TEORI MANAJEMEN
Kesuksesan pencapaian tujuan dipengaruhi dan didukung oleh sifat-sifat dan bakat para
manajer
Melibatkan unsur naluri, intuisi, perasaan dan intelektual berdasarkan pengalaman
Faktor penentu keberhasilan adalah keahlian konseptual, kekuatan pribadi yang kreatif,
komunikasi interpersonal dan skill.
Produktivitas suatu seni selalu didasari oleh pemahaman akan ilmu yang mendasarinya dengan
demikian jelas bahwa antara ilmu dan seni dalam manajemen bersifat saling melengkapi dan
bukan sebaliknya saling bertentangan.
1. Berkaitan dengan tingkat dimana suatu organisasi mencapai tujuannya (Concerns with
the degree to which the organisation achieves its goals)
2. Berkaitan dengan cara bagaimana mencapai sesuatu tujuan (Concern with means of
getting things done)
3. Merujuk pada tujuan akhir (Refers with ‘ends’ or the attainment of organisational goals)
4. Merujuk pada rasio antara input dan output yaitu “getting the most output from the least
amounts of inputs” atau penggunaan input atau sumber daya (raw materials, money, and
people) yang seminimal mungkin untuk mencapai hasil yang diinginkan.
5. Mengerjakan pekerjaan yang benar atau tepat (Do the right things)
6. Mengerjakan pekerjaan dengan benar atau tepat (Do the things right)
Manajemen dipelajari, dipraktekkan, diuji, dipertanyakan, semua dalam kaitan agar tujuan
organisasi dapat dicapai seoptimal mungkin dengan cara yang semudah mungkin. Kendati
konsep efesien relatif pasti, namun ukurannya bisa menjadi relatif manakala dikaitkan dengan
tujuan yang berubah. Pada masa awal manajemen dipelajari, tujuan organisasi selalu berkaitan
dengan pencapaian keuntungan atau produktifitas yang sebesar-besarnya, namun pada masa kini
tujuan organisasi semakin beragam sehingga pendekatan manajemen sekaligus konsep efisiensi
juga mengalami pergeseran : bukan sekedar rasio antara input dan output yang terlihat dan
terukur.
Teori Manajemen baru tumbuh pada awal abad 19 yang dipelopori oleh Robert Owen dan
Charles Babbage, dan Henry P. Towne dengan munculnya teori manajemen yang membahas
beberapa hal yang kini dikenal sebagai bagian dari manajemen modern Dalam teorinya Robert
Owen menekankan perlunya sumber daya manusia (SDM) dan kesejahteraan pekerja dalam
sebuah organisasi. Menurutnya dengan memperbaiki kondisi pekerja, tidak hanya memperbaiki
kualitas hidup mereka sebagai pekerja tapi dapat meningkatkan 50-100% produktivitas
organisasi (Bartol 1996). Sedangkan Charles Babbage (1792-1871) menekankan pentingnya
efisiensi dalam kegiatan Produksi, khususnya dalam penggunaan fasilitas dan material produksi.
Sementara itu Towne menekankan pada pentingnya manajemen sebagai ilmu dan pentingnya
mengembangkan prinsip-prinsip manajemen.
2. 2. ALIRAN KLASIK
Aliran Klasik dicirikan oleh upaya para perintisnya untuk mengidentifikasikan fungsi-fungsi
manajemen yang bersifat universal serta untuk menetapkan prinsip-prinsip dasar manajemen.
Henry Fayol merupakan salah seorang pionirnya di Prancis pada tahun 1900 dan dikenal meluas
setelah tulisannya diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris tahun 1949. Fayol mengidentifikasikan
5 fungsi universal dalam manajemen, yakni : Planning, Organizing, Commanding, Coordinating,
dan Controling.
Yang termasuk dalam kelompok Aliran Klasik ini adalah:
a. Pendekatan Scientifiec Management yang dipelopori oleh Frederick W. Taylor pada tahun
1911 dalam bukunya yang fenomenal The Principles of Scientifiec management yang
mengemukakan teknik-teknik dalam studi tentang gerak dan waktu; standarisasi; penyusunan
sasaran, dll yang secara dramatis meningkatkan produktifitas dan efisiensi industri kala itu.
