Force yang menggerakan manusia
untuk bertingkah laku dan berbuat untuk tujuan tertentu.

c. Kelompok kerja dan;


Kelompok secara umum memiliki arti sejumlah orang yg
melakukan interaksi dengan orang lain dalam suatu
rangkaian pertemuan tatap muka. Tapi dalam pengertiani
organisas, Kelompok merupakan suatu sistem yg
terorganisasi yg terdiri atas dua orang atau lebih yg saling
berhubungan sedemikian rupa sehingga sistem tersebut
melakukan fungsi, peran, dan norma tertentu.

d. Komunikasi dalam organisasi.


Tujuan Komunikasi yaitu, untuk memberikan perintah,
laporan, informasi, ide, saran, berita dan menjalin
hubungan-hubungan dari seorang komunikator kepada
komunikan dan penerimanya. Manusia di dalam
kehidupannya harus berkomunikasi, artinya memerlukan
orang lain dan membutuhkan kelompok atau masyarakat
untuk saling berinteraksi. Hal ini merupakan suatu hakekat
bahwa sebagian besar pribadi manusia terbentuk dari hasil
integrasi sosial dengan sesama dalam kelompok dan
masyarakat. Di dalam kelompok/organisasi itu selalu
terdapat bentuk kepemimpinan yang merupakan masalah

26
penting untuk kelangsungan hidup kelompok, yang terdiri
dari pemimpin dan bawahan/karyawan. Di antara kedua
belah pihak harus ada two-way-communications atau
komunikasi dua arah atau komunikasi timbal balik, untuk
itu diperlukan adanya kerja sama yang diharapkan untuk
mencapai cita-cita, baik cita-cita pribadi, maupun
kelompok, untuk mencapai tujuan suatu organisasi. Kerja
sama tersebut terdiri dari berbagai maksud yang meliputi
hubungan sosial/kebudayaan. Hubungan yang terjadi
merupakan suatu proses adanya suatu keinginan masing-
masing individu, untuk memperoleh suatu hasil yang nyata
dan dapat memberikan manfaat untuk kehidupan yang
berkelanjutan.

Bila sasaran komunikasi dapat diterapkan dalam suatu


organisasi baik organisasi pemerintah, organisasi
kemasyarakatan, maupun organisasi perusahaan, maka
sasaran yang dituju pun akan beraneka ragam, tapi tujuan
utamanya tentulah untuk mempersatukan individu-individu
yang tergabung dalam organisasi tersebut.

1.1.5 Controling
1.1.5.1 Pengertian Pengendalian
Pengendalian berkaitan erat dengan fungsi manajemen, dimana
fungsi ini diawali dari perencanaan dan diikuti dengan
pengendalian agar tujuan perusahaan tercapai dengan efektif
dan efisien.

Fungsi manajemen dimulai dari perencanaan, yaitu penetapan


tujuan perusahaan secara umum. Langkah selanjutnya adalah
menentukan langkah apa dan bagaimana hal tersebut dapat

27
dilaksanakan. Kebijakan-kebijakan yang harus diambil oleh
manajemen untuk mencapai tujuan perusahaan biasa disebut
dengan strategi. Setelah strategi diterapkan, manajemen
perusahaan membutuhkan keyakinan bahwa operasi
perusahaan telah diarahkan sesuai dengan tujuan perusahaan
dan dilaksanakan dengan menggunakan strategi yang tepat.
Agar tujuan perusahaan dapat tercapai dengan efektif dan
efisien, manajemen harus memerlukan suatu proses yang
disebut pengendalian.

Pengendalian menurut Hansen & Mowen yang direvisi oleh


Abdul Halim, Achmad Tjahjono, dan Muh. Fakhri Husein
(2003) adalah proses penetapan standar, dengan menerima
umpan balik berupa kinerja sesungguhnya, dan mengambil
tindakan yang diperlukan jika kinerja sesungguhnya berbeda
secara signifikan dengan apa yang telah direncanakan.

Pengendalian adalah proses penetapan standar, dengan


menerima umpan balik berupa kinerja sesungguhnya, dan
mengambil tindakan yang diperlukan jika kinerja
sesungguhnya berbeda secara signifikan dengan apa yang telah
direncanakan.

1.1.5.2 Pengertian Pengendalian Manajemen


Pengendalian manajemen merupakan proses untuk memotivasi
dan memberi semangat anggota organisasi dalam
melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam rangka mencapai tujuan
organisasi. Pengendalian manajemen juga merupakan suatu
proses untuk mendeteksi dan mengoreksi kesalahan-kesalahan
unjuk kerja yang tidak disengaja dan ketidakberesan yang
disengaja.

28
Definisi pengendalian manajemen menurut Robert N. Anthony
dan Vijay Govindarajan (2005) pengendalian manajemen
merupakan proses di mana para manajer mempengaruhi
anggota organisasi lainnya untuk mengimplementasikan
strategi organisasi.

Pengendalian manajemen terdiri atas bermacam-macam


kegiatan, diantaranya:
a. Merencanakan apa yang seharusnya dilakukan oleh
organisasi.
b. Mengkoordinasikan kegiatan dari beberapa bagian
organisasi.
c. Mengkomunikasikan informasi.
d. Mengevaluasi informasi.
e. Memutuskan tindakan apa yang seharusnya diambil jika
perlu.
f. Mempengaruhi orang-orang untuk mengubah perilaku
mereka.

Dari definisi-definisi tersebut di atas, diketahui bahwa


pengendalian manajemen merupakan suatu proses yang
digunakan oleh manajemen untuk menjamin bahwa perusahaan
yang dikelolanya telah melaksanakan strategi secara efektif
dan efisien. Dalam melaksanakan pengendaliannya,
manajemen menggunakan metode dan prosedur termasuk di
dalamnya sistem pengendalian manajemen yang terdiri atas
struktur organisasi, wewenang, tanggung jawab, dan informasi
untuk melaksanakan pengendalian yang memastikan bahwa
organisasi telah berfungsi untuk mencapai tujuan.

29
Tujuan pengendalian manajemen adalah menjamin bahwa
strategi yang dijalankan sesuai dengan tujuan organisasi yang
akan dituju. Jadi, apabila seorang manajer menemukan cara
yang lebih baik dalam operasi sehari-harinya, pengendalian
manajemen seharusnya tidak melarang manajer tersebut
melakukan dengan cara yang menurut dia benar.

Pengendalian manajemen merupakan alat bagi manajemen


dalam mengimplementasikan rencana dan strategi dengan cara
mempengaruhi anggota organisasi untuk mencapai tujuan
organisasi. Untuk mengembangkan pengendalian manajemen
yang efektif, organisasi harus memiliki tujuan, strategi,
program dan kebijakan yang jelas dan realistis. Pengendalian
manajemen yang efektif pada dasarnya memerlukan prosedur-
prosedur yang tepat, sehingga memungkinkan bagi manajer
untuk melakukan pengawasan dan pengevaluasian atas
masukan dan keluaran secara optimum.

1.1.5.3 Pengertian Sistem Pengendalian Manajemen


Menurut R.A Supriyono (2000), Sistem pengendalian
manajemen adalah system yang digunakan oleh manajemen
untuk mempengaruhi anggota organisasinya agar melaksankan
strategi dan kebijakan organisasi secara efisien dan efektif
dalam rangka mencapai tujuan organisasi, sistem pengendalian
manajemen terdiri atas struktur dan proses.

Suatu sistem diciptakan untuk mencapai tujuan tertentu. Sistem


Pengendalian Manajemen dirancang untuk mencapai tujuan
perusahaan yang ditetapkan dalam proses yang disebut
perencanaan stratejik. Dalam proses ini manajemen
menetapkan tujuan perusahaan dan memutuskan berbagai

30
strategi untuk mencapai tujuan tersebut. Untuk mencapai tujuan
melalui berbagai strategi yang telah ditetapkan, manajemen
memerlukan suatu sistem untuk mengalokasikan pengunaan
berbagai sumber ekonomi perusahaan secara efektif dan
efisien.

Secara singkat dikatakan bahwa Sistem Pengendalian


Manajemen merupakan suatu sistem yang digunakan oleh para
manajer untuk mengarahkan anggota organisasi agar
melaksanakan kegiatan secara efektif dan efisien sesuai strategi
pokok yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan dan
sasaran. Aktivitas Sistem Pengendalian Manajemen meliputi
aktivitas untuk merencanakan tujuan yang hendak dicapai dan
strategi yang harus dilaksanakan serta mengendalikan dan
mengarahkan operasi organisasi sesuai rencana dan tujuan
perusahaan.

