Anda di halaman 1dari 7

IJMS – Indonesian Journal On Medical Science – Volume 8 No.

1 – Januari 2021

Hubungan Polifarmasi dan Potensi Interaksi Obat Ranitidin


Pasen Rawat Inap di RSUD Ir. Soekarno Sukoharjo
Relation Of Polypharmacy and The Potential Interactios of Ranitidine Drug
Patients in RSUD Ir. Soekarno Sukoharjo
Puji Lestari1, Sri Saptuti Wahyuningsih2
1,2PoliteknikKesehatan Bhakti Mulia, Sukoharjo
pujilestari.farmasi@gmail.com, saptutiwahyu@gmail.com

Abstract : Drug interactions are one of eight categories of drug related problems that can affect a
patient's clinical outcome, with the increasing complexity of drugs used in current treatment and the
likelihood of polypharmacy practices, the possibility of drug interactions is greater. Results of preliminary
studies conducted at RSUD Ir.Soekarno Sukoharjo, in 2019 there were 11,432 cases of hospitalized
patients, with the number of adult patients (According to the Indonesian Ministry of Health, 2009 people
aged 26-45 years) as many as 2,044 people. The number of cases is known to many ranitidine
preparations given to adult patients hospitalized.The purpose of this study was to determine whether
there is a correlation between polypharmacy and the potential interactions of ranitidine drugs in
inpatients at RSUD Ir. Soekarno Sukoharjo.The type of research used in this study was non-
experimental analytic descriptive using a retrospective study design. The study population was all
inpatient prescription sheets at Ir.Soekarno Sukoharjo Regional Hospital in the October - December
2019 period that received ranitidine preparations. The sampling technique in this study uses simple
random sampling. The research variables are polypharmacy and potential interactions of ranitidine
drugs. The research instrument is a checklist and drugs.com application. Data analysis using the Chi-
Square test method. There was no relationship between polypharmacy and the potential interactions of
ranitidine drugs in inpatients at RSUD Ir. Soekarno Sukoharjo with a value of p = 0,568 and r = 0,68.
Keywords: Polypharmacy, Drug Interaction, Ranitidine

Abstrak : Interaksi obat merupakan satu dari delapan kategori masalah terkait obat (drug related
problem) yang dapat mempengaruhi outcome klinis pasien, dengan meningkatnya kompleksitas obat-
obat yang digunakan dalam pengobatan saat ini dan kecenderungan terjadinya praktik polifarmasi,
maka kemungkinan terjadinya interaksi obat semakin besar. Hasil study pendahuluan yang dilakukan
di RSUD Ir.Soekarno Sukoharjo, pada tahun 2019 tercatat sebanyak 11.432 kasus pasien rawat inap,
dengan jumlah pasien dewasa (Menurut Depkes RI, 2009 orang berusia 26-45 tahun) sebanyak 2.044
orang. Jumlah kasus tersebut diketahui sediaan ranitidin banyak diberikan kepada pasien dewasa rawat
inap.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan polifarmasi dan potensi
interaksi obat ranitidin pada pasien rawat inap di RSUD Ir. Soekarno Sukoharjo. Jenis penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah non eksperimental secara deskriptif analitik menggunakan desain
studi retrospektif. Populasi penelitian adalah seluruh lembar resep pasien rawat inap di RSUD
Ir.Soekarno Sukoharjo periode Oktober - Desember 2019 yang mendapat sediaan ranitidin. Teknik
pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan Simple random sampling. Variabel penelitian
yaitu polifarmasi dan potensi interaksi obat ranitidin. Insrtumen penelitian berupa checklist dan aplikasi
drugs.com. Analisis data menggunakan metode uji Chi-Square. Menunjukkan tidak ada hubungan
antara polifarmasi dan potensi interaksi obat ranitidin pada pasien rawat inap di RSUD Ir. Soekarno
Sukoharjo dengan nilai p = 0,568 dan r = 0,68.
Kata Kunci : Polifarmasi, Interaksi Obat, Ranitidin

I. PENDAHULUAN Kesehatan Republik Indonesia No. 72 Tahun


Rumah Sakit adalah institusi pelayanan 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian
kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan di Rumah Sakit, pelayanan kefarmasian adalah
kesehatan perorangan secara paripurna yang suatu pelayanan langsung dan bertanggung
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jawab kepada pasien yang berkaitan dengan
jalan, dan gawat darurat. Dalam menjalankan sediaan farmasi dengan maksud mencapai
fungsinya rumah sakit di dukung oleh unit-unit hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu
yang saling bekerja sama, salah satu unit kehidupan pasien. Praktik pelayanan
penunjang pelayanan rumah sakit adalah unit kefarmasian merupakan hal yang terpadu
instalasi farmasi (Peraturan Menteri Kesehatan, dengan tujuan untuk mengidentifikasi,
2016). Berdasarkan Peraturan Menteri mencegah dan menyelesaikan masalah obat

