Anda di halaman 1dari 24

KELOMPOK 3

EKONOMI MANAJERIAL

MANAJEMEN 7-B2

Aliestya Nikmah Nalieza 41152010180230

Erma Sari 41152010180135

Septi Pradina 41152010180243

Rhenisa Putri Nagari 41152010180152

TUGAS 2 : Simulasi menghitung optimisasi fungsi perusahaan.

Maksimisasi Perusahaan

Dalam ekonomi manajerial, tujuan pokok manajemen adalah memaksimumkan


nilai perusahaan.

(2.1)

Penerimaan Total Revenue (TR) suatu perusahaan secara langsung ditentukan


oleh jumlah produk yang terjual dan harga jualnya. Ini berarti bahwa TR adalah
harga produk (P) yang dikalikan dengan kuantitas (Q), atau TR = P x Q

1. Metode Penyajian Hubungan Ekonomi

A. Model Persamaan

Untuk mempelajari hubungan ekonomi dan memahami optimisasi


ekonomi adalah dengan menelaah beberapa bentuk hubungan fungsional yang
berperan penting dalam model dasar penilaian.
TR = f(Q) (2.2)

Persamaan pada (2.2) tersebut dibaca “penerimaan total (TR) merupakan fungsi
dari jumlah produk yang terjual”.

TR = P x Q (2.3)

Di sini P menunjukkan harga tiap unit yang terjual, dan hubungan antara variabel
dependen dengan variabel independen ditetpakam secara tepat. Penerimaan total
(TR) selalu sama dengan harga (P) dikalikan dengan jumlah unit yang terjual. Jika
misalkan, harga adalah konstan pada antara jumlah unit yang terjual dan
penerimaan total (TR) tersebut secara tepat ditunjukkan oleh fungsi:

TR = Rp150,00 x Q (2.4)
B. Model Tabel dan Grafik

Tabel 2.1
Hubungan Antara TR dengan Jumlah Unit yang Terjual (Q):

TR = Rp150,00 x Q

Jumlah Unit Total Revenue


yang Terjual (TR)
1 Rp150,00
2 Rp300,00
3 Rp450,00
4 Rp750,00
5 Rp900,00

Gambar 2.1
Grafik Hubungan Antara TR dengan Q

Unit output
Laba
yang Laba Total Laba Marginal
Rata - Rata
terjual (Q)
0 Rp0,00 - -
1 Rp19,00 Rp19,00 Rp19,00
2 Rp52,00 Rp33,00 Rp26,00
3 Rp93,00 Rp41,00 Rp31,00
4 Rp136,00 Rp43,00 Rp34,00
5 Rp175,00 Rp39,00 Rp35,00
6 Rp210,00 Rp35,00 Rp35,00
7 Rp217,00 Rp7,00 Rp21,00
8 Rp208,00 -Rp9,00 Rp26,00
2. Hubungan Antara Nilai Total, Rata-rata, dan Marginal

Hubungan marginal didefinisikan sebagai perubahan variabel dependen dari suatu


fungsi yang disebabkan oleh perubahan salah satu variabel independen sebesar
satu unit. Dalam fungsi TR, penerimaan marginal (MR) adalah perubahan
penerimaan total yang disebabkan oleh perubahan satu unit barang yang dijual.

A. Hubungan Antara Nilai Total dengan Marginal

Tabel 2.2
Hubungan Antara Nilai Total, Marginal dan Rata-rata
Untuk Sebuah Fungsi Laba
Laba marginal menunjukkan perubahan laba yang disebabkan oleh perubahan satu
unit output. Laba marginal untuk untit output yang pertama adalah Rp19,00. Ini
menunjukkan perubahan dari laba Rp0,00 pada tingkat output 0 unit menjadi laba
Rp19,00 yang diperoleh ketika suatu unit output diproduksikan. Begitu juga, laba
marginal sebesar Rp33,00 berkaitan dengan unit output kedua yang merupakan
kenaikan laba total (Rp52,00 – Rp19,00) yang terjadi jika output dinaikkan dari
satu unit menjadi dua unit.