Jadi, Sistem Pengendalian Manajemen adalah merupakan suatu


sistem yang dirancang untuk menjamin bahwa organisasi telah
melaksanakan strateginya secara efektif dan efisien melalui
para manajernya. Dua unsur yang penting dalam sistem
pengendalian manajemen adalah lingkungan pengendalian dan
proses pengendalian.

1.1.5.4 Proses Sistem Pengendalian Manajemen


Sistem pengendalian manajemen terdiri dari struktur dan
proses. Struktur merupakan hubungan antara komponen yang
dinyatakan dalam bentuk organisasi dan sifat informasi yang
mengalir di antara unit-unit tersebut. Sedangkan proses
merupakan seperangkat tindakan yang dilakukan untuk
memastikan bahwa organisasi bekerja untuk mencapai

31
tujuannya melibatkan banyak komunikasi. Komunikasi ini
dapat bersifat formal dan informal. Komunikasi informal dapat
berupa percakapan, memo, pertemuan, dan lain-lain.
Komunikasi formal meliputi tahap-tahap yang terstruktur yang
saling terkait.

Menurut Abdul Halim, Achmad Tjahjono, dan Muh. Fakhri


Husein (2003) menyatakan bahwa proses sistem pengendalian
manajemen formal meliputi tahap-tahap sebagai berikut :
a. Perencanaan strategi (pemrograman) adalah proses
memutuskan program-program utama yang akan dilakukan
suatu organisasi dalam rangka implementasi strategi dan
menaksir jumlah sumber daya yang akan dialokasikan untuk
tiap-tiap program jangka panjang beberapa tahun yang akan
datang. Keluaran dari proses perencanaan strategi berbentuk
dokumen yang dinamakan strategic plan (atau sering juga
disebut program). Informasi tentang program meliputi
beberapa tahun yang akan datang, biasanya meliputi tiga
atau lima tahun. Dalam perusahaan yang berorientasi laba,
setiap produk utama atau lini produk disebut sebagai
program. Sedangkan dalam organisasi nirlaba, bentuk
utama jasa organisasi yang ditawarkan merupakan suatu
program.

b. Penyusunan anggaran adalah proses pengoperasionalan


rencana dalam bentuk pengkuantifikasian, biasanya dalam
unit moneter, untuk kurun waktu tertentu. Hasil dari
penyusunan anggaran adalah anggaran. Anggaran
merupakan rencana yang diungkapkan secara kuantitatif,
biasanya dalam unit moneter, meliputi periode waktu
tertentu, biasanya satu tahun. Program atau strategic plan

32
yang telah disetujui pada tahap sebelumnya, merupakan
titik awal dalam mempersiapkan anggaran. Anggaran
menunjukkan jabaran dari program dengan menggunakan
informasi terkini. Dalam anggaran, program dihubungkan
terhadap pusat pertanggungjawaban, bukannya program
secara individual. Anggaran menggambarkan biaya-biaya
yang dikeluarkan oleh setiap manajer yang
bertanggungjawab terhadap sebuah program atau bagian
dari program. Proses penyusunan anggaran pada dasarnya
merupakan suatu proses negosiasi antara manajer pusat
pertanggungjawaban dan atasannya. Hasil akhir proses
negosiasi adalah persetujuan tentang perkiraan biaya yang
akan terjadi selama satu tahun (untuk pusat biaya), atau
anggaran laba atau ROI yang disyaratkan (untuk pusat laba
atau pusat investasi).

c. Pelaksanaan, Selama tahun anggaran manajer melakukan


program atau bagian dari program yang menjadi tanggung
jawabnya. Laporan yang dibuat hendaknya menunjukkan
dapat menyediakan informasi tentang program dan pusat
pertanggungjawaban. Laporan pusat pertanggungjawaban
juga harus menunjukkan informasi untuk mengukur kinerja
keuangan maupun non keuangan, informasi internal
maupun informasi eksternal.

Evaluasi Kinerja, Kegiatan terakhir dari proses pengendalian


manajemen adalah menilai kinerja manajer pusat
pertanggungjawaban. Prestasi kerja pada intinya bisa dilihat
dari efisien dan efektif tidaknya suatu pusat
pertanggungjawaban menjalankan tugas yang menjadi
tanggung jawabnya. Evaluasi dilakukan dengan cara

33
membandingkan antara realisasi anggaran dengan anggaran
yang telah ditetapkan sebelumnya..

34
DAFTAR PUSTAKA

Anthony, Robert N. dan Vijay Govindarajan. 2005. Sistem Pengendalian


Manajemen. Edisi Kedua. Terjemahan F. X Kurniawan Tjakrawala.
Jakarta: Salemba Empat.
Gillies, D. 1989. Manajemen Keperawatan: Suatu Pendekatan Sistem Ed 2.
Illioni: WB Saunders Company.
Halim, Abdul., Tjahjono, Achmad., dan Muh. Fakhri Husein. 2005. Sistem
Pengendalian Manajemen. Edisi Revisi. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
Huber, Diane L. 2006. Leadership and Nursing Management Care. Phyladelphia:
Saunders Elsevier.
Marquis & Huston. 2010. Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan: Teori
dan Aplikasi Edisi 4. Alih Bahasa: Widyawati & Handayani. Jakarta:
EGC.
Muninjaya, A. 2004. Manajemen Kesehatan. Jakarta: EGC.
Nursalam. (2007). Manajemen keperawatan dan aplikasinya. Jakarta: EGC.
Nursalam. (2011). Proses dan dokumentasi keperawatan, konsep dan praktek.
Jakarta : Salemba Medika. 
Nursalam. (2014). Manajemen keperawatan aplikasi dalam praktik keperawatan
profesional edisi 4. Jakarta : Salemba Medika
Robbins, Stephen, Mary Coulter. 2007. Manajemen Edisi Ke 8. Jakarta: Indeks.
Swansburg, R. 2000. Pengantar kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan.
Jakarta: EGC.

35
LAPORAN PENGKAJIAN
FUNGSI MANAJEMEN KEPERAWATAN

Disusun Oleh
Kelompok 3
Atika Yuliani 1714201110096
Melinda 1714201110077
Rianda Putra 1714201110088
M. Zaidan Firdaus 1714201110021
Novita Harruna Pratiwi 1714201110040
Desy Nur Eliana 1714201110009

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
2021

36
LEMBAR PERSETUJUAN

Dengan ini laporan Praktek Pengkajian Fungsi Manajemen di Rumah Sakit Islam
Banjarmasin Ruang Al-Biruni Pada Tanggal 19 April s.d 01 Mei 2021 Praktik Pre
Ners Manajemen Keperawatan Program Studi S1 Keperawatan Semester VIII
Universitas Muhammadiyah Banjarmasin telah dipertanggung jawabkan kepada
pembimbing Akademik.

Banjarmasin, 02 Mei 2020

Menyetujui,
Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

(Muhammad Anwari,Ns.,M.Kep) (Nurhikmah,S.Kep.,Ns)

Mengetahui,
Koordinator PL Pre Ners
Manajemen Keperawatan

(Muhammad Anwari,Ns.,M.Kep)

37
PENILAIAN LAPORAN PENGKAJIAN

PENERAPAN FUNGSI MANAJEMEN KEPERAWATAN

Kelompok : 3 (Tiga)
Ruangan : Al-Biruni Rumah Sakit Islam Banjarmasin
KASUS : A
No Penilaian Ketrampilan Bobot Nilai

1 Kelengkapan pengkajian fungsi manajemen 30


keperawatan di ruang rawat inap
a. Perencanaan
b. Pengorganisasian
c. Pengaturan staf
d. Pengarahan
e. Pengendalian
2 Keakuratan data pengkajian fungsi manajemen 20
keperawatan di ruang rawat inap
a. Mampu memunjukkan bukti
pengambilan data
b. Menyertakan gambar atau dokumentasi
yang valid
3 Kemampuan analisis pada pembahasan 30

4 Kerapian Penulisan, tata bahasa dan Kreatifitas 20

Total 100

Cara penilaian angka:


Dilakukan sangat baik = 1 kali bobot tertinggi
Dilakukan cukup baik = ½ kali bobot tertinggi
Tidak dilakukan = 0 kali bobot tertinggi

A A- B+ B B- C+ C D E
80- 75-79 70-74 65-69 60-64 55-59 50-54 31-49 0-30
100

Banjarmasin, 02 Mei 2020

38
Clinical Teacher/ CT

(Muhammad Anwari,Ns.,M.Kep)

BAB 1
TINJAUAN TEORITIS
1.1 Fungsi Manajemen

39
Manajemen keperawatan adalah proses pelaksanaan pelayanan
keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan dan rasa
aman kepada pasien, keluarga dan masyarakat. (Gillies, 1989).

