Anda di halaman 1dari 28

ASUHAN KEPERAWATAN AUTIS PADA ANAK

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK AUTIS

1 PENGERTIAN
Autism disebut juga sindroma keanner. Dengan gejala tidak mampu bersosialisasi,
mengalami kesulitan menggunakan bahasa , berperilaku berulang-ulang,serta bereaksi tidak
biasa terhadap rangsangan sekitarnya. (dr.leo keanner,1938)
Autism bukan suatu gejala penyakit tetapi berupa sindroma (kumpulan gejala) dimana
terjadi penyimpangan perkembangan social, kemampuan berbahasa dan kepedulian terhadap
sekitar, sehingga autism seperti hidup dalam dunianya sendiri.
Autism tidak termasuk golongan penyakit jadi tetatepi suatu kumpulan gejala kelainan
perilaku dan kemajuian perkembangan. Dengan kata lain,pada anak autism terjadi kelainan
emosi, intelektual dan kemauan (gangguan pervasive).
Autism terjadi sejak usia muda,biasanya sekitar 2-3 tahun. Autisme bisa mengenai siapa saja.

2 PENYEBAB
Penyebab terjadinya belum diketahui secara pasti,hanya diperkirakan mungkin adanya kelainan
dari system saraf (neurologi) dalam berbagai derajat beratnya ringan penyakit.(faisal,2003)
Penyebab wabah autisme menurut buku (bony,2003) adalah :
a. Gangguan susunan saraf pusat
Ditemukan kelainan neuranotomi (anatomi susunan saraf pusat) pada beberapa tempat didalam
otak anak autis. Selain itu,ditemukan kelainan struktur pada pusat emosi didalam otak sehingga
emosi anak autis sering terganggu. Penemuan ini membantu dokter menentukan obat yang lebih
tepat. Obat-obatan yang sering dipakai adalah dari jenis psikotropika,yang bekerja pada susunan
saraf pusat.
b. Gangguan sistem pencernaan
Ada hubungan antara gangguan sistem pencernaan dengan gejala autis. Tahun 1997,seorang
pasien autis,Parker Beck,mengeluhkan gangguan pencernaan yang sangat buruk. Ternyata,ia
kekurangan enzim sekretin. Setelah mendapat suntikan sekretin,Beck sembuh dan mengalami
kemajuan luar biasa. Kasus ini memicu penelitian-penelitian yang mengaruh pada gangguan
metabolisme pencernaan.
c. Peradangan dinding usus
Bersdasarkan pemeriksaan endoskopi atau peneropongan usus pada sejumlah anak autis yang
memiliki pencernaan buruk ditemukan adanya peradangan usus pada sebagian besar anak. Dr.
Andrew Wakefiled ahli pencernaan asal inggris,menduga peradangan tersebut disebabkan
virus,mungkin virus campak. Itu sebabnya, banyak orangtua yang kemudian menolak imunisasi
MMR (measles,mumps,rubella) karena diduga menjadi biang keladi autis pada anak.
d. Faktor genetika
Ditemukan 20 gen yang terkait dengan autisme. Namun, gejala autisme baru bisa muncul jika
terjadi kombinasi banyak gen. bisa saja autisme tidak muncul,meski anak membawa gen
autisme. Jadi perlu faktor pemicu lain.
e. Keracunan logam berat
Berdasarkan tes laboratorium yang dilakukan pada rambut dan darah ditemukan kandungan
logam berat dan beracun pada banyak anak autis. Diduga,kemampuan sekresi logam berat dari
tubuh terganggu secara genetik.

3 TANDA DAN GEJALA


Kelompok kelainan perilaku yang hampir selalu ditemukan pada autisme,antara lain :
a. Mengalami kesulitan untuk menjalin pergaulan yang rapat
b. Sangat kurang menggunakan bahasa
c. Sangat lemah kemampuan berkomunikasi
d. Kelainan lain :
- Sangat peka terhadap perubahan lingkungan. Anaka akan bereaksi secara emosional kadang
bereaksi kasar meskipun hanya perubahan kecil dari kehidupan rutin
- Setiap perubahan bagi anak autisme selalu dirasakan buruk dan perubahan yang kearah baik pun
tidak pernah dirasakan surprise.
- Memperlihatkan gerakan-gerakan tubuh yang aneh
- Sebagian kecil anak autisme menunjukkan masalah perilaku yang sangat menyimpang
autisme ditandai oleh ciri- ciri utama,antara lain :
a. Tidak peduli dengan lingkungan sosialnya
b. Tidak bisa bereaksi normal dalam pergaulan sosialnya
c. Perkembangan bicara dan bahasa tidak normal (penyakit kelainan pada anak = autistic-children)
d. Reaksi/pengamatan terhadap lingkungan terbatas atau berulang-ulang dan tidak padan.
Gejala iniber variasi beratnya pada setiap kasus tergantung pada umur,intelegensia,pengaruh
pengobatan,dan beberapa kebiasaan pribadinya. Pada pemeriksaan status mental,ditemukan
kurangnya orientasi lingkungan,rendahnya tingkatan meskipun terhadap kejadian yang baru,
demikian juga kepedulian terhadap lingkungan sekitar sangat kurang. Anak autisme kalau
berbicara cepat tetapi tanpa arti,kadang diselingi suara yang tidak jelas maksudnya seperti suara
gemeretak gigi.

4 KLASIFIKASI
Autisme dikelompokkan menjadi 3 yaitu :
a. Autisme persepsi
Autisme persepsi dianggap autisme asli dan disebut juga autisme internal karena kelainan sudah
timbul sebelum lahir.
b. Autisme reaktif
Pada autisme reaktif,penderita membuat gerakkan-gerakkan tertentu berulang-ulang dan kadang-
kadang disertai kejang-kejang
c. Autisme yang timbul kemudian
Kalau kelainan dikenal setelah anak agak besar tentu akan sulit memberikan pelatihan dan
pendidikan untuk mengubah perilakunya yang sudah melekat,ditambah beberapa pengalaman
baru dan mungkin diperberat dengan kelainan jaringan otak yang terjadi setelah lahir.
Dalam berinteraksi anak autisme dikelompokkan atas 3 kelompok :
a. Menyendiri
- Terlihat menghindari kontak fisik dengan lingkungannya
- bertendensi kurang menggunakan kata-kata dan kadang-kadang sulit berubah meskipun usianya
bertambah lanjut.
- menghabiskan harinya berjam-jam sendiri,dan kalau berbuat sesuatu,melakukannya berulang-
ulang
- Sangat tergantung pada kegiatan sehari-hari
b. Kelompok anak autisme yang pasif
- Lebih bisa bertahan pada kontak fisik dan agak mampu bermain dengan kelompok.
- Mempunyai pembendaharaan kata yang lebih banyak meskipun masih agak terlambat biasa
berbicarannya.
- Kadang malah lebih cepat merangkai kata meskipun kadang ada kata yang kurang tepat
- Gangguan kelompok ini tidak seberat anak kelompok menyendiri.
- Kelompok ini bisa diajari dan dilatih
c. Anak autisme kelompok yang aktif tetapi menggunakan cara sendiri
- Kelompok ini lebih cepat mempunyai pembendaharaan kata paling banyak dan cepat bisa
berbicaramasih bisa ikut berbagi rasa dengan teman
- Meskipun bisa merangkai kata dengan baik namun masih terselip kata yang aneh dan kurang
dimengerti
- Menyenangi dan terpaku pada salah satu jenis barang tertentu.

