Anda di halaman 1dari 40

ASUHAN KEPERAWATAN ANESTESI

DENGAN DIAGNOSA MEDIS FISTULA PERIANAL TINDAKAN FISUREKTOMI

Oleh: Kelompok 6

1. Putu Intan Setyadewi Semara P (17D10050)


2. Putu Linda Novi Yanti (17D10051)
3. Putu Rama Pratama Karma (17D10052)
4. Ritha Maria Rumaikeuw (17D10053)
5. Ridho Primario Gunawan (17D10054)
6. Susan Aurelia Firstnanda (17D10055)
7. Umi Kaltsum Maulidia Wadjo (17D10056)
8. Wa Anyida M. Tohir (17D10057)
9. Wayan Idep Winduri (17D10058)

D-IV KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI

FAKULTAS KESEHATAN

INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI

2020
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmatnya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah Ambulatory Anestesi
(ODS) dengan kasus Fissurectomy pada Pasien Tn S dengan Fistula Perianal yang dilakukan
Tindakan Fisurektomi. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan untuk
kepentingan proses belajar.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dan perlu pendalaman
lebih lanjut. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Denpasar, 17 Mei 2020

Kelompok 6

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar……………………………………………………………………………... i
Daftar Isi…………………………………………………………………………………… ii
BAB I Pendahuluan………………………………………………………………………... 1
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………. 1
1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………………………2
1.3 Tujuan Penulisan……………………………………………………………….. 2
BAB II Tinjauan Teori……………………………………………………………………... 3
2.1 Pengertian……………………………………………………………………… 3
2.2 Etiologi…………………………………………………………………………. 3
2.3 Patofisiologi……………………………………………………………………. 3
2.4 Manifestasi Klinik ………………………………………………………………4
2.5 Penatalaksanaan………………………………………………………………... 4
2.6 Pemeriksaan Diagnostik/Pemeriksaan Penunjang Terkait……………………...5
2.7 Pertimbangan Anestesi………………………………………………………….5
2.7.1 Definisi Anestesi……………………………………………………... 5
2.7.2 Jenis Anestesi………………………………………………………… 6
2.7.3 Teknik Anestesi……………………………………………………… 6
2.7.4 Rumatan Anestesi……………………………………………………. 6
2.8 Komplikasi Operasi……………………………………………………………. 7
BAB III. Tinjauan Kasus…………………………………………………………………... 8
3.1 Kasus…………………………………………………………………………… 8
BAB IV. Asuhan Keperawatan Anestesi dengan Diagnosa Medis Fistula Perianal Tindakan
Fisurektomi ………………………………………………………………………9
BAB IV. Penutup…………………………………………………………………………... 36
4.1 Kesimpulan…………………………………………………………………….. 36
4.2 Saran…………………………………………………………………………… 36
Daftar Pustaka ………………………………………………………………………………37

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pola hidup yang tidak sehat dapat menyebabkan masalah pada kesahatan manusia.
Masalah tesebut dapat menimbulkan penyakit di saluran cerna di vertikula pada usus besar,
radang usus besar, neoplasma usus besar, dan gangguan anorektal. Gangguan anorektal
terdiri dari hemoroid, abses anorektal dan fistula ani (fistula perianal) (Agrawal, 2016).
Fistula ani adalah saluran tipis, tubuler, fibrosa yang meluas ke dalam saluran anal dari
lubang yang terletak di samping anus. Fistula ani biasanya terjadi sesuadah terjadinya
nanah pada anus. Nanah yang tidak sembuh dengan baik akan menyebabkan lubang
diantara anus dan kulit. Berdasarkan data, fistula ani biasanya terjadi pada laki-laki pada
umur 20 – 40 tahun sedangkan pada perempuan berusia 20 – 35 tahun, sekitar 1-3 kasus
yang terjadi tiap 10.000 orang. Sekitar 40% pasien fistula terbentuk dari sebuah abses.
Kejadian rata-rata per 100.00 penduduk adalah 12,3% untuk pria dan 5,6% untuk
perempuan (Supriani, 2012).
Kasus fistula ani bukan termasuk kasus penyakit yang terbanyak jika dibandingkan
penyakit lainnya, namun apabila tidak segera ditangani dari fistula yang belum terinfeksi
akan menjadi fistula terinfeksi menyebabkan menjadi fistula ani yang harus ditangani
segera mungkin dengan jalan operasi (Agrawal, 2016).
Tindakan operasi untuk menangani fistula ani dilakukan jenis operasi fistulektomi.
Setelah dilakukan operasi tentunya harus mendapatkan penanganan yang lebih lanjut
seperti perawatan luka post operasi. Pasca operasi risiko kekambuhan fistula termasuk
cukup tinggi yaitu sekitar 21% (satu dari lima pasien dengan fistula post operasi akan
mengalami kekambuhan) (Supriani, 2012).
Berdasarkan data tersebut, kasus fistula ani merupakan kejadian yang cukup langka,
penulis mendapatkan kasus fistula ani dengan tindakan fisurektomi sebagai tugas akhir
ODS (One Day Surgery). Oleh karena itu, penulis mengkaji dan membuat asuhan
keperawatan anestesi dengan diagnosa medis fistula perianal tindakan fisurektomi.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana tinjauan teori dari kasus Fistula Perianal?
2. Bagaimana asuhan keperawatan anestesi pada kasus Fistula Perianal?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui tinjauan teori dari kasus Fistula Perianal.
2. Untuk mengetahui asuhan keperawatan anestesi pada kasus Fistula Perianal.

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian
Fistula ani adalah terbentuknya saluran kecil di antara ujung usus besar dan kulit di
sekitar anus atau dubur. Kondisi ini terbentuk sebagai reaksi dari adanya infeksi kelenjar
pada anus yang berkembang menjadi abses anus, di mana terbentuk kantung atau benjolan
berisi nanah.

