Anda di halaman 1dari 7

TUGAS ARTIKEL

Nama : Farid Wajdi


NIM : 4520012121
Kelas : Manajemen D
Mata kuliah : Pengantar Manajemen
Dosen : Dr. Ir. Zainal Abidin Sahabuddin, M.M., CIQnR., CIQaR

TEORI MANAJEMEN

1.1. DEFINISI DAN PENGERTIAN MANAJEMEN


Definisi yang agak rinci menyatakan bahwa manajemen adalah “the arts of getting things
done through people (seni dalam menyelesaikan sesuatu melalui orang lain), yang artinya upaya
penyelesaian pekerjaan baru bisa disebut sebagai manajemen apabila menyertakan orang lain.
Dan yang lebih rinci lagi adalah “management as the process of coordinating work activities so
that they are completed efficiently and effectively with and through other people (Robbins et all:
2003).
Definisi lain yang sangat rinci menyebutkan “management as the attainment of
organisational goals in an effective and efficient manner through planning, organizing, leading
and controlling organizational resources” (Samson dan Daft 2004), mereka bahkan menegaskan
bahwa pengelolaan penggunaan sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan dan performa
terbaik ini bersifat universal, yang dengan demikian berarti bahwa fungsi-fungsi manajemen
adalah sama dimana saja dan kapan saja pada seluruh jenis organisasi.

I.2. MANAJEMEN SEBAGAI ILMU DAN SENI


Manajemen adalah suatu ilmu sekaligus seni. Manajemen sebagai ilmu menunjukkan
bahwa upaya pencapaian tujuan-tujuan manajemen dilakukan dengan menjelaskan fenomena-
fenomena dan gejala-gejala manajemen serta mentransformasikan dan mengidentifikasikan
proses manajemen tersebut berdasarkan pengetahuan-pengetahuan yang terorganisasi (yaitu
ilmu) atau kaidah-kaidah ilmiah. Menurut Luther Gullick, manajemen telah memenuhi
persyaratan sebagai ilmu karena telah dipelajari untuk waktu yang lama dan telah
diorganisasikan menjadi suatu rangkaian teori yang telah teruji kebenarannya dalam praktek. Inti
hubungan antara teori dan praktek ini adalah bahwa setiap praktek manajemen harus didasarkan
pada prinsip-prinsip teori dengan keterkaitan.
Manajemen sebagai seni mempertimbangkan aspek kontekstual dalam pengaplikasiaan
kaidah-kaidah ilmiah dalam ilmu manajemen. Hal ini berdasarkan kenyataan bahwa prinsip
manajemen yang sama bisa menghasilkan output yang berbeda pada situasi (kenyataan praktis)
yang berbeda, karenanya di perlukan suatu ‘seni’ untuk mencapai efisiensi dan efektivitas dalam
manajemen. Seni adalah kecakapan (know how) untuk mencapai hasil konkret yang diinginkan.
Selain itu seni dikenal sebagai usaha manusia yang paling kreatif (Koontz dkk, 1994: 6)
Ciri-Ciri Manajemen Sebagai Seni

 Kesuksesan pencapaian tujuan dipengaruhi dan didukung oleh sifat-sifat dan bakat para
manajer
 Melibatkan unsur naluri, intuisi, perasaan dan intelektual berdasarkan pengalaman
 Faktor penentu keberhasilan adalah keahlian konseptual, kekuatan pribadi yang kreatif,
komunikasi interpersonal dan skill.

Produktivitas suatu seni selalu didasari oleh pemahaman akan ilmu yang mendasarinya dengan
demikian jelas bahwa antara ilmu dan seni dalam manajemen bersifat saling melengkapi dan
bukan sebaliknya saling bertentangan.

