Tugas 2 Ekonomi Manajerial 7B-2 (Kelompok 3)
Tugas 2 Ekonomi Manajerial 7B-2 (Kelompok 3)
EKONOMI MANAJERIAL
MANAJEMEN 7-B2
Maksimisasi Perusahaan
(2.1)
A. Model Persamaan
Persamaan pada (2.2) tersebut dibaca “penerimaan total (TR) merupakan fungsi
dari jumlah produk yang terjual”.
TR = P x Q (2.3)
Di sini P menunjukkan harga tiap unit yang terjual, dan hubungan antara variabel
dependen dengan variabel independen ditetpakam secara tepat. Penerimaan total
(TR) selalu sama dengan harga (P) dikalikan dengan jumlah unit yang terjual. Jika
misalkan, harga adalah konstan pada antara jumlah unit yang terjual dan
penerimaan total (TR) tersebut secara tepat ditunjukkan oleh fungsi:
TR = Rp150,00 x Q (2.4)
B. Model Tabel dan Grafik
Tabel 2.1
Hubungan Antara TR dengan Jumlah Unit yang Terjual (Q):
TR = Rp150,00 x Q
Gambar 2.1
Grafik Hubungan Antara TR dengan Q
Unit output
Laba
yang Laba Total Laba Marginal
Rata - Rata
terjual (Q)
0 Rp0,00 - -
1 Rp19,00 Rp19,00 Rp19,00
2 Rp52,00 Rp33,00 Rp26,00
3 Rp93,00 Rp41,00 Rp31,00
4 Rp136,00 Rp43,00 Rp34,00
5 Rp175,00 Rp39,00 Rp35,00
6 Rp210,00 Rp35,00 Rp35,00
7 Rp217,00 Rp7,00 Rp21,00
8 Rp208,00 -Rp9,00 Rp26,00
2. Hubungan Antara Nilai Total, Rata-rata, dan Marginal
Tabel 2.2
Hubungan Antara Nilai Total, Marginal dan Rata-rata
Untuk Sebuah Fungsi Laba
Laba marginal menunjukkan perubahan laba yang disebabkan oleh perubahan satu
unit output. Laba marginal untuk untit output yang pertama adalah Rp19,00. Ini
menunjukkan perubahan dari laba Rp0,00 pada tingkat output 0 unit menjadi laba
Rp19,00 yang diperoleh ketika suatu unit output diproduksikan. Begitu juga, laba
marginal sebesar Rp33,00 berkaitan dengan unit output kedua yang merupakan
kenaikan laba total (Rp52,00 – Rp19,00) yang terjadi jika output dinaikkan dari
satu unit menjadi dua unit.
Jika 10 pekerja secara rata-rata menghasilkan 200 unit output per hari, dan
pekerja yang ke 11 (pekerja tambahan) menghasilkan 250 unit, maka output rata-
rata dari para pekerja meningkat. Demikian juga, jika pekerja tambahan tersebut
menghasilkan lebih kecil dai 200 unit per hari, maka output rata-rata tersebut akan
turun.
3. Kalkulus Diferensial
Marginal Y = ∆Y/∆X
Secara konseptual , suatu turunan suatu spesifikasi yang tepat dari hubungan
marginal secara umum, ∆Y/∆X .Untuk mendapatkan suatu turunan kita harus
mendapatkan nilai rasio ∆Y/∆X untuk suatu perubahan variable independen yang
sangat kecil. Notasi matematis untuk sebuah turunan adalah :
Notasi tersebut dibaca “ turunan Y pada X sama dengan limit dari ∆Y/∆X jika X
mendekatinol”
Konsep turunan sebagai limit dari suatu rasio adalah sama dengan slope dari
sebuah kurva pada sebuah titik. Slope menunjukkan perubahan marginal Y yang
disebabkan olehsuatu perubahan X yang sangat kecil pada titik tersebut.
Keadaan yang sama terjadi untuk biaya total atau total cost (TC) , turunan fungsi
TC padasetiap tingkat output menunjukkan biaya marginal atau marginal cost
(MC)pada output tersebut.