ISSN 2355-1313 (Print) 2623-0038 (Online) - ijmsbm.org 32


IJMS – Indonesian Journal On Medical Science – Volume 8 No. 1 – Januari 2021

serta masalah yang berhubungan dengan dengan cara pengambilan resep pasien rawat
kesehatan. Pharmaceutical Care berkembang inap di RSUD Ir. Soekarno Sukoharjo yang
sebagai kelanjutan dari sejarah perkembangan mendapat sediaan ranitidin tahun 2019..
obat yang mengakibatkan makin banyaknya Teknik pengambilan sampel dilakukan
drug adverse reaction (Satibi, 2015). secara simple random sampling yaitu
Interaksi obat merupakan satu dari delapan pengambilan sampel secara acak. Sampel yang
kategori masalah terkait obat (drug related akan diteliti, dipilih berdasarkan kriteria inklusi
problem) yang dapat mempengaruhi outcome dan eksklusi. Jumlah sampel penelitian ini
klinis pasien, dengan meningkatnya dihitung dari resep pasien rawat inap di RSUD
kompleksitas obat-obat yang digunakan dalam Ir. Soekarno Sukoharjo yang mendapat sediaan
pengobatan saat ini dan kecenderungan ranitidin periode bulan Oktober – Desember
terjadinya praktik polifarmasi, maka tahun 2019 sebanyak 58 lembar.
kemungkinan terjadinya interaksi obat semakin
besar (Sari, 2012). III. HASIL PENELITIAN
Polifarmasi berasal dari dua kata Yunani
1. Demografi sampel
yaitu poly yang berarti lebih dari satu dan
Tabel 1. Karakteristik Berdasarkan Jenis
pharmacon yang berarti obat. Definisi alternatif Kelamin Pasien
untuk polifarmasi adalah penggunaan obat lebih Jenis Kelamin Jumlah Presentase
dari yang diperlukan secara medis (%)
(Herdaningsih et al, 2016). Banyak obat yang Laki-laki 23 39,66
beredar yang tujuannya untuk pengobatan Perempuan 35 60,34
dengan mengurangi asam lambung yakni Total 58 100
dengan cara menetralkan asam lambung dan Penelitian ini dilakukan terhadap pasien
yang menjalani rawat inap di RSUD Ir.
mengurangi sekresi asam lambung (Dipiro, Soekarno Sukoharjo terbanyak adalah berjenis
2008). Ranitidin merupakan golongan kelamin perempuan yaitu sebanyak 35 atau
antagonis reseptor H2, dimana obat-obat ini 60,34% sedangkan laki-laki sebanyak 23 atau
menempati reseptor histamin H2 secara selektif 39,66%.
di permukaan sel-sel parietal sehingga sekresi
asam lambung dan pepsin sangat dikurangi Tabel 2. Karakteristik Berdasarkan Umur
Pasien
(Akbar, et al 2018). Di samping itu penderita
Umur Jumlah Presentase (%)
tetap dianjurkan mengatur pola makan dan
20 – 30 8 13,80
menghindari faktor - faktor yang dapat 31 – 40 7 12,07
memperparah penyakitnya (Herman, 2004). 41 – 50 17 29,31
Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan 51 – 60 17 29,31
oleh Prakoso (2015) di Rumah Sakit Keluarga 61 – 70 9 15.51
Sehat Pati, dari 97 pasien terdiagnosa Total 58 100
gangguan lambung (dispepsia, gastritis, tukak Umur pasien yang banyak menjalani rawat
peptik) ditemukan 37 pasien berpotensi inap di RSUD Ir. Soekarno Sukoharjo pada
mengalami interaksi obat dengan interaksi periode Oktober – Desember 2019 adalah
farmakokinetik sebanyak 48,5% dan rentang 41 – 60 tahun yaitu berjumlah 34 atau
farmakodinamik sebanyak 51,5%. Untuk tingkat 58,62% sedangkan yang paling sedikit yaitu
keparahan minor ditemukan sebanyak 30,3%, pasien pada rentang umur 31 – 40 tahun
moderate sebanyak 63,6%, dan mayor sebanyak 7 atau 12,07%.
sebanyak 6,1%. Hasil analisis tentang durasi rawat pasien
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di menunjukkan bahwa pasien dengan masa
RSUD Ir.Soekarno Sukoharjo, pada tahun 2019 perawatan 1-3 hari sebanyak 16 pasien
tercatat sebanyak 11.432 kasus pasien rawat (27,59%). Selanjutnya pasien dengan masa
inap, dengan jumlah pasien dewasa (Menurut perawatan 4-6 hari sebanyak 36 pasien
Depkes RI, 2009 orang berusia 26-45 tahun) (62,07%) dan merupakan jumlah yang paling
sebanyak 2.044 orang. Dari jumlah kasus banyak. Pasien dengan masa perawatan >6
tersebut diketahui sediaan ranitidin banyak hari merupakan jumlah yang paling sedikit yaitu
diberikan kepada pasien dewasa rawat inap. sebanyak 6 pasien (10,34%). Dari hasil
didapatkan bahwa pasien mendapatkan masa
II. METODE PENELITIAN perawatan rata-rata 4-6 hari.
Jenis penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah non eksperimental secara Tabel 4. Gambaran Distribusi Obat
deskriptif analitik menggunakan desain studi Berdasarkan Jumlah Jenis Obat
retrospektif dan pengumpulan data dilakukan