Manajemen pelayanan keperawatan adalah pelayanan di rumah sakit yang


di kelola olah bidang perawatan melalui tiga tingkatan manajerial yaitu
manajemen puncak (kepala bidang keperawatan), manajemen menengah
(kepala unit pelayanan atau supervisior), dan manajemen bawah (kepala
ruang perawatan). Keberhasilan penatalaksanaan keperawatan sangat
dipengaruhi oleh manajer keperawatan melaksanakan peran dan fungsinya
(Gillies, 1994).

Manajemen memerlukan peran tiap anggota yang terlibat di dalamnya


untuk menyikapi posisi masing-masing, sehingga di perlukan adanya
fungsi yang jelas mengenai manajemen. Terdapat 4 fungsi manajemen
menurut G.R Terry yaitu planning, organizing, actuanting dan
contoroling/ POAC.
1. Planning
Planning/ perencanaan adalahkeputusan masa mendatang artinya apa,
siapa, kapan, di mana, berapa dan bagaimana yang akan dan harus di
laksanakan untuk mencapai tujuan tertentu. Secara umum perencanaan
dapat di tinjau dari sis proses pemilihan dan pengembangan tindakan
yang paling menguntungkan untung mencapai tujuan, fungsi
kepemimpinan dan kewenangan dapat mengarahkan kegiatan dan
tujuan yang harus di capai organisasi, keputusan apa yang akan
dilakukan untuk waktu yang akan datang.

2. Organizing
Organizing/ organisasi secara statis merupakan wadah kegiatan
sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu, secara dinamis

40
merupakan aktivitas dari tata hubungan kerja yang teratur dan dinamis
untuk mencapai tujuan tertentu.
3. Acuanting
Acuanting/ pergerakan melakukan kegiatan untuk mempengaruhi
orang lain agar mau dan suka bekerja sama dalam rangka
menyelesaikan tugas demi tercapainaya tujuan bersama, diusahakan
agar orang yang diperintah jangan hanya menerima perintah dari
atasan, tetapi tergerak hatinya untuk menyelesaikan tugasnya dengan
kesadaran sendiri. Sering terjadi hambatan pada pergerakan karena
yang digerakkan adalah manusia yang mempunyai keinginan pribadi,
sikap dan prilaku khusus, sehingga kepemimpinan dapat meningkatkan
motivasi dan sikap kerja bawahan menjadi hal yang penting.
4. Controlling
Controlling pengawasan merupakan proses untuk mengetahui apakah
pelaksanaan kegiatan sesuai rencana, pedoman, ketentuan, kebijakan,
tujuan dan sasaran yang sudah ditentukan sebelumnya. Pengawasan
bertujuan untuk mencegah atau memperbaiki kesalahan,
penyimpangan, dan ketidak sesuaian.

1.2 Model Asuhan Keperawatan Profesional


Model Asuhan Keperawatan Profesional adalah sebagai suatu sistem
(struktur, proses dan nilai- nilai) yang memungkinkan perawat profesional
mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk
menopang pemberian asuhan tersebut (Hoffart & Woods, 1996).

Jenis Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Menurut Grant &


Massey (1997) dan Marquis & Huston (1998) ada 4 metode pemberian
asuhan keperawatan profesional yang sudah ada dan akan terus
dikembangkan di masa depan dalam menghadapi tren pelayanan
keperawatan, yaitu:

41
1. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Fungsional
Model fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan
asuhan keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia
kedua. Pada saat itu karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan
perawat maka setiap perawat hanya melakukan 1- 2 jenis intervensi
keperawatan kepada semua pasien di bangsal. Model ini berdasarkan
orientasi tugas dari filosofi keperawatan, perawat melaksanakan tugas
(tindakan) tertentu berdasarkan jadwal kegiatan yang ada (Nursalam,
2007)

2. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Kasus


Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien
saat ia dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk
setiap shift dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh
orang yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasa
diterapkan satu pasien satu perawat, dan hal ini umumnya
dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk keperawatan khusus
seperti isolasi, intensive care. Metode ini berdasarkan pendekatan
holistik dari filosofi keperawatan. Perawat bertanggung jawab terhadap
asuhan dan observasi pada pasien tertentu (Nursalam, 2007).

3. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Primer


Menurut Gillies (1986) perawat yang menggunakan metode
keperawatan primer dalam pemberian asuhan keperawatan disebut
perawat primer (primary nurse). Pada metode keperawatan primer
terdapat kontinutas keperawatan dan bersifat komprehensif serta dapat
dipertanggung jawabkan, setiap perawat primer biasanya mempunyai
4-6 klien dan bertanggung jawab selama 24 jam selama klien dirawat
dirumah sakit. Perawat primer bertanggung jawab untuk mengadakan
komunikasi dan koordinasi dalam merencanakan asuhan keperawatan
dan juga akan membuat rencana pulang klien jika diperlukan. Jika

42
perawat primer sedang tidak bertugas, kelanjutan asuhan akan
didelegasikan kepada perawat lain (associate nurse)

4. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Tim


Metode tim merupakan suatu metode pemberian asuhan keperawatan
dimana seorang perawat profesional memimpin sekelompok tenaga
keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan kelompok klien
melalui upaya kooperatif dan kolaboratif (Douglas, 1984).

BAB 2
TINJAUAN LAHAN

2.1 Profil/Gambaran Umum Rumah Sakit


2.1.1 Sejarah Singkat Rumah Sakit
Rumah Sakit Islam Banjarmasin merupakan salah satu rumah sakit
swasta Tipe C di Kalimantan Selatan.RS Islam Banjarmasin terletak di
Jl. Letjend. S. Parman No. 88 Banjarmasin (70115) Banjarmasin.
Sejarah Singkat Rumah Sakit Islam Banjarmasin.

Musyawarah Wilayah Pimpinan Muhammadiyah Kalimantan Selatan


ke 25 yang diadakan di Nagara Kabupaten Hulu Sungai Selatan yang
berlangsung pada tanggal 15 – 17 April 1968 merupakan tonggak
sejarah Rumah Sakit Islam Banjarmasin ditancapkan guna
mengembangkan amal usaha persyarikatan.

Rumah Sakit Islam Banjarmasin awalnya merupakan sebuah klinik


bersalin yang bernama “Klinik Bersalin Siti Khadijah”. Berdasarkan
Akta Notaris Bachtiar tanggal 1 Maret 1972 Nomor: 1/1972 bahwa
Rumah Sakit Islam Banjarmasin berada di bawah Yayasan Rumah Sakit
Islam Banjarmasin dan pada tanggal 19 Agusutus 1972 diberi nama
Rumah Sakit Islam Banjarmasin. Tahun 2005 Yayasan Rumah Sakit

43
Islam Banjarmasin berakhir, dan langsung di bawah Pimpinan Wilayah
Muhammadiyah Kalimantan Selatan.

Rumah Sakit Islam Banjarmasin terakhir mendapat izin dari Dinas


Kesehatan Kota Banjarmasin tertanggal 22 Januari 2018 nomor:
503/524/SIOT/RSUS-I/I-18/DISKES tentang Izin Operasional Tetap
Rumah Sakit Umum Swasta Kepala Dinas Kesehatan Kota
Banjarmasin.
Rumah Sakit Islam Banjarmasin telah terakreditasi tingkat “Perdana”
oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS) tertanggal 20 April 2017
dengan sertifikat akreditasi nomor: KARS-SERT/384/IV/2017.

Pada tanggal 04 Januari 2018 Rumah Sakit Islam Banjarmasin telah


bekerjasama dan melakukan pelayanan terhadap pasien peserta BPJS
Kesehatan dengan 4 (empat) pelayanan dasar yaitu Penyakit Dalam,
Bedah Umum, Kandungan dan Kebidanan, dan Anak.

2.1.2 Falsafah, Motto, Visi, Misi, dan Tujuan


2.1.2.1 Falsafah
Pelayanan kesehatan diselenggarakan berlandaskan etika,
proesionalisme, dan islami.
2.1.2.2 Visi
Mewujudkan Rumah Sakit Islam Banjarmasin sebagai rumah
sakit yang profesional, bermutu dan menjadi pilihan dan
kebanggaan masyarakat.
2.1.2.3 Misi
Rumah Sakit Islam Banjarmasin didirikan untuk pelayanan
kesehatan masyarakat, membantu pasien untuk memperoleh
kesehatan jasmani dan rohani juga sebagai media dakwah
islamiah
2.1.2.4 MOTTO :

44
C : Cepat dalam pelayanan
I : Islami dalam pengabdian
N : Nyaman bagi pelanggan
T : Tepat dalam tindakan
A : Aman dan bermutu
2.1.2.5 Tujuan
Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat tanpa
membedakan suku, agama, ras, aliran, serta membentuk
mental spritual yang islami.