2.2 Etiologi
Fistula ani biasanya terjadi sesuadah terjadinya nanah pada anus. Nanah yang tidak
sembuh dengan baik akan menyebabkan lubang diantara anus dan kulit. Seseorang yang
memiliki nanah pada anusnya akan berkembang menjadi fistula ani. Tetapi, fistula ani juga
dapat disebabkan oleh beberapa hal:
1. Infeksi tuberkulosis atau HIV
2. Komplikasi dari operasi dekat anus
3. Penyakit Crohn atau peradangan pencernaan
4. Hidradenitis suppurativa atau abses dan jaringan parut
5. Divertikulitis atau infeksi kantung kecil yang ada pada usus besar.
6. Keluar darah atau nanah saat buang air besar.
7. Daerah sekitar anus membengkak dan menjadi merah.
8. Nyeri pada anus yang semakin parah saat duduk atau batuk.
9. Demam dan terasa lelah.
10. Inkontinensia alvi.
11. Iritasi kulit di sekitar anus.
12. Terdapat nanah disekitar anus.

2.3 Patofisiologi
Fistula perianal disebabkan oleh adanya infeksi spesifik atau non-spesifik. Penyebab
spesifik untuk fistula perianal adalah penyakit-penyakit lain seperti Crohn’s disease atau

3
mekanisme tertentu seperti trauma iatogenik atau obsetrik. Penyebab non spesifik dari
fistula perianal adalah infeksi kelenjar kriptoglandular pada kelenjar perianal. Infeksi pada
kelenjar perianal tersebut dapat mengakibatkan tertutupnya aliran dari kelenjar perianal ke
anal crypts, sehingga tidak terjadi drainase pada kanal anus. Penutupan dari kelenjar
perianal tersebut dapat mengakibatkan stasis, yang akhirnya dapat mengakibatkan infeksi.
Sekitar 30-50% dari kelenjar anus memanjang sampai ke ruang intersfingterik, dimana
infeksi dapat melewati sfringter anus interna yang berfungsi sebagai pelindung terhadap
terjadinya kontaminasi. Infeksi tersebut dapat terjadi ke arah atas atau bawa diantara
sfingter anus interna dan eksterna, serta melewati sfingter anus eksterna melalui jalur
transfingterik atau ekstrasfingterik.

2.4 Manifestasi Klinik


Beberapa gejala yang ditimbulkan oleh fistula ani adalah sebagai berikut:
- Kesulitan mengontrol buang air besar
- Terdapat bau busuk dari dekat anus
- Saat buang air besar terdapat nanah atau darah
- Rasa sakit yang terus menerus dan terasa denyutan yang biasanya terasa pada saat
duduk, bergerak, buang air besar atau batuk.
- Iritasi kulit disekitar anus
- Kemerahan dan bengkak diarea anus, terdapat nanah atau demam

2.5 Penatalaksanaan
1. Pengobatan untuk fistula ani tanpa operasi
Lem fibrin adalah satu-satunya pilihan pengobatan tanpa operasi untuk fistula
ani, sampai saat ini. Prosedur ini dilakukan oleh ahli bedah dengan menyuntikkan lem
khusus ke fistula setelah Anda dibius. Lem inilah yang akan membantu menutup fistula.
Dibanding dengan fistulotomi, prosedur ini kurang efektif untuk fistula dan hasilnya
tidak tahan lama. Namun, lem fibrin mungkin merupakan pilihan yang tepat untuk
fistula yang melewati otot sfingter anus karena tidak perlu dipotong.

4
2. Pengobatan dengan operasi
a. Fissurectomy
Dalam prosedur ini fisura anus Anda diangkat sepenuhnya, meninggalkan luka
terbuka untuk sembuh secara alami. Operasi ini dapat diterapkan sebagai tindakan
tunggal, atau dengan lateral sphincterotomy, atau dengan obat‐obatan seperti gliseril
trinitrat atau suntikan botulinum A toxin. Anda mungkin harus menjalani fissurectomy
jika Anda mengidap fistula anal (struktur seperti terowongan di antara kulit sekitar anus
dan rektum) serta fisura anus.

2.6 Pemeriksaan Diagnostik/ Pemeriksaan Penunjang Terkait


1. Pemeriksaan laboratorium
2. Pemeriksaan radiologi
a) Fistulografi
b) Ultrasound endoranal/endorektal
c) MRI
d) CT-Scan
e) Anal manometri

2.7 Pertimbangan Anestesi


2.7.1 Definisi Anestesi
Anestesi (pembiusan; berasal dari bahasa Yunani an-"tidak, tanpa" dan
aesthētos, "persepsi, kemampuan untuk merasa"), secara umum berarti suatu tindakan
menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur
lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh.
Anestesi merupakan suatu tindakan untuk menghilangkan rasa sakit ketika
dilakukan pembedahan dan berbagai prosedur lain yang menimbulkan rasa sakit,
dalam hal ini rasa takut perlu ikut dihilangkan untuk menciptakan kondisi optimal
bagi pelaksanaan pembedahan (Sabiston, 2011).