B. Hubungan Antara Nilai Rata-rata dengan Marginal

Jika 10 pekerja secara rata-rata menghasilkan 200 unit output per hari, dan
pekerja yang ke 11 (pekerja tambahan) menghasilkan 250 unit, maka output rata-
rata dari para pekerja meningkat. Demikian juga, jika pekerja tambahan tersebut
menghasilkan lebih kecil dai 200 unit per hari, maka output rata-rata tersebut akan
turun.

Data pada Tabel 2.2 bisa digunakan untuk menggambarkan hubungan


antara nilai marginal dengan rata-rata. Untuk output yang kedua sampai yang
kelima, laba marginal lebih besar dari laba rata-rata dan pada setiap tingkat output
laba rata-rata meningkat. Walaupun dari unit output yang keempat ke unit output
yang kelima laba marginal turun dari Rp43,00 menjadi Rp39,00, tetapi laba
marginal tersebut masih lebih besar dari laba rata-rata pada tingkat putput
sebanyak 4 unit (Rp34,00). Oleh karena itu, sepanjang nilai marginal itu di atas
nilai rata-rata, maka nilai rata-rata tersebut masih akan naik. Laba marginal pada
output sebanyak 6 unit adalah Rp35,00 sama dengan laba rata-rata pada 5 unit,
demikian pula laba rata-rata tidak berubah antara output sebesar 5 unit dan 6 unit.
Akhirnya, laba marginal dari output yang ketujuh di bawah laba rata-rata pada
output sebesar 6 unit dan menyebabkan laba rata-rata turun.

3. Kalkulus Diferensial

Walaupun tabel dan grafik bermanfaat untuk menjelaskan konsep-konsep


hubungan ekonomi,tetapi persamaan seringkali lebih cocok digunakan dalam
poses pemecahan masalah. Salah satu alasannya adalah teknik analisis kalkulus
diferensial bisa digunakan untuk menentukannilai maksimum dan minimum dari
suatu fungsi tujuan secara efisien melalui analisismarginal. Pendekatan kalkulus
sangat bermanfaat bagi masalah optimasi terkendala yangmerupakan ciri dari
proses pembuatan keputusan manajerial.

Kita telah mendefinisikan nilai marginal sebagai perubahan nilai variable


dependen yangdisebabkan oleh perubahan satu unit suatu variabel
independen.Perhatikan fungsi Y = f(x), dengan menggunakan tanda delta (∆)
sebagai tanda perubahan ,kita dapat menunjukkan perubahan nilai variable
independen (x) dengan notasi ∆X dan perubahan variable dependen ( Y ) dengan
notasi ∆Y.

Perbandingan ∆Y/∆X menunjukkan suatu spesifikasi umum dari konsep


marginal :

Marginal Y = ∆Y/∆X

Perubahan Y yaitu ∆Y dibagi dengan perubahan X yaitu ∆X menunjukkan


perubahan variable dependen yang disebabkan oleh perubahan satu unit nilai X.

Secara konseptual , suatu turunan suatu spesifikasi yang tepat dari hubungan
marginal secara umum, ∆Y/∆X .Untuk mendapatkan suatu turunan kita harus
mendapatkan nilai rasio ∆Y/∆X untuk suatu perubahan variable independen yang
sangat kecil. Notasi matematis untuk sebuah turunan adalah :

dy/dX = lim ∆Y/∆Xx → 0

Notasi tersebut dibaca “ turunan Y pada X sama dengan limit dari ∆Y/∆X jika X
mendekatinol”

Konsep turunan sebagai limit dari suatu rasio adalah sama dengan slope dari
sebuah kurva pada sebuah titik. Slope menunjukkan perubahan marginal Y yang
disebabkan olehsuatu perubahan X yang sangat kecil pada titik tersebut.

Misalkan variable dependen Yadalah penerimaan total (TR) dan variable


independen adalah output . Maka turunan dY/dX menunjukkan bagaimana
hubungan antara penerimaaan dengan output pada suatu tingkat output tertentu.
Oleh Karena perubahan penerimaan yang disebabkan oleh perubahan
outputdidefinisikan sebagai penerimaan marginal (MR) maka turunan TR adalah
sama dengan MR pada setiap output tertentu.