1.3 KONSEP EFEKTIF DAN EFISIEN


EFEKTIF EFISIEN

1. Berkaitan dengan tingkat dimana suatu organisasi mencapai tujuannya (Concerns with
the degree to which the organisation achieves its goals)
2. Berkaitan dengan cara bagaimana mencapai sesuatu tujuan (Concern with means of
getting things done)
3. Merujuk pada tujuan akhir (Refers with ‘ends’ or the attainment of organisational goals)
4. Merujuk pada rasio antara input dan output yaitu “getting the most output from the least
amounts of inputs” atau penggunaan input atau sumber daya (raw materials, money, and
people) yang seminimal mungkin untuk mencapai hasil yang diinginkan.
5. Mengerjakan pekerjaan yang benar atau tepat (Do the right things)
6. Mengerjakan pekerjaan dengan benar atau tepat (Do the things right)

Manajemen dipelajari, dipraktekkan, diuji, dipertanyakan, semua dalam kaitan agar tujuan
organisasi dapat dicapai seoptimal mungkin dengan cara yang semudah mungkin. Kendati
konsep efesien relatif pasti, namun ukurannya bisa menjadi relatif manakala dikaitkan dengan
tujuan yang berubah. Pada masa awal manajemen dipelajari, tujuan organisasi selalu berkaitan
dengan pencapaian keuntungan atau produktifitas yang sebesar-besarnya, namun pada masa kini
tujuan organisasi semakin beragam sehingga pendekatan manajemen sekaligus konsep efisiensi
juga mengalami pergeseran : bukan sekedar rasio antara input dan output yang terlihat dan
terukur.

II.1. SEJARAH AWAL PERKEMBANGAN MANAJEMEN


Disadari atau tidak manajemen telah hadir dalam kehidupan manusia sejak tumbuhnya
kebutuhan untuk ’bekerjasama’ mencapai tujuan. Apapun dasar dari ‘kerjasama’ tersebut, namun
sejarah membuktikan bahwa manajer sudah hadir sejak manusia memutuskan untuk
memposisikan sebagian dari yang lain sebagai ‘bawahan’nya untuk mencapai tujuan yang
diinginkannya. Rekam jejak sejarah kuno bangsa Roma dan Mesir misalnya, menunjukkan
adanya pengorganisasian dalam pembangunan kuil atau istana yang dilakukan oleh penguasa
pada para budaknya. peninggalan fisik tersebut menggambarkan adanya aktifitas yang teratur
dan bertahap di masa lalu yang saat ini dinamakan manajemen.
Sekalipun praktek manajemen sudah dilakukan sangat lama, namun sebagai kajian ilmiah
yang terus dikembangkan baru dimulai pada abad ke 20 atau pada tahun 1950-an. Pada tahun
1776 Adam Smith menerbitkan suatu doktrik ekonomi klasik yang memperkenalkan ide
pembagian kerja agar menjadi lebih rinci dan berulang. Pada abad-18 itu pula terjadi Revolusi
Industri yang bermula dari Inggris sampai ke Amerika. Revolusi Industri bertujuan agar dapat
menekan ongkos produksi seefisien mungkin dan dengan hasil produksi yang jauh lebih banyak
(mass production) dengan menggantikan tenaga manusia dengan tenaga mesin (advance of
machine power), yang ditunjang pula dengan sistem transportasi yang efisien (efficient
transportation). Revolusi Industri serta teori ekonomi klasik Adam Smith telah memberi dasar
pada aplikasi manajemen, kendati dari segi keilmuan belum berkembang.

Teori Manajemen baru tumbuh pada awal abad 19 yang dipelopori oleh Robert Owen dan
Charles Babbage, dan Henry P. Towne dengan munculnya teori manajemen yang membahas
beberapa hal yang kini dikenal sebagai bagian dari manajemen modern Dalam teorinya Robert
Owen menekankan perlunya sumber daya manusia (SDM) dan kesejahteraan pekerja dalam
sebuah organisasi. Menurutnya dengan memperbaiki kondisi pekerja, tidak hanya memperbaiki
kualitas hidup mereka sebagai pekerja tapi dapat meningkatkan 50-100% produktivitas
organisasi (Bartol 1996). Sedangkan Charles Babbage (1792-1871) menekankan pentingnya
efisiensi dalam kegiatan Produksi, khususnya dalam penggunaan fasilitas dan material produksi.
Sementara itu Towne menekankan pada pentingnya manajemen sebagai ilmu dan pentingnya
mengembangkan prinsip-prinsip manajemen.

