Oleh :
EKA ASTUTIYANTI
C.441.18.0026
1
PENGARUH VARIASI TEGANGAN INPUT TERHADAP HASIL
PENGUJIAN METER kWh MEKANIK 1 PHASE
Oleh :
EKA ASTUTIYANTI
C.441.18.0026
Diajukan pada
Seminar Kerja Praktek
Tanggal
Mengetahui,
2
PENGARUH VARIASI TEGANGAN INPUT TERHADAP HASIL
PENGUJIAN METER kWh MEKANIK 1 PHASE
Oleh :
EKA ASTUTIYANTI
C.441.18.0026
Diajukan pada
Seminar Kerja Praktek
Tanggal
Mengetahui,
3
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yang Esa atas limpahan rahmat,
praktek ini. Laporan Kerja Praktek ini disusun berdasarkan hasil Kerja Praktek di
UPTD Metrologi Legal Kota Semarang dari tanggal 01 Oktober 2020 sampai
input terhadap hasil pengujian meter kWh mekanik 1 phase, karena hal tersebut
mengalami kesulitan dan hambatan baik yang bersifat teknis maupun non teknis.
Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang
1. Bapak Edi Subeno, S.T, M.M, selaku kepala UPTD Metrologi Legal Kota
kerja praktek.
Semarang.
3. Ibu Titik Nurhayati, ST, M.Eng, sebagai Ketua Jurusan Teknik Elektro
Universitas Semarang.
4
5. Bapak Agus Margiantono, S.T, M.T, sebagai Dosen Pembimbing Kerja
Praktek.
jauh dari sempurna dan banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis menerima
kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga Laporan Kerja Praktek ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak terutama mahasiswa program studi S-1
Universitas Semarang.
Semarang, November 2020
Penulis
5
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………….………………………………………………. 1
HALAMAN PENGESAHAN………..…………………..……………………….2
KATA PENGANTAR.............................................................................................4
DAFTAR ISI............................................................................................................6
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................8
DAFTAR TABEL....................................................................................................9
BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................................10
1.1. Latar Belakang........................................................................................10
1.2. Maksud dan Tujuan.................................................................................11
1.3. Batasan Masalah.....................................................................................12
1.4. Metodologi..............................................................................................12
1.5. Sistematika Penulisan.............................................................................13
6
3.6. Jenis-Jenis Pengujian..............................................................................32
3.7. Persiapan Pengujian................................................................................32
3.8. Prosedur Pengujian.................................................................................33
3.9. Batas Kesalahan Yang Diizinkan............................................................36
7
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.3 Denah Lokasi UPTD Metrologi Legal Kota Semarang [1].........18
8
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Ruang Lingkup UTTP UPTD Metrologi Legal Kota Semarang....19
9
BAB 1
PENDAHULUAN
membutuhkan energi listrik mulai dari individu, rumah tangga, industri dan
industri seperti mesin – mesin produksi, serta peralatan kantor seperti PC, printer,
benar mutlak diperlukan. Meter kWh digunakan sebagai alat ukur untuk
tarif yang dikenakan pada konsumen (berlaku pada meter kWh mekanik).
yang Wajib Ditera dan Ditera Ulang, meter kWh termasuk dalam UTTP yang
wajib ditera dan ditera ulang. Syarat teknis meter kWh diatur dalam Keputusan
10
tentang Syarat Teknis meter kWh dimana dalam tera atau tera ulang meter kWh
melalui meter kWh dinamis (meter uji) dengan jumlah energi yang melalui
standar, baik dalam kondisi acuan maupun tidak dalam kondisi acuan.
yaitu besarnya tegangan yang hilang dalam suatu penghantar. Jatuh tegangan
sering terjadi terutama ketika konsumsi penggunaan energi listrik pada beban
puncak yaitu diantara pukul 18.00 – 23.00 WIB dimana fenomena jatuh tegangan
besarnya tegangan yang melalui meter kWh kurang dari tegangan yang diizinkan
terukur oleh meter kWh tersebut. Berdasarkan latar belakang tersebut penulis
MEKANIK 1 PHASE”
11
1.2. Maksud dan Tujuan
Secara umum, maksud kerja praktek adalah untuk menambah ilmu dan
dan memenuhi mata kuliah Kerja Praktek untuk memperoleh gelar sarjana di
1. Pengujian meter kWh hanya dilakukan pada meter kWh mekanik 1 phase
1.4. Metodologi
Metodologi pelaksanaan kerja praktek yang digunakan untuk memperoleh
data yang diperlukan dalam penyusunan laporan kerja praktek adalah sebagai
berikut:
12
1. Studi Literatur mengenai meter kWh dengan cara mencari
pengujian meter kWh berdasarkan metode yang telah diperoleh dari studi
literatur
memberikan garis besar tentang apa yang dikemukakan oleh penulis dalam
setiap bab laporan kerja praktek ini. Adapun sistematika penulisan laporan ini
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang, maksud dan tujuan,, batasan
praktek.
