i
KATA PENGANTAR
2. Prof. Dr. Suyudi Mangunwihardjo, Dr. Sugiono, MSIE, Dr. Ibnu Widiyanto,
membutuhkan.
Krisnawan
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................223
DAFTAR GAMBAR
Tabel 1.1 Top 10 Pengguna Internet di Asia pada Tahun 2011 …………. 1
Tabel 1.2 Jumlah Pengguna Internet di Wilayah Asia dan Dunia pada
Tahun 2011 ……………………………………………………. 2
Tabel 1.3 Riset Gap ……………………………………………………… 18
Tabel 2.1 Ringkasan Elemen Definisi E-Commerce dan E-Bisnis ……… 51
Tabel 2.2 Dimensi Integrasi Rantai Suplai ………………………………. 81
Tabel 2.3 Rangkuman dan Analisis Hubungan antar Indikator
dari Berbagai Konsep Aset Stratejik ………………………….. 123
Tabel 2.4 Penelitian Terdahulu ………………………………………….. 128
Tabel 2.5 Definisi Operasional …………………………………………... 141
Tabel 3.1 Model Persamaan Struktural ………………………………….. 158
Tabel 3.2 Model Pengukuran ……………………………………………. 158
Tabel 3.3 Indeks Pengujian Kelayakan Model …………………..………. 163
Tabel 4.1 Gambaran Umum Responden ………………………………… 166
Tabel 4.2 Indeks Manajemen Rantai Suplai Terintegrasi ……………….. 167
Tabel 4.3 Indeks Manajemen Hubungan Pelanggan Terintegrasi ……….. 168
Tabel 4.4 Indeks Aset Stratejik SI/TI ……………………………………. 169
Tabel 4.5 Indeks Strategi E-Bisnis ………………………………………. 170
Tabel 4.6 Indeks Keunggulan Bersaing …………………………………. 171
Tabel 4.7 Matriks Kovarian 172
Tabel 4.8 ………………………………………………
174
Tabel 4.9 Indeks Pengujian Kelayakan Model Konstruk Eksogen ………
175
Tabel 4.10 Hasil Analisis Faktor Konfirmatori Konstruk Eksogen ……….
176
Tabel 4.11 Indeks Pengujian Kelayakan Model Variabel EB ……………..
177
Tabel 4.12 Hasil Analisis Faktor Konfirmatori Variabel EB ……………...
178
Tabel 4.13 Indeks Pengujian Kelayakan Model Variabel KB …………….
179
Tabel 4.14 Hasil Analisis Faktor Konfirmatori Variabel KB ……………..
181
Indeks Pengujian Kelayakan Model …………………………..
Tabel 4.15 Hasil Analisis Jalur …………………………………………… 182
Tabel 4.16 Hasil Uji Univariate Outliers …………………………………. 184
Tabel 4.17 Nilai Mahalonobis Distance …………………………………... 185
Tabel 4.18 Hasil Uji Multikolinearitas dengan SPSS …………………….. 187
Tabel 4.19 Standarized Residual Covariances ……………………………. 188
Tabel 4.20 Modification Indices ………………………………………….. 188
Tabel 4.21 Hasil Analisis Reliabilitas, Variance Extracted dan
Discriminant Validity …………………………………………. 189
Tabel 4.22 Korelasi Antar Konstruk Eksogen …………………………….. 190
Tabel 4.23 Matriks korelasi Antar Konstruk dan Discriminant Validity …. 190
Tabel 4.24 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas dengan SPSS ……………. 192
Tabel 4.25 Uji Normalitas Data …………………………………………... 193
Tabel 4.26 Hasil Analisis Jalur Khusus Variabel Laten ………………….. 195
Tabel 4.27 Squared Multiple Correlations ……………………………...... 197
Tabel 4.28 Analisis Pengaruh Indikator Reflektif pada Full Model ……… 198
Tabel 4.29 Kesimpulan Hipotesis ………………………………………… 199
DAFTAR RUMUS
untuk bisnis online mereka atau sebagai pendukung bisnis fisik mereka. Menurut
Internet World Stats (2012), pada tahun 2011 untuk kawasan Asia, Indonesia
menempati urutan ke-4 setelah China, India dan Jepang dengan pengguna internet
mencapai hampir 55 juta dari total populasi penduduk Indonesia sebesar 245 juta
Tabel 1.1
Pada tahun 2011, untuk wilayah Asia saja terdapat 1 milyar lebih
pengguna internet dan jumlah itu merupakan 44.8% dari pengguna internet dari
seluruh dunia. Angka tersebut hanya 26.2% dari seluruh populasi penduduk di
1
Tabel 1.2
Jumlah Pengguna Internet di Wilayah Asia dan Dunia pada Tahun 2011
Jumlah pengguna internet masih akan terus berkembang dengan cepat, dikutip
dari Internet World Stats (2012), tingkat pertumbuhan untuk wilayah Asia pada
Gambar 1.1
merupakan suatu kekuatan dan daya tarik pasar yang besar pada bisnis online.
alat yang paling kuat yang tersedia saat ini untuk meningkatkan efektivitas
lebih sedikit sumber daya manusia, dan secara efektif mentransfer lebih banyak
pelayanan logistik yang lain, seperti pelayanan komplain, pendaftaran garansi, dan
menyediakan proses yang sederhana untuk order pergantian suku cadang dan
lainnya. Layanan pasca penjualan dapat lebih maju melalui penggunaan online
1992) dan membangun kaitan yang lebih kuat dengan mitra bisnis mereka untuk
informasi (Malone dkk., 1987; Gurbaxani dan Whang, 1991; Möller dan Halinen,
1999).
bagi perusahaan dalam bidang efisiensi biaya, strategi customer centric interaktif,
sebagai jalan yang dapat membantu perusahaan untuk mencapai efisiensi biaya
dan tujuan yang berpusat pelanggan (customer centric), yang mungkin
memberikan nilai yang lebih baik untuk jaringan bisnis dengan tujuan akhir untuk
(Windischhofe, 2003).
―e- mail‖, yang dimaksudkan adalah tentang bisnis secara elektronik. E-bisnis
bukan hanya membeli dan menjual tetapi juga melayani pelanggan dan bekerja
sama dengan mitra bisnis. Pertama kali yang menggunakan istilah e-bisnis adalah
IBM, ketika di bulan Oktober 1997 meluncurkan sebuah kampanye yang bertema
di sekitar istilah tersebut. Menurut Chen dan Lewis (2010), e-bisnis adalah proses
interchange (EDI), jaringan privat virtual atau virtual private networks (VPN),
atau internet.
berkembang menjadi kelompok the Florist’s Telegraph Delivery yang masih ada
hingga sekarang sebagai FTD, Inc. (Hayes, 2002). Perkembangan besar e-bisnis
berikutnya terjadi pada tahun 1948 saat makanan dan persediaan diterbangkan ke
Berlin Barat Jerman oleh Amerika Serikat sebagai akibat dari blokade jalan dan
kereta api oleh Soviet yang memisahkan Jerman Barat dan Timur. Para
tetapi sistem saat itu memiliki berbagai bentuk sehingga sulit untuk memproses
pelacakan yang kompleks dengan tepat waktu. Akibatnya, Sgt. Edward A.
untuk DuPont, Co. pada tahun 1960 dan membantu mengembangkan sistem
elektronik standar lain untuk mengirimkan informasi order atau pengiriman antara
standar antar industri (tidak hanya industri pelayaran). Pada tahun 1975, mereka
2002).
pertahanan AS. Pada tahun 1985 The National Science Foundation menggunakan
dan lembaga lain mulai terhubung ke jaringan tersebut, banyak yang mulai
komputer dan jaringan lainnya itu disebut transmission control protocol and
internet protocol (TCP/IP). Dimulai dari protokol standar tersebut, internet lahir.
menelurkan perkembangan World Wide Web atau disebut web, yang dengan cepat
menjadi protokol universal untuk berbagi dan mentransfer informasi antara orang
dan perusahaan di internet. Dibantu oleh kemajuan web browser, perusahaan kecil
sekarang ini dapat menggunakan internet sebagai alternatif yang ekonomis untuk
EDI atau VPN dan dapat berpartisipasi dalam usaha e-bisnis (Pearlson dan
Saunders, 2006).
sangat baru pada dasawarsa 1990-an, tetapi sudah memiliki sejarah singkat penuh
inovasi yang luar biasa, yang dimulai pada tahun 1995 dengan meluasnya
awal e-commerce, ledakan dot-com terjadi antara tahun 1998 dan 2000,
Bulan Maret 2000 valuasi pasar saham untuk perusahaan dot-com mencapai
puncaknya dan setelah itu mulai runtuh. Kejadian ini dikenal dengan kecelakaan
dot-com. Pada tahun 2005, lima tahun setelah puncak kegilaan dot-com,
setidaknya 5.000 perusahaan internet telah diakuisisi atau ditutup. Tetapi lebih
dari $200 miliar telah dituangkan ke dalam sektor dot-com selama periode ini
untuk pembelian lebih dari 4.000 perusahaan web, ini memulai gelombang kedua
investasi dot-com. Hanya sekitar 10% dari perusahaan dot-com yang terbentuk
sejak tahun 1995 bertahan sebagai perusahaan independen pada tahun 2005.
Traver, 2011).
keamanan yang built-in dalam browser dan sertifikasi keamanan yang diterbitkan
oleh pihak ketiga seperti VeriSign telah meredakan banyak kekhawatiran awal
jangkauan internet yang seluas dunia (world-wide) untuk bisnis mereka, misalnya
menggunakan internet untuk e-bisnis dengan sukses. Contoh kisah sukses e-bisnis
lainnya adalah dari Dell Computer yang pada akhir 1997 adalah sebagai yang
pertama kali melaporkan penjualan sejuta dolar melalui online. Pemesanan yang
secara langsung atau tidak langsung berhubungan dengan pencarian web menjadi
signifikan dan kustomisasi order segera menjadi menjadi prospek yang baik untuk
muka (face to face). Tiga kategori prinsip penerapan e-bisnis (Senn, 1996),
adalah:
1. Pasar elektronik atau e-marketplaces: membeli dan menjual barang dan jasa.
antara organisasi dan entitas lainnya, dibutuhkan juga proses-proses yang dapat
internet.
akan dicapai dan bagaimana aplikasi e-bisnis mendukung ketiga hal di atas.
Definisi e-bisnis asli oleh IBM yang merupakan salah satu pemasok
melalui penggunaan teknologi internet. Proses bisnis utama yang dimaksud dalam
outbound. Sisi pembelian pada transaksi e-commerce dengan pemasok dan sisi
penjualan pada transaksi e-commerce dengan pelanggan juga dapat dianggap
Sebagian besar layanan internet tersedia untuk setiap bisnis atau konsumen
individu atau mitra yang berkualifikasi. Pertama, jika informasi dibatasi kepada
karyawan dalam sebuah organisasi, itu adalah sebuah intranet. Kedua, jika akses
diperluas untuk beberapa orang yang lain, namun tidak semua orang di luar
organisasi, ini adalah sebuah extranet. Ketiga, jika log-on ke suatu layanan
internet seperti situs pengecer atau berita online, ini adalah pengaturan extranet
bisnis dan e-commerce. Seringkali kedua istilah digunakan secara sinonim, namun
uraian berikut:
eksternal dan merupakan sub sistem dari e-bisnis sedangkan e-bisnis meliputi baik
proses internal dan eksternal dan mungkin lebih luas dari sekedar pertukaran
komersial (menjual dan membeli). Pada penelitian ini e-commerce dan e-bisnis
akan digunakan secara saling menggantikan tetapi mengacu pada definisi e-bisnis.
Menurut Miller dkk. (2001), saat ini e-bisnis sangat berbeda dengan e-
commerce yang dibicarakan hanya beberapa tahun yang lalu. E-commerce dan e-
Gambar 1.2
mereka. Segala macam dot-com didorong oleh investasi usaha besar muncul di
berbagai sektor bisnis dengan hanya menyiapkan server web dan database.
Jumlah situs web yang menjual barang dan jasa langsung kepada konsumen
menjamur. Namun, sebagian besar dari dot-com dimulai di saat kehebohan
kedua e-bisnis datang ke tempatnya. Sekarang, hal ini sudah banyak dipahami
secara luas bahwa sukses e-bisnis dibangun di atas model bisnis dengan proposisi
nilai yang valid, yaitu: strategi e-bisnis yang jelas, dan infrastruktur teknologi
Tempat untuk melakukan e-bisnis juga telah sangat meluas, terutama dengan
web individu untuk mengubah bisnis tradisional brick and mortar menjadi click
and mortar, perusahaan terus mencari peluang baru dan pasar baru untuk e-bisnis
bervariasi mulai dari tidak menggunakan sama sekali (yaitu saluran tradisional,
brick and mortar untuk menjual barang fisik), melalui penggunaan sebagian
and mortar), kepada penggunaan penuh (yaitu, bisnis online murni) (Xu dan
Quaddus (2010). Brick and mortar adalah sebuah organisasi tradisional dengan
kehadiran online terbatas. Click and mortar adalah sebuah bisnis yang
mortar diciptakan pada tahun 1999 oleh David Pottruck, co-CEO perusahaan
pialang Charles Schwab, yang menjalankan dua divisi dengan cara kooperatif dan
terpadu di mana keduanya saling mendukung dan memberi manfaat satu sama
lain.
jelas e-bisnis akan sering dilakukan dengan menggunakan sebuah situs web.
4. Saluran asesoris untuk layanan yang sudah ada. Misalnya layanan surat dapat
dibuktikan sukses oleh FedEx, atau untuk menawarkan penjelasan lebih lanjut
Sebuah e-bisnis menggabungkan satu atau lebih dari saluran tersebut sebagai
model bisnis yang digunakan dalam e-bisnis. Beberapa yang cukup lengkap (Lihat
misalnya Tapscott dkk., 1999; Turban dkk., 2002) mengutip lima model bisnis
Organization Unit). Sedangkan menurut Chen dan Lewis (2010), terdapat enam
model bisnis dasar yang menangani e-bisnis di internet. Keenam model bisnis
(Pearlson dan Saunders, 2006). Dikutip dari Laudon dan Traver (2011), tiga
terbesar tipe e-bisnis secara berurutan adalah: B2C (Contoh: Amazon), B2B
penjual yang dilalui di mana barang, layanan dan informasi dapat dilewatkan
internet. Model B2B berfokus pada hubungan antara dua bisnis dan ditandai oleh
produk dan layanan internal atau berbagi pengetahuan. Model B2C berfokus pada
hubungan antara bisnis dan konsumen di pasar. Ini mungkin model yang paling
dikenal bagi kebanyakan orang. Situs web yang menjual barang dan jasa kepada
konsumen termasuk dalam kategori yang umum ini. Model B2E berfokus pada
hubungan antara bisnis dan karyawannya. Ini biasanya merupakan bentuk internal
terjadi dalam organisasi. Model B2G berfokus pada hubungan antara bisnis dan
pemerintah. Model ini telah membuat kemajuan pesat karena pemerintah sedang
pada hubungan antara konsumen dan konsumen lainnya. Ini dikategorikan oleh
karena kenaikan popularitas situs web penawaran dan lelang online. Lebih lanjut
menurut Chen dan Lewis (2010), terdapat lima bidang di mana aplikasi e-bisnis
dari dari mitra yang berinteraksi, yaitu adalah dengan mengelompokkan menurut
tipe sistem yang digunakan. Dalam pendekatan ini, terdapat empat jenis sistem e-
business/e-commerce, yang meliputi pasar elektronik (yaitu, pasar online), sistem
online, belajar online dan layanan online lainnya) (Turban dkk., 2008) (Lihat
gambar 1.3).
Gambar 1.3
bahwa e-bisnis bukan hanya sekedar menjual barang atau jasa secara elektronik,
tetapi penerapannya lebih luas daripada hal itu, contoh: bank yang memberikan
Penelitian ini akan berfokus pada e-bisnis B2B, B2C dan kombinasinya.
akhir. Pada saat ini, banyak perusahaan menerapkan model B2C untuk
ekonomi baru telah muncul, suatu bisnis model baru yang mampu membuat
dalam semua aktivitas dalam rantai nilai di seluruh organisasi (Phan, 2002).
Berikut ini disajikan beberapa riset gap yang berasal dari rangkuman
Tabel 1.3
Riset Gap
sebuah masalah dan menghasilkan jawaban dari sebagian atau seluruh masalah
bahwa e-bisnis adalah merupakan suatu strategi yang mana melalui e-bisnis,
besar investasi dilakukan dalam teknologi e-bisnis, terdapat bukti bahwa banyak
yang tidak memberikan nilai bisnis (Poston dan Grabski, 2000; Lengnick-hall
dkk., 2004; Rossi, 2005a, 2005b; dalam Troshani dan Rao, 2007). Windischhofer
(2003) menyatakan bahwa hasil dari banyak alat-alat dan teknologi dalam e-bisnis
bahwa terdapat perdebatan tentang nilai e-bisnis dalam hal ini akibat adanya
bisnis.
Suatu fenomena gap, eBay adalah sebuah contoh yang sangat baik
perusahaan dot-com pada bulan Maret tahun 2000 menunjukan hal yang
sebaliknya (sejarah dot-com crash dapat dibaca dalam Laudon dan Traver, 2011)..
bersaing, bukan mereka yang mengatur inisiatif internet mereka terpisah dari
Berdasarkan riset gap dan fenomena gap yang telah sampaikan di atas,
maka yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah, masih adanya
perbedaan pendapat tentang peran strategi e-bisnis dalam rangka
e-bisnis?
dengan:
bersaing.
bisnis.
I.5 Kegunaan Penelitian
bersaing melalui strategi e-bisnis, baik untuk bisnis tradisional yang sedang
bagi penelitian sebelumnya dan sebagai sumber informasi dan referensi bagi
penelitian selanjutnya.
BAB II
TELAAH PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN MODEL
Pada bab ini disajikan telaah pustaka dari teori dan penelitian terdahulu
Gambar 2.1
Skema Bab II
bagian berikut ini adalah telaah pustaka dari konsep-konsep dasar atau variabel-
variabel yang akan diteliti dan akan dikembangkan dalam penelitian ini.
II.1.1 Keunggulan Bersaing
kompetensi. Mereka juga melihat keunggulan bersaing sebagai sesuatu yang dapat
strategi, sebagai variabel dependen. Alasan di balik ini adalah bahwa kinerja yang
secara otomatis akan menghasilkan kinerja yang lebih tinggi. Baik aliran
pemikiran Hofer dan Schendel, dan Day dan Porter digunakan dalam penelitian
yang ada (Reed dan Defillippi, 1990). Terdapat temuan bahwa keunggulan
dapat diperoleh dari berbagai sumber. Misalnya, keunggulan bisa datang dari
dalam strategi untuk menghasilkan keunggulan untuk kinerja. Dalam hal ini,
aliran pemikiran Day dan Porter adalah yang paling tepat. Keunggulan juga dapat
Dalam hal ini, aliran pemikiran Hofer dan Schendel adalah yang paling tepat.