2. 2. ALIRAN KLASIK
Aliran Klasik dicirikan oleh upaya para perintisnya untuk mengidentifikasikan fungsi-fungsi
manajemen yang bersifat universal serta untuk menetapkan prinsip-prinsip dasar manajemen.
Henry Fayol merupakan salah seorang pionirnya di Prancis pada tahun 1900 dan dikenal meluas
setelah tulisannya diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris tahun 1949. Fayol mengidentifikasikan
5 fungsi universal dalam manajemen, yakni : Planning, Organizing, Commanding, Coordinating,
dan Controling.
Yang termasuk dalam kelompok Aliran Klasik ini adalah:
a. Pendekatan Scientifiec Management yang dipelopori oleh Frederick W. Taylor pada tahun
1911 dalam bukunya yang fenomenal The Principles of Scientifiec management yang
mengemukakan teknik-teknik dalam studi tentang gerak dan waktu; standarisasi; penyusunan
sasaran, dll yang secara dramatis meningkatkan produktifitas dan efisiensi industri kala itu.
Selain Taylor, tokoh lain adalah Frank Gilbreth & Lillian Gilbreth (suami sitri yang meneliti
tentang gerakan tubuh dalam bekerja. Mereka menemukan bahwa agar tercapai efisiensi dan
produktifitas yang tinggi, maka ada gerakan-gerakan tertentu yang perlu dilakukan dan yang
tidak boleh dilakukan saat melakukan pekerjaan tertentu) dan Henry L Gantt (dengan Bagan
Gantt yang samapai saat ini masih digunakan dalam bagan perencanaan dan pengendalian
produksi).
b. Pendekatan Manajemen Administrasi. Tokoh utamanya adalah Henry Fayol dan Alfred F.
Sloan, Max Weber. yang dari karya mereka diperoleh dasar-dasar penyusunan organisasi profit
dan organisasi non profit (Birokrasi). Henry Fayol berdasarkan pengalamannya mengelola
industri pertambangan di Perancis, mengemukakan 14 Prinsip-prinsip Manajemen yang sampai
saat ini masih dianggap relevan (walau tidak bersifat universal). Prinsip-prinsip tersebut antara
lain adalah :

 Pembagian Kerja
 Wewenang dan Tanggung-jawab
 Disiplin
 Kesatuan Komando
 Kesatuan Arah
 Mengutamakan kepentingan organisasi dibanding kepentingan kelompok/pribadi
 Upah dan gaji berdasarkan prinsip yang adil dan disepakati oleh pekerja dan pemberi
kerja, dlsb.

c. Birokrasi oleh Max Weber pada akhir tahun 1800an mengemukakan perlunya sebuah
organisasi yang bersifat formal, impersonal dan yang dilandasai aturan main yang jelas; yang
kemudain menjadi dasar organisasi birokrasi. Dasar-dasar ini yang kemukakan sebagai berikut : 

 A Well-defined Hirarchie : Adanya Susunan Hirarchie yang jelas


 Division of work and Specialization ;Adanya Pembagian kerja yang Jelas dan spesialisasi
 Rules and Regulations :Adanya aturan dan hukum yang jelas
 Impersonal-Relationship Hubungan yang impersonal antara pimpinan dengan bawahan
 Competence :Kompetensi merupakan dasar memilih karyawan
 Records : Adanya catatan tentang aktifitas organisasi yang dipelihara

Meski sama-sama dikatagorikan dalam aliran klasik, yang membedakan antara aliran
Admininstrative Management dengan Scientific Management adalah lokusnya : Pendekatan
Administrative Management fokus pada manajemen organisasional secara utuh, sementara
pendekatan Scientifiec management fokusnya pada metoda operasionalisasi organisasi,
utamanya bagian produksi.