5 PENATALAKSANAAN
Banyak cara yang bisa dilakukan terhadap penderita autisme,antara lain (faisal,2003)
a. Melalui program pendidikan dan latihan diikuti pelayanan dan perlakuan lingkungan yang wajar
b. Pengasuh dan orangtua harus diajari cara menghadapi anak autisme untuk mengurangi perlakuan
yang tidak wajar.
c. Pengobatan yang dilakuakan adalah untuk membatasi memberatnya gejala dan keluhan sejalan
dengan pertambahan usia anak
d. Diusahakan agar anak meningkatkan perhatian dan dan tanggung jawab terhadap orang
sekitarnya
e. Bimbingan dilakukan secara perorangan agar efektif
Gangguan di otak tidak dapat disembuhkan,tapi dapat ditanggulangi dengan terapi dini,terpadu,
dan intensif. Gejala-gejala autisme dapat dikurangi,bahkan dihilangkan sehingga anak bisa
bergaul secara normal,tumbuh sebagai orang dewasa yang sehat ,berkarya, bahkan membina
keluarga. Berikut ini beberapa jenis terapi bagi anak autis :
a) Terapi medikamentosa
Terapi ini dilakukan dengan obat-obatan yang bertujuan memperbaiki komunikasi,memperbaiki
respon terhadap lingkungan,dan menghilangkan perilaku aneh serta diulang-ulang. Dalam kasus
ini gangguan terjadi di otak sehingga obat-obatan yang dipakai adalah yang bekerja di otak.
b) Terapi biomedis
Terapi ini bertujuan memperbaiki metabolisme tubuh melalui diet dan pemberian suplemen.
Terapi ini dilakuak berdasarkan banyaknya gangguan fungsi tubuh,seperti gangguan
pencernaan,alergi,daya tahan tubuh rentan,dan keracunan logam berat. Berbagai gangguan fungsi
tubuh ini akhirnya mempengaruhi fungsi otak.
c) Terapi wicara
Umumnya,terapi ini menjadi keharusan bagi anak autis karena mereka mengalami keterlambatan
bicara dan kesulitan bahasa.
d) Terapi perilaku
Terapi inibertujuan agar anak autis dapat mengurangi perilaku tidak wajar dan menggantinya
dengam perilaku yang bisa diterima di masyarakat.
e) Terapi okupasi
Terapi ini bertujuan membantu anak autis yang mempunyai perkembangan motorik kurang
baik,antara lain gerak-geriknya kasar dan kurang luwes. Terapi okupasi akan
menguatkan,memperbaiki koordinasi dan ketrampilan otot halus anak.

6. ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK AUTISME

1. Pengkajian

a. Riwayat gangguan psikiatri/jiwa pada keluarga.


b. Riwayat keluarga yang terkena autisme.
c. Riwayat kesehatan ketika anak dalam kandungan
1. Sering terpapar zat toksik, seperti timbal.
2. Cedera otak.
d. Status perkembangan anak.
 Anak kurang merespon orang lain.
 Anak sulit fokus pada objek dan sulit mengenali bagian tubuh.
 Anak mengalami kesulitan dalam belajar.
 Anak sulit menggunakan ekspresi non verbal.
 Keterbatasan Kongnitif.
e. Pemeriksaan fisik
 Tidak ada kontak mata pada anak.
 Anak tertarik pada sentuhan (menyentuh/disentuh).
 Terdapat Ekolalia.
 Tidak ada ekspresi non verbal.
 Sulit fokus pada objek semula bila anak berpaling ke objek lain
 Anak tertarik pada suara tapi bukan pada makna benda tersebut.
 Peka terhadap bau

2 DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hambatan komunikasi yang berhubungan dengan kebingungan terhadap stimulus.
Hasil yang diharapkan :
Anak mengkomunikasikan kebutuhannya dengan menggunakan kata-kata atau gerakan tubuh
yang sederhana, konkret; bayi dengan efektif dapat mengkomunikasikan kebutuhannya
(keinginan akan makan, tidur, kenyamanan, dsb).
Intervensi :
a. Ketika berkomunikasi dengan anak, bicaralah dengan kalimat singkat yg terdiri atas 1 hingga 3
kata, dan ulangi perintah sesuai yang diperlukan. Minta anak untuk melihat kepada anda ketika
anda berbicara dan pantau bahasa tubuhnya dengan cermat.
b. Gunakan irama, musik dan gerakan tubuh untuk membantu perkembangan komunikasi sampai
anak dapat memahami bahasa.
c. Bantu anak mengenali hubungan antara sebab dan akibat dengan cara menyebutkan perasaannya
yang khusus dan mengidentifikasi penyebab stimulus bagi mereka.
d. Ketika berkomunikasi dengan anak, bedakan kenyataan dengan fantasi, dalam pernyataan yang
singkat dan jelas.
e. Sentuh dan gendong bayi, tetapi semampu yang dapat ditoleransi.
2. Risiko membahayakan diri sendiri atau orang lain yang berhubungan dengan rawat inap di
rumah sakit
Hasil yang diharapkan :
Anak memperlihatkan penurunan kecenderungan melakukan kekerasan atau perilaku merusak
diri sendiri, yang ditandai oleh frekuensi tantrum dan sikap agresi atau destruksi berkurang, serta
peningkatan kemampuan mengatasi frustasi.
Intervensi :
a. Sediakan lingkungan kondusif dan sebanyak mungkin rutinitas sepanjang periode perawatan di
rumah sakit
b. Lakukan intervensi keperawatan dalam sesi singkat dan sering. Dekati anak dengan sikap
lembut, bersahabat, dan jelaskan apa yang anda akan lakukan dengan kalimat yang jelas dan
sederhana. Apabila dibutuhkan, demonstrasikan prosedur kepada orang tua.
c. Gunakan restrain fisik selama prosedur ketika membutuhkannya, untuk memastikan keamanan
anak dan untuk mengalihkan amarah dan frustasinya.
d. Gunakan teknik modifikasi perilaku yang tepat untuk menghargai perilaku positif dan
menghukum perilaku yang negatif.
e. Ketika anak berperilaku destruktif, tanyakan apakah ia mencoba menyampaikan sesuatu.
3. Risiko Perubahan peran orang tua yang berhubungan dengan gangguan
Hasil yang diharapkan :
Orang tua mendemonstrasikan keterampilan peran menjadi orang tua yang tepat yang ditandai
oleh ungkapan kekhawatiran mereka tentang kondisi anak dan mencari nasihat serta bantuan.
Intervensi :
a. Anjurkan orang tua untuk mengekspresikan perasaan dan kekhawatiran mereka.
b. Rujuk orang tua ke kelompok pendukung autisme setempat dan ke sekolah khusus jika
diperlukan
c. Anjurkan orang tua untuk mengikuti konseling (bila ada).