ISSN 2355-1313 (Print) 2623-0038 (Online) - ijmsbm.org 33


IJMS – Indonesian Journal On Medical Science – Volume 8 No. 1 – Januari 2021

Jumlah SPSS 22.0 dengan uji Chi-Square. Konsep


Presentase
Kategori Jumlah Lembar dasar analisis uji Chi-Square bertujuan untuk
(%)
Resep mengetahui hubungan antara variabel bebas
Jenis Obat 2-4 47 81,03 dan variabel terikat. Hasil uji Chi-square
≥5 11 18,97 diketahui nilai signifikan (p) sebesar (0,568) >
Total 58 100 0,05 maka H0 diterima, sehingga tidakada
Penelitian ini resep dibagi menjadi dua yaitu hubungan antara polifarmasi dengan potensi
kelompok resep yang terdiri dari 2-4 jenis obat interaksi obat ranitidin pada pasien rawat inap
dan kelompok resep yang terdiri dari ≥ 5 jenis di RSUD Ir. Soekarno Sukoharjo.
obat. Jumlah lembar resep dengan jenis obat 2
– 4 lebih banyak yaitu 47 resep atau 81,03%, IV. PEMBAHASAN
sedangkan pemeberian ≥ 5 jenis obat yaitu 11 Penelitian ini dilakukan terhadap pasien
resep atau 18,97%. yang menjalani rawat inap di RSUD Ir.
Soekarno Sukoharjo, pasien terbanyak adalah
2. Gambaran penggunaan obat pada pasien berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 35
yang diberikan bersaman dengan sediaan atau 60,34% sedangkan laki-laki sebanyak 23
ranitidin atau 39,66%. Hal ini dikarenakan wanita lebih
Tabel 5. Gambaran penggunaan obat yang emosional dan lebih mudah mengalami stres
diberikan bersamaan dengan sediaan dibanding pria secara psikologis. Wanita
ranitidin cenderung memikirkan suatu hal secara
Jumlah Presentase mendalam yang dapat menyebabkan wanita
Nama Obat
Penggunaan (%) mudah mengalami stres. Secara biologis,
Antasida 1 2,27 wanita lebih mudah mengalami stres
Domperidon 1 2,27 dikarenakan terjadi perubahan sistem hormonal
Glimepiride 1 2,27 di dalam tubuh sehingga akan mempengaruhi
L-Bio 6 13,64 kesehatan tubuh (Sunaryo, 2006).
Omeprazole 2 4,55
Ondansentron 25 56,82 Umur pasien yang banyak menjalani rawat
Sucralfate 8 18,18 inap di RSUD Ir. Soekarno Sukoharjo pada
Total 44 100 periode Oktober – Desember 2019 adalah
Berdasarkan tabel 6. menunjukkan bahwa rentang 41 – 60 tahun yaitu berjumlah 34 atau