Mary Parker Follett memiliki pemikiran yang berbeda dengan orang yang semasanya. Follett
menyatakan bahwa karyawan seharusnya dilibatkan dalam pengambilan keputusan, bukan
dianggap seperti robot; bahwa karyawan sebagai manusia adalah unsur yang lebih penting dari
pada segala teknik manajemen yang bertumpu pada sektor produksi. Kendati pada masanya
pemikiran Follet tidak digubris, namun dikemudian hari ketika sejarah berputar, ia dianggap
sebagai salah satu pendorong tumbuhnya aliran perilaku.

2. 3. ALIRAN PERILAKU
Perkembangan pemikiran aliran perilaku terutama didorong oleg 3 sebab : 

 Memudarnya masa keemasan revolusi industri dengan produksi massalnya yang


kemudian menyebabkan perekonomian mengalami Depresi Besar;
 Pembentukan organisasi Serikat Buruh yang kemudian diakui haknya oleh Konstitusi AS;
 Studi Hawthorne oleh Elton Mayo dan kawan-kawan.

Sejarah terus bergulir, jika masa keemasan produksi massal menjadi pendorong tumbuhnya studi
awal Manajemen sampai tahap ditemukannya aplikasi manajemen secara ilmiah, maka masa
keruntuhan industri massal juga menjadi penyebab ditinggalkannya pendekatan tersebut (yang
kemudian disebut sebagai aliran klasik). Seperti layaknya siklus kehidupan, produksi massal
yang berlimpah akhirnya tak lagi mampu diserap oleh konsumen, padahal investasi yang sangat
besar sudah terlanjur ditanamkan pada sektor industri,

Dari berbagai eksperimen yang dilakukan untuk mengetahui kondisi-kondisi apa yang
menyebabkan seseorang atau sekelompok orang dapat bekerja maksimal, diperoleh dasar-dasar
analisis sistematis bagaimana manusia berperilaku dalam organisasi. Pendekatan Human
Relation muncul dalam situasi ini. Pendekatan ini memandang perlunya memperlakukan
karyawan secara manusiawi, bukan sekedar alat produksi dari industrialisasi, bahwa sebagai
manusia, karyawan juga butuh didengar keluhannya, dipahami kebutuhannya dan dihargai
pendapatnya dalam keputusan-keputusan perusahaan. Jika pendekatan atau gerakan Human
Relation hanya menyoroti bagian kecil dari segi manusia dalam situasi kerja tertentu, maka
pendekatan Perilaku Organisasi yang tumbuh kemudian, menyoroti segi-segi yang lebih luas dari
perilaku manusia di dalam organisasi.

2. 4. ALIRAN KUANTITATIF
Pendekatan Kuantitatif seringkali dirujuk sebagai manajemen ilmiah, meski dalam aliran
ini kita masih biisa mengenali 3 fokus yang berbeda. 1) Management Science. 2) Operation
Research, dan 3) Manajemen information System (MIS). Fokus utamanya pada proses-proses
dalam manajemen yang menggunakan teknik-teknik matematika dan statistik.

Operation Research (OR) adalah contoh terbaik dari pendekatan ini. Kendati praktek
kuantitatif sudah dimulai pada masa Henry Fayol dengan aliran Manajemen Ilmiah, namun
lingkup aplikasi aliran kuantitatif dalam manajemen jauh lebih terbatas, misalnya dalam urusan
persedian barang, alokasi sumberdaya, kecepatan pelayanan dalam suatu antrian, dll. Pendekatan
Kuantitatif sampai saat ini masih sering dimanfaatkan dalam pembuatan keputusan manajerial.
Perhitungan-perhitungan matematis mengenai probabilitas, sangat membantu manajer dalam
memilih alternatif yang terbaik, sekalipun keputusan akhir yang diambil tetap berdasarkan
keyakinan sang manajer.

