Anda di halaman 1dari 29

Standar Prosedur Operasional (SPO)

MK. Keperawatan Dasar

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RIAU


PRODI DIII KEPERAWATAN JURUSAN
KEPERAWATAN

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO)


MENERIMA PASIEN BARU

PENGERTIAN 1. Penerimaan pasien adalah suatu cara dalam menerima dan mendaftarkan pasien/klien
yang baru masuk balai pengobatan untuk dilayani sesuai standart.
2. Pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk
memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan baik secara langsung maupun tidak
langsung kepada dokter maupun dokter gigi.
3. Penerimaan pasien baru adalah suatu cara/proses dalam menerima kedatangan pasien
baru untuk dilayani atau dirawat pada suatu unit pelayanan kesehatan.
4. Penerimaan Pasien lama adalah suatu cara/proses pendaftaran untuk pasien yang akan
berobat ulang.
TUJUAN 1. Sebagai acuan untuk penerimaan pasien/klien yang datang ke balai pengobatan.
2. Menciptakan rasa aman dan nyaman pada pasien/klien.
3. Memberikan kepuasan pada pasien/klien.
4. Meningkatkan mutu pelayanan.
ALAT DAN Alat:
BAHAN 1. Stetoskop
2. Sphygmomanometer
3. Timbang berat badan
4. Tinggi badan
5. Thermometer
6. Gelang identitas (biru: laki-laki, pink: perempuan, merah: alergi obat, kuning: risiko
jatuh)
Bahan
1. Lembar pengkajian
2. Lembar penerimaan pasien baru
PROSEDUR A. Tahap Pra-Interaksi
PELAKSANAAN 1. Melakukan verifikasi kebutuhan keluarga/klien untuk pemeriksaan pasien baru
2. Menanyakan apakah pernah berkunjung sebelumnya
3. Mencuci tangan
4. Menyiapkan peralatan dengan sistematis dan rapi
B. Tahap Orientasi
1. Melakukan salam sebagai pendekatan terapeutik
2. Menjelaskan tujuan, kontrak waktu dan prosedur tindakan pada klien / keluarga
3. Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien sebelum prosedur dilakukan
C. Tahap Kerja
1. Mencuci tangan
2. Mengukur berat badan. Bila pasien dapat berdiri, lakukan pengukuran berat badan
dan tinggi badan
3. Lakukan anamnase TTV
4. Pasien/klien dan keluarga diberi penjelasan tentang
a. Perkenalan Ners yang bertanggung jawab, yaitu; keperala ruang, Ners Primer, Ners
Associate
b. Perkenalan Dokter yang bertanggung jawab dan tenaga non keperawatan
(administrasi, ahli gizi, dan lain-lain)
c. Perkenalan rung/lingkungan (dapur, kamar mandi, ruang dokter, ruang ners,
depo farmasi)
d. Peraturan rumah sakit (fasilitas, jam berkunjung, penunggu paien, waktu makan,
tata cara pembayaran, penjelasan sistem farmasi, anjuran untuk tidak membawa
barang berharga).
e. Prosedur / tindakan yang akan dilakukan
5. Memasang gelang identitas sesuai kebutuhan
6. Membereskan alat
7. Mencuci tangan
Standar Prosedur Operasional (SPO)
MK. Keperawatan Dasar

D. Tahap Terminasi
1. Mengevaluasi hasil tindakan dan respon klien
2. Menjelaskan bahwa tindakan sudah selesai dilakukan pada klien/keluarga dan pamit
3. Mendokumentasikan
Standar Prosedur Operasional (SPO)
MK. Keperawatan Dasar

LEMBAR PENERIMAAN PASIEN BARU

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:


Nama Lengkap :
Umur :
Alamat Lengkap :
Hubungan dengan Pasien :
No HP/Telepon :

Selaku penanggung jawab dari pasien:


Nama Lengkap :
Umur :
No. Registrasi :
Jenis Kelamin :
Alamat Lengkap :
No. Hp :

Telah diberikan informasi mengenai


Perkenalan diri Dilarang membawa barang berharga
Perkenalan perawat yang bertanggung Perkenalan pasien baru dan pasien lama
jawab yang satu ruangan
Perkenalan dokter yang bertanggung Menanyakan kembali kejelasan informasi
jawab yang telah ditanyakan
Penjelasan akan aturan rumah sakit:
a. Jam berkunjung
b. Penunggu pasien
c. Waktu makan
Perkenalan ruangan atau lingkungan:
a. Dapur
b. Kamar mandi
c. Ruang perawat
d. Ruang dokter
e. Ruang solat
f. Farmasi
g. Fasilitas (TV/AC)

Penjelasan akan sistem sentral obat dan


inform consent

Keterangan: isi dengan “√” bila sudah dilakukan

Pekanbaru,
Kepala Ruangan Pasien/keluarga

( ) ( )
KONSEP PENERIMAAN PASIEN BARU
Standar Prosedur Operasional (SPO)
MK. Keperawatan Dasar

A. Pengertian Penerimaan Pasien Baru


Penerimaan pasien baru adalah suatu caradalam menerima kedatangan pasien baru pada
suatu ruangan. Dalam penerimaan pasien baru disampaikan beberapa hal mengenai
orientasi ruangan, perawatan, medis, dan tata tertib ruangan. Penerimaan pasienbaru dilakukan
oleh perawat ketika ada pasien yang baru datang dari rumah sakit, baik rujukan dari rumah
maupun rujukan dari rumah sakit atau puskesmas sebelumnya yang menjadi tempat berobat.

B. Tujuan
1. Mengetahui identitas pasienbaru
2. Menyediakan pelayanan awal berupa persiapan kamar yang telah dipesan
3. Menyediakan peralatan dan barang –barang untuk perawatan pribadi
4. Menerima dan menyambut kedatangan pasien dengan hangat dan terapeutik
5. Meningkatkan komunikasi antara perawat dengan pasien
6. Mengetahui kondisi dan keadaan pasien secara umum
7. Menurunkan tingkat kecemasan pasien saat masuk rumah sakit

C. Jenis Pasien yang Datang Ke Rumah Sakit


1. Dilihat dari segi pelayanan rumah sakit dapat dibedakan menjadi:
a. Pasien yang dapat menunggu
b. Pasien berobat jalan yang datang dengan perjanjian
c. Pasien yang datang tidak dalam keadaan gawat
d. Pasien yang segera ditolong (pasien gawat darurat)
2. Dilihat dari segi kedatangannya pasien dapat dibedakan menjadi:
a. Pasien baru : adalah pasien yang baru pertama kali datang ke rumah sakit untuk
keperluan mendapatkan pelayanan.
b. Pasien lama : adalah pasien yang pernah datang sebelumnya untuk keperluan
mendapatkan pelayanan.
3. Dilihatdari segi faktor yang menyebabkan kedatangan pasien dapat dibedakan menjadi
a. Dikirim oleh dokter praktek di luar RS
b. Dikirim oleh rumah sakit lain, puskesmas atau jenis pelayanan kesehatan lainnya
c. Datang atas kemauan sendiri