Keadaan yang sama terjadi untuk biaya total atau total cost (TC) , turunan fungsi
TC padasetiap tingkat output menunjukkan biaya marginal atau marginal cost
(MC)pada output tersebut.

4. KAIDAH KAIDAH PENURUNAN SUATU FUNGSI


A. Kaidah Konstanta
Turunan dari sebuah konstanta selalu nol, oleh karena itu jika Y = sebuah
konstanta,
maka :
dy/dx= 0
Turunan dari fungsi pangkat seperti Y = aX b , dimana a dan b merupakan
konstanta adalah sama dengan pangkat (exponent) b dikalikan dengan koefisien a
dikalikan dengan variable X pangkat b-1 ;
Y = a Xb
Y =b.a X(b-1)
Contoh :
Y = 2X3
Maka :
dy/dx = 3.2X (3-1)
dy/dx = 3.2X 2
dy/dx = 6X 2

B. Kaidah Penjumlahan dan Selisih


Notasi berikut ini akan digunakan sampai akhir bab ini. Untuk menunjukkan
sejumlah aturan diferensiasi:
U= g(X): U adalah g fungsi x
V= h(X): V adalah h fungsi x
Turunan dari suatu penjumlahan atau selisih sama dengan jumlah atau selisih dari
turunan secara individual. Oleh karena itu, jika Y=U+V maka:
dy/dx= dU/dX + dV/dX
Misalkan, U=g(X)= 2X2, V=h(X)= -X3 dan
Y = U+V = 2X2 – X3 maka:
dy/dx+ 4X -3X2
turunan fungsi yang pertama (2X2) sama dengan 4X diperoleh melalui kaidah
pangkat; turunan fungsi kedua (-x3) sama dengan 3X2 diperoleh dengan cara yang
sama; dan turunan fungsi secara total merupakan jumlah dari turunan turunan dari
bagian bagiannya.
C. Kaidah Perkalian
Turunan dari perkalian antara dua fungsi adalah sama dengan fungsi yang pertama
dikalikan dengan turunan dari fungsi yang kedua, ditambah dengan fungsi yang
kedua, dikaitkan dengan turunan fungsi yang pertama.
Oleh karena itu , jika Y=U.V , maka :
dy/dx = U. dV/dX + V. dU/dX

D. Kaidah Hasil Bagi


Turunan dari hasil bagi suatu fungsi adalah sama dengan penyebut yang dikaitkan
dengan turunan pembilang, dikurangi dengan pembilang dikaitkan dengan turunan
penyebut, dan kemudian semuanya dibagi dengan penyebut kuadrat. Maka , jika
Y=U/V , maka :
dy/dx= V(dU/dX) – U(dV/dX) /V2

E. Kaidah Rantai

Turunan sebuah fungsi dari sebuah fungsi yang diperoleh dengan cara , jika
Y=f(U), dimana U=g(X), maka :
dY/dX= dY/dU + dU/dX

5. Penggunaan Turunan untuk Memaksimumkan/Meminimumkan Fungsi

Turunan suatu fungsi ditunjukkan oleh slope atau nilai marginalnya pada
suatu titik tertentu. Oleh karena itu, maksimisasi atau minimalisasi dari suatu
fungsi terjadi jika turunananya sama dengan nol.untuk menjelaskan hal tersebut,
perhatikan fungsi laba berikut ini : 2.6

π=−1000+ 400 Q−2 Q 2

Ket: π = laba total


Q = jumlah output

Jika output sama dengan nol, maka perusahaan tersebut akan rugi sebesar
Rp.10.000.000 ( biayatetap atau fixed cost adalah Rp.10.000.000). tetapi jika
output mingkat, maka laba juga akan meningkat. Titik impas atau break even
point ( tingkat output yang menghasilkan lamba sama dengan nol) dicapai pada
saat output berjumlah 29 unit. Laba maksimum dicapai pada saat output sebesar
100 unit dan setelah itu laba menurun.

Gambar 2.7

Laba Sebagai Fungsi Dari Output

Tingkat output yang memaksimumkan laba bisa diperoleh dengan menghitung


nilai dari fungsi tersebut pada tingkat output tertentu. Kemudian
menggambarkannya seperti gambar 2.7 laba maksimum tersebut bisa juga
diperoleh dengan mendapatkan turunan (marginal) dari fungsi laba tersebut,
kemudian menentukannilai Q yang membuat turunan (marginal) tersebut sama
dengan nol.


laba marginal ( mπ ) = =400−4 Q
dQ

Dengan menyamakan turunan tersebut sama dengan nol maka :

400-4Q = 0

4Q = 400
Q = 100 unit

Oleh karena itu jika Q = 100, maka laba marginal sama dengan nol dan laba total
adalah maksimum.

6. Pembedaan nilai maksimum dengan nilai minimum

Turunan pertama sebuah fungsi total menunjukan suatu ukuran apakah


fungsi tersebut sedang menaik atau menurun pada titik tertentu. Agar suatu fungsi
menjadi maksimum atau minimum, maka fungsi tersebut harus tidak dalam
keadaan menaik atau menurun, oleh karena itu slopenya harus sama dengan nol.
Namun demikian,karena nilai marginal akan menjadi nol baik untuk maksimum
maupun minimum dari sutu fungsi, maka analisis perlu menentukan apakah nilai
maksimum atau minimum tersebut telah ditemukan.

Konsep turunan kedua (second order derivative) digunakan untuk membedakan


nilai maksimum dengan minimum dari suatu fungsi. Turunan kedua ini
merupakan terunan dari turunan pertama. Jika laba total ditunjukan oleh
persamaan ¿ a−bQ+3 dQ 2−dQ 3 , seperti ditunjukkan gambar 2.8, pleh turunan
pertamanya yang merupakan fungsi laba marginal adalah :


=mπ=−b+2 cQ−3 dQ
dQ

Turunan kedua dari fungsi laba total adalah turunan dari fungsi laba marginal
(turunan persamaan 2.7) yaitu;

dπ dMπ
= =2 c−6 dQ
dQ dQ
Gambar 2.8

Penentuan Nilai Maskimum Dan Minimum Suatu Fungsi

Jika turunan pertama


menunjukan slope fungsi laba total, maka turunan kedua tersebut menunjukan
slope dari turunan pertama tersebut yakni slope dari kurva laba marginal. Jika
turunan kedua dari sebuah fungsi negative maka titik yang ditentukan adalah
maksimum,demikian sebaliknya.

Keadaan yang berlawanan terjadi pada titik maksimum. Nilai laba marginal
tersebut adalh positif tetapi menurun hingga suatutitik diaman fungsi laba total
mencapai maksimum, dan negative setelah titik tersebut. Oleh karena itu, fungsi
marginal tersebut berslope negative pada titikmaksim fungsi total.

7. Penggunaan turunan untuk memaksimumkan selisih antara dua fungsi

Salah satu kaidah dalam ekonomi mikro yaitu MR harsu sama dengan MC
agar laba maksimum bisa dicapai, sebenarnya timbul berdasarkan pada asas
optimisasi kalkulus tersebut. Asas tersebut timbul dari adanya kenyataan bahwa
jarak antar kedua fungsi akan maksimum pada titik dimana slope kedua fungsi
tersebut adalah sama. Laba total TR dikurangi TC, dan oleh karena itu sama
dengan jarak vertical antara kedua kurva tersebut pada setiap tingkat output. Jarak
tersebut akan maksimum pada tingkat output QB dimana slope dari kurva TR dan
TC tersebut adalah sama. Karena slope kurva TR dan TC , masing masing
menunjukan MR dan MC, maka MR=MC.
Alasan bahwa QB merupakan tingkat output yang memaksimumkan laba
bisa tampak dengan memperhatikan bentuk dari kurva TR dan TC di sebelah akan
titik A,pada titik A,TR=TC, berarti disitu terjadi titik impas (break even point)
dan oleh karena itu titik A tersebut menujukan tingkat output yang menghasilkan
labasama dengan nol.

