Anda di halaman 1dari 11

Laporan praktikum Farmakologi II

Tanggal : Senin, 30 Maret 2009


Kelompok : 5 (13.30-16.30)
PJ : Drh. Aulia Andi M

ANTIDIARE

Oleh :
1. Jalaludin Syahirul Amin B04060274
2. Septi Rubiyani B04061735
3. Apriani Sosilawati B04061807
4. Eronu Gea B04062112
5. Novi Tandria B04062496
6. Hernawati B04062510
7. Komara Dwi Rahardjo B04062812

DEPARTEMEN ANATOMI FISIOLOGI DAN FARMAKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
TUJUAN
Tujuan dari praktikum kali ini adalah mahasiswa dapat mengetahui
kegunaan obat antidiare, serta dapat membandingkan mekanisme kerja masing-
masing obat antidiare yang digunakan.

TINJAUAN PUSTAKA
Diare adalah sebuah penyakit di mana penderita mengalami buang air
besar yang sering dan masih memiliki kandungan air berlebihan. Di Dunia ke-3,
diare adalah penyebab kematian paling umum kematian balita, membunuh lebih
dari 1,5 juta orang per tahun. Definisi resmi medis dari diare adalah defekasi yang
melebihi 200 gram per hari. Usus besar menyerap air, meninggalkan material
yang lain sebagai kotoran yang setengah padat. Bila usus besar rusak atau
"inflame", penyerapan tidak terjadi dan hasilnya adalah kotoran yang berair.
Umumnya diare disebabkan oleh beberapa infeksi virus tetapi juga seringkali
akibat dari racun bakteria. Selain itu diare dapat disebabkan oleh konsumsi
alkohol yang berlebihan. Perawatan yang bisa dilakukan yaitu dengan cara
mengkonsumsi air yang cukup dicampur dengan elektrolit untuk menggantikan air
dan garam yang hilang. Dalam kondisi hidup yang bersih dengan makanan dan air
yang cukup, pasien yang sehat biasanya sembuh dalam beberapa hari dan paling
lama satu minggu. Namun untuk individu yang sakit atau kurang gizi, diare dapat
menyebabkan dehidrasi yang parah dan dapat mengancam jiwa bila tanpa
perawatan. Diare dapat menjadi gejala penyakit yang lebih serius, seperti disentri,
kolera atau botulisme, dan juga dapat menjadi indikasi sindrom kronis seperti
penyakit Crohn.
Papaverin (papaverinum) adalah miotropnym spasmoliticheskim,
papaverin mengurangi sifat dan mengurangi oxytocic pada otot halus dan efek
pada kulit dan digunakan secara luas sebagai obat otot halus yang mengalami
keram dalam abdomen. Berikut adalah struktur papaverin :
Atropin didapatkan dari tanaman famili Solanaceae. Atropin termasuk
obat alkaloid tropane. Atropin sendiri merupakan metabolit sekunder dari tanaman
tersebut dan digunakan sebagai obat dengan efek yang bervariasi. Atropin bersifat
kompetitif antagonis untuk reseptor asetilkolin muskarinik karenanya dia
digolongkan ke obat antikolinergik dan efeknya yang potensial mematikan.
Atropin menurunkan kinerja sistem saraf parasimpatis dari semua otot dan
glandula yang diregulasi oleh sistem saraf parasimpatis. Atropine digunakan
untuk treatment dari brachcardia dan penyakit jantung lainnya. Atropine dapat
digunakan untuk mengurangi efek AcH.
Absorbents adalah senyawa-senyawa yang menyerap (absorb) air.
Absorbents adalah senyawa-senyawa yang menyerap (absorb) air. Absorbents
yang diminum secara oral mengikat air dalam usus kecil dan usus besar dan
membuat feces-feces diare kurang berair. Dua absorbents utama adalah
attapulgite dan polycarbophil. Contoh-contoh dari produk-produk yang
mengandung attapulgite adalah Donnagel, Rheaban, Diasorb, dan Equilactin
Attapulgite dan polycarbophil tetap berada dalam usus karena tidak mempunyai
efek samping di luar saluran pencernaan (menyebabkan sembelit dan kembung).
Absorbents juga dapat mengikat obat-obat yang mengganggu proses penyerapan.
Oleh karena itu sebaiknya absorbents diminum terpisah selang beberapa jam
sehingga mereka secara fisik dipisahkan dalam usus.
Loperamide adalah reseptor agonist opioid dan tindakannya sebagai
reseptor μ-opioid dalam plexus myenteric usus besar. Dia bekerja mengurangi
aktivitas dari plexus myenteric, pengurangan motilitas pada otot halus sirkular dan
longitudinal pada dinding. Berikut adalah struktur loperamide :
Norit merupakan salah satu nama merek dagang yang berasal dari karbon
aktif. Bahan baku pembuatan karbon aktif, antara lain : kayu, batu bara, kulit
kacang, atau serbuk gergaji. Bahan baku ini kemudian ‘diaktifkan’ dengan cara
kimia, yaitu dengan mencampurnya dengan asam, atau dengan cara mengukusnya
menggunakan uap atau gas pada temperatur tinggi. Hasilnya adalah arang