Selain Taylor, tokoh lain adalah Frank Gilbreth & Lillian Gilbreth (suami sitri yang meneliti
tentang gerakan tubuh dalam bekerja. Mereka menemukan bahwa agar tercapai efisiensi dan
produktifitas yang tinggi, maka ada gerakan-gerakan tertentu yang perlu dilakukan dan yang
tidak boleh dilakukan saat melakukan pekerjaan tertentu) dan Henry L Gantt (dengan Bagan
Gantt yang samapai saat ini masih digunakan dalam bagan perencanaan dan pengendalian
produksi).
b. Pendekatan Manajemen Administrasi. Tokoh utamanya adalah Henry Fayol dan Alfred F.
Sloan, Max Weber. yang dari karya mereka diperoleh dasar-dasar penyusunan organisasi profit
dan organisasi non profit (Birokrasi). Henry Fayol berdasarkan pengalamannya mengelola
industri pertambangan di Perancis, mengemukakan 14 Prinsip-prinsip Manajemen yang sampai
saat ini masih dianggap relevan (walau tidak bersifat universal). Prinsip-prinsip tersebut antara
lain adalah :
Pembagian Kerja
Wewenang dan Tanggung-jawab
Disiplin
Kesatuan Komando
Kesatuan Arah
Mengutamakan kepentingan organisasi dibanding kepentingan kelompok/pribadi
Upah dan gaji berdasarkan prinsip yang adil dan disepakati oleh pekerja dan pemberi
kerja, dlsb.
c. Birokrasi oleh Max Weber pada akhir tahun 1800an mengemukakan perlunya sebuah
organisasi yang bersifat formal, impersonal dan yang dilandasai aturan main yang jelas; yang
kemudain menjadi dasar organisasi birokrasi. Dasar-dasar ini yang kemukakan sebagai berikut :
Meski sama-sama dikatagorikan dalam aliran klasik, yang membedakan antara aliran
Admininstrative Management dengan Scientific Management adalah lokusnya : Pendekatan
Administrative Management fokus pada manajemen organisasional secara utuh, sementara
pendekatan Scientifiec management fokusnya pada metoda operasionalisasi organisasi,
utamanya bagian produksi.
Mary Parker Follett memiliki pemikiran yang berbeda dengan orang yang semasanya. Follett
menyatakan bahwa karyawan seharusnya dilibatkan dalam pengambilan keputusan, bukan
dianggap seperti robot; bahwa karyawan sebagai manusia adalah unsur yang lebih penting dari
pada segala teknik manajemen yang bertumpu pada sektor produksi. Kendati pada masanya
pemikiran Follet tidak digubris, namun dikemudian hari ketika sejarah berputar, ia dianggap
sebagai salah satu pendorong tumbuhnya aliran perilaku.
2. 3. ALIRAN PERILAKU
Perkembangan pemikiran aliran perilaku terutama didorong oleg 3 sebab :
Sejarah terus bergulir, jika masa keemasan produksi massal menjadi pendorong tumbuhnya studi
awal Manajemen sampai tahap ditemukannya aplikasi manajemen secara ilmiah, maka masa
keruntuhan industri massal juga menjadi penyebab ditinggalkannya pendekatan tersebut (yang
kemudian disebut sebagai aliran klasik). Seperti layaknya siklus kehidupan, produksi massal
yang berlimpah akhirnya tak lagi mampu diserap oleh konsumen, padahal investasi yang sangat
besar sudah terlanjur ditanamkan pada sektor industri,
Dari berbagai eksperimen yang dilakukan untuk mengetahui kondisi-kondisi apa yang
menyebabkan seseorang atau sekelompok orang dapat bekerja maksimal, diperoleh dasar-dasar
analisis sistematis bagaimana manusia berperilaku dalam organisasi. Pendekatan Human
Relation muncul dalam situasi ini. Pendekatan ini memandang perlunya memperlakukan
karyawan secara manusiawi, bukan sekedar alat produksi dari industrialisasi, bahwa sebagai
manusia, karyawan juga butuh didengar keluhannya, dipahami kebutuhannya dan dihargai
pendapatnya dalam keputusan-keputusan perusahaan. Jika pendekatan atau gerakan Human
Relation hanya menyoroti bagian kecil dari segi manusia dalam situasi kerja tertentu, maka
pendekatan Perilaku Organisasi yang tumbuh kemudian, menyoroti segi-segi yang lebih luas dari
perilaku manusia di dalam organisasi.