Bab ini menjelaskan tentang sejarah berdirinya UPTD Metrologi Legal Kota
Semarang, visi dan misi, struktur organisasi, lokasi, dan ruang lingkup pekerjaan
13
Bab ini menjelaskan tentang definisi meter kWh, bagian-bagian meter kWh
mekanik 1 phase, prinsip kerja meter kWh mekanik 1 phase, jenis-jenis pengujian
meter kWh mekanik 1 phase, metode pengujian meter kWh mekanik 1 phase, dan
batas kesalahan yang diizinkan dalam pengujian meter kWh mekanik 1 phase.
BAB IV : PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang penjelasan mengenai hasil pengujian meter kWh mekanik 1
phase berdasarkan variasi tegangan masukan yang telah ditentukan dan analisis
hasil pengujian
BAB V : PENUTUP
Bab ini menjelaskan mengenai kesimpulan dan saran dari pembahasan yang
14
BAB II
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
Hindia Belanda pada tahun 1923. Kegiatan metrologi legal di Indonesia dimulai
dengan dibentuknya kantor pusat metrologi di Bandung dengan nama Diesnt Van
Het Ijkwesen (Jawatan Tera) pada tanggal 24 Februari 1923 dan 6 kantor
metrologi daerah yang salah satunya terletak di Semarang dengan nama Kantor
Pada tahun 2016 diberlakukan UU No.23 tahun 2014 yang membuat Balai
Semarang.
UPTD Metrologi Legal Kota Semarang adalah salah satu Unit Pelaksana
Teknis Daerah (UPTD) pada Dinas Perdagangan Kota Semarang yang memiliki
1. Pelaksanaan tera dan tera ulang alat ukur takar timbang dan
perlengkapannya (UTTP);
15
2. Pengawasan UTTP;
Visi dari UPTD Metrologi Legal Kota Semarang adalah “Menjamin tertib
ukur guna melindungi kepentingan umum (konsumen dan produsen) yang pada
gilirannya akan memperkuat daya saing Kota Semarang”, sedangkan misi dari
internasional.
umum.
kemetrologian.
16
2.3. Struktur Organisasi
jabatan Kepala UPTD Metrologi, 1 jabatan Kepala Sub Bagian Tata Usaha, 28
jabatan fungsional penera, 1 jabatan fungsional umum, dan 11 tenaga non ASN.
Struktur organisasi UPTD Metrologi Legal Kota Semarang dapat dilihat pada
UPTD Metrologi Legal Kota Semarang terletak di Jl. Imam Bonjol No.
110, Semarang. Lokasi yang cukup strategis di tengah kota Semarang, tepatnya di
depan Stasiun Poncol Kota Semarang. Denah UPTD Metrologi Legal Kota
17
Gambar 2.3 Denah Lokasi UPTD Metrologi Legal Kota Semarang [1]
UPTD Metrologi Legal Kota Semarang adalah salah satu Unit Pelaksana
Teknis Daerah (UPTD) pada Dinas Perdagangan Kota Semarang yang memiliki
1. Pelaksanaan tera dan tera ulang alat ukur takar timbang dan
perlengkapannya (UTTP);
2. Pengawasan UTTP;
Metrologi Legal Kota Semarang berdasarkan standar kerja yang dimiliki dan
Surat Keterangan Kemampuan Tera dan Tera Ulang yang dikeluarkan oleh
18
Tabel 2.1 Ruang Lingkup UTTP UPTD Metrologi Legal Kota Semarang
19
24 Meter Arus Bahan Bakar Minyak Instalasi Uji Meter BBM
dan Produk Terkait: Bejana Ukur Standar 3000 L,
Positive Displacement 1000 L, 500 L, 200 L, 20 L, 10
Meter L, 5 L
Turbine Flow Meter Landasan Bejana dan Penyipat
Mass Flow Meter Datar
Stopwatch dan Thermometer
25 Meter Air dengan Diameter Instalasi Uji Meter Air
Nominal (DN) < 254 mm Master Meter
Bejana Ukur Standar 5000 L,
1000 L, 500 L, 200 L, 100 L
26 Alat Ukur Besaran Listrik (meter Test Bench kWh 1 phase
kWh kelas 2 dan kelas 1) (0,001%)
27 Anak Timbangan sebagai Anak Timbangan Kelas F1 (1mg-
Perlengkapan Timbangan Meja, 20kg)
Timbangan Sentisimal, Neraca, Anak Timbangan Kelas F2 (1mg-
dll 20kg)
Anak Timbangan Kelas M1
(1mg-20kg)
Anak Timbangan KelasM2 (1mg-
20kg)
Anak Timbangan Kelas M2
remidi (1mg-1000g)
Timbangan Elektronik kap 120
g / 0,0001g
Timbangan Elektronik kap 210
g / 0,0001g
Timbangan Elektronik kap 1520
g / 0,01g
Timbangan Elektronik kap 6200
g / 0,01g
Timbangan Elektronik kap 35100
g / 0,1g
Timbangan Elektronik kap 64100
g / 0,1g
Neraca A, B, C, D
Neraca Parama E
20
BAB 3
DASAR TEORI DAN PROSEDUR PENGUJIAN
Menurut Surya Darma, dkk dalam jurnalnya yang berjudul “Studi Sistem
Peneraan kWh Meter” (Surya D, Yusmartarto, dan Akhiruddin. 2019) meter kWh
adalah alat ukur listrik yang digunakan untuk mengukur besarnya energi aktif
jumlah kerja listrik dalam waktu tertentu. Meter kWh mekanik bekerja atas dasar
prinsip induksi, yaitu interaksi antara induksi dari elemen penggerak dengan arus
yang ditimbulkan pada piringan. Momen putar yang timbul pada piringan ini
piringan. Gigi perpindahan dan counter berfungsi untuk mencatat putaran yang
21
3. Pemakaian Phase
4. Pemakaian Transformator
terminalnya
tipe bayonet
6. Penunjukan Register
22
7. Lokasi dan Syarat Pemasangan
8. Jenis Kotak
terminal pembumian)
9. Sistem Pencatatan
Sistem prabayar
a. Elemen Penggerak
adanya interaksi antara fluks magnetis dengan arus yang diimbas pada
23
elektromagnetik dengan alat alat kendalinya. Elemen ini terdiri dari
1. Kumparan Arus
Kumparan Arus
2. Kumparan Tegangan
24
Kumparan
Tegangan
magnetik dari belitan tetap dengan fluksi magnetik dari elemen rem dan
25
Piringan
c. Elemen Pengerem
piringan meter. Bagian ini terdiri dari sebuah magnet atau lebih dengan
alat pengaturnya
Magnet Permanen
26
d. Elemen Penghitung
dengan roda gigi yang terdapat pada poros piringan. Pada bagian ini juga
27
e. Terminal
1. Terminal arus
2. Terminal tegangan
Peralatan ini dibuat untuk menyetel kecepatan putar dari piringan agar
28
Alat Penyetel
(disk) yang berputar pada sumbunya karena berada di antara dua kumparan tetap
yang dialiri arus bolak balik. Kumparan arus dihubungkan secara seri dengan
sumber arus dan kumparan tegangan dihubungkan secara paralel dengan sumber
tegangan energi yang dipakai oleh beban, diidentifikasi oleh alat pengukur yang
merupakan akibat dari interaksi medan magnet arus bolak balik dengan arus di
dalam plat alumunium. Berdasarkan kerja induksi magnetis oleh medan magnet
yang dibangkitkan oleh arus yang melalui kumparan arus terhadap piringan meter
kWh dimana induksi magnetis ini berpotongan dengan induksi magnetis yang
dibangkitkan oleh arus yang melewati kumparan tegangan terhadap piringan yang
sama.
putaran piringan sebanding dengan energi yang digunakan pada periode waktu
tertentu dan dinyatakan dalam kilo Watt hour (kWh). Sumbu yang memutar
29
piringan alumunium dihubungkan dengan susunan roda gigi yang dapat memutar
deretan/ rol angka pada register. Kecepatan putar pada piringan berbanding lurus
dengan tegangan, arus, dan faktor daya, seperti yang dapat dilihat pada rumus di
bawah ini
n = k . V . I . cos σ ……………………………………………(6)
dimana:
n = kecepatan putar
k = konstanta kWh
V = tegangan
I = arus
macam, yaitu:
Dari ketiga daya diatas yang terukur pada meter kWh adalah daya aktif,
Semarang
30
Gambar 3.11 Test Bench Meter kWh
Test Bench meter kWh merupakan instrumen meter kWh yang digunakan
sebagai standar dalam pengujian meter kWh mekanik. Test Bench meter
kWh terdiri dari sebuah sensor yang dapat mendeteksi jumlah putaran
piringan pada meter kWh mekanik. Keluaran dari instrumen ini berupa
persentase error dari meter kWh mekanik yang diuji. Test Bench meter
kWh ini terdiri dari beberapa tombol menu yang dapat dilihat pada gambar
di bawah ini :
31
Keterangan:
Dalam pengujian meter kWh diperlukan tang dan obeng untuk memasang
dan membongkar meter kWh yang akan diuji pada test bench meter kWh.
Selain itu, obeng juga digunakan untuk mengatur alat justir apabila hasil
(BKD)
32
Merek : Fuji Dharma Electric
Tipe : FA14AI1Z
Nomor seri : 5668863
Kelas akurasi :2
Arus Ukur : 5 (20) A
Tegangan Ukur : 230 V
Frekuensi Ukur : 50 Hz
Konstanta Meter : 900 put/kWh
1. Mencatat data teknis Meter kWh yang diuji dalam cerapan pengujian;
2. Memasang meter kWh yang akan diuji pada tempat yang telah tersedia;
3. Memasang sensor pada meter kWh (geser switch untuk memilih sensor
Prosedur pengujian meter kWh mekanik 1 phase dapat dilihat pada gambar
blok diagram di bawah ini.
33
Gambar 3.11 Blok Diagram Pengujian
2. Atur posisi dan sensitivitas sensor pendeteksi putaran piringan atau sinyal
34
Inn : Memasukkan arus maksimal meter kWh, lalu tekan
8. Lakukan pemanasan awal dengan pengujian beban 10% Ib dan cos σ=1
35
kemudian tekan dan lampu indikator M-Test akan menyala. Meter
kWh harus tidak berputar kalaupun berputar harus kurang dari 1 putaran;
10. Untuk melakukan pengujian Starting Load atau arus mula, tekan tombol
kemudian tekan dan lampu indikator St-Test akan menyala serta meter
11. Untuk melakukan pengujian Low Load atau beban rendah, tekan tombol
tekan tombol ;
12. Untuk melakukan pengujian Induction Load atau beban terinduksi, tekan
tombol lalu masukkan jumlah putaran atau pulsa seperti pada langkah
36
diinginkan, maka display akan menampilkan kesalahan meter kWh. Untuk
13. Untuk melakukan pengujian Full Load atau beban penuh, tekan tombol
tekan tombol ;
14. Untuk mematikan test bench terlebih dahulu tekan tombol , kemudian
37
Ib
2 Ib 1 ±0,5 ±1,0 ±2,0
3 Ib 0,5 ±0,8 ±1,0 ±2,0
38
BAB 4
HASIL PENGUJIAN DAN ANALISIS
4.1. Pengujian
Pengujian meter kWh mekanik 1 phase terdiri dari 5 jenis pengujian, yaitu:
1. Pengujian No Load
dengan nilai yang berbeda-beda, yaitu 240 V, 230 V, 207 V, 150 V, dan 100 V.
Berdasarkan syarat teknis meter kWh, setiap jenis pengujian dilakukan sebanyak
Pengujian No Load adalah pengujian yang dilakukan pada saat meter kWh
tidak mempunyai beban. Dalam pengujian ini meter kWh harus tidak berputar,
jika berputar harus kurang dari 1 putaran. Hasil pengujian dapat dilihat pada tabel
di bawah ini :
39
Tabel 4.3 Hasil Pengujian No Load
Pengujian starting load adalah pengujian yang dilakukan pada meter kWh
dengan beban mula-mula. Dalam pengujian ini meter kWh harus berputar. Hasil
Pengujian Low Load dilakukan pada beban rendah atau 5% dari arus
nominal (1 A) dengan faktor daya adalah 1 dan jumlah putaran 1. Nilai error dari
40
pengujian ini tidak boleh melebihi Batas Kesalahan Yang Diizinkan (±2,5 %).