presentase tertinggi penggunaan obat yang 58,62% sedangkan yang paling sedikit yaitu
diberikan bersamaan dengan ranitidin yaitu pasien pada rentang umur 31 – 40 tahun
ondansentron sebanyak 25 (56,82%), sebanyak 7 atau 12,07%. Menurut Ariefiany
sucralfate sebanyak 8 (18,18%), L-Bio (2014) hal itu dapat terjadi dikarenakan tingkat
sebanyak 6 (13,64%), omeprazol sebanyak 2 usia seseorang mempengaruhi penurunan
(4,55%), paling sedikit diberikan yaitu antasida fungsi dari suatu organ.
sebanyak 1 (2,27%), domperidon sebanyak 1 Hasil penelitian menunjukan pula bahwa
(2,27%), dan glimepirid sebanyak 1 (2,27%). sediaan ranitidin paling banyak diberikan pada
pasien dengan diagnosa dyspepsia yaitu
3. Analisis kejadian interaksi sebesar 13 (14,77%). Gangguan lambung lebih
a. Analisis kejadian interaksi yang bersifat beresiko tinggi pada usia tua dibanding dengan
negatif usia muda. Hal ini dikarenakan seiring dengan
Dari hasil penelitian tidak ditemukan bertambahnya usia seseorang, mukosa
adanya interaksi obat yang bersifat lambung cenderung menjadi tipis dan produksi
negatif. mukus (cairan pelindung lambung) berkurang
b. Analisis kejadian interaksi yang bersifat sehingga lebih mudah mengalami iritasi pada
positif mukosa lambung (Ariefiany, 2014).
Tabel 6. Analisis kejadian interaksi positif Penelitian ini resep dibagi menjadi dua yaitu
Kejadian Jumlah Presentase (%) kelompok resep yang terdiri dari 2-4 jenis obat
interaksi pasien dan kelompok resep yang terdiri dari ≥ 5 jenis
Terjadi interaksi 36 62,07 obat. Jumlah lembar resep dengan jenis obat 2
Tidak terjadi 22 37,93 – 4 lebih banyak yaitu 47 resep atau 81,03%,
interaksi sedangkan pemeberian ≥ 5 jenis obat yaitu 11
Total 58 100 resep atau 18,97%. Hal ini dikarenakan
Jumlah kasus 38 100 pemberian obat pada pasien didasarkan pada
Pada penelitian ini analisis yang digunakan diagnosa serta kondisi klinis yang dialami oleh
untuk melihat hubungan polifarmasi dengan pasien.
potensi interaksi obat ranitidin pasien rawat inap Berdasarkan penelitian menunjukkan
di RSUD Ir. Soekarno Sukoharjo menggunakan bahwa di RSUD Ir. Soekarno Sukoharjo pada