berwarna hitam legam, namun tak berbau dan tak berasa. Sifat dari karbon aktif
adalah mengabsorbsi atau menyerap seperti racun, cairan-cairan, gas-gas, dan
sari-sari makanan. Karbon aktif dapat digunakan pada kasus overdosis obat,
keracunan makanan, atau tertelan bahan beracun. Namun, kemampuannya
menangkap racun ini hanya terjadi di lambung dan usus, sebelum zat beracun
terserap dan masuk ke dalam peredaran darah. Tidak semua zat dapat diserap oleh
karbon aktif, diantaranya yaitu litium, asam atau basa kuat, logam dan bahan
inorganik (misalnya, natrium, besi, timah, arsen, yodium, fluorin, dan asam borat),
alkohol (misalnya etanol, metanol, isoprofil alkohol, glikol, dan aseton), dan
hidrokarbon (seperti minyak tanah, bensin, oli, dan hidrokarbon tumbuhan seperti
minyak pinus).
Penggunaan norit harus diimbangi dengan minum air putih yang banyak
dan juga ngemil, tujuannya agar sari-sari makanan yang tadi diserap dapat
tergantikan dengan cepat. Selain itu, norit tidak menimbulkan efek samping
karena sifatnya hanya numpang lewat saja dan tidak diserap ke dalam darah.
Tidak ada yang tersisa dan tidak ada yang mengendap di dalam tubuh sehingga
aman jika diminum banyak. Norit hanya efektif bekerja dalam kurun waktu paling
lama 3 jam setelah makanan yang membuat tubuh keracunan masuk ke
pencernaan.
Diapet digunakan untuk mengurangi frekuensi buang air besar,
Memadatkan tinja dan menyerap racun pada penderita diare. Diapet merupakan
obat yang mengandung daun jambu biji. Kandungan kimia dari jambu biji yaitu:
Buah, daun dan kulit batang pohon mengandung tanin, sedangkan bunganya tidak
banyak mengandung tanin. Daun jambu biji juga mengandung zat lain kecuali
tanin, seperti minyak atsiri, asam ursolat, asam psidiolat, asam kratogolat, asam
oleanolat, asam guajaverin dan vitamin. Kandungan buah jambu biji (100 gr) -
Kalori 49 kal - Vitamin A 25 SI - Vitamin B1 0,02 mg - Vitamin C 87 mg -
Kalsium 14 mg - Hidrat Arang 12,2 gram - Fosfor 28 mg - Besi 1,1 mg - Protein
0,9 mg - Lemak 0,3 gram - Air 86 gram. Selain diare, jambu biji juga dapat
mengobati diabetes melitus, Maag, Masuk angin, Beser; Prolapsisani, Sariawan,
Sakit Kulit, Luka baru.
Dialet merupakan obat anti diare yang mengandung kompisisi dari
Furazolidone atau Furosemide. Furosemide mempunyai efek antibakteri dan
antiprotozoa pada pemakaian secara oral. Pasien diare, gastro-enteritis yang
disebabkan oleh bakteri (salmonella, shigella, staphylococcus aureus,
streptococcus faecalis, escherechia coli, entamoeba histoltica dan gardia
intestinalis) dan yang telah resisten terhadap antibiotic atau dengan sulfonamide
perlu diberikan obat ini sebagai terapi. Mekanisme obat ini untuk mencegah
dehidrogenasi dari enzyme micro organisme.
Furosemide merupakan obat diuretic, yang membantu menambah jumlah
urin dan air yang keluar dari tubuh dan menghilangkan garam. Nama umum dari
obat ini adalah Lasix yang diambil dari durasi kerjanya last six (hours). Seperti
obat loop diuretic yang lain, furosemide bekerja dengan menghambat Na-K-2Cl
reseptor yang berada pada bagian tebal dari lengkung henle. Kerja dari tubulus
distal bergantung dari penghambatan efek pada carbonic anhydrase atau
aldosterone yang akan membebaskan air dari lumen.
Dengan menghambat transporter, obat loop diuretic mengurangi reabsorbsi
dari NaCl dan juga mengurangi pengembalian K+ ke lumen. Pada normalnya
unsure-unsur tersebut dapat menyebabkan reabsorbsi pada lengkung henle, dan
dengan mengurangi kemampuannya untuk mereabsorbsi menyebabkan
peningkatan ekskresi Mg2+ dan Ca2+. Waktu penggunaan yang panjang dapat
menyebabkan Hypomagnesia pada beberapa pasien. Karena Ca2+ aktif di
reabsorbsi pada tubulus distal, obat loop diuretic jarang menyebabkan terjadinya
hypocalcemia.
Umumnya, fursemide merupakan tipe penghambat noncompetitive-
spesifik dari GABA-A reseptor. Furosemide merupakan antagonis GABA yang
mengembalikan reseptor alpha 6 beta 2 gamma 2 pada konsentrasimicroM, tetapi
tidak dengan reseptor alpha 1 beta 2 gamma 2. pada perkembangannya, reseptor
alpha 6 beta 2 gamma 2 meningkatkan expressi pada granul saraf otak, yang
berhubungan dengan sensivitas dari furosemide.
NaCl adalah suatu bahan senyawa larutan fisiologis yang digunakan untuk
menjaga sistem fisiologis pada oragan yang mana memiliki zat sebagai garam.
Sedangkan marker merupakan zat yang mengandung gumaraticum 20% dan norit
5%.