2.2 Fungsi Manajemen Keperawatan di Ruangan


2.2.1 Fungsi Perencanaan

ANALISA SWOT MANAJEMEN KEPERAWATAN


BERDASARKAN FUNGSI PERENCANAAN

45
Strength (Kekuatan) Weakness Opportunity Threat (Ancaman)
(Kelemahan) (Peluang)
1. Karu memberikan 1. SDM tidak sesuai 1. Sudah ada 1. Banyaknya pegawai
motivasi kepada dengan kriteria kebijakan honor secara lisan
staff sehingga mampu rekruitmen untuk ingin mengundurkan
meningkatkan kinerja yang pengembang diri dari ruangan
staff. dibutuhkan an SDM. karena gaji
2. Karu di ruangan. 2. Adanya mereka kurang sesuai.
mensosialisasikan 2. Kurangnya kesempat 2. Banyaknya
perencanaan – kuantitas. an untuk permintaan libur
perencanaan yang 3. Keterbatasan alat– melanjutk dihari – hari besar.
akan dibuat atau alat kesehatan di an
diterapkan di ruangan pendidika
ruangan. dikarenakan n.
3. Karu mengajukan permintaan alat
proposal medis sekali dalam
sebulan.
rekruitmen ke bidang
4. Metode asuhan
keperawatan.
keperawatan
4. Dalam pengajuan
yang telaah
proposal karu
ditetapkan di
menentukan kriteria
ruangan belum
rekruitmen.
optimal.
5. Dalam jenjang
5. Reward yang
karir sudah ada
diberikan hanya
kebijakan dari
kata-
manajemen
kata pujian.
keperawatan .
6. Karu
6. Pemberian sanksi
menunggu
kepada perawat
kebijakan
yang melakukan
manajemen

46
keperawatan
kesalahan.
terkait
7. Kerjasama antara
proposal
karu dan ka tim
rekruitmen
dalam rencana
penyusunan struktur
organisasi.
Adanya kerjasama
antara dokter dan
bagian mutu dalam
menentukan SOP dan
SAK.
9. Karu memberikan
tanggung jawab
kepada perawat senior
dalam merawat pasien
dengan tingkat
ketergantungan total
care.

47
Menetukan prioritas Masalah

No Jenis perencanaan Urutan prioritas


1. SOP dan SAK I
2. Metode II
3. Kuantitas III
4. Rekruitmen IV
5. Logistic V

Prioritas Masalah Keperawatan

No. Masalah Tujuan Rencana Tindakan


1. Metode asuhan Mengoptimalkan 1. Bentuk tim SOP,
keperawatan yang metode asuhan
SAK di ruangan .
telah ditetapkan keperawatan di
2. Mensosialisasikan
diruangan belum ruangan secara
metode asuhan.
optimal. komprehensif
2. Kurangnya kuantitas Meningkatkan 1. Mengajukan
kualitas pemberian proposal kebidang
pelayanan yang perawatan.
optimal 2. Menentukan
kriteria rekruitmen

1) Visi ruangan al-Biruni


Mewujudkan Rumah Sakit Islam Banjarmasin sebagai rumah sakit
yang profesional, bermutu dan menjadi pilihan dan kebanggaan
masyarakat.
2) Misi ruangan al-Biruni
1. Mengutamakan kepentingan pasien
2. Menjaga keselamatan pasien

48
3. Meningkatkan proses identifikasi pasien
4. Meningkatkan ketanggapan dan kepekaan perawat terhadap
keluhan pasien
5. Meningkatkan komunikasi efektif dalam pemberian asuhan
keperawatan
6. Mencegah terjadi nya infeksi nasokomial
7. Menjaga kebersihan dan kerapian lingkungan
3) Tujuan
Berdasarkan hasil pengkajian dan observasi diketahui bahwa ruangan
al-Biruni RSIB Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat tanpa
membedakan suku, agama, ras, aliran, serta membentuk mental
spritual yang islami.
4) Fungsi Ruang perawatan al-Biruni
Memberikan pelayanan secara terpadu dari berbagai multi disisplin
ilmu secara aman, berkualitas dan berkesinambungan dengan segala
aktivitas untuk mengatasi gangguan/hambatan pemenuhan kebutuhan
dasar manusia dan meningkatkan kualitas hidup yang terjadi akibat
masalah/gangguan fisiologis pada satu atau berbagai sistem tubuh
yang dialami pasien. Secara umum lingkup seperti pelayanan asuhan
keperawatan pada TB Paru, Pasca Operasi, Perawatan luka, DHF,
Kebidanan, dll.

5) Uraikan pelayanan yang ada di ruangan ini


Dalam bidang pelayanan fokus telaah ruang Al-Biruni yaitu Dalam
bidang pelayanan fokus telaah ruang Al-Biruni tidak memfokuskan
pada kasus penyakit, dikarenakan ruang Al-Biruni menangani seluruh
jenis keluhan penyakit secara umum.

Dalam bidang pelayanan lingkup garapan ruang keperawatan Al-


Biruni adalah pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Berdasarkan
fokus telaah, maka lingkup garapan ruang Al-Biruni adalah

49
memberikan pelayanan secara terpadu dari berbagai multi disisplin
ilmu secara aman, berkualitas dan berkesinambungan dengan segala
aktivitas untuk mengatasi gangguan/hambatan pemenuhan kebutuhan
dasar manusia dan meningkatkan kualitas hidup yang terjadi akibat
masalah/gangguan fisiologis pada satu atau berbagai sistem tubuh
yang dialami pasien. Secara umum lingkup garapan ruang rawat inap
Al-Biruni meliputi penyakit dalam, bedah, gawat, anak dan
kebidanan.

Dalam Basis intervensi ruang rawat Al-Biruni merupakan salah satu


bagian dari pelayanan umum bagi pasien dengan berbagai macam
penyakit seperti: GEA, Dyspepsia, DHF, Typoid Faver, Kelahiran Sc,
Kelahiran Spontan, Pneumonia, Stroke, Gastritis, Heart Failure dan
lain-lain. Sehingga memerlukan penanganan yang baik dan benar.
Agar kualitas hidup pasien meningkat.

6) Tujuan ruangan Al-Biruni


Wawancara: Bagaimana cara pembuatan visi misi tujuan dan cara
mensosialisasikan ?
- Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan al-Biruni
Visi dan Misi tersebut disosialisasikan kepada semua perawat dan
karyawan di ruangan Al-Biruni serta didokumentasikan ruangan
dalam bentuk Tertulis dan tertempel didinding ruangan.
Obervasi: ada tidaknya visi misi ruangan
- Berdasarkan hasil observasi ruangan Al-Biruni memiliki visi dan
misi yang sama dengan visi dan misi rumah sakit.
Misi ruangan Al-Biruni
1. Mengutamakan kepentingan pasien
2. Menjaga keselamatan pasien
3. Meningkatkan proses inditifikasi pasien

50
4. Meningkatkan ketanggpan dan kepekaan perawat terhadap
keluhan pasien
5. Meningkatkan komunikasi efektif dalam pemberian
asuhan keperawatan
6. Mencegah terjadi nya infeksi nosokomial
7. Menjaga kebersihan dan kerapian lingkungan
-
7) Standar operasional prosedur
- Wawancara: Apa saja SOP yang dimiliki ruangan
Berdasarkan hasil wawancara standar operasional prosedur yang
dimiliki ruangan al-Biruni antara lain : (SOP Pelayanan
Keperawatan Rumah Sakit Islam Banjarmasin, 2016)
1. SOP Identifikasi Pasien
2. SOP Identifikasi Bayi
3. SOP Indentifikasi Pasien Melalui Pemasangan Gelang
Indentitas
4. SOP Indentifikasi Pasien yang Tidak di ketahui Identitasnya
5. SOP Identifikasi Pasien Gangguan Jiwa
6. SOP Identifikasi Pasien Rawat Jalan
7. SOP Identifikasi Pasien Sebelum di lakukan Tindakan atau
pelayanan
8. SOP pemasangan dan pelepasan gelang identitas
9. SOP komunikasi efektif (SBAR)
10. SOP komunikasi lisan
11. SOP komunikasi via telpon
12. SOP pelaporan hasil kritis
13. SOP pemberian obat high alert
14. SOP penyiapan obat
15. SOP penyerahan obat
16. SOP penandaan lokasi operasi
17. SOP pelaksanaan sign in, time out dan sign out

