Berperahu mengarungi sungai berarus deras. Bunyi gemuruh riak air mengiri dari awal hingga akhir. Menaiki
lidah-lidah air, tubuh kadang kala akan terombang-ambing sambil harus terus mendayung. “Dayung maju!” teriak
skipper sesaat perahu akan masuk jeram, lalu disusul “Potong-potong!….dayung kuat!” ketika bagian depan
perahu terangkat keatas tepat ditengah jeram, semua mendayung dengan sekuat tenaga. Di akhir jeram, harus
menghindara belokan sungai, “Kiri mundur….dayung maju!!!” teriak skipper ketika melihat arus eddies di depan
kirinya. Perahu memasuki eddies lalu berputar-putar mengikuti arus, semua menarik napas lega. Sesaat kemudian
skipper berkata “ dayung maju Kuat…!!!”
Dalam olah raga arus deras ataupun arung jeram, kondisi seperti diatas akan sangat mudah kita temui. Kadangkala
kondisi yang tidak kita inginkan bisa terjadi, misal salah seorang awak perahu terlempar keluar dari perahunya saat
menghadapi jeram ataupun saat menghadapi kondisi perahu trapp saat menerjang batu besar yang membelah arus
air yang deras dan atupun ketika akhirnya semua awak terlempar keluar dan perahu terbalik ketika melewati hole
yang kuat.
Demikian ORAD termasuk salah satu Kegiatan Alam Terbuka (KAT) yang memiliki resiko tinggi. Resiko tersebut
dapat dikurangi bila sebelum pengarungan dilakukan persiapan yang baik. Persiapan yang baik adalah belajar dan
belatih dengan baik, secara teknis, ketrampilan, maupun pengetahuan dan perlengkapan.
Jeram / Riam
Jeram (rapid) adalah bagian dari sungai dimana aliran air mengalir dengan deras yang melintasi suatu rintangan.
Jeram juga biasanya diartikan dengan air yang cepat dan berbahaya.
Jeram terbentuk karena beberapa faktor :
• Volume air
• Tingkat kecuraman / kemiringan sungai (Gradien)
• Tonjolan dasar sungai ( Roughness)
• Rintangan (Obstacles)
• Penyempitan leher penampang sungai, makin sempit makin deras arusnya.
Rintangan-Rintangan Sungai
Rintangan bermacam-macam bentuknya, seperti batu, dinding sungai, bongkahan, relief dasar sungai, tikungan dan
masih banyak lainnya seperti dibawah ini :
- Longsoran / runtuhan, berupa pecahan batu besar dan tebing sungai yang runtuh yang menciptakan lorong-lorong
dibawah air.
- Strainer, suatu penghalang atau benda yang berada tidak jauh diatas permukaan air. Biasanya pada lembah sempit
(misal pohon tumbang).
- Undercut, Biasanya terdapat pada tebing di kelekon sungai berupa rongga di bawah air akibat terjadinya abrasi.
- Entarpment, Sungai dangkal berbatu dengan arus yang deras.
- Dam, Tebing kecil pada sungai atau bagian dari sungai yang permukaan dasarnya langsung curam, secara vertikal
menyebabkan perbedaan ketinggian permukaan sungai yang cukup tinggi. Dam dapat menyebabkan arus balik
yang cukup mematikan.
- Tongue (lidah air) atau Wave (ombak), merupakan awal Dari jeram/riam sebagai percepatan arus yang bentuknya
terlihat dari atas seperti V. Arus ini dibentuk oleh dua buah rintangan berupa batu atau hole, atau karena kecuraman
yang tidak teratur. Tongue/wave terbagi atas :
• Ombak berdiri (Standing wave / Breaking wave). Ombak dengan luapan sangat besar, ombak menghasilkan
guncangan dan hentakan balik yang cukup keras akibat dua rintangan besar batu atau hole.
• Ombak V (V wave). Ombak akibat dari tingginya kemiringan, penyempitan atau derasnya arus akibat 2 atau lebih
rintangan yang ada disebelahnya. Ombak ini sangat bagus untuk diarungi.
• Ombak tak beraturan (Side Curling wave). Ombak yang sangat mudah dapat merubah arah perahu.
- Bends (belokan). Arus sungai yang deras dan membentur dinding pada suatu belokan sebelah luar.
- Shallows (pendangkalan). Aliran sungai menjadi lebih cepat dikarenakan adanya pedangkalan dasar sungai,
ditandai dengan riak-riak kecil air.
Tingkat Kesulitan Sungai
Tingkat kesulitan sungai terbagi dari grade (kelas) I sampai grade VI, mulai dari ‘sungai mudah’ sampai tingkatan
‘sungai berbahaya’ (American White Water Affiliation (AWWAS)).
Kelas I (Easy)
Air sungai mengalir tenang dan kadang-kadang diiringi riam kecil. Jarang dijumpai rintangan seperti batu, pusaran
air atau air terjun. Scouting (pengintaian) untuk menentukan lintasan tidak perlu dilakukan. Self rescue
(menyelamatkan diri) sangat mudah untuk dilakukan.
Kelas II ( Novice)
Air sungai dengan ombak tidak terlalu tinggi. Jarak antar batu besar agak renggang. Scouting masih tidak perlu
dilakukan. Self rescue masih mudah dilakukan.
Kelas IV ( Advance)
Jeram sulit dan sambung-menyambung. Gelombang air bisa mencapai 2 meter dengan variasi kelokan cukup tajam.
Posisi batuan berdekatan dan cukup berbahaya dan arusnya liar. Scouting dan manuver cepat dan terlatih sangat
diperlukan . Medan cukup potensial untuk kecelakaan. Self rescue sulit dilakukan dan tim rescue sangat perlu
dalam pengarungan.
Kelas V (Expert)
Kesulitan tinggi mempunyai riam yang panjang dan liar serta sambung-menyambung. Arus lebih deras dengan
jeram yang berbahaya ditambah batu-batu yang besar dan sungai yang sempit. Di butuhkan manuver rumit dan
cepat agar dapat melaluinya. Self rescue tidak mungkin dilakukan, bila terjadi kecelakaan, river rescue sangat sulit
untuk dilakukan meski oleh yang ahli. Scouting merupakan keharusan tapi sering kali sulit dilakukan.
Kelas VI (Extrime)
Kelas dengan kesulitan dan bahaya yang sangat ekstrim. River rescue tidak mungkin dapat dilakukan. Untuk
pengarungan dibutuhkan persiapan ynag sangat cermat. Secara umum kelas ini tidak dianjurkan untuk diarungi.
Sungai pada kelas ini dapat dapat mengalami penurunan grade atau kelas menjadi kelas V apabila sungai ini telah
berhasil diarungi secara aman. Setiap sungai memiliki banyak kelas tergantung keadaan karakteristik dan volume
airnya.
Perlengkapan merupakan salah satu persyaratan dalam kegiatan arung jeram. perlengkapan yang umum digunakan
yaitu :
1. Perahu
Perahu dalam pengarungan haruslah tahan dari benturan dan abrasi (dari bahan sintetis antara serat nilon dengan
EPDM (karet sintetis), PVC, Neoprene, dan Hypalon), perahu haruslah dapat mudah dikendalikan. Perahu yang
biasanya digunakan dalam arung jeram saat ini memiliki sistem pengeluaran air sendiri (Self_Bailer) maksudnya
lantai dari perahu diisi dengan udara dengan harapan lantai akan tetap mengapung diatas permukaan air sehingga
dengan sendirinya air dapat keluar melalui lubang disekeliling perahu.
Berdasarkan bentuk, perahu dibedakan atas :
a. Perahu karet, perahu yang terbentuk dari tabung udara dan terbuat dari karet berserat. Dalam tabung terdapat
sekat-sekat yang berbentuk sel atau ruangan yang terpisah, sehingga jika satu bagian bocor maka yang lain tidak
akan terpengaruh. Perahu karet dikategorikan menjadi 2 tipe :
- Landing Craft Rubber (LCR). Perahuberbentuk seperti tapak kuda dan bagian belakang terdapat kayu.
- River Boat. Perahu berbentuk oval khusus untuk mengarungi arus deras.
b. Perahu lesung, dapat dibedakan menjadi 2 jenis :
- Kayak. Perahu dengan bentuk lancip pada bagian depan dan belakangnya.
- Canadian Canoe (kano). Perahu dengan bentuk sama seperti kayak, hanya lebih lebar.
c. Dorry (sampan), perahu bentuk lancip, terbuka dan lebih lebar dari canoe. Ukuran panjang 5,5 m dan lebar < 2
m.
d. Cataraft, perahu yang dibuat dari dua, tiga atau empat tabung karet berisi udara, disatukan dengan menggunakan
frame dari kayu dan alumunium.
e. Inflatable, Perahu rakit yang dapat dipompa. Dapat digunakan dengan tenaga manusia atau dengan tenaga mesin
(Inflatable boats). Digunakan untuk perairan laut atau danau.
2. Pompa. Berfungsi untuk memasukkan udara kedalam perahu. Pompa dibagi dalam pompa kaki dan pompa
tangan.
3. Repair kit. Terdiri dari lem, benang, nylon, jarum jahit, dan bahan penambal.
4. Tali penyelamat (Rescue Rope). Berfungsi untuk menolong anggota tim yang terjatuh kesungai dan dapat
berguna juga dalam linning saat scouting. Tali terbuat dari bahan nylon dengan warna mencolok agar dapat terlihat
oleh korban, mempunyai daya apung yang tinggi.
5. Kantung kedap air ( Dry Bag). Kantong ini berguna untuk menyimpan kamera, obat-obatan, makanan dan
benda-benda lain agar tidak basah.
6. Carabiner. Terbuat dari alumunium alloy, berguna untuk menghubungkan satu alat dengan alat lainnya.
Misalnya, untuk mengaitkan throw bag pada pada D_ring (cincin metal berbentuk D yang menempel pada perahu).
7. Dayung. Berguna dalam manuver, mengatur gerakan perahu dan menambah serta mengurangi kecepatan perahu.
Biasanya terbuat dari kayu, alumunium, fiberglass. Bagian dari dayung terdiri dari gagang tangkai (T-grip), tangkai
dayung dan bilah (blade). Dayung yang biasa digunakan adalah dari jenis paddle raft satu lidah, panjangnya 140-
180 cm ( normalnya berkisar antara 150-160 cm). Terbuat dari playwood atau kombinasi dari alumunium dengan
fiberglass.
8. Helm. Penutup kepala berguna untuk melindungikepala bagian kening, pelipis, telinga, dan kepala bagian
belakang dari benturan. Terbuat dari bahan tidak mudah pecah dan memiliki lubang-lubang kecil diatasnya.
9. Jaket Pelampung. Berguna untuk mengangkat tubuh, melindungi tubuh dari dingin dan bagian tubuh yang
penting seperti dada, leher dan kepala bagian belakang dari benturan benda keras disungai.
Terdapat 2 jenis pelampung, Yaitu :
- Pelampung udara, mempunyai daya apung tinggi namaun kurang aman jika berbenturan dengan benda keras
seperti batu.
- Pelampung padat, Terbuat dari spon, cukup tahan terhadap benturan namun jika terlalu lama terendam dalam air /
basah maka daya apungnya akan berkurang. Pelampung ini cocok untuk kegiatan arung jeram.
10. P3K. Obat-obatan dan perlengkapan perawatan harus disesuaikan dengan medan yang diarungi , cuaca pada
waktu pengarungan dan lain-lainnya.
11. Peluit. Digunakan sebagi pembantu dalam pemberian kode bahaya tertentu.
Dalam teknik mendayung dasar juga dikenal perintah “Dayung Cepat” atau “Dayung Kuat” sesuai dengan arah
yang diinginkan. Tekniknya yaitu terletak pada titik berat tubuh, contohnya dayung maju kuat. Dayungan dimulai
dengan membenamkan lidah dayung jauh ke depan dengan cara mencondongkan tubuh jauh kedepan lalu
mendorong Pangkal pegangan dayung di ikuti gerakan tubuh kebelakang (pada dasarnya sama dengan dayung
maju biasa).
Perintah lainnya seperti perintah “stop” atau “Berhenti” . Tekniknya yaitu berhenti mendayung dan mengeluarkan
dayung dari dalam air lalu meletakkannya sejajar dengan paha atau sejajar dada. Perintah ini dimaksudkan agar
pengontrolan perahu oleh skipper lebih mudah.
Masalah yang sering terjadi adalah terlempar dari perahu dan berenang di jeram sungai, hal pertama yang harus
dilakukan adalah jangan panik baik anggota tim yang jatuh maupun yang berada diatas perahu atau yang akan
menolong. Berikut beberapa teknik Self Rescue dalam kondisi kecelakan tertentu :
a. Berenang di Jeram
Hal yang perlu diingat dan dilakukan saat sedang berenang di jeram,yaitu :
1 . Tenang. Yakinkan diri bahwa pelampung kuat mengangkat tubuh anda ke permukaan air secepatnya.
2 . Jika anda muncul di bawah perahu, gunakan tangan anda untuk menggeser badan ke arah samping perahu.
3 . Jika kesulitan untuk naik ke atas perahu jangan ragu minta bantuan pada anggota tim lain yang berada diatas
perahu untuk membantu.
4 . Jika tidak dapat kembali ke perahu secepatnya berenang dengan posisi duduk atau telentang, dengan kaki di
usahakan sedekat mungkin dengan permukaan air, badan menghadap ke arah hilir sungai.
5 . Jika ada batu di depan, sambut dengan kaki, badan kemungkinan akan terputar. Setelah itu kembali ke posisi
semula.
6 . Bila melihat jeram mulai kecil dan sedikit, berenanglah segera menuju ke tepi sungai atau bila ada eddies,
berenaglah menuju ke eddies. Kemudian tunggulah hingga dijemput anggota tim lainnya.
Posisi telentang menghadap ke arah hilir sungai dengan kaki tetap berada di atas permukaan air dan pandangan
selalu mengarah kedepan dimaksudkan agar kita dapat mengetahui rintangan yang ada di depan kita seperti batu
strainer dan lain-lainnya, juga untuk menghindarkan diri dari kaki terjepit di celah batu. Hal lainnya yaitu juga
untuk membantu kita mengorientasi bagian depan sungai untuk antisipasi tindakan penyelamatan.
c. Perahu Terbalik
Keadaan ini bisa disebabkan ketika melewati dam, hole ataupun saat masuk eddies yang kuat dan besar.
Teknik dalam membalikkan perahu :
1. Bagi tugas anggota tim yang naik ke perahu yang terbalik dengan yang tetap berada di air sambil memegang erat
perahu (pada D-ring atau pada Toat perahu)
2. Anggota tim yang diatas perahu memasangkan carabiner ke D-rig lalu mengikatnya dengan tali / webbing (sisi
yang akan dibalik).
3. Lakukan pembalikkan perahu dengan menarik tali atau dengan bantuan T-grip dayung (terlebih dahulu dikaitkan
dengan tali). Posisi pembalik perahu berada di bagian sisi yang menjadi tumpuan atau lawan dari sisi yang akan
ditarik. Anggota tim dibawah bersiap-siap (memegang erat toat perahu). Perahu dibalik dengan cara tali ditarik ke
arah belakang yang didahului dengan hentakan keras hingga perahu oleng terbalik kembali.
4. Setelah perahu terbalik seperti semula, posisi anggota tim yang tadinya diatas perahu terbalik kini berada
dibawah dan sebaliknya dengan anggota tim yang dibawah kini berada diatas perahu.
5. Anggota tim yang kini diatas membantu menaikkan anggota tim yang berada dibawah.
6. Selama dalam pembalikkan perahu diusahakan agar barang-barang tidak boleh hilang contohnya dayung.
Naluri
Pada keadaan darurat orang mempunyai reaksi berbeda. Jika dikelompokkan ada dua kelompok, sebagai berikut:
1. Orang-orang yang terlatih dan berpengalaman.
2. Orang yang masih awam, hanya bisa berdiri dengan mulut terbuka, mata melotot, berteriak memberi instruksi
dengan tidak jelas.
Keahlian ini muncul dari latihan dan pengalaman yang terus-menerus dikembangkan. Mempelajari bahaya-bahaya
di sungai, kerjasama tim, jam terbang, dll. Sebagian besar kecelakaan di sungai di sebabkan oleh persiapan yang
kurang matang, perlengkapan tidak memadai, tidak mengerti karakteristik jeram.
Persiapan Pengarungan
Sebelum melakukan pengarungan dapatkan informasi sebanyak-banyaknya mengenai sungai yang akan diarungi.
Informasi tersebut dapat berupa :
1. Tempat awal atau start pengarungan
2. Akhir pengarungan.
3. Adakah pilihan lain jika waktu tidak memungkinkan
4. Berapa jarak dan waktu tempuh pengarungan
5. Berapa cadangan waktu jika ada kejadian yang tidak diinginkan
6. Berapa tingkat kesulitan sungai yang akan diarungi
7. Sampai berapa tingkat kesulitan sungai jika air sungai naik
8. Lokasi jeram-jeram besar dan tempat berbahaya berada
9. Dimana jalur evakuasi
10. Peta topografi wilayah pengarungan
11. Dimana telepon, rumah sakit, kantor polisi terdekat
Dalam suatu pengarungan sungai yang belum pernah diarungi atau sungai dengan level III atau lebih yang sudah
lama tidak diarungi diharuskan dilakukan scouting. Kemudian direncanakan pengarungannya dan buat keputusan.
Keputusan yang dibuat tergantung pada kesulitan jeram atau kemungkinan apa yang mungkin terjadi dan siapkan
cara penanggulangannya.
Dalam pengarungan sungai diatas level III biasanya ditetapkan suatu sistem pengarungan garis (River Running
System) dimana di dalam suatu pengarungan menggunakan dua atau lebih perahu, maksudnya perahu yang satu
dengan perahu yang lainnya saling menjaga. Cara ini juga merupakan persyaratan dalam suatu ekspedisi sungai.
Dalam pengarungan ada dua perahu yang berperan penting, yaitu :
1. Perahu Pertama (Lead Boat)
Perahu dikemudikan oleh pemandu atau skipper yang cukup handal karena pemandu ini bertugas membuka jalur
dan menjaga perahu yang ada dibelakangnya
2. Perahu Terakhir (Sweep Boat)
Perahu ini dikemudikan oleh skipper terbaik (biasanya juga sebagai Trip Leader atau pemimpin pengarungan).
Skipper ini bertanggung jawab atas semua kejadiaan atau masalah yang terjadi dalam pengarungan dan membawa
semua peralatan penting dalam pengarungan seperti pompa, P3K, repair kit, dan sebagainya.
Dalam sistem ini yang penting dilakukan antar perahu adalah saling menunggu. Maksudnya adalah untuk
memastikan bahwa perahu yang dibelakang ada yang menjaga. Dalam mengarungi sungai yang belum pernah
diarungi atau suatu ekspedisi harus selalu berhenti sebelum jeram untuk scouting dan merencanakan pengarungan
dan berhenti pula sesudah jeram untuk menjaga perahu yang lain yang akan mengarungi jeram tersebut.
Pembacaan Jeram
Dalam suatu pengarungan di sungai seperti yang disebut diatas yaitu sungai diatas level III atau sungai yang belum
pernah diarungi, pembacaan jeram sangat diperlukan untuk merencanakan pengarungan. Pembacaan jeram ini bisa
dilakukan dengan dua cara, yaitu :
1. Read and Run
Membaca jeram dari atas perahu dam keadaan berjalan. Maksudnya ketika menuju hilir dan mengenali jenis
bahaya apa saja yang ada di jeram dan mencari jalur yang baik untuk dilewati.
2. Scouting
Membaca jeram dari pinggir sungai dengan cara menghentikan perahu terlebih dahulu dan berjalan kaki menyusur
daerah pinggir sungai sambil mengamati karakteristik jeram di daerah tersebut.
Apabila jeram tersebut terlalu bahaya untuk dilalui maka hal yang perlu dilakukan untuk melanjutkan pengarungan
yaitu :
a. Linning, semua peserta berjalan kaki di pinggir sungai, perahu dituntun dengan tali melalui tepian sungai.
b. Portaging, apabila medan atau lokasi sulit untuk melakukan linning seperti sungai bertebing. Hal yang dilakukan
yaitu dengan berjalan kaki dengan perahu diangkat ,baik dengan terlebih dahulu mengempeskan perahu atau tanpa
mengempeskan perahu.
Dari semua teknik pengarungan , setiap pengarungan diperlukan seorang pimpinan perjalanan yang bersifat tegas
bijaksan dan berpengalaman dalam mengambil keputusan. Hal lainnya yang perlu diingat adalah hilangkan sikap
ego diri sendiri dalam setiap pengarungan. Kita harus jujur pada diri sendiri apakah mampu atau takut melalui
jeram atau rintangan sungai yang sulit dan berbahaya. Dalam hal ini kita harus bersikap bijaksana dalam
mengambil keputusan untuk menghadapi resiko yang akan muncul. Dan jika ragu-ragu untuk mengambil
keputusan, akan lebih baik jika kita berani mengatakan “TIDAK !!!”
Lingkungan
Dampak Pemanasan Global Mengerikan
"Sangat mendesak, usaha global harus dilakukan," ujar Ban Ki-Moon, Sekretaris Jendral PBB. Ia
berharap para pengambil kebijakan dari seluruh dunia dapat merespon temuan ini dalam konferensi
perubahan iklim yang akan digelar di Bali mulai 3 Desember 2007.
Mengerikan
Laporan tersebut menyebut manusia sebagai biang utama pemanasan global. Emisi gas rumah kaca
mengalami kenaikan 70 persen antara 1970 hingga 2004. Konsentrasi gas karbondioksida di atmosfer
jauh lebih tinggi dari kandungan alaminya dalam 650 ribu tahun terakhir.
Rata-rata temperatur global telah naik 1,3 derajat Fahrenheit (setara 0,72 derat Celcius) dalam 100
tahun terakhir. Muka air laut mengalami kenaikan rata-rata 0,175 centimeter setiap tahun sejak 1961.
Sekitar 20 hingga 30 persen spesies tumbuh-tumbuhan dan hewan berisiko punah jika temperatur naik
2,7 derajat Fahrenheit (setara 1,5 derajat Celcius). Jika kenaikan temperatur mencapai 3 derajat Celcius,
40 hingga 70 persen spesies mungkin musnah.
Meski negara-negara miskin yang akan merasakan dampak sangat buruk, perubahan iklim juga
melanda negara maju. Pada 2020, 75 juta hingga 250 juta penduduk Afrika akan kekurangan sumber
air, penduduk kota-kota besar di Asia akan berisiko terlanda banjir dan rob. Di Eropa, kepuanahan
spesies akan ekstensif. sementara di Amerika Utara, gelombang panas makin lama dan menyengat
sehingga perebutan sumber air akan semakin tinggi.
Kondisi cuaca ektrim akan menjadi peristiwa rutin. Badai tropis akan lebih sering terjadi dan semakin
besar intensitasnya. Gelombang panas dan hujan lebat akan melanda area yang lebih luas. Risiko
terjadinya kebakaran hutan dan penyebaran penyakit meningkat.
Sementara itu, kekeringan akan menurunkan produktivitas lahan dan kualitas air. Kenaikan muka air
laut akan memicu banjir lebih luas, mengasinkan air tawar, dan menggerus kawasan pesisir.
Pencemaran lingkungan merupakan masalah kita bersama, yang semakin penting untuk diselesaikan, karena
menyangkut keselamatan, kesehatan, dan kehidupan kita. Siapapun bisa berperan serta dalam menyelesaikan
masalah pencemaran lingkungan ini, termasuk kita. Dimulai dari lingkungan yang terkecil, diri kita sendiri, sampai
ke lingkungan yang lebih luas.