Suatu peristiwa telah terjadi sehingga perusahaan dapat memanfaatkan hal itu
Perhatian di sini adalah pada kondisi yang pertama, di mana keunggulan adalah
hasil akhir dari strategi yang didasarkan pada kompetensi perusahaan (Reed dan
Defillippi, 1990).
ceruk pasar (niche market) yang pada gilirannya dapat menyebabkan kinerja pasar
dan profitabilitas yang lebih baik (kinerja pasar dan profitabilitas ini dapat dapat
heterogeneity mengacu kepada fakta bahwa sumber daya yang beragam di antara
perusahaan yang bersaing untuk mendapatkan sumber daya dari perusahaan lain
atau dari pasar sumber daya. Dalam model strategi yang berfokus lingkungan,
atau menciptakan sumber daya yang dipunyai oleh perusahaan yang berkompetisi
daya dengan lebih efisien dibandingkan kompetitornya melalui apa yang mereka
keterampilan, pengetahuan atau sumber daya, yang sulit untuk disalin, atau untuk
pada suatu bundel tugas atau kompetensi, yang kemudian disebut kompetensi inti
perusahaan. Ini berarti bahwa perusahaan harus memilih apa yang ingin dilakukan
dengan terbaik karena tidak dapat menjadi yang terbaik dalam segala hal dan
untuk semua orang, yang mana akan membawa kita kembali ke pemilihan strategi
perusahaan yang lain tidak dapat meniru manfaat dari suatu keunggulan bersaing
oleh pesaing saat ini atau potensial dan ketika perusahaan-perusahaan lainnya
tidak dapat menduplikasi manfaat dari strategi tersebut. Menurut Amit dan
yang ada dan potensial (pendatang baru) kurang baik dalam kemampuan atau
keinginan untuk meniru rente yang diproduksi oleh sumber daya dan kapabilitas.
Porter (1980) dalam Barney (1991) berpendapat bahwa keunggulan bersaing yang
penelitian terhadap kinerja lebih dari 400 perusahaan dan catatan mereka 30 tahun
mempertahankan keunggulan bersaing mereka selama tidak lebih dari lima tahun
dan mundur ke rata-rata industri setelah tiga sampai tujuh tahun lagi (Beinhocker,
(2003), sebutkan sebagai "ratu perlombaan merah", yang berarti bahwa pesaing
terus berubah dan mengejar satu sama lain dalam perlombaan yang tidak pernah
berakhir hanya untuk melanjutkan tingkat daya saing mereka saat ini (terus
Pendapat yang sama datang dari Militaru dan Serbanica (2008), masalah
sebenarnya dengan keunggulan bersaing adalah bahwa hal itu biasanya tidak
para pesaingnya, para pesaing mengetahui bagaimana hal itu dilakukan, dan
mereka akan melakukan hal yang sama. Artinya, apa yang pernah menjadi
beberapa mampu menciptakan keunggulan baru secara terus menerus. Agar tetap
lingkungan yang mungkin di masa depan. Namun, strategi ini bukan berarti untuk
(Windischhofer, 2003).
Menurut Barney (1991), apakah suatu keunggulan bersaing adalah
Lippman dan Rumelt (1982) dan Rumelt (1984) dalam Barney (1991) menyatakan
bahwa, keunggulan bersaing adalah berkelanjutan hanya jika terus ada setelah
upaya untuk menduplikasi keunggulan tersebut telah berhenti. Dalam hal ini,
waktu kalender bagi perusahaan dalam industri yang berbeda harus memiliki
kalender yang panjang. Namun, bukan jangka waktu kalender ini yang
ketidakmampuan pesaing saat ini dan potensial untuk menduplikasi strategi yang
"berlangsung selamanya", tetapi hal tersebut hanya menunjukan bahwa tidak akan
disaingi lagi melalui upaya duplikasi oleh perusahaan lain (Barney, 1991).
Perubahan tak terduga dalam struktur ekonomi suatu industri dapat membuat apa
yang sebelumnya, pada satu waktu, suatu sumber keunggulan bersaing yang
berkelanjutan, tidak lagi bernilai bagi sebuah perusahaan, dan dengan demikian
industri ini disebut "Schumpeter shocks" oleh beberapa penulis (Barney 1986c;
Rumelt & Wensley, 1981; Schumpeter, 1934, 1950), yang mendefinisikan ulang
yang manakah atribut suatu perusahaan adalah sumber daya dan yang tidak.
Beberapa sumber daya ini, pada gilirannya, dapat menjadi sumber keunggulan
(Barney, 1991).
mencakup semua pesaing saat ini, tetapi juga pesaing potensial yang siap untuk
memasuki industri tersebut di masa depan (sama dengan pendapat Barney, 1991
yang berlangsung selama jangka waktu kalender yang panjang (Jacobsen, 1988;
Porter 1985).
Sumber-sumber keunggulan bersaing berbeda di seluruh industri atau
pasar yang berbeda (Shin, 2001). Penelitian ini berbasis pada dua aliran umum
transaction cost economics (TCE), reduksi biaya adalah sumber utama dari
penciptaan nilai dalam TCE. TCE berfokus pada minimalisasi biaya untuk dua
eksplisit melihat sumber daya dan kapabilitas sebagai dasar utama untuk
Teori biaya transaksi (TCT) dikutip dari Troshani dan Rao (2007),
berfokus pada hubungan pertukaran antara pembeli dan penjual di mana istilah
untuk menilai biaya transaksi dan risiko hubungan antar organisasi (Gottschalk
dan Solli, 2005; Simpson dan Power, 2005). Biaya transaksi berhubungan dengan
kompetitif barang atau jasa yang dipertukarkan (Robin, 1987). Biasanya, biaya
transaksi termasuk biaya pencarian dan informasi serta biaya yang dikeluarkan
mereka dengan terlibat dalam pertukaran dengan organisasi lain atau individu.
Perkembangan teknologi informasi memungkinkan organisasi untuk terlibat
melalui komunikasi elektronik, broker elektronik, dan efek integrasi. Karena itu,
menurut TCT, investasi yang paling efisien yang dibuat untuk sistem manajemen
RBV memandang perusahaan sebagai sebuah paket dari sumber daya dan
yang jarang, berharga, tidak tersubstitusikan, dan sulit untuk ditiru, akan mencapai
dalam Christensen dan Methlie, 2003). Menurut Grant (1991; 1996) dan Dierickx
kompetensi inti (Prahalad dan Hamel, 1990) melalui proses belajar, adalah
Kemampuan ini sulit untuk ditiru oleh pesaing, kecuali mereka mengidentifikasi
kombinasi sumber daya dan proses belajar yang dilakukan untuk pembuatan
rutinitas (Kotzab dkk., 2003). Oleh karena itu resource-based theory berhubungan
sumber daya perusahaan (Barney, 1986a; Hatten & Hatten, 1987; Wernerfelt,
sumber daya yang sama, maka perusahaan lain juga dapat menyusun dan
mereka akan meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam cara yang sama dan
dalam luas yang sama. Dengan demikian, tidak mungkin bagi perusahaan untuk
dalam Barney, 1991) ataupun dengan halangan untuk masuk (barriers to entry)
(Bain, 1956 dalam Barney, 1991) atau halangan untuk berpindah (mobility
barriers) (Caves dan Porter, 1977 dalam Barney, 1991). Disarankan bahwa dalam
harus heterogen dalam hal sumber daya yang mereka kendalikan (Barney, 1991)
dan bahwa halangan untuk masuk atau berpindah hanya mungkin terjadi jika
perusahaan pesaing yang sekarang dan yang potensial memiliki sumber daya
heterogen yang mereka kendalikan dan tidak sempurna untuk berpindah (Barney
pendapat Porter, yang pertama dilihat dari pengaruh teknologi informasi terhadap
keunggulan bersaing (Porter dan Millar, 1985), dan yang ke dua dilihat dari
dan Millar (1985), dalam setiap perusahaan, teknologi informasi mempunyai efek
yang sangat kuat pada keunggulan bersaing, baik pada biaya atau diferensiasi
positioning) dalam cara yang sangat berbeda. Hal ini akan membuat lebih sulit
akan membuka peluang baru untuk mencapai atau memperkuat posisi strategis
yang khas (distinctive strategic positioning). Sifat alami internet yang umum
meliputi teknologi yang lebih baik, input yang unggul, orang yang terlatih dengan
lebih baik, atau struktur manajemen yang lebih efektif. Sedangkan keunggulan
posisi strategis dengan cara yang memberikan jenis nilai yang unik kepada
pelanggan. Hal tersebut dapat berarti menawarkan fitur yang berbeda, elemen
pelayanan yang berbeda, atau pengaturan logistik yang berbeda (Porter, 2001).
Keunggulan kompetitif datang dari operational effectiveness atau strategic
bagi mitra dan pelanggan dan menghemat biaya (lebih murah) melalui proses
dalam Militaru dan Serbanica (2008) dan Porter (1996), posisi strategis dapat
struktur dan budaya pada bisnis yang sukses, perubahan tersebut memungkinkan
sumber daya yang memungkinkan mereka untuk menciptakan produk yang lebih
baik dan unik (diferensiasi), layanan personal dan hubungan yang lebih kuat
bisnis, terdapat dua dimensi dari keunggulan bersaing terkait strategi e-bisnis:
1. Operational effectiveness (kecepatan, fleksibilitas, efisiensi) melalui mencapai
melalui jenis unik nilai yang diberikan kepada pelanggan baik dengan
kepemimpinan biaya atau diferensiasi (Porter dan Millar, 1985; Porter, 2001;
Kedua dimensi ini akan dilihat aplikasinya pada strategi e-bisnis dengan
perusahaan sedang menilai di mana dalam kegiatan tersebut nilai dapat diciptakan
Menurut Kraemer dkk. (2002), analisis terpisah dari B2B dan B2C
mengungkapkan bahwa dua jenis adopsi terkait dengan dimensi kinerja yang
berbeda. Adopsi B2B dan B2C keduanya mendorong peningkatan kinerja yang
(penjualan dan posisi pasar, koordinasi, dan efisiensi). Dampak penerapan B2C
lebih terbatas pada penjualan dan posisi kompetitif dan efisiensi, meskipun hal itu
memiliki hubungan yang lebih kuat dengan setiap jenis dampak daripada
penerapan B2B.
cara untuk menguji logika RBV (resources-based view). Secara tradisional, untuk
mempelajari nilai bisnis TI, literatur SI telah menggunakan analisis rantai nilai
sepanjang rantai nilai, pada dimensi hilir (downstream), dimensi internal dalam
organisasi, dan dimensi hulu (upstream) (dalam Acosta dkk., 2011). Selanjutnya,
internal, operasi internal, dan produktivitas staf), dan dimensi hulu (koordinasi
dan Shaw (2002) dan Ray dkk. (2004), menyarankan untuk mengukur nilai e-
bisnis pada efektivitas dua proses: pembelian online dan penjualan online.
nilai yang berbeda (distinct value proposition) bagi perusahaan. Hal tersebut
datang dari pengurangan biaya pengadaan dan biaya persediaan, serta jaringan
yang efektif dan efisien (Acosta dkk., 2011). Berkenaan dengan biaya pengadaan,
marketplaces
sangat mengurangi biaya transaksi. Berkenaan dengan hubungan strategis dan
analisis data tersebut untuk memfasilitasi kolaborasi antara mitra dagang dalam
rantai suplai. Dalam pengertian ini, Frohlich dan Westbrook (2002) menunjukan
real-time on demand adalah mungkin dan, yang lebih penting, produk dan jasa
yang disampaikan dengan cepat dan terpercaya kapan dan di mana mereka
dibutuhkan (Frohlich, 2002). Sedangkan bila terintegrasi dengan e-bisnis (Lee dan
Whang, 2001) berpendapat bahwa, bisnis dapat menuai keuntungan dari integrasi
rantai suplai, yaitu lebih cepat dan efektif (mengurangi biaya, peningkatan
nilai yang berbeda (distinct value proposition) untuk perusahaan. Ini datang dari
pelanggan (Acosta dkk., 2011). Internet mewujudkan jangkauan yang tinggi dan
konsumen di wilayah geografis yang mahal untuk dicapai sebelum adanya internet
penggunaan e-bisnis terhadap kinerja perusahaan, yang diukur dari tiga aktivitas
utama sepanjang rantai nilai, yaitu: 1) Dampak pada penjualan hilir dengan
pemasok lebih baik. Indikator penjualan internasional ditambahkan oleh Zhu dkk.
(2004) dan tidak ikut dipertimbangkan dalam penelitian ini. Ketiga dimensi ini
seharusnya tidak dilihat dalam isolasi satu dengan yang lain, tetapi mereka harus
dilihat sebagai elemen yang saling menguatkan dari penciptaan nilai sepanjang
Gambar 2.2
1991; Talon dkk., 2000). Zhu dkk. (2004) memperluas konsep-konsep tersebut
(Teo dan Too, 2000) dan membantu perusahaan untuk memperluas saluran
komplementer (Chircu dam Kauffman, 2000; Clark dan Hammond, 1997). Pada
transaksi (Malone dkk., 1987). Pertukaran informasi (dengan pelanggan dan mitra
ditingkatkan dan dibuat lebih efisien oleh internet (Clemons and Hitt, 2001; Fan
dkk., 2000). Studi-studi sebelumnya mendukung teori nilai e-bisnis pada tiga
Berikutnya, Zhu dan Kraemer (2005) mengukur nilai e-bisnis dari dimensi
hulu dan hilir (dampak pada pengadaan dan penjualan) dan dimensi internal
(dampak pada operasi internal) (Lihat gambar 2.3). Dampak pada penjualan
lebih baik. Dampak pada operasi internal meliputi: proses internal lebih efisien,
lebih baik.
Gambar 2.3
Dampak E-Bisnis
(2004); dan Zhu dan Kraemer (2005), dampak strategi e-bisnis terhadap aktivitas
1. Pada dimensi hulu, berupa dampak pada pembelian online, yang meliputi:
biaya pengadaan lebih rendah (Zhu dkk., 2004; Zhu dan Kraemer, 2005;
Acosta dkk., 2011), biaya persediaan lebih rendah (Zhu dkk., 2004; Zhu dan
pemasok lebih baik (juga disebutkan: dan/atau mitra bisnis) (Mahmood dan
Soon, 199l; Tallon dkk., 2000; Zhu dkk., 2004; Zhu dan Kraemer, 2005;
2. Pada dimensi hilir, berupa dampak pada penjualan online, yang meliputi:
penjualan bertambah (Zhu dkk., 2004; Zhu dan Kraemer, 2005; Acosta dkk.,
2011), area penjualan semakin luas (Mahmood dan Soon, 1991; Tallon dkk.,
2000; Zhu dkk., 2004; Zhu dan Kraemer, 2005; sebagai jumlah pelanggan
dalam Acosta dkk., 2011), layanan pelanggan lebih baik (juga disebutkan
Kraemer, 2005; sebagai kualitas layanan pelanggan dalam Acosta dkk., 2011).
3. Pada dimensi internal, berupa dampak pada operasi internal, yang meliputi:
proses internal lebih efisien (Mahmood dan Soon, 1991; Tallon dkk., 2000;
Zhu dkk., 2004; Zhu dan Kraemer, 2005), dan produktivitas karyawan
meningkat (Mahmood dan Soon, 1991; Tallon dkk., 2000; Zhu dkk., 2004;
Dampak strategi e-bisnis terhadap aktivitas rantai nilai yang berupa nilai e-
disebabkan oleh pengaruh TI dan internet (diperlukan penelitian lebih lanjut untuk
meliputi: 1) penjualan bertambah (Zhu dkk., 2004; Zhu dan Kraemer, 2005;
Acosta dkk., 2011), 2) area penjualan semakin luas (Mahmood dan Soon,
1991; Tallon dkk., 2000; Zhu dkk., 2004; Zhu dan Kraemer, 2005; sebagai
jumlah pelanggan dalam Acosta dkk., 2011). 3) proses internal lebih efisien
(Mahmood dan Soon, 1991; Tallon dkk., 2000; Zhu dkk., 2004; Zhu dan
Kraemer, 2005), dan 4) produktivitas karyawan meningkat (Mahmood dan
Soon, 1991; Tallon dkk., 2000; Zhu dkk., 2004; Zhu dan Kraemer, 2005).
jenis unik nilai yang diberikan kepada pelanggan baik dengan kepemimpinan
biaya atau diferensiasi (Porter dan Millar, 1985; Porter, 2001; Tapscott 2001,
dkk., 2004; Zhu dan Kraemer, 2005; Acosta dkk., 2011), 2) biaya persediaan
lebih rendah (Zhu dkk., 2004; Zhu dan Kraemer, 2005; Acosta dkk., 2011), 3)
dalam Mahmood dan Soon, 1991; Tallon dkk., 2000; Zhu dkk., 2004; Zhu dan
baik (juga disebutkan: dan/atau mitra bisnis) (Mahmood dan Soon, 199l;
Tallon dkk., 2000; Zhu dkk., 2004; Zhu dan Kraemer, 2005; Acosta dkk.,
2011).
Secara singkat, strategi adalah rencana aksi untuk meraih tujuan jangka
panjang organisasi. Secara lebih formal, adalah pola keputusan dalam suatu
ingin dijawab oleh suatu rencana tersebut adalah, di mana perusahaan anda
sekarang?, di mana anda ingin berada?, dan bagaimana anda berpikir untuk dapat
(bagaimana mencapai hasil yang berarti dan membuat perbedaan), dan 3) asumsi
tentang kompetensi inti (di mana organisasi harus unggul untuk mencapai dan
tertentu.
yang akan diperoleh melalui proses merumuskan strategi secara eksplisit, karena
hal ini akan lebih memudahkan untuk melakukan koordinasi secara fungsional
strategi sebagai penciptaan sesuatu posisi yang unik dan bernilai, melibatkan
sekumpulan aktivitas yang berbeda dari pesaing. Secara sederhana, strategi adalah
Internet telah muncul sebagai enabler strategi bisnis yang kompetitif untuk
internet atau e-bisnis dalam arti luas merujuk pada penggunaan internet untuk
dalam organisasi yang terdistribusi secara geografis (Weill dan Vitale, 2001;
umumnya setuju bahwa e-commerce adalah sub sistem dari e-bisnis. E-bisnis
meliputi baik proses internal dan eksternal dan lebih luas dari sekedar pertukaran
komersial (menjual dan membeli) (Lowson dan Burgess (2002). Beberapa penulis
mencakup proses bisnis yang lain. Dalam penelitian ini, istilah e-commerce dan e-
bisnis akan digunakan secara saling menggantikan. Hal ini karena banyak
konteks e-bisnis.
barang atau jasa. Transaksi terjadi dalam proses bisnis elektronik yang dipilih.