51
18. SOP verifikasi pra operasi
19. SOP pembuatan laporan operasi
20. SOP cuci tangan pembedahan
21. SOP kebersihan cuci tangan 6 langkah 5 moment
22. SOP penggunaan APD
23. SOP penilaian resiko jatuh dewasa
24. SOP penilaian resiko jatuh anak
25. SOP penilaian resiko jatuh rawat jalan
26. SOP penilaian resiko jatuh IRM/fisioterapi
27. SOP penilaian resiko jatuh rawat inap harian
28. SOP pengkajian awal dan ulang resiko jatuh
29. SOP pemantauan terhadap pasien jatuh
30. SOP penatalaksanaan hasil penilaian resiko jatuh anak
31. SOP pencegahan pasien jatuh diruang rawat inap
32. SOP penanganan pasien jatuh
33. SOP pemasangan dan pelepasan kancing identifikasi resiko
jatuh
34. SOP pemasangan kancing identifikasi resiko jatuh
35. SOP Pencegahan pengendalian infeksi saluran kemih
(ISK) akibat pemasngan keteter urin
36. SOP transportasi pasien TB
37. SOP Prosuder tindakan lumbal punksi
38. SOP praktik menyuntik aman
39. SOP pencegahan dan pengendalian vav
40. SOP Memberikan Injeksi IM & SC
41. SOP pencegahan dan pengendalian infeksi aliran darah
primer
42. SOP isolasi dugaan emerging desease (airborne, contact,
droplet)
43. SOP pencegan dan pengendalian infeksi luka operasi
44. SOP Penanganan klb

52
45. SOP Surveillance dan klb
46. SOP prosuder pengawasan peralatan kadarluasa
47. SOP pembersihan ruangan HIV(Isolasi)
48. SOP Penerapan kewaspadaan isolasi
49. SOP Prosuder ruang kerja di ruang isolasi
50. SOP penatalaksanaan tertusuk jarum atau benda tajam
51. SOP pengelolaan benda tajam dan jarum
52. SOP perawatan jenazah pasien infeksius
53. SOP Pemulasaran jenzah
54. SOP Pengelolaan darah dan komponen darah
55. SOP pembuangan sampah infeksius dancairan darah
56. SOP kebersihan tangan
57. SOP penetapan pasien dengan penyakit menular /suspek
58. SOP pencucian dekontiminasi dan stralisasi alat
59. SOP pengunaaan perawatan pasien
60. SOP pengleolaan sampah non medis
61. SOP pengelolaan perawatan streli kadarluasra
62. SOP pengelolaan limbah infeksius
63. SOP penempatan kejadian luar biasa penyakit infeksi
64. SOP alat pelindung diri
65. SOP alat pelindung pernafasan
66. SOP alat pelindung tangan
67. SOP pencampuran obat steril
68. SOP penangulangan infeksi
69. SOP dekontimasi instrumen
70. SOP desinfeksi ruangan dengan larutan PRECEPT
71. SOP Sterilisasi ruangan dengan UV
72. SOP Penatalaksanaan persetujuan umum
73. SOP penatalasksanaan hak dan tanggung jawab pasien
74. SOP penatlaksanaan bimbingan rohani
75. SOP pemberian informasi dan edukasi pasien dan keluarga

53
76. SOP Perlindungan privasi traspor pasien
77. SOP manajemen nyeri
78. SOP perlinudungan harta benda
79. SOP perlindungan kekerasan fisik
80. SOP pemberian informasi dan hak kewajiban pasien
81. SOP Pelayanan Restrain
82. SOP indentifikasi pengunjung
83. SOP perlindungan pasien dengan 3 kode darurat non medis
udari tindakan kekerasan
84. SOP Penatlaksaan perstujuan dan peolakan tindakan
kedokteran
85. SOP Pelayanan linen dan laundri
86. SOP prinsip pemberian obat
87. SOP Pemasangan Infus
88. SOP Memberikan Injeksi IV
89. SOP Pelaksanaan Askep
90. SOP Persiapan Klien Pulang
91. SOP Penerimaan Pasien Rawat Inap
92. SOP Memberikan Injeksi IC
93. SOP Kateterisasi Urine Pria
94. SOP Kateterisasi Urin Wanita
95. SOP Memberikan Injeksi IM & SC
96. SOP Ronde Keperawatan
97. SOP Mengambil Sampel Darah Vena
98. SOP Melakukan Skin test

- Observasi: ada tidak nya dan lengkap tidaknya SOP


Berdasarkan hasil observasi ruangan al-Biruni memiliki SOP yang
sudah lengkap

8) Standart asuhan keperawatan

54
Ruangan AL-Biruni memiliki SAK yang digunakan perawat Standar
asuhan keperawatan (SAK) ruang Al-Farabi yang berlaku tahun
2018:
1. Perawatan kebidanan untuk kasus Eklampsia
2. Perawatan kebidanan untuk kasus Abortus
3. Perawatan kebidanan untuk kasus Hp ( infeksi Intra partum)
4. Perawatan kebidanan untuk Hyperemesis Gravidarum
5. Perawatan kebidanan untuk kasus Tomur Genetalia
6. Perawatan kebidanan untuk kasus HPP ( haemorogic post
partum)
7. Perawatan kebidanan untuk kasus metrorrhagian
8. Perawatan kebidanan untuk kasus KET (kehamilan ektropik
terganggu)
9. Perawatan kebidanan dalam kasus kuretase
10. Perawatan kebidanan Dalam Kasus Sectio Caesaria
11. Perawatan Bedah untuk kasus Appendicitis
12. Perawatan Bedah untuk kasus patah tulang terbuka ( PTT)
13. Perawatan Bedah untuk kasus Fibroma Adenoma Mamae
(Fam)
14. Perawatan Bedah untuk kasus Fam (Fibroma Adenoma
Mamae)
15. Perawatan Bedah untuk kasus Hipertropi Prostat
16. Perawatan Bedah Untuk Kasus ILLEUS
17. Perawatan Bedah untuk kasus Struma
18. Perawatan Bedah untuk Kasus patah tulang tertutup
19. Perawatan Bedah Untuk Kasus Post Debridement
20. Perawatan Bedah untuk Kasus Post Laparatomy
21. Perawatan Bedah Untuk Kasus Post Prostatectomy
22. Perawatan Bedah untuk kasus Post Herniatomy
23. Perawatan Bedah Untuk Kasus Tetanus
24. Perawatan penyakit Dalam pada Kasus Demam Thypoid

55
25. Perawatan Penyakit Dalam Pada Kasus Hipertensi
26. Perawatan Penyakit Dalam Pada Kasus Chronic Renal
Failure
27. Perawatan Penyakit Dalam Pada Kasus CRF
28. Perawatan Penyakit Dalam Pada Kasus Gastroenteritis
29. Perawatan Penyakit Dalam Pada Kasus Gastro Enteritis
30. Perawatan Penyakit Dalam Pada Kasus Hepatitis
31. Perawatan Penyakit Dalam Pada Kasus Diabetes Melitus
32. Perawatan Penyakit Dalam Untuk Penyakit Gastritis
33. Perawatan Penyakit Dalam Pada Asma Bronchiale
34. Perawatan Penyakit Dalam Pada Asma Bronkiale
35. Perawatan Penyakit Dalam Pada Decompensatio Cordis
36. Perawatan penyakit Dalam Pada Kasus Kock Pulmonal
37. Perawatan Penyakit Anak Pada Kasus DHF (Dengue
Haemoragic Fever)
38. Perawatan penyakit Anak Pada Kasus Tetanus
39. Perawatan penyakit pada Anak pada kasus
Bronchopneunomonia
40. Perawatan Penyakit Anak Pada Kasus Meningitis
41. Perawatan Penyakit Anak Pada Kasus Kejang Demam
42. Perawatan Penyakit Anak Pada Kasus Typhoid
43. Perawatan Penyakit Anak Pada Kasus Morbili
44. Perawatan Penyakit Anak Pada Kasus Neprotik Syndrom
45. Perawatan Penyakit Anak Pada Kasus Diare
46. Perawatan Anak Pada kasus Hepatitis
47. Perawatan Bedah Untuk Kasus Hernia
48. Perawatan Penyakit Anak Pada Kasus DHF (Dengue
Haemoragic Fever)
49. Perawatan Penyakit THT Pada kasus Pre Operasi
Mastoidektomi

56
50. Perawatan Penyakit THT Pada Kasus Pre Operasi
Tonsilektomi
51. Perawatan Penyakit THT Pada Kasus Post Operasi
Mastoidektomi
52. Perawatan Penyakit THT pada Kasus Post Operasi
Tonsilektomi.