DAFTAR PUSTAKA

Danuatmaja, Bony. 2003. Terapi Anak Autis di Rumah. Jakarta: Puspa Swara.

Yatim, Faisal. 2003. Autisme Suatu Gangguan Jiwa Pada Anak-Anak. Jakarta: Pustaka Populer Obor

http://luci-fransisca.blogspot.com/2011/06/askep-pada-anak-autis.
htmlhttp://www.scribd.com/doc/39800209/Askep-Autisme-pada-anak

ASKEP AUTIS

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Defenisi
Istilah autis berasal dari kata autos yang berarti diri sendiri dan isme berarti aliran. Jadi
autisme adalah suatu paham yang tertarik hanya pada dunianya sendiri (Purwati, 2007).
Autis adalah gangguan perkembangan pervasif pada bayi atau anak yang ditandai dengan
adanya gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi dan
interaksi sosial. Gangguan autis adalah salah satu perkembangan pervasif berawal sebelum usia
2,5 tahun (Devision, 2006).

B. Etiologi
Autisme dapat disebabkan oleh beberapa faktor, di bawah ini adalah faktor – faktor yang
menyebabkan terjadinya autis menurut Kurniasih (2002) diantaranya yaitu:
1. Faktor Genetik
Faktor pada anak autis, dimungkinkan penyebabnya adanya kelainan kromosom yang disebutkan
syndrome fragile – x (ditemukan pada 5-20% penyandang autis).
2. Faktor Cacat (kelainan pada bayi)
Disini penyebab autis dapat dikarenakan adanya kelainan pada otak anak, yang berhubungan
dengan jumlah sel syaraf, baik itu selama kehamilan ataupun setelah persalinan, kemudian juga
disebabkan adanya Kongenital Rubella, Herpes Simplex Enchepalitis, dan Cytomegalovirus
Infection.
3. Faktor Kelahiran dan Persalinan
Proses kehamilan ibu juga salah satu faktor yang cukup berperan dalam timbulnya gangguan
autis, seperti komplikasi saat kehamilan dan persalinan. Seperti adanya pendarahan yang disertai
terhisapnya cairan ketuban yang bercampur feces, dan obat-obatan ke dalam janin, ditambah
dengan adanya keracunan seperti logam berat timah, arsen, ataupun merkuri yang bisa saja
berasal dari polusi udara, air bahkan makanan.
Ahli lainnya berpendapat bahwa autisme disebabkan oleh karena kombinasi makanan
yang salah atau lingkungan yang terkontaminasi zat-zat beracun yang mengakibatkan kerusakan
pada usus besar yang mengakibatkan masalah dalam tingkah laku dan fisik termasuk autis.

C. Patofisiologi
Penyebab pasti dari autisme belum diketahui. Yang pasti diketahui adalah bahwa
penyebab dari autisme bukanlah salah asuh dari orang tua, beberapa penelitian membuktikan
bahwa beberapa penyebab autisme adalah ketidakseimbangan biokimia, faktor genetic dan
gangguan imunitas tubuh. Beberapa kasus yang tidak biasa disebabkan oleh infeksi virus
(TORCH), penyakit- penyakit lainnya seperti fenilketonuria (penyakit kekurangan enzim), dan
sindrom X (kelainan kromosom).
Menurut Lumbantobing (2000), penyebab autisme dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu

1. Faktor keluarga dan psikologi

Respon anak-anak terhadap stressor dari keluarga dan lingkungan.

2. Kelainan organ-organ biologi dan neurologi (saraf)


Berhubungan dengan kerusakan organ dan saraf yang menyebabkan gangguan fungsi-fungsinya,
sehingga menimbulkan keadaan autisme pada penderita

3. Faktor genetik

Pada hasil penelitian ditemukan bahwa 2 - 4% dari saudara kandung juga menderita penyakit
yang sama.

4. Faktor kekebalan tubuh

D. Manisfestasi Klinik
1. Di bidang komunikasi :
a. Perkembangan bahasa anak autis lambat atau sama sekali tidak ada. Anak nampak seperti tuli,
sulit berbicara, atau pernah berbicara lalu kemudian hilang kemampuan bicara.
b. Terkadang kata – kata yang digunakan tidak sesuai artinya.
c. Mengoceh tanpa arti secara berulang – ulang, dengan bahasa yang tidak dimengerti orang lain.
d. Bicara tidak dipakai untuk alat berkomunikasi. Senang meniru atau membeo (Echolalia).
e. Bila senang meniru, dapat menghafal kata – kata atau nyanyian yang didengar tanpa mengerti
artinya.
f. Sebagian dari anak autis tidak berbicara (bukan kata – kata) atau sedikit berbicara (kurang
verbal) sampai usia dewasa.
g. Senang menarik – narik tangan orang lain untuk melakukan apa yang dia inginkan, misalnya bila
ingin meminta sesuatu.
2. Di bidang interaksi sosial :
a. Anak autis lebih suka menyendiri
b. Anak tidak melakukan kontak mata dengan orang lain atau menghindari tatapan muka atau mata
dengan orang lain.
c. Tidak tertarik untuk bermain bersama dengan teman, baik yang sebaya maupun yang lebih tua
dari umurnya.
d. Bila diajak bermain, anak autis itu tidak mau dan menjauh.
3. Di bidang sensoris :
a. Anak autis tidak peka terhadap sentuhan, seperti tidak suka dipeluk.
b. Anak autis bila mendengar suara keras langsung menutup telinga.
c. Anak autis senang mencium –cium, menjilat mainan atau benda – benda yang ada disekitarnya.
Tidak peka terhadap rasa sakit dan rasa takut.

4. Di bidang pola bermain :


a. Anak autis tidak bermain seperti anak – anak pada umumnya.
b. Anak autis tida suka bermain dengan anak atau teman sebayanya.
c. Tidak memiliki kreativitas dan tidak memiliki imajinasi.
d. Tidak bermain sesuai fungsinya, misalnya sepeda dibalik lalu rodanya diputar – putar.
e. Senang terhadap benda – benda yang berputar seperti kipas angin, roda sepeda, dan sejenisnya.
f. Sangat lekat dengan benda – benda tertentu yang dipegang terus dan dibawa kemana – mana.
5. Di bidang perilaku :
a. Anak autis dapat berperilaku berlebihan atau terlalu aktif (hiperaktif) dan berperilaku
berkekurangan (hipoaktif).
b. Memperlihatkan perilaku stimulasi diri atau merangsang diri sendiri seperti bergoyang –goyang,
mengepakkan tangan seperti burung.
c. Berputar –putar mendekatkan mata ke pesawat televisi, lari atau berjalan dengan bolak – balik,
dan melakukan gerakan yang diulang – ulang.
d. Tidak suka terhadap perubahan.
e. Duduk bengong dengan tatapan kosong.
6. Di bidang emosi :
a. Anak autis sering marah – marah tanpa alasan yang jelas, tertawa – tawa dan
b. Dapat mengamuk tak terkendali jika dilarang atau tidak diberikan keinginannya.
c. Kadang agresif dan merusak.
d. Kadang – kadang menyakiti dirinya sendiri.
e. Tidak memiliki empati dan tidak mengerti perasaan orang lain yang ada disekitarnya atau
didekatnya.

E. Klasifikasi
Berdasarkan waktu munculnya gangguan, Kurniasih (2002) membagi autisme menjadi
dua yaitu:
1. Autisme sejak bayi (Autisme Infantil)
Anak sudah menunjukkan perbedaan-perbedaan dibandingkan dengan anak non autistik, dan
biasanya baru bisa terdeteksi sekitar usia bayi 6 bulan.
2. Autisme Regresif
Ditandai dengan regresif (kemudian kembali) perkembangan kemampuan yang sebelumnya jadi
hilang. Yang awalnya sudah sempat menunjukkan perkembangan ini berhenti. Kontak mata yang
tadinya sudah bagus, lenyap. Dan jika awalnya sudah bisa mulai mengucapkan beberapa patah
kata, hilang kemampuan bicaranya. (Kurniasih, 2002).
Sedangkan Yatim, Faisal Yatim (dalam buku karangan purwati, 2007) mengelompokkan
autisme menjadi :
a. Autisme Persepsi
Autisme ini dianggap sebagai autisme asli dan disebut autisme internal karena kelainan sudah
timbul sebelum lahir
b. Autisme Reaksi
Autisme ini biasanya mulai terlihat pada anak – anak usia lebih besar (6 – 7 tahun) sebelum anak
memasuki tahap berfikir logis. Tetapi bisa juga terjadi sejak usia minggu – minggu pertama.
Penderita autisme reaktif ini bisa membuat gerakan – gerakan tertentu berulang – ulang dan
kadang – kadang disertai kejang – kejang.

F. Faktor Resiko
Karena penyebab Autis adalah multifaktorial sehingga banyak faktor yang
mempengaruhi.Sehingga banyak teori penyebab yang telah diajukan oleh banyak ahli. Hal ini
yang menyulitkan untuk memastikan secara tajam faktor resiko gangguan autis. Faktor resiko
disusun oleh para ahli berdasarkan banyak teori penyebab autris yang telah berkembang.
Terdapat beberapa hal dan keadaan yang membuat resiko anak menjadi autis lebih besar. Dengan
diketahui resiko tersebut tentunya dapat dilakukan tindakan untuk mencegah dan melakukan
intervensi sejak dini pada anak yang beresiko. Adapun beberapa resiko tersebut dapat
diikelompokkan dalam beberapa periode, seperti periode kehamilan, persalinan dan periode usia
bayi
PERIODE KEHAMILAN
Perkembangan janin dalam kehamilan sangat banyak yang mempengaruhinya. Pertumbuhan dan
perkembangan otak atau sistem susunan saraf otak sangat pesat terjadi pada periode ini, sehingga
segala sesuatu gangguan atau gangguan pada ibu tentunya sangat berpengaruh. Gangguan pada
otak inilah nantinya akan mempengaruhi perkembangan dan perilaku anak kelak nantinya,
termasuk resiko terjadinya autisme
PERIODE PERSALINAN
Persalinan adalah periode yang paling menentukan dalam kehidupan bayi selanjutnya. Beberapa
komplikasi yang timbul selama periode ini sangat menentukan kondisi bayi yang akan
dilahirkan. Bila terjadi gangguan dalam persalinan maka yang paling berbahaya adalah hambatan
aliran darah dan oksigen ke seluruh organ tubuh bayi termasuk otak. Organ otak adalah organ
yang paling sensitif dan peka terhadap gangguan ini, kalau otak terganggu maka sangat
mempengaruhi kualitas hidup anak baik dalam perkembangan dan perilaku anak nantinya.
Gangguan persalinan yang dapat meningkatkan resiko terjadinya autism adalah : pemotongan tali
pusat terlalu cepat, Asfiksia pada bayi (nilai APGAR SCORE rendah < 6 ), komplikasi selama
persalinan, lamanya persalinan, letak presentasi bayi saat lahir dan erat lahir rendah ( < 2500
gram)
PERIODE USIA BAYI
Dalam kehidupan awal di usia bayi, beberapa kondisi awal atau gangguan yang terjadi dapat
mengakibatkan gangguan pada optak yang akhirnya dapat beresiko untuk terjadinya gangguan
autism. Kondisi atau gangguan yang beresiko untuk terjadinya autism adalah prematuritas, alergi
makanan, kegagalan kenaikan berat badan, kelainan bawaan : kelainan jantung bawaan, kelainan
genetik, kelainan metabolik, gangguan pencernaan : sering muntah, kolik, sulit buang air besar,
sering buang air besar dan gangguan neurologI/saraf : trauma kepala, kejang, otot atipikal,
kelemahan otot.

G. Penatalaksanaan
Terapi yang dilakukan untuk anak dengan autisme
1) Applied Behavioral Analysis (ABA)
ABA adalah jenis terapi yang telah lama dipakai , telah dilakukan penelitian dan didisain khusus
untuk anak dengan autisme. Sistem yang dipakai adalah memberi pelatihan khusus pada anak
dengan memberikan positive reinforcement (hadiah/pujian). Jenis terapi ini bias diukur
kemajuannya . Saat ini terapi inilah yang paling banyak dipakai di Indonesia.
2) Terapi Wicara
Hampir semua anak dengan autisme mempunyai kesulitan dalam bicara dan berbahasa. Biasanya
hal inilah yang paling menonjol, banyak pula individu autistic yang non-verbal atau kemampuan
bicaranya sangat kurang.
Kadang-kadang bicaranya cukup berkembang , namun mereka tidak mampu untuk memakai
bicaranya untuk berkomunikasi/berinteraksi dengan orang lain.
Dalam hal ini terapi wicara dan berbahasa akan sangat menolong.
3) Terapi Okupasi
Hampir semua anak autistik mempunyai keterlambatan dalam perkembangan motorik halus.
Gerak-geriknya kaku dan kasar, mereka kesulitan untuk memegang pinsil dengan cara yang
benar, kesulitan untuk memegang sendok dan menyuap makanan kemulutnya, dan lain
sebagainya. Dalam hal ini terapi okupasi sangat penting untuk melatih mempergunakan otot2
halusnya dengan benar.
4) Terapi Fisik
Autisme adalah suatu gangguan perkembangan pervasif. Banyak diantara individu autistik
mempunyai gangguan perkembangan dalam motorik kasarnya.
Kadang2 tonus ototnya lembek sehingga jalannya kurang kuat. Keseimbangan tubuhnya kurang
bagus. Fisioterapi dan terapi integrasi sensoris akan sangat banyak menolong untuk menguatkan
otot2nya dan memperbaiki keseimbangan tubuhnya.
5) Terapi Sosial
Kekurangan yang paling mendasar bagi individu autisme adalah dalam bidang komunikasi dan
interaksi . Banyak anak-anak ini membutuhkan pertolongan dalam ketrampilan berkomunikasi 2
arah, membuat teman dan main bersama ditempat bermain. Seorang terqapis sosial membantu
dengan memberikan fasilitas pada mereka untuk bergaul dengan teman-teman sebaya dan
mengajari cara2nya.
6) Terapi Bermain
Meskipun terdengarnya aneh, seorang anak autistik membutuhkan pertolongan dalam belajar
bermain. Bermain dengan teman sebaya berguna untuk belajar bicara, komunikasi dan interaksi
social. Seorang terapis bermain bisa membantu anak dalam hal ini dengan teknik-teknik tertentu.
7) Terapi Perilaku.
Anak autistik seringkali merasa frustrasi. Teman-temannya seringkali tidak memahami mereka,
mereka merasa sulit mengekspresikan kebutuhannya, Mereka banyak yang hipersensitif terhadap
suara, cahaya dan sentuhan. Tak heran bila mereka sering mengamuk. Seorang terapis perilaku
terlatih untuk mencari latar belakang dari perilaku negatif tersebut dan mencari solusinya dengan
merekomendasikan perubahan lingkungan dan rutin anak tersebut untuk memperbaiki
perilakunya,
8) Terapi Perkembangan
Floortime, Son-rise dan RDI (Relationship Developmental Intervention) dianggap sebagai terapi
perkembangan. Artinya anak dipelajari minatnya, kekuatannya dan tingkat perkembangannya,
kemudian ditingkatkan kemampuan sosial, emosional dan Intelektualnya. Terapi perkembangan
berbeda dengan terapi perilaku seperti ABA yang lebih mengajarkan ketrampilan yang lebih
spesifik.
9) Terapi Visual
Individu autistik lebih mudah belajar dengan melihat (visual learners/visual thinkers). Hal inilah
yang kemudian dipakai untuk mengembangkan metode belajar komunikasi melalui gambar-
gambar, misalnya dengan metode …………. Dan PECS ( Picture Exchange
Communication System). Beberapa video games bisa juga dipakai untuk mengembangkan
ketrampilan komunikasi.
10) Terapi Biomedik
Terapi biomedik dikembangkan oleh kelompok dokter yang tergabung dalam DAN! (Defeat
Autism Now). Banyak dari para perintisnya mempunyai anak autistik. Mereka sangat gigih
melakukan riset dan menemukan bahwa gejala-gejala anak ini diperparah oleh adanya gangguan
metabolisme yang akan berdampak pada gangguan fungsi otak. Oleh karena itu anak-anak ini
diperiksa secara intensif, pemeriksaan, darah, urin, feses, dan rambut. Semua hal abnormal yang
ditemukan dibereskan, sehingga otak menjadi bersih dari gangguan. Terrnyata lebih banyak anak
mengalami kemajuan bila mendapatkan terapi yang komprehensif, yaitu terapi dari luar dan dari
dalam tubuh sendiri (biomedis).
Tatalaksana autis dibagi menjadi 2 bagian
1. Edukasi kepada keluarga
Keluarga memerankan peran yang penting dalam membantu perkembangan anak, karena orang
tua adalah orang terdekat mereka yang dapat membantu untuk belajar berkomunikasi,
berperilaku terhadap lingkungan dan orang sekitar, intinya keluarga adalah jendela bagi penderita
untuk masuk ke dunia luar, walaupun diakui hal ini bukanlah hal yang mudah.

2. Penggunaan obat-obatan
Penggunaan obat-obatan pada penderita autisme harus dibawah pengawasan dokter. Penggunaan
obat-obatan ini diberikan jika dicurigai terdapat kerusakan di otak yang mengganggu pusat emosi
dari penderita, yang seringkali menimbulkan gangguan emosi mendadak, agresifitas, hiperaktif
dan stereotipik. Beberapa obat yang diberikan adalah Haloperidol (antipsikotik), fenfluramin,
naltrexone (antiopiat), clompramin (mengurangi kejang dan perilaku agresif)

H. Asuhan Keperawatan
I. Pengkajian
a. Identitas Klien
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, No. MR
b. Riwayat Kesehatan
 Riwayat Kesehatan Dahulu (RKD)
Pada kehamilan ibu pertumbuhan dan perkembangan otak janin terganggu. Gangguan pada otak
inilah nantinya akan mempengaruhi perkembangan dan perilaku anak kelak nantinya, termasuk
resiko terjadinya autisme Gangguan pada otak inilah nantinya akan mempengaruhi
perkembangan dan perilaku anak kelak nantinya, termasuk resiko terjadinya autisme. Gangguan
persalinan yang dapat meningkatkan resiko terjadinya autism adalah : pemotongan tali pusat
terlalu cepat, Asfiksia pada bayi (nilai APGAR SCORE rendah < 6 ), komplikasi selama
persalinan, lamanya persalinan, letak presentasi bayi saat lahir dan erat lahir rendah ( < 2500
gram)
 Riwayat Kesehatan Sekarang (RKK)
Anak dengan autis biasanya sulit bergabung dengan anak-anak yang lain, tertawa atau cekikikan
tidak pada tempatnya, menghindari kontak mata atau hanya sedikit melakukan kontak mata,
menunjukkan ketidakpekaan terhadap nyeri, lebih senang menyendiri, menarik diri dari
pergaulan, tidak membentuk hubungan pribadi yang terbuka, jarang memainkan permainan
khayalan, memutar benda, terpaku pada benda tertentu, sangat tergantung kepada benda yang
sudah dikenalnya dengan baik, secara fisik terlalu.
 Riwayat Kesehatan Keluarga (RKK)
Dilihat dari faktor keluarga apakah keluarga ada yang menderita autisme.
c. Psikososial
 Menarik diri dan tidak responsif terhadap orang tua
 Memiliki sikap menolak perubahan secara ekstrem
 Keterikatan yang tidak pada tempatnya dengan objek
 Perilaku menstimulasi diri
 Pola tidur tidak teratur
 Permainan stereotip
 Perilaku destruktif terhadap diri sendiri dan orang lain
 Tantrum yang sering
 Peka terhadap suara-suara yang lembut bukan pada suatu pembicaraan
 Kemampuan bertutur kata menurun
 Menolak mengonsumsi makanan yang tidak halus
d. Neurologis
 Respons yang tidak sesuai dengan stimulus
 Refleks mengisap buruk
 Tidak mampu menangis ketika lapar
e. Gastrointestinal
 Penurunan nafsu makan
 Penurunan berat badan

II. Diagnosa Keperawatan


Kemungkinan diagnosa yang muncul
1. Hambatan komunikasi berhubungan dengan kebingungan terhadap stimulus
2. Resiko membahayakan diri sendiri atau orang lain yang berhubungan dengan rawat inap di
rumah sakit
3. Resiko perubahan peran orang tua berhubungan dengan gangguan
III. Intervensi
Diagnosa I
Hambatan komunikasi yang berhubungan dengan kebingungan terhadap stimulus
Hasil yang diharapkan :
Anak mengomunikasikan kebutuhannya dengan menggunakan kata-kata atau gerakan tubuh
yang sederhana dan konkret.
Intervensi Rasional
1. Ketika berkomunikasi dengan anak,
1. Kalimat yang sederhana dan diulang-
bicaralah dengan kalimat singkat ulang mungkin merupakan satu-satunya
yang terdiri atas satu hingga tiga kata, cara berkomunikasi karena anak yang
dan ulangi perintah sesuai yang autistik mungkin tidak mampu
diperlukan. Minta anak untuk melihat mengembangkan tahap pikiran
kepada anda ketika anda berbicara operasional yang konkret. Kontak mata
dan pantau bahasa tubuhnya dengan langsung mendorong anak
cermat. berkonsentrasi pada pembicaraan serta
menghubungkan pembicaraan dengan
bahasa dan komunikasi. Karena
artikulasi anak yang tidak jelas, bahasa
tubuh dapat menjadi satu-satunya cara
baginya untuk mengomunikasikan
pengenalan atau pemahamannya
terhadap isi pembicaraan
2. Gunakan irama, musik, dan gerakan
2. Gerakan fisik dan suara membantu
tubuh untuk membantu anak mengenali integritas tubuh serta
perkembangan komunikasi sampai batasan-batasannya sehingga
anak dapat memahami bahasa mendoronnya terpisah dari objek dan
orang lain
3. Bantu anak mengenali hubungan
3. Memahami konsep penyebab dan efek
antara sebab dan akibat dengan cara membantu anak membangun
menyebutkan perasaannya yang kemampuan untuk terpisah dari objek
khusus dan mengidentifikasi serta orang lain dan mendorongnya
penyebab stimulus bagi mereka mengekpresikan kebutuhan serta
perasaannya melalui kata-kata
4. Ketika berkomunikasi dengan anak,
4. Biasanya anak austik tidak mampu
bedakan kenyataan dengan fantasi, membedakan antara realitas dan fantasi,
dalam pernyataan yang singkat dan dan gagal untuk mengenali nyeri atau
jelas sensasi lain serta peristiwa hidup
dengan cara yang bermakna.
Menekankan perbedaan antara realitas
dan fantasi membantu anak
mengekpresikan kebutuhan serta
perasaannya.

Diagnosa II
Resiko membahayakan diri sendiri atau orang lain yang berhubungan dengan rawat inap di RS.
Hasil yang diharapkan
Anak memperlihatkan penurunan kecenderungan melakukan kekerasan atau perilaku merusak
diri sendiri, yang ditandai oleh frekuensi tantrum dan sikap agresi atau destruktif bekurang, serta
peningkatan kemampuan mengatasi frustasi

Intervensi Rasional
1. Sediakan lingkungan kondusif dan
1. Anak yang austik dapat berkembang
sebanyak mungkin rutinitas melalui lingkungan yang kondusif dan
sepanjang periode perawatan di RS rutinitas, dan biasanya tidak dapat
beradaptasi terhadap perubahan dalam
hidup mereka. Mempertahankan
program yang teratur dapat mencegah
perasaan frustasi, yang dapat menuntun
pada ledakan kekerasan
2. Lakukan intervensi keperawatan
2. Sesi yang singkat dan sering
dalam sesingkat dan sering. Dekati memungkinkan anak mudah mengenal
anak dengan sikap lembut, bersahabat perawat serta lingkungan rumah sakit.
dan jelaskan apa yang anda akan Mempertahankan sikap tenang, ramah
lakukan dengan kalimat yang jelas, dan mendemontrasikan prosedur pada
dan sederhana. Apabila dibutuhkan, orang tua, dapat membantu anak
demontrasikan prosedur kepada orang menerima intervensi sebagai tindakan
tua. yang tidak mengancam, dapat
mencegah perilaku destruktif
3. Gunakan restrain fisik selama
3. Restrain fisik dapat mencegah anak
prosedur ketika membutuhkannya, dari tindakan mencederai diri sendiri.
untuk memastikan keamanan anak Biarkan anak terlibat dalam perilaku
dan untuk mengalihkan amarah dan yang tidak terlalu membahayakan,
frustasinya, misalnya untuk misalnya membanding bantal, perilaku
mencagah anak dari membenturkan semacam ini memungkinkan
kepalanya ke dinding berulang-ulang, menyalurkan amarahnya, serta
restrain badan anak pada bagian mengekpresikan frustasinya dengan
atasnya, tetapi memperbolehkan anak cara yang aman
untuk memukul bantal
4. Gunakan teknik modifikasi perilaku
4. Pemberian imbalan dan hukuman dapat
yang tepat untuk menghargai perilaku membantu mengubah perilaku anak dan
positif dan menghukum perilaku yang mencegah episode kekerasan
negatif. Misalnya, hargai perilaku
yang positif dengan cara memberi
anak makanan atau mainan
kesukaannya, beri hukuman untuk
perilaku yang negatif dengan cara
mencabut hak istimewanya
5. Ketika anak berperilaku destruktif,
5. Setiap peningkatan perilaku agresif
tanyakan apakah ia mencoba menunjukkan perasaan stres meningkat,
menyampaikan sesuatu, misalnya kemungkinan muncul dari kebutuhan
apakah ia ingin sesuatu untuk untuk mengomunikasikan sesuatu.
dimakan atau diminum atau apakah ia
perlu pergi ke kamar mandi

Diagnosa III
Resiko perubahan peran orang tua yang berhubungan dengan gangguan
Hasil yang diharapkan
Orang tua mendemontrasikan keterampilan peran menjadi orang tua yang tepat yang ditandai
oleh ungkapan kekhawatiran mereka tentang kondisi anak dan mencari nasihat serta bantuan
Intervensi Rasional
1. Anjurkan orang tua untuk
1. Membiarkan orang tua mengekpresikan
mengekpresikan perasaan dan perasaan dan kekhawatiran mereka
kekhawatiran mereka tentang kondisi kronis anak membantu
mereka beradaptasi terhadap frustasi
dengan lebih baik, suatu kondisi yang
tampaknya cenderung meningkat
2. Rujuk orang tua ke kelompok
2. Kelompok pendukung
pendukung autisme setempat dan memperbolehkan orang tua menemui
kesekolah khusus jika diperlukan orang tua dari anak yang menderita
autisme untuk berbagi informasi dan
memberikan dukungan emosioanl
3. Anjurkan orang tua untuk mengikuti
3. Kontak dengan kelompok swabantu
konseling (bila ada) membantu orang tua memperoleh
informasi tentang masa terkini, dan
perkembangan yang berhubungan
dengan autisme

IV. Implementasi
Setelah rencana disusun , selanjutnya diterapkan dalam tindakan yang nyata untuk
mencapai hasil yang diharapkan. Tindakan harus bersifat khusus agar semua perawat dapat
menjalankan dengan baik, dalam waktu yang telah ditentukan. Dalam implementasi keperawatan
perawat langsung melaksanakan atau dapat mendelegasikan kepada perawat lain yang dipercaya

V. Evaluasi
Merupakan tahap akhir dimana perawat mencari kepastian keberhasilan yang dibuat dan
menilai perencanaan yang telah dilakukan dan untuk mengetahui sejauh mana masalah klien
teratasi. Disamping itu perawat juga melakukan umpan balik atau pengkajian ulang jika yang
ditetapkan belum tercapai dalam proses keperawatan
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Autis adalah gangguan perkembangan pervasif pada bayi atau anak yang ditandai dengan
adanya gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi dan
interaksi sosial. Gangguan autis adalah salah satu perkembangan pervasif berawal sebelum usia
2,5 tahun (Devision, 2006).
Autisme dapat disebabkan oleh beberapa faktor, di bawah ini adalah faktor – faktor yang
menyebabkan terjadinya autis menurut Kurniasih (2002) diantaranya yaitu : Faktor Genetik,
Faktor Cacat (kelainan pada bayi), Faktor Kelahiran dan Persalinan

B. Saran
Besar harapan kelompok agar makalah ini dapat dijadikan salah satu panduan
memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan autisme
DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, Aris, 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius : Jakarta


Ngastiyah, 1997. Perawatan Anak Sakit. Buku Kedokteran EGC : Jakarta
BAB III
ASKEP TEORITIS
I. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
A.Pengkajian Data Dasar

B. Pengkajian keperawatan
1. Pola nutrisi dan cairan
Beberapa diet telah disarankan untuk mengurangi beberapa gejala autisme. Hingga kini belum
ada riset yang mengkompirmasikan keefektipannya. Diet bebas gluten dan kasien adalah yang
sangat umum ditemui. ( gluten adalah tepung gandum ,rye, dan barly sedangkan kasien ada
dalam produk susu).
2. Pola aktivitas
Pada anak-anak yang mengalami autisme mereka lebih sering untuk melakukan aktifitas yang
menjadi rutinitas yang dilakukan untuk setiap harinya, kegiatan terbatas, tidak ada rasa
semangat.
3. Pengkajian data focus pada anak dengan gangguan perkembangan pervasive menurut Isaac, A
(2005) dan Townsend, M.C (1998) antara lain:
1. Tidak suka dipegang
2. Rutinitas yang berulang
3. Tangan digerak-gerakkan dan kepala diangguk-anggukan
4. Terpaku pada benda mati
5. Sulit berbahasa dan berbicara
6. 50% diantaranya mengalami retardasi mental
7. Ketidakmampuan untuk memisahkan kebutuhan fisiologis dan emosi diri sendiri dengan orang
lain
8. Tingkat ansietas yang bertambah akibat dari kontak dengan dengan orang lain
9. Ketidakmampuan untuk membedakan batas-batas tubuh diri sendiri dengan orang lain
10. Mengulangi kata-kata yang dia dengar dari yang diucapkan orang lain atau gerakkan-
gerakkan mimik orang lain
11. Penolakan atau ketidakmampuan berbicara yang ditandai dengan ketidakmatangan stuktur
gramatis, ekolali, pembalikan pengucapan, ketidakmampun untuk menamai benda-benda,
ketidakmampuan untuk menggunakan batasan-batasan abstrak, tidak adanya ekspresi nonverbal
seperti kontak mata, sifat responsif pada wajah, gerak isyarat.

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN


Menurut Townsend, M.C (1998) diagnosa keperawatan yang dapat dirumuskan pada pasien/anak
dengan gangguan perkembangan pervasive autisme antara lain:
1. Risiko tinggi terhadap mutilasi diri berhubungan dengan:
1. Tugas-tugas perkembangan yang tidak terselesaikan dari rasa percaya terhadap rasa tidak
percaya
2. Fiksasi pada fase prasimbiotik dari perkembangan
3. Perubahan-perubahan patofisiologis yang terjadi sebagai respons terhadap kondisi-kondisi
fisik tertentu seperti rubella pada ibu, fenilketonuria tidak teratasi, ensefalitis, tuberkulosa
sclerosis, anoksia selama kelahiran dan sindroma fragilis X
4. Deprivasi ibu
5. Stimulasi sensosrik yang tidak sesuai
6. Sejarah perilaku-perilaku mutilatif/melukai diri sebagai respons terhadap ansietas yang
meningkat
7. Ketidakacuhan yang nyata terhadap lingkungan atau reaksi-reaksi yang histeris terhadap
perubahan-perubahan pada lingkungan
2. Kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan:
1. Gangguan konsep diri
2. Tidak adanya orang terdekat
3. Tugas perkembangan tidak terselsaikan dari percaya versus tidak percaya
4. Perubahan-perubahan patofisiologis yang terjadi sebagai respons terhadap kondisi-kondisi
fisik tertentu seperti rubella pada ibu fenilketonuria tidak teratasi, ensefalitis, tuberous sclerosis,
anoksia selama kelahiran sindrom fragilis X)
5. Deprivasi ibu
6. Stimulasi sensorik yang tidak sesuai
3. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan:
1. Ketidakmampuan untuk mempercayai
2. Penarikan diri dari diri
3. Perubahan patofisiologis yang terjadi sebagai respons terhadap kondisi-kondisi fisik tertentu
seperti rubella pada ibu fenilketonuria tidak teratasi, ensefalitis, tuberous sclerosis, anoksia
selama kelahiran sindrom fragilis X)
4. Deprivasi ibu
5. Stimulasi sensorik yang tidak sesuai
4. Gangguan identitas diri/pribadi berhubungan dengan:
1. Fiksasi pada fase prasimbiotik dari perkembangan
2. Tugas-tugas tidak terselesaikan dari rasa percaya versus rasa tidak percaya
3. Deprivasi ihu
4. Stimulasi sensorik yang tidak sesuai.

Prioritas utama dari diagnose masalah autis adalah tidak adekuatnya stimulasi sensori yang
menyebabkan keterbatasan kesempatan untuk memenuhi kebutuhan sosialisasi,bermain,atau
pendidikan.

III. INTERVENSI & RASIONAL

INTERVENSI RASIONAL
1. Resiko terhadap mutilasi diri 1. Pasien akan mendemonstrasikan perilaku-perilaku alternative
(misalnya memulai interaksi antara diri dengan perawat) sebagai respons terhadap kecemasan.
2. jaminan keselamatan anak dengan memberi rasa aman, lingkungan yang kondusif untuk
mencegah perilaku merusak diri 2. Perawat bertanggung jawab untuk menjamin keselamatan
anak)
3. Kaji dan tentukan penyebab perilaku – perilaku mutilatif sebagai respon terhadap kecemasan
3. pengkajian kemungkinan penyebab dapat memilih cara /alternative pemecahan yang tepat
4.Pakaikan helm pada anak untuk menghindari trauma saat anak memukul-mukul kepala, sarung
tangan untuk mencegah menarik – narik rambut, pemberian bantal yang sesuai untuk mencegah
luka pada ekstremitas saat gerakan-gerakan histeris. 4. Untuk menjaga bagian-bagian vital dari
cidera.

5.Untuk membentuk kepercayaan satu anak dirawat oleh satu perawat


5. Untuk dapat bisa lebih menjalin hubungan saling percaya dengan pasien.
6.Tawarkan pada anak untuk menemani selama waktu-waktu mening-katnya kecemasan agar
tidak terjadi mutilasi 6. Dalam upaya untuk menurunkan kebutuhan pada perilaku-perilaku
mutilasi diri dan memberikan rasa aman.
7.Kerusakan interaksi social 7. Anak akan mendemonstrasikan kepercayaan pada seorang
pemberi perawatan yang ditandai dengan sikap responsive pada wajah dan kontak mata dalam
waktu yang ditentukan dengan.
8.Lakukan dengan perlahan-lahan, jangan memaksakan interaksi-interaksi, mulai dengan
penguatan yang positif pada kontak mata, perkenalkan dengan berangsur-angsur dengan
sentuhan, senyuman , dan pelukan. 8. Pasien autisme dapat merasa terncam oleh suatu
rangsangan yang gencar pada pasien yang tidak terbiasa

9.Dengan kehadiran anda beri dukungan pada pasien yang berusaha keras untuk membentuk
hubungan dengan orang lain dilingkungannya.

9. Dengan kehadiran anda beri dukungan pada pasien yang berusaha keras untuk membentuk
hubungan dengan orang lain dilingkungannya.
10.Kerusakan komunikasi verbal. 10. Anak akan membentuk kepercayaan dengan seorang
pemberi perawatan ditandai dengan sikap responsive dan kontak mata dalam waktu yang telah
ditentukan.
11.Pertahankan konsistensi tugas staf untuk memahami tindakan-tindakan dan komunikasi anak
11. Hal ini memudahkan kepercayaan dan kemampuan untuk memahami tindakan-tindakan dan
komunikasi pasien.
12.Gangguan Indentitas Pribadi 12. Pasien akan menyebutkan bagian-bagian tubuh diri sendiri
dan bagian-bagian tubuh dari pemberi perawatan dalam waktu yang ditentukan untuk mengenali
fisik dan emosi diri terpisah dari orang lain saat pulang dengan criteria
13.Membantu anak untuk mengetahui hal-hal yang terpisah selama kegiatan-kegiatan perawatan
diri, seperti berpakaian dan makan 13. Kegiatan-kegiatan ini dapat meningkatkan kewaspadaan
anda terhadap diri sebagai sesuatu yang terpisah dari orang lain.

14.Jelaskan dan bantu anak dalam menyebutkan bagian-bagian tubuhnya 14. Kegiatan kegiatan
ini dapat meningkatkan kewaspadaan anak terhadap diri sebagai sesuatuyangterpisahdariorang
lain
DAFTAR PUSTAKA
1. Eddy Prasetyo. 2008. Kasus Autisme di Seluruh Dunia Meningkat. Diakses 05 mei 2009 dari:
http://www.suarasurabaya.net/v06/kelanakota/?
id=c71ee08849735df9b3bd982e3c4e3a73200859667
2. Peters theo,2004. Autisme. Jakarta : Dian Rakyat Indonesia Atau William chris, Wright bary.
2004. How to live with autism and asperger syndrome. Jakarta: Dian Rakyat Indonesia
3. Hidayat,aziz alimul. 2005. Konsep asuhan keperwatan anak. Jakarta: Salemba Medika.
4. Website :
http://asuhankeperawatananak.blogspot.com/2008/09/autisme.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Autisme
http://www.enformasi.com/2008/05/ciri-iri-anak-autisme-menurut-usia.html
Diposkan oleh MADONTIS_ENJOY di 12.30
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Anda mungkin juga menyukai