Sedangkan e-bisnis adalah setiap proses yang dilakukan oleh organisasi bisnis
vendor, desain dan pengendalian produksi (U.S. Census Bureau, 2000; United
pelayanan dan pembayaran untuk produk, jasa, dan informasi antar jaringan
4. Definisi e-bisnis dalam konteks yang sangat spesifik seperti konsep integrasi
end dan back-end dalam pasokan rantai dengan menggunakan internet" (Lee
melalui media elektronik antara organisasi dan pihak ketiga yang berhubungan
sedangkan e-bisnis mengacu pada definisi yang lebih luas dari e-commerce,
bukan hanya membeli dan menjual barang dan jasa, tetapi juga melayani
Transaksi adalah jenis khusus dari interaksi, yaitu komunikasi terstruktur yang
mengarah pada transfer informasi, barang dan/atau jasa untuk beberapa nilai.
Interaksi adalah sebagai pertukaran informasi, barang dan jasa antara dua atau
konsumen.
Saluran (channel) adalah sarana bersama di mana dua atau lebih entitas dapat
melakukan interaksi. Contoh saluran adalah internet, toko, telepon dan sistem
surat tradisional.
mendukung satu aspek dari melanjutkan misi dari perusahaan. Proses adalah
1990). Dalam definisi istilah proses bisnis sering bergantian dengan fungsi
definisi yang lebih sempit dari e-commerce, yang terbatas pada e-sales dan tidak
bekerja sama dengan mitra bisnis dan melakukan transaksi dan interaksi dalam
pesanan secara elektronik, sedangkan e-bisnis adalah tidak (De Graaf dan
definisi yang berbeda-beda tergantung pada perspektif yang digunakan ((Pires &
online.
Sebagai definisi dalam penelitian ini, akan digunakan istilah e-bisnis dalam arti
mengatur kehadiran situs web tetapi sangat sulit untuk menciptakan model bisnis
berbasis web ... sebuah arsitektur bisnis yang cocok harus ditempatkan untuk
untuk e-bisnis, hal ini juga menarik perhatian tentang fakta bahwa untuk sebuah
organisasi tradisional yang berubah menjadi sebuah e-bisnis dapat menjadi sangat
alat bantu berbasis internet untuk mendukung proses bisnis. Konsep e-bisnis
sendiri lebih luas, karena meliputi beberapa penerapan dan penggunaan teknologi
bisnis dengan jelas. Windischhofer (2003) berpendapat bahwa, usaha ini bisa
mengubah struktur industri misalnya dalam pangsa online untuk bisnis offline,
tempat melakukan transaksi ini dan yang akan melakukannya. Alat baru untuk
kustomisasi layanan dan produk misalnya melalui data mining juga dapat
mengubah karakteristik yang diterima secara luas yang kembali mengurangi dan
bagaimana mengubah desain bisnis lama, yang didasarkan pada realitas fisik,
bisnis yang mereka kenal tersebut, ke dalam desain baru yang berakar dalam
kebutuhan digital di masa depan. Menurut Chaffey (2009), strategi e-bisnis dapat
tetapi tentang "bagaimana melakukan bisnis secara berbeda online" dan strategi e-
sebagai suatu pendekatan yang mana aplikasi komunikasi internal dan eksternal
suplai dan sistem informasi. Pendapat lain, strategi e-bisnis adalah berkaitan
dengan tujuan dan rencana yang digunakan untuk mencapai tujuan bisnis di mana
dalam dan di seluruh rantai nilai melalui internet sehingga mencapai keunggulan
bersaing (Holsapple dan Singh, 2000; Apigian dkk., 2005; dalam Kannabiran dan
Sundar, 2011).
Strategi fungsional mengacu pada strategi pemasaran, rantai suplai,
sumber daya manusia, keuangan dan sistem informasi. Lalu di mana posisi
rencana logistik, atau sebagai bagian dari strategi sistem informasi. Bahaya
dengan pendekatan ini adalah bahwa strategi e-bisnis mungkin tidak diakui pada
tingkat yang lebih tinggi dalam perencanaan organisasi. Sebuah ciri khusus dari
organisasi yang merupakan pemimpin dalam e-bisnis, seperti Cisco, Dell, HSBC,
easyJet dan General Electic, adalah bahwa e-bisnis merupakan elemen dari
biaya, strategi customer centric interaktif, dan penambahan nilai pada layanan"
perusahaan untuk mencapai efisiensi biaya dan tujuan yang berpusat pelanggan
(customer centric), yang mungkin memberikan nilai yang lebih baik untuk
jaringan bisnis dengan tujuan akhir untuk meningkatkan nilai pelanggan dan
keunggulan bersaing (Cagliano dkk., 2003). Strategi e-bisnis dapat dilihat dari
berbagai perspektif, dari model bisnis sampai ke organisasi, dan dari pemasaran
sampai operasi (Brynjolfsson dan Urban, 2001, dalam Cagliano dkk., 2003). Pada
konteks khusus manajemen rantai suplai, strategi e-bisnis mengacu pada cara alat
bantu internet dipilih dan digunakan dalam kaitan dengan kebutuhan akan
kegiatan pembelian, dalam hal ini internet diadopsi untuk mengelola hubungan
operations berkait dengan aliran informasi dan fisik di sepanjang rantai suplai,
Penelitian oleh Cagliano dkk. (2003) tentang strategi e-bisnis pada industri
manufaktur menunjukan terdapat tingkat berbeda dari adopsi internet dan selain
masing mempunyai karakter pada adopsi internet di area yang berbeda, yaitu:
1. Traditionals, di mana tidak terdapat penggunaan yang relevan dari teknologi
berbasis internet.
3. E-purchasers, di mana adopsi internet pada luas yang signifikan hanya pada
4. E-integrators, di mana adopsi internet dalam semua proses dari rantai suplai,
Selain itu, hasil penelitian Cagliano dkk. (2003) menunjukan bahwa adopsi
internet lebih tinggi pada proses downstream dan upstream (e-commerce dan e-
elektronik di sepanjang aktivitas rantai nilai (Straub dan Watson, 2001; Zhu dan
Kraemer, 2002; dalam Oliveira dan Martins, 2010). Menurut Coffey (2009),
sebuah aspek penting dari strategi e-bisnis adalah bahwa mereka membuat strategi
elektronik. Hal ini untuk mencegah hanya mereplikasi proses yang ada melalui e-
channel, yang akan menciptakan efisiensi tetapi tidak akan memanfaatkan potensi
penuh untuk membuat organisasi lebih efektif melalui e-bisnis. Tanpa tujuan dan
pelanggan dan mitra, penerapan channel baru akan lambat secara relatif kepada
persentase dan nilai lead dari penjualan, layanan dan pembelian yang difasilitasi
lainnya sebagai bagian dari strategi e-bisnis multi-channel. Strategi e-bisnis multi-
suplai yang berbeda harus berintegrasi dan saling mendukung dalam hal
nilai dan rantai suplai yang sebelumnya terintegrasi. Satu hal yang tidak menjadi
jelas dalam melihat kasus-kasus yang berbeda dalam e-bisnis adalah bahwa ada
pendekatan yang berbeda untuk mengubah rantai nilai, dan itu tidak selalu
menjadi lebih pendek. Dalam beberapa kasus, diinginkan untuk menghapus satu
atau lebih link dalam rantai nilai. Contoh sederhana, sebuah bisnis yang
dikenal sebagai disintermediasi (Lihat gambar 2.4). Sebagian alasan dari hal ini
adalah bahwa dengan memperpendek rantai nilai, mungkin ada manfaat dalam
mengurangi biaya atau layanan yang lebih responsif dan efisien. Tampak secara
langkah baru diperkenalkan ke dalam rantai nilai sebagai pemain baru yang
menemukan cara segar untuk menambah nilai proses. Hal ini dikenal sebagai
reintermediation dan sebagai contoh di sini adalah portal belanja dan broker
penciptaan perantara jenis baru yang tidak bisa ada sebelum munculnya e-bisnis
dan internet.
Gambar 2.4
untuk bisnis. Item tersebut adalah penggunaan internet untuk: 1) iklan dan
data operasional dengan pelanggan bisnis, dan 7) integrasi proses bisnis yang
daya dari inisiatif e-bisnis. Hal ini akan menyebabkan pesaing yang lebih
2. Arah yang tidak tepat dari strategi e-bisnis (tujuan yang didefinisikan kurang
jelas, misalnya, dengan penekanan yang salah pada buy-side, sell-side atau
3. Integrasi terbatas dari e-bisnis pada tingkat teknis yang menghasilkan silos
atau pulau-pulau dalam organisasi dari informasi dalam sistem yang berbeda
(tim organisasi terpisah dengan tanggung jawab yang berbeda yang tidak
yang berbeda dan berbagi yang terbatas dari praktik terbaik. Misalnya, setiap
unit bisnis atau wilayah mungkin mengembangkan situs web terpisah dengan
harus didasarkan pada tujuan perusahaan seperti target pasar yang mana dan target
menunjukan, adalah logis bahwa strategi e-bisnis harus mendukung tujuan strategi
perusahaan dan juga harus mendukung strategi fungsional pemasaran dan strategi
manajemen rantai suplai. Berikut ini adalah beberapa hal yang terjadi bilamana
Ives dan Learmonth (1984) dalam McCarthy dan Aronson (2002), telah
perusahaan berkompetisi dalam industri, atau jika itu mengubah produk. Menurut
McCarthy dan Aronson, (2002), e-commerce tidak hanya mengubah cara dalam
bersaing pada beberapa organisasi, tetapi juga memperluas mereka jauh melebih
memasuki pasar dengan cepat dan dengan biaya masuk yang relatif rendah. Dalam
dunia internet, pesaing potensial terbesar suatu perusahaan mungkin salah satu
yang masih belum berada dalam pasar tetapi bisa muncul hampir dalam semalam
menyediakan layanan yang lebih dari kompetitor. Hal tersebut sulit dicapai karena
fungsi web sangat mudah ditiru. Adopsi e-bisnis pada organisasi memerlukan
Salah satu model untuk membantu memahami jaringan proses dan layanan
ini adalah apa yang Porter (1985) menyebutnya sebagai ―rantai nilai‖. Porter yang
ulang rantai nilai mereka dan berkonsentrasi pada operasi yang mana mereka bisa
melakukan yang terbaik. Proses lain harus di-outsource ke spesialis. E-bisnis telah
memfasilitasi hal ini dengan menyediakan seperangkat standar bagi peserta lain
untuk terlibat.
berkaitan dengan penciptaan atau pengiriman produk atau jasa. Mereka dapat
manajemen informasi, dan lain-lain). Rantai ini terdiri dari serangkaian kegiatan
yang menciptakan dan membangun nilai. Mereka berujung pada total nilai yang
adalah sama dengan nilai tambah yang mengungkapkan cara bisnis membedakan
Rantai Nilai
Porter
kebijakan (kegiatan apa yang akan dilakukan dan bagaimana), hubungan (dalam
rantai nilai atau dengan pemasok dan saluran/channel), waktu (dari kegiatan),
lokasi dan berbagi kegiatan antara unit usaha yang meliputi pembelajaran,
strategi diferensiasi. Tetapi tentu saja tidak hanya diferensiasi, penghematan biaya
aktivitas bisnis hulu (upstream) dan hilir (downstream). Aktivitas bisnis hulu
meliputi logistik ke dalam dan operasi, sedangkan aktivitas bisnis hilir meliputi
pemasaran, penjualan dan layanan pelanggan. Dalam kaitan dengan e-bisnis,
Kraemer dkk. (2002), menyebut aktivitas bisnis hulu dalam rantai nilai sebagai
B2B, sementara aktivitas bisnis hilir dalam rantai nilai sebagai B2C (Lihat
Gambar 2.6).
Gambar 2.6
melalui tiga fase (Rayport dan Sviokla, 1995). Tahap pertama Visibilitas, adalah
bisnis. Sistem informasi telah menjadi alat yang kuat dalam manajemen rantai
nilai fisik. Para penulis mengklaim bahwa fase ini adalah pendahulu yang
diperlukan untuk bergerak ke arah apa yang mereka istilahkan sebagai 'rantai nilai
mana langkah-langkah fisik dalam rantai nilai dapat disubstitusi dengan yang
virtual untuk menciptakan sebuah rantai nilai paralel di pasar, dengan langkah-
langkah yang lebih cepat, lebih baik, lebih fleksibel atau lebih rendah biaya.
rantai nilai virtual mereka untuk membuat hubungan pelanggan yang baru dengan
memberikan nilai kepada pelanggan dengan cara baru. Ketiga fase ini yang
menunjukan bahwa penciptaan nilai dalam unit bisnis dapat ditelusuri melalui
tahap yang berbeda, mulai dengan antarmuka inbound (di mana pemasok yang
terkait proses terkonsentrasi), melalui bisnis itu sendiri, dan berpuncak pada
Konsisten dengan pandangan ini, muncul dari wawancara bahwa manajer secara
terbaik diterapkan dan di mana sistem informasi paling mungkin untuk memiliki
bersama-sama sistem internal, tatap muka pelanggan dan pemasok. Praktik sukses
dan mengolah data dari pelanggan dan pemasok. Sistem eksternal dan internal
dapat memantau status pesanan pada berbagai tahap dalam proses (misalnya,
dalam proses atau sistem hilir (misalnya, sistem persediaan dan manufaktur).
internal dan eksternal adalah suatu tantangan bagi kebanyakan organisasi (Barua
dkk., 2001).
upstream, downstream dan proses internal dalam rantai nilai menjadi aktivitas
aktivitas dalam rantai nilai dengan melibatkan stakeholder internal dan eksternal
Burgess, 2002; Cagliano dkk., 2003; De Graaf dan Muurling, 2003; Militaru
dan Serbanica, 2008), yaitu meliputi: pembelian online, berkolaborasi dengan
2001; Turban dkk., 2002; Kraemer dkk., 2002; Cagliano dkk., 2003).
Burgess, 2002; Cagliano dkk., 2003; De Graaf dan Muurling, 2003; Militaru
dkk., 2002) dan penjualan online, layanan dan dukungan pelanggan online
(Weill dan Vitale, 2001; Turban dkk., 2002; Kraemer dkk., 2002; Cagliano
dan Burgess, 2002; Cagliano dkk., 2003; De Graaf dan Muurling, 2003;
2002; Kraemer dkk., 2002; Cagliano dkk., 2003; U.S. Census Bureau, 2000;
2000).
II.1.3 Manajemen Rantai Suplai Terintegrasi
salah satu dari sejumlah pendekatan manajemen di pusat perdebatan teoritis yang
tinggi terhadap apa dan yang bukan merupakan rantai suplai (Harland dkk., 1999;
yang terintegrasi di mana bahan baku diubah menjadi produk akhir, kemudian
dikirim ke pelanggan. Definisi menurut Chow dan Heaver (1999), rantai suplai
informasi dan penyedia layanan manajemen logistik lainnya yang terlibat dalam
memberikan barang ke konsumen. Sebuah rantai suplai terdiri dari baik mitra
eksternal dan internal untuk perusahaan. Definisi menurut Mentzer dkk. (2001),
rantai suplai adalah sebagai suatu himpunan (misalnya, organisasi atau individu)
yang terlibat secara langsung dalam arus suplai dan distribusi barang, jasa,
keuangan, dan informasi dari suatu sumber ke suatu tujuan (pelanggan). Menurut
harus didasarkan pada kemampuan mereka saat ini. Namun, teori mengakui
bahwa strategi harus dievaluasi secara terus menerus dan perubahan sangat
mungkin untuk dilakukan terhadap strategi dari waktu ke waktu. Oleh karena itu,
fokus dari teori ini adalah untuk mengoptimalkan sumber daya di setiap waktu
organisasi adalah berlawanan dengan sifat hubungan yang lebih radikal dan
kompleks yang melekat dalam organisasi apapun. Dalam rangka untuk mengatasi
kebingungan saat ini yang muncul dari banyaknya terminologi, sesuai dengan
silsilahnya, manajemen rantai suplai dalam konteks yang lebih luas, pada
tepat, di tempat yang tepat, pada waktu yang tepat dan pada biaya yang tepat.
dalam istilah sistemik adalah suatu sistem linear untuk memperoleh sumber daya
(input), dan mengubah (proses) menjadi produk dan jasa (output) yang kemudian
benar akan membentuk bagian dari jaringan suplai yang lebih luas dan kompleks.
Manajemen rantai suplai juga melibatkan koordinasi dan pertukaran informasi dan
pergerakan barang antara pemasok lapis pertama dan konsumen akhir (dari bahan
baku sampai produk jadi). Koordinasi yang efisien menentukan kecepatan operasi
dan waktu produk ke pasar (time to market), serta menghasilkan aliran dan tingkat
persediaan yang harus dipunyai oleh suatu organisasi pada satu waktu. Menurut
mereka, manajemen rantai suplai terdiri dari kelompok bangunan yang dibentuk
oleh kebutuhan akan sifat taktis dan operasional, sehingga itu saja tidak akan
1. Definisi menurut Christopher (1998) dalam Lowson dan Burgess (2002), SCM
dengan biaya yang lebih kecil pada rantai suplai secara keseluruhan.
2. Definisi menurut Lambert (2008), SCM adalah integrasi dari proses bisnis
utama antar rantai suplai untuk tujuan penciptaan nilai bagi konsumen dan
stakeholder.
3. Definisi oleh Global Supply Chain Forum (GSFC), SCM adalah integrasi
proses bisnis utama dari pengguna akhir melalui pemasok asli yang
dengan integrasi yang efisien dari para pemasok, pabrik, gudang dan toko
yang tepat, ke lokasi yang tepat dan pada saat yang tepat, dan sehingga dapat
untuk mereduksi biaya dan integrasi sebagai kunci (Lihat gambar 2.8).
Gambar 2.8
Istilah manajemen rantai suplai pertama kali muncul dalam literatur pada
tahun 1932 dan telah menjadi terkenal dalam sepuluh tahun terakhir (Cooper dkk.,
1997). Meskipun popularitas yang luas mengarah ke berbagai macam definisi oleh
sentral dari SCM. Tema ini menunjukan bahwa SCM adalah suatu filosofi
pemasok bahan baku paling awal ke pelanggan akhir. Secara khusus, SCM adalah
mengirimkan produk dan layanan kepada pelanggan dan memiliki cakupan yang
luas yang mencakup sub pemasok, pemasok, operasi internal, pelanggan
Dijelaskan oleh Metz (1998), SCM berkembang dari asalnya ke status saat
Gambar 2.9
Gambar 2.9 di atas menunjukan bahwa rantai suplai berkembang dengan cara
lebih banyak informasi berpindah dengan lebih akurat dan lebih sering di
kegiatan bisnis mereka secara efisien, sehingga menjadi terintegrasi. Banyak kisah
sukses menunjukan bahwa rantai suplai yang terintegrasi dengan erat dapat
menuntun kepada kinerja rantai yang unggul dan meningkatkan daya saing bagi
setiap saluran yang terlibat. Oleh karena itu, banyak eksekutif dari perusahaan
yang inovatif telah mengadopsi SCM sebagai prioritas utama dalam strategi
(OED, 1989; dalam Kollberg and Dreyer, 2006). Lee dan Whang (2001) mengutip
posisi kolaborasi yang hadir antar departemen yang diperlukan untuk mencapai
kesatuan upaya oleh tuntutan lingkungan". Meskipun definisi ini mengacu pada
dalam rantai suplai (Lee dan Whang, 2001). Dalam integrasi rantai suplai
rantai suplai berarti bahwa proses bisnis dari manufaktur sampai dengan ritel
kegiatan dan proses dapat dianggap sebagai keseluruhan dimensi integrasi rantai
suplai (Kollberg and Dreyer, 2006). Pembahasan tentang dimensi integrasi rantai
tingkat yang sama dan berbagi sumber daya pada tingkat itu, sementara integrasi
dalam semua aspek produksi yang baik dari bahan baku sampai distribusi.
Kesepakatan dari para spesialis adalah bahwa integrasi vertikal rantai suplai dapat
menghasilkan efisiensi yang lebih besar (Stonebraker dan Liao, 2006 dalam
Janvier-James, 2012), jika mengurangi koneksi rantai suplai yang panjang yang
Fawcett dan Magnan (2002) mengajukan empat tipe utama dari integrasi
(Kalakota dan Robinson, 2001; Grieger, 2001; Cooper dkk., 1997; Zhenxin dkk.,
3. Integrasi bisnis, di sisi lain, adalah nilai pendorong nyata untuk kerja sama
antara korporasi dan institusi, suatu nilai pendorong yang diperlukan di balik
integrasi fisik.
Integrasi rantai suplai dilihat secara luas dalam hal integrasi informasi dan
organisasional.
untuk kategorisasi dalam domain rantai suplai yang terintegrasi, yaitu integrasi
informasi dan integrasi organisasi. Bagchi dan Larsen (2004) membedakan tiga
tahap dari integrasi manajemen rantai nilai: tinggi, sedang dan rendah. Integrasi
rendah dilihat di mana sistem komunikasi tidak terkoneksi secara mencukupi dan
derajat tinggi integrasi terdapat banyak kaitan langsung antara orang-orang pada
mempelajari berbagai tingkat integrasi rantai suplai. Hubungan relasi antar mitra
Tingkat terendah mengacu pada negosiasi pasar terbuka antara pelanggan dan
diskusi harga dan pada dasarnya tidak terdapat integrasi nyata di antara
penting dan melibatkan beberapa pemasok dan pelanggan dalam kontrak jangka
panjang (Tyndall dkk., 1998). Kerja sama dapat dianggap sebagai perjanjian atau
Row, 1992) dan melibatkan pelaksanaan bersama pada pusat kegiatan (Bensaou,
yang terakhir, tingkat kolaborasi sering merujuk ke tingkat tertinggi dari intensitas
hubungan. Hal ini didasarkan pada tingkat yang tinggi pada kepercayaan,
(Tyndall dkk., 1998) (Lihat gambar 2.10). Kolaborasi juga merupakan tingkat
yang paling sesuai dengan integrasi rantai suplai yang sejati (Tyndall dkk., 1998).
Sebagai contoh, hal tersebut dapat dicapai apabila operasi semua perusahaan
Gambar 2.10
dari perusahaan ke perusahaan tergantung pada sifat dan tujuan bisnis. Dalam
stakeholder mereka dalam jaringan rantai suplai pada skala yang sangat terbatas
arc), yang terdiri dari 5 tingkat integrasi tergantung sempit, luas dan arah
Integration Arc
menciptakan proses manufaktur dan fungsi logistik yang mulus di seluruh rantai
suplai sebagai senjata kompetitif yang efektif yang tidak dapat dengan mudah
diduplikasi oleh pesaing (Anderson dan Katz, 1998; Birou dkk., 1998; Lummus
dkk., 1998; Lee dan Billington, 1995; dalam Tan, 2001). Sedangkan menurut
peningkatan kinerja.
fungsi yang berbeda untuk bekerja lebih efisien menghubungkan dengan unit
lintas fungsional yang lain dari bisnis melalui teknologi informasi. Berbagi
yang terhubung untuk mengintegrasikan rantai nilai dan seluruh sistem nilai
adalah salah satu hasil yang paling diharapkan tetapi itu bukanlah satu-satunya.
nilai perusahaan. Sedangkan bila terintegrasi dengan e-bisnis (Lee dan Whang,
2001) berpendapat bahwa, bisnis dapat menuai keuntungan dari integrasi rantai
suplai, yaitu lebih cepat dan efektif (mengurangi biaya, peningkatan fleksibilitas,
koneksi rantai suplai menjadi sistem yang berfungsi lengkap akan meningkatkan
arus barang dan informasi dalam organisasi. Hal ini akan menghasilkan rantai
suplai yang lebih efektif. Menurut Panayides (2006) dalam Janvier-James (2012),
1998; Bowersox dkk., 1999; Frohlich dan Westbrook, 2001). Dimensi ini
melibatkan baik integrasi hulu (upstream) dan hilir (downstream) dan integrasi
aliran fisik ke depan (forward) dari pengiriman antara pemasok, produsen dan
pelanggan. Proses integrasi dapat mengacu pada setiap kerja kolaboratif antara
pembeli dan pemasok. Integrasi informasi juga diakui dalam penelitian sebagai
dimensi yang penting dari integrasi rantai suplai (Davenport, 1993; Christopher,
1998; Bowersox dkk., 1999; Lee, 2000; Frohlich dan Westbrook, 2001).
teknologi informasi dan aliran data dari pelanggan ke pemasok, hal itu berbeda
dari integrasi produk fisik yang melibatkan integrasi ke depan (forward) (Frohlich
dan Westbrook, 2001). Integrasi informasi juga berkaitan erat dengan berbagi
permintaan, peramalan dan pengisian (Lee, 2000) dan diakui sebagai komponen
manajemen rantai suplai terintegrasi yang terkait dengan strategi e-bisnis, yaitu:
logistik masuk, dan operasi dengan pemasok atau mitra bisnis, yang terintegrasi
dalam sistem e-bisnis dengan pemasok atau mitra bisnis lainnya untuk
Inti dari manajemen rantai suplai adalah integrasi (Zeng dan Pathak,
2003). Dasar dari integrasi adalah berbagi informasi. Koordinasi adalah dimensi
berbagi risiko, biaya, dan keuntungan (Lee, 2000). Oleh karena itu, Lee (2000)
menunjukan bahwa manajemen rantai suplai yang integrasi terdiri atas tiga
Tabel 2.2
(2000):
koordinasi tanpa menambah biaya atau waktu pada proses. Anggota berbagi
2010).
2. Koordinasi dan berbagi sumber daya mengacu kepada penataan keputusan dan
pekerjaan dan sumber daya (outsourcing) (Lee, 2000). Koordinasi dan berbagi
sumber daya ini mengacu pada upaya kolaboratif sehubungan dengan
tetap dimiliki oleh pelanggan, sehingga dengan demikian sumber daya secara
dan pengukuran kinerja untuk anggota rantai suplai, dan b) pengaturan insentif
antar anggota rantai suplai (Lee, 2000). Pada hubungan relasi organisasional
kinerja yang diperluas atau antar organisasi sebagai tanggung jawab aktivitas
mekanisme untuk berbagi risiko, biaya, dan manfaat (Lee, 2000). Berikut
untuk anggota rantai suplai perlu ditetapkan dan dipantau. Anggota dari
integrasi adalah terbagi secara adil. Selain itu, insentif untuk setiap
orientasi baru yang disebut customer-centric (Bose, 2002). Pada inti dari orientasi
disebut "hubungan pemasaran", telah berkembang dari konsep bahwa ada sebuah
lawan dari kepuasan pelanggan khusus transaksi (Garbarino dan Johnson, 1999).
keuntungan, sehingga tujuan dari pihak-pihak yang terlibat terpenuhi. Hal ini
dicapai dengan saling menukar dan pemenuhan janji-janji". Copulinsky dan Wolf
database yang mencakup pelanggan yang ada dan potensial, untuk mendekati
mengevaluasi nilai seumur hidup dari setiap hubungan pelanggan tunggal dan
customer relationship management (CRM) memiliki arti yang berbeda bagi orang
yang berbeda (Iriana dan Buttle, 2006) dan telah definisikan dan
pandangan dari penulis yang berbeda. CRM dianggap sebagai pendekatan untuk
pelanggan yang spesifik (Xu dan Walton, 2005). Selain itu, CRM dianggap
praktik bisnis yang dirancang untuk membuat organisasi lebih dekat dengan
pelanggan menjadi lebih penting dan lebih berharga bagi organisasi (Godsen,
2009).
3. Payne (2000) dalam Sadek dkk. (2011) menegaskan bahwa CRM meliputi
4. Bradshaw dan Brash (2001) dan Massey dkk. (2001), CRM dapat
5. Definisi CRM menurut Oracle dalam Stefanou dkk. (2003), adalah tentang
profitabilitas.
unggul.
lainnya.
loyalitas pelanggan.
filosofi, kapabilitas, atau sebagai alat teknologi (Zablah dkk., 2004.). Namun,
telah menjadi jelas bahwa CRM lebih dari sekedar teknologi. Sementara teknologi
hanya salah satu cara untuk menerapkan CRM (Chan, 2005). Banyak penulis
strategi dan TI (Chan, 2005; Payne dan Frow, 2005), antara proses dan TI
(Plakoyiannaki dan Tzokas, 2002), antara strategi, proses dan TI (Buttle, 2004;
Rigby dkk., 2002), dan antara proses, strategi, filosofi, kapabilitas dan TI (Zablah
dkk., 2004).
dimensi yang terdiri dari empat komponen perilaku: fokus pelanggan utama (key
dalam rangka untuk menerapkan CRM dalam cara yang sukses. Definisi tersebut
berdasarkan dari literatur terkait (Crosby dan Johnson, 2001; Day, 2003; Fox dan
Stead, 2001; Kalustian dkk., 2002; O'Halloran dan Wagner, 2001; Paracha dan
Bulusu, 2002; Ryals dan Knox, 2001; Tiwana, 2001), bahwa CRM dihipotesiskan
sebagai construct multi dimensi yang terdiri dari empat komponen perilaku
interaktif.
daya manusia.
4. CRM berbasis teknologi: data pelanggan yang akurat sangat diperlukan untuk
penambangan data (data mining) dan sistem perangkat lunak CRM yang
dengan kualitas lebih baik dengan biaya lebih rendah. Selain itu, membantu
staf pada semua titik kontak untuk melayani pelanggan dengan cara yang lebih
baik. Oleh karena itu, banyak kegiatan customer-centric akan tidak mungkin
sukses jangka panjang pada hubungan dengan pelanggan, mereka harus fokus
pada pelanggan yang "berharga secara ekonomi" (Romano, 2000; Verhoef dan
dan interaktif, serta teknologi kustomisasi massal (Verhoef dan Donkers, 2001).
yang mencukupi dan terus diperbarui sangat penting untuk sistem CRM yang
efektif.
ini, Gebert dkk. (2003), Kalakota dan Robinson (2001), Shani dan Chalasani
panjang. Nguyen dkk. (2007), mendukung bahwa CRM jika digunakan dengan
memberikan efek positif pada peningkatan kinerja bisnis (Liyun dkk., 2008).
tersebut dan juga menghindari aktivitas lain yang tidak berguna (Johnson dan
lunak CRM yang khusus untuk mengumpulkan dan menganalisis informasi yang
Gambar 2.12
Sistem CRM
target perusahaan.
reactivation, referrals).
Khusus pada situs e-commerce, retensi pelanggan mempunyai dua tujuan yang
berbeda, yaitu:
Sistem CRM untuk mendukung empat aktivitas di atas terdiri dari aplikasi
pemasaran yang berbeda (Disebut fungsi sistem e-CRM dalam Grover, 2011):
manajemen account mereka dan penjualan berbasis telepon melalui alat untuk
3. Managing the sales process, hal ini dapat dicapai melalui situs e-commerce,
Grover, 2011)..
CRM mencakup fungsi bisnis front-office dari penjualan, pemasaran dan layanan
pelanggan, dan mendukung operasi back-office dan analisis bisnis yang mencakup
Kesimpulan dari semua definisi dan pembahasan di atas, adalah bahwa CRM
dapat dipahami sebagai suatu filosofi bisnis, strategi bisnis, proses bisnis, atau alat
dan nilai pelanggan yang unggul yang diciptakan melalui proses manajemen"
2. Sebagai strategi bisnis, "CRM adalah strategi bisnis yang berfokus pada
3. Sebagai proses bisnis, "Proses tingkat makro (yaitu, sangat agregat) yang
(Hsieh, 2009).
bahwa tidak ada teknologi yang diperlukan untuk proses manajemen. Namun
demikian, secara praktik, ada dua cara dasar sebuah sistem CRM dapat digunakan
dan berinteraksi dengan pelanggan: pertama, sebuah CRM yang dibantu TI,
melalui fax dan/atau surat serta bidang personal (Wells dkk., 1999; Bradshaw dan
pelanggan melalui teknologi seperti web, perangkat nirkabel dan sistem telepon
otomatis (Wells dkk., 1999; Bradshaw dan Brash, 2001; Bose, 2002). Sistem ini
2002).
Kemajuan dalam TI dan sistem informasi (SI) telah menjadi katalis untuk
pengembangan sistem CRM (Stefanou dkk., 2003). Menurut Bose (2002), dalam
istilah TI, CRM merupakan integrasi teknologi yang bekerja sama dalam
perusahaan, seperti data warehouse, situs web, intranet atau extranet, sistem
aplikasi back-office ini juga penting dan tidak mengherankan bahwa aplikasi
CRM secara cepat menjadi lebih multifungsi dan terintegrasi dengan software
lainnya seperti sistem enterprise resource planning (ERP) (Karimi dkk., 2001).
perangkat lunak CRM tidak hanya harus operasional tetapi juga sangat terintegrasi
Gambar 2.13
Organisasi pada tahap ini memiliki penggunaan TI yang sangat terbatas atau tidak
atau pemrosesan yang sebagian besar manual dari data kepuasan dan/atau
Tahap kedua pembangunan CRM adalah CRM yang dibantu TI, mayoritas
pelanggan (Wells dkk., 1999) dan menganalisis data yang terkait dengan
pelanggan. Tahap ini datang dan menonjol di tahun 1998 dan menekankan pada
pelacakan pola pembelian pelanggan dan tren dan penyediaan layanan interaktif
pada tahap ini memiliki kehadiran web aktif, menggunakan sistem EDI, terlibat
dalam e-commerce dan telah menerapkan ERP dan sistem CRM operasional yang
diharapkan akan tepat waktu dan akurat dan umumnya pada tingkat efisiensi yang
tinggi.
tingkat tinggi. Pada tahap ini, perusahaan menggunakan sistem informasi CRM
yang canggih yang menyediakan fungsi back-office, front-office dan internet yang
sangat terintegrasi. Sistem perangkat lunak CRM terintegrasi ini harus cukup
hidup produk (Chattopadhyay, 2001) dan analisis dalam rangka untuk secara
mesin aturan (Bradshaw dan Brash, 2001). Optimasi rantai suplai dan fungsi
analisis juga diharapkan pada tahap ini melalui penggunaan perangkat lunak
sistem pendukung keputusan berbasis web. Ini mungkin akan membutuhkan tidak
centric dapat tersedia untuk setiap pengambil keputusan dalam organisasi tetapi
juga berbagi informasi bisnis yang relevan dengan pelanggan dan mitra bisnis
dan mangles, 2003; Zineldin, 2000; dalam Harrigan dkk., 2008). Dengan
melekat pada teknologi internet (Brady dkk., 2002). Teknologi internet dapat
2002). Manfaat utama dari teknologi internet terletak dalam area komunikasi
(2003) dan Hamid dan Kassim (2004), yang menyimpulkan bahwa teknologi
organisasi.
2005), dan membantu mencegah salah alokasi sumber daya untuk hubungan
perusahaan. Sumber daya dikonversi menjadi produk akhir atau jasa dengan
antara manajemen dan tenaga kerja, dan banyak lagi lainnya. Sumber daya terdiri
dari, antara lain, knowhow yang dapat diperdagangkan (misalnya, hak paten dan
lisensi), aset keuangan atau fisik (misalnya, properti, pabrik dan peralatan), modal
dan efektivitas (Daft, 1983). Sumber daya perusahaan adalah kekuatan yang dapat
digunakan oleh perusahaan untuk menyusun dan mengimplementasikan strategi
kategori: sumber daya modal fisik (Williamson, 1975), sumber daya modal
Contoh sumber daya modal fisik meliputi antara lain teknologi yang digunakan
dalam perusahaan, pabrik dan peralatan. Contoh sumber daya manusia meliputi
(1991), enam kategori utama sumber daya yang disarankan adalah: sumber daya
keuangan, sumber daya fisik, sumber daya manusia, sumber daya teknologi,
untuk menekankan isu posisi strategis dalam hal pemilihan antara keunggulan
biaya dan keunggulan diferensiasi, dan antara lingkup pasar luas dan sempit,
skala yang efisien, teknologi proses yang unggul, kepemilikan sumber bahan baku
yang murah, atau akses ke tenaga kerja yang murah. Sedangkan, keunggulan
stratejik (Barney, 1986a, 1991; Rumelt, 1984; Wernerfelt, 1984), yaitu: 1) bahwa
asumsi dasar tersebut, Barney (1991) menyatakan bahwa, tidak semua sumber
atribut, yaitu:
2. Harus langka di antara pesaing saat ini dan pesaing potensial perusahaan.
3. Harus tidak sempurna ditiru. Hal ini dapat disebabkan oleh tiga alasan: 1)
antara manajer.
4. Tidak ada pengganti yang setara secara strategis untuk sumber daya ini yang
gambar 2.15):
Gambar 2.15
keunggulan bersaing, hal ini karena faktor-faktor tersebut tersedia secara umum
sumber daya dan kapabilitas di mana secara khusus menjadi penentu penting dari
dari input tersebut. Jika suatu sumber daya dan kapabilitas yang diperlukan
untuk imitasi semakin mudah ditransfer antar perusahaan, maka umur dari
keunggulan bersaing akan semakin pendek. Tidak semua sumber daya dan
dan kapabilitas adalah dengan investasi internal. Beberapa sumber daya dan
Menurut Grant (1991), terdapat perbedaan utama dari sumber daya dan
kapabilitas. Sumber daya adalah input dalam proses produksi. Sumber daya
adalah unit dasar dari analisis. Jika sendirian, hanya sedikit sumber daya yang
produktif. Aktivitas yang produktif membutuhkan kerja sama dan koordinasi dari
tim sumber daya. Perbedaan sumber daya di antara pasar industri dan pasar
Dalam pasar industri, sumber daya adalah terspesialisasi, immobile, dan tahan
finansial dan informasi, yang biasanya lebih merata bagi semua partisipan.
Kapabilitas adalah kapasitas dari tim sumber daya untuk melakukan beberapa
tugas atau aktivitas. Ketika sumber daya adalah sumber dari kapabilitas,
berbasis informasi, proses berwujud atau tidak berwujud yang bersifat spesifik
interaksi yang kompleks antar sumber daya perusahaan. Kapabilitas secara abstrak
ditingkatkan
dari sumber dayanya, serta fleksibilitas strategis dan perlindungan untuk produk
akhir atau layanan. Tidak seperti sumber daya, kapabilitas didasarkan pada
manusia perusahaan.
Menurutnya beberapa aset tak terlihat perusahaan tidak dibawa oleh karyawan
melainkan bergantung pada persepsi dari basis pelanggan perusahaan (seperti apa
layanan yang sangat handal, proses yang berulang atau inovasi produk,
antara dua kapabilitas ketika salah satu kemampuan menghasilkan suatu hasil
yang membantu atau menghambat kinerja lainnya. Hubungan tidak selalu harus
yang meningkatkan atau dalam sifat positif. Hasil dari suatu kapabilitas dapat
pemasok.
Menurut Grant (1991), sumber daya dan kapabilitas adalah fondasi untuk
strategi, hal ini didasarkan oleh dua alasan, yaitu pertama, sumber daya dan
kedua, sumber daya dan kapabilitas adalah sumber utama keuntungan perusahaan.
Tugas utama dari pendekatan berbasis sumber daya adalah formulasi strategi yang
Ricardian rents, yaitu pengembalian untuk sumber daya yang diberikan oleh
keunggulan bersaing yang melebih atau di atas biaya nyata dari sumber daya
tersebut. Pengembalian untuk sumber daya dan kapabilitas tergantung pada dua
Menurut Amit dan Schoemaker (1993), ketika industri (atau pasar produk)
sebagai analisis, dapat diamati bahwa pada suatu waktu, sumber daya dan
penentu utama dari harga rente ekonomi. Ini akan disebut sebagai faktor industri
pada tingkat pasar melalui interaksi yang kompleks antara pesaing, pelanggan,
perusahaan. Himpunan dari faktor industri strategis yang relevan tersebut terus
himpunan sumber daya dan kapabilitas yang sulit untuk diperdagangkan dan
...aset atau keahlian yang dimiliki oleh bisnis. Aset adalah sesuatu yang dimiliki
oleh perusahaan misalnya nama produk atau lokasi retail yang lebih unggul
dengan lebih baik daripada pesaing misalnya iklan atau manufaktur yang efisien.
keahlian teknologi dan kesetiaan merek adalah aset stratejik yang terakumulasi
sepanjang waktu.
fisik, pabrik dan peralatan, lokasi geografis dan akses bahan baku) jarang mampu
ditiru dan dapat berpindah tempat di mana saja. Dari berbagai jenis sumber daya,
sesungguhnya adalah aset yang tak berwujud atau core competence dari sumber
daya manusia dan keahlian organisasional yang dapat bersifat spesifik perusahaan
perusahaan agar layak diakui sebagai suatu set aset stratejik. Bila aset tersebut
sehingga sulit untuk diidentifikasi secara khusus dan menjadi tidak mudah untuk
demikian menghasilkan rente organisasi. Ini adalah harga rente ekonomi yang
berasal dari sumber daya dan kapabilitas organisasi, dan yang sesuai
faktor industri strategis saat ini serta untuk menilai kemungkinan himpunan faktor
industri strategis yang mungkin berlaku di masa depan. Demikian juga, keputusan
tentang pengembangan lebih lanjut dari aset stratejik yang telah ada dan yang baru
pada interaksi kompleks pada tingkat pasar. Contoh dari aset stratejik yang
cepat, manajemen merek, kendali atau akses yang lebih unggul pada saluran
distribusi, struktur biaya yang menguntungkan, relasi antara pembeli dan penjual,
reputasi dan sebagainya (Amit dan Schoemaker, 1993). Hubungan antara industri
menentukan faktor industri strategis, dan tingkat batas sumber daya, kapabilitas,
suatu paket sumber daya dan kapabilitas yang berwujud dan yang tidak berwujud,
perusahaan. Ide dasar yang mendasari perspektif ini, dikutip sebelumnya sebagai
mendapatkan rente ekonomi. Jadi, menurut perspektif sumber daya, nilai aset
Hal ini tergantung pada berbagai karakteristik (Lihat gambar 2.17), dan bervariasi
dengan perubahan dalam himpunan faktor industri strategis yang relevan (Lihat
Gambar 2.17
Karakteristik Aset
Stratejik
mungkin bagi keunggulan bersaing dapat dilihat dalam konsep aset stratejik. Aset
stratejik dapat dipahami sebagai sumber daya dan kapabilitas yang bersifat
Secara umum, jika nilai strategis dari sumber daya dan kapabilitas
Misalnya, aset tak terlihat seperti tacit knowledge organisasi atau kepercayaan
antara manajemen dan tenaga kerja tidak dapat diperdagangkan atau mudah ditiru
oleh pesaing karena mereka berakar dalam sejarah organisasi. Aset spesifik
waktu tertentu (misal, mereka adalah variabel tempat tergantung sejarah. Lihat
Dierickx dan Cool 1989a, 1989b, 1990). Fokus di sini bukan hanya pada aspek
industri tertentu pada titik waktu tertentu. Keanehan ini membuat mereka sulit
untuk ditiru dan waktu pengembangan mereka tidak dapat dengan mudah
Menurut Amit dan Schoemaker (1993), penerapan paket sumber daya dan
pentingnya umpan balik, dan kebutuhan untuk penglihatan ke depan. Kegiatan ini
juga meliputi perakitan yang hati-hati tentang bagaimana sumber daya, informasi
dan orang-orang digabungkan dan diurutkan dari waktu ke waktu dalam rangka
mengembangkan kapabilitas tertentu. Dalam hal ini, sudut pandang pada dasarnya
adalah kelembagaan (De Gregori, 1987). Dierickx dan Cool (1989a. 1989b)
1938), yaitu, nilai strategis dari kepentingan relatif dari masing-masing aset dapat
dikenal sebagai eksternalitas positif, lihat Dierickx dan Cool, 1990). Contohnya
adalah gagasan pembantu aset khusus, adalah mereka yang ada ketergantungan
gabungan dari sumber daya dan kapabilitas perusahaan mungkin lebih tinggi dari
nilai strategis sumber daya perusahaan dan kapabilitas menurun sejauh mereka
tahan lama (durability) suatu aset stratejik, semakin bernilai untuk perusahaan
pada pemanfaatan mereka, untuk setidaknya tiga alasan. Pertama, jika sedikit
perusahaan lain memiliki sumber daya dan kapabilitas yang dalam permintaan
tinggi dan sulit untuk ditiru, lebih sedikit perusahaan akan melaksanakan strategi
pasar didasarkan di atas hal tersebut, karena perusahaan lain akan menemukan
perusahaan dan adanya biaya transaksi menunjukan bahwa nilai dari beberapa
sumber daya dan kapabilitas akan lebih rendah bagi perusahaan-perusahaan
tertentu. Ketiga, lebih tahan lama mereka, akan menjadi semakin kecil investasi
sumbangan dari sumber daya awal, kelangkaan sumber daya, transferabilitas yang
1991), Dierickx dan Cool (1989a, 1989b, 1990), dan Ghemawat (1991)
menyediakan diskusi tajam tentang atribut yang diinginkan dari sumber daya
perusahaan tersebut. Gambar 2.17 di atas meringkas faktor penentu utama dari
berbeda dalam hal sumber daya dan kapabilitas yang mereka kendalikan, dan
1934). Perubahan yang tidak terantisipasi dalam struktur ekonomi pada suatu
industri dapat membuat apa yang sebelumnya, pada suatu waktu sebagai sumber
keunggulan bersaing yang berkelanjutan, tidak lagi bernilai untuk perusahaan, dan
juga bukan sumber dari keunggulan bersaing lagi. Revolusi struktural dalam suatu
perusahaan yang merupakan sumber daya dan mana yang tidak (Barney, 1991).
tercermin dalam literatur sistem informasi (SI) sejak pertengahan 1990-an dan
semakin banyak digunakan oleh para peneliti bisnis untuk mengidentifikasi
penting bahwa ada pemahaman yang jelas tentang perbedaan antara istilah sistem
informasi (SI) dan teknologi informasi (TI). Sementara kedua istilah ini sering
strategi SI/TI yang sukses dapat dikembangkan. Harus diingat bahwa sistem
informasi ada dalam organisasi jauh sebelum munculnya teknologi informasi dan
bahkan saat ini masih ada banyak sistem informasi hadir dalam organisasi dengan
telekomunikasi. Baik yang berwujud (misalnya server, PC, router dan kabel
digital lainnya. Di Uni Eropa, istilah Teknologi Informasi dan Komunikasi atau
informasi.
sebenarnya adalah bagian dari domain yang lebih luas dari bahasa dan komunikasi
manusia, bahwa SI akan tetap dalam keadaan perkembangan dan perubahan yang
terus-menerus sebagai respon baik untuk inovasi teknologi dan untuk interaksi
Beberapa sistem informasi benar-benar otomatis oleh TI, sistem informasi ini
kegiatan atau proses bisnis. Pada dasarnya ada dua jenis aplikasi:
perangkat lunak tertulis untuk kegiatan usaha tertentu atau dikembangkan untuk
Dikutip dari Ward dan Peppard (2002), tujuan utama dari penggunaan
SI/TI berbeda dalam setiap era pada model tiga era (three-era model) dari evolusi
3. Era sistem informasi strategis atau strategic information systems (SIS) untuk
keunggulan bersaing).
Saat ini kita telah berada dalam era ketiga yang dimulai pada awal tahun 1980-an,
yaitu era sistem informasi strategis (Lihat gambar 2.18). Hal tersebut sejalan
dengan konsep aset stratejik perusahaan, di mana sumber daya dan kapabilitas
Gambar 2.18
antara strategi bisnis dan strategi SI/TI. Dikutip dari Ward dan Peppard (2002),
pada dasarnya, sebuah strategi SI/TI terdiri dari dua bagian, yaitu komponen SI
keseluruhan strategi bisnis. Hal tersebut berakar kuat dalam bisnis, dengan
dibutuhkan untuk mencapai portofolio aplikasi yang ideal, sifat dari manfaat yang
dalam batasan sumber daya dan saling ketergantungan sistem. Komponen ke dua,
organisasi untuk informasi dan sistem akan didukung oleh teknologi, intinya, itu
Gambar 2.19
bahwa rute yang paling efektif untuk mencapai manfaat strategis dari SI/TI adalah
sebagai salah satu bahan dari solusi. Earl menyebutkan agar perbedaan dibuat
antara strategi SI dan TI (Earl, 1987). Hal tersebut dilakukan karena ditemukan
bahwa sebagian besar strategi TI, pada waktu itu, adalah kuat pada isu-isu
teknologi dan terminologi teknis dan lemah pada identifikasi kebutuhan aplikasi
sistem informasi atau sekumpulan aplikasi yang dibutuhkan oleh organisasi, yang
diartikan sebagai berpikir secara strategis dan perencanaan jangka panjang yang
efektif dari manajemen dan dampak optimal informasi dalam segala bentuknya,
yaitu: sistem informasi (SI) dan teknologi informasi (TI) yang menggabungkan
sistem manual dan komputer, teknologi komputer dan telekomunikasi. Ini juga
mencakup aspek organisasi dari manajemen SI/TI. Definisi singkat tetapi agak
sempit ditawarkan oleh Lederer dan Sethi (1988), adalah: proses memutuskan
mendukung hubungan erat antara strategi bisnis dan SI menurut Wilson (1989),
adalah: strategi SI menyatukan tujuan bisnis dari perusahaan, pemahaman tentang
pengembangan sistem menuju beberapa visi masa depan dari peran SI dalam
organisasi. Definisi yang lebih baru menurut Doherty dkk. (1999), adalah proses
diimplementasikan, yang baik sangat selaras dengan strategi perusahaan dan juga
Analisis portofolio aplikasi bisnis saat ini dalam suatu bisnis digunakan
untuk menilai kemampuan sistem informasi saat ini dan juga untuk
dalam penelitian sistem informasi adalah dari McFarlan dan McKenney (1993)
dengan modifikasi dari Ward dan Griffiths (1996) (Lihat gambar 2.20).
Gambar 2.20
SI/TI yang memberikan kontribusi pada penciptaan nilai bisnis (Ward dan
menilai sejauh mana penyelarasan strategi bisnis dan strategi SI/TI. Sementara
sebagian karena kurangnya keselarasan antara strategi bisnis dan strategi SI/TI.
konteks strategis bisnis dan konteks strategis TI. Model ini didasarkan pada blok
keterlibatan dari minimum empat domain dari pilihan strategis: strategi bisnis,
infrastruktur dan proses organisasi, strategi TI, dan infrastruktur dan proses SI.
Model keselarasan strategis atau The strategic alignment model (SAM) menilai
1. Integrasi strategis, adalah hubungan antara strategi bisnis dan strategi TI yang
strategi bisnis.
organisasional dan infrastruktur dan proses SI. Tipe ini menyoroti pentingnya
ide dasar bahwa walaupun sumber daya dapat dengan mudah digandakan, suatu
himpunan unik dari kapabilitas yang dimobilisasi oleh perusahaan tidak dapat
dengan mudah diduplikasi dan akan menghasilkan keunggulan bersaing yang
Ringkasan dan analisis hubungan antar indikator dari beberapa konsep aset
stratejik dari literatur penelitian bisnis dan TI yang telah telaah di atas, dapat
dilihat pada tabel 2.3 (Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk korelasinya).
Tabel 2.3
aset stratejik SI/TI dalam penelitian ini, yaitu: ―Sumber daya dan kapabilitas
SI/TI yang bernilai, langka, sulit ditiru, dan tidak dapat digantikan dengan
sumber daya
yang lain, selaras dengan strategi organisasi, dan struktur dan proses bisnis
perspektif aset stratejik adalah RBV. Berdasarkan pendapat Barney (1991), aset
stratejik SI/TI sebagai bagian dari aset stratejik perusahaan haruslah tunduk
Dengan demikian, aset stratejik SI/TI mempunyai dua dimensi dasar, yaitu: 1)
Heterogenitas sumber daya dan 2) Imobilitas sumber daya; dengan empat atribut. Dikutip
dari Barney (1991), atribut-atribut sumber daya perusahaan tersebut dapat dianggap
2. Harus unik atau jarang di antara pesaing yang ada dan pesaing potensial.
tidak:
1. Keunggulan bersaing yang diraih Intel Corp. melalui strategi e-bisnis yang
3. Strategi e-bisnis yang dalam penelitian ini disebut sebagai e-business use
Kraemer, 2005).
4. Jumlah yang signifikan partisipan dari kedua kelompok negara survei (di atas
5. Investasi dalam e-bisnis saja tidak cukup untuk meningkatkan kinerja bisnis,
terlebih jika hal tersebut tidak koheren dengan lingkungan dan sasaran
suplai yang terintegrasi dengan strategi e-bisnis, tidak semuanya menunjukan arah
e-bisnis.
bisnis.
strategi e-bisnis.
berpengaruh positif terhadap nilai e-bisnis (Zhu dan Kraemer, 2002; dalam
kapabilitas e-bisnis internal dan dengan pemasok, tetapi sumber daya internet
terkait dengan rumusan permasalahan dalam penelitian ini (Lihat tabel 2.4).
Tabel 2.4
Penelitian Terdahulu
pemikiran yang utuh disajikan dalam bentuk sebuah model penelitian empiris atau
Gambar 2.22
variabel SCM dan CRM, isu integrasi dalam SCM dan CRM tidak eksplisit dalam
variabel indikator yang relevan atau yang sesuai (Ferdinand, 2006). Berikut ini
Berdasarkan pendapat Lee (2000) bahwa integrasi rantai suplai terdiri atas
tiga dimensi dasar berikut: integrasi informasi, koordinasi dan berbagi sumber
manajemen rantai suplai yang terintegrasi (RS) mempunyai tiga dimensi dengan
empat indikator. Berikut ini adalah indikator dari dimensi-dimensi tersebut yang
keputusan dan pekerjaan dalam rantai suplai, melalui delegasi hak keputusan,
dan pengukuran kinerja, dan pengaturan insentif antar anggota rantai suplai
(Lee, 2000).
Gambar 2.24
X1 X2 X3
X4
RS
suplai
suplai
relasi (Boyle, 2001; Chaston dan mangles, 2003; Zineldin, 2000; dalam Harrigan
Gambar 2.25
X5
X6
HP
X7
X8
perbedaan tersebut dapat bertahan lama (resource immobility). Berikut ini adalah
empat indikator dari dimensi-dimensi variabel aset stratejik SI/TI (AS) (Selaras
Gambar 2.26
X9 X10 X11
X12
AS
X10 : Aset stratejik SI/TI yang unik atau berbeda di antara pesaing
X12 : Aset stratejik SI/TI yang sulit diganti dengan sumber daya lain oleh pesaing
berdasarkan aktivitas rantai nilai Porter (1986), yaitu: 1) aktivitas bisnis hulu, 2)
aktivitas bisnis hilir, 3) aktivitas bisnis internal. Berikut ini adalah enam indikator
Burgess, 2002; Cagliano dkk., 2003; De Graaf dan Muurling, 2003; Militaru
dan Serbanica, 2008), yaitu meliputi: pembelian online (Weill dan Vitale,
2001; Turban dkk., 2002; Kraemer dkk., 2002; Cagliano dkk., 2003; Zhu dan
Burgess, 2002; Cagliano dkk., 2003; De Graaf dan Muurling, 2003; Militaru
2002) dan penjualan online, layanan dan dukungan pelanggan online (Weill
dan Vitale, 2001; Turban dkk., 2002; Kraemer dkk., 2002; Cagliano dkk.,
data operasional dengan pelanggan) (Kraemer dkk., 2002; Zhu dan Kraemer,
2005).
dan Burgess, 2002; Cagliano dkk., 2003; De Graaf dan Muurling, 2003;
Militaru dan Serbanica, 2008), yaitu berbagai aktivitas internal dalam rantai
nilai perusahaan secara online (Weill dan Vitale, 2001; Turban dkk., 2002;
Kraemer dkk., 2002; Cagliano dkk., 2003; U.S. Census Bureau, 2000; United
EB
online
teknologi informasi dan internet. Menurut Porter dan Millar (1985), dalam setiap
keunggulan bersaing, baik pada biaya dan diferensiasi. Kepemimpinan biaya dan
dan Shaw (2002); Zhu dkk. (2004); dan Zhu dan Kraemer (2005), maka sebagai
indikator digunakan nilai e-bisnis yang berdasarkan analis rantai nilai (Porter,
1985) yaitu: 1) Dampak pada proses pengadaan online. 2) Dampak pada proses
penjualan online. 3) Dampak pada operasi internal. Berikut ini adalah delapan
dari pengaruh strategi e-bisnis terhadap aktivitas dalam rantai nilai (Lihat gambar
2.28):
meliputi: 1) penjualan bertambah (Zhu dkk., 2004; Zhu dan Kraemer, 2005;
Acosta dkk., 2011), 2) area penjualan semakin luas (Mahmood dan Soon,
1991; Tallon dkk., 2000; Zhu dkk., 2004; Zhu dan Kraemer, 2005; sebagai
jumlah pelanggan dalam Acosta dkk., 2011). 3) proses internal lebih efisien
(Mahmood dan Soon, 1991; Tallon dkk., 2000; Zhu dkk., 2004; Zhu dan
Soon, 1991; Tallon dkk., 2000; Zhu dkk., 2004; Zhu dan Kraemer, 2005).
jenis unik nilai yang diberikan kepada pelanggan baik dengan kepemimpinan
biaya atau diferensiasi (Porter dan Millar, 1985; Porter, 2001; Tapscott 2001,
Windischhofer, 2003), yang meliputi: 1) biaya pengadaan lebih rendah (Zhu dkk.,
2004; Zhu dan Kraemer, 2005; Acosta dkk., 2011), 2) biaya persediaan lebih rendah
(Zhu dkk., 2004; Zhu dan Kraemer, 2005; Acosta dkk., 2011), 3) layanan pelanggan
lebih baik (juga disebutkan sebagai dukungan penjualan dalam Mahmood dan Soon,
1991; Tallon dkk., 2000; Zhu dkk., 2004; Zhu dan Kraemer, 2005; dan disebutkan
sebagai kualitas layanan pelanggan dalam Acosta dkk., 2011), dan 4) jaringan
bisnis) (Mahmood dan Soon, 199l; Tallon dkk., 2000; Zhu dkk., 2004; Zhu dan
Gambar 2.28
KB
X23 X24 X25
X26
Tabel 2.5
Definisi Operasional
Perusahaan Pertanyaan 4
dapat berbagi
insentif /
manfaat
dengan anggota
rantai suplai
Variabel Definisi Dimensi Indikator Nomor
Operasional Pertanyaan
Manajemen Manajemen pada Integrasi Perusahaan dan Pertanyaan 5
Hubungan aktivitas-aktivitas saluran pelanggan
Pelanggan downstream dalam komunikasi dapat
Terintegrasi rantai nilai yang berkomunikasi
meliputi: penjualan, melalui saluran
pemasaran, dan pribadi
layanan pelanggan,
yang terintegrasi Integrasi Perusahaan Pertanyaan 6
dalam sistem e- manajemen dapat
bisnis dengan informasi memanfaatkan
pelanggan untuk data pelanggan
membentuk Perusahaan Pertanyaan 7
kapabilitas dengan dapat berbagi
mereka. informasi
produk kepada
pelanggan
penelitian, jenis dan sumber data, populasi dan sampel, metode pengumpulan
data, uji validitas dan reliabilitas, dan teknik analisis data. Gambar 3.1 adalah
skema bab III untuk memudahkan memahami bagaimana bab ini disajikan.
Gambar 3.1
data empirik yang hasilnya akan menjelaskan fenomena dalam bentuk hubungan
antar variabel.
kausalitas yaitu penelitian yang ingin mencari penjelasan dalam bentuk hubungan
sebab akibat (cause-effect) antar beberapa konsep atau beberapa variabel atau
model penelitian yang bertujuan untuk menguji hipotesis penelitian. Dari model
antar variabel dan membuat suatu implikasi yang dapat digunakan untuk
yang menerapkan strategi e-bisnis dengan tipe B2B, B2C dan kombinasinya
Secara umum, data diartikan sebagai suatu fakta yang digambarkan lewat
angka, simbol, kode dan lain-lain (Umar, 1999). Terdapat dua jenis data, yaitu
data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh secara
langsung dari sumber data, diamati dan dicatat untuk pertama kalinya (Indriantoro
dan Supomo, 1999). Data dalam penelitian ini data primer adalah berupa data
persepsi dari responden yang diperoleh secara langsung melalui survei terhadap
sebagai sebuah variabel indikator atau proksi dari variabel penelitian bila variabel
tersebut merupakan indikasi, atau tanda dari eksistensi variabel laten yang ingin
pengumpulannya oleh peneliti (Indriantoro dan Supomo, 1999). Lebih jauh, data
sekunder adalah data publikasi yang dikumpulkan tetapi tidak ditujukan untuk
(Indriantoro dan Supomo, 2002). Data sekunder diperoleh melalui internet, jurnal,
artikel dan buku yang terkait dengan topik penelitian ini seperti data pengguna
sekunder ini digunakan untuk melengkapi data dan informasi dalam penelitian ini.
Emory, 1998). Populasi untuk penelitian ini adalah seluruh organisasi atau
perusahaan di Indonesia, yang menerapkan strategi e-bisnis tipe B2B, B2C dan
kombinasinya, yang pada saat penelitian ini dilakukan (Tahun 2012) mempunyai
relatif sama dan dianggap bisa mewakili populasi (Singarimbun, 1991). Dalam
membutuhkan sampel yang baik berkisar antara 100-200 sampel untuk metode
maximum likehood estimation (Ferdinand, 2006; Ghozali, 2011, hal. 64). Dengan
sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling, peneliti
belum tentu mewakili keseluruhan variasi yang ada (Neuman, 2006). Responden
dari sampel penelitian ini adalah para pemilik, manajer dan karyawan setingkat
manajer dari organisasi atau perusahaan yang menjadi obyek penelitian, yang
mana mereka dianggap mengerti tentang semua variabel yang terdapat dalam
model penelitian.
mengetahui dengan tepat apa yang diperlukan dan bagaimana mengukur variabel
jawaban setuju – tidak setuju dalam berbagai rentang nilai (Ferdinand, 2006).
dengan cara memberi tanda centang √ pada salah satu dari 5 skala persepsi.
yang dikirim melalui email dan chat dan menyediakan situs web kuesioner untuk
respon rate (Lihat lampiran 1). Pengumpulan data dengan menyebarkan kuesioner
menghubungi responden yang sulit ditemui, lebih murah, dan responden memiliki
Uji validitas dan reliabilitas ini menjadi penting karena peneliti akan
2006).
variance extract menunjukan jumlah varian dari indikator yang diekstraksi oleh
extracted antara 0,40 – 0,50 masih dapat diterima. Rumus yang digunakan adalah
∑ Standard Loading2
Variance Extracted = ────────────────.................(1)
∑ Standard Loading2 + ∑ Ej
Keterangan:
Uji reliabilitas dalam SEM dapat dilihat dari nilai construct reliability
dapat diterima dengan syarat validitas indikator dalam model yang baik (Ghozali,
2011, hal. 140). Rumus yang dipergunakan adalah sebagai berikut (Hair dkk.,
(∑ Standard Loading)2
Construct Reliability = ────────────────......................(2)
(∑ Standard Loading)2 + ∑ Ej
Keterangan:
untuk reliabilitas.
bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Alat analisis dan teknik
analisis data yang dipilih untuk menganalisis data harus sesuai dengan pola
Alat analisis data untuk menguji hipotesis yang dipakai adalah Structural
struktural terdiri dari dua bagian (Ghozali, 2011, hal. 11), yaitu:
2. Path analysis atau analisis jalur yang menghubungkan antar variabel laten
pertanyaan penelitian yang bersifat regresif maupun dimensional. SEM juga dapat
yang sama SEM juga dapat mengukur pengaruh atau derajat hubungan faktor
struktural.
independen.
ketergantungan.
Dikutip Hair dkk. (1995), pengembangan SEM berasal dari keinginan para
peneliti genetika dan ekonomi untuk dapat membangun hubungan kausal antara
mempunyai akar ke paruh pertama abad kedua puluh. Selama tahun 1960-an dan
indikator yang diukur serta di antara konstruk laten. Karya ini berujung dalam
memungkinkan dua prosedur multivariat dari analisis faktor dan regresi berganda
untuk dikombinasikan.
Menurut Hair dkk. (1995), SEM adalah keluarga model statistik yang
nama, yaitu covariance structure analysis dan latent variable analysis. Meskipun
model-model SEM dapat diuji dengan cara yang berbeda, semua model
SEM tidak boleh digunakan tanpa dasar teoritis yang kuat baik untuk spesifikasi
pengukuran dan model struktural. Peran fundamental yang dimainkan oleh teori
dalam SEM adalah: (1) Menentukan hubungan yang mendefinisikan model, (2)
(sebagian diadaptasi dari enam langkah proses keputusan dalam SEM oleh Hair
Dalam langkah pengembangan model teoritis, hal yang harus dilakukan adalah
Dalam langkah kedua ini, model teoritis yang telah dibangun pada tahap
Dalam path diagram, hubungan antar konstruk akan dinyatakan melalui anak
panah. Anak panah yang lurus menunjukan hubungan kausal yang langsung
lengkung antar konstruk dengan anak panah pada setiap ujungnya menunjukan
bisnis.
faktor yang diprediksi oleh satu atau beberapa konstruk lain. Terdapat 2
prediktor dari satu atau lebih dependent variable dan pada saat bersamaan
Keterangan:
EB = Strategi E-bisnis
KB = Keunggulan bersaing
EB = β1 RS + β2 HP + β3 AS + Z1
KB = β4 EB + Z2
Sumber: Dikembangkan dalam penelitian ini
Tabel 3.2
Model Pengukuran
Konsep Exogenous Konsep Endogenous
(Model pengukuran) (Model pengukuran)
X1 = λ1 RS + e1 X13 = λ13 EB + e13
X2 = λ2 RS + e2 X14 = λ14 EB + e14
X3 = λ3 RS + e3 X15 = λ15 EB + e15
X4 = λ4 RS + e4 X16 = λ16 EB + e16
X5 = λ5 HP + e5 X17 = λ17 EB + e17
X6 = λ6 HP + e6 X18 = λ18 EB + e18
X7 = λ7 HP + e7 X19 = λ19 KB + e19
X8 = λ8 HP + e8 X20 = λ20 KB + e20
X9 = λ9 AS + e9 X21 = λ21 KB + e21
X10 = λ10 AS + e10 X22 = λ22 KB + e22
X11 = λ11 AS + e11 X23 = λ23 KB + e23
X12 = λ12 AS + e12 X24 = λ24 KB + e24
X25 = λ25 KB + e25
X26 = λ26 KB + e26
Sumber: Dikembangkan dalam penelitian ini
4. Memilih matriks input dan metode estimasi
dahulu data mentah tersebut menjadi matriks kovarian dan matriks korelasi.
Analisis terhadap data outliers harus dilakukan sebelum matriks kovarian atau
matriks korelasi (Hair dkk., 1995). Ukuran sampel memberikan dasar untuk
(1995) menemukan bahwa ukuran sampel yang baik adalah antara 100-200.
dengan path analysis yang dimaksudkan untuk melihat kesesuaian model dan
estimasi yang unik. Bila setiap kali estimasi dilakukan muncul problem
atau tidak dengan cara melihat (1) standard error yang lebih besar untuk satu
atau lebih koefisien dan (2) korelasi yang tinggi (lebih besar atau sama dengan
a. Chi-Square Statistic
(CMIN/DF)
dari 2,0 adalah indikasi dari acceptable fit antara model dan data.
(poor fit) sampai dengan 1,0 (perfect fit). Nilai yang semakin mendekati 1
tr (σ′ Wσ)
Rumus GFI = ─────────────...................................(3)
tr (s′ Ws)
Di mana:
sampel.
db
Rumus AGFI = 1 – (1 – GFI) ──...................................(4)
d
Di mana:
d = Degree of freedom
acuan dapat diterimanya sebuah model adalah >= 0,95 (Hair dkk., 1995)
Cb C
── ‒ ──
db d
Rumus TLI = ───────................................(5)
Cb
── ‒ 1
db
Di mana:
d = Degree of freedom
C‒d
Rumus CFI = 1 ‒ ─────.............................(6)
Cb ‒ db
Di mana:
d = Degree of freedom
bila estimasi model dalam populasi. Jika nilainya lebih kecil atau sama
menunjukan sebuah close fit dari model itu berdasarkan degree of freedom
Berikut ini adalah rangkuman beberapa indeks kesesuaian dan cut off value
untuk menguji apakah sebuah model dapat diterima atau ditolak (Lihat tabel
3.3).
Tabel 3.3
bagi model yang tidak memenuhi syarat pengujian. Hair dkk. (1995) dalam
dihasilkan oleh model. Bila ditemukan bahwa nilai residual yang dihasilkan
model cukup besar (>2.58) maka cara lain dalam memodifikasi adalah dengan
diestimasi (Hair dkk., 1995; dalam Ferdinand, 2005). Nilai residual yang lebih
angkanya, jika tidak muncul angkanya maka tidak perlu modifikasi model
karena model telah fit. Hal yang perlu diperhatikan, modifikasi model hanya
dapat dilakukan bila mempunyai dukungan dan justifikasi yang cukup
Pada tahap analisis data akan dilakukan analisis jalur secara parsial, di
mana diagram alur utama akan dipecah berdasarkan tiga dimensi aktivitas bisnis
dalam rantai nilai, menjadi model e-bisnis hulu (upstream) yang dikenal dengan
e- bisnis operasi bisnis internal yang dikenal dengan e-operations. Hasil analisis
Bab IV ini menyajikan profil data deskriptif dari penelitian ini kemudian
dalam bab II. Alat analisis data yang digunakan adalah statistik deskriptif untuk
hipotesis menggunakan alat analisis SEM dan alat statistik pendukung yang lain.
Gambar 4.1 adalah skema bab IV untuk memudahkan memahami bagaimana bab
ini disajikan.
Gambar 4.1
Skema Bab IV
Tabel 4.1
analisis indeks. Penilaian yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan skala
Di mana:
sebagai dasar interpretasi adalah sebagai berikut (diadaptasi untuk skala likert 1-5
rantai suplai yang terintegrasi. Perhitungan angka indeks untuk data persepsi
Tabel 4.2
Tabel 4.3
SI/TI. Perhitungan angka indeks untuk data persepsi responden terhadap variabel
Tabel 4.4
perusahaan di mana para para responden bekerja umumnya memiliki aset stratejik
Perhitungan angka indeks untuk data persepsi responden terhadap variabel ini
Analisis data secara umum mengacu pada tujuh langkah yang telah
dijelaskan dalam sub bab III.6. Langkah 1 sampai dengan 3 telah dilakukan pada
Data yang digunakan sebagai masukan dalam penelitian ini bukan matriks
kovarian ataupun korelasi tetapi berupa data mentah (raw data). Amos dapat
menerima data mentah sebagai masukan tetapi tentunya data tersebut telah diuji
otomatis mengubah data mentah menjadi matriks kovarian dan disajikan dalam
tabel 4.7. Metode estimasi yang dipilih maximum likelihood estimation method.
Tabel 4.7
Matriks Kovarian
yang digunakan dalam penelitian ini dibentuk berdasarkan konsep teoritis dengan
beberapa indikator atau manifest. Analisis ini ingin menguji apakah indikator-
indikator tersebut valid sebagai pengukur konstruk laten, atau dengan kata lain
suatu konstruk laten (Ghozali, 2011:123). Nilai factor loading berdasarkan syarat
factor loading di bawah 0,50 dikeluarkan dari model. Berikut adalah hasil
Hasil confirmatory factor analysis untuk konstruk eksogen dapat dilihat pada
gambar 4.2.
Gambar 4.2
.50 .73
e5 X5
.35 .70
e6 X6 .59
.54 .73 HP .52
e7 X7
.40
Chi-Square=21.001
Sig. Prob=.639
.30 Cmindf=.875 (df=24)
X10 .54 GFI=.956
e10
.71 .85 AS AGFI=.917
e11 X11 .76 TLI=1.018
.57
CFI=1.000
e12 X12
RMSEA=.000
dan X9 dikeluarkan dari model karena mempunyai nilai factor loading < 0,50.
goodness of fit yang paling optimal. Hasil goodness of fit index dan regression
weights dari analisis ini disajikan dalam tabel 4.8 dan 4.9.
Tabel 4.8
telah memenuhi kriteria goodness of fit yang telah ditetapkan. TLI dapat
bernilai di luar range 0 – 1 (Sharma dkk., 2005; McDonald dan Marsh, 1990;
Standardized
Regression Weights Regression
Weights
Estimate S.E. C.R. P Estimate
X4 <--- RS 1.263 .243 5.203 *** .753
X2 <--- RS 1.081 .201 5.371 *** .677
X1 <--- RS 1.000 .632
X7 <--- HP .897 .178 5.056 *** .735
X6 <--- HP .884 .197 4.485 *** .591
X5 <--- HP 1.000 .705
X12 <--- AS 1.537 .306 5.026 *** .757
X11 <--- AS 1.908 .385 4.953 *** .845
X10 <--- AS 1.000 .545
Sumber: Data primer yang diolah
Hasil regression weights pada tabel 4.9 menunjukan bahwa setiap indikator
yang membentuk variabel laten menunjukan hasil yang baik, yaitu dengan
nilai CR (yang identik dengan uji-t dalam pengujian regresi) ≥ 1,96 (dalam
nilai absolut) untuk tingkat signifikansi 0,05 (Ghozali, 2011:163), dan dengan
probabilitas (P) < 0,05 yang dalam tabel di atas ditunjukan dengan tanda ***
yang berarti by default signifikan pada 0,001 (Ghozali, 2011:86). Dengan hasil
konstruk eksogen ini, maka model penelitian untuk konstruk eksogen dapat
Konstruk endogen dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu EB dan
Gambar 4.3
e13
e14 e15 e16 e18
.54
.48 .63 .42 .36
X13
X14 X15 X16 X18
Chi-Square=2.831
Sig. Prob=.726
Cmin/df=.566 (df=5)
EB GFI=.990
AGFI=.969
TLI=1.026
CFI=1.000
RMSEA=.000
Sumber: Output AMOS
dipertahankan dalam analisis ini. Hasil goodness of fit index dan regression
weights dari analisis ini disajikan dalam tabel 4.10 dan 4.11.
Tabel 4.10
Tabel 4.11
Standardized
Regression Weights Regression
Weights
Estimate S.E. C.R. P Estimate
X13 <--- EB 1.000 .734
X14 <--- EB .925 .144 6.440 *** .696
X15 <--- EB .949 .133 7.157 *** .796
X18 <--- EB .799 .143 5.587 *** .599
X16 <--- EB .789 .130 6.055 *** .651
Sumber: Data primer yang diolah
Hasil regression weights pada tabel 4.11 menunjukan bahwa setiap indikator
yang membentuk variabel laten EB menunjukan hasil yang baik, yaitu dengan
nilai CR (yang identik dengan uji-t dalam pengujian regresi) ≥ 1,96 (dalam
nilai absolut) untuk tingkat signifikansi 0,05 (Ghozali, 2011:163), dan dengan
probabilitas (P) < 0,05 yang dalam tabel di atas ditunjukan dengan tanda ***
yang berarti by default signifikan pada 0,001 (Ghozali, 2011:86). Dengan hasil
ini, maka model penelitian untuk variabel EB dapat diterima dan digunakan
X21, X22, X24, dan X26 dikeluarkan karena mempunyai pengaruh yang
model karena pada tahap evaluasi nilai residual akan menyebabkan adanya
nilai residual absolut > 2,58. Confirmatory factor analysis pada EB juga fit
pada kombinasi indikator yang terdiri dari X21, X22, X23, X24, namun tidak
tampilkan dalam analisis ini. Hasil goodness of fit index dan regression
weights dari analisis di atas disajikan dalam tabel 4.12 dan 4.13.
Tabel 4.12
Tabel 4.13
Standardized
Regression Weights Regression
Weights
Estimate S.E. C.R. P Estimate
X19 <--- KB 1.000 .777
X20 <--- KB .982 .201 4.884 *** .809
X23 <--- KB .753 .167 4.509 *** .516
Sumber: Data primer yang diolah
Hasil regression weights pada tabel 4.13 menunjukan bahwa setiap indikator
dengan nilai CR (yang identik dengan uji-t dalam pengujian regresi) ≥ 1,96
(dalam nilai absolut) untuk tingkat signifikansi 0,05 (Ghozali, 2011:163), dan
dengan probabilitas (P) < 0,05 yang dalam tabel di atas ditunjukan dengan
tanda *** yang berarti by default signifikan pada 0,001 (Ghozali, 2011:86).
pembentuk variabel laten KB yang berada dalam tabel 4.13, telah menunjukan
pada variabel KB ini, maka model penelitian untuk variabel KB dapat diterima
Hasil standardized estimates analisis jalur yang ditampilkan pada gambar 4.5.
Gambar 4.5
.38
e13 e14 e15 e16 e18
e1 X1
.47 .59 .42 .62 .45 .34
.62
e2 X2 .69 X13 X14 X15 X16 X18
RS
.62
.75
.57 X19 e19
.77 .65 .79.67 .64
.58
e4 X4 .09
.52 .74 z2 .79 X20 e20
.80
e5 X5 .31 .72
.47 .77
e6 X6 .56
.54 .73 .46 .88 .26
HP EB KB .51
.52
e7 X7 X23 e23
.41.26
z1
.31
.56 Chi-Square=124.262
e10 X10
.70 .84 AS Sig. Prob=.202
e11 X11 .76 Cmin/df=1.109 (df=112)
.57
GFI=.888
e12 X12 AGFI=.848
TLI=.976
CFI=.980
RMSEA=.032
Sumber: Output AMOS
Model di atas adalah gabungan variabel eksogen dan endogen yang telah
diuji sebelumnya. Hasil goodness of fit index dan regression weights dari analisis
Tabel 4.14
bahwa model telah memenuhi kriteria goodness of fit yang telah ditetapkan
kecuali GFI dan AGFI yang diterima secara marginal. GFI cenderung lebih besar
dengan bertambahnya sampel, sedangkan AGFI dapat di bawah estimasi fit untuk
ukuran sampel yang kecil (Bollen, 1990). Konsensus saat ini tidak menggunakan
Standardized
Regression Weights Regression
Weights
Estimate S.E. C.R. P Estimate
EB <--- RS .122 .290 .421 .674 .090
EB <--- HP .493 .218 2.261 .024 .456
EB <--- AS .372 .181 2.050 .040 .264
KB <--- EB .851 .118 7.212 *** .879
X1 <--- RS 1.000 .620
X2 <--- RS 1.119 .209 5.352 *** .688
X4 <--- RS 1.286 .245 5.243 *** .753
X5 <--- HP 1.000 .724
X6 <--- HP .815 .181 4.512 *** .560
X7 <--- HP .871 .161 5.408 *** .733
X10 <--- AS 1.000 .558
X11 <--- AS 1.844 .362 5.093 *** .837
X12 <--- AS 1.499 .293 5.112 *** .757
X13 <--- EB 1.000 .770
X14 <--- EB .825 .126 6.571 *** .651
X15 <--- EB .894 .111 8.086 *** .787
X16 <--- EB .777 .116 6.724 *** .673
X18 <--- EB .741 .129 5.764 *** .582
X19 <--- KB 1.000 .790
X20 <--- KB .955 .121 7.868 *** .799
X23 <--- KB .735 .147 4.992 *** .511
Sumber: Data primer yang diolah
Hasil regression weights pada tabel 4.15 menunjukan 2 hal: (1) Hasil
regresi setiap indikator yang membentuk variabel laten menunjukan hasil yang
baik, yaitu dengan nilai CR (yang identik dengan uji-t dalam pengujian regresi) ≥
1,96 (dalam nilai absolut) untuk tingkat signifikansi 0,05 (Ghozali, 2011:163), dan
dengan probabilitas (P) < 0,05 yang dalam tabel di atas ditunjukan dengan tanda
*** yang berarti by default signifikan pada 0,001 (Ghozali, 2011:86). (2) Hasil
regresi variabel laten HP→EB, AS→EB dan EB→KB menunjukan hasil yang
baik dengan CR ≥ 1,96 (dalam nilai absolut) dan P < 0,05, sedangkan hasil regresi
kelayakan model yang lebih baik dengan signifikansi yang hampir sama pada
Outliers adalah observasi atau data yang memiliki karakteristik unik yang
terlihat berbeda dengan data lainnya dan muncul dalam bentuk data ekstrim, baik
untuk variabel tunggal maupun kombinasi (Hair dkk. 1995). Uji outliers
1. Univariate Outliers
penelitian ke dalam standard score atau Z-score yang memiliki rata-rata nol
sebagai outliers. Hasilnya adalah seperti yang disajikan pada tabel 4.16.
Tabel 4.16
tidak terdapat angka Z-score > 3 (dalam nilai absolut). Dengan demikian tidak
2. Multivariate Outliers
Walaupun hasil evaluasi data tidak terdapat outliers pada tingkat univariate,
tetapi jika data dikombinasikan bukanlah hal yang mustahil akan terdapat
outliers pada tingkat multivariate, oleh karena itu nilai perlu dihitung nilai
mahalonobis distance dan akan menunjukan jarak data dari rata-rata semua
p<0,001) (Ghozali, 2011, hal 227). Data yang mempunyai nilai mahalanobis
distance melebihi nilai tersebut adalah data multivariate outliers. Pada model
Tabel 4.17
pada model adalah sebesar 35,826 yang masih lebih kecil dari batas sebesar
sehingga data tersebut tidak dapat digunakan (Tabachnick dan Fidell, 1998; dalam
Ghozali, 2011, hal. 230). Nilai Determinan of sample covariance matrix dalam
penelitian ini adalah sebesar 314436.560 saat posisi fit. Angka tersebut sangat
jauh dari nol yang berarti tidak terdapat multikolinearitas dan singularitas, oleh
EB dengan data yang sama pada posisi indikator X3, X8, X9 dan X17 dikeluarkan
dari model dalam rangka mengikuti model yang telah fit dalam AMOS. Pengujian
Collinearity Statistics
a. Dependent Variable: EB
Sumber: Output SPSS
(T) dan VIF (Variance Inflation Factor) di mana Nilai T (Tolerance) = 1/VIF,
jadi nilai Tolerance merupakan kebalikan dari nilai VIF. Jika nilai T kurang dari
0,1 atau nilai VIF melebihi 10 maka hal tersebut menunjukan terjadi
multikolinearitas. Pada tabel 4.18 di atas, semua nilai T > 0,1 dan nilai VIF < 10,
variabel bebasnya.
dimodifikasi tersebut dapat diterima dengan nilai residual yang ditetapkan adalah
± 2,58 pada taraf signifikansi 0,01 (Hair dkk., 1995) atau dalam SEM ≥ dari 2,58
dalam nilai absolutnya. Standarized Residual Covariances ini dapat dilihat dalam
tabel 4.19.
Tabel 4.19
Pada tabel 4.19 di atas menunjukan bahwa tidak terdapat standardized residual
yang nilai absolutnya lebih besar 2.58, dengan demikian model yang
dikembangkan dapat diterima dengan baik dan tidak perlu dilakukan modifikasi.
Tabel 4.20
Modification Indices
bahwa tidak ditemukan justifikasi secara teori yang menyebabkan perlu dilakukan
modifikasi pada model, kecuali pengaruh AS terhadap X18 yang berupa e-bisnis
internal yang akan dibahas terpisah pada analis parsial dalam lampiran 5.
Tabel 4.21
dari variabel yang dikembangkan adalah sangat baik karena di atas cut off
value
sebesar 0.70, tetapi untuk variance extracted terdapat angka di bawah 0,50. Hal
ini disebabkan karena terdapat indikator dengan nilai factor loading di bawah 0,70
(Ghozali, 2011, hal. 139). Dengan pertimbangan bahwa nilai factor loading
sampai dengan 0,50 masih diperbolehkan (Ghozali, 2011, hal. 135), maka nilai
validity ini untuk mengukur sampai seberapa jauh suatu konstruk benar-benar
berbeda dari konstruk lainnya. Nilai discriminant validity yang tinggi memberikan
bukti bahwa suatu konstruk adalah unik dan mampu menangkap fenomena yang
konstruk (Ghozali, 2011, hal. 141). Tabel 4.22 berikut ini adalah hasil korelasi
Tabel 4.22
Korelasi Antar Konstruk Eksogen
Estimate
HP <--> RS .738
HP <--> AS .414
AS <--> RS .518
Sumber: Output AMOS
Berdasarkan tabel 4.22 dibuat tabel 4.23 yang berguna untuk mempermudah
Tabel 4.23
Matriks korelasi Antar Konstruk dan Discriminant Validity
RS HP AS
RS 0.689
HP .738 0.677
AS .518 .414 0.727
Sumber: Data primer yang diolah
Cara membandingkannya adalah sebagai berikut: untuk konstruk RS, nilai 0.689
dibandingkan dengan .518 dan .738; lalu untuk konstruk HP, nilai 0.677
dibandingkan dengan .738 dan 0,414; dan untuk konstruk AS, nilai 0,727
dibandingkan dengan 0,518 dan 0,414. Dari perbandingan tersebut terlihat bahwa
hanya konstruk AS yang mempunyai nilai discriminant validity yang lebih tinggi
daripada korelasi antar konstruk lainnya dan hal ini menunjukan convergent
validity yang baik. Convergent validity dilihat dari nilai factor loading di mana
minimal 0,50 dan idealnya minimal 0,70 (Ghozali, 2011, hal. 138). Factor
loading dapat dilihat dalam tabel 4.21 pada kolom Standard Loading.
Uji validitas dan reliabilitas dalam penelitian ini diulang dengan program
SPSS sebagai pendukung uji di atas. Pengujian dilakukan pada data yang sama
yang sebenarnya dari validitas dan reliabilitas instrumen penelitian secara lengkap
sebelum diolah dengan AMOS. Uji validitas dilakukan melalui menu Analyze -
KMO and Bartlett's test of sphericity), sedangkan uji reliabilitas dilakukan melalui
menu Analyse - Scale - Reliability Analysis (Lihat lampiran 2). Uji dengan SPSS
ini dilakukan pada data lengkap dengan 26 indikator, untuk melihat kondisi
Hasil uji validitas pada tabel 4.24 di atas, kolom nilai KMO menunjukan ≥
0,50, kolom Bartlett's Test menunjukan semuanya signifikan, dan nilai MSA
lampiran 2), pada setiap konstruk terbentuk 1 komponen, yang berarti terjadi
instrumen penelitian valid. Hasil uji reliabilitas pada tabel 4.24 melihat pada nilai
normal mengacu pada Tabachnick dan Fidell (1996, hal. 85), yaitu moderate
bila dikurangi X, hasil terkecilnya adalah sama dengan 1. Hasil uji normalitas
Tabel 4.25
skewness value sebesar +- 2,58 pada tingkat signifikansi 0,01. Data dapat
disimpulkan mempunyai distribusi normal jika nilai critical ratio skewness value
di bawah harga mutlak +- 2,58 (Ghozali, 2011, hal. 226-227). Pada tabel 4.25 di
atas, nilai absolut dari kolom critical ratio (c.r. di sebelah kolom skew) tidak
terdapat angka yang lebih besar dari ≥ 2,58, dengan demikian dapat disimpulkan
data terdistribusi normal secara univariate. Nilai critical ratio untuk multivariate
adalah sebesar 3,201 yang lebih besar dari batas 2,58, hal ini berarti bahwa data
Pengujian hipotesis dilakukan melalui pengamatan terhadap nilai C.R. dan nilai P
pada hasil regression weight. Nilai CR (yang identik dengan uji-t dalam pengujian
regresi) ≥ 1,96 (dalam nilai absolut) untuk tingkat signifikansi 0,05 (Ghozali,
2011:163), dan dengan nilai P < 0,05 mempunyai arti bahwa H0 ditolak dan H1
pengaruh variabel pertama kepada variabel kedua sama dengan (=) nol atau dalam
dari H0 yaitu menyatakan terdapat pengaruh, jadi yang ingin dibuktikan dalam
Tabel 4.26
Regression Weights
Estimate S.E. C.R. P
EB <--- RS .122 .290 .421 .674
EB <--- HP .493 .218 2.261 .024
EB <--- AS .372 .181 2.050 .040
KB <--- EB .851 .118 7.212 ***
Sumber: Output AMOS
Pada tabel 4.26 di atas terlihat bahwa untuk kausalitas HP→EB, AS→EB dan
EB→KB, mempunyai nilai CR ≥ 1,96 (dalam nilai absolut) dan nilai P < 0,05.
Tanda *** yang berarti by default signifikan pada 0,001 (Ghozali, 2011:86). Hal
tersebut dapat disimpulkan bahwa, untuk ketiga kausalitas tersebut H o ditolak dan
bersaing (EB→KB).
(AS→EB).
Kausalitas RS→EB mempunyai nilai CR < 1,96 (dalam nilai absolut) dan nilai P
analisis pengaruh dari masing-masing konstruk dan yang kedua analisis pengaruh
Analisis pengaruh menggunakan hasil analisis jalur (Lihat tabel 4.15) dilihat dari
Estimate
EB .470
KB .773
Sumber: Output AMOS
Pada tabel 4.27 di atas, koefisien determinasi untuk RS tidak dilihat karena
0,470 yang berarti bahwa secara relatif variabilitas EB yang dapat dijelaskan oleh
0,773 yang berarti bahwa secara relatif variabilitas KB yang dapat dijelaskan oleh
variabilitas EB adalah sebesar 77,3% sisanya sebesar 22,7% oleh faktor lain.
relatif cukup, sedangkan pengaruh EB terhadap KB adalah positif dan relatif kuat.
Koefisien
Standardized
Variabel Indikator R2
Regression
Weights
Manajemen X1 .620 .385
Rantai Suplai X2 .688 .474
Terintegrasi X4 .753 .567
Manajemen X5 .724 .524
Hubungan Pelanggan X6 .560 .314
Terintegrasi X7 .733 .537
Aset Stratejik X10 .558 .312
SI/TI X11 .837 .701
X12 .757 .573
Strategi E-Bisnis X13 .770 .593
X14 .651 .424
X15 .787 .619
X16 .673 .453
X18 .582 .339
Keunggulan X19 .790 .624
Bersaing X20 .799 .638
X23 .511 .261
Sumber: Data primer yang diolah
Dalam bab IV ini telah dilakukan analisis data dan pengujian terhadap
empat hipotesis penelitian yang didasarkan pada model teoritis yang telah diuji
dengan kriteria goodness of fit yang baik. Pengujian asumsi SEM juga telah
menunjukan hasil yang baik. Hasil yang diperoleh menunjukan bahwa tidak
Kesimpulan Hipotesis
bersaing
oleh Phan (2002), Zhu (2004), Zhu dan Kraemer (2005), dan Beheshti dkk.
aset stratejik SI/TI bukan disebabkan oleh rendahnya manajemen rantai suplai
terintegrasi (Lihat tabel 4.2). Berikut ini adalah lima dugaan atas hal ini:
2. Proporsi responden yang tidak berimbang antara e-bisnis tipe B2B dan
B2C (Lihat tabel 4.1). Dalam penelitian ini responden dari e-bisnis tipe
B2B jauh lebih sedikit, di mana e-bisnis tipe B2B diperkirakan adalah e-
bisnis pada aktivitas bisnis hulu atau terintegrasi ke arah pemasok yang
3. Manajemen rantai suplai terintegrasi diduga adalah hal umum yang telah
telah dilakukan (lihat nilai indeks tabel 4.2) tetapi tidak memberikan hasil
dilakukan, yaitu antara variabel RS dan HP, di mana pada analisis jalur
Frohlich dan Westbrook (2001) (Lihat hal. 70-71). Hal ini mempunyai
implikasi, bahwa hasil SEM hanya akan signifikan salah satu dari mereka.
Ini telah dibuktikan dengan mengeluarkan salah satu dari mereka secara
dan signifikan terhadap strategi e-bisnis aktivitas hulu (upstream), yaitu pada
sebelumnya, misalnya oleh Zhu dan Kraemer (2002) dalam Zhu dan Kraemer
(2005), Warrington dkk. (2007), Harrigan dkk., (2008/2011) (Lihat sub bab
II.2.3).
bisnis
pengaruh yang positif dan signifikan dari aset stratejik SI/TI terhadap strategi
dan Hartono (2003), Zhu dkk. (2004) dan Zhu dan Kraemer (2005) (Lihat sub
bab II.2.4).
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
dari penelitian ini. Urutan penyajian adalah seperti yang disajikan dalam gambar
Gambar 5.1
Skema Bab V
melalui strategi e-bisnis. Penelitian ini berangkat dari riset gap dan fenomena gap
yang dikemukakan pada bab I. Masalah penelitian ini adalah bahwa masih adanya
manajemen hubungan pelanggan terintegrasi, (3) aset stratejik SI/TI, (4) strategi
e-bisnis, dan (5) keunggulan bersaing. Telaah pustaka ini untuk menemukan
strategi e-bisnis. Metode penelitian ditentukan dalam bab III. Setelah itu
semuanya diuji dalam ujian proposal rancangan usulan penelitian, dan setelah
penelitian berupa perusahaan penyelenggara e-bisnis tipe B2B dan B2C. Setelah
data yang valid terkumpul dari 107 responden, data diolah dengan alat analisis
SEM dengan program AMOS dan juga SPSS untuk sebagian uji asumsi. Setelah
data diolah, pada bab IV disajikan deskripsi data, pengartian hasil pengolahan
data, uji asumsi, pengujian hipotesis, analisis pengaruh dan pembahasan hasil.
Berdasarkan semua analisis tersebut, tidak semua hipotesis dalam penelitian ini
diterima.