SAK (Standar Asuhan Keperawatan) 10 penyakit terbanyak


sebagai berikut:
1. SAK GEA
2. SAK Dyspepsia
3. SAK DHF
4. SAK Typoid Faver
5. SAK Kelahiran SC
6. SAK Kelahiran Spontan
7. SAK Pneumonia
8. SAK Stroke
9. SAK Gastritis
10. SAK Heart Failure

9) Standar kinerja
Wawancara : Apa saja kebijakan yang berlaku di ruangan ini, tata
tertib dan standar pelayanan minimal yang disepakati
Observasi : Kebijakan, tata tertib tertulis, standar pelayanan minimal
yang disepakati
Standar kinerja perawat diruangan sesuai dengan ketetapan yang telah
diserahkan kepada kepala ruangan dan dibuat oleh sebagai standar
kinerja di Rumah Sakit Islam Banjarmasin. Seluruh perawat wajib
mematuhi dan mengikuti standar kinerja yang ada diruangan. Kepala
ruangan mengatur agar staf tepat waktu, seragam rapi sesuai jadwal.

57
2.2.1 Fungsi pengorganisasian
1) Struktur Organisasi
Wawancara: Uraikan hasil penjelasan kepala ruangan tentang
struktur organisasi di rumah sakit dan ruangan.
- Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruanagan Al-
Biruni Visi dan Misi ruangan yaitu :
1. Mengutamakan kepentingan pasien
2. Menjaga keselamatan pasien
3. Meningkatkan proses inditifikasi pasien
4. Meningkatkan ketanggpan dan kepekaan perawat
terhadap keluhan pasien
5. Meningkatkan komunikasi efektif dalam pemberian
asuhan keperawatan
6. Mencegah terjadi nya infeksi nosokomial
7. Menjaga kebersihan dan kerapian lingkungan

Observasi: uraikan temuan mengenai struktur organisasi di


ruangan
- Berdasarkan hasil observasi didapatkan gambar struktur
organisasi di Ruang Al-Biruni Rumah Sakit Islam
Banjarmasin.

Siti Norhasanah ,S.Kep.,Ns

KATIM 1 KATIM II
PERAWAT ASOSIATE PERAWAT ASOSIATE
 Adilah ,AMK
Fara Nor Huda, AMK  Hj. Fauziah
Norliani, Rezqi, S.Kep., NS
AMK
 Khairunnisa, S.Kep.Ns  Dewinta Nurul Fahma, S.Kep., Ns
 Nurhikmah, S.Kep., Ns  Mas’adah, S.Kep., Ns
 Gusti zikri Rosyadi, S.Kep., Ns  Marwanti, S.Kep., Ns
 Randi Anggara, S.Kep., Ns  Ulya Islamiah, S.Kep., Ns
 Ayatunnisa, S.Kep., Ns  Anugrah Forcy Syabana, S.Kep., Ns
58
 Lia Puspita, S.Kep., Ns  Karina Handayani, S.Kep., Ns
 Citra Irawan, S.Kep., Ns  M. Syaiful Fadhli, S.Kep., Ns
2)

Gambar 3.1 Struktur Organisasi di Ruang Al-Biruni Rumah Sakit


Islam Banjarmasin

2) Uraian tugas
Wawancara: Uraikan hasil penjelasan kepala ruangan tentang
penentuan uraian tugas di ruangan
- Berdasarkan hasil wawancara metode tim di rungan
dilaksanakan dengan koordinasi sesama perawat dari pihak tim
1 dan tim 2 secara baik dan saling membantu dalam
pelaksanaan pelayanan

Observasi: uraikan temuan mengenai job description yang ada


di ruangan
a) Uraian Tugas Kepala Ruangan
1. Merencanakan jumlah dan kategori tenaga, jumlah dan
jenis peralatan, jenis kegiatan/asuhan keperawatan
2. Mengatur dan mengkoordinasikan seluruh pelayanan
3. Menyusun dan mengatur jadwal dinas

59
4. Melaksanakan orientasi tenaga baru
5. Memberikan pengarahan dan motivasi kepada tenaga
keperawatan dan tenaga lainnya
6. Bekerjasama dengan berbagai pihak yang terlibat dalam
kegiatan di ruangan
7. Mengadakan pertemuan berkala dengan tenaga
keperawatan
8. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan
9. Mengenal dan mengetahui penggunaan barang/alat serta
mengusahakan pengadaannya
10. Menyusun permintaan rutin (alat, obat dan bahan lainya)
11. Mengatur pemeliharaan alat
12. Mempertanggungjawabkan pemeliharaan alat/ inventaris
peralatan
13. Melaksanakan orientasi kepada pasien dan keluarganya
tentang peraturan, fasilitas dan kegiatan rutin ruangan
14. Mengatur penempatan pasien di ruangan
15. Membantu memecahkan masalah yang dihadapi pasien
dan keluarganya sehubungan dengan perawatannya
16. Menjaga perasaan pasien dan petugas agar merasa aman
dan terlindungi
17. Memlihara dan mengembangkan system pencataan dan
pelaporan
18. Memberikan penyuluhan kepada pasien dan keluarganya
sebatas kewenangannya
19. Bekerjasama dengan selluruh sub unit dan profesi
20. Menciptakan dan memlihara suasana kerja yang baik
21. Memotivasi tenaga perawatan dan non perawatan dalam
menjaga kebersihan
22. Meneliti pengisian sensus harian pasien

60
23. Memeriksa dan meneliti daftar permintaan dan penyajian
diet pasien
24. Memlihara buku register dan berkas medic
25. Membuat laporan harian dan bulanan
26. Menilai pelaksanaan asuhan keperawatan
27. Menilai upaya peningkatan pengetahuan dan
keterampilan dibidang keperawatan
28. Menilai siswa atau mahasiwa sesuai dengan program
dari institusi pendidikannya
29. Memberikan masukan kepada kepala sub bagian tata
usaha dan dalam pembuatan Daftar Penilaian
Pelaksanaan Pekerjaan Pegawai (DP3) bagi tenaga yang
berada di bawah tanggung jawabnya
30. Mengendalikan pendayagunaan peralatan keperawatan,
obatan-obatan secara efektif dan efisien
31. Mengawasi system pencatatan dan pelaporan serta
semua kegiatan di ruangan

b) Uraian Tugas Ketua Tim


1. Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara
komprehensip
2. Membuat tujuan dan rencana perawatan
3. Mendelegasikan rencana perawatan yang telah dibuat
kepada perawat pelaksana
4. Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan
yang diberikan oleh disiplin ilmu maupun perawat lain
5. Melaksanakan program orientasi kepada pasien tentang
ruangan dan lingkungan, peraturan/tata tertib yang
berlaku, fasilitas yang ada dan cara penggunaannya
6. Mengevaluasi keberhasilan asuhan keperawatan

61
7. Mendampingi dokter selama visite untuk pemeriksaan
pasien dan mencatat program pengobatan
8. Melaporkan segala sesuatu mengenai keadaan klien baik
lisan maupun tertulis kepada kepala ruangan dan dokter
penanggung jawab
9. Membuat jadwal kegiatan yang akan dilakukan selama 1
shift dinas
10. Menciptakan hubungan kerja sama yang baik dengan
sejawat, pasien dan keluarganya
11. Melakukan pengawasan dengan mengunjungi pasien
maksimal 2 jam sekali secara continue terhadap kondisi
pasien setiap shift
12. Memlihara peralatan perawatan dan medis agar selalu
dalam keadaan siap pakai
13. Mempersiapkan pasien pulang sesuai dengan prosedur
14. Membuat laporan harian
15. Melaksanakan operan dinas sesuai protap dan ketentuan
yang berlaku.

c) Uraian Tugas Pokok Perawat Pelaksana


a. Memberikan pelayanan keperawatan secara langsung
berdasarkan proses keperawatan dengan kesentuhan
kasih sayang :
1) Menyusun rencana keperawatan sesuai dengan
masalah klien
2) Melaksanakan tindakan perawatan sesuai dengan
rencana
3) Mengevaluasi tindakan keperawatan yang diberikan
4) Mencatat/ melaporkan semua tindakan perawatan
respon klien pada catatan keperawatan

62
b. Melaksanakan program medic dengan penuh tanggung
jawab :
1) Pemberian obat
2) Pemeriksaan laboratorium
3) Persiapan klien yang akan operasi
c. Memperhatikan keseimbangan kebutuhan fisik, mental,
sosial, dan spiritual klien
1) Memperhatikan kebersihan lingkungan dan klien
2) Mengurangi penderitaan klien dengan memberi rasa
aman dan nyaman
3) Pendekatan dan komunikasi terapeutik
d. Mempersiapkan klien secara fisik dan mental untuk
menghadapi tindakan keperawatan dan pengobatan atau
diagnosis
e. Melatih klien untuk menolong dirinya sendiri seusia
dengan kemampuannya
f. Memberikan pertolongan segera pada klien gawat atau
sakaratul maut
g. Membantu kepala ruangan dalam ketatalaksanaan ruang
secara administrative :
1) Menyiapkan data klien baru, pulang, atau meninggal
2) Sensus harian/ formulir
3) Rujukan dan penyuluhan PKMRS
h. Mengatur menyiapkan alat-alat diruangan menurut
fungsinya supaya siap pakai
i. Menciptakan dan memelihara kebersihan, keamanan,
kenyamanan, dan keindahan ruangan
j. Melaksanakan tugas dinas pagi/ sore/ malam atau hari
libur secara bergantian sesuai dengan jadwal dians
k. Memberikan penyuluhan kesehatan sehubungan dengan
penyakitnya