2. 5. PENDEKATAN KONTIJENSI
Kendati telah begitu banyak ahli yang meneliti tentang manajemen dan menawarkan
teori-teori yang dapat diterapkan oleh para manajer, namun pada kenyataannya pendekatan-
pendekatan tersebut tidak selalu applicable. Manajemen tidak hanya berhubungan dengan
metode atau teknik-teknik (knowhow) - yang banyak kita jumpai pada teori-teori aliran
manajemen klasik, aliran manajemen kuantitatif ataupun teori sistem, bahkan lebih sering
berhubungan dengan manusia yang menjalankan metode atau teknik-teknik tersebut (Aliran
behavior). Di sisi lain juga tidak ada teori tentang perilaku manusia yang benar-benar bersifat
universal. Selain itu pendekatan-pendekatan sebelumnya juga sangat kurang memperhitungkan
pengaruh faktor lingkungan ke dalam teori-teori mereka, padahal lingkungan dan situasi yang
berbeda membutuhkan pendekatan yang berbeda pula dalam proses manajemen.
Pendekatan Kontijensi merupakan pendekatan berusaha menjembatani benturan antara
teori dan praktek manajemen tersebut dengan secara serius memperhatikan pengaruh variabel-
variabel lingkungan terhadap organisasi dan proses-proses manajemen. Secara mudah
pendekatan kontijensi ini dapat disebut sebagai pendekatan ”Jika-Maka”, ”jika” mewakili
variabel lingkungan, sedang ”maka” mewakili variabel manajemen. Fred Luthans adalah tokoh
pendekatan ini yang pada tahun 1976 dalam bukunya ”Introduction to Management : A
Contingency Approach” mengilustrasikan hubungan pemikiran antara berbagai pendekatan
manajemen yang berkembang sejak tahun 1950, seperti tampak pada gambar di atas.
3.1. MANAJEMEN NORMATIF DAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN
Sudut pandang normatif menilai tentang apa yang seharusnya dilakukan oleh seorang manajer
agar dapat meningkatkan kinerja organisasi dan mencapai tujuan yang direncanakan. Sudut
pandang ini berasal dari pendekatan manajemen klasik yang meyakini bahwa semua manajer
harus melakukan (minimal) 5 fungsi manajer agar pekerjaan-pekerjaan organisasi terlaksana
secara efektif dan efisien. Efektifitas dan efesiensi tersebut akan meningkat manakala aktifitas-
aktifitas organisasi tersebut direncanakan, diorganisir, diarahkan, dikoordinasikan dan dikontrol
secara efisien, yang selanjunya disebut fungsi Perencanaan; fungsi Pengorganisasian, fungsi
Pengkoordinasian, dan fungsi Pengendalian. 
3.1.1. Fungsi Perencanaan secara singkat dapat didefinisikan sebagai aktifitas-aktifitas : 1).
Menentukan tujuan organisasi dan sasaran-sasaran setiap sub-unitnya; 2). Menentukan cara dan
alat untuk mencapai tujuan tersebut (termasuk di dalamnya menentukan strategi, rencana
komprehensif yang mencakup seluruh aktifitas pokok organisasi) . Planning dianggap sebagai
fungsi pertama dan utama karena perencanaan merupakan alat untuk mengidentifikasikan apa
tujuan organisasi dan bagaimana cara mencapainya. Perencanaan menghasilkan anggaran,
kebijakan, prosedur dan jadwal untuk mengarahkan aktifitas-aktifitas organisasi ke arah tujuan
yang diinginkan dan menghindari aktifitas-aktifitas yang tidak berkaitan atau bahkan
bertentangan dengan tujuan yang ingin dicapai oleh organisasi tersebut.
3.1.2. Fungsi Pengorganisasian singkat dapat didefinisikan sebagai: 1). kegiatan
mengelompokkan kegiatan-kegiatan organisasi secara logis; 2). Menstrukturkan hubungan-
hubungan antar anggota organisasi); 3). Menjabarkan hubungan kerja antar kelompok kerja.
Melalui pengorganisasian dapat diketahui pola hubungan kerja formal, tanggung-jawab,
wewenang, sistem komunikasi, dll dari organisasi tersebut. Inti dari fungsi pengorganisasian
adalah menetapkan siapa yang bertanggungjawab atas pekerjaan apa (who is responsible for
doing what).
3.1.3. Fungsi Koordinasi secara singkat didefinisikan sebagai sebuah proses memotivasi,
memimpin dan berkomunikasi dengan para anggota organisasi untuk mencapai tujuan dan
sasaran organisasi. Koordinasi ini sangat diperlukan mengingat sebuah organisasi terdiri dari
banyak individu dan bagian yang bisa saja memiliki tujuan berbeda.