Permasalahan pencemaran lingkungan yang harus segera kita atasi bersama diantaranya pencemaran air tanah dan
sungai, pencemaran udara perkotaan, kontaminasi tanah oleh sampah, hujan asam, perubahan iklim global,
penipisan lapisan ozon, kontaminasi zat radioaktif, dan sebagainya.
Untuk menyelesaikan masalah pencemaran lingkungan ini, tentunya kita harus mengetahui sumber pencemar,
bagaimana proses pencemaran itu terjadi, dan bagaimana langkah penyelesaian pencemaran lingkungan itu sendiri.
Sumber Pencemar
Pencemar datang dari berbagai sumber dan memasuki udara, air dan tanah dengan berbagai cara. Pencemar udara
terutama datang dari kendaraan bermotor, industi, dan pembakaran sampah. Pencemar udara dapat pula berasal
dari aktivitas gunung berapi.
Pencemaran sungai dan air tanah terutama dari kegiatan domestik, industri, dan pertanian. Limbah cair domestik
terutama berupa BOD, COD, dan zat organik. Limbah cair industri menghasilkan BOD, COD, zat organik, dan
berbagai pencemar beracun. Limbah cair dari kegiatan pertanian terutama berupa nitrat dan fosfat.
Proses Pencemaran
Proses pencemaran dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung yaitu bahan pencemar
tersebut langsung berdampak meracuni sehingga mengganggu kesehatan manusia, hewan dan tumbuhan atau
mengganggu keseimbangan ekologis baik air, udara maupun tanah. Proses tidak langsung, yaitu beberapa zat kimia
bereaksi di udara, air maupun tanah, sehingga menyebabkan pencemaran.
Pencemar ada yang langsung terasa dampaknya, misalnya berupa gangguan kesehatan langsung (penyakit akut),
atau akan dirasakan setelah jangka waktu tertentu (penyakit kronis). Sebenarnya alam memiliki kemampuan sendiri
untuk mengatasi pencemaran (self recovery), namun alam memiliki keterbatasan. Setelah batas itu terlampaui,
maka pencemar akan berada di alam secara tetap atau terakumulasi dan kemudian berdampak pada manusia,
material, hewan, tumbuhan dan ekosistem.
Langkah Penyelesaian
Penyelesaian masalah pencemaran terdiri dari langkah pencegahan dan pengendalian. Langkah pencegahan pada
prinsipnya mengurangi pencemar dari sumbernya untuk mencegah dampak lingkungan yang lebih berat. Di
lingkungan yang terdekat, misalnya dengan mengurangi jumlah sampah yang dihasilkan, menggunakan kembali
(reuse) dan daur ulang (recycle).
Di bidang industri misalnya dengan mengurangi jumlah air yang dipakai, mengurangi jumlah limbah, dan
mengurangi keberadaan zat kimia PBT (Persistent, Bioaccumulative, and Toxic), dan berangsur-angsur
menggantinya dengan Green Chemistry. Green chemistry merupakan segala produk dan proses kimia yang
mengurangi atau menghilangkan zat berbahaya.
Tindakan pencegahan dapat pula dilakukan dengan mengganti alat-alat rumah tangga, atau bahan bakar kendaraan
bermotor dengan bahan yang lebih ramah lingkungan. Pencegahan dapat pula dilakukan dengan kegiatan
konservasi, penggunaan energi alternatif, penggunaan alat transportasi alternatif, dan pembangunan berkelanjutan
(sustainable development).
Langkah pengendalian sangat penting untuk menjaga lingkungan tetap bersih dan sehat. Pengendalian dapat berupa
pembuatan standar baku mutu lingkungan, monitoring lingkungan dan penggunaan teknologi untuk mengatasi
masalah lingkungan. Untuk permasalahan global seperti perubahan iklim, penipisan lapisan ozon, dan pemanasan
global diperlukan kerjasama semua pihak antara satu negara dengan negara lain.