2. 4. ALIRAN KUANTITATIF
Pendekatan Kuantitatif seringkali dirujuk sebagai manajemen ilmiah, meski dalam aliran
ini kita masih biisa mengenali 3 fokus yang berbeda. 1) Management Science. 2) Operation
Research, dan 3) Manajemen information System (MIS). Fokus utamanya pada proses-proses
dalam manajemen yang menggunakan teknik-teknik matematika dan statistik.
Operation Research (OR) adalah contoh terbaik dari pendekatan ini. Kendati praktek
kuantitatif sudah dimulai pada masa Henry Fayol dengan aliran Manajemen Ilmiah, namun
lingkup aplikasi aliran kuantitatif dalam manajemen jauh lebih terbatas, misalnya dalam urusan
persedian barang, alokasi sumberdaya, kecepatan pelayanan dalam suatu antrian, dll. Pendekatan
Kuantitatif sampai saat ini masih sering dimanfaatkan dalam pembuatan keputusan manajerial.
Perhitungan-perhitungan matematis mengenai probabilitas, sangat membantu manajer dalam
memilih alternatif yang terbaik, sekalipun keputusan akhir yang diambil tetap berdasarkan
keyakinan sang manajer.
2. 5. PENDEKATAN KONTIJENSI
Kendati telah begitu banyak ahli yang meneliti tentang manajemen dan menawarkan
teori-teori yang dapat diterapkan oleh para manajer, namun pada kenyataannya pendekatan-
pendekatan tersebut tidak selalu applicable. Manajemen tidak hanya berhubungan dengan
metode atau teknik-teknik (knowhow) - yang banyak kita jumpai pada teori-teori aliran
manajemen klasik, aliran manajemen kuantitatif ataupun teori sistem, bahkan lebih sering
berhubungan dengan manusia yang menjalankan metode atau teknik-teknik tersebut (Aliran
behavior). Di sisi lain juga tidak ada teori tentang perilaku manusia yang benar-benar bersifat
universal. Selain itu pendekatan-pendekatan sebelumnya juga sangat kurang memperhitungkan
pengaruh faktor lingkungan ke dalam teori-teori mereka, padahal lingkungan dan situasi yang
berbeda membutuhkan pendekatan yang berbeda pula dalam proses manajemen.
Pendekatan Kontijensi merupakan pendekatan berusaha menjembatani benturan antara
teori dan praktek manajemen tersebut dengan secara serius memperhatikan pengaruh variabel-
variabel lingkungan terhadap organisasi dan proses-proses manajemen. Secara mudah
pendekatan kontijensi ini dapat disebut sebagai pendekatan ”Jika-Maka”, ”jika” mewakili
variabel lingkungan, sedang ”maka” mewakili variabel manajemen. Fred Luthans adalah tokoh
pendekatan ini yang pada tahun 1976 dalam bukunya ”Introduction to Management : A
Contingency Approach” mengilustrasikan hubungan pemikiran antara berbagai pendekatan
manajemen yang berkembang sejak tahun 1950, seperti tampak pada gambar di atas.
3.1. MANAJEMEN NORMATIF DAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN
Sudut pandang normatif menilai tentang apa yang seharusnya dilakukan oleh seorang manajer
agar dapat meningkatkan kinerja organisasi dan mencapai tujuan yang direncanakan. Sudut
pandang ini berasal dari pendekatan manajemen klasik yang meyakini bahwa semua manajer
harus melakukan (minimal) 5 fungsi manajer agar pekerjaan-pekerjaan organisasi terlaksana
secara efektif dan efisien. Efektifitas dan efesiensi tersebut akan meningkat manakala aktifitas-
aktifitas organisasi tersebut direncanakan, diorganisir, diarahkan, dikoordinasikan dan dikontrol
secara efisien, yang selanjunya disebut fungsi Perencanaan; fungsi Pengorganisasian, fungsi
Pengkoordinasian, dan fungsi Pengendalian.