Gambar 2.9

TR, TC, dan Laba Maksimum

Pada tingkat output setelag QA,TR meningkat lebih cepat dari TC, dengan kata
lain,MR > MC. Jika slope TR sama dengan slope TC, maka kedua kurvatersebut
akan sejajar. Keadaan tersebut terjadi pada tingkat output QB. Setelah melampaui
QB sloppe kurva TC lebih besar slope kurva TR(MC > MR), maka jarak antara
kedua kurva tersebut mengecil dan laba total menurun.

Untuk melihat hubungan MR dan MC dengan maksimisasi laba perhatikan


persamaan umum laba π=TR−TC. dengab menggunakan kaidah penjumlahan
dan selisih dari diferensiasi, maka persamaan umum laba marginal adalah

dπ dTR dTC
mπ= = −
dQ dQ dQ

Jika dTR/dQ merupakan MR, dan dTC/dQ merupakan MC, maka

mπ=MR−MC
Sekarang karena maksimisasi setiap fungsi mengharuskan turunan pertama sama
dengan nol, maka maksimisasi laba akan terjadi jika

mπ=MR−MC=0

Atau

MR=MC

Gambar 2.10

Syarat – syarat Tingkat Output yang Memaksimumkan Lab

Menunjukan gambar fungsi penerimaan,biaya dan laba. Gambar bagian atas


menunjukan fungsi penerimaan dana biaya,pada tingkat output sebesar
15unit,slope kesua kurvatersebut adalah sama,dan MR=MC. Gambar bagian
bawah menunjukan fungsi laba,dan tingkat output yang memaksimumkan laba


adalah 15 unit, dimana =0 dan d 2 π /dQ 2<0
dQ
8. Optimisasi fungsi dengan variable majemuk

Oleh karena hamper semua hubungan ekonomi menggunakan dua variable


atau lebih, maka kita perlu untuk memperluas konsep diferensiasi ke dalam
persamaan – persamaan dengan 3 variable atau lebih. Perhatikan fungsi
permintaan akan suatu produk dimana kuantitas yang diminta (Q) ditentukan oleh
harga (P) yang ditetapkan, tingkat pengeluaran iklan (A). fungsi tersebut bisa
dituliskan sebagai berikut;

Q=1(P,A)

Untuk mengananlisis hubungan variabel majemuk,seperti ditunjukkan


persamaan2.11 kita perlu mengetahui pengaruh marginal dari setiap variabel
independen terhadap variabel dependen. Dengan kata lain,optimalisasi dalam
kasus seperti ini memerlukan suatu analisis bagaimana perubahan dari setiap
variabel independen mempengaruhi variabel dependen, dengan menggap
pengaruh seluruh variabel independen isinya konstan. Turunan persial merupakan
konsep kalkulus yang digunakan untuk analisis marginal seperti ini

Dengan menggunakan fungsi permintaan pada persamaan 2.11. kita bisa


memperoleh 2 keturunan parsial;

1. turunan
parsial Q pada harag ( P )=∂Q /∂ P
2. turunan parsial Q pada pengeluaran iklan ( A ) =∂ Q/∂ A

kaidah
kaidah untuk menentukan turunan parsial adalah sama dengan kaidahdalam
turunan yang sederhana. Karena konsep turunan parsial menggunakan suatu
asumsi bahwa semua variabel,kecuali satu variabel dimana turunan tersebut
diturunkan,tidak berubah.

9. Maksimalisasi fungsi dengan variabel majemuk

Syarat maksimisasi (atau minimisasi) dari fungsi dengan variabel


majemuk merupakan perluasaan secara langsubg dari fungsi dengan variabel
tunggal. Semua turunan parsial pertama harus sama dengan nol. Oleh karena itu,
maka maksimisasi dari fungsi Y=f(X,Z) mensyaratkan:
∂Y
=0
∂X

Dan,

∂Y
∂ Z=0

Proses yang terjadi disini bisa diperjelas dengan melihat gambar 2.11 suatu
gambar tiga dimensi dari persamaan2.12 disini tampak bahwa untuk nilai X dan Z
yang positif,persamaan 2.12 membentuk suatu bidang dengan titik puncak A.
pada puncak tersebut,permukaan dari gambar tersebut mendatar, kemudian bentuk
lain,bidang datar yang beringgungan dengan permukaan pada titik A sejajar
dengan bidang datar XZ, ini menunjukkan bahwa slope dari gambar tersebut
sama dengan nol. Keadaan ini merupakan perstayaratan untuk menentukan nilai
maksimum dari sebuah fungsi dengan variabel majemuk