ISSN 2355-1313 (Print) 2623-0038 (Online) - ijmsbm.org 34


IJMS – Indonesian Journal On Medical Science – Volume 8 No. 1 – Januari 2021

periode Oktober – Desember 2019 tidak Berikut ini adalah penjelasan terkait potensi
ditemukan adanya interaksi obat yang bersifat interaksi positif yang terjadi diambil dari 6 jenis
negatif dengan sediaan ranitidin. Interaksi kasus berdasarkan tabel 9:
negatif yang dapat meniadakan efek terapi dari 1. Ranitidin dan Ondansentron
obat atau dapat menimbulkan efek lain Manifestasi pasien dengan diagnosa
sehingga menyebabkan perubahan status klinis gastritis mengalami gejala klinis berupa
pasien, perawatan tambahan, perawatan di nyeri ulu hati, mual, muntah, nafsu makan
rumah sakit atau perpanjangan lama tinggal menurun, dan perut terasa kembung.
di rumah sakit dapat dicegah karena dokter Pasien dengan asam lambung yang
dalam memberikan resep obat sudah memiliki berlebih dapat memacu gerakan peristaltik
strategi yang tepat. Contohnya obat – obat yang sehingga dapat menimbukan mual, dan
memungkinkan terjadinya interaksi yang juga sebaliknya mual dapat memunculkan
bersifat negatif diberikan secara terpisah, produksi asam lambung yang tinggi.
seperti : Sehingga untuk penanganannya
1. Penggunaan ranitidin dengan disamping mekanisme kerja ranitidin yang
mecobalamin (cyanocobalamin) menghambat sekresi asam lambung
Apabila kedua obat ini diberikan dalam dengan cara menghambat histamin pada
waktu bersamaan ranitidin dapat reseptor H2 sel parietal sehingga sel
menurunkan kadar cyanocobalamin parietal tidak terangsang mengeluarkan
dengan mekanisme menghambat asam lambung, ondansentron bertugas
penyerapan gastrointestinal (Medscape mencegah/ menekan rasa mual muntah
Indonesia). dengan mekanisme kerjanya
2. Penggunaan ranitidin dengan mengantagonis reseptor 5-HT3 yang
cotrimoxazole (trimethoprim atau terdapat pada chemoreseptor trigger
sulfamethoxazole) zone(CTZ) di area postrema otak dan
Apabila kedua obat ini diberikan dalam mungkin juga pada aferen vagal saluran
waktu bersamaan cotrimoxazole cerna (Sitti I. Yanhil, 2016). Maka
(sulfamethoxazole) akan meningkatkan pemberian ranitidin bersamaan dengan
tingkat atau efek ranitidin oleh kompetisi ondansentron akan lebih efektif mencegah
obat dasar atau kronik (Medscape kondisi mual muntah pada pasien kondisi
Indonesia. klinis asam lambung yang tinggi. Hal ini
3. Penggunaan ranitidin dengan paracetamol sesuai dengan penelitian yang dilakukan
Ranitidin dapat menghambat enzim oleh Sakti & Budi, 2016 bahwa
glucoronyltransferase sehingga ondansentron sangat efektif dalam
parasetamol tidak bisa di metabolisme menekan mual dan muntah.
di hati. Disarankan agar pemberian obat 2. Ranitidin dan Sucralfate
– obat yang berinteraksi sebaiknya Pasien dengan diagnosa dyspepsia,
diberikan pada waktu yang berbeda untuk gastritis, tukak peptik mengalami iritasi
meningkatkan atau mencegah penurunan lambung. Dalam pengobatan ranitidin
efektivitas terapi (drugs interaction cheker). berperan dalam mengurangi faktor agresif
Dalam hal ini peresepan di RSUD Ir. dengan cara menghambat histamin pada
Soekarno sudah sesuai, sediaan ranitidin reseptor H2 sel parietal sehingga sel
tidak diberikan bersamaan dengan parietal tidak terangsang mengeluarkan
paracetamol,sehingga interaksi tersebut asam lambung. Sedangkan sukralfat
tidak muncul. berperan dalam meningkatkan faktor
Hasil penelitian menunjukkan sebanyak devensif dengan cara melindungi mukosa
36 resep (62,07%) mengalami interaksi lambung, dengan mekanisme
yang bersifat positif dengan jumlah kasus meningkatkan produksi prostaglandin E2
yang terjadi sebanyak 38 kasus dan yang (PGE2), meningkatkan sekresi mukus, dan
tidak berinteraksi sebanyak 22 resep bikarbonat sehingga dengan demikian
(37,93 %) dari 58 lembar resep. dapat meningkatkan daya sitoprotektif
Presentase tertinggi kasus interaksi positif mukosa (William dan Wilkins 2010).
yang terjadi yaitu interaksi antara ranitidin Penggunaan kombinasi dua obat ini
dengan ondansentron sebanyak 25 ditujukan untuk mempercepat
(65,79%). Pola mekanisme interaksi yang penyembuhan pasien. Hal ini sesuai
terjadi merupakan interaksi dengan penelitian yang dilakukan oleh
farmakodinamik, yang dapat diprediksi dan Wardaniati, Almahdy, dan Dahlan (2016)
umumnya berlaku untuk golongan obat bahwa 100% dari pasien yang
dari kelas terapi yang sama. menggunakan terapi kombinasi ranitidin
dengan sukralfat keluhannya hilang.