63
l. Melapor segala sesuatu mengenai keadaan klien baik
secara tulisan dan maupun lisan
m. Membuat laporan harian klien
n. Laporan dengan dinas berikutnya

3) Pengorganisasian Perawatan klien/metode asuhan keperawatan


yang digunakan
Wawancara: Uraikan hasil penjelasan kepala ruangan tentang
metode asuhan keperawatan yang digunakan di ruangan rawat
inap
- Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan
AlBiruni, diruangan berpedoman pada panduan asuhan
keperawatan dengan menggunakan metode asuhan
keperawatan professional.
Observasi: uraikan hasil pengamatan mengenai pelaksanaan
metode asuhan keperawatan.
- Berdasarkan hasil observasi metode tim yang dilaksanakan
diruangan Al-Biruni, sudah terlaksanakan berdasarkan tim
yang terbagi atas 2 tim dengan di tunjuknya 2 orang ketua
tim dengan tim terdiri dari Ketua Tim dan perawat
pelaksana. Tim satu terdiri dari 1 ketua tim dan 8 perawat
pelaksana dan tim 2 terdiri dari 1 ketua tim dan 9 perawat
pelaksana. Kedua kepala Tim dikepala oleh Kepala
Ruangan.
Kepala
Sistem PemberianRuangan
Asuhan Keperawatan MAKP Tim

Ketua Tim 1 Ketua Tim 2

Anggota Anggota

Pasien/Klien Pasien/Klien

64
2.2.2 Pengaturan Staf
a. Berdasarkan jenis dan tingkat pendidikan
Jumlah tenaga keperawatan di Ruangan Al-Biruni.
No Jenis Tenaga Tetap kontrak
1 Medis
2 Keperawatan
a. Perawat Profesional (Ners) 12 5
b. Perawat Profesional (S.Kep)
c. Perawat Mahir (DIII-SKM)
d. Perawat Mahir (DIII)
e. Perawat Kesehatan (SPK-SKM)
f. Perawat Kesehatan (SPK)
g. Bidan 3
h. Perawat Gigi
3 Non Keperawatan
4 Non Medis
Total 15 5

i. Berdasarkan pelatihan yang diikuti


Tabel 3.2 Penghitungan Tenaga berdasarkan Pelatihan yang
Pernah di ikuti
No Jenis Pelatihan Jumlah %
1. Pelatihan BHD 20 33,3%
2. Pelatihan PPI 20 33,3%
3. Pelatihan BTCLS 20 33,3%

2) Sistem penghitungan tenaga


Tenaga perawat di Ruang Al-Biruni seluruhnya berjumlah
20 orang, sudah termasuk kepala ruangan, katim dan
perawat pelaksana

65
Tabel Jumlah Tenaga Keperawatan di Ruangan AlBiruni:
Berdasarkan tingkat pendidikan:
Sarjana Keperawatan Ners 17
DIII Keperawatan
Berdasarkan Jenis tenaga:
Pegawai tetap 15
Pegawai kontrak 5
Jumlah perawat berdasarkan jenjang karir :
Perawat Klinis I
Perawat Klinis II
Perawat Klinis III
Belum menjadi PK (Pegawai Baru)

Tabel Penghitungan Tenaga berdasarkan Pelatihan yang Pernah


Diikuti
No Nama Pelatihan Jumlah Orang
1 Pelatihan BHD 20
2 Pelatihan PPI 20
3 Pelatihan BTCLS 20

Tabel Perhitungan Tenaga Keperawatan Menurut Depkes


Tahun 2005
N Rata-rata Persen
Jenis / Kategori
o pasien (%)
1 Penyakit dalam 175 0,36
2 Bedah 12 8,3
3 Gawat 0 0
4 Anak 6 16,7
5 Kebidanan 82 1,21

Jadi total kebutuhan tenaga diruang Al-Biruni pada tahun 2021


adalah 20 orang

2) Pengaturan jadwal dinas


Bagaiman ruangan mengatur jadwal dinas? Aturan mengenai
libur ijin dan cuti ?
Berdasarkan wawancara dengan kepala ruangan Al-Biruni
jadwal dinas berdasarkan keperluan ruangan, missal bila ada
cuti libur atau menikah tidak bentrok dengan cuti perawat

66
atau staf lain. jadwal dinas memang merupakan aturan dari
Rumah Sakit dimana perorang dalam 1 bulan 168 jam ( Pagi
6 jam, siang 7 jam, Malam 11 jam) seandainya pada bulan
maret terdapat kelebihan jam dinas maka akan disesuaikan
pada bulan april akan dikurrangi jadwal dinasnya karena ada
beberapa penyesuaian.
3) Orientasi perawat baru
Bagaimana langkah orientasi perawat baru diruangan ?
Berdasarkan Hasil Wawancara dengan Kepala Ruangan
AlBiruni orientasi pada perawat yang baru sudah dilaksankan
sebagaimana mestinya. Didampingi oleh perawat lama atau
perawat tetap, agar perawat baru melakukan orientasi dengan
lancer atau baik.
4) Metode Pembagian tim pengelolaan pasien
Uraikan cara kepala ruangan membagikan tim pengelolaan
pasien .
- Adapun konsep untuk metode tim yaitu ketua tim
sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan
berbagai teknik kepemimpinan, pentingnya komunikasi
yang efektif agar kontinuitas rencana keperawatan
terjamin. Anggota tim harus menghargai kepemimpinan
ketua tim. Peran kepala ruangan penting dalam model
tim. Model tim akan berhasil baik bila didukung oleh
kepala ruangan dan adanya kerjasama dalam tugas yang
diemban. Di Ruang Al-Biruni antar tim 1 dan tim 2
saling membantu. Padahal seharusnya tim 1 menangani
pasien di tim 1 saja begitupula pada tim 2.

Observasi bukti pembagian tim diruangan.

67
- Berdasarkan hasil observasi metode tim yang dilaksanakan
di ruangan Al-Biruni, sudah terlaksanakan berdasarkan
tim yang terbagi atas 2 tim dengan di tunjuknya 2 orang
ketua tim dengan tim terdiri dari Ketua Tim dan perawat
pelaksana. Tim satu terdiri dari 1 ketua tim dan 8 perawat
pelaksana dan tim 2 terdiri dari 1 ketua tim dan 9 perawat
pelaksana. Kedua kepala Tim dikepala oleh Kepala
Ruangan.

2.2.1 Fungsi pengarahan


Uraikan fungsi pengarahan kepala ruangan atau supervisor terhadap
pelaksanaan pemberiaan asuhan keperawatan memastikan
pelaksanaannya sesuai dengan SOP dan SAK
1) Operan/Timbang Terima
Hasil Wawancara: Operan timbang terima dilakukan 3 kali
dalam sehari Timbang terima dilakukan pada tiap pergantian
jam dinas pukul 08.00, 14.00, 21.00, namun tidak tepat waktu,
tergantung perawat yang jaga selanjutnya datang. Untuk
timbang terima jika pagi dan sore dipimpin oleh karu atau katim,
jika malam hari dipimpin oleh perawat jaga yang bertanggung
jawab. Tidak ada kesulitan dalam pendokumentasian saat operan
atau timbang terima, dokumentasian dilakukan dengan
menggunakan buku laporan.

Hasil Observasi: Dari hasil pengamatan kami diruangan


AlBiruni, perawat diruangan sudah melakukan timbang terima
sesuai SOP namun hanya saja tidak melakukan diskusi kembali
dan penutupan timbang terima

2) Pre dan post conferent

68
Hasil Wawancara: Kepala ruangan mengatakan Tindakan Pre
dan post conference dilakukan setiap timbang terima dan
bentuknya diskusi. Semua perawat yang berdinas pada saat itu
terlibat dalam kegiatan timbang terima dan kegiatan dipimpin
oleh katim. Pre dan post confrence dilakukan saat timbang
terima dan setelah timbang terima.