3.1.1. Fungsi Perencanaan secara singkat dapat didefinisikan sebagai aktifitas-aktifitas : 1).
Menentukan tujuan organisasi dan sasaran-sasaran setiap sub-unitnya; 2). Menentukan cara dan
alat untuk mencapai tujuan tersebut (termasuk di dalamnya menentukan strategi, rencana
komprehensif yang mencakup seluruh aktifitas pokok organisasi) . Planning dianggap sebagai
fungsi pertama dan utama karena perencanaan merupakan alat untuk mengidentifikasikan apa
tujuan organisasi dan bagaimana cara mencapainya. Perencanaan menghasilkan anggaran,
kebijakan, prosedur dan jadwal untuk mengarahkan aktifitas-aktifitas organisasi ke arah tujuan
yang diinginkan dan menghindari aktifitas-aktifitas yang tidak berkaitan atau bahkan
bertentangan dengan tujuan yang ingin dicapai oleh organisasi tersebut.
3.1.2. Fungsi Pengorganisasian singkat dapat didefinisikan sebagai: 1). kegiatan
mengelompokkan kegiatan-kegiatan organisasi secara logis; 2). Menstrukturkan hubungan-
hubungan antar anggota organisasi); 3). Menjabarkan hubungan kerja antar kelompok kerja.
Melalui pengorganisasian dapat diketahui pola hubungan kerja formal, tanggung-jawab,
wewenang, sistem komunikasi, dll dari organisasi tersebut. Inti dari fungsi pengorganisasian
adalah menetapkan siapa yang bertanggungjawab atas pekerjaan apa (who is responsible for
doing what).
3.1.3. Fungsi Koordinasi secara singkat didefinisikan sebagai sebuah proses memotivasi,
memimpin dan berkomunikasi dengan para anggota organisasi untuk mencapai tujuan dan
sasaran organisasi. Koordinasi ini sangat diperlukan mengingat sebuah organisasi terdiri dari
banyak individu dan bagian yang bisa saja memiliki tujuan berbeda.
3.1.4. Fungsi Pengendalian secara singkat didefinisikan sebagai proses untuk melihat apakah
aktifitas-aktifitas organisasi terlaksana sebagaimana yang direncanakan. Pengendalian dilakukan
untuk memastikan bahwa sasaran-sasaran organisasi yang telah ditetapkan dalam perencanaan
dapat dan telah dicapai. Dalam proses ini biasanya yang dilakukan adalah : 1) menetapkan
standar pekerjaan; 2). Mengukur pencapaian pekerjaan; 3). Membandingkan antara pencapaian
dengan standar yang telah ditetapkan, 4). Mengambil tindakan koreksi apabila terdapat
penyimpangan.
DAFTAR PUSTAKA;
Cardoso Gomes, Faustino, 1995, Manajemen Sumber Daya Manusia, Andi Offset,
Yogyakarta
Chung, Kae H & Leon C. Megginson (1981); Organizational Behavior : Developing
Managerial Skills; Har[per & Row Publisher, New York.
Daft, Richard L. 2003. Manajemen. Edisi kelima, Jilid I. Jakarta: Erlangga.
Dharmamesta, Basu Swastha dan Sukotjo, Ibnu (2002); Pengantar Bisnis Modern.
Liberty, Yogyakarta.
Ellen A. Benowitz, M.Ed (2001), Principles of Management; Hungry Minds Inc; New
York.
Handoko,Tani H. 1999. Manajemen. Edisi 2. Yogyakarta: BPFE.
Luthans, Fred; Organizational Behavior, Fith Ed. (1998); McGraw-Hill Book Company;
New York.
Nitisemito, Alex S.1985. Manajemen (Suatu Dasar dan Pengantar). Jakarta: Ghalia
Indonesia.
Robbins, Stephen P & Timothy A. Judge; Oganizational Behavior, 12nd ed. (2005);
Pearson Education; New Jersey.
Siagian, MPA, Sondang. P, 1999, Manajemen Sumber Daya Manusia, Bumi Aksara,
Jakarta
Siswanto H.B; Pengantar Manajemen (2006), Bumi Aksara; Bandung
S. Panggabean, ME, Mutiara, 2002, Manajemen Sumber Daya Manusia, Ghalia
Indonesia, Bogor
Stoner, James dkk. (1996); Manajemen Jilid II. PT Prenhallindo: Jakarta.
Sukwaty, dkk. Ekonomi SMA Kelas XII. (2004); Yudhistira; Jakarta.
Sumarni, Murti. 1998. Pengantar Bisnis (Dasar-Dasar Ekonomi Perusahaan). Edisi
kelima. Yogyakarta: Liberty.
Trisnawati, Erni Sule dkk. 2004. Pengantar Manajemen. (2004); Prenada Media: Jakarta.