3.1.4. Fungsi Pengendalian secara singkat didefinisikan sebagai proses untuk melihat apakah
aktifitas-aktifitas organisasi terlaksana sebagaimana yang direncanakan. Pengendalian dilakukan
untuk memastikan bahwa sasaran-sasaran organisasi yang telah ditetapkan dalam perencanaan
dapat dan telah dicapai. Dalam proses ini biasanya yang dilakukan adalah : 1) menetapkan
standar pekerjaan; 2). Mengukur pencapaian pekerjaan; 3). Membandingkan antara pencapaian
dengan standar yang telah ditetapkan, 4). Mengambil tindakan koreksi apabila terdapat
penyimpangan.
DAFTAR PUSTAKA;

 Cardoso Gomes, Faustino, 1995, Manajemen Sumber Daya Manusia, Andi Offset,
Yogyakarta
 Chung, Kae H & Leon C. Megginson (1981); Organizational Behavior : Developing
Managerial Skills; Har[per & Row Publisher, New York.
 Daft, Richard L. 2003. Manajemen. Edisi kelima, Jilid I. Jakarta: Erlangga.
 Dharmamesta, Basu Swastha dan Sukotjo, Ibnu (2002); Pengantar Bisnis Modern.
Liberty, Yogyakarta. 
 Ellen A. Benowitz, M.Ed (2001), Principles of Management; Hungry Minds Inc; New
York.
 Handoko,Tani H. 1999. Manajemen. Edisi 2. Yogyakarta: BPFE.
 Luthans, Fred; Organizational Behavior, Fith Ed. (1998); McGraw-Hill Book Company;
New York. 
 Nitisemito, Alex S.1985. Manajemen (Suatu Dasar dan Pengantar). Jakarta: Ghalia
Indonesia.
 Robbins, Stephen P & Timothy A. Judge; Oganizational Behavior, 12nd ed. (2005);
Pearson Education; New Jersey. 
 Siagian, MPA, Sondang. P, 1999, Manajemen Sumber Daya Manusia, Bumi Aksara,
Jakarta
 Siswanto H.B; Pengantar Manajemen (2006), Bumi Aksara; Bandung 
 S. Panggabean, ME, Mutiara, 2002, Manajemen Sumber Daya Manusia, Ghalia
Indonesia, Bogor
 Stoner, James dkk. (1996); Manajemen Jilid II. PT Prenhallindo: Jakarta. 
 Sukwaty, dkk. Ekonomi SMA Kelas XII. (2004); Yudhistira; Jakarta.
 Sumarni, Murti. 1998. Pengantar Bisnis (Dasar-Dasar Ekonomi Perusahaan). Edisi
kelima. Yogyakarta: Liberty.
 Trisnawati, Erni Sule dkk. 2004. Pengantar Manajemen. (2004); Prenada Media: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai