Oleh: Kelompok 6
FAKULTAS KESEHATAN
2020
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmatnya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah Ambulatory Anestesi
(ODS) dengan kasus Fissurectomy pada Pasien Tn S dengan Fistula Perianal yang dilakukan
Tindakan Fisurektomi. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan untuk
kepentingan proses belajar.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dan perlu pendalaman
lebih lanjut. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Kelompok 6
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar……………………………………………………………………………... i
Daftar Isi…………………………………………………………………………………… ii
BAB I Pendahuluan………………………………………………………………………... 1
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………. 1
1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………………………2
1.3 Tujuan Penulisan……………………………………………………………….. 2
BAB II Tinjauan Teori……………………………………………………………………... 3
2.1 Pengertian……………………………………………………………………… 3
2.2 Etiologi…………………………………………………………………………. 3
2.3 Patofisiologi……………………………………………………………………. 3
2.4 Manifestasi Klinik ………………………………………………………………4
2.5 Penatalaksanaan………………………………………………………………... 4
2.6 Pemeriksaan Diagnostik/Pemeriksaan Penunjang Terkait……………………...5
2.7 Pertimbangan Anestesi………………………………………………………….5
2.7.1 Definisi Anestesi……………………………………………………... 5
2.7.2 Jenis Anestesi………………………………………………………… 6
2.7.3 Teknik Anestesi……………………………………………………… 6
2.7.4 Rumatan Anestesi……………………………………………………. 6
2.8 Komplikasi Operasi……………………………………………………………. 7
BAB III. Tinjauan Kasus…………………………………………………………………... 8
3.1 Kasus…………………………………………………………………………… 8
BAB IV. Asuhan Keperawatan Anestesi dengan Diagnosa Medis Fistula Perianal Tindakan
Fisurektomi ………………………………………………………………………9
BAB IV. Penutup…………………………………………………………………………... 36
4.1 Kesimpulan…………………………………………………………………….. 36
4.2 Saran…………………………………………………………………………… 36
Daftar Pustaka ………………………………………………………………………………37
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana tinjauan teori dari kasus Fistula Perianal?
2. Bagaimana asuhan keperawatan anestesi pada kasus Fistula Perianal?
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian
Fistula ani adalah terbentuknya saluran kecil di antara ujung usus besar dan kulit di
sekitar anus atau dubur. Kondisi ini terbentuk sebagai reaksi dari adanya infeksi kelenjar
pada anus yang berkembang menjadi abses anus, di mana terbentuk kantung atau benjolan
berisi nanah.
2.2 Etiologi
Fistula ani biasanya terjadi sesuadah terjadinya nanah pada anus. Nanah yang tidak
sembuh dengan baik akan menyebabkan lubang diantara anus dan kulit. Seseorang yang
memiliki nanah pada anusnya akan berkembang menjadi fistula ani. Tetapi, fistula ani juga
dapat disebabkan oleh beberapa hal:
1. Infeksi tuberkulosis atau HIV
2. Komplikasi dari operasi dekat anus
3. Penyakit Crohn atau peradangan pencernaan
4. Hidradenitis suppurativa atau abses dan jaringan parut
5. Divertikulitis atau infeksi kantung kecil yang ada pada usus besar.
6. Keluar darah atau nanah saat buang air besar.
7. Daerah sekitar anus membengkak dan menjadi merah.
8. Nyeri pada anus yang semakin parah saat duduk atau batuk.
9. Demam dan terasa lelah.
10. Inkontinensia alvi.
11. Iritasi kulit di sekitar anus.
12. Terdapat nanah disekitar anus.
2.3 Patofisiologi
Fistula perianal disebabkan oleh adanya infeksi spesifik atau non-spesifik. Penyebab
spesifik untuk fistula perianal adalah penyakit-penyakit lain seperti Crohn’s disease atau
3
mekanisme tertentu seperti trauma iatogenik atau obsetrik. Penyebab non spesifik dari
fistula perianal adalah infeksi kelenjar kriptoglandular pada kelenjar perianal. Infeksi pada
kelenjar perianal tersebut dapat mengakibatkan tertutupnya aliran dari kelenjar perianal ke
anal crypts, sehingga tidak terjadi drainase pada kanal anus. Penutupan dari kelenjar
perianal tersebut dapat mengakibatkan stasis, yang akhirnya dapat mengakibatkan infeksi.
Sekitar 30-50% dari kelenjar anus memanjang sampai ke ruang intersfingterik, dimana
infeksi dapat melewati sfringter anus interna yang berfungsi sebagai pelindung terhadap
terjadinya kontaminasi. Infeksi tersebut dapat terjadi ke arah atas atau bawa diantara
sfingter anus interna dan eksterna, serta melewati sfingter anus eksterna melalui jalur
transfingterik atau ekstrasfingterik.
2.5 Penatalaksanaan
1. Pengobatan untuk fistula ani tanpa operasi
Lem fibrin adalah satu-satunya pilihan pengobatan tanpa operasi untuk fistula
ani, sampai saat ini. Prosedur ini dilakukan oleh ahli bedah dengan menyuntikkan lem
khusus ke fistula setelah Anda dibius. Lem inilah yang akan membantu menutup fistula.
Dibanding dengan fistulotomi, prosedur ini kurang efektif untuk fistula dan hasilnya
tidak tahan lama. Namun, lem fibrin mungkin merupakan pilihan yang tepat untuk
fistula yang melewati otot sfingter anus karena tidak perlu dipotong.
4
2. Pengobatan dengan operasi
a. Fissurectomy
Dalam prosedur ini fisura anus Anda diangkat sepenuhnya, meninggalkan luka
terbuka untuk sembuh secara alami. Operasi ini dapat diterapkan sebagai tindakan
tunggal, atau dengan lateral sphincterotomy, atau dengan obat‐obatan seperti gliseril
trinitrat atau suntikan botulinum A toxin. Anda mungkin harus menjalani fissurectomy
jika Anda mengidap fistula anal (struktur seperti terowongan di antara kulit sekitar anus
dan rektum) serta fisura anus.
5
2.7.2 Jenis Anestesi
Jenis anestesi yang digunakan adalah general anestesi atau anestesi umum.
Dengan persiapan STATICS:
6
2. Sedasi: Kecemasan adalah hal yang sering terjadi pada pasien yang akan
dilakukan operasi, sehingga diberikan obat antiansietas golongan
benzodiazepine yaitu midazolam 2 mg.
b. Maintenance:
Rumatan anestesi dengan midazolam 0.05/kgbb diulang setiap 2-3 menit
dengan dosis maksimal 5mg dan fentanyl 100mcg.
c. Terapi Cairan:
Jika perdarahan yang terjadi <20% dari Estimated blood volume, berikan cairan
pengganti kristaloid atau koloid. Tetapi apabila terjadi perdarahan >20% dari
perkiraan volume darah pasien, harus diberikan transfusi.
Kebutuhan Cairan Perioperatif
Maintenance = 2 cc/KgBB/jam
Pengganti Puasa = Maintenace x Lama puasa
Stres operasi = BB x 8 (Operasi Besar)
7
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Kasus
Pasien datang ke IGD RSUD Buleleng dengan keluhan nyeri di dekat lubang anus sejak
1 minggu yang lalu. Nyeri dirasakan saat aktivitas tetapi hilang saat istirahat. Di lokasi nyeri
tersebut terdapat benjolan yang sudah dirasakan sejak 3 tahun yang lalu. Benjolan tersebut
hilang timbul, setelah pecah dan mengeluarkan nanah kemudian timbul lagi. Pasien
mengatakan jika benjolan tersebut belum pecah pasien akan demam tinggi, jika benjolan pecah
dan mengeluarkan nanah maka demamnya mereda. Saat BAB pasien merasa ada cairan yang
ikut keluar. BAK normal. Gatal di sekitar benjolan disangkal. Pasien mengatakan takut dengan
tindakan operasi karena pasien belum pernah dioperasi. Dengan tanda-tanda vital tekanan
darah 120/80 mmHg, nadi 88x/menit, RR 20x/menit, suhu 37° C. kesadaran composmentis.
8
BAB IV
A. Pengkajian
1. Pengumpulan Data
a. Identitas
1) Identitas Pasien
Nama : Tn.S
Umur : 30 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Nama : Ny. S
Umur : 29 Tahun
9
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Nyeri di dekat lubang anus
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSUD Buleleng dengan keluhan nyeri di dekat lubang
anus sejak 1 minggu yang lalu. Nyeri dirasakan saat aktivitas tetapi hilang saat
istirahat. Di lokasi nyeri tersebut terdapat benjolan yang sudah dirasakan sejak
3 tahun yang lalu. Benjolan tersebut hilang timbul, setelah pecah dan
mengeluarkan nanah kemudian timbul lagi. Pasien mengatakan jika benjolan
tersebut belum pecah pasien akan demam tinggi, jika benjolan pecah dan
mengeluarkan nanah maka demamnya mereda. Saat BAB pasien merasa ada
cairan yang ikut keluar. BAK normal. Gatal di sekitar benjolan disangkal.
Pasien merasa khawatir jika perlu dilakukan tindakan pembedahan.
3) Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengaku sering mengalami hal serupa sebelumnya sejak 3 tahun yang
lalu.
4) Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit keluarga.
5) Riwayat Kesehatan
a) Adakah penyakit keturunan? Tidak ada
10
b) Sebelumnya pernah masuk Rumah Sakit? Pasien mengatakan pasien
belum pernah masuk rumah sakit
c) Riwayat operasi, anestesi dan komplikasi anestesi sebelumnya.
Pasien belum pernah melakukan operasi.
d) Kebiasaan-kebiasaan pasien (perokok berat, pemakai alkohol atau obat-
obatan terlarang) Pasien bukan perokok, bukan pengguna obat-obatan
terlarang dan bukan peminum minuman keras.
e) Riwayat alergi
Pasien tidak memiliki riwayat alergi obat atau makanan.
f) Riwayat Penyakit sistemik
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit sistemik.
Minum air
1. Frekuensi : 8-9gelas/ hari ±2000cc
2. Jenis : Air putih
3. Cara : Oral
4. Keluhan : Tidak ada
b) Saat sakit
Minum Air
1. Frekuensi : 5-6 gelas/hari
2. Jenis : Air putih
3. Cara : Oral
11
4. Keluhan : Tidak ada
3) Nutrisi/Makanan
a) Sebelum sakit
12
- Warna : Warna khas feces (kuning)
- Bau : Bau feces
- Cara : Mandiri
- Keluhan : Sakit pada anus
b) BAK
- Sebelum sakit :
Frekuensi : 6-9 x/hari
Konsistensi : Tidak ada endapan
Warna : Jernih
Bau : Amoniak
Cara : Mandiri
Keluhan : Tidak ada keluhan
- Saat sakit :
Frekuensi : 6-9 x/hari
Konsistensi : Tidak ada endapan
Warna : Jernih
Bau : Amoniak
Cara : Mandiri
Keluhan : Tidak ada keluhan
5) Pola aktivitas dan istirahat
a) Aktivitas
Kemampuan Perawatan Diri 0 1 2 3 4
Makan dan minum
Mandi
Toileting
Berpakaian
Berpindah
0: mandiri, 1: Alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan
alat, 4: tergantung total
13
b) Istirahat Dan Tidur
(1) Sebelum sakit
(a) Apakah frekuensi waktu anda beraktivitas lebih banyak dari pada
waktu anda beristirahat? Tidak
(b) Apakah anda pernah mengalami insomnia? Tidak
(c) Berapa jam anda tidur: Malam 8 jam , siang 2 jam
(2) Saat sakit
(a) Apakah anda pernah mengalami insomnia? Iya
(b) Berapa jam anda tidur: Malam 6 jam, siang 30 menit
6) Interaksi sosial
a) Kegiatan Lingkungan : Baik
b) Interaksi Sosial : Baik
c) Keterlibatan Kegiatan Sosial : Baik
7) Pemeliharaan Kesehatan
a) Konsumsi vitamin : Jarang
b) Imunisasi : Disangkal
c) Olahraga : Jarang
d) Upaya keharmonisan keluarga : Baik
e) Stress dan adaptasi : Baik
8) Kesejahteraan dan peningkatan fungsi manusia
a) Hubungan dengan lingkungan masyarakat, keluarga, kelompok, teman:
Baik
b) Pemanfaatan pelayanan kesehatan: Datang ke pelayanan kesehatan jika
sakit saja.
d. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
Kesadaran : Composmentis
GCS : Verbal: 5 Motorik: 6 Mata: 4
Penampilan : Tampak sakit sedang
14
Tanda-tanda vital : Nadi: 88 x/mnt, Suhu: 37oC. TD: 120/70 mmHg,
RR: 20x/mnt.
2) Pemeriksaan Kepala
a) Inspeksi
3) Pemeriksaan Wajah
Inspeksi
Perhatikan ekspresi wajah: meringis, warna dan kondisi wajah: baik, struktur
wajah: baik. Kelumpuhan otot-otot fasialis (-), Bentuk dagu: tidak lonjong.
4) Pemeriksaan Mata
a) Inspeksi
15
2) Pemeriksaan Telinga
Inspeksi dan palpasi
a. Amati bagian telinga luar : bentuk simetris Ukuran sama kiri dan kanan,
Warna kulit, lesi (-), nyeri tekan (-), peradangan (-), penumpukan
serumen(-).
b. Dengan otoskop periksa membran tympany amati, warna bening,
transparansi normal, perdarahan (-), perforasi (-).
c. Uji kemampuan kepekaan telinga:
(a) Tes bisik : sama kiri dan kanan baik
(b) Dengan arloji : sama kiri dan kanan
(c) Uji weber : seimbang antara kanan dan kiri
(d) Uji rinne : sama dibanding dengan hantaran udara
(e) Uji swabach : sama dengan kanan kiri
3) Pemeriksaan Hidung
a) Inspeksi dan palpasi
(1) Amati bentuk tulang hidung dan posisi septum nasi (normal)
(2) Amati meatus: perdarahan (-), Kotoran (-), Pembengkakan (-),
pembesaran/polip (-).
16
- Perhatikan suara klien : (tidak berubah)
5. Pemeriksaan Leher
a) Inspeksi dan palpasi amati dan rasakan :
(1) Bentuk leher (simetris atau asimetris), peradangan (-), jaringan parut
(-), perubahan warna (-), massa (-)
(2) Kelenjar tiroid, pembesaran (-)
(3) Vena jugularis: pembesaran (-),
(4) Pembesaran kelenjar limfe (-), kelenjar tiroid (-), posisi trakea
(simetris)
(5) Pemeriksaan leher pendek 3 jari dari pangkal leher ke angulus
mandibula (+)
6) Pemeriksaan Torak
a) Pemeriksaan Thorak dan Paru
(1) Inspeksi
(a) Bentuk torak (Normal chest), susunan ruas tulang belakang:
normal, bentuk dada (simetris), keadaan kulit elastis.
(b) Retrasksi otot bantu pernafasan: Retraksi intercosta (-), retraksi
suprasternal (-), Sternomastoid (-), pernafasan cuping hidung (-
).
17
(c) Pola nafas: Eupnea
(d) Amati: cianosis (-), tidak batuk.
(2) Palpasi
Pemeriksaan taktil/vocal fremitus: getaran antara kanan dan kiri teraba
sama.
(3) Perkusi
Area paru: sonor
(4) Auskultasi
(a) Suara nafas
Area Vesikuler: bersih, Area Bronchial: bersih.
Area Bronkovesikuler bersih
(b) Suara Ucapan
Terdengar: Bronkophoni (-), Egophoni (-), Pectoriloqy (-).
(c) Suara tambahan
Terdengar: Rales (-), Ronchi (-), Wheezing (-), Pleural fricion
rub (-).
b) Pemeriksaan Jantung
Inspeksi
Ictus cordis (-), pelebaran tidak ada
Palpasi
Pulsasi pada dinding torak teraba: tidak teraba
Perkusi
Batas-batas jantung normal adalah :
Batas atas : ICS II
Batas bawah : ICS V
Batas Kiri : ICS V mid clavicula sinistra
Batas Kanan : ICS IV mid sternalis dextra
Auskultasi
BJ I terdengar tunggal, reguler
BJ II terdengar tunggal, keras, reguler
18
Bunyi jantung tambahan: BJ III (-), Gallop Rhythm (-), Murmur (-).
7) Pemeriksaan Abdomen
a) Inspeksi
8) Pemeriksaan Genetalia
a) Genetalia Laki-laki
(1) Inspeksi
Kebersihan rambut pubis (bersih), lesi (-), eritema (-), peradangan (-).
Lubang uretra: stenosis/sumbatan (-).
9) Pemeriksaan Anus
a) Inspeksi
19
Atresia ani (-), tumor (-), haemorroid (-), perdarahan (-), Perineum: jahitan
(-), benjolan (+), purulen (+).
b) Palpasi
555 555
e. Pemeriksaan neurologis
a) Menguji tingkat kesadaran secara kuantitaif dengan GCS (Glasgow Coma
Scale)
1. Menilai respon membuka mata 4
2. Menilai respon Verbal 5
3. Menilai respon motorik 6
Pemeriksaan tingkat kesadaran secara kualitatif : (Composmentis)
20
Penigkatan suhu tubuh (-), nyeri kepala (-), kaku kuduk (-), mual-muntah (-)
kejang(-) penurunan tingkat kesadaran (-).
555 555
21
Kepekaan saraf perifer: benda tumpul mampu membedakan, benda tajam:
mampu membedakan, Menguji sensasi panas/dingin: mampu membedakan
kapas halus: mampu membedakan. minyak wangi: mampu membedakan.
2. Data Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
HB 15,5 12-16 g/dl
WBC 12000 3.200-10.000/mm3
RBC 5,1 4,40 - 5,90
PLT 262 170 – 380. 103/mm3
CT 10 5-10 detik
BT 2 1-3 detik
Neutrofil 76,7% 37,0-72,0
Limfosit 33% 25,0-40,0
22
Evaluasi pemeriksaan laboraturium: WBC meningkat kemungkinan adanya
infeksi pada anus pasien.
b. Pemeriksaan Radiologi
B. Analisa Data
No Symptom Etiologi Problem
PRE ANESTESI
1 DS: Perubahan fisiologis Nyeri akut
- Pasien mengatakan nyeri
didekat lubang anus
- Q : nyeri tekan Inflamasi
- R : daerah anus
- S : nyeri skala 4
- T : hilang timbul, semakin
parah saat beraktivitas
DO:
- Pasien tampak meringis
- Terdapat nyeri tekan didaerah
anus
- Terdapat benjolan didaerah
anus
- Nadi: 88x/mnt, Suhu : 37oC.
TD : 120/70 mmHg, RR :
23
20x/mnt
2 DS : Tindakan operasi Ansietas
- Pasien mengatakan gelisah dan
takut terhadap tindakan operasi
Do : Kurang pengetahuan
- Pasien tampak gelisah
- Nadi : 88x/mnt, suhu : 37oc. Td
: 120/70 mmhg, rr : 20x/mnt
INTRA ANESTESI
PASCA ANESTESI
24
4 DS : Pasien mengatakan sedikit Efek obat anestesi Risiko jatuh
pusing
DO :
- TD 110/70 mmHg
- Kesadaran delirium
- Aldrete score 7
- Kesadaran umum lemah
- RR 18x/menit
- Suhu 36 °C
- Sao2 100%
- Nadi 75 x/menit
1. Pre Anestesi
a. Nyeri akut
b. Ansietas
2. Intra Anestesi
a. Hipotermi
3. Pasca Anestesi
a. Risiko jatuh
25
D. Rencana Intervensi
Nama : Tn . S No.CM : 10.08.04
Umur : 30 tahun Diagnosa : Fistula perianal
Jenis Kelamin : Laki-Laki Ruang : OK
26
2. Rencana Intervensi
Perencanaan
Problem (Masalah
No
Kesehatan Anestesi Tujuan Intervensi
PRE OP
1 Nyeri akut Nyeri teratasi dengan kriteria hasil: 1. Observasi tanda-tanda vital
1. Wajah tidak meringis 2. Observasi lokasi, karakteristik, kualitas dan keparahan nyeri
2. Skala nyeri 1-3 (nyeri ringan) 3. Ajarkan metode distraksi selama nyeri
3. Tanda-tanda vital dalam 4. Ajarkan teknik untuk mengurangi nyeri dengan strategi relaksasi
rentang normal khusus misalnya bernapas perlahan, berirama dan napas dalam
TD 120/80 mmHg 5. Kolaborasi dengan dokter anestesi dalam pemberian analgetik
Nadi 60-80x/menit
Suhu 36,5C
RR 12-20x/menit
2 Ansietas Ansietas teratasi dengan kriteria 1. Observasi tanda-tanda vital
hasil : 2. Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman
1. Pasien tenang tidak gelisah 3. Ajarkan teknik relaksasi napas dalam
2. pasien tidak pucat 4. KIE terkait jenis tindakan dan anestesi
3. Tanda-tanda vital dalam 5. Kolaborasi dengan dokter anestesi dalam pemberian
rentang normal premedikasi.
27
TD 120/80 mmHg
Nadi 60-80x/menit
Suhu 36,5C
RR 12-20x/menit
INTRA OP
28
dari cidera 5. Pasang penyangga bed
6. Pasang gelang kuning
29
E. Pelaksanaan
Nama : Tn. S No.CM : 10.08.04
Umur : 30 tahun Diagnosa : Fistula perianal
Jenis Kelamin : Laki-Laki Ruang : OK
Problem (Masalah
No Hari/Tgl/Jam Tindakan Evaluasi Paraf
Kesehatan Anestesi)
PRE OP
1 Selasa, Nyeri akut 1. Mengobservasi tanda-tanda vital DS : Linda
20/12/2016 2. Mengobservasi lokasi, - Pasien mengatakan nyeri sudah
karakteristik, kualitas dan berkurang
keparahan nyeri DO :
3. Mengajarkan metode distraksi - Pasien tampak tidak meringis
selama nyeri - Nadi: 88x/mnt, Suhu : 36,5°C. TD :
4. Mengajarkan teknik untuk 120/70 mmHg, RR : 20x/mnt
mengurangi nyeri dengan strategi
relaksasi khusus misalnya
bernapas perlahan, berirama dan
napas dalam
5. Delegasi dengan dokter anestesi
dalam pemberian analgetik
30
2 Selasa, Ansietas 1. Mengobservasi tanda-tanda vita DS : Rita
20/12/2016 2. Memberikan lingkungan yang - Pasien mengatakan cemas berkurang
tenang dan nyaman DO :
3. Mengjarkan teknik relaksasi - Pasien tampak tenang, tidak gelisah
napas dalam - Nadi : 88x/mnt, Suhu : 36,5oC. TD :
4. KIE terkait jenis tindakan dan 120/70 mmHg, RR : 20x/mnt
anestesi
5. Delegatif dengan dokter
anestesi dalam pemberian
premedikasi.
INTRA OP
1 Selasa, RK disfungsi 1. Mengobservasi tanda- tanda DS : Pasien mengatakan dinginnya Rama
20/12/2016 termoregulasi vital berkurang
(Hipotermi) 2. Menyelimuti pasien DO :
3. Delegasi dengan dokter anestesi - Suhu tubuh pasien 36° C
dalam pemberian penghangat - Pasien tidak menggigil
cairan intravena - TD 110/70 mmHg
- Spo2 100%
- Suhu 36° C
POST OP
31
1 Selasa, Risiko jatuh 1. Mengobservasi tanda-tanda DS : Aniyda
20/12/2016 vital - Pasien mengatakan pusing berkurang Susan
2. Mengobservasi tingkat DO :
kesadaran
- Keadaan umum pasien membaik
3. Mengkaji aldrete score
- TD 110/70 mmHg
4. Memberikan lingkungan yang
- RR 18x/menit
aman dan nyaman
- Suhu 36 °C
5. Memasang penyangga bed
- Sao2 100%
6. Memasang gelang kuning
- Nadi 75 x/menit
32
F. Evaluasi
Nama : Tn. S No.CM : 10.08.04
Umur : 30 tahun Diagnosa : Fistula perianal
Jenis Kelamin : Laki-laki Ruang : OK
PRE OP
33
2 Selasa, Ansietas S : Pasien mengatakan tidak cemas lagi Intan
20/12/2016
O:
08: 30
- Pasien tenang tidak gelisah
- Tanda-tanda vital dalam rentang normal
TD 120/80 mmHg
Nadi 88x/menit
Suhu 36,5C
RR 20x/menit
A : Masalah teratasi
INTRA OP
O:
Selasa, - Pasien tidak menggigil
1 28/01/2020 - Akral teraba hangat
09:05 - Suhu normal 36 C
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
TD 110/60 mmHg
Nadi 75x/menit
34
RR 18x/menit
- SpO2 100%
- Pasien tidak sianosis
- Pasien tidak pucat
A : Masalah teratasi
POST OP
35
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Fistula ani adalah terbentuknya saluran kecil di antara ujung usus besar dan
kulit di sekitar anus atau dubur. Kondisi ini terbentuk sebagai reaksi dari adanya
infeksi kelenjar pada anus yang berkembang menjadi abses anus, di mana terbentuk
kantung atau benjolan berisi nanah.
Fistula ani biasanya terjadi sesudah terjadinya nanah pada anus. Nanah
yang tidak sembuh dengan baik akan menyebabkan lubang diantara anus dan kulit.
Seseorang yang memiliki nanah pada anusnya akan berkembang menjadi fistula
ani. Fistula perianal disebabkan oleh adanya infeksi spesifik atau non-spesifik.
Penyebab spesifik untuk fistula perianal adalah penyakit-penyakit lain seperti
Crohn’s disease atau mekanisme tertentu seperti trauma iatogenik atau obsetrik.
Penyebab non spesifik dari fistula perianal adalah infeksi kelenjar kriptoglandular
pada kelenjar perianal. Infeksi pada kelenjar perianal tersebut dapat mengakibatkan
tertutupnya aliran dari kelenjar perianal ke anal crypts, sehingga tidak terjadi
drainase pada kanal anus. Penutupan dari kelenjar perianal tersebut dapat
mengakibatkan stasis, yang akhirnya dapat mengakibatkan infeksi.
5.2 Saran
Sebagian besar fistula ani memerlukan operasi karena fistula ani jarang
sembuh spontan. Setelah operasi risiko kekambuhan fistula termasuk cukup tinggi
yaitu 21%. Tidak ada pemilihan anestesi anestesi yang paling aman untuk operasi
ini namun semua tergantung pada teknik dan pertimbangan anestesi dari para
penata dan dokter anestesi. Maka dari itu sebagai penata anestesi kita wajib
mengkaji dan mempertimbangan komplikasi yang bisa saja terjadi pasca
pembedahan.
36
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2010. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Latief, said, dkk. 2002. Petunjuk Praktis Anestesiologi. Jakarta:Bagian Anestesiologi
dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Edisi Kedua.
Mangku, Gde, dkk. 2016. Ilmu Anestesia dan Reanimasi. Jakarta: PT Indeks.
Medical Mini Notes. 2019. Anesthesia and Intensive Care. MMN.
Nagelhout,John And Plaus. 2010. Handbook Of Nurse Anesthesia.USA:Elsevier. ISBN
:978-1-4160-5024-7.
Smeltzer, Bare (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner & suddart.
Edisi 8.
37