Hasil Observasi: Kegiatan pre conference sudah dilakukan


diruangan, setiap kali berakhir kegiatan operan/serah terima,
kegiatan merumuskan perencanaan untuk kegiatan selanjutnya.
Kemudian perawat diruangan melakukan tindakan secara
bersamaan apa saja tindakan tindak lanjut yang disampai oleh
shift sebelumnya.

3) Penerimaan Pasien Baru


Pengaturan daftar pasien diruangan berdasarkan data yang
didapat dari salah satu karyawan Rumah Sakit Islam
Bajarmasin bahwa di Rumah Sakit Islam Banjarmasin
khususnya diruang Al-Biruni mengatakan bahwa di ruangan
tidak mempunyai alur pasien masuk rawat inap secara tertulis,
akan tetapi pasien masuk baik itu pasien Gawat atau pasien
rujukan dan Poliklinik akan masuk melalui Ruang UGD dan
dikaji di ruang UGD, diruang tersebut pasien akan dikaji dan
dilakukan pemeriksaan, bagi pasien yang dirawat inap akan
dianjurkan untuk mendaftar diruang pendaftaran ruang rawat
inap dan selanjutnya akan dirawat diruang rawat inap,
sedangkan bagi pasien yang bisa dirawat jalan akan dirawat
jalan dan diperbolehkan pulang.

4) Ronde Keperawatan

69
Wawancara: Sebagian besar perawat di ruangan ini mengerti
tentang Ronde keperawatan diruangan namun jarang dilakukan
atau tergantung situasi,tergantung situasi pasien dan hanya
sebagian besar saja perawat diruangan mengerti tentang ronde
keperawatan

Observasi: Berdasarkan hasil observasi di ruangan Al-Biruni


belum bisa dilaksanakan

5) Motivasi kepada perawat


Wawancara: Di Ruang Al-Biruni Kepala Ruangan memberikan
motivasi kepada perawat stetap semangat dan support system
dalam melakukan asuhan keperawatan
Observasi: Dari hasil observasi Kepala ruangan memberikan
motivasi kepada semua perawat untuk memberikan pelayanan
terbaik kepada pasien untuk berusaha mempercepat kesembuhan
pasien yang dirawat.

6) Pendelegasian
Wawancara: Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala
ruangan diruang Al-Biruni dalam melakukan pendelegasian
dilakukan antara Kepala Ruangan kepada katim. Katim kepada
perawat pelaksana yang dianggap kompeten, dan antara dokter
kepada dokter lainnya. Pendelegasian antar dokter biasanya
menggunakan surat pendelegasian dokter visite. Dan selama
dilaksanakan pendelegasian maka kepala perawat akan kembali
menggali informasi dari pihak yang telah menjadi
penanggungjawab dari setiap perawat sesuai dengan jadwal
dinas.
Observasi: Berdasarkan hasil observasi diruangan albiruni sudah
ada dilakukan pendelegasian tugas dari kepala ruangan ke katim

70
dan dari katim ke perawat pelaksana. Begitupun juga dari dokter
ke dokter lainnya.

2.2.2 Fungsi Pengendalian


Uraikan Mengenai upaya ruangan untuk mengevaluasi pencapaian
visi,misi, dan standar pelayanan ruangan.
1) Indikator mutu yang ditetapkan di ruangan
Berdasarkan Hasil Wawancara dengan kepala Ruangan Albiruni
diruangan selalu dilakukan audit mutu ruangan minimal 3 bulan
sekali atau satu tahun sekali perhitungan dari ruangan dan
kemudian akan dilanjutkan perhitungan dari bagian rekam
medis.

Berdasarkan Hasil Observasi :


Tiap bulan di ruang Al-Biruni dilakukan audit mutu dengan
menghitung BOR. Contoh pada hasil Tahun 2018 hasil BOR di
ruangan adalah 82%.

Tiap bulan di ruang Al-Biruni dilakukan audit mutu dengan


menghitung ALOS. Contoh pada hasil bulan januari 2019 hasil
ALOS di ruangan adalah 3 hari.

Tiap bulan di ruang Al-Biruni dilakukan audit mutu dengan


menghitung TOI. Contoh pada hasil bulan januari 2019 hasil
TOI di ruangan 0,7 hari.

2) Penetapan Standar Audit Dokumentasi Asuhan Keperawatan


Hasil pelaksanan evaluasi penerapan standar asuhan
keperawatan di Ruang Al-Biruni Rumah Sakit Islam
Banjarmasin.

71
Rata-rata
No Apek yang dinilai Keterangan
Jumlah Presentase
Pengkajian
1 75 95,2% Baik
keperawatan
2 Diagnosa Keperawatan 30 98% Baik
Perencanaan
3 18 92% Baik
Keperawatan
4 Tindakan Keperawatan 28 93,3% Baik
5 Evaluasi Keperawatan 18 90% Baik
6 Asuhan Keperawatan 45 85% Baik
Pencapaian Rata-rata 92,25%

Ket :
Buruk = 0% - 33%
Cukup Baik = 34% - 67%
Baik = 67% - 100%
Jadi dari data yang didapat dari hasil pengkajian studi
dokumentasi penerapan standar asuhan keperawatan diruang Al-
Biruni Rumah Sakit Islam Banjarmasin dapat dikatakan Baik
dengan pencapaian rata-rata 92,25%.

3) Penetapan Standar Kepuasan


a) Kepuasan Pasien
Kepuasan pasien terhadap pelayanan perawat menyatakan
baik pada pelayanan perawat di ruang Al-Biruni.
b) Kepuasan Perawat
Kepuasan pasien terhadap pelayanan perawat menyatakan
baik pada pelayanan perawat di ruang Al-Biruni.

4) Survey Masalah Pasien


Tiap bulan di ruang perawat dilakukan audit mutu dengan cara
menghitung kejadian infeksi nasokomial yaitu: 15%

72
Tiap bulan di Ruang Perawat dilakukan audit mutu dengan cara
menghitung kejadian jatuh yaitu: 0%

5) Efisiensi ruang rawat (BOR, LOS,BTO, TOI) (standar dan


pencapaian)
a) BOR
BOR (Bed Oucupancy Rate)

X100%

Tahun 2021 BOR = 65 %

BOR:
Berdasarkan hasil nilai BOR diruangan Al-Biruni pada
tahun 2021 adalah 65 %, sedangkan nilai normal BOR 60-
85% (Depkes 2005). Jadi nilai BOR diruangan Al-Biruni
masuk dalam ketegori normal.

b) ALOS
ALOS (Average Leng Of Stay)

Tahun 2021 ALOS = 6 Hari

ALOS:
Berdasarkan hasil ALOS diruangan Al-Biruni pada tahun
2021 adalah 6 hari, sedangkan hasil standard nasional
adalah 6-9 hari (Depkes 2005). Jadi hasil ALOS diruangan
Al-Farabi masuk dalam ketegori normal.

73
c) BTO
BTO (Bed Turn Over)

Tahun 2021 BTO = 6 kali

BTO:
Berdasarkan hasil BTO diruangan Al-Biruni pada tahun
2021 adalah 6 kali, sedangkan hasil dari standard nasional
adalah 5-45 kali (Nursalam 2015). Jadi hasil BTO
diruangan Al-Biruni masuk dalam kategori normal.

d) TOI
TOI ( Trun Over Intval)

Tahun 20.. TOI = 3 Hari


TOI :
Berdasarkan hasil TOI diruangan Al-Biruni pada tahun 20..
adalah 3 hari, sedangkan hasil dari standard nasional adalah
1-3 hari(Depkes 2005). Jadi hasil TOI diruangan Al-Biruni
masuk dalam kategori Normal.

74
BAB 3
PENUTUP
a. Simpulan
Fungsi manajemen keperawatan adalah untuk memudahkan perawat dalam
menjalankan asuhan keperawatan untuk seluruh kebutuhan klien di rumah
sakit agar tepenuhi. Terdapat beberapa elemen dalam manajemen
keperawatan berdasarkan fungsinya yaitu perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing), kepegawaian (staffing), pengarahan
(actuating) dan pengendalian/evaluasi (controlling). Setelah dilakukan
pengajian dalam pelaksanaan fungsi manajemen di Rumah Sakit Islam
Banjarmasin terkhususnya di Ruang Al-Biruni dimana pelaksanaan fungsi
manajemen sudah terlaksanakan dengan baik sesuai dengn fungsi-fungsi
manajemen keperawatan yang terdapat dalam konsep.

75
Banjarmasin, 30 April 2021
Menyetujui,
Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

(Muhammad Anwari., Ns., M.Kep) (Nurhikmah,S.Kep.,Ns)


Mengetahui,
Koordinator PL Pre Ners
Manajemen Keperawatan

(Muhammad Anwari., Ns., M.Kep)

76

Anda mungkin juga menyukai