Nia Rahmawati (Efusi Pleura SSN)
Nia Rahmawati (Efusi Pleura SSN)
Disusun Oleh :
Nama : Nia Rahmawati
Nim : 2018.C.10a.0944
Efri Dulie,S.Kep.,Ners
Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan yang berjudul “Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan
Pada Ny.R dengan Diagnosa Medis Efusi Pleura Sinistra Strauma Nodusa di
Ruang ICU RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya”. Laporan pendahuluan ini
disusun guna melengkapi tugas (PPK 4 ).
Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners
STIKes Eka Harap Palangka Raya.
3. Efri Dulie S. Kep. Ners selaku pembimbing akademik yang telah banyak
memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian asuhan
keperawatan ini.
4. Panca Oberti Butar Butar S. Kep. Ners selaku kepala ruang ICU RSUD dr.
Doris Sylvanus Palangka Raya dan pembimbing Klinik yang telah
memberikan izin, informasi dan membantu dalam pelaksanaan praktik
manajemen keperawatan di ruang ICU.
5. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
Cover
Lembar pengesahan
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB 1 PENDAHULUAN...............................................................................
1.1 Latar Belakang............................................................................................
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................
1.4 Manfaat Penulisan......................................................................................
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................
2.1 Konsep Penyakit.......................................................................................
2.1.1 Definisi.............................................................................................
2.1.2 Anatomi Fisiologi.............................................................................
2.1.3 Etiologi.............................................................................................
2.1.4 Klasifikasi.........................................................................................
2.1.5 Patofisiologi (WOC).........................................................................
2.1.6 Manifestasi Klinis (Tanda dan Gejala).............................................
2.1.7 Komplikasi........................................................................................
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang....................................................................
2.1.9 Penatalaksanaan Medis....................................................................
2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan..........................................................
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN............................................................
3.1 Pengkajian Keperawatan............................................................................
3.2 Diagnosa Keperawatan...............................................................................
3.3 Intervensi Keperawatan..............................................................................
3.4 Implementasi Keperawatan........................................................................
3.5 Evaluasi Keperawatan................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Menurut WHO (2008), efusi pleura merupakan suatu gejala penyakit yang
dapat mengancam jiwa penderitanya. Secara geografis penyakit ini terdapat
diseluruh dunia, bahkan menjadi problema utama di negara-negara yang sedang
berkembang termasuk Indonesia.
Menurut Depkes RI (2006), kasus efusi pleura mencapai 2,7 % dari penyakit
infeksi saluran napas lainnya. WHO memperkirakan 20% penduduk kota dunia
pernah menghirup udara kotor akibat emisi kendaraan bermotor, sehingga banyak
penduduk yang berisiko tinggi penyakit paru dan saluran pernafasan seperti efusi
pleura.
Menurut Baughman (2000), efusi menunjukkan tanda dan gejala yaitu sesak
nafas, bunyi pekak atau datar pada saat perkusi di atas area yang berisi cairan,
bunyi nafas minimal atau tak terdengar dan pergeseran trachea menjauhi tempat
yang sakit. Umumnya pasien datang dengan gejala sesak nafas, nyeri dada, batuk,
dan demam. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan abnormalitas dengan bunyi
redup pada perkusi, penurunan fremitus pada palpasi, dan penurunan bunyi napas
pada auskultasi paru bila cairan efusi sudah melebihi 300 ml. Foto toraks dapat
digunakan untuk mengkonfirmasi terjadinya efusi pleura.
Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang di butuhkan oleh
manusia dalam mempertahanankan keseimbangan fisiologi maupun psikologi.
Salah satunya adalah kebutuhan oksigen. Oksigen adalah salah satu komponen gas
dan unsur vital dalam proses metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan
hidup seluruh sel-sel tubuh. Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara
menghirup O2 ruangan setiap kali bernapas. (Wartonah Tarwanto, 2006)
Oksigen merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan manusia,
dalam tubuh, oksigen berperan penting dalam proses metabolisme sel tubuh.
Kekurangan oksigan bisa menyebabkan hal yangat berarti bagi tubuh, salah
satunya adalah kematian. Karenanya, berbagai upaya perlu dilakukan untuk
mejamin pemenuhan kebutuhan oksigen tersebut, agar terpenuhi dengan baik.
Dalam pelaksanannya pemenuhan kebutuhan oksigen merupakan tugas perawat
tersendiri, oleh karena itu setiap perawat harus paham dengan manisfestasi tingkat
pemenuhan oksigen pada klienya serta mampu mengatasi berbagai masalah yang
terkait dengan pemenuhan kebutuhan tesebut. Oleh karena itu, kebutuhan oksigen
merupakan kebutuhan yang paling utama dan sangat vital bagi tubuh.
Pemenuhan kebutuhan oksigen ini tidak terlepas dari kondisi sistem
pernapasan secara fungsional. Bila ada gangguan pada salah satu organ sistem
respirasi, maka kebutuhan oksigen akan mengalami gangguan. Sering kali
individu tidak menyadari terhadap pentingnya oksigen. Proses pernapasan
dianggap sebagai sesuatu yang biasa-biasa saja. Banyak kondisi yang
menyebabkan seseorang mengalami gangguan dalam pemenuhan kebutuhan
oksigen, seperti adanya sumbatan pada saluran pernapasan. Pada kondisi ini,
individu merasakan pentingnya oksigen.
D. Trakhea
G. Alveolus
A. Pleura
Paru-paru dibungkus oleh lapisan pleura yang dibagi menjadi 2 jenis
yaitu pleura viseral dan pleura parietal. Pleura viseral adalah pleura
yang menempel erat pada dinding paru sedangkan pleura parietal
adalah pleura yang tidak menempel langsung pada paru. Pleura
parietal lebih tebal dibanding pleura viseral. Di antara pleura visceral
dan pleura parietal terdapat rongga yang disebut kavum pleura
(Moore, Dalley dan Agur, 2010).
B. Paru
Paru-paru dibagi menjadi 2 yaitu paru kanan dan paru kiri. Di paru
kanan terdiri dari 2 fissura: fissure horizontal dan fissura oblique yang
membahagi paru kepada 3 lobus yaitu: lobus superior, lobus medius
dan lobus inferior. Paru kanan lebih luas dan pendek karena dome
diafragma kanan lebih tinggi dibanding dome diafragma kiri. Paru kiri
terdiri dari 1 fissura yaitu fissura oblique dan 2 lobus. Fissura oblique
terletak di antara lobus superior dan lobus inferior paru kiri. Di batas
anterior paru kiri terdapat deep cardiac notch karena deviasi apeks
jantung ke arah kiri (Moore, Dalley dan Agur, 2010).
C. Bronkus
Bronkus terdiri dari dua bagian yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri.
Di setiap bronkus akan terbentuk lobar bronkus sekunder, dua di kiri
dan tiga di kanan. Setiap lobar bronkus sekunder akan bercabang
menjadi tertiary segmental bronchi yang kemudian akan membentuk
bronkiolus. Di akhir brokiolus, terdapat jutaan kantung kecil udara
yang disebut alveoli. Alveoli diselaputi oleh kapiler dan memiliki
dinding yang tipis. Fungsi alveoli adalah untuk mentransportasi udara
dan memastikan terjadinya pertukaran gas (Moore, Dalley dan Agur,
2010).
2.1.3.4 Fisiologi Paru
2.1.4 Etiologi
2.1.4.1 Hambatan resorbsi cairan dari rongga pleura, karena adanya bendungan
seperti pada dekompensasi kordis, penyakit ginjal, tumor mediatinum,
sindroma meig (tumor ovarium) dan sindroma vena kava superior.
2.1.4.2 Pembentukan cairan yang berlebihan, karena radang (tuberculosis,
pneumonia, virus), bronkiektasis, abses amuba subfrenik yang menembus
ke rongga pleura, karena tumor dimana masuk cairan berdarah dan karena
trauma. Di Indonesia 80% karena tuberculosis.
Kelebihan cairan rongga pleura dapat terkumpul pada proses penyakit
neoplastik, tromboembolik, kardiovaskuler, dan infeksi. Ini disebabkan
oleh sedikitnya satu dari empat mekanisme dasar :
1. Peningkatan tekanan kapiler subpleural atau limfatik
2. Penurunan tekanan osmotic koloid darah
3. Peningkatan tekanan negative intrapleural
4. Adanya inflamasi atau neoplastik pleura
2.1.4 Klasifikasi
Berdasarkan lokasi cairan yang terbentuk, effusi dibagi menjadi unilateral
dan bilateral. Efusi yang unilateral tidak mempunyai kaitan yang spesifik dengan
penyakit penyebabnya. Akan tetapi efusi yang bilateral ditemukan pada penyakit-
penyakit berikut: Kegagalan jantung kongestif, sindroma nefrotik, asites, infark
paru, lupus eritematosus systemic, tumor dan tuberkolosis.
Berdasarkan jenis cairannya dibedakan menjadi:
a. Hemotoraks (darah di dalam rongga pleura) biasanya terjadi karena cedera
di dada. Penyebab lainnya adalah:
* pecahnya sebuah pembuluh darah yang kemudian mengalirkan darahnya
ke dalam rongga pleura
* kebocoran aneurisma aorta (daerah yang menonjol di dalam aorta) yang
kemudian mengalirkan darahnya ke dalam rongga pleura
b. gangguan pembekuan darah.
Darah di dalam rongga pleura tidak membeku secara sempurna, sehingga
biasanya mudah dikeluarkan melelui sebuah jarum atau selang.
c. Empiema (nanah di dalam rongga pleura) bisa terjadi jika pneumonia atau
abses paru menyebar ke dalam rongga pleura.
Empiema bisa merupakan komplikasi dari:
- Pneumonia
- Infeksi pada cedera di dada
- Pembedahan dada
- Pecahnya kerongkongan
d. Abses di perut.
e. Kilotoraks (cairan seperti susu di dalam rongga dada) disebabkan oleh
suatu cedera pada saluran getah bening utama di dada (duktus torakikus)
atau oleh penyumbatan saluran karena adanya tumor.
2.1.5 Patofosiologi
Didalam rongga pleura terdapat + 5ml cairan yang cukup untuk
membasahi seluruh permukaan pleura parietalis dan pleura viseralis. Cairan ini
dihasilkan oleh kapiler pleura parietalis karena adanya tekanan hodrostatik,
tekanan koloid dan daya tarik elastis. Sebagian cairan ini diserap kembali oleh
kapiler paru dan pleura viseralis, sebagian kecil lainnya (10-20%) mengalir
kedalam pembuluh limfe sehingga pasase cairan disini mencapai 1 liter seharinya.
Terkumpulnya cairan di rongga pleura disebut efusi pleura, ini terjadi bila
keseimbangan antara produksi dan absorbsi terganggu misalnya pada hyperemia
akibat inflamasi, perubahan tekanan osmotic (hipoalbuminemia), peningkatan
tekanan vena (gagal jantung). Atas dasar kejadiannya efusi dapat dibedakan atas
transudat dan eksudat pleura. Transudat misalnya terjadi pada gagal jantung
karena bendungan vena disertai peningkatan tekanan hidrostatik, dan sirosis
hepatic karena tekanan osmotic koloid yang menurun. Eksudat dapat disebabkan
antara lain oleh keganasan dan infeksi. Cairan keluar langsung dari kapiler
sehingga kaya akan protein dan berat jenisnya tinggi. Cairan ini juga mengandung
banyak sel darah putih. Sebaliknya transudat kadar proteinnya rendah sekali atau
nihil sehingga berat jenisnya rendah.
EFUSI PLEURA
WOC
B1 B2 B3 B4 B5 B6
Akumulasi cairan Cairan eksudat Peningkatan Sindrom nefrotik Penekanan abdomen Penrunan Suplai
divakum pleura yang terinfeksi Konsentrasi Cairan pada proses Oksigen
meningkat menjalar ke di pleura hepatik
lapang paru
Konstipasi, mual,
Terjadi penurunan Peningkatan
muntah
ekspansi diparu Tekanan metabolisme
Peradangan
meluas ke rongga hidrostatik dan Hipoalbuminemia anaerob
pleura tekanan osmosis
meningkat
Ventilasi Nafsu makan Peningkatan asam
terganggu menurun laktat
Rekasiantigen- Tekanan keloid
antibodi osmotik kapiler
Cairan di pleura
hiperventilasi pulmonal
menurun Defisit Nutrisi Energi Menurun
Resiko
Hipertermi Nyeri Akut
ketidakseimbangan
cairan
2.1.6 Manifestasi klinis
1. Adanya timbunan cairan mengakibatkan perasaan sakit karena pergesekan,
setelah cairan cukup banyak rasa sakit hilang. Bila cairan banyak, penderita
akan sesak napas.
2. Adanya gejala-gejala penyakit penyebab seperti demam, menggigil, dan nyeri
dada pleuritis (pneumonia), panas tinggi (kokus), subfebril (tuberkulosisi),
banyak keringat, batuk, banyak riak.
3. Deviasi trachea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika terjadi
penumpukan cairan pleural yang signifikan.
4. Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan, karena
cairan akan berpindah tempat. Bagian yang sakit akan kurang bergerak dalam
pernapasan, fremitus melemah (raba dan vocal), pada perkusi didapati daerah
pekak, dalam keadaan duduk permukaan cairan membentuk garis melengkung
(garis Ellis Damoiseu).
5. Didapati segitiga Garland, yaitu daerah yang pada perkusi redup timpani
dibagian atas garis Ellis Domiseu. Segitiga Grocco-Rochfusz, yaitu daerah
pekak karena cairan mendorong mediastinum kesisi lain, pada auskultasi
daerah ini didapati vesikuler melemah dengan ronki.
6. Pada permulaan dan akhir penyakit terdengar krepitasi pleura.
2.1.7 Komplikasi
1. Emboli Paru
Emboli paru adalah penyumbatan arteri paru-paru oleh suatu embolus yang
terjadi secara tiba-tiba. Suatu emboli bisa merupakan
gumpalan darah (trombus), tetapi bisa juga berupa lemak, cairan
ketuban, sumsum tulang, pecahan tumor atau gelembung udara, yang akan
mengikuti aliran darah sampai akhirnya menyumbat pembuluh darah.
Biasanya arteri yang tidak tersumbat dapat memberikan darah dalam jumlah
yang memadai ke jaringan paru-paru yang terkena sehingga kematian jaringan
bisa dihindari. Tetapi bila yang tersumbat adalah pembuluh yang sangat besar
atau orang tersebut memiliki kelainan paru-paru sebelumnya, maka jumlah
darah mungkin tidak mencukupi untuk mencegah kematian paru-paru. Sekitar
10% penderita emboli paru mengalami kematian jaringan paru-paru, yang
disebut infark paru.
2. Edema Paru
3. Pneumotoraks
Udara dapat ke luar dari paru-paru ke rongga pleura saat kantung udara di
paru-paru, atau bulla, meledak. Latihan fisik secara berlebihan dapat
mendorong terjadinya pneumotoraks. Komplikasi kondisi paru-paru
seperti asma dan chronic obstructive pulmonary disease juga dapat memicu
kondisi ini.
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang
2 Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan perawatan 1x7 jam Manajemen Jalan Nafas. SIKI (I.01011 Hal 186)
berhubungan dengan nyeri, diharapkan pola nafas klien membaik dengan Observasi
ansietas, posisi tubuh, kriteria hasil : SLKI (L.01004 Hal 95) 1. Monitor pola napas
kelelahan dan hiperventilasi. 1. Ventilasi Semenit meningkat (5) 2. Monitor bunyi napas tambahan
(D.0005 hal 26). 2. Kapasitas Vital Meningkat (5) 3. Monitor sputum
3. Diameter Thoraks anterior-posterior Terapeutik
Meningkat (5) 1. Pertahankan kepatenan jalan nafas dengan head-tilt dan
4. Tekanan Ekspirasi Meningkat (5) chin-lift
5. Tekanan Inspirasi Meningkat (5) 2. Posisikan semi-fowler atau fowler
6. Dispnea Menurun (5) 3. Berikan minum hangat
7. Penggunaan Otot Bantu Nafas Menurun (5) 4. Lakukan fisioterapi dada, bila perlu
8. Pemanjangan Fase Ekspirasi Menurun (5) 5. Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
9. Ortopnea Menurun (5) 6. Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan
10. Pernapasan Pursed-lip Menurun (5) endotrakreal
11. Pernapasan Cuping Hidung Menurun (5) 7. Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsep McGill
12. Frekuensi Nafas Membaik (5) 8. Berikan oksigen, bila perlu
13. Kedalaman Nafas Membaik (5) Edukasi
14. Ekskursi Nafas membaik (5) 1. Anjurkan asupan cairan 2000ml/hari
2. Ajarkan tehnik batuk efektif
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu
3 Nyeri akut berhubungan setelah diberikan asuhan keperawatan selama Manajemen Nyeri SIKI (I.08238 Hal 201)
dengan efusi pleura (D.0077 1x7 jam diharapkan nyeri klien berkurang. Observasi :
Hal 172). Kriteria hasil : SLKI (L.08066 Hal 145) 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
1. Keluhan nyeri menurun (5) kualitas, intensitas nyeri
2. Meringis menurun (5) 2. Identifikasi skala nyeri
3. Gelisah menurun (5) 3. Identifikasi respons nyeri non verbal
4. Kesulitan tidur menurun (5) 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan
5. Proses fikir membaik (5) nyeri
6. Nafsu makan membaik (5) 5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
7. Pola tidur membaik (5) 6. Identifikasi pengaruh budaa terhadap respon nyeri
7. Identifikasi respon nyeri pada kualitas hidup
8. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah
diberikan
9. Monitor efek samping penggunaan analgetik.
Terapeutik :
1. Berikan tehnik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri
2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
Edukasi :
1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
5. Anjurkan tehnik nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
4 Defisit nutrisi berhubungan setelah diberikan asuhan keperawatan selama Manajemen Nutrisi. SIKI (I.03119 Hal 200)
dengan peningkatan 1x7 jam diharapkan status nutrisi klien Observasi :
metabolisme tubuh dan membaik. 1. Identifikasi status nutrisi
penurunan nafsu makan Kriteria hasil : SLKI (L.03030 Hal 121) 2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
sekunder terhadap demam. 1. Porsi makanan yang dihabiskan meningkat 3. Identifikasi makanan yang disukai
(D.0019 Hal 56). (5) 4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
2. Pengetahuan tentang standar asupan nutrisi 5. Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik
yang tepat meningkat (5) 6. Monitor asupan makanan
3. Indeks masa tubuh membaik (5) 7. Monitor berat badan
4. Nafsu makan membaik (5) 8. Monitor hasil pemeriksaan laboraturium
5. Bising usus membaik (5) Terapeutik :
Frekuensi makan membaik (5) 1. Lakukan oral hygiene sebelum makan, bila perlu
2. Fasilitasi menetukan pedoman diet
3. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
4. Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
5. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
6. Berikan suplemen makanan, bila perlu
7. Hentikan pemberian makanan melalui selang nasogatrik
jika asupan oral dapat ditoleransi
Edukasi :
1. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
2. Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan,bila perlu
5 Ansietas berhubungan dengan Setelah dilakukan perawatan 1x7 jam Reduksi Ansietas. SIKI (I.09134 Hal 387)
kurang pengetahuan tentang diharapkan ansietas dapat menurun dengan Observasi :
kondisi, pemeriksaan Kriteria Hasil : SLKI (L.09093 Hal 132) 1. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah.
diagnostik dan rencana 1. Verbalisasi kebingungan menurun (5) 2. Identifikasi kemampuan mengambil keputusan.
pengobatan. (D.0080 Hal 2. Verbalisasi khawatir terhadap kondisi yangTerapeutik :
180). dihadapi menurun (5)
1. Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan
3. Perilaku gelisah menurun (5)
kepercayaan
4. Perilaku tegang menurun (5)
2. Temani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika
5. Keluhan pusing menurun (5)
memungkinkan
6. Anoreksia menurun (5) 3. Pahami situasi yang membuat ansietas
7. Palpitasi menurun (5) 4. Dengarkan dengan penuh perhatian
8. Frekuensi pernapasan menurun (5) 5. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
9. Frekuensi nadi menurun (5) 6. Tempatkan barang pribadi yang memberikan
10. Tekanan darah menurun (5) kenyamanan
11. Diaforesis menurun (5) 7. Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu
12. Tremor menurun (5) kecemasan
13. Pucat menurun (5) 8. Diskusikan perencanaan realistis tentang perstiwa yang
14. Konsentrasi membaik (5) akan datang
15. Pola tidur membaik (5) Edukasi :
16. Perasaan keberdayaan membaik (5)
1. Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin
17. Kontak mata membaik (5)
dialami
18. Pola berkemih membaik (5)
2. Informasikan secara faktual mengenai diagnosis,
19. Orientasi membaik (5)
pengobatan, dan prognosis
3. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jika
perlu
4. Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak kompetitif,
sesuai kebutuhan
5. Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi
ketegangan
6. Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang
tepat
7. Latih tehnik relaksasi
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian obat antiansietas, jika perlu
6 Intoleransi aktivitas Setelah Dilakukan perawatan 1x7 jam Manajemen Energi. SIKI (I.05178 Hal 176)
berhubungan dengan diharapkan toleransi Aktivitas Meningkat Observasi
kerusakan pertukaran gas dengan Kriteria Hasil : 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan
terhadap efusi pleura, nyeri 1. Frekuensi Nadi Meningkat (5) kelelahan
akut, imobilitas, kelemahan 2. Saturasi Oksigen Meningkat (5) 2. Monitor kelelahan fisik dan emosional
umum. (D.0056 Hal 128). 3. Kemudahan dalam Melakukan Aktivitas 3. Monitor pola dan jam tidur
Sehari-Hari Meningkat (5) 4. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan
4. Kecepatan Berjalan Meningkat (5) aktivitas
5. Kekuatan Tubuh Bagian Atas Meningkat Terapeutik
(5) 1. Sediakan lingkungan dan rendah stimulus
6. Kekuatan tubuh Bagian Bawah Meningkat 2. Lakukan latihan rentang gerak pasif dan aktif
(5) 3. Berikan aktivitas distraksi yang menyenangkan
7. Toleransi Dalam Menaiki Tangga 4. Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat
Meningkat (5) berpindah atau berjalan
8. Keluhan Lelah Menurun (5) Kolaborasi
9. Dispnea Saat Aktivitas Menurun (5) 1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan
10.Dipsnea Setelah Aktivitas Menurun (5) asupan makanan.
11.Perasaan Lemah Menurun (5)
12.Aritmia Saat Aktivitas Menurun (5)
13.Aritmia Setelah Aktivitas Menurun (5)
14.Sianosis Menurun (5)
15.Warna Kulit Membaik (5)
16.Tekanan Darah Membaik (5)
17.Frekuensi Napas membaik (5)
18.EKG Iskemia Membaik (5)
2.3.4 Implementasi Keperawatan
Pada langkah ini, perawat memberikan asuhan keperawatan yang
pelaksanaannya berdasarkan rencana keperawatan yang telah disesuaikan
pada langkah sebelumnya (intervensi).
ASUHAN KEPERAWATAN
I. Pengkajian
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. R
Umur : 66 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Kristen Protestan
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SMA
Status Perkawinan : Kawin
Alamat : Jl. Sapan 2 blok A
Tgl MRS : 29 Oktober 2021
Diagnosa Medis : Efusi Pleura Sinistra,Strauma Nodusa
GENOGRAM KELUARGA :
A. PEMERIKASAAN FISIK
1. Keadaan Umum :
Pasien nampak sesak dan lemah, kesadaran compos mentis, terpasang
infus ditangan kiri, dan terpasang sungkup oksigen 15 Lpm..
2. Tanda-tanda Vital :
a. Suhu/T : 36,0 0C √ Axilla Rektal Oral
b. Nadi/HR : 110 x/mt
c. Pernapasan/RR : 28x/mt
d. Tekanan Darah/BP : 102/62 mmHg
e. Kesadaran : √ Compos Menthis
Somnolent Delirium
Apatis Soporus
Coma
3. PERNAPASAN (BREATHING)
Bentuk Dada : simetris
Kebiasaan merokok : tidak ada Batang/hari
√ Batuk, sejak ± 6 hari yang lalu
Batuk darah, sejak tidak ada
Sputum, warna tidak ada
Sianosis
Nyeri dada
Dyspnoe nyeri dada Orthopnoe Lainnya …….
………..
√ Sesak nafas √ saat inspirasi √ Saat aktivitas Saat istirahat
Type Pernafasan √ Dada Perut Dada
dan perut
Kusmaul Cheyne-stokes Biot
Lainnya
Irama Pernafasan Teratur √ Tidak teratur
Suara Nafas √ Vesukuler Bronchovesikuler
Bronchial Trakeal
Suara Nafas tambahan √ Wheezing Ronchi
kering
Ronchi basah (rales) Lainnya
Alat Bantu Napas √ Ya Tidak
Jenis: NRM.
Flow: 15 lpm
Ventilator :
Mode :
Fi02 :
PEEP :
Sa02 :
Vol.Tidal :
1:E Ratio :
Lain-Lain :
Keluhan lainnya :
Ada retraksi dinding dada, terdapat otot bantu pernapasan
Masalah Keperawatan : Pola Nafas Tidak Efektif Dan Gangguan
Pertukaran Gas
5. CARDIOVASCULER (BLEEDING)
Nyeri dada Kram kaki Pucat
Pusing/sinkop Clubing finger Sianosis
Sakit Kepala Palpitasi Pingsan
CRT > 2 detik < 2 detik
Oedema : Wajah Ekstrimitas atas
Anasarka Ekstrimitas bawah
Asites, lingkar perut ……………………. cm
Ictus Cordis Terlihat Tidak melihat
Vena jugularis Tidak meningkat Meningkat
Irama Jantung Reguler Ireguler
Suara jantung Normal,………………….
Ada kelainan
Sirkulasi Perifer Normal Menurun
Keluhan lainnya :
Masalah Keperawatan :
6. PERSYARAFAN (BRAIN)
Nilai GCS :
E :4
V :5
M :6
Total Nilai GCS : 15
Pupil : √ Isokor Anisokor
Midriasis Meiosis
Refleks Cahaya : √ Kanan √ Positif Negatif
√ Kiri √ Positif Negatif
Nyeri, lokasi tidak ada
Pola istirahat dan tidur………………………………….
Vertigo √ Gelisah Aphasia
Kesemutan
Bingung Disarthria Kejang Trernor
Pelo
Uji Syaraf Kranial :
Nervus Kranial I : Klien dapat mencium bau – bauan(Olfaktorius)
Nervus Kranial II : Klien dapat melihat ke arah suara (Optikus)
Nervus Kranial III : Klien dapat membuka dan menutup kelopak
mata (Okulomotor)
Nervus Kranial IV : Klien dapat memutar bola mata ke kiri dan ke
kanan (Troklearis)
Nervus Kranial V : Klien dapat mersakan sentuhan yang diberikan
(Trigeminus)
Nervus Kranial VI : Klien dapat melihat ke arah perawat (Abdusan)
Nervus Kranial VII : Klien dapat tersenyum (Fasialis)
Nervus Kranial VIII : Klien dapat mendengar dengan baik
(Vestibulokoklearis)
Nervus Kranial IX : Klien dapat membedakan rasa asam dan manis
(Glosofaringeal)
Nervus Kranial X : Klien dapat menelan makanan dan minuman
(vagus)
Nervus Kranial XI : Klien dapat menggerakkan bahunya
(Aksesorius)
Nervus Kranial XII : Klien dapat menjulurkan lidahnya
(Hipoglosus)
Uji Koordinasi :
Ekstrimitas Atas : Jari ke jari √ Positif
Negatif
Jari ke hidung √ Positif
Negatif
Ekstrimitas Bawah : Tumit ke jempul kaki √ Positif
Negatif
Uji Kestabilan Tubuh : √ Positif Negatif
Refleks :
Bisep : √ Kanan + √ Kiri + Skala 5
Trisep : √ Kanan + √ Kiri + Skala 5
Brakioradialis : √ Kanan + √ Kiri + Skala 5
Patella : √ Kanan + √ Kiri + Skala 5
Akhiles : √ Kanan + √ Kiri + Skala 5
Refleks Babinski √ Kanan + √ Kiri +
Refleks lainnya : ..........................................................................................
Keluhan lainnya :
a. PENATALAKSANAAN MEDIS
No Terapi medis Rute Indikasi
1 Inj. Ranitide 2x1 Parenteral Digunakan untuk menangani
gejala atau penyakit yang
berkaitan dengan produksi
asam berlebih di dalam
lambung. Produksi asam
lambung yang berlebihan
dapat membuat memicu
iritasi dan peradangan pada
dinding lambung dan saluran
pencernaan.
2 Mecobolamin 2x1 Parenteral Digunakan untuk mengatasi
kekurangan vitamin B12.
Nia Rahmawati
2018.C.10a.0944
ANALISIS DATA
S: 36,0 ˚C
N: 110 x/mnt
RR: 28x/mnt
TD: 102/62
-
PRIORITAS MASALAH
1. Pola Napas Tidak Efektif b.d menurunya ekspansi paru sekunder
terhadap penumpukan cairan dalam rongga pleura ditandai dengan Klien
tampak Klien tampak cemas.Batuk tidak efektif, Suara napas tambahan
wheezing, Irama pernapasan tidak teratur, Posisi klien semi
fowler,Terpasang NRM 15 lpm, TTV: RR : 28x/mnt, N : 110 x/mnt.
2. Gangguan pertukaran gas b.d efusi Pleura d.d mengeluh sesak, Tampak
sesak, Tampak lemah, , Irama pernapasan tidak teratur, RR: 28x/mnt,
Ada suara napas tambahan wheezing, Ada retraksi dinding dada, Hasil
AGD: pH:7,20, HCO3: 24 mmol/L, pCO2: 100 mmHg, pO2: 100
mmHg.
3. Defisit Nutrisi berhubungan b.d peningkatan metabolisme tubuh dan
penurunan nafsu makan d.d Klien mengatakan kurangnya makan dan
minum, Klien tampak tidak nafsu makan, Klien mual dan muntah,
Bising usus : 22x/menit, BB klien : 40 Kg, Hasil IMT : 16,69, TTV S:
36,0 ˚C, N: 110 x/mnt, RR: 28x/mnt, TD: 102/62.
4. Intoleransi aktivitas b.d pasien mengatakan merasa sesak jika
beraktivitas, Tampak lemah, Aktivitas ADL dibantu oleh keluarga,
Tampak terpasang cateter, TTV: S: 36,0 ˚C, N: 110 x/mnt, RR: 28
x/mnt, TD: 102/62.
RENCANA KEPERAWATAN
Nama Pasien : Ny.R
Ruang Rawat : IGD
Diagnosa Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1. Pola Napas Setelah dilakukan 1. Ventilasi Semenit 1. Monitor pola napas 1. Memantau pola
Tidak Efektif b.d perawatan 1x7 jam meningkat 2. Monitor bunyi napas klien
menurunya diharapkan pola nafas 2. Kapasitas Vital napas tambahan 2. Memastikan tidak
ekspansi paru klien membaik dengan Meningkat 3. Monitor sputum ada suara napas
sekunder kriteria hasil : 3. Diameter Thoraks 4. Posisikan semi- tambahan lainnya
terhadap anterior-posterior fowler atau fowler 3. Memonitor adanya
penumpukan Meningkat 5. Berikan minum sputum
cairan dalam 4. Tekanan Ekspirasi hangat 4. Membantu
rongga pleura Meningkat 6. Lakukan mengurangi rasa
ditandai dengan 5. Tekanan Inspirasi penghisapan lendir sesak napas
Klien tampak Meningkat kurang dari 15 detik 5. Agar tenggorokan
Klien tampak 6. Dispnea Menurun 7. Berikan oksigen, klien nyaman
cemas.Batuk 7. Penggunaan Otot bila perlu 6. Apabila ada lendir
tidak efektif, Bantu Nafas yang sulit
Suara napas Menurun dikeluarkan
tambahan Agar kien tidak
wheezing, Irama 7. kekurangan oksigen
pernapasan tidak
teratur, Posisi
klien semi
fowler,Terpasan
g NRM 15 lpm,
TTV: RR :
28x/mnt, N :
110 x/mnt.
3. Defisit Nutrisi Setelah diberikan asuhan 1. Porsi makanan 1. Identifikasi status 1. Untuk memonitor
berhubungan b.d keperawatan selama 1x7 yang dihabiskan nutrisi status nutrisi klian
peningkatan jam diharapkan status meningkat (5) 2. Identifikasi alergi 2.untuk mengetahui
metabolisme nutrisi klien membaik. 2. Pengetahuan dan intoleransi apakah klien
tubuh dan Kriteria hasil : tentang standar makanan mempunyai alergi
penurunan nafsu asupan nutrisi 3. Identifikasi makanan
makan d.d Klien yang tepat kebutuhan kalori dan 3. Untuk mengetahui
mengatakan meningkat (5) jenis nutrien kebutuhan kalori dan
kurangnya makan 3. Indeks masa 4. Monitor asupan kebutuhan nutrisi klien
dan minum, Klien tubuh membaik makanan 4. Memantau pola makan
tampak tidak (5) 5. Monitor berat badan klien
nafsu makan, 4. Nafsu makan 5. Memantau adanya
Klien mual dan membaik (5) penurunan berat badan
muntah, Bising 5. Bising usus yang drastis
usus : 22x/menit, membaik (5)
BB klien : 40Kg, 6. Frekuensi makan
Hasil IMT : membaik (5)
16,69, TTV S:
36,0 ˚C, N: 110
x/mnt, RR:
28x/mnt, TD:
102/62.
P: lanjutkan intervensi :