Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

FLUIDA RESERVOIR

EMULSI

Disusun Oleh :

Nama : Dita Indah Sari

Nim : 191910801007

Kelompok/kelas : 12/Teknik Perminyakan

Asisten :-

LABORATORIUM ANALISA FLUIDA RESERVOIR

PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS JEMBER

2021
I. Judul
Emulsi

II. Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah sebagai berikut :

- Memahami bagaimana dan mengapa emulsi terbentuk.


- Memahami proses pemecahan emulsi.
III. Tinjauan Pustaka
3.1 Emulsi
Emulsi adalah campuran stabil minyak dan air yang tidak terpisah dengan
gravitasi saja. Dalam kasus minyak mentah atau emulsi biasa, ini adalah dispersi
tetesan air dalam minyak. Minyak adalah fase kontinu dan air adalah fase yang
terdispersi (Maurice Stewart). Emulsi didefinisikan sebagai campuran antara dua
macam cairan yang tidak saling campur (immiscible), dimana salah satu cairan
terdispersi dalam bentuk tetesan (droplet) pada cairan yang lain. Air dalam
minyak yang berbentuk emulsi akan sulit untuk dipisahkan dengan cara yang
diterapkan pada air bebas dimana air bebas pemisahannya dilakukan dengan cara
pengendapan menggunakan efek gravitasi dan dapat pula ditambahkan dengan
bantuan pemanasan atau menggunakan centrifuge karena air yang tersebar ke
dalam fasa minyak dan terselimuti oleh selaput tipis (emulsifying agent). Emulsi
akan lebih stabil oleh adanya material pengemulsi (emulsifier). Kestabilan emulsi
dipengaruhi oleh gaya tegangan antar permukaan antara fasa air dan fasa minyak
yang semakin besar, hal tersebut digambarkan melalui bentuk ukuran butir air
yang semakin kecil dan merapat antara butir satu dengan yang lainnya. (Manar El-
Sayed Abdel- Raouf).

3.2 Jenis Emulsi

Perbandingan volume relatif antara dua macam cairan pembentuk emulsi


akan mempengaruhi jenis serta sifat emulsi yang terbentuk. Salah satu cara untuk
menentukan jenis emulsi yang terbentuk adalah dengan melihat prosentase
volume air yang terdapat dalam minyak, cara ini dikemukakan oleh Oswald. Bila
persentase (%) volume air dalam minyak lebih kecil dari 74 %, maka akan
terbentuk emulsi air dalam minyak (W/O emulsion), dimana air merupakan fasa
terdispersi sedangkan minyak sebagai fasa pendispersi. Bila persentase (%) air
lebih besar dari 74 % maka emulsi yang terbentuk emulsi minyak dalam air (O/W
emulsion), dimana minyak akan terdispersi (tersebar halus) dalam air.3.3 Emulsi
Air dalam Minyak (Water in oil emulsion )

3.3 Emulsi Air dalam Minyak (Water in oil emulsion )


Emulsi air dalam minyak (W/O emulsion) adalah kondisi dimana minyak
mentah menjadi fase kontinu dan air (yang mengandung berbagai garam terlarut)
sebagai fase terdispersi. Emulsi air didalam minyak distabilkan oleh adanya soaps,
sulfonated oil, asphaltic residues, waxes, salt dan sulfides sebagai zat penstabil
emulsi atau biasa disebut emulsifier. Beberapa material tersebut dapat berperan
sebagai pembentuk emulsi air dalam minyak, karena sifatnya yang dapat larut
dalam minyak (oil soluble) (Andry Nofrizal, 2013).

Gambar 2.1 Water In Oil Emulsion

3.4 Emulsi Minyak dalam Air (O/W emulsion)


Emulsi minyak dalam air merupakan jenis emulsi dimana minyak
membentuk tetes-tetes kecil yang tersebar sebagai droplet, sedangkan air sebagai
fasa yang continue (eksternal fasa). Emulsi minyak bumi distabilkan oleh zat alam
yang terdapat dalam minyak mentah (crude oil). Terdapatnya kandungan silika
yang halus dan bersih, clay dan material-material lain yang bersifat larut dalam air
(water soluble) akan sangat mendukung terkondisinya pembentukan emulsi yang
stabil pada emulsi minyak dalam air. Zat-zat ini bisa berbentuk suatu larutan atau
koloid dan kebanyakan partikel terdapat dalam fasa minyak dan menumpuk pada
batas muka minyak-air, dimana zat tersebut terletak sepanjang group polar
langsung ke arah minyak dan pada saat itu terbentuk suatu lapisan tipis antar
muka minyak-air. Padatan seperti clay atau kristal lilin paraffin menjadi melekat
pada lapisan ini (Arif Sulistyo, 2016).

Gambar 2.2 Oil In Water Emulsion

3.5 Stabilitas Emulsi

Stabilitas emulsi adalah suatu ketahanan emulsi untuk menahan tenaga


yang akan memecahkan emulsi tersebut. Makin sukar dipecahkan maka emulsi
tersebut makin stabil. (Ros, Process & Treatment team’s, 2009)
Kestabilan emulsi tergantung beberapa faktor :
1. Specific Gravity
2. Viskositas
3. Persentase Air
4. Umur Emulsi
5. Ukuran Partikel
6. Tegangan Antar Permukaan
7. Emulsifying Agent
3.6 Demulsifier
Demulsifier adalah zat kimia yang larut dalam minyak terabsorbsi ke batas
antara muka dan mempunyai kemampuan untuk melawan kerja dari emulsifying
agent. Maka penambahan demulsifier pada emulsi akan mengakibatkan
terabsorbsinya zat tersebut ke batas antar muka, mengusir emulsifying agent
tersebut kearah minyak. Dengan demikian butiran akan saling bergabung, dan
mengendap.
Demulsifier yang bekerja baik untuk suatu lapangan, belum tentu dapat
bekerja baik di lapangan lain, karena masing-masing lapangan mempunyai
karakteristik minyak yang berbeda. Demulsifier terdiri atas tiga atau empat
intermediate. Masing-masing intermediate mempunyai karakter yang berbeda,
punya kelebihan dan kelemahan. Karena itu, perlu adanya penggabungan
beberapa intermediate untuk menghasilkan demulsifier yang terbaik. Akan tetapi,
proses penggabungan intermediate tidak dapat dilakukan begitu saja, karena satu
intermediate dengan intermediate yang lain belum tentu compatible. (Bottle Test
Manual, 2014)
Demulsifier dapat diartikan sebagai surface active agent (surfactant) yang
membantu melawan kegiatan emulsifier atau membantu memecahkan lapisan
permukaan butiran. Pada dasarnya demulsifier bekerja berlawanan arah dengan
emulsifier. (PT. EON chemical Putra, Andriawan).
IV. Metodologi Percobaan
4.1 Alat dan Bahan
- Gelas kimia 250 cc, 3 buah
- Gelas kimia 100 cc, 4 buah.
- Mixer
- Heater
- Stopwatch
- oil, air formasi dan aquades
- Demulsifier
4.2 Skema Kerja
4.2.1 Pengaruh Agitasi terhadap Kestabilan Emulsi
4.2.1.1 Pengaruh kestabilan emulsi terhadap putaran 260 RPM

Crude Oil

 disiapkan minyak mentah bebas air 60 ml, air formasi sebanyak 40 m


 diaduk minyak mentah dengan menggunakan mixer, sambil tambahkan
air formasi tadi selama 3 menit pada RPM 200.
 dimasukkan ke dalam gelas kimia 100 cc. Amati proses pemisahan
minyak – air setiap 1 menit, selama 15 menit.
 dicatat waktu vs volume air kumulatif.

Hasil

4.2.1.2 Pengaruh kestabilan emulsi terhadap putaran 400 RPM :


 diulangi prosedur A, pada RPM 400
4.2.1.3 Pengaruh kestabilan emulsi terhadap putaran 800 RPM :
 diulangi prosedur A, pada RPM 800
Bandingkan ketiga hasil tersebut di atas pada masing – masing RPM.
4.2.2 Pemecahan Emulsi dengan Cara Kimia

Hasil C

 diulangi prosedur C untuk membentuk emulsi.


 didiamkan selama 1 menit, tambahkan demulsifier sebanyak 30 tetes.
 diaduk kembali sistem emulsi pada RPM 800 selama 3 menit.
 dimasukkan ke dalam gelas. Amati pemisahan yang terjadi tiap 30
detik selama 10 menit.