5
2.7.2 Jenis Anestesi

Jenis anestesi yang digunakan adalah general anestesi atau anestesi umum.
Dengan persiapan STATICS:

S= Scope (Stetoskop, laringoskop)


T= Tube (ETT)
A= Airway (OPA, LMA)
T= Tape
I= Introducer
C= Connector
S= Suction cath

2.7.3 Teknik Anestesi


Teknik anestesi yang digunakan adalah prosedur sedasi dan analgesia, yang dapat
mengurangi rasa tidak nyaman, ketakutan, dan timbulnya memori yang tidak
menyenangkan akibat tindakan prosedur dan dapat memfasilitasi kelancaran
tindakan prosedur tersebut. Sedasi dan Analgesia Prosedural mencakup
penggunaan obat-obat analgetik dan sedatif kerja singkat agar klinisi bisa
melakukan tindakan prosedur secara efektif, sambil tetap memantau kondisi pasien
untuk potensi terjadinya efek samping yang tidak diinginkan. Proses ini sebelumnya
disebut “conscious sedation” atau “sedasi sadar”, namun karena sedasi efektif
biasanya mempengaruhi kesadaran terminologi tersebut berubah menjadi
“Procedural Sedation and Analgesia” (PSA) atau “Sedasi dan Analgesia
Prosedural”.

2.7.4 Rumatan Anestesi


a. Premedikasi:
1. Antiemetik: Pemberian antiemetik digunakan untuk mengurangi mual
muntah. Obat yang diberikan adalah ondansentron 4 mg

6
2. Sedasi: Kecemasan adalah hal yang sering terjadi pada pasien yang akan
dilakukan operasi, sehingga diberikan obat antiansietas golongan
benzodiazepine yaitu midazolam 2 mg.
b. Maintenance:
Rumatan anestesi dengan midazolam 0.05/kgbb diulang setiap 2-3 menit
dengan dosis maksimal 5mg dan fentanyl 100mcg.

c. Terapi Cairan:
Jika perdarahan yang terjadi <20% dari Estimated blood volume, berikan cairan
pengganti kristaloid atau koloid. Tetapi apabila terjadi perdarahan >20% dari
perkiraan volume darah pasien, harus diberikan transfusi.
Kebutuhan Cairan Perioperatif
Maintenance = 2 cc/KgBB/jam
Pengganti Puasa = Maintenace x Lama puasa
Stres operasi = BB x 8 (Operasi Besar)

2.8 Komplikasi Operasi


1. Perdarahan
2. Inkontinensia fecal
3. Retensio urine
4. Infeksi
5. Komplikasi akibat anestesia

7
BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1 Kasus

Pasien datang ke IGD RSUD Buleleng dengan keluhan nyeri di dekat lubang anus sejak
1 minggu yang lalu. Nyeri dirasakan saat aktivitas tetapi hilang saat istirahat. Di lokasi nyeri
tersebut terdapat benjolan yang sudah dirasakan sejak 3 tahun yang lalu. Benjolan tersebut
hilang timbul, setelah pecah dan mengeluarkan nanah kemudian timbul lagi. Pasien
mengatakan jika benjolan tersebut belum pecah pasien akan demam tinggi, jika benjolan pecah
dan mengeluarkan nanah maka demamnya mereda. Saat BAB pasien merasa ada cairan yang
ikut keluar. BAK normal. Gatal di sekitar benjolan disangkal. Pasien mengatakan takut dengan
tindakan operasi karena pasien belum pernah dioperasi. Dengan tanda-tanda vital tekanan
darah 120/80 mmHg, nadi 88x/menit, RR 20x/menit, suhu 37° C. kesadaran composmentis.

8
BAB IV

ASUHAN KEPERAWATAN ANESTESI


DENGAN DIAGNOSA MEDIS FISTULA PERIANAL TINDAKAN FISUREKTOMI

A. Pengkajian
1. Pengumpulan Data

a. Identitas

1) Identitas Pasien
Nama : Tn.S

Umur : 30 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Wiraswasta

Suku Bangsa : Indonesia

Status perkawinan : Menikah

Alamat : Jl. Balai desa gg. Xii

Diagnosa Medis : Fistula Perianal

Tindakan Operasi : Fisturektomi

Tanggal MRS : 19 desember 2016 pukul 14:35 WITA

Tanggal pengkajian : 19 Desember 2016 pukul 20:15 WITA

2). Tanggal Penanggung Jawab

Nama : Ny. S

Umur : 29 Tahun

9
Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Wiraswasta

Suku Bangsa : Indonesia

Hubungan : Istri Pasien

Alamat : Jl. Balai Desa gg Xii

b. Riwayat Kesehatan

1) Keluhan Utama
Nyeri di dekat lubang anus
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSUD Buleleng dengan keluhan nyeri di dekat lubang
anus sejak 1 minggu yang lalu. Nyeri dirasakan saat aktivitas tetapi hilang saat
istirahat. Di lokasi nyeri tersebut terdapat benjolan yang sudah dirasakan sejak
3 tahun yang lalu. Benjolan tersebut hilang timbul, setelah pecah dan
mengeluarkan nanah kemudian timbul lagi. Pasien mengatakan jika benjolan
tersebut belum pecah pasien akan demam tinggi, jika benjolan pecah dan
mengeluarkan nanah maka demamnya mereda. Saat BAB pasien merasa ada
cairan yang ikut keluar. BAK normal. Gatal di sekitar benjolan disangkal.
Pasien merasa khawatir jika perlu dilakukan tindakan pembedahan.
3) Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengaku sering mengalami hal serupa sebelumnya sejak 3 tahun yang
lalu.
4) Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit keluarga.
5) Riwayat Kesehatan
a) Adakah penyakit keturunan? Tidak ada

10
b) Sebelumnya pernah masuk Rumah Sakit? Pasien mengatakan pasien
belum pernah masuk rumah sakit
c) Riwayat operasi, anestesi dan komplikasi anestesi sebelumnya.
Pasien belum pernah melakukan operasi.
d) Kebiasaan-kebiasaan pasien (perokok berat, pemakai alkohol atau obat-
obatan terlarang) Pasien bukan perokok, bukan pengguna obat-obatan
terlarang dan bukan peminum minuman keras.
e) Riwayat alergi
Pasien tidak memiliki riwayat alergi obat atau makanan.
f) Riwayat Penyakit sistemik
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit sistemik.