D. Peran Perawat dalam Penerimaan Pasien Baru


1. Kepala ruangan berperan dalam menerima pasien baru dan memeriksa
kelengkapan yang diperlukan untuk persiapan pasien baru
2. Perawat primer, berperan :
a. Menyiapkan lembar penerimaan pasien bar
b. Menandatangani lembarpenerimaan pasien baru
c. Melakukan pengkajian pada pasien baru
d. Mengorientasikan klien pada ruangan
e. Memberi penjelasan tentang perawat dan dokter yang bertanggung jawab
Standar Prosedur Operasional (SPO)
MK. Keperawatan Dasar

f. Memberikan penjelasan tentang sentralisasi obat pada pasien


g. Mendokumentasikan penerimaan pasien baru
3. Perawat associate berperan dalam membantu KaTim dalam pelaksanaan penerimaan
pasien baru

E. Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Penerimaan pasien Baru


1. Pelaksanaan secara efektif dan efisien
2. Dilakukan oleh kepala ruangan atau Katim atau perawat assosiate yang telah diberi
wewenang / delegasi.
3. Saat pelaksanaan tetap menjaga privasi pasien
4. Ajak pasien dan keluarga
Standar Prosedur Operasional (SPO)
MK. Keperawatan Dasar

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RIAU


PRODI DIII KEPERAWATAN JURUSAN
KEPERAWATAN

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO)


POSISI SIM

PENGERTIAN Posisi klien setengah terlungkup dengan lengan diletakkan di belakang tubuh sejajar sejajar
dengan tubuh klien dan betis kaki difleksikan
TUJUAN 1. Untuk memfasilitasi drainase dari mulut klien yang tidak sadar.
2. Mengurangi penekanan pada sacrum dan trokhanter besar pada klien yang mengalami
paralisis.
3. Untuk mempermudahkan pemerikasaan dan perawatan pada area perineal.
4. Untuk tindakan pemberian enema.
INDIKASI 1. Klien yang akan dilakukan pemeriksaan fisik bagian rectum dan vagina.
2. Klien yang akan dilakukan rectal touche (colok dubur)
KONTRAINDIKAS Pada prinsipnya tidak ada kontraindikasi untuk tiap posisi asalkan tiap posisi tersebut
I disesuaikan dengan indikasi tindakan dengan kemampuan klien untuk melakukan
perubahan posisi.
ALAT DAN Alat:
BAHAN 1. bantal
PROSEDUR A. Tahap Pra-Interaksi
PELAKSANAAN 1. Melakukan verifikasi kebutuhan keluarga/klien untuk posisi sim
2. Menyiapkan peralatan dengan sistematis dan rapi
B. Tahap Orientasi
1. Melakukan salam sebagai pendekatan terapeutik
2. Menjelaskan tujuan, kontrak waktu dan prosedur tindakan pada klien / keluarga
3. Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien sebelum prosedur dilakukan
C. Tahap Kerja
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakuakan
3. Tempatkan kepala datar di tempat tidur
4. Tempatkan pasien dalam posisi telentang
5. Posisikan pasien dalam posisi miring yang sebagian pad abdomen
6. Tempatkan bantal dibawah kepala
7. Tempatkan bantal dibawah lengan atas yang fleksikan dan menyokong lengan
setinggi bahu, sokong lengan lain diatas tempat tidur
8. Tempatkan bantal dibawah tungkai atas yang difleksikan, yang menyokong tungkai
setinggi panggul
9. Tempatkan bantal pasien parallel dengan permukaan plantal kaki
10. Turunkan tempat tidur
11. Observasi kesejajaran tubuh, tingkat ke nyamanan dan titik potensi tekanan
12. Cuci tangan

D. Tahap Terminasi
1. Mengevaluasi hasil tindakan dan respon klien
2. Menjelaskan bahwa tindakan sudah selesai dilakukan pada klien/keluarga dan pamit
3. Mendokumentasikan
Standar Prosedur Operasional (SPO)
MK. Keperawatan Dasar

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RIAU


PRODI DIII KEPERAWATAN JURUSAN
KEPERAWATAN

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO)


POSISI LITOTOMI

PENGERTIANPosisi dimana klien dalam kondisi terlentang dengan kaki diletakan di


penyangga tempat tidur dan pinggul sejajar dengan sudut tempat tidur
TUJUAN 1. Melakukan pemeriksaan fisik area tertentu.
2. Meningkatkan rasa nyaman karena dapat memperlancar sirkulasi darah
3. Merubah dari satu posisi ke posisi yang lain sehingga tidak terjadi gangguan
integritas kulit akibat penekanan area tubuh dalam jangka waktu lama.
4. Meningkatkan ventilasi paru (untuk posisi tertentu, misalnya duduk dan
fowler ).
5. Memudahkan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan, misalnya
melakukan pengkajian atau dalam melakukan tindakan tertentu.
6. Memberikan klien kesempatan untuk bersosialisasi (untuk posisi tertentu,
misalnya duduk dan fowler).
INDIKASI 1. Klien yang akan dilakukan pemeriksaan fisik bagian vagina, rectum dan
saluran perkemihan atau pada klien wanita yang akan dilakukan pemasangan
kateter
2. Klien yang akan dilakukan pemeriksaan diagnostic daerah rongga panggul
dan ginekologi, misalnya cystoscopy dan rectoscopy.
KONTRAINDIK Pada prinsipnya tidak ada kontraindikasi untuk tiap posisi asalkan tiap posisi
ASI tersebut disesuaikan dengan indikasi tindakan dengan kemampuan klien untuk
melakukan perubahan posisi.
ALAT DAN Alat:
BAHAN 1. Bantal,
2. Tempat tidur khusus,
3. Selimut
PROSEDUR A. Tahap Pra-Interaksi
PELAKSANAAN 3. Melakukan verifikasi kebutuhan keluarga/klien untuk posisi litotomi
4. Menyiapkan peralatan dengan sistematis dan rapi
B. Tahap Orientasi
4. Melakukan salam sebagai pendekatan terapeutik
5. Menjelaskan tujuan, kontrak waktu dan prosedur tindakan pada klien /
keluarga
6. Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien sebelum prosedur
dilakukan
C. Tahap Kerja
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan,
3. Pasien dalam keadaan berbaring (telentang),
4. Angakat kedua paha dan tarik ke atas abdomen,
5. Tungkai bawa membentuk sudut 90 derajat terhadap paha,
6. Letak bagian lutut/kaki pada penyangga kaki di tempat tidur khusus
untuk posisi litotonim,
7. Pasang selimut,
8. Cuci tangan
Standar Prosedur Operasional (SPO)
MK. Keperawatan Dasar

D. Tahap Terminasi
1. Mengevaluasi hasil tindakan dan respon klien
2. Menjelaskan bahwa tindakan sudah selesai dilakukan pada klien/keluarga
dan pamit
3. Mendokumentasikan

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RIAU


PRODI DIII KEPERAWATAN JURUSAN
KEPERAWATAN

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO)


DORSAL RECUMBENT

PENGERTIAN Posisi dimana bagian tubuh belakang klien dalam kondisi terlentang dengan kaki
difleksikan dan pinggul rotasi eksternal dengan kepala diberi bantal
TUJUAN 1. Melakukan pemeriksaan fisik area tertentu.
2. Meningkatkan rasa nyaman karena dapat memperlancar sirkulasi darah
3. Merubah dari satu posisi ke posisi yang lain sehingga tidak terjadi gangguan integritas
kulit akibat penekanan area tubuh dalam jangka waktu lama.
4. Meningkatkan ventilasi paru (untuk posisi tertentu, misalnya duduk dan fowler ).
5. Memudahkan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan, misalnya melakukan
pengkajian atau dalam melakukan tindakan tertentu.
6. Memberikan klien kesempatan untuk bersosialisasi (untuk posisi tertentu, misalnya
duduk dan fowler).
INDIKASI 1. Klien yang akan dilakukan pemeriksaan fisik, terutama bagian abdomen (walaupun
jarang dilakukan karena biasanya tidak nyaman dengan posisi ini).
2. Klien yang akan dilakukan pemeriksaan rectal touche dan vagina touché.
3. Klien yang akan partus. Posisi ini akan memudahkan untuk membantu persalinan
KONTRAINDIKAS Pada prinsipnya tidak ada kontraindikasi untuk tiap posisi asalkan tiap posisi tersebut
I disesuaikan dengan indikasi tindakan dengan kemampuan klien untuk melakukan
perubahan posisi.
ALAT DAN Alat:
BAHAN 4. Bantal,
5. Tempat tidur khusus,
6. Selimut
PROSEDUR A. Tahap Pra-Interaksi
PELAKSANAAN 1. Melakukan verifikasi kebutuhan keluarga/klien untuk posisi dorsal recumben
2. Menyiapkan peralatan dengan sistematis dan rapi
B. Tahap Orientasi
1. Melakukan salam sebagai pendekatan terapeutik
2. Menjelaskan tujuan, kontrak waktu dan prosedur tindakan pada klien / keluarga
3. Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien sebelum prosedur dilakukan
C. Tahap Kerja
1. cuci tangan,
2. jelaskan prosedur yang akan dilakukan,
3. pasien dalam keadaan terbaring (telentang),
4. pakaian bawa dibuka,
5. tekuk lutut dan renggangakan,
6. pasien selimut untuk menutupi area genitalia,
7. cuci tangan,

D. Tahap Terminasi
Standar Prosedur Operasional (SPO)
MK. Keperawatan Dasar

1. Mengevaluasi hasil tindakan dan respon klien


2. Menjelaskan bahwa tindakan sudah selesai dilakukan pada klien/keluarga dan pamit
3. Mendokumentasikan

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RIAU


PRODI DIII KEPERAWATAN JURUSAN
KEPERAWATAN

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO)


GENU PECTORAL

PENGERTIAN Posisi dimana klien dalam kondisi terlungkup tetapi kaki dan pinggul membuat sudut 90’
TUJUAN 1. Melakukan pemeriksaan fisik area tertentu.
2. Meningkatkan rasa nyaman karena dapat memperlancar sirkulasi darah
3. Merubah dari satu posisi ke posisi yang lain sehingga tidak terjadi gangguan integritas
kulit akibat penekanan area tubuh dalam jangka waktu lama.
4. Meningkatkan ventilasi paru (untuk posisi tertentu, misalnya duduk dan fowler ).
5. Memudahkan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan, misalnya melakukan
pengkajian atau dalam melakukan tindakan tertentu.
6. Memberikan klien kesempatan untuk bersosialisasi (untuk posisi tertentu, misalnya
duduk dan fowler).
INDIKASI Klien yang akan dilakukan pemeriksaan fisik bagian anus dan rektum
KONTRAINDIKAS Pada prinsipnya tidak ada kontraindikasi untuk tiap posisi asalkan tiap posisi tersebut
I disesuaikan dengan indikasi tindakan dengan kemampuan klien untuk melakukan
perubahan posisi.
ALAT DAN Alat:
BAHAN 1. Tempat tidur
2. Selimut
PROSEDUR A. Tahap Pra-Interaksi
PELAKSANAAN 1. Melakukan verifikasi kebutuhan keluarga/klien untuk posisi genu pectoral
2. Menyiapkan peralatan dengan sistematis dan rapi
B. Tahap Orientasi
1. Melakukan salam sebagai pendekatan terapeutik
2. Menjelaskan tujuan, kontrak waktu dan prosedur tindakan pada klien / keluarga
3. Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien sebelum prosedur dilakukan
C. Tahap Kerja
1. cuci tangan,
2. jelaskan prosedur yang akan dilakukan,
3. minta pasien untuk mengambil posisi menungging dengan kedua kaki diteku dan
dada menempel pada matras tempat tidur,
4. pasang selimut untuk menutupi daerah perineal pasien,
5. cuci tangan,

D. Tahap Terminasi
1. Mengevaluasi hasil tindakan dan respon klien
2. Menjelaskan bahwa tindakan sudah selesai dilakukan pada klien/keluarga dan pamit
3. Mendokumentasikan
Standar Prosedur Operasional (SPO)
MK. Keperawatan Dasar

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RIAU


PRODI DIII KEPERAWATAN JURUSAN
KEPERAWATAN

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO)


POSISI FOWLER

PENGERTIAN Posisi dimana klien dalam kondisi terlungkup tetapi kaki dan pinggul membuat sudut 90’
TUJUAN 1. Melakukan pemeriksaan fisik area tertentu.
2. Meningkatkan rasa nyaman karena dapat memperlancar sirkulasi darah
3. Merubah dari satu posisi ke posisi yang lain sehingga tidak terjadi gangguan integritas
kulit akibat penekanan area tubuh dalam jangka waktu lama.
4. Meningkatkan ventilasi paru (untuk posisi tertentu, misalnya duduk dan fowler ).
5. Memudahkan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan, misalnya melakukan
pengkajian atau dalam melakukan tindakan tertentu.
6. Memberikan klien kesempatan untuk bersosialisasi (untuk posisi tertentu, misalnya
duduk dan fowler).
INDIKASI 1. Klien yang akan dilakukan pemeriksaan fisik umum bagian kepala, leher, thorax,
anterior, paru-paru, payudara, jantung, tanda-tanda vital, ekstermitas atas-bawah, dan
denyutan nadi peripheral.
2. Klien yang mengeluh sesak napas ataupun klien pasca operasi bagian thorax karena
dapat meningkatkan ventilasi paru.
3. Klien yang ingin meningkatkan kenyamanan posisi atau relaksasi.
4. Klien yang ingin bersosialisasi dengan klien lain tanpa harus turun dari tempat tidur
karena adanya keterbatasan gerak.
5. Klien yang ingin dilakukan tindakan keperawatan tertentu sehingga dengan posisi
tersebut akan lebih memudahkan kerja perawat, misalnya memberikan makanan via
NGT pada klien.
KONTRAINDIKAS Pada prinsipnya tidak ada kontraindikasi untuk tiap posisi asalkan tiap posisi tersebut
I disesuaikan dengan indikasi tindakan dengan kemampuan klien untuk melakukan
perubahan posisi.
ALAT DAN Alat:
BAHAN Tempat tidur
Bantal kecil
PROSEDUR A. Tahap Pra-Interaksi
PELAKSANAAN 1. Melakukan verifikasi kebutuhan keluarga/klien untuk posisi fowler
2. Menyiapkan peralatan dengan sistematis dan rapi
B. Tahap Orientasi
1. Melakukan salam sebagai pendekatan terapeutik
2. Menjelaskan tujuan, kontrak waktu dan prosedur tindakan pada klien / keluarga
3. Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien sebelum prosedur dilakukan
C. Tahap Kerja
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan prosedur yang akan di lakukan.
3. Tinggikan kepala tempat tidur 90 derajat.
4. Topangkan kepala di atas tempat tidur atau bantal kecil.
5. Gunakan bantal untuk menyokong lengan dan tangan bila pasien tidak
dapatmengontrolnya secara sadar dapat menggunakan tangan dan lengan.
6. Tempatkan bantal tipis di punggung bawah.
7. Tempatkan bantal kecil atau gulungan handuk di bawah paha.
8. Tempatkan bantal kecil atau gulungan di bawah pergelangan kaki.
9. Tempatkan papan kaki di dasar telapak kaki pasien.
10. Turunkan tempat tidur.
11. Observasi posisi pasien kesejajaran tubuh, dan tingkat kenyamanan.
Standar Prosedur Operasional (SPO)
MK. Keperawatan Dasar

12. Cuci tangan.

D. Tahap Terminasi
1. Mengevaluasi hasil tindakan dan respon klien
2. Menjelaskan bahwa tindakan sudah selesai dilakukan pada klien/keluarga dan pamit
3. Mendokumentasikan
Standar Prosedur Operasional (SPO)
MK. Keperawatan Dasar

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RIAU


PRODI DIII KEPERAWATAN JURUSAN
KEPERAWATAN

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO)


POSISI SEMI FOWLER

PENGERTIAN Semi fowler adalah sikap dalam posisi setengah duduk 15 – 60 derajat
TUJUAN 1. Melakukan pemeriksaan fisik area tertentu.
2. Meningkatkan rasa nyaman karena dapat memperlancar sirkulasi darah
3. Merubah dari satu posisi ke posisi yang lain sehingga tidak terjadi gangguan integritas
kulit akibat penekanan area tubuh dalam jangka waktu lama.
4. Meningkatkan ventilasi paru (untuk posisi tertentu, misalnya duduk dan fowler ).
5. Memudahkan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan, misalnya melakukan
pengkajian atau dalam melakukan tindakan tertentu.
6. Memberikan klien kesempatan untuk bersosialisasi (untuk posisi tertentu, misalnya
duduk dan fowler).
INDIKASI 1. Klien yang akan dilakukan pemeriksaan fisik umum bagian kepala, leher, thorax,
anterior, paru-paru, payudara, jantung, tanda-tanda vital, ekstermitas atas-bawah, dan
denyutan nadi peripheral.
2. Klien yang mengeluh sesak napas ataupun klien pasca operasi bagian thorax karena
dapat meningkatkan ventilasi paru.
3. Klien yang ingin meningkatkan kenyamanan posisi atau relaksasi.
4. Klien yang ingin bersosialisasi dengan klien lain tanpa harus turun dari tempat tidur
karena adanya keterbatasan gerak.
5. Klien yang ingin dilakukan tindakan keperawatan tertentu sehingga dengan posisi
tersebut akan lebih memudahkan kerja perawat, misalnya memberikan makanan via
NGT pada klien.
KONTRAINDIKAS Pada prinsipnya tidak ada kontraindikasi untuk tiap posisi asalkan tiap posisi tersebut
I disesuaikan dengan indikasi tindakan dengan kemampuan klien untuk melakukan
perubahan posisi.
ALAT DAN Alat:
BAHAN Tempat tidur
Bantal kecil
PROSEDUR A. Tahap Pra-Interaksi
PELAKSANAAN 1. Melakukan verifikasi kebutuhan keluarga/klien untuk posisi semi fowler
2. Menyiapkan peralatan dengan sistematis dan rapi
B. Tahap Orientasi
1. Melakukan salam sebagai pendekatan terapeutik
2. Menjelaskan tujuan, kontrak waktu dan prosedur tindakan pada klien / keluarga
3. Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien sebelum prosedur dilakukan
C. Tahap Kerja
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan prosedur yang akan di lakukan.
3. Tinggikan kepala tempat tidur 30-60 derajat.
4. Topangkan kepala di atas tempat tidur atau bantal kecil.
5. Gunakan bantal untuk menyokong lengan dan tangan bila pasien tidak
dapatmengontrolnya secara sadar dapat menggunakan tangan dan lengan.
6. Tempatkan bantal tipis di punggung bawah.
7. Tempatkan bantal kecil atau gulungan handuk di bawah paha.
8. Tempatkan bantal kecil atau gulungan di bawah pergelangan kaki.
9. Tempatkan papan kaki di dasar telapak kaki pasien
10. Turunkan tempat tidur.
11. Observasi posisi pasien kesejajaran tubuh, dan tingkat kenyamanan.
12. Cuci tangan.
Standar Prosedur Operasional (SPO)
MK. Keperawatan Dasar

D. Tahap Terminasi
1. Mengevaluasi hasil tindakan dan respon klien
2. Menjelaskan bahwa tindakan sudah selesai dilakukan pada klien/keluarga dan pamit
3. Mendokumentasikan
Standar Prosedur Operasional (SPO)
MK. Keperawatan Dasar

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RIAU


PRODI DIII KEPERAWATAN JURUSAN
KEPERAWATAN

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO)


MEMINDAHKAN PASIEN DARI TEMPAT TIDUR KE BRANKAR

PENGERTIAN Merupakkan tindakan memindahkan pasien dari tempat tidur ke branchard


TUJUAN Memindahkan pasien antar ruangan untuk tujuan tertentu.
ALAT DAN Alat:
BAHAN Tempat tidur
Brankar
Selimut
Bantal
PROSEDUR A. Tahap Pra-Interaksi
PELAKSANAAN 1. Melakukan verifikasi kebutuhan keluarga/klien untuk pindah dari TT ke brankar
2. Menyiapkan peralatan dengan sistematis dan rapi
B. Tahap Orientasi
1. Melakukan salam sebagai pendekatan terapeutik
2. Menjelaskan tujuan, kontrak waktu dan prosedur tindakan pada klien / keluarga
3. Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien sebelum prosedur dilakukan
C. Tahap Kerja
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan prosedur yang akan di lakukan.
3. Atur branchard dalam posisi terkunci.
4. Bantu pasien dengan 2- 3 petugas.
5. Berdirilah menghadap pasien.
6. Silagkan tangan di depan dada.
7. Petugas / pelaksana menekuk lutut kemudian mrmasukkan tangannya ke bawah
tubuh pasien.
8. Petugas pertama meletakkan tangan di bawah leher/ bahu dan bawah pinggang,
petugas kedua meletakkan tangan di bawah pinggangg dan panggul pasien,
sedangkan petugas ketiga meletakkan tangan di bawah pinggul dan kaki.
9. Angkat bersama –sama dan pindahkan ke branchard.
10. Atur posisi pasien di branchard
11. Cuci tangan.

D. Tahap Terminasi
1. Mengevaluasi hasil tindakan dan respon klien
2. Menjelaskan bahwa tindakan sudah selesai dilakukan pada klien/keluarga dan pamit
3. Mendokumentasikan
Standar Prosedur Operasional (SPO)
MK. Keperawatan Dasar

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RIAU


PRODI DIII KEPERAWATAN JURUSAN
KEPERAWATAN

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO)


MEMINDAHKAN PASIEN DARI TEMPAT TIDUR KE KURSI RODA

PENGERTIAN Proses merubah posisi klien dari tempat tidur klien ke kursi roda atau sebaliknya .
TUJUAN 1. Memobilisasi klien.
2. Mendorong dan menstimulasi klien untuk menambah kegiatan atau aktivitas sosial
kepada orang lain.
3. Memberikan klien perubahan suasana selain di tempat tidur
INDIKASI 1. Kalien yang harus dilakukan pemeriksaan penunjang lain yang harus dilakukan di
ruangan lainnya.
2. Klien yang malas untuk melakukan aktivitas selai di tempat tidur padahal klien sudah
mampu melakukan secara fisik.
KONTRAINDIKAS Klien dengan penurunan kesadaran yang parah. Akan lebih aman memakai tempat tidur
I ketika klien harus membawa ke tempat lain.
ALAT DAN Alat:
BAHAN 1. Tempat tidur(akan disingkat : TT)
2. Kursi roda
3. Ikat pinggang (transfer belt)
4. Selimut
PROSEDUR A. Tahap Pra-Interaksi
PELAKSANAAN 1. Melakukan verifikasi kebutuhan keluarga/klien untuk pindah dari TT ke kursi roda
2. Menyiapkan peralatan dengan sistematis dan rapi
B. Tahap Orientasi
1. Melakukan salam sebagai pendekatan terapeutik
2. Menjelaskan tujuan, kontrak waktu dan prosedur tindakan pada klien / keluarga
3. Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien sebelum prosedur dilakukan
C. Tahap Kerja
1. Cuci tangan
2. Letakkan kursi roda sejaja dengan TT
3. Naikkan TT pada bagian kepala sampai pada ketinggian yang dapat ditoleransi klien
4. Bantu klien untuk miring menghadap kea rah kursi roda diletakkan
5. Bantu klien pada posisi duduk pada sisi TT
6. Bantu klien untuk merapihkan pakaian dan memakaikan sanda
7. Perawat berdiri menghadap klien dengan posisi kuda kuda
8. Anjurkan klien untuk memegang bahu perawat dan perawat memegang pinggang
klien.bila perlu gunakan ikat pinggang
9. Bantu klien untuk berdiri. Yakinkan keseimbangan klien dan kaji adanya pusing.
Pastikan kursi roda dalam keadaan terkunci.
10. Bantu klien untuk melangkah kearah kursi roda berlawanan arah(mundur) perlahan-
lahan
11. Bantu klien untuk duduk dikursi roda dan meletakkan kakinya dipijakkan kursi roda.
12. Buat klien nyaman dengan menutup paha dengan selimut
13. Rapihkan alat
14. Cuci tangan
Standar Prosedur Operasional (SPO)
MK. Keperawatan Dasar

D. Tahap Terminasi
1. Mengevaluasi hasil tindakan dan respon klien
2. Menjelaskan bahwa tindakan sudah selesai dilakukan pada klien/keluarga dan pamit
3. Mendokumentasikan
Standar Prosedur Operasional (SPO)
MK. Keperawatan Dasar

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RIAU


PRODI DIII KEPERAWATAN JURUSAN
KEPERAWATAN

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO)


MELATIH PASIEN MENGGUNAKAN ALAT BANTU JALAN :
KRUK

PENGERTIAN Tongkat/alat bantu berjalan untuk orang yang memiliki keterbatasan fisik karena
cacat atau cedera, biasanya digunakan secara berpasangan untuk mengatur
keseimbangan tubuh saat berjalan
TUJUAN 1. Meningkatkan kekuatan otot, pergerakan sendi dan kemampuan mobilisasi
2. Menurunkan resiko komplikasi dari mobilisasi
3. Menurunkan ketergantungan pasien pada orang lain
4. Meningkatkan rasa percaya diri klien
INDIKASI 1. Pasca amputasi kaki
2. Hemiparese
3. Paraparese
4. Fraktur pada ekstremitas bawah
5. Terpasang gibs
6. Pasca pemasangan gibs
KONTRAINDIKAS 1. Penderita demam dengan suhu tubuh lebih dari 37°C
I 2. Penderita dalam keadaan bedrest
ALAT DAN Alat:
BAHAN 1. Kruk
PROSEDUR A. Tahap Pra-Interaksi
PELAKSANAAN 1. Melakukan verifikasi kebutuhan keluarga/klien untuk melatih berjalan dengan kruk
2. Menyiapkan peralatan dengan sistematis dan rapi
B. Tahap Orientasi
1. Melakukan salam sebagai pendekatan terapeutik
2. Menjelaskan tujuan, kontrak waktu dan prosedur tindakan pada klien / keluarga
3. Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien sebelum prosedur dilakukan
C. Tahap Kerja
1. Cuci tangan
2. Teknik Penggunaan Kruk
a. Cara berjalan dengan kruk
a) Gaya berjalan 4 titik tumpu
- Langkahkan kruk sebelah kanan ke depan.
- Langkahkan kaki sebelah kiri ke depan
- Langkahkan kaki sebelah kanan ke depan.
b) Gaya berjalan 3 titik tumpu
- Kedua kruk yang menjadi penopang dan kaki yang tidak boleh
menyangga dimajukan, kemudian menyusul kaki yang sehat
- Kedua kruk yang menjadi penopang kemudian segera dipindahkan ke
titik awal dan pola yang tadi diulang
c) Gaya berjalan 2 titik tumpu
- Kruk sebelah kiri dankaki kanan maju secara bersama-sama
- Kruk sebelah kanan dan kaki kiri maju bersama-sama
d) Gaya melayang swing to gait
- Langkahkan kedua kruk bersama-sama
- Kedua kaki diangkat dan diayunkan maju sampai pada garis yang
menghubungkan kedua tangan atau ujung kruk.
e) Gaya melayang swing through gait
- Langkahkan kedua kruk bersama-sama.
- Kedua kaki diangkat, diayunkan melewati garis yang menghubungkan kedua
tangan atau ujung kruk.
b. Cara menggunakan kruk
a) Cara naik
Standar Prosedur Operasional (SPO)
MK. Keperawatan Dasar

Lakukan posisi tiga titik.


-
Bebankan berat badan pada kruk.
-
Julurkan tungkai yang tidak sakit antar kruk dan anak tangga.
-
Pindahkan beban berat badan dari kruk ke tungkai yang tidak sakit.
-
Luruskan kedua kruk dengan kaki yang tidak sakit di atas anak tangga
-
b)
Cara Turun
Bebankan berat badan pada kaki yang tidak sakit.
-
Letakkan kruk pada anak tangga dan mulai memindahkan berat badan
-
pada kruk, gerakkan kaki yang sakit ke depan.
- Luruskan kaki yang tidak sakit pada anak tangga dengan kruk.
- Ajarkan klien tentang cara duduk di kursi dan cara beranjak dari kursi
c) Cara Duduk
- Klien di posisi tengah depan kursi dengan aspek posterior kaki
menyentuh kursi.
- Klien memegang kedua kruk dengan tangan berlawanan dengan tungkai
yang sakit. Jika kedua tungkai sakit, maka kruk ditahan dan pegang pada
tangan klien yang lebih kuat.
- Klien meraih tangan kursi dengan tangan yang lain dan
merendahkan tubuh ke kursi.
d) Cara Bangun
- Lakukan tiga langkah diatas dalam urutan sebaliknya
- Cuci tangan
D. Tahap Terminasi
1. Mengevaluasi hasil tindakan dan respon klien
2. Menjelaskan bahwa tindakan sudah selesai dilakukan pada klien/keluarga dan pamit
3. Mendokumentasikan
Standar Prosedur Operasional (SPO)
MK. Keperawatan Dasar

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RIAU


PRODI DIII KEPERAWATAN JURUSAN
KEPERAWATAN

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO)


MELATIH PASIEN MENGGUNAKAN ALAT BANTU JALAN :
KURSI RODA

PENGERTIAN Kursi roda digunakan dengan cara menekan roda (pelek) yang memungkinkan
pengguna kursi roda untuk mendorong diri di kursi. Kursi roda yang tidak
menggunakan pelek untuk didorong sendiri, biasanya didorong oleh orang yang
menggunakan pegangan di bagian belakang kursi
TUJUAN 1. Meningkatkan kekuatan otot, pergerakan sendi dan kemampuan mobilisasi
2. Menurunkan resiko komplikasi dari mobilisasi
3. Menurunkan ketergantungan pasien pada orang lain
4. Meningkatkan rasa percaya diri klien
INDIKASI 1. Pasca amputasi kaki
2. Hemiparese
3. Paraparese
4. Fraktur pada ekstremitas bawah
5. Terpasang gibs
6. Pasca pemasangan gibs
KONTRAINDIKAS 1. Penderita demam dengan suhu tubuh lebih dari 37°C
I 2. Penderita dalam keadaan bedrest
ALAT DAN Alat:
BAHAN 2. Kursi roda
PROSEDUR A. Tahap Pra-Interaksi
PELAKSANAAN 1. Melakukan verifikasi kebutuhan keluarga/klien untuk melatih berjalan dengan kursi
roda
2. Menyiapkan peralatan dengan sistematis dan rapi
B. Tahap Orientasi
1. Melakukan salam sebagai pendekatan terapeutik
2. Menjelaskan tujuan, kontrak waktu dan prosedur tindakan pada klien / keluarga
3. Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien sebelum prosedur dilakukan
C. Tahap Kerja
1. Cuci tangan
2. Langkah-langkah menggunakan kursi roda
a. Pastikan kuku pasien dipotong pendek untuk menghindari terjadinya luka.
Pasien juga dapat ditawarkan untuk memakai sarung tangan agar terlindung dari
kotoran dan cedera.
b. Maju. Untuk menuju ke depan, dorong roda depan dengan tetap memegang
pinggiran dan memindahkan mereka ke arah depan
c. Mundur. Jangkauan ke depan dan pegangan roda, dan mendorong roda
mundur. Hati-hati, seperti roda kecil di bagian depan perlu putar melingkar.
Jangan lupa untuk melihat di belakang anda.
d. Berbelok ke kanan. Pegang roda kanan, dan mendorong ke depan roda kiri.
e. Membelok ke kiri. Pegang roda kiri, dan mendorong roda depan yang tepat.
f. Berputar di tempat. Jika berapa di sudut sempit, anda mungkin perlu untuk
berputar di tempat. Dorong roda depan satu dan yang lainnya mundur secara
bersamaan.
g. Menghentikan. Memegang roda dan gesekan digunakan untuk
memperlambat laju roda. Jepit dan dorong bagian ibu jari dan sisi dari sendi
pertama jari telunjuk anda. Berhati-hatilah, karena gesekan ini menciptakan
panas yang dapat membakar tangan anda berada di jalanan menurn atau
berhenti tiba-tiba.
3. Cuci tangan
D. Tahap Terminasi
1. Mengevaluasi hasil tindakan dan respon klien
Standar Prosedur Operasional (SPO)
MK. Keperawatan Dasar

2. Menjelaskan bahwa tindakan sudah selesai dilakukan pada klien/keluarga dan pamit
3. Mendokumentasikan
Standar Prosedur Operasional (SPO)
MK. Keperawatan Dasar

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RIAU


PRODI DIII KEPERAWATAN JURUSAN
KEPERAWATAN

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO)


MELATIH PASIEN MENGGUNAKAN ALAT BANTU JALAN :
TRIPOD

PENGERTIAN Kursi roda digunakan dengan cara menekan roda (pelek) yang memungkinkan
pengguna kursi roda untuk mendorong diri di kursi. Kursi roda yang tidak
menggunakan pelek untuk didorong sendiri, biasanya didorong oleh orang yang
menggunakan pegangan di bagian belakang kursi
TUJUAN 1. Meningkatkan kekuatan otot, pergerakan sendi dan kemampuan mobilisasi
2. Menurunkan resiko komplikasi dari mobilisasi
3. Menurunkan ketergantungan pasien pada orang lain
4. Meningkatkan rasa percaya diri klien
INDIKASI 1. Pasca amputasi kaki
2. Hemiparese
3. Paraparese
4. Fraktur pada ekstremitas bawah
5. Terpasang gibs
6. Pasca pemasangan gibs
KONTRAINDIKAS 1. Penderita demam dengan suhu tubuh lebih dari 37°C
I 2. Penderita dalam keadaan bedrest
ALAT DAN Alat:
BAHAN 1. tripoid
PROSEDUR A. Tahap Pra-Interaksi
PELAKSANAAN 1. Melakukan verifikasi kebutuhan keluarga/klien untuk melatih berjalan dengan
Tripoid
2. Menyiapkan peralatan dengan sistematis dan rapi
B. Tahap Orientasi
1. Melakukan salam sebagai pendekatan terapeutik
2. Menjelaskan tujuan, kontrak waktu dan prosedur tindakan pada klien / keluarga
3. Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien sebelum prosedur dilakukan
C. Tahap Kerja
1. Cuci tangan
2. Ayunkan tripot secara simultan berbarengan dengan kaki anda yang sakit.
Maksudnya langkah kaki yang lemah secara bersamaan dengan tripot.
3. Lanjutkan dengan melangkahkan kaki yang sehat. Supaya tidak terlalu
membebani saat berjalan coba arahkan tubuh ke arah tripot.
4. Ketika mau duduk, pasien yang menggunakan tripot seringkali memang
mendapati kesulitan saat akan duduk. Adapun saat mau duduk caranya:
a. Letakkan tripot di samping kursi dan posisikan tubuh berdiri tepat di
depan kusi.
b. Pegang erat tangan kursi jika ada sebagai pegangan saat mau duduk.
c. Awali dengan duduk di tepi kursi lalu secara perlahan angkat badan ke arah
sandaran.
d. Setelahnya posisikan tubuh supaya duduk bersandar secara nyaman.
5. Bangkit dari kursi
a. Untuk bangkit dari kursi bisa anda awali dengan mengangkat tubuh ke sisi tepi
kursi dengan berpegangan pada tangan kursi.
b. Perlahan duduk di tepi kursi lalu gunakan tangan kusi sebagai pegangan.
c. Posisikan tubuh berdiri tegak di depan kusi lalu ambil tripot dengan salah satu
tangan.
6. Cuci tangan
D. Tahap Terminasi
1. Mengevaluasi hasil tindakan dan respon klien
2. Menjelaskan bahwa tindakan sudah selesai dilakukan pada klien/keluarga dan pamit
3. Mendokumentasikan
Standar Prosedur Operasional (SPO)
MK. Keperawatan Dasar
Standar Prosedur Operasional (SPO)
MK. Keperawatan Dasar

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RIAU


PRODI DIII KEPERAWATAN JURUSAN
KEPERAWATAN

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO)


MEMBANTU PASIEN BERJALAN

PENGERTIAN Melatih jalan merupakan cara membantu klien dalam aktivitas berjalan sebagai bentuk
kemampuan seseorang untuk bergerak dalam upaya melatih aktivitas berjalan (tanpa alat
atau bantuan alat seperti tongkat).
TUJUAN Memperbaiki tingkat mobilitas fungsional ekstremitas klien, mencegah kontraktur dan
pengecilan otot dan tendon, serta meningkatkan sirkulasi darah pada ekstremitas,
menurunkan komplikasi vaskular imobilisasi dan meningkatkan kenyamanan klien.
INDIKASI Pasien yang bed rest lama atau pasien cedera.
KONTRAINDIKAS
I
ALAT DAN Alat:
BAHAN
PROSEDUR A. Tahap Pra-Interaksi
PELAKSANAAN 1. Melakukan verifikasi kebutuhan keluarga/klien untuk membantu pasien berjalan
2. Menyiapkan peralatan dengan sistematis dan rapi
B. Tahap Orientasi
1. Melakukan salam sebagai pendekatan terapeuti
2. Menjelaskan tujuan, kontrak waktu dan prosedur tindakan pada klien / keluarga
3. Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien sebelum prosedur dilakukan
C. Tahap Kerja
1. Cuci tangan
2. Mintalah pasien untuk meletakkan tangan disamping badan atau memegang telapak
tangan perawat (bisa dua perawat)
3. Perawat berdiri di samping pasien dan pegang telapak dan lengan tangan pada bahu
pasien (bisa dua perawat)
4. Bantu pasien untuk berjalan dan ikuti sesuai dengan langkah pasien sesuai
kemampuan (bisa dua perawat)
5. Selalu observasi respon pasien saat berdiri dari tempat tidur dan saat jalan (frekuensi
nadi dan tanda pusing kepala).
6. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan

D. Tahap Terminasi
1. Mengevaluasi hasil tindakan dan respon klien
2. Menjelaskan bahwa tindakan sudah selesai dilakukan pada klien/keluarga dan pamit
3. Mendokumentasikan
Standar Prosedur Operasional (SPO)
MK. Keperawatan Dasar

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RIAU


PRODI DIII KEPERAWATAN JURUSAN
KEPERAWATAN

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO)


MENGHITUNG KESEIMBANGAN CAIRAN

PENGERTIAN Menghitung balance cairan adalah menghitung keseimbangan cairan masuk (intake) dan
cairan keluar (output) tubuh
TUJUAN 1. Mengetahui jumlah intake cairan
2. Mengetahui jumlah output cairan
3. Mengetahui balance cairan
4. Menentukan kebutuhancairan
INDIKASI Perhitungan keseimbangan cairan diindikasikan pada klien dengan kecenderungan
gangguan regulasi cairan
KONTRAINDIKAS Tidak ada
I
ALAT DAN Alat:
BAHAN 1. Gelas atau gelas ukur untuk minuman
2. Gelas ukur untuk urine atau urine bag
3. Alat tulis
PROSEDUR A. Tahap Pra-Interaksi
PELAKSANAAN 1. Melakukan verifikasi kebutuhan keluarga/klien untuk pindah dari TT ke kursi roda
2. Menyiapkan peralatan dengan sistematis dan rapi
B. Tahap Orientasi
1. Melakukan salam sebagai pendekatan terapeutik
2. Menjelaskan tujuan, kontrak waktu dan prosedur tindakan pada klien / keluarga
3. Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien sebelum prosedur dilakukan
C. Tahap Kerja
1. Cuci tangan
2. Hitung intake cairan:
a. Oral (minum) : normal ± 1200ml
b. Oral (makan) : normal ± 1000ml
c. Hasil metabolisme : normal ± 300ml
d. Parenteral : sesuai instruksi
e. Air Metabolisme
- Dewasa: 5 cc x kgBB/hari
- Anak:
Usia balita: 8-cc/kgBB/hari
Usia 5-7 tahun: 8-8,5cc/kgBB/hari
Usia 7-11 tahun: 6-7 cc/kgBB/hari
Usia 12-14 tahun: 5-6 cc/kgBB/hari
3. Hitung output cairan:
a. Ginjal (urine) : normal 40-80 ml/jam (960-1680 ml/24jam)
b. Gastro intesinal (feses) : normal 100-200 ml/24jam
c. Pernapasan (paru) : normal 400 ml/24jam
d. Insensible water loss (IWL) : tidak kasat mata (kulit) : normal 6 ml/kg/24 jam
(420 ml/24jam)
e. Sensible water loss (SWL) : kasat mata (keringat) : normal 1000 ml/24 jam
f. Abnormal (muntah, drain, perdarahan, dll) : sesuai kondisi klien
g. Menghitung IWL: ( 15 X BB ) = ……… cc
24 jam
h. IWL kenaikan suhu:[(10%x Cairan Masuk)x(suhu tinggi–36,8°C]+ IWL normal
24 jam

4. Hitung balance cairan


a. Balance positif: intake > output
b. Balance negatif: output >input
5. Cuci tangan
Standar Prosedur Operasional (SPO)
MK. Keperawatan Dasar

D. Tahap Terminasi
1. Mengevaluasi hasil tindakan dan respon klien
2. Menjelaskan bahwa tindakan sudah selesai dilakukan pada klien/keluarga dan pamit
3. Mendokumentasikan
Standar Prosedur Operasional (SPO)
MK. Keperawatan Dasar

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RIAU


PRODI DIII KEPERAWATAN JURUSAN
KEPERAWATAN

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO)


MERAWAT LUKA INFUS

PENGERTIAN Perawatan luka infuse adalah tindakan yang diberikan perawat kepada pasien yang telah
dilakukan pemasangan infus sesuai prosedur guna menghindari hal-hal yang tidak
diinginkan.
TUJUAN 1. Menghindari pembengkakan .
2. Menghindari pendarahan.
3. Menghindari infeksi.
INDIKASI 1. Pasien yang terpasang infuse.
2. Pasien yang kesulitan bergerak (bed rest)
3. Pasien dengan pemasangan infuse yang relatife lama
KONTRAINDIKAS Tidak ada
I
ALAT DAN Alat:
BAHAN 1. Kasa steril
2. Balutan transparant steril
3. Povidone iodine solution 10%
4. NaCl 0,9%
5. Alkohol 70% / Wash bensin dalam tempatnya
6. Plester/hipavik
7. Handschoon steril
8. Lidi kapas
9. Pinset anatomi steril 2 buah
10. Gunting plester
11. Perlak / pengalas
12. Bengkok 2 buah, satu berisi cairan desinfektan
13. Bak intrumen steril
14. Pengalas
PROSEDUR A. Tahap Pra-Interaksi
PELAKSANAAN 1. Melakukan verifikasi kebutuhan keluarga/klien untuk merawat luka infus
2. Menyiapkan peralatan dengan sistematis dan rapi
B. Tahap Orientasi
1. Melakukan salam sebagai pendekatan terapeutik
2. Menjelaskan tujuan, kontrak waktu dan prosedur tindakan pada klien / keluarga
3. Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien sebelum prosedur dilakukan
C. Tahap Kerja
1. Cuci tangan.
2. Letakkan pengalas dibawah ekstremitas yang menggunakan infus
3. Kenakan sarung tangan steril
4. Lepaskan balutan transparan searah dengan arah pertumbuhan rambut klien atau
lepaskan plester dan kasa dari balutan yang lama selapis demi selapis dengan wash
bensin dan pinset. Untuk kedua balutan transparan dan balutan kasa, biarkan plester
yang memfiksasi jarum IV atau kateter tetap ditempat.
5. Hentikan infusan IV jika terjadi infiltrasi, flebitis atau bekuan atau jika dokter
memberikan instruksi untuk menghentikan infusan tersebut :
6. Apabila infuse IV mengalir dengan baik, lepaskan plester yang memfiksasi jarum
atau kateter.
7. Stabilkan jarum atau kateter dengan satu tangan..
8. Bersihkan tempat insersi dengan gerakan memutar dimulai dengan tempat pungsi
kearah luar dengan menggunakan NaCl 0,9%. Biarkan tempat insersi tersebut
mengalir selama 30 detik.
9. Tukar lembaran plester perekat yang berada setengah inci dibawah kateter dengan
Standar Prosedur Operasional (SPO)
MK. Keperawatan Dasar

plester yang menghadap ke atas untuk memfiksasi kateter atau jarum.


10. Oleskan salep atau berikan larutan yodium-povidon ditempat pungsi vena. Biarkan
larutan mengering dan rekatkan lembaran kedua plester yang kecil langsung diatas
kateter atau jarum.
11. Pasang kasa ukuran 2x2 atau balutan transparan diatas tempat pungsi vena apabila
balutan transparan dipilih, pasang balutan tersebut searah dengan arah pertumbuhan
rambut.
12. Fiksasi selang intravena dengan lembaran plester tambahan (jangan menutupi
balutan transparan).
13. Tulis tanggal dan waktu penggantian balutan langsung pada balutan.
14. Taruh alat yang sudah digunakan ke dalam bengkok yang sudah disediakan, lepas
sarung tangan dan cuci tangan.
15. Kaji kembali fungsi dan kepatenan system IV sebagai respon terhadap penggantian
balutan.

D. Tahap Terminasi
1. Mengevaluasi hasil tindakan dan respon klien
2. Menjelaskan bahwa tindakan sudah selesai dilakukan pada klien/keluarga dan pamit
3. Mendokumentasikan
Standar Prosedur Operasional (SPO)
MK. Keperawatan Dasar

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RIAU


PRODI DIII KEPERAWATAN JURUSAN
KEPERAWATAN

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO)


MELEPAS INFUS

PENGERTIAN Tindakan pelepasan infus sebagai tanda terpenuhnya kebutuhan cairan melalui infus atau
tindakan pelepasan infus akibat terjadinya flebitis
TUJUAN 1. Mengakhiri pemberian cairan parenteral
2. Mengganti insersi yang baru
INDIKASI Flebitis
Pasien pulang
KONTRAINDIKAS Tidak ada
I
ALAT DAN Alat:
BAHAN 1. Sarung tangan steril
2. Perlak dan pengalas
3. Kapas alcohol
4. Plester
5. Gunting
6. Bengkok
7. Pinset
PROSEDUR A. Tahap Pra-Interaksi
PELAKSANAAN 1. Melakukan verifikasi kebutuhan keluarga/klien untuk merawat luka infus
2. Menyiapkan peralatan dengan sistematis dan rapi
B. Tahap Orientasi
1. Melakukan salam sebagai pendekatan terapeutik
2. Menjelaskan tujuan, kontrak waktu dan prosedur tindakan pada klien / keluarga
3. Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien sebelum prosedur dilakukan
C. Tahap Kerja
1. Cuci tangan.
2. Pasang perlak dan pengalas
3. Gunakan sarung tangan
4. Basahi plester yang melekat pada kulit dengan menggunakan kapas alcohol dengan
menggunakan pinset
5. Lepaskan plester dan kasa yang menempel pada kulit
6. Tekan tempat tusukan dengan kapas alcohol selanjutnya cabut infus secara perlahan-
lahan
7. Lakukan penekanan kapas alcohol dengan pleter
8. Lepaskan surung tangan
9. Cuci tangan

D. Tahap Terminasi
1. Mengevaluasi hasil tindakan dan respon klien
2. Menjelaskan bahwa tindakan sudah selesai dilakukan pada klien/keluarga dan pamit
3. Mendokumentasikan
Standar Prosedur Operasional (SPO)
MK. Keperawatan Dasar

Anda mungkin juga menyukai