Gambar 2.11

Mencari Nilai Maksimum Suatu Fungsi Dengan Dua Variabel:

Y = 4X + Z – X2 +XZ – Z2
5. Optimisasi Ekonomi dengan Kendala

Secara umum, masalah optimisasi terkendala ini dikelompokkan menjadi 2


kelompok:

Masalah Maksimisasi Masalah Minimisasi


Maksimisasi: Minimisasi:
Laba, Penerimaan atau Output Biaya

Tunduk kepada: Tunduk kepada:


Kendala Sumberdaya Kendala Kuantitas atau Kualitas Output

Masalah optimisasi terkendala ini bisa dipecahkan dengan berbagai cara.


Dalam beberapa kasus, jika persamaan kendala tidak terlampau rumit, kita bisa
memecahkan persamaan kendala tersebut untuk salah satu dari variabel-variabel
pengambilan keputusan terlebih dahulu, kemudian mensubstitusikan variabel
tersebut ke dalam fungsi tujuan, apakah perusahaan tersebut bertujuan
memaksimumkan atau meminimumkan. Cara ini mengubah masalah tersebut
menjadi maksimisasi atau minimisasi tak terkendala yang bisa diselesaikan
dengan metoda-metoda yang telah dibahas di muka.

Cara tersebut bisa diperjelas dengan melihat penerapannya di dalam


masalah minimisasi terkendala. Misalkan sebuah perusahaan memproduksi
produknya dengan menggunakan dua pabriknya dan bekerja dengan fungsi biaya
total (TC) sebagai berikut:

TC = 3X2 + 6Y2 – XY

Di mana X merupakan output dari pabrik yang pertama dan Y merupakan output
dari pabrik yang kedua. Manajemen berusaha untuk menentukan kombinasi biaya
terendah (least-cost combination) antara X dan Y, dengan tunduk kepada kendala
bahwa produk total harus 20 unit. Masalah optimisasi terkendala tersebut bisa
dituliskan sebagai berikut:

Minimumkan TC = 3X2 + 6Y2 – XY


dengan kendala X + Y = 20

dengan menyelesaikan kendala X dan mensibstitusikan nilai tersebut ke dalam


fungsi tujuan maka:

X = 20 – Y

dan

TC = 3(20 – Y)2 + 6Y2 – (20 – Y)Y

= 3(400 – 40Y + Y2) + 6Y2 – (20Y – Y2)

= 1.200 – 120Y + 3Y2 + 6Y2 – 20Y + Y2

= 1.200 – 140Y + 10Y2

Untuk menyelesaikannya harus dicari turunannya, menyamakan turunan tersebut


dengan nol, dan mendapatkan nilai Y.

dTC
= -140 + 20Y
dY

d 2 TC
= + 20
dY2

Karena turunan kedua tersebut adalah positif, maka Y = 7 pastilah merupakan titik
minimum.

Dengan memasukkan 7 ke dalam Y di dalam persamaan kendala


memungkinkan kita untuk menentukan kuantitas optimum yang diproduksikan
oleh pabrik X.

X + 7 = 20

X = 13

Oleh karena itu, produksi output 13 unit pada pabrik X dan 7 unit pada pabrik Y
adalah kombinasi biaya terendah dalam menghasilkan 20 unit produk dari
perusahaan tersebut. Biaya total (TC) tersebut adalah:

TC = 3(13)2 + 6(7)2 – (13 x 7)


= 507 + 294 – 91

= 710

A. Angka Pengganda Lagrange

Teknik Lagrange untuk memecahkan masalah-masalah optimisasi


terkendala merupakan suatu cara yang digunakan untuk mengoptimisasikan
sebuah fungsi dengan cara menggabungkan fungsi tujuan mula-mula dengan
persyaratan kendala. Pengujian terhadap masalah optimisasi terkendaka di muka
akan memperjelas penggunaan teknik ini. Perhatikan bahwa perusahaan tersebut
berusaha untuk meminimumkan fungsi TC = 3X2 – 6Y2 – XY, dengan tunduk
kepada kendala X + Y = 20. Persamaa kendala tersebut =diubah sebagai berikut:

0 = 20 – X – Y

Dengan mengalikan kendala tersebut dnegan sebuah faktor yang tidak diketahui
“λ” (lambda) dan menambahkan hasil tersebut pada fungsi tujuan mula-mula
menghasilkan persamaan Lagrange.