c. Pola Kebutuhan Dasar (Data Bio-psiko-sosio-kultural-spiritual)


1) Udara atau oksigenasi
a) Gangguan pernafasan : Tidak ada
b) Alat bantu pernafasan : Tidak ada
c) Sirkulasi udara : Baik
d) Letak tempat tinggal : Dalam kota
2) Air
a) Sebelum sakit

Minum air
1. Frekuensi : 8-9gelas/ hari ±2000cc
2. Jenis : Air putih
3. Cara : Oral
4. Keluhan : Tidak ada
b) Saat sakit
Minum Air
1. Frekuensi : 5-6 gelas/hari
2. Jenis : Air putih
3. Cara : Oral

11
4. Keluhan : Tidak ada
3) Nutrisi/Makanan
a) Sebelum sakit

(1) Frekuensi : 2-3x/Hari


(2) Jenis : Nasi campur
(3) Porsi : 1 porsi di habiskan
(4) Diet khusus : Tidak ada
(5) Makanan yang disukai : Nasi liwet
(6) Pantangan : Tidak ada
(7) Nafsu makan : Baik
b) Saat sakit

(1) Frekuensi : 2x/hari


(2) Jenis : Nasi campur
(3) Porsi : Kadang 1 porsi dihabiskan
(4) Diet khusus : Tidak ada
(5) Makanan yang disukai : Nasi liwet
(6) Pantangan : Tidak ada
(7) Nafsu makan : Kadang baik
4) Eliminasi
a) BAB
- Sebelum sakit :
 Frekuensi : 1-2x/hari
 Konsistensi : Padat
 Warna : Warna khas feces (kuning)
 Bau : Bau feces
 Cara : Mandiri
 Keluhan : Tidak ada keluhan saat BAB
- Saat Sakit
- Frekuensi : 1x
- Konsistensi : Padat

12
- Warna : Warna khas feces (kuning)
- Bau : Bau feces
- Cara : Mandiri
- Keluhan : Sakit pada anus
b) BAK
- Sebelum sakit :
 Frekuensi : 6-9 x/hari
 Konsistensi : Tidak ada endapan
 Warna : Jernih
 Bau : Amoniak
 Cara : Mandiri
 Keluhan : Tidak ada keluhan
- Saat sakit :
 Frekuensi : 6-9 x/hari
 Konsistensi : Tidak ada endapan
 Warna : Jernih
 Bau : Amoniak
 Cara : Mandiri
 Keluhan : Tidak ada keluhan
5) Pola aktivitas dan istirahat
a) Aktivitas
Kemampuan Perawatan Diri 0 1 2 3 4
Makan dan minum 
Mandi 
Toileting 
Berpakaian 
Berpindah 

0: mandiri, 1: Alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan
alat, 4: tergantung total

13
b) Istirahat Dan Tidur
(1) Sebelum sakit
(a) Apakah frekuensi waktu anda beraktivitas lebih banyak dari pada
waktu anda beristirahat? Tidak
(b) Apakah anda pernah mengalami insomnia? Tidak
(c) Berapa jam anda tidur: Malam 8 jam , siang 2 jam
(2) Saat sakit
(a) Apakah anda pernah mengalami insomnia? Iya
(b) Berapa jam anda tidur: Malam 6 jam, siang 30 menit
6) Interaksi sosial
a) Kegiatan Lingkungan : Baik
b) Interaksi Sosial : Baik
c) Keterlibatan Kegiatan Sosial : Baik
7) Pemeliharaan Kesehatan
a) Konsumsi vitamin : Jarang
b) Imunisasi : Disangkal
c) Olahraga : Jarang
d) Upaya keharmonisan keluarga : Baik
e) Stress dan adaptasi : Baik
8) Kesejahteraan dan peningkatan fungsi manusia
a) Hubungan dengan lingkungan masyarakat, keluarga, kelompok, teman:

Baik
b) Pemanfaatan pelayanan kesehatan: Datang ke pelayanan kesehatan jika

sakit saja.

d. Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan Umum
Kesadaran : Composmentis
GCS : Verbal: 5 Motorik: 6 Mata: 4
Penampilan : Tampak sakit sedang

14
Tanda-tanda vital : Nadi: 88 x/mnt, Suhu: 37oC. TD: 120/70 mmHg,
RR: 20x/mnt.

2) Pemeriksaan Kepala
a) Inspeksi

Bentuk kepala: (normal), kesimetrisan (+), hidrochepalus (-), luka (-),


darah (-), trepanasi (-), kebersihan (-), persebaran rambut (merata),
terdapat rambut rontok (-).
b) Palpasi

Nyeri tekan (-), edema (-).

3) Pemeriksaan Wajah
Inspeksi
Perhatikan ekspresi wajah: meringis, warna dan kondisi wajah: baik, struktur
wajah: baik. Kelumpuhan otot-otot fasialis (-), Bentuk dagu: tidak lonjong.

4) Pemeriksaan Mata
a) Inspeksi

Kelengkapan dan kesimetrisan mata (+), Ekssoftalmus (-), Endofthalmus


(-), Kelopak mata/palpebra: oedem (-), ptosis (-), peradangan (-) luka (-),
benjolan (-), Bulu mata: tidak rontok, konjunctiva dan sclera: perubahan
warna putih , Warna iris hitam, Reaksi pupil terhadap cahaya: Normal
(miosis) isokor (+), Kornea: warna hitam, Nigtasmus (-), Strabismus (-).
(1) Pemeriksaan Visus
Dengan Snelen Card : OD 6 OS 6
Tanpa Snelen Card : Ketajaman Penglihatan ( Baik)
(2) Pemeriksaan lapang pandang: normal
b) Palpasi

Pemeriksaan tekanan bola mata normal.

15
2) Pemeriksaan Telinga
Inspeksi dan palpasi
a. Amati bagian telinga luar : bentuk simetris Ukuran sama kiri dan kanan,
Warna kulit, lesi (-), nyeri tekan (-), peradangan (-), penumpukan
serumen(-).
b. Dengan otoskop periksa membran tympany amati, warna bening,
transparansi normal, perdarahan (-), perforasi (-).
c. Uji kemampuan kepekaan telinga:
(a) Tes bisik : sama kiri dan kanan baik
(b) Dengan arloji : sama kiri dan kanan
(c) Uji weber : seimbang antara kanan dan kiri
(d) Uji rinne : sama dibanding dengan hantaran udara
(e) Uji swabach : sama dengan kanan kiri

3) Pemeriksaan Hidung
a) Inspeksi dan palpasi

(1) Amati bentuk tulang hidung dan posisi septum nasi (normal)
(2) Amati meatus: perdarahan (-), Kotoran (-), Pembengkakan (-),
pembesaran/polip (-).

4) Pemeriksaan Mulut dan Faring


a. Inspeksi dan Palpasi
- Amati bibir: tidak ada kelainan konginetal, warna bibir merah muda,
lesi (-), Bibir pecah (-) tampak kering,
- Amati gigi ,gusi, dan lidah: Caries (-), Kotoran (-), Gigi palsu (-),
Gingivitis (-)
- Lidah: Warna lidah: merah muda, Perdarahan (-), Abses (-).
- Orofaring atau rongga mulut: Bau mulut: bau, uvula (simetris), Benda
asing : (tidak ada)
- Tonsil : T0, Mallampati 2

16
- Perhatikan suara klien : (tidak berubah)

5. Pemeriksaan Leher
a) Inspeksi dan palpasi amati dan rasakan :

(1) Bentuk leher (simetris atau asimetris), peradangan (-), jaringan parut
(-), perubahan warna (-), massa (-)
(2) Kelenjar tiroid, pembesaran (-)
(3) Vena jugularis: pembesaran (-),
(4) Pembesaran kelenjar limfe (-), kelenjar tiroid (-), posisi trakea
(simetris)
(5) Pemeriksaan leher pendek 3 jari dari pangkal leher ke angulus
mandibula (+)

5) Pemeriksaan Payudara dan Ketiak


 Inspeksi

(1) Ukuran payudara normal, bentuk (simetris), pembengkakan (-).


(2) Kulit payudara: warna sawo matang, lesi (-), Areola: perubahan warna
(-).
(3) Putting: cairan yang keluar (-), ulkus (-), pembengkakan (-).
 Palpasi
(1) Nyeri tekan (-), dan kekenyalan (kenyal), benjolan massa (-).

6) Pemeriksaan Torak
a) Pemeriksaan Thorak dan Paru
(1) Inspeksi
(a) Bentuk torak (Normal chest), susunan ruas tulang belakang:
normal, bentuk dada (simetris), keadaan kulit elastis.
(b) Retrasksi otot bantu pernafasan: Retraksi intercosta (-), retraksi
suprasternal (-), Sternomastoid (-), pernafasan cuping hidung (-
).

17
(c) Pola nafas: Eupnea
(d) Amati: cianosis (-), tidak batuk.
(2) Palpasi
Pemeriksaan taktil/vocal fremitus: getaran antara kanan dan kiri teraba
sama.
(3) Perkusi
Area paru: sonor
(4) Auskultasi
(a) Suara nafas
 Area Vesikuler: bersih, Area Bronchial: bersih.
 Area Bronkovesikuler bersih
(b) Suara Ucapan
 Terdengar: Bronkophoni (-), Egophoni (-), Pectoriloqy (-).
(c) Suara tambahan
 Terdengar: Rales (-), Ronchi (-), Wheezing (-), Pleural fricion
rub (-).
b) Pemeriksaan Jantung
 Inspeksi
Ictus cordis (-), pelebaran tidak ada
 Palpasi
Pulsasi pada dinding torak teraba: tidak teraba
 Perkusi
Batas-batas jantung normal adalah :
Batas atas : ICS II
Batas bawah : ICS V
Batas Kiri : ICS V mid clavicula sinistra
Batas Kanan : ICS IV mid sternalis dextra
 Auskultasi
BJ I terdengar tunggal, reguler
BJ II terdengar tunggal, keras, reguler

18
Bunyi jantung tambahan: BJ III (-), Gallop Rhythm (-), Murmur (-).

7) Pemeriksaan Abdomen
a) Inspeksi

(1) Bentuk abdomen: (datar)


(2) Massa/Benjolan (-), Kesimetrisan (+),
(3) Bayangan pembuluh darah vena (-)
b) Auskultasi

Frekuensi peristaltic usus 18x/menit (N: 5-35 x/menit), Borborygmi (-).


c) Palpasi

(1) Palpasi Hepar :


Nyeri tekan (-), pembesaran (-), perabaan (-), permukaan (-), tepi hepar
(-) (hepar tidak teraba).
(2) Palpasi Lien : Pembesaran lien : (-)
(3) Palpasi Appendik :
(a) Titik Mc. Burney nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), nyeri menjalar
kontralateral (-).
(b) Acites atau tidak: Shiffing Dullnes (-), Undulasi (-)
(4) Palpasi Ginjal :
Nyeri tekan (-), pembesaran (-) (ginjal tidak teraba).

8) Pemeriksaan Genetalia
a) Genetalia Laki-laki

(1) Inspeksi
Kebersihan rambut pubis (bersih), lesi (-), eritema (-), peradangan (-).
Lubang uretra: stenosis/sumbatan (-).

9) Pemeriksaan Anus
a) Inspeksi

19
Atresia ani (-), tumor (-), haemorroid (-), perdarahan (-), Perineum: jahitan
(-), benjolan (+), purulen (+).
b) Palpasi

Nyeri tekan pada daerah anus (+).

10) Pemeriksaan Ekstremitas


a) Ekstremitas Atas
Inspeksi: Otot antar sisi kanan dan kiri (simetris), deformitas (-), fraktur (-
)
Palpasi: Edema: tidak ada, Lakukan uji kekuatan otat: 555, Akral teraba
hangat
b) Ekstremitas Bawah :
Inspeksi: Otot antar sisi kanan dan kiri (simetris), deformitas (-), fraktur (-
)
Palpasi: Edema: (1 – 4) , Lakukan uji kekuatan otot: (1 – 5)
Kesimpulan palpasi ekstermitas:
- Edema: (-)
- Uji kekuatan otot
555 555

555 555

e. Pemeriksaan neurologis
a) Menguji tingkat kesadaran secara kuantitaif dengan GCS (Glasgow Coma
Scale)
1. Menilai respon membuka mata 4
2. Menilai respon Verbal 5
3. Menilai respon motorik 6
Pemeriksaan tingkat kesadaran secara kualitatif : (Composmentis)

b) Memeriksa tanda-tanda rangsangan otak

20
Penigkatan suhu tubuh (-), nyeri kepala (-), kaku kuduk (-), mual-muntah (-)
kejang(-) penurunan tingkat kesadaran (-).

c) Memeriksa nervus cranialis


Nervus I, Olfaktorius (pembau) normal
Nervus II, Opticus (penglihatan) lapang pandang (dapat melihat dengan jelas
benda di sekitar)
Nervus III, Ocumulatorius putaran bola mmata, refleks pupil kiri/kanan (+)
Nervus IV, Throclearis tatapan mata ke atas dan kebawah (+)
Nervus V, Thrigeminus: - Cabang Optalmicus: sentuhan halus kornea (+)
- Cabang Maxilaris: kemampuan mengatupkan gigi
(+)
- Cabang Mandibularis: kemampuan mengatupkan
gigi (+)
Nervus VI, Abdusen pandangan mata ke lateral/samping (+)
Nervus VII, Facialis senyum, mengerutkan dahi, mengangkat alis (+) dan
simetris
Nervus VIII, Auditorius tes webber, rinne dan swabach (+)
Nervus IX, Glosopharingeal lidah ditekan kemudian mengucapkan a-a
panjang (+)
Nervus X, Vagus, reflek menelan (+)
Nervus XI, Accessorius, melawan tahanan dengan mengangkat bahu (+)
Nervus XII, Hypoglosal, mampu menjulurkan lidah ke berbagai posisi dan
menggembungkan pipi kemudian ditekan dari luar (+)
d) Memeriksa fungsi motorik
Ukuran otot (simetris), atropi (-) kekuatan otot :
555 555

555 555

e) Memeriksa fungsi sensorik

21
Kepekaan saraf perifer: benda tumpul mampu membedakan, benda tajam:
mampu membedakan, Menguji sensasi panas/dingin: mampu membedakan
kapas halus: mampu membedakan. minyak wangi: mampu membedakan.

f) Memeriksa reflek kedalaman tendon


1. Reflek fisiologis
a) Reflek bisep ( + )
b) Reflek trisep ( + )
c) Reflek brachiradialis ( + )
d) Reflek patella ( + )
e) Reflek achiles ( + )
2. Reflek Pathologis
Bila dijumpai adanya kelumpuhan ekstremitas pada kasus-kasus tertentu.
a. Reflek babinski (-)
b. Reflek chaddok (-)
c. Reflek schaeffer (-)
d. Reflek oppenheim (-)
e. Reflek gordon (-)

2. Data Penunjang

a. Pemeriksaan Laboratorium
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
HB 15,5 12-16 g/dl
WBC 12000 3.200-10.000/mm3
RBC 5,1 4,40 - 5,90
PLT 262 170 – 380. 103/mm3
CT 10 5-10 detik
BT 2 1-3 detik
Neutrofil 76,7% 37,0-72,0
Limfosit 33% 25,0-40,0

22
Evaluasi pemeriksaan laboraturium: WBC meningkat kemungkinan adanya
infeksi pada anus pasien.

b. Pemeriksaan Radiologi

Evaluasi pemeriksaan Radiologi:


3. Terapi
a. IVFD RL 500ml 20 tpm
4. Pertimbangan Anestesi
a. Jenis anestesi : Prosedur sedatif analgesia
b. Obat-Obatan
1. Premedikasi : Ondansetron 4-8mg IV
2. Induksi : Midazolam 2mg
3. Analgetik : Fentanyl 25-100mcg IV
4. Obat Mainternance : Midazolam 0.05/Kg Bb Diulang Setiap 2-3 Menit
5. Kesimpulan status fisik pasien
ASA I (karena pasien tidak memiliki riwayat penyakit sistemik).

B. Analisa Data
No Symptom Etiologi Problem
PRE ANESTESI
1 DS: Perubahan fisiologis Nyeri akut
- Pasien mengatakan nyeri
didekat lubang anus
- Q : nyeri tekan Inflamasi
- R : daerah anus
- S : nyeri skala 4
- T : hilang timbul, semakin
parah saat beraktivitas
DO:
- Pasien tampak meringis
- Terdapat nyeri tekan didaerah
anus
- Terdapat benjolan didaerah
anus
- Nadi: 88x/mnt, Suhu : 37oC.
TD : 120/70 mmHg, RR :

23
20x/mnt
2 DS : Tindakan operasi Ansietas
- Pasien mengatakan gelisah dan
takut terhadap tindakan operasi
Do : Kurang pengetahuan
- Pasien tampak gelisah
- Nadi : 88x/mnt, suhu : 37oc. Td
: 120/70 mmhg, rr : 20x/mnt

INTRA ANESTESI

3 DS : Pasien mengatakan kedinginan Tindakan pembedahan RK disfungsi


DO : termoregulasi
- Pasien tampak menggigil (hipotermi)
- Akral teraba dingin Terpapar suhu ruangan
- Kulit pucat kamar operasi yang
- Nadi 74x/menit rendah
- Napas pelan dan pendek
- TD 100/70 mmHg
- Spo2 99%
- Suhu 35° C

PASCA ANESTESI

C. Problem (Masalah Kesehatan Anestesi)

24
4 DS : Pasien mengatakan sedikit Efek obat anestesi Risiko jatuh
pusing
DO :
- TD 110/70 mmHg
- Kesadaran delirium
- Aldrete score 7
- Kesadaran umum lemah
- RR 18x/menit
- Suhu 36 °C
- Sao2 100%
- Nadi 75 x/menit
1. Pre Anestesi
a. Nyeri akut
b. Ansietas

2. Intra Anestesi
a. Hipotermi
3. Pasca Anestesi
a. Risiko jatuh

25
D. Rencana Intervensi
Nama : Tn . S No.CM : 10.08.04
Umur : 30 tahun Diagnosa : Fistula perianal
Jenis Kelamin : Laki-Laki Ruang : OK

1. Prioritas Masalah Kesehatan Anestesi


1) Pre OP
a). Nyeri akut
b.) Ansietas
2) Intra OP
a). Hipotermi
3) Post op
a). Risiko jatuh

26
2. Rencana Intervensi
Perencanaan
Problem (Masalah
No
Kesehatan Anestesi Tujuan Intervensi

PRE OP
1 Nyeri akut Nyeri teratasi dengan kriteria hasil: 1. Observasi tanda-tanda vital
1. Wajah tidak meringis 2. Observasi lokasi, karakteristik, kualitas dan keparahan nyeri
2. Skala nyeri 1-3 (nyeri ringan) 3. Ajarkan metode distraksi selama nyeri
3. Tanda-tanda vital dalam 4. Ajarkan teknik untuk mengurangi nyeri dengan strategi relaksasi
rentang normal khusus misalnya bernapas perlahan, berirama dan napas dalam
TD 120/80 mmHg 5. Kolaborasi dengan dokter anestesi dalam pemberian analgetik
Nadi 60-80x/menit
Suhu 36,5C
RR 12-20x/menit
2 Ansietas Ansietas teratasi dengan kriteria 1. Observasi tanda-tanda vital
hasil : 2. Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman
1. Pasien tenang tidak gelisah 3. Ajarkan teknik relaksasi napas dalam
2. pasien tidak pucat 4. KIE terkait jenis tindakan dan anestesi
3. Tanda-tanda vital dalam 5. Kolaborasi dengan dokter anestesi dalam pemberian
rentang normal premedikasi.

27
TD 120/80 mmHg
Nadi 60-80x/menit
Suhu 36,5C
RR 12-20x/menit
INTRA OP

1 RK disfungsi Diharapakan suhu normal dengan 1. Observasi tanda- tanda vital


termoregulasi kriteria hasil : 2. Selimuti pasien
(hipotermi) 3. Kolaborasi dengan dokter anestesi dalam pemberian penghangat
1. Suhu tubuh dalam batas normal
cairan intravena
36,5-37,5 C
2. Akral hangat
3. Pasien tidak menggigil
4. Tanda-tanda vital dalam batas
normal
TD 120/80 mmHg
Nadi 60-80x/menit
RR 12-20x/menit
POST OP
1 Risiko jatuh Diharapkan risiko jatuh tidak 1. Observasi tanda-tanda vital
terjadi dengan kriteria hasil : 2. Observasi tingkat kesadaran
a. Keadaan umum pasien baik 3. Kaji PADSS
b. Pasien tidak jatuh dan terbebas 4. Berikan lingkungan yang aman dan nyaman

28
dari cidera 5. Pasang penyangga bed
6. Pasang gelang kuning

29
E. Pelaksanaan
Nama : Tn. S No.CM : 10.08.04
Umur : 30 tahun Diagnosa : Fistula perianal
Jenis Kelamin : Laki-Laki Ruang : OK

Problem (Masalah
No Hari/Tgl/Jam Tindakan Evaluasi Paraf
Kesehatan Anestesi)
PRE OP
1 Selasa, Nyeri akut 1. Mengobservasi tanda-tanda vital DS : Linda
20/12/2016 2. Mengobservasi lokasi, - Pasien mengatakan nyeri sudah
karakteristik, kualitas dan berkurang
keparahan nyeri DO :
3. Mengajarkan metode distraksi - Pasien tampak tidak meringis
selama nyeri - Nadi: 88x/mnt, Suhu : 36,5°C. TD :
4. Mengajarkan teknik untuk 120/70 mmHg, RR : 20x/mnt
mengurangi nyeri dengan strategi
relaksasi khusus misalnya
bernapas perlahan, berirama dan
napas dalam
5. Delegasi dengan dokter anestesi
dalam pemberian analgetik

30
2 Selasa, Ansietas 1. Mengobservasi tanda-tanda vita DS : Rita
20/12/2016 2. Memberikan lingkungan yang - Pasien mengatakan cemas berkurang
tenang dan nyaman DO :
3. Mengjarkan teknik relaksasi - Pasien tampak tenang, tidak gelisah
napas dalam - Nadi : 88x/mnt, Suhu : 36,5oC. TD :
4. KIE terkait jenis tindakan dan 120/70 mmHg, RR : 20x/mnt
anestesi
5. Delegatif dengan dokter
anestesi dalam pemberian
premedikasi.

INTRA OP
1 Selasa, RK disfungsi 1. Mengobservasi tanda- tanda DS : Pasien mengatakan dinginnya Rama
20/12/2016 termoregulasi vital berkurang
(Hipotermi) 2. Menyelimuti pasien DO :
3. Delegasi dengan dokter anestesi - Suhu tubuh pasien 36° C
dalam pemberian penghangat - Pasien tidak menggigil
cairan intravena - TD 110/70 mmHg
- Spo2 100%
- Suhu 36° C
POST OP

31
1 Selasa, Risiko jatuh 1. Mengobservasi tanda-tanda DS : Aniyda
20/12/2016 vital - Pasien mengatakan pusing berkurang Susan
2. Mengobservasi tingkat DO :
kesadaran
- Keadaan umum pasien membaik
3. Mengkaji aldrete score
- TD 110/70 mmHg
4. Memberikan lingkungan yang
- RR 18x/menit
aman dan nyaman
- Suhu 36 °C
5. Memasang penyangga bed
- Sao2 100%
6. Memasang gelang kuning
- Nadi 75 x/menit

32
F. Evaluasi
Nama : Tn. S No.CM : 10.08.04
Umur : 30 tahun Diagnosa : Fistula perianal
Jenis Kelamin : Laki-laki Ruang : OK

No Hari/Tanggal/Jam Masalah Kesehatan Anestesi Evaluasi Paraf

PRE OP

1 Selasa, Nyeri akut S : Pasien mengatakan nyeri sudah berkurang Idep


20/12/2016
O:
08: 30
- Pasien tampak tenang
- Skala nyeri 4
- Tanda-tanda vital dalam rentang normal
TD 120/80 mmHg
Nadi 88x/menit
Suhu 36,5C
RR 20x/menit
A : Masalah teratasi sebagian

P : Pertahankan kondisi pasien

33
2 Selasa, Ansietas S : Pasien mengatakan tidak cemas lagi Intan
20/12/2016
O:
08: 30
- Pasien tenang tidak gelisah
- Tanda-tanda vital dalam rentang normal
TD 120/80 mmHg
Nadi 88x/menit
Suhu 36,5C
RR 20x/menit
A : Masalah teratasi

P : Pertahankan kondisi pasien

INTRA OP

Hipotermi S : Pasien mengatakan tidak kedinginan

O:
Selasa, - Pasien tidak menggigil
1 28/01/2020 - Akral teraba hangat
09:05 - Suhu normal 36 C
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
TD 110/60 mmHg
Nadi 75x/menit

34
RR 18x/menit
- SpO2 100%
- Pasien tidak sianosis
- Pasien tidak pucat
A : Masalah teratasi

P : Pertahankan kondisi pasien

POST OP

1 Selasa, Risiko jatuh S : pasien mengatakan pusing berkurang Rido


20/12/2016
O: Umi
10:30
- Keadaan umum pasien membaik
- PADSS 9
TD 110/70 mmHg
Nadi 74x/menit
Suhu 36,5C
RR 18x/menit
A : Masalah teratasi

P : Pertahankan kondisi pasien

35
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Fistula ani adalah terbentuknya saluran kecil di antara ujung usus besar dan
kulit di sekitar anus atau dubur. Kondisi ini terbentuk sebagai reaksi dari adanya
infeksi kelenjar pada anus yang berkembang menjadi abses anus, di mana terbentuk
kantung atau benjolan berisi nanah.
Fistula ani biasanya terjadi sesudah terjadinya nanah pada anus. Nanah
yang tidak sembuh dengan baik akan menyebabkan lubang diantara anus dan kulit.
Seseorang yang memiliki nanah pada anusnya akan berkembang menjadi fistula
ani. Fistula perianal disebabkan oleh adanya infeksi spesifik atau non-spesifik.
Penyebab spesifik untuk fistula perianal adalah penyakit-penyakit lain seperti
Crohn’s disease atau mekanisme tertentu seperti trauma iatogenik atau obsetrik.
Penyebab non spesifik dari fistula perianal adalah infeksi kelenjar kriptoglandular
pada kelenjar perianal. Infeksi pada kelenjar perianal tersebut dapat mengakibatkan
tertutupnya aliran dari kelenjar perianal ke anal crypts, sehingga tidak terjadi
drainase pada kanal anus. Penutupan dari kelenjar perianal tersebut dapat
mengakibatkan stasis, yang akhirnya dapat mengakibatkan infeksi.
5.2 Saran
Sebagian besar fistula ani memerlukan operasi karena fistula ani jarang
sembuh spontan. Setelah operasi risiko kekambuhan fistula termasuk cukup tinggi
yaitu 21%. Tidak ada pemilihan anestesi anestesi yang paling aman untuk operasi
ini namun semua tergantung pada teknik dan pertimbangan anestesi dari para
penata dan dokter anestesi. Maka dari itu sebagai penata anestesi kita wajib
mengkaji dan mempertimbangan komplikasi yang bisa saja terjadi pasca
pembedahan.

36
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 2010. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Latief, said, dkk. 2002. Petunjuk Praktis Anestesiologi. Jakarta:Bagian Anestesiologi
dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Edisi Kedua.
Mangku, Gde, dkk. 2016. Ilmu Anestesia dan Reanimasi. Jakarta: PT Indeks.
Medical Mini Notes. 2019. Anesthesia and Intensive Care. MMN.
Nagelhout,John And Plaus. 2010. Handbook Of Nurse Anesthesia.USA:Elsevier. ISBN
:978-1-4160-5024-7.
Smeltzer, Bare (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner & suddart.
Edisi 8.

37

Anda mungkin juga menyukai