METODOLOGI
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan pada praktikum kali ini antara lain: sonde
lambung, spoit 1 ml, guntung, pinset, alas kayu, penggaris dan benang. Sedangkan
bahan-bahan yang digunakan pada praktikum kali ini antara lain: mencit, NaCl
fisiologis, immodium, papaverin, atropin, norit, diapet, dialet, dan marker
(Gumaratikum 20% + Norit 5%).

Prosedur Percobaan
a. Mencit dipuasakan terlebih dahulu selama 16-18 jam.
b. Mencit ditimbang untuk menghitung dosis masing-masing senyawa yang akan
diberikan.
c. Obat-obat diberikan dengan dua cara, yaitu: peroral dan sub kutan. Obat-obat
yang diberikan secara peroral yaitu: NaCl fisiologis, immodium, norit, diapet,
dan dialet. Masing-masing obat tersebut diberikan dengan dosis 1 ml/grBB.
Sedangkan obat yang diberikan secara sub kutan yaitu: atropin (0,2 cc) dan
papaverin (0,1 cc).
d. Mencit yang diberi obat secara sub kutan, setelah 15 menit pasca injeksi obat
maka diberikan marker peroral dengan dosis (0,1 ml/10 grBB. Sedangkan
mencit yang diberikan obat peroral, diberi marker setelah 45 menit pasca
pemberian obat.
e. Setelah 20 menit pasca pemberian marker, mencit dimatikan. Mencit
dinekropsi dengan membuka bagian abdomen menggunakan pinset dan
gunting. Kemudian lambung dan usus halus sampai rektum dikeluarkan.
f. Panjang usus keseluruhan dihitung dengan menggunakan benang yang
kemudin diukur dengan penggaris. Panjang usus dari pangkal usus sampai
tempat dimana mulai terlihat warna hitam diukur dengan cara yang sama.
g. Efektivitas suatu obat dihitung dengan menghitung rasio panjang usus
terwarnai dengan panjang usus keseluruhan dikalikan 100%.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil Pengamatan
Panjang Usus (cm) Rasio BB Dosis (ml) Cara
No Sediaan
Usus Marker (%) (gr) Sediaan Marker Aplikasi
1. NaCl 59,5 27,2 45,71 24 0,24 0,24 PO
2. Immodium 52 7,5 14,42 21,1 0,21 0,21 PO
3. Papaverin 53,7 10,1 18,81 32,76 0,1 0,32 SC
4. Atropin 63,5 28,5 44,8 21,9 0,2 0,21 SC
×1=6
5. Norit 62,8 ×2=19,5 20,3 29 0,29 0,29 PO
× = 12,75
6. Diapet 44 22,6 51,36 22,3 0,22 0,22 PO
7. Dialet 58,1 28,1 48,36 26,76 0,26 0,26 PO
8. NaCl 56 11 19,64 23,9 0,23 0,23 PO

Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan rasio efektivitas Imodium ® adalah sebesar
14,42 %, hal ini menunjukkan bahwa penggunaan preparat Imodium adalah
efektif apbila dibndingkan dengan kontrol usus halus dengan sediaan NaCl
fisiologis, yakni sebesar 45,71 %. Pemberian obat ini dilakukan secara per oral
karena sifat kinetomika obat yang dapat diabsorpsi melalui pembuluh mesentrium
usus halus. Imodium® merupakan preparat pasaran yang digunakan untuk
mengatasi secara simptomatis diare, kram otot perut, dan kembung. Mekanisme
terjadinya diare dimulai dari usus halus. Dalam keadaan normal, makanan yang
telah hancur menjadi khimus di usus halus akan diserap dan di absorbsi oleh
pembuuh darah di sekitar jaringan intestin. Otot polos yang dikendalikan oleh
plexus myentrikus pengaruh unit fungsional parasimpatis dari nervus vagus akan
menggerakkan otot polos membentuk gerakan peristaltik, segmentasi, dan
pendulum untuk mengantarkan makanan ke bagian usus berikutnya.
Saat terjadi diare, otot polos akan berkontraksi dengan lebih cepat (diare
akibat terganggunya motilitas usus) sehingga nutrien tidak dapat diserap dengan
baik. Imodium® yang memiliki zat aktif loperamide HCl yang akan menurunkan
kontraksi dari otot polos dan menyebabkan nutrien makanan dapat diserap dengan
baik. Oleh sebab itu, Imodium® merupakan obat antidiare golongan spasmolitik
dan bekerja menurunkan efek parasimpatis pada usus halus.
Imodium® menurunkan ritme kontraksi otot polos saluran cerna,
khususnya usus halus sehingga cairan dan nutrisi dari makanan dapat diserap
dengan baik. Imodium® juga dapat digunakan untuk mengurangi jumlah feses
yang keluar setiap defekasi yang ditujukan bagi penderita ileostomy. Obat ini
sebiknya tidak digunakan bagi penderita yang mengalami alergi terhadap
loperamide, juga pada penderita diare dengan gejala klinis feses disertai
pendarahan, kehitaman, dan juga pada diare akibat mengkonsumsi antibiotik. Efek
samping dari Imodium® dapat mempengaruhi sistem syaraf pusat sehingga dapat
mengganggu efek motoris seperti berpikir atau bereaksi. Kontra indikasi pada
penderita dengan gangguan fungsi hati, demam (febris).
Sedangkan pada penggunaan papaverin sebagai sediaan obat antidiare,
diperoleh rasio panjang usus marker dengan panjang total usus adalah 32,37 %,
hal ini juga menunjukkan efektivitas kerja obat bila dibandingkan dengan kontrol.
Papaverin adalah obat yang termasuk dalam golongan vasodilator. Preparat
papaverin merelaksasikan vena dan arteri, sehingga menurunkan tekanan darah,
yang berakibat tidak langsung pada peningkatan jumlah oksigen yang menuju
pada otak melalui blood-brain barrier, jantung, dan otot. Papaverin juga
merupakan drug of choice pada pengobatan kondisi peningkatan spasmus dan
kontraksi dari usus halus dan traktus urinarius. Penggunaan papaverin yang
mengandung papav HCl memiliki meknisme kerja mirip Imodium karena dapat
menurunkan efek parasimpatis pada usus halus, sehingga termasuk tipe obat
antidiare spasmolitika.
Efek samping dari papaverin adalah pusing, berkeringat, kemerahan, sakit
kepala, kelelahan, perubahan warna mukosa (kuning), nausea, penurunan nafsu
makan, diare maupun konstipasi. Efek pusing dapat diminimalisir dengan
merangsang syaraf vestibularis, yakni dengan uji keseimbangan. Kontra indikasi
pada penderita yang juga mengkonsumsi alkohol, karena akan meningkatkan efek
pusing dan vertigo, penderita dengan penyakit jantung (ischemia), gangguan
fungsi hati, glaucoma, dan penderita Parkinson.