Misalnya:

LTC = 3X2 + 6Y2 – XY + λ (20 – X – Y) (2.14)

LTC didefinisikan sebagai fungsi Lagrange untuk optimisasi terkendala. Oleh


karena fungsi Lagrange tersebut memasukkan kendala ke dalam fungsi tujuan,
maka fungsi Lagrange ini bisa dianggap sebagai masalah optimisasi tak
terkendala, dan penyelesaiannya identic dengan penyelesaian masalah optimisasi
terkendala mula-mula.Pada suatu titik minimum dari fungsi yang menggunakan
variabel majemuk, semua turunan parsial harus sama dengan nol. Turunan-
turunan parsial dari persamaan (2.14) bisa dicarai untuk variabel X, Y dan λ,
sebagai berikut:
∂ LTC
= 6X – Y – λ
∂X

∂ LTC
= 12Y – X – 1
∂Y

∂ LTC
= 20 – X – Y
∂λ

Dengan menentukan ketiga turunan parsial tersebut sama dengan nol, kita
mendapatkan tiga persamaan dengan tiga bilangan:

6X – Y – λ = 0 (2.15)

X + 12Y – λ = 0 (2.16)

dan

20 – X – Y = 0 (2.17)

Perhatikan bahwa persamaan 2.17, turunan parsial fungsi Lagrange pada λ,


merupakan kendala pada optimsasi mula-mula. Fungsi Lagrange tersebut dibentuk
secara khusus dan oleh karena itu turunan dan fungsi Lagrange pada angka
pengganda Lagrange (λ) tersebut akan selalu merupakan kendala mula-mula.
Selama turunan tersebut sama dengan no, yang berarti ia berada pada keadaan
ekstrim (maksimum atau minimum), maka persyaratan kendala optimisasi mula-
mula tersebut akan terpenuhi. Selain itu, jika pada persyaratan seperti itu suku
terakhir dari persamaan Lagrange harus sama denhan nol yaitu 0 = 20 – X – Y,
maka fungsi Lagrange tersebut akan tetap pada fungsi tujuan mula-mula, dan oleh
karena itu penyelesaian untuk masalah optimisasi tak terkendala (Lagrange) akan
selalu merupakan penyelesaian bagi masalah optimisasi terkendala mula-mula.

Untuk menyelesaikan sistem persamaan tersebut untuk mendapatkan nilai


X dan Y yang optimal. Dengan mengurangkan persamaan (2.15) dengan
persamaan (2.16) diperoleh:

7X – 13Y = 0

Kemudian mengalikan persamaan (2.17) dengan 7 dan kemudian menambahkan


persamaan (2.18) dengan hasil tersebut menghasilkan:
140 – X – 7Y =0 7x (2.17)

– 7X – 13Y =0 (2.18)

140 – 20Y =0

140 = 20Y

7 =Y

Dengan mensubstitusikan 7 ke dalam Y dalam persamaan (2.17) menghasilkan X


= 13, nilai X pada titik di mana fungsi Lagrange tersebut minimum.

Oleh karena penyelesaian fungsi Lagrange tersebut juga merupakan


penyelesaian masalah optimisasi terkendala dari perusahaan teresebut, maka 13
unit dari pabrik X dan 7 unit dari pabrik Y akan merupakan kombinasi output
yang bisa dihasilkan dengan jumlah pengeluaran biaya terendah, dengan tunduk
pada kendala di mana output total harus sama dengan nol. Dengan
mensubstitusikan nilai X dan Y ke dala persamaan (2.15) kita bisa menentukan
nilai dari λ dari contoh kita tersebut:

6 . 13 – 7 – λ = 0

λ = + 71

Disini kita bisa menginterpretasikan λ sebagai MC pada tingkat output


sebesar 20 unit. Ini menunjukkan kepada kita bahwa jika perusahaan tersebut
diharuskan memproduksi hanya 19 unit output, maka TC akan turun sekitar 71.
Sama juga halnya jika output diharuskan sebesar 21 unit. Maka biaya akan naik
sejumlah itu (71).
Jawaban

1. a) Y' = 150X -2X2

b) Y = 49.000

Yrata-rata = 700

c) Produk marginal = 294

2. TC = Q3 – 9002 + 250Q + 56.500

dTC
MC = TC' = = 3Q2 . 180Q + 250
dQ

MC Minimum bila (MC)' = 0 → (MC)' = 6Q . 180

6Q . 180 = 0 → Q = 30, merupakan tingkat produksi dengan MC minimum.

MC minimum = 3 (30)2 – 180 (30) + 250 = 2.450

TC = 303 – 90 (30)2 + 250 (30) + 56.500 = 10.000

3. R = P.Q = 100Q – 4Q2 → MR = R' = 100 – 8Q

C = 50 + 20Q → MC = C' = 20

π=R–C

= 100Q – 4Q2 – 50 – 20Q = -4Q2 + 80Q – 50

Agar π maksimum π' = 0


π' = -8Q = 80 = 0 → = 10

Atau, agar π maksimum MR = MC

100 – 8Q = 20 → Q = 10 Jadi:

Q = 10

π maks. = 350

P = 60

π = -4(10)2 + 80(10) – 50 = 350

P = 100 – 4(10) = 60

1 3
4. C = Q – 20Q2 + 25Q
2

C 1 2
AC = = Q – 20Q + 25
Q 2

dC 3 2
MC = = Q – 40Q + 25
dQ 2

AC minimum bila (AC)' = 0

(AC)' = Q – 20 = 0 → Q = 20

1
AC = (20)2 – 20(20) + 25 = -175
2

3
MC = (20)2 – 40(20) + 25 = -175
2

Terbukti!

5. Dalam kasus ini fungsi obyektif yang hendak dioptimumkan adalah isocost-
nya, yaitu 5K + 3L + M

Sedangkan yang menjadi kendala adalah fungsi isokuan-nya, yaitu


10 = K5/8L3/8 – 10 = 0

Fungsi baru Lagrange:

F(K,L) = 5K + 3L – (K5/8L3/8 – 10)

= 5K + 3L – K5/8L3/8 – 10

Agar F minimum, Fk = 0 dan Fl = 0

FK = 5 + 5/8 K-3/8L3/8 = 0 → = 8K -3/8K3/8 …..(1)

FL = 3 + 3/8 K5/8L-5/8 = 0 → = 8K 5/8L-5/8…..(1)

(1) dan (2):

L3 /8 K 3/ 8
8K-3/8L3/8 = 8K5/8L-5/8 → = →L=K
K 3/ 8 L3 /8

Menurut isokuan:

10 = K5/8L3/8 → K5/8K3/8 → 10 = K

Karena L = K, maka L = 10 juga.

Jadi keseimbangan produksi dicapai pada tingkat penggunaan 10 unit input K dan
10 unit input L. Biaya produksi minimum yang dikeluarkan adalah 5(10) + 3(10)
= 80.

6. Fungsi obyektif yang hendak dioptimumkan U = X3Y2

Kendalanya adalah fungsi anggaran 4.000 = 150X + 200Y

150X + 200Y - 4.000 = 0

F(X,Y) = X3Y2 – (150X + 200Y – 4.000)

= X3Y2 – 150X + 200Y + 4.000

Agar F maksimum, Fx = 0 dan Fy = 0

Fx = 3X2Y2- 150 = 0 → = 1/50 X2Y2…..(1)


Fy = 2X3Y – 200 = 0 → = 1/100 X3Y….(2)

(1) dan (2):

1/50 X2Y2 = 1/100 X3Y → 2X2Y2 = X3Y → Y = 1/2X

4.000 = 150X + 200Y

4.000 = 150X + 200 (1/2X) → 4.000 = 250X → X = 6

Y=8

Anda mungkin juga menyukai