E. Kaidah Rantai
Turunan sebuah fungsi dari sebuah fungsi yang diperoleh dengan cara , jika
Y=f(U), dimana U=g(X), maka :
dY/dX= dY/dU + dU/dX
Turunan suatu fungsi ditunjukkan oleh slope atau nilai marginalnya pada
suatu titik tertentu. Oleh karena itu, maksimisasi atau minimalisasi dari suatu
fungsi terjadi jika turunananya sama dengan nol.untuk menjelaskan hal tersebut,
perhatikan fungsi laba berikut ini : 2.6
Jika output sama dengan nol, maka perusahaan tersebut akan rugi sebesar
Rp.10.000.000 ( biayatetap atau fixed cost adalah Rp.10.000.000). tetapi jika
output mingkat, maka laba juga akan meningkat. Titik impas atau break even
point ( tingkat output yang menghasilkan lamba sama dengan nol) dicapai pada
saat output berjumlah 29 unit. Laba maksimum dicapai pada saat output sebesar
100 unit dan setelah itu laba menurun.
Gambar 2.7
dπ
laba marginal ( mπ ) = =400−4 Q
dQ
400-4Q = 0
4Q = 400
Q = 100 unit
Oleh karena itu jika Q = 100, maka laba marginal sama dengan nol dan laba total
adalah maksimum.
dπ
=mπ=−b+2 cQ−3 dQ
dQ
Turunan kedua dari fungsi laba total adalah turunan dari fungsi laba marginal
(turunan persamaan 2.7) yaitu;
dπ dMπ
= =2 c−6 dQ
dQ dQ
Gambar 2.8
Keadaan yang berlawanan terjadi pada titik maksimum. Nilai laba marginal
tersebut adalh positif tetapi menurun hingga suatutitik diaman fungsi laba total
mencapai maksimum, dan negative setelah titik tersebut. Oleh karena itu, fungsi
marginal tersebut berslope negative pada titikmaksim fungsi total.
Salah satu kaidah dalam ekonomi mikro yaitu MR harsu sama dengan MC
agar laba maksimum bisa dicapai, sebenarnya timbul berdasarkan pada asas
optimisasi kalkulus tersebut. Asas tersebut timbul dari adanya kenyataan bahwa
jarak antar kedua fungsi akan maksimum pada titik dimana slope kedua fungsi
tersebut adalah sama. Laba total TR dikurangi TC, dan oleh karena itu sama
dengan jarak vertical antara kedua kurva tersebut pada setiap tingkat output. Jarak
tersebut akan maksimum pada tingkat output QB dimana slope dari kurva TR dan
TC tersebut adalah sama. Karena slope kurva TR dan TC , masing masing
menunjukan MR dan MC, maka MR=MC.
Alasan bahwa QB merupakan tingkat output yang memaksimumkan laba
bisa tampak dengan memperhatikan bentuk dari kurva TR dan TC di sebelah akan
titik A,pada titik A,TR=TC, berarti disitu terjadi titik impas (break even point)
dan oleh karena itu titik A tersebut menujukan tingkat output yang menghasilkan
labasama dengan nol.
Gambar 2.9
Pada tingkat output setelag QA,TR meningkat lebih cepat dari TC, dengan kata
lain,MR > MC. Jika slope TR sama dengan slope TC, maka kedua kurvatersebut
akan sejajar. Keadaan tersebut terjadi pada tingkat output QB. Setelah melampaui
QB sloppe kurva TC lebih besar slope kurva TR(MC > MR), maka jarak antara
kedua kurva tersebut mengecil dan laba total menurun.
dπ dTR dTC
mπ= = −
dQ dQ dQ
mπ=MR−MC
Sekarang karena maksimisasi setiap fungsi mengharuskan turunan pertama sama
dengan nol, maka maksimisasi laba akan terjadi jika
mπ=MR−MC=0
Atau
MR=MC
Gambar 2.10
dπ
adalah 15 unit, dimana =0 dan d 2 π /dQ 2<0
dQ
8. Optimisasi fungsi dengan variable majemuk
Q=1(P,A)
1. turunan
parsial Q pada harag ( P )=∂Q /∂ P
2. turunan parsial Q pada pengeluaran iklan ( A ) =∂ Q/∂ A
kaidah
kaidah untuk menentukan turunan parsial adalah sama dengan kaidahdalam
turunan yang sederhana. Karena konsep turunan parsial menggunakan suatu
asumsi bahwa semua variabel,kecuali satu variabel dimana turunan tersebut
diturunkan,tidak berubah.
Dan,
∂Y
∂ Z=0
Proses yang terjadi disini bisa diperjelas dengan melihat gambar 2.11 suatu
gambar tiga dimensi dari persamaan2.12 disini tampak bahwa untuk nilai X dan Z
yang positif,persamaan 2.12 membentuk suatu bidang dengan titik puncak A.
pada puncak tersebut,permukaan dari gambar tersebut mendatar, kemudian bentuk
lain,bidang datar yang beringgungan dengan permukaan pada titik A sejajar
dengan bidang datar XZ, ini menunjukkan bahwa slope dari gambar tersebut
sama dengan nol. Keadaan ini merupakan perstayaratan untuk menentukan nilai
maksimum dari sebuah fungsi dengan variabel majemuk
Gambar 2.11
Y = 4X + Z – X2 +XZ – Z2
5. Optimisasi Ekonomi dengan Kendala
TC = 3X2 + 6Y2 – XY
Di mana X merupakan output dari pabrik yang pertama dan Y merupakan output
dari pabrik yang kedua. Manajemen berusaha untuk menentukan kombinasi biaya
terendah (least-cost combination) antara X dan Y, dengan tunduk kepada kendala
bahwa produk total harus 20 unit. Masalah optimisasi terkendala tersebut bisa
dituliskan sebagai berikut:
X = 20 – Y
dan
dTC
= -140 + 20Y
dY
d 2 TC
= + 20
dY2
Karena turunan kedua tersebut adalah positif, maka Y = 7 pastilah merupakan titik
minimum.
X + 7 = 20
X = 13
Oleh karena itu, produksi output 13 unit pada pabrik X dan 7 unit pada pabrik Y
adalah kombinasi biaya terendah dalam menghasilkan 20 unit produk dari
perusahaan tersebut. Biaya total (TC) tersebut adalah:
= 710
0 = 20 – X – Y
Dengan mengalikan kendala tersebut dnegan sebuah faktor yang tidak diketahui
“λ” (lambda) dan menambahkan hasil tersebut pada fungsi tujuan mula-mula
menghasilkan persamaan Lagrange.
Misalnya:
∂ LTC
= 12Y – X – 1
∂Y
∂ LTC
= 20 – X – Y
∂λ
Dengan menentukan ketiga turunan parsial tersebut sama dengan nol, kita
mendapatkan tiga persamaan dengan tiga bilangan:
6X – Y – λ = 0 (2.15)
X + 12Y – λ = 0 (2.16)
dan
20 – X – Y = 0 (2.17)
7X – 13Y = 0
– 7X – 13Y =0 (2.18)
140 – 20Y =0
140 = 20Y
7 =Y
6 . 13 – 7 – λ = 0
λ = + 71
b) Y = 49.000
Yrata-rata = 700
dTC
MC = TC' = = 3Q2 . 180Q + 250
dQ
C = 50 + 20Q → MC = C' = 20
π=R–C
100 – 8Q = 20 → Q = 10 Jadi:
Q = 10
π maks. = 350
P = 60
P = 100 – 4(10) = 60
1 3
4. C = Q – 20Q2 + 25Q
2
C 1 2
AC = = Q – 20Q + 25
Q 2
dC 3 2
MC = = Q – 40Q + 25
dQ 2
(AC)' = Q – 20 = 0 → Q = 20
1
AC = (20)2 – 20(20) + 25 = -175
2
3
MC = (20)2 – 40(20) + 25 = -175
2
Terbukti!
5. Dalam kasus ini fungsi obyektif yang hendak dioptimumkan adalah isocost-
nya, yaitu 5K + 3L + M
= 5K + 3L – K5/8L3/8 – 10
L3 /8 K 3/ 8
8K-3/8L3/8 = 8K5/8L-5/8 → = →L=K
K 3/ 8 L3 /8
Menurut isokuan:
10 = K5/8L3/8 → K5/8K3/8 → 10 = K
Jadi keseimbangan produksi dicapai pada tingkat penggunaan 10 unit input K dan
10 unit input L. Biaya produksi minimum yang dikeluarkan adalah 5(10) + 3(10)
= 80.
Y=8