Mencit yang diberi atropin memiliki rasio 44,8%. Jika dibandingkan
dengan rasio usus mencit yang diberi NaCl (45,71%), hasil percobaan tersebut
sesuai karena atropin bersifat spasmolitik yang akan menghambat kerja peristaltik
usus. Tetapi jika dibandingkan dengan obat-obat yang bersifat spasmolitik lainnya
(immodium dan papaverin), atropin memiliki rasio yang jauh berbeda.
Mencit yang diberi norit memiliki panjang usus dari ujung pylorus
lambung sampai ke retum adalah 62,8 cm, sedangkan panjang usus dari ujung
pylorus sampai sampai ke awal usus yang termarker adalah 12,75. Rasio yang
didapat adalah sebesar 20,3%. Mencit yang diberi norit secara peroral memiliki
rasio yang lebih besar daripada mencit yang diberi papaverin dan immodium,
tetapi memiliki rasio yang lebih kecil daripada yang lainnya. Ini membuktikan
bahwa norit lebih efektif menguragi diare daripada NaCl fisiologis, dialet dan
diapet. Berdasarkan fungsi norit sebagai absorban, yaitu menyerap zat-zat racun
dalam saluran pencernaan, seharusnya rasio norit tidak jauh berbeda dengan rasio
NaCl, karena norit tidak bersifat spasmolitik. Hal ini mungkin terjadi karena
perbedaan prinsip dalam pengukuran usus atau karena keadaan usus mencit yang
tidak sehat. Pengaruh norit pada praktikum kali ini sebagai antidiare tidak terlalu
signifikan seperti pada atropin, immodium dan papaverin. Ini disebabkan oleh
kandungan norit, yaitu karbon aktif yang memiliki pori-pori yang sangat luas
sehingga mampu mengangkap berbagai macam bahan penyebab diare. Norit
sebagai absorban memiliki kemampuan absorbsi yang kuat di lambung dan usus.
Karbon aktif yang terkandung di dalam norit akan mengabsorbsi zat lipofilik dari
larutan air. Penyerapan ini tergantung pada luas permukaan, suhu, zat yang akan
diabsorbsi, sifat kimia bahan yang akan diabrorpsi dan konsentrasi.
Pada mencit yang diberi diapet, rasio yang didapat adalah 51,36%. Nilai
tersebut melebihi nilai rasio mencit yang diberi NaCl fisiologis, tetapi tidak jauh
berbeda dengan rasio NaCl (45,71%). Hal ini mungkin saja terjadi karena diapet
tidak bersifat spasmolitik, melainkan bersifat absorban. Pada diapet mengandung
jambu biji yang memiliki bahan aktif tannin, quersetin, glikosida quersetin,
flavonoid, minyak atsiri, asam ursolat, asam psidiolat, asam kratogolat, asam
oleanolat, asam guajaverin dan vitamin-vitamin. Tanin dan flavonoid yang
dinyatakan sebagai quersetin dalam ekstrakjambu biji dapat menghambat aktivitas
enzim reverse transcriptase yang berkhasiat mengatasi demam dengan
menghambat pertumbuhan virus RNA. Quersetin dan glikosida quersetin dapat
menghambat kontraksi spontan ileum dan sekresi ACh lambung penyebab diare
sehingga diare dapat diatasi dengan cepat. Jambu biji masuk ke dalam astringent
karena memiliki kandungan tanin yang berfungsi melapisi mukosa usus,
khususnya usus besar serta menyerap racun dan menggumpalkan protein.
Seharusnya dalam praktikum kali ini, mencit yang diberi diapet memiliki rasio
lebih kecil dibandingkan dengan mencit yang diberi norit karena di dalam diapet
terkandung tanin yang dapat menggumpalkan protein yang tidak larut.
Mencit yang diberi dialet memiliki rasio yang tidak jauh berbeda dengan
mencit yang diberi NaCl. Rasio usus mencit yang diberi dialet adalah 48,36%,
sedangkan mencit yang diberi NaCl rasionya adalah 45,71%. Hal ini sesuai
dengan teori bahwa dialet merupakan obat diare yang bersifat absorban (bukan
spasmolitik), sehingga rasio antara NaCl dan dialet tidak akan jauh berbeda.