ISSN 2355-1313 (Print) 2623-0038 (Online) - ijmsbm.org 35


IJMS – Indonesian Journal On Medical Science – Volume 8 No. 1 – Januari 2021

3. Ranitidin dan Omeprazole suatu lapisan pelindung terhadap iritasi


Menurut Tjay & Rahardja (2007) lambung. Kerja aluminium hydroksida
pengobatan asam lambung lazimnya adalah menetralkan HCl secara kimiawi
dilakukan dengan sejumlah obat yang dan menahan asam lambung sampai pH 4.
hanya bekerja secara simptomatis, yakni Reaksi yang terjadi di dalam lambung,
meringankan gejala-gejalanya dengan antara alumunium hidroksida dengan
jalan menurunkan keasaman isi lambung. asam lambung berperan dalam
Omeprazole digolongkan sebagai menetralkan asam lambung. Dengan
penghambat pompa proton atau proton demikian diharapkan rasa perih di lambung
pump inhibitor (PPI), dalam pengobatan dapat teratasi oleh pemakaian antasida
digunakan untuk menurunkan kadar asam sehingga dapat mengurangi keluhan nyeri
lambung dan meredaakan gejala yang yang dialami pasien (William dan Wilkins
disebabkan oleh penyakit refluks lambung. 2010). Hal ini sesuai dengan penelitian
Selain itu penghambat pompa proton juga observasi yang dilakukan oleh Isna
digunakan untuk mengobati dan Wardaniati, Almahdy A, dan Azwir Dahlan
mencegah beberapa kondisi medis lain (2016) bahwa 80% dari pasien yang
terkait asam lambung. Menurut Song menggunakan terapi kombinasi ranitidin
(2015) obat golongan Proton Pump dengan antasida keluhannya hilang
Inhibitorefektif menurunkan kejadian sehingga dapat mempercepat
penyakit Peptic Ulcer Disease karena penyembuhan pasien.
dapat menghambat asam lambung dengan 5. Ranitidin dan Domperidon
menghambat langsung kerja enzim Ranitidin merupakan salah satu obat
K+H+ATPase yang akan memecah golongan antagonis reseptor H2.
K+H+ATP menghasilkan energi yang Berdasarkan penelitian farmakologis klinis
digunakan untuk mengeluarkan asam terbukti bahwa ranitidin secara bermakna
lambung (HCl) dari kanakuli sel parietal ke menghambat sekresi asam lambung
dalam lumen lambung. Proton Pump dengan mekanisme kerja menghambat
Inhibitor merupakan penghambat histamin pada reseptor H2 sel parietal
sekresi asam lambung lebih kuat sehingga sel parietal tidak terangsang
dibanding obat golongan H2-Blocker. mengeluarkan asam. Sifat inhibitor
Sehingga kombinasi pemberian antara terhadap sekresi asam lambung tergolong
sediaan ranitidin yang merupakan sangat kuat dengan masa kerja yang lama,
golongan H2-Bloker dengan sediaan sehingga cukup dapat diberikan dua kali
omeprazole yang merupakan golongan dalam sehari. Selain itu, efek samping
Proton Pump Inhibitor akan menjadi lebih yang mungkin timbul dari pemakaian
efektif dalam pengobatan karena memiliki ranitidin tergolong rendah (BPOM, 2008).
tujuan yang sama yaitu menurunkan kadar Domperidon adalah golongan antiemetika
asam lambung dan meredaakan gejala berefek mengurangi sampai
yang disebabkan oleh penyakit refluks menghilangkan rasa mual atau rasa ingin
lambung. muntah dengan mekanisme kerja
4. Ranitidin dan Antasida menghambat aksi dopamin dengan
Kombinasi ranitidin dengan antasida menginhibisi dopamin pada reseptornya.
memberikan efek terapi yang baik dalam Sehingga kombinasi pemberian sediaan
pengobatan gastritis dimana ranitidin ranitidin dengan domperidon dapat
berperan dalam mengurangi faktor agresif mengurangi rasa nyeri atau rasa tidak
dengan mekanisme kerja menghambat nyaman di epigastrium, mual, muntah yang
histamin pada reseptor H2 sel parietal dialami pada pasien dengan diagnosis
sehingga sel parietal tidak terangsang dyspepsia.
mengeluarkan asam lambung. Asam 6. Ranitidin dan Glimepiride
lambung yang berlebih bersifat asam, Pada penelitian ini pasien dengan
maka perlu dinetralkan agar tidak diagnosa diabetes melitus tanpa
mengiritasi lambung. Mekanisme kerja komplikasi (Non insullin de pendent
antasida yaitu menetralisir atau diabetes mellitus without complication)
menghambat produksi asam lambung diberi kombinasi sediaan ranitidin dengan
yang berlebihan. Golongan antasida yang glimepiride. Menurut drugs interaction
mengandung aluminium hidroksida yang cheker pengguaan sediaan ranitidin
kering bila ditambahkan air akan bersama dengan glimepiride dapat
membentuk larutan gel. Antasida tidak menyebabkan interaksi yang
larut dalam air, larutan gel ini melekat pada meningkatkan efek glimepiride sehingga
permukaan mukosa lambung membuat dapat menyebabkan gula darah menjadi

ISSN 2355-1313 (Print) 2623-0038 (Online) - ijmsbm.org 36


IJMS – Indonesian Journal On Medical Science – Volume 8 No. 1 – Januari 2021

rendah. Secara farmakologis, glimepiride diminimalisir atau ditiadakan dengan


bekerja dengan menginduksi sekresi pemberian jeda minum, selain itu adanya
insulin pada sel beta pankreas, dan bekerja peran yang baik dari tim farmasi klinik
secara jangka panjang. Hal ini menjadi dalam monitoring penggunaan obat pasien
interaksi yang bersifat positif karena sehingga potensi interaksi obat dapat
pemberian kombinasi sediaan obat sesuai dicegah.
dengan kondisi klinis pasien yang dapat
menurunkan kadar gula darah pada V. KESIMPULAN
pasien. 1. Sebanyak 58 lembar resep yang
Pada penelitian ini analisis yang mendapat sediaan ranitidin pada pasien
digunakan untuk melihat hubungan rawat inap di RSUD Ir. Soekarno
polifarmasi dengan potensi interaksi obat Sukoharjo periode Oktober - Desember
ranitidin pasien rawat inap di RSUD Ir. 2019 ditemukan 36 resep(62,07%)
Soekarno Sukoharjo menggunakan SPSS berpotensi mengalami interaksi yang
22.0 dengan uji Chi-Square. Konsep dasar bersifat positif dengan jumlah kasus
analisis uji Chi-Square bertujuan untuk sebanyak 38 kasus dan yang tidak
mengetahui hubungan antara variabel berinteraksi sebanyak 22 resep (37,93 %).
bebas dan variabel terikat. Hasil uji Chi- 2. Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada
square diketahui nilai signifikan (p) sebesar hubungan antara polifarmasi dengan
(0,568) > 0,05 maka H0 diterima, sehingga potensi interaksi obat ranitidin pada
tidakada hubungan antara polifarmasi pasien rawat inap di RSUD Ir. Soekarno
dengan potensi interaksi obat ranitidin Sukoharjo (p = 0,568 dan r = 0,68).
pada pasien rawat inap di RSUD Ir.
Soekarno Sukoharjo. Berdasarkan jurnal DAFTAR PUSTAKA
penelitian mengenai hubungan polifarmasi
dengan potensi interaksi obat oleh Lamtiar Akbar, M., Ardana, M., Kuncoro, H. 2018.
Parulian, Ening Listyanti, Anita Kumala Analisis Minimalisasi Biaya (Cost –
Hati, dan Istianatus Sunnah, tahun 2019, Minimization Analysis) Pasien Gastritis
dimana dari data jumlah obat yang Rawat Inap do RSUD Abdul Wahab
dihubungkan dengan jumlah interaksi Sjahtranie Samarinda.Mulawarman
diperoleh korelasi positif (korelasi sangat Pharmaceuticals Conferences. Vol 7
kuat), yaitu semakin banyak jumlah obat (2018): 4-8
semakin banyakpula interaksi yang terjadi. http://prosiding.farmasi.unmul.ac.id/ind
Penelitian ini dikarenakan dalam ex.php/mpc/article/view/285/27.Diakse
peresepan obat didasarkan pada diagnosa s 29 Januari 2020.
atau kondisi klinis paien dan sediaan
ranitidin diberikan secara terpisah dengan Ariefiany, D., Hassan, A.H., Dewayani, B.M.,
sediaan obat lain yang memiliki resiko Yantisetiasti, A. 2014. Analisis
terjadi interaksi sehingga tidak ada Gambaran Hispatologi Gastritis Kronik
hubungan antara polifarmasi dengan dengan dan Tanpa Bakteri H.pylori
potensi interaksi obat ranitidin. Pembacaan Menurut Sistem Sidney. Majalah
Risk Estimate diketahui nilai odds ratio Patologi Volume 23 Nomor 2.
sebesar 0,68 berarti polifarmasi yang jenis
obat 2-4 obat memiliki kecenderungan Badan Pengawas Obat dan Makanan.2008.
untuk tidak terjadi interaksi sebesar 0,68 Informatorium obat nasional
kali lebih besar dibandingkan dengan Indonesia.Jakarta: BPOM RI,
polifarmasi yang jenis obat ≥5. Koperkom CV Agung Seto.
Kejadian interaksi obat-obatmeningkat
dengan penggunaan banyakobat. Faktor- Dipiro, J.T, Robert, L.T, Gary, C.Y, Gary, R.M.,
faktor yang menyebabkan terjadinya Barbara, G.W, Michael Posey.
interaksi selain karena banyaknya obat 2008.Pharmacotherapy;A
yang digunakan, menderita beberapa pathophysiological approach. Seventh
penyakit juga disebabkan karena Edition. Mc Graw Hill Companie.
kurangnya pengetahuan dokter tentang
mekanisme dan kemungkinan terjadinya Herdaningsih, Sulastri., Muhtadi, Ahmad.,
interaksi obat. Dalam hal ini dokter di Lestari, Keri., Annisa, Nurul. 2016.
RSUD Ir. Soekarno Sukoharjo sudah Potential ofDrug-Drug Interaction in
memilki strategi yang baik, peresepan obat PolypharmacyPrescription:
sesuai dengan kondisi klinis pasien dan Retrospective Study on aDrugstore in
obat yang memiliki potensi interaksi Bandung. IndonesianJournal of Clinical