Pengujian Induction Load dilakukan pada beban full atau sama dengan
arus nominal (20 A) dengan faktor daya adalah 0,5 dan jumlah putaran 10. Nilai
error dari pengujian ini tidak boleh melebihi Batas Kesalahan Yang Diizinkan
(±2,0 %). Hasil dari pengujian dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
41
4.1.4. Pengujian Full Load
Pengujian Full Load dilakukan pada beban full atau sama dengan arus
nominal (20 A) dengan faktor daya adalah 1 dan jumlah putaran 10. Nilai error
dari pengujian ini tidak boleh melebihi Batas Kesalahan Yang Diizinkan (±2,0 %).
42
Hasil pengujian keseluruhan juga dapat dilihat pada grafik di bawah ini :
4
3
2
1
0
80 100 120 140 160 180 200 220 240 260
-1
4.2. Analisis
bahwa tegangan input sangat berpengaruh pada hasil pengujian. Semakin kecil
tegangan input yang diberikan semakin besar nilai error yang dihasilkan. Ketika
pengujian dilakukan pada tegangan 240 V, 230 V error yang dihasilkan masih
masuk dalam Batas Kesalahan Yang Diizinkan (+ 2,5 % untuk pengujian low
load, dan + 2% untuk pengujian induction dan full load), yaitu di bawah 2,5% dan
2%. Pada pengujian tegangan 207 V nilai error yang masih masuk dalam Batas
Kesalahan Yang Diizinkan hanya pada pengujian induction load dan full load,
sedangkan untuk pengujian low load (<2%), error yang dihasilkan melebihi Batas
tegangan 150 V dan 100 V, nilai error yang dihasilkan keluar dari Batas
43
Kesalahan Yang Diizinkan (+ 2,5% untuk pengujian low load, dan + 2% untuk
pengujian induction dan full load), yaitu lebih dari 2,5% dan 2%.
Hal ini disebabkan karena semakin kecil tegangan input yang diberikan,
241,5 V dan tegangan pelayanan minimum adalah 207 V. Jika merujuk pada tabel
hasil pengujian (Tabel 4.6) diatas maka dapat disimpulkan mengapa PT. PLN
tidak melakukan pembacaan meter kWh dengan tegangan dibawah 207 V agar
tegangan yang berefek pada penunjukan kesalahan meter kWh adalah besarnya
tegangan yang hilang pada suatu penghantar. Dimana jatuh tegangan pada saluran
tenaga listrik secara umum berbanding lurus dengan panjang saluran dan
berbanding terbalik dengan luas penampang penghantar. Hal ini sesuai dengan
rumus dasar listrik dimana V=I.R dimana nilai R ini adalah panjang dari
tinggi nilai resistansinya yang akan berefek pada menurunnya jumlah tegangan
44
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan pada saat melakukan kerja
input yang diberikan semakin besar nilai error yang dihasilkan. Ketika
pengujian low load, dan + 2% untuk pengujian induction dan full load),
yaitu di bawah 2,5% dan 2%. Pada pengujian tegangan 207 V nilai error
yang masih masuk dalam Batas Kesalahan Yang Diizinkan hanya pada
pengujian induction load dan full load, sedangkan untuk pengujian low
V dan 100 V, nilai error yang dihasilkan keluar dari Batas Kesalahan
45
Yang Diizinkan (+ 2,5% untuk pengujian low load, dan + 2% untuk
pengujian induction dan full load), yaitu lebih dari 2,5% dan 2%.
5.2. Saran
Nilai error dari kWh meter yang melebihi Batas Kesalahan Yang
Diizinkan dapat merugikan pihak PT.PLN maupun konsumen terutama pada saat
46
DAFTAR PUSTAKA
[5] Ridwan, Mohammad. 2017. “Bahan Ajar Peneraan Meter kWh Dinamis”.
Bandung
47
LAMPIRAN
1. Cerapan Pengujian
48
2. Foto-Foto Pengujian
49