Hasil
4.2.3 Pemecahan Emulsi dengan Cara Pemanasan

Hasil C

 diulangi prosedur C untuk membentuk emulsi.


 dimasukkan emulsi yang terbentuk ke daam gelas ukur dan panaskan
di dalam air.
 diamati setiap 30 detik selama 10 menit..

Hasil
V. Hasil dan Pembahasan
5.1 Hasil
5.1.1 Pengaruh agitasi terhadap kestabilan emulsi dengan putaran 260 RPM

Waktu (menit) Volume air (ml)


1 20
2 35
3 45
4 50
5 54
6 57
7 59
8 61
9 62
10 62
11 63
12 63
13 63
14 64
15 64
Tabel 5.1 Hasil percobaan pengaruh agitasi terhadap kestabilan emulsi dengan
putaran 260 RPM

5.1.2 Pengaruh agitasi terhadap kestabilan emulsi dengan putaran 400 RPM

Waktu (menit) Volume air (ml)


1 18
2 30
3 35
4 39
5 42
6 44
7 46
8 47
9 47
10 48
11 48
12 48
13 48
14 48
15 48
Tabel 5.2 Hasil percobaan pengaruh agitasi terhadap kestabilan emulsi dengan
putaran 400 RPM

5.1.3 Pengaruh agitasi terhadap kestabilan emulsi dengan putaran 800 RPM
Waktu (menit) Volume air (ml)
1 1
2 2,5
3 4
4 5
5 6
6 6,5
7 7
8 7,5
9 8
10 8,5
11 9
12 9,5
13 10
14 11
15 12
Tabel 5.3 Hasil percobaan pengaruh agitasi terhadap kestabilan emulsi dengan
putaran 800 RPM

5.1.4 Pemecahan emulsi dengan cara kimia

Waktu (menit) Volume air (ml)


0,5 5
1 10
1,5 15
2 20
2,5 25
3 28
3,5 33
4 36
4,5 38
5 39
5,5 40
6 41
6,5 42
7 43
7,5 44
8 45
8,5 46
9 47
9,5 47
10 47
Tabel 5.4 Hasil percobaan pemecahan emulsi dengan cara kimia

5.1.5 Pemecahan emulsi dengan cara pemanasan (Suhu 80 oC)


Waktu (menit) Volume air (ml)
0,5 5
1 10
1,5 15
2 20
2,5 25
3 30
3,5 35
4 40
4,5 45
5 50
5,5 53
6 54
6,5 55
7 55
7,5 55
8 56
8,5 58
9 58
9,5 58
10 58
Tabel 5.5 Hasil percobaan pemecahan emulsi dengan cara pemanasan

5.2 Pembahasan
Pada prosedur pertama kita melakukan percobaan pengaruh agitasi
terhadap kestabilan emulsi dengan putaran 260 RPM, 400 RPM dan 800 RPM.
Pertama-tama diaduk minyak mentah dengan menggunakan mixer, sambil
tambahkan air formasi tadi selama 3 menit pada RPM 200, 400 dan 800.
Selanjutnya, dimasukkan ke dalam gelas kimia 100 cc. Amati proses pemisahan
minyak – air setiap 1 menit, selama 15 menit lalu dicatat waktu vs volume air
kumulatif dan didapatkan hasil seperti pada tabel 5.1 , 5.2 , dan 5.3. Emulsi
umumnya terbentuk oleh agitasi ketika air atau minyak masuk melalui perforasi.
Ketika aliran melalui perforasi terjadi turbulensi yang mengakibatkan
terbentuknya emulsi.
Berdasarkan hasil yang telah praktikan dapatkan maka dapat kita
bandingkan hasil dari ketiga variasi tersebut sebagai berikut semakin kecil agitasi
maka akan semakin cepat volume air formasi kembali. Hal tersebut sudah sesuai
teori “Kecepatan pengadukan akan memperkecil viskositas dari emulsi yang
terbentuk pengadukan memiliki kemampuan untuk menurunkan tegangan antar
muka akan memperluas permukaan globul” (Di, 2011). Berdasarkan hal itu dapat
kita gambarkan dalam bentuk grafik seperti di bawah ini :
Perbandingan Pengaruh Agitasi Terhadap Grafik 5.1
Kestabilan Emulsi
70

60

50

40

30

20

10

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Volume air (260 RPM) Volume air (400 RPM)


Volume air (800 RPM)