ISSN 2355-1313 (Print) 2623-0038 (Online) - ijmsbm.org 37


IJMS – Indonesian Journal On Medical Science – Volume 8 No. 1 – Januari 2021

Pharmacy5(4) : 288–292. Sunaryo, 2006. Psikologi Untuk Keperawatan.


doi:10.15416/ijcp.2016.5.4.288. EGC. Jakarta.
Diakses 11 Desember 2019.
Tan Hoan Tjay, D., & Kirana Rahardja, D.
Herman, R.B. 2004. Fisiologi Pencernaan (2007). Obat-Obat Penting (6th ed.).
Untuk Kedokteran. Padang: Andalas Jakarta.
University Press.
William, L dan Wilkins, 2010, Atlas of
Kementrian Kesehatan RI. 2016. Permenkes RI Pathophysilogy Third Edition,
No. 72 Tahun 2016: 3-59. Anataomical Chart Company,
https://www.kemhan.go.id/itjen/wp- Philadelpia
content/uploads/2017/03/bn49-
2017.pdf. Diakses 29 Januari 2020. Sakti, Y.B.H & Budi, M.H.K. 2016.
Perbandingan Antara Pemberian
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Ondansetron Dengan Pemberian
Indonesia No. 72, 2016, Standar Metoklopramid Untuk Mengatasi Mual
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Dan Muntah Paska Laparatomi di
Sakit. RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo.
Sainteks. Volume XIII No 1, Maret 2016
Prakoso, B., Rinza., Mutmainah, N. 2016. :32– 31.
Potensi Interaksi Obat Pada Pasien http://www.jurnalnasional.ump.ac.id/ind
Gangguan Lambung(Dispepsia, ex.php/SAINTEKS/article/view/1493/13
Gastritis, Tukak Peptik) Rawat Inap Di 31. Diakses 4 Juli 2020.
Rumah Sakit Keluarga Sehat Pati
Tahun 2015. Electronic Theses and Wardani,.Amahdy.,Dahlan.2016.Gambaran
Dissertations Universitas Terapi Kombinasi Ranitidin dengan
Muhammadiyah Surakarta. Sucralfat dan Ranitidin dengan
http://v2.eprints.ums.ac.id/archive/etd/4 Antasida dalam Pengobatan Gastritis di
6251/1/6. diakses 13 Desember 2019. SMF Penyakit Dalam Rumah Sakit
Umum Daerah (RSUD) Ahmad Mochtar
Sari,A., Wahyono, D., Raharjo,B. 2012. Bukittinggi. Jurnal Farmasi
Identifikasi Potensi Interaksi Obat Hlgeal.Volume 8:1.
PadaPasien Rawat Inap Penyakit
Dalam DiRSUD Prof. Dr. Margono
SoekarjoPurwokerto Metode
ObservasionalRetrospektif Periode
November 2009 -Januari 2010.Jurnal
Ilmiah Kefarmasian 2 (2): 196-197.

Satibi. 2015. Manajemen Obat Rumah Sakit.


Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.

Sitti I. Yanhil, Barry I. Kambey, Harold F.


Tambajong. 2016. Perbandingan
Antara Ondansetron 4 Mg Iv Dan
Deksametason 5 Mg Iv Dalam
Mencegah Mual-Muntah Pada Pasien
Laparotomi Dengan Anestesia Umum.
Jurnal E-Clinic (ECL). Vol 4 No 2.
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/e
clinic/article/view/14559. Diakses 4 Juli
2020.

Song. 2015. Proton-Pomp Inhibitors For


Prevention Of Upper Gastrointestinal
Bleeding In Patient Undergoing
Dialysis. World journal
Gastroenterology Volume 21 : 16.

ISSN 2355-1313 (Print) 2623-0038 (Online) - ijmsbm.org 38

Anda mungkin juga menyukai