SIMPULAN
Terdapat berbagai macam obat antidiare, obat-obat tersebut dapat bersifat
spasmolitik ataupun absorban. Obat yang bersifat spasmolitik akan mengurangi
frekuensi diare dengan cara menghambat langsung kerja saraf parasimpatis usus
(menghambat kontaksi peristaltik usus). Sedangkan obat antidiare yang bersifat
absorban akan mengurangi frekuensi diare dengan mengabsorbsi atau mengikat
kelebihan air yang terkandung di dalam usus, sehingga berkurangnya frekuensi
diare terjadi karena konsentrasi feses yang tidak lagi banyak mengandung air.
Obat-obat antidiare yang bersifat spasmolitik antara lain: immodium, papaverin,
dan atropin, sedangkan obat antidiare yang bersifat absorban antara lain: norit,
diapet, dan dialet.
Penggunaan obat-obat antidiare harus disesuaikan dengan sebab terjadinya
diare. Apabila rasa ingin defekasi besar, tetapi feses yang dikeluarkan sedikit,
maka sebaiknya menggunakan obat antidiare yang bersifat spasmolitik.
Sebaliknya, apabila keinginan defekasi kecil, tetapi feses yang keluar saat
defekasi banyak mengandung air, maka sebaiknya menggnakan obat antidiare
yang bersifat absorban. Efektiitas obat yang ditunjukkan adalah baik karena
berada di bawah kontrol meski demikian penggunaan obat harus melalui
pengetahuan mengenai mekanisme kerja dan efek samping penggunaan.

DAFTAR PUSTAKA
Ernst, Musthcler.2001.Dinamika Obat Farmakologi dan Toksikologi. Ed. V.
Diterjemahkan oleh Mirnawati:Anna Setiadi. Bandung: Penerbit ITB
Gunawan, Sulistia Gan. 2007. Farmakologi Dan Terapi. Edisi 5. Jakarta: Gaya
Baru.
http://en.wikipedia.org/wiki/Atropin
http://id.shvoong.com/medicine-and-health/1866442-obat-norit-untuk-
pencernaan/
http://www.cheap24rxmed.com/?search=atropin&find=
http://www.google.co.id/search?
hl=id&q=norit&btnG=Telusuri+dengan+Google&meta=&aq=f&oq=
www.drugs.com

Anda mungkin juga menyukai