Perbandingan pengaruh agitasi terhadap kestabilan emulsi

Prosedur yang kedua yaitu percobaan pemecahan emulsi dengan cara


kimia. Pada percobaan ini menggunakan hasil percobaan sebelumnya yaitu emulsi
800 RPM. Selanjutnya didiamkan selama 1 menit, tambahkan demulsifier
sebanyak 30 tetes. Kemudian diaduk kembali sistem emulsi pada RPM 800
selama 3 menit. Lalu, dimasukkan ke dalam gelas. Amati pemisahan yang terjadi
tiap 30 detik selama 10 menit. Dari percobaan tersebut didapatkan hasil seperti
pada tabel 5.4. Metode pemecahan emulsi dengan cara kimia adalah metode yang
mempercepat pelarutan lapisan film yang menghalangi molekul minyak dengan
molekul minyak dan molekul air dengan molekul air untuk bergabung sehingga
molekul-molekul sejenis akan bergabung dan emulsi menjadi tidak stabil.

Prosedur yang ketiga yaitu percobaan pemecahan emulsi dengan cara


pemanasan. Percobaan ini menggunakan emulsi hasil dari prosedur C (800 RPM).
Pada percobaan ini menggunakan suhu 80°C untuk pemanasannya. Prosedur yang
dilakukan adalah dimasukkan emulsi yang terbentuk ke daam gelas ukur dan
panaskan di dalam air. Kemudian diamati setiap 30 detik selama 10 menit. Hasil
dari percobaan ini dapat kita lihat pada tabel 5.5.

Setelah didapatkan hasil dari pemecahan emulsi dengan cara kimia dan
pemanasan, selanjutnya kita dapat membandingkannya.
Grafik
Perbandingan Pemecahan Emulsi Dengan Cara Kimia 5.2
dan Pemanasan
70
60
50
40
30
20
10
0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5 6 6.5 7 7.5 8 8.5 9 9.5 10

Volume air (Kimia) Volume air (Pemanasan)


Perbandingan pemecahan emulsi dengan cara kimia dan pemanasan

Berdasarkan grafik tersebut dapat kita amati bahwa pemecahan emulsi dengan
cara pemanasan lebih cepat daripada cara kimia. Selain itu yang mempercepat
demulsifikasi adalah karena suhu yang digunakan tidak terlalu tinggi.
VI. Kesimpulan dan Saran
6.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum ini adalah :
 Agitasi mempengaruhi proses mengembalikan air formasi. Semakin lama
agitasi maka akan semakin lama proses pemisahan minyak-air.
 Pemecahan emulsi dengan cara pemanasan lebih efektif daripada cara
kimia.
6.2 Saran
Saran untuk praktikum ini adalah :
Sebaiknya praktikan harus lebih teliti terhadap waktu, karena waktu sangat
mempengaruhi terbentuknya emulsi. Praktikan juga harus mengukur suhu dengan
benar yaitu 80°C demi mendapatkan hasil yang lebih akurat.
Daftar Pustaka

Abdel-Raouf, M. (Ed.). (2012). Crude oil emulsions: Composition stability and


characterization. BoD–Books on Demand.
Abdel-Raouf, M. E. S. (2012). Factors affecting the stability of crude oil
emulsions. Crude oil emulsions–composition, stability and
characterization. Croatia: Intech, 183-204.
Di Scipio S., Blanco D., Diaz A., Mireles A., Murillo A., Influence of egg
yolk/Tween60 surfactant blends on the behavior of o/w concentrated
emulsions, chemical Engineering Transactions, 2012, 24, 577-582.
EON Chemical Solution. (2014). Bottle Test manual (BDE) Manual.
Nofrizal, Andry; Prashetya, Yoga (2013). Pengaruh Suhu dan Salinity Terhadap
Kestabilan Emulsi Minyak Mentah Indonesia.
Nugroho, Arif Sulistyo (2016) Pemilihan Demulsifier Berdasarkan Bottle Test
Untuk Penanggulangan Emulsi Pada Central Gathering Station Lapangan
“X”. Other thesis, UPN “VETERAN” YOGYAKARTA.

Ros, Process & Treatment Team’s Documment, March (2009). Pemakaian


Demulsifier Untuk Pemisahan Emulsi Minyak dan Air di Oil Field Minas
PT. Chevron Pacific Indonesia Maurice, Stewart; Arnold, Kes (2009).

Anda mungkin juga menyukai