Berikut ini adalah kesimpulan dari empat hipotesis dalam penelitian ini:
bersaing
strategi e-bisnis secara keseluruhan. Hal ini berarti bahwa menurut hasil
penelitian ini, manajemen rantai suplai terintegrasi dapat bersifat pilihan atau
terintegrasi terhadap strategi e-bisnis. Hal ini berarti bahwa untuk membentuk
yang terintegrasi.
bisnis
pengaruh yang positif dan signifikan dari aset stratejik SI/TI terhadap strategi
e-bisnis. Hal ini berarti bahwa untuk membentuk strategi e-bisnis, perusahaan
bisnis mempunyai peran yang positif dan signifikan terhadap keunggulan bersaing
e-bisnis.
Strategi E-Bisnis
organisasi dapat dibangun melalui strategi e-bisnis yang dibentuk oleh manajemen
rekomendasi ini dapat dipecah menjadi tiga model e-bisnis, yaitu: model strategi
e-bisnis internal, model strategi e-bisnis hilir, dan model strategi e-bisnis hulu,
sebagai berikut:
1. Secara parsial aset stratejik SI/TI memberikan keunggulan bersaing melalui
strategi e-bisnis operasi internal (gambar 5.3), model ini menjadi dasar dari
Gambar 5.3
Gambar 5.4
Analisis jalur dari model rekomendasi (model jika tanpa rantai suplai terintegrasi)
dan ketiga model parsial ini dapat dilihat pada lampiran 4 dan 5. Model-model
rekomendasi ini dapat ditawarkan secara teoritis maupun praktis sesuai dengan
kegunaan penelitian yang telah dikemukakan dalam sub bab I.5, dan akan dibahas
bersaing yang ditawarkan dalam penelitian ini adalah strategi e-bisnis. Berikut
adalah implikasi teoritis untuk strategi e-bisnis yang dikaji berdasarkan dimensi
Hasil analisis pada full model tidak mendukung teori yang berasal dari
Fuentes (2010) bahwa tingkat integrasi vertikal tidak memberikan suatu efek
(Lihat hal. 126). Namun hasil analisis secara parsial (Lihat lampiran 5),
Dalam penelitian ini, menemukan bahwa aktivitas hulu poin (d) adalah yang
diberikan oleh strategi e-bisnis aktivitas hulu yang telah dibuktikan oleh
yang paling lemah dan harus dikeluarkan dari model agar model menjadi fit
didukung dengan aktivitas internal secara online (Lihat Acosta dkk., 2007, hal.
Hasil analisis pada full model dan juga analisis secara parsial (Lihat lampiran
(Misalnya, Zhu dan Kraemer, 2002; Warrington dkk., 2007; Harrigan dkk.,
berperan positif dalam strategi e-bisnis aktivitas hilir (Lihat hal. 126-127),
yang unik kepada pelanggan, diduga sulit dilakukan dan memerlukan upaya
yang besar, sehingga walaupun telah dilakukan (lihat nilai indeks tabel 4.3)
sebelumnya, yang dalam hal ini merupakan perwujudan dari dampaknya yang
tidak signifikan.
yang diberikan oleh strategi e-bisnis aktivitas hulu yang telah dibuktikan oleh
b. Penjualan bertambah
Hal yang menarik di sini adalah, penelitian ini menemukan bahwa tanpa
aktivitas internal yang didukung secara online, kegiatan e-bisnis hilir masih
stratejik SI/TI juga dapat dilepaskan dari model. Hal tersebut diduga dapat
ini tidak merekomendasikan hal tersebut karena di luar skenario strategi yang
disusun. Penelitian ini telah membuktikan bahwa aset stratejik SI/TI lebih
Hasil analisis pada full model dan juga analisis secara parsial (Lihat lampiran
(Misalnya, Santhanam dan Hartono, 2003; Zhu dkk., 2004; Acosta dkk.,
2007), yaitu aset stratejik SI/TI terbukti berperan positif dalam strategi e-
bisnis aktivitas internal (Lihat hal. 127-128). Aset stratejik SI/TI dalam
Dalam penelitian ini terdapat temuan, bahwa aset stratejik SI/TI tidak cukup
memberikan nilai positif, tetapi tidak unik, mudah ditiru oleh pesaing, dan
mudah digantikan dengan sumber daya yang lain, diduga tidaklah memberikan
sistem menyeluruh).
yang diberikan oleh strategi e-bisnis aktivitas internal yang telah dibuktikan
Hamel dan Heene (1994) dalam Peppard dan Ward (2004) telah
masyarakat adalah misi dasar dari setiap perusahaan. Akademisi (dan juga
untuk membantu orang-orang bisnis dalam memenuhi misi dasar ini. Berdasarkan
misi umum, teori manajemen stratejik harus fokus terutama pada dinamika
jangka panjang".
bab I.5 yaitu, kegunaan penelitian ini bagi organisasi atau perusahaan adalah, hasil
keunggulan bersaing melalui strategi e-bisnis, baik untuk bisnis tradisional yang
di sini berasumsi dimulai pada organisasi atau perusahaan offline yang sedang
berjalan atau perusahaan e-bisnis murni yang akan dimulai. Strategi e-bisnis dapat
1. Tahap ini adalah langkah dasar yang mendukung semua tahapan berikutnya.
keunikan, sulit ditiru dan sulit digantikan dengan sumber daya lainnya oleh
pesaing. Dengan kata lain menjadi aset stratejik SI/TI, yaitu: sumber daya dan
kapabilitas SI/TI yang bernilai, langka, sulit ditiru, dan tidak dapat digantikan
dengan sumber daya yang lain, selaras dengan strategi organisasi, dan struktur
bersaing. Hal ini dapat dicapai dengan dua disiplin ilmu dalam Manajemen
System Planning (SISP) untuk perencanaan SI/TI yang komprehensif dan tata
kelola TI (IT Governance) sebagai bentuk peran serta pemilik atau eksekutif
puncak dalam rangka mengarahkan penggunaan aset SI/TI yang baik. Kata
kunci untuk aset stratejik SI/TI adalah keselarasan, yaitu selaras dengan
strategi bisnis.
Pembangunan sistem informasi masuk dalam bidang SISP, secara praktis ini
pada tahap ini tidak hanya berfokus untuk mendukung aktivitas bisnis internal
bisnis eksternal secara online, baik pada integrasi hulu (Lihat hal. 8, tentang
pendapat Zwass, 1996) dan integrasi hilir (Lihat hal. 72, tentang empat fase
2. Pada tahap ini perusahaan menerapkan e-operations (Lihat gambar 5.3), yaitu
Hal ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan aset stratejik SI/TI. Outcome
ini adalah: proses internal menjadi lebih efisien, dan produktivitas karyawan
menjadi meningkat.
berdasarkan Lowson dan Burgess (2003) (Lihat hal. 12). Pada tahap ini
Grover, 2011 dan hal. 95-98 tentang tahapan pengembangan CRM oleh
Stefanou dkk., 2003). Hal ini dapat dilakukan secara optimal dengan
pemanfaatan aset stratejik SI/TI (Lihat gambar 5.2 dan lampiran 4). Outcome
commerce
ini adalah: omset penjualan menjadi bertambah, dan area penjualan menjadi
dapat dikatakan tahap ke empat ini adalah bersifat optional. Hal ini
(1989), empat tipe integrasi Fawcett dan Magnan (2002), tingkat kolaborasi
((Kalakota dan Robinson, 2001; Grieger, 2001; Cooper dkk., 1997; Zhenxin
dkk., 2001; dalam Kotzab dkk., 2003), dan tingkat intensitas hubungan relasi
antar mitra perdagangan (Tyndall dkk., 1998) (Lihat hal. 74-77). Pada tahap
meliputi logistik masuk, dan operasi dengan pemasok atau mitra bisnis, yang
terintegrasi dalam sistem e-bisnis dengan pemasok atau mitra bisnis lainnya
biaya pengadaan menjadi lebih rendah, biaya persediaan menjadi lebih rendah,
Setiap langkah yang bersifat optional, bukan berarti bahwa hal tersebut
tidak penting, tetapi diduga bahwa hal tersebut sulit untuk dilakukan sehingga
walaupun telah dilakukan, tidak memberikan hasil yang signifikan. Tetapi seperti
terduga dapat menjadi sumber yang sama pentingnya dari peluang inovasi …
dan bahkan membenci mereka‖. Hal ini sejalan dengan pernyataan Amit dan
Schoemaker (1993), ―Ketika industri (atau pasar produk) sebagai analisis, dapat
diamati bahwa pada suatu waktu, sumber daya dan kapabilitas tertentu yang
menjadi penyebab kegagalan pasar, telah menjadi penentu utama dari harga rente
ekonomi‖.
saluran elektronik, yang tidak hanya selalu dengan saluran internet, tetapi dapat
telepon, virtual private network atau lainnya dan bahkan yang belum diketahui
saat ini. Referensi yang lebih detail dari langkah-langkah yang rekomendasi
dalam sub bab ini, dapat mengacu kepada telaah pustaka pada bab II.
V.6 Implikasi Metodologi
(Tabachnick dan Fidell, 1998; dalam Ghozali, 2011, hal. 230). Setelah
dilakukan pengujian ulang pada data yang sama, nilai T dan VIF yang
mentah dikalikan 10, atau data diubah menjadi skala likert 1 – 10. Hal ini
penelitian berikutnya.
pengujian ulang dengan alat analisis lainnya. Pada penelitian ini terdapat
variance extracted yang mendapatkan nilai kurang dari 0,50 yang dapat
diartikan validitas yang kurang baik. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh
diterimanya factor loading dibawah 0,70 (diijinkan sampai dengan 0,5 dalam
Ghozali, 2011, hal. 135), sehingga akan mengecilkan nilai variance extracted
di bawah 0,50. Setelah dilakukan uji validitas ulang dengan melihat nilai
normalisasi baik dengan log transformation (LG10 ataupun LN), square root
goodness of fit ataupun hasil lainnya. Pada kesempatan ini, diusulkan untuk
teoritis, asalkan hal tersebut masih dimungkinkan dengan teori yang ada,
penelitian) ditolak.
5. Penggunaan AGFI dan GFI untuk evaluasi goodness of fit mungkin dapat
ukuran sampel dan adanya konsensus saat ini agar tidak menggunakan
pengukuran tersebut (Sharma dkk., 2005). GFI cenderung lebih besar dengan
Pemilihan obyek penelitian pada perusahaan e-bisnis tipe B2B dan B2C
dalam penelitian ini memang sudah dirancang sejak awal sesuai dengan kerangka
bahwa kedua tipe e-bisnis tersebut banyak digunakan oleh organisasi (Beheshti
dkk., 2006). Dalam pelaksanaan lebih sulit menjaring responden dari kalangan e-
bisnis tipe B2B daripada B2C, sehingga menyebabkan proporsi responden yang
tidak seimbang antara e-bisnis B2B dan B2C (Lihat tabel 4.1). Setelah dilakukan
(Lihat hal. 37, tentang pendapat Kraemer dkk., 2002). Perbedaan karakteristik dan
proporsi responden yang tidak berimbang tersebut diduga berpengaruh pada hasil
penelitian dengan kerangka pemikiran teoritis yang berupa strategi e-bisnis yang
hipotesis 2 dalam penelitian ini, sehingga perlu dilakukan analisis model secara
model penelitian yang sama tetapi dengan porsi responden yang berimbang antara
e-bisnis tipe B2B dan B2C atau khusus e-bisnis tipe tertentu saja, atau model
penelitian yang lebih spesifik untuk dimensi strategi e-bisnis tertentu, yaitu
(downstream) atau operasi bisnis internal saja. Sampel dengan responden tipe e-
bisnis yang berimbang pada model penelitian yang sama bertujuan untuk
karakteristik e-bisnis tipe tersebut pada model penelitian . Model penelitian yang
spesifik untuk dimensi strategi e-bisnis tertentu, diharapkan akan diperoleh data
dari responden yang lebih homogen sehingga akan didapatkan hasil penelitian
Aaker, David.A. (1989), "Managing assets and skills: the key to a sustainable competitive
advantage", California Management Review, Vol. 31, Issue 2, pp. 91-106.
Abbott, J., Stone, M., & Buttle, F. (2001), ―Customer relationship management in
practice-a qualitative study‖. Journal of Database Marketing, 9(1), 24-34.
Acosta, P.S. & Meroño-Cerdan, A. (2007), "E-business Value Creation from the RBV
of the Firm", Universidad de Murcia, Proceedings of European and Mediterranean
Conference on Information Systems 2007 (EMCIS2007) June 24-26 2007,
Polytechnic University of Valencia, Spain www.emcis.org; atau: Acosta, P.S. &
Meroño-Cerdan, A. (2008), ―Analyzing e-business value creation from
a resource-based perspective‖, International Journal of Information Management
28 (2008) 49–60.
Acosta, Pedro Soto; Colomo-Palacios, Ricardo; Loukis, Euripidis N. (2011), "A review
of the RBV of the firm within the e-Business literature: What‘s next?",
Interdisciplinary Journal of Research in Business, Vol. 1, Issue. 1, pp.45-52.
Accenture, (2001d), ―Overview of the French Retail Scene‖, Internal Paper, Accenture
Helsinki, June.
Agarwal, A., Harding, D. P., & Schumacher, J. R. (2004), ―Organizing for CRM‖,
Mckinsey Quarterly, 3, 80-91.
Arbuckle, J. (1997), Amos Users’ Guide Version 3.6, Chicago IL: Smallwaters
Corporation.
Bacon, Lynd D (1997), Using Amos for structural equation modeling in market
research, Lynd Bacon & Associates, Ltd. and SPSS Inc.
Barney, Jay B. (1986a), "Strategic Factor markets: Expectations, Luck, and Business
Strategy", Management Science, 42, pp. 1231-1241.
Barney, Jay B. (1986c), "Types of Competition and the Theory of Strategy: Toward an
Integrative Framework", Academy of Management Review, 11, pp. 791-800.
Barney, Jay B. (1989), ―Asset stocks and sustained competitive advantage: A comment‖,
Management Science, 35, pp. 1511-1513.
Barney, Jay B. (1991), ―Firm Resources and Sustained Competitive Advantage‖, Journal
of Management, Vol. 17, Np. 1, p.99-120.
Barney, Jay B; McWilliams, A.; & Turk, T. (1989), "On the Relevance of the Concept of
Entry Barriers in the Theory of Competitive Strategy", Paper presented at the
annual meeting of the Strategic Management Society, San Francisco.
Barua, Anitesh; Konana, Prabhudev; Whinston, Andrew B.; Yin, Fang (2001),
―Managing E-Business Transformation: Opportunities and Value Assessment‖,
Center for Research in Electronic Commerce, McCombs School of Business -
The University of Texas at Austin.
Baumol, W. J., Panzar, J. C., & Willig, R. P. (1982), Contestable Markets and the
Theory of Industry Structure, Harcourt, Brace, and Jovanovich, New York.
Beamon, Benita M. (1998), ―Supply Chain Design and Analysis: Models and Methods‖,
International Journal of Production Economics (1998), Vol. 55, No. 3, pp. 281-
294.
Birou, L.M., Fawcett, S.E., Magnan, G.M., (1998), ―The product life cycle: a tool
for functional strategic alignment‖, International Journal of Purchasing and
Materials Management, 34 (2), 37-51.
Bollen, K. A. (1990), ―Overall fit in covariance structure models: Two types of sample
size effects‖, Psychological Bulletin, 107(2), 256-259.
Bower, J.L. & Christensen, C.M. (1995), "Disruptive technologies: catching the wave",
Harvard Business Review, January-February, pp.43-53.
Boyle, A.B. (2001), ―The internet in industrial channels: its use in (and effects
on) exchange relationships‖, Journal of Business & Industrial Marketing, Vol.
16, Issue 6/7, p. 452.
Boyle, M.J. (2004), ―Using CRM software effectively‖, CPA Journal, 74 ( 7), 17.
Brady, M., Saren, M. & Tzokas, N. (2002), ―Integrating information technology into
marketing practice – the IT realize of contemporary marketing practice‖, Journal
of Marketing Management, Vol. 18, pp. 555-77.
Buytendijk, Frank (2010), Dealing with Dilemmas - Where Business Analytics Fall
Short, John Wiley & Sons.
Cagliano, Raffaella; Caniato, Federico & Spina, Gianluca (2003), ―E-business
Strategy: How Companies Are Shaping Their Supply Chain Through the Internet‖,
International Journal of Operation & Production Management, 23, 10, pp.
1142-1162.
Campbell, J. & Sankaran, J. (2005), "An inductive framework for enhancing supply chain
integration", International Journal of Production Research, Vol. 43, No. 16, pp.
3321-3351.
Caves, R.E. & Porter, M. (1977), "From Entry Barriers to Mobility Barriers: Conjectural
Decisions and Contrived Deterrence to New Competition", Quaterly Journal of
Economics, 91, pp. 241-262.
Chan, J., O. (2005), ―Toward a unified view of customer relationship management‖, The
Journal of American Academy of Business, Cambridge, Vol. 6, No. 1, 32-8.
Chen, Edward T. & Lewis, David (2010), ―Adopting E-Business in Small and Medium
Enterprise‖, Communications of the IIMA 2010, Volume 10 Issue 2, pp. 29-41.
Chircu, A.M., & Kauffman, R.J. (2000), ―Limits to value in electronic commerce-
related IT investment‖, Journal of Management Information Systems, 17, 2 (Fall
2000), pp. 59-80.
Chow, D., & Heaver, T. (1999), ―Logistics strategies for North America‖, (3rd ed.),
Global Logistics and Distribution Planning.
Clark, T.H. & Hammond, J.H. (1997), ―Reengineering channel reordering process to
improve total supply-chain performance‖, Journal of Production and Operation
Management, 6, 3 (1997), pp. 248-265.
Cooper, Donald R. & Emory, C. William (1998), Metode Penelitian Bisnis, Erlangga,
Jakarta.
Cooper, M.C., Lambert, D.M. & Pagh, J.D. (1997), "Supply chain management: more
than a new name for logistics", The International Journal of Logistics
Management, Vol. 8 No. 1, pp. 1-14.
Copulinsky, J.R. & Wolf, M.J. (1990), ―Relationship Marketing: Positioning for
the Future‖, Journal of Business Strategy, Vol. 11, July-August 1990, pp. 16-20.
Council of Supply Chain Management Professionals (2005), "Supply chain and logistics
terms and glossary", from http://www.cscmp.org.
Crosby, L. A., & Johnson, S.L. (2001), ―High performance marketing in the CRM era‖,
Marketing Management, (September/October), 10-11.
Croteau, A. & Li, P. (2003), "Critical success factors of CRM technological initiatives",
Canadian Journal of Administrative Sciences, vol. 20, pp. 21-34.
Doherty, N. F.; Marples, C. G. & Suhaimi, A. (1999), ―The relative success of alternative
approaches to strategic information systems planning: An empirical analysis‖,
Journal of Strategic Information Systems, Vol 8, Issue 3, pp. 263-283.
Earl, M. J. (1992), ―Putting IT in its place: A polemic for the nineties‖, Journal
of Information Technology, Vol. 7, 1992, pp. 100–108.
Evans, P.B. & Wruster, T.S. (Ed.) (1999), Blown to bits: how the new economics of
information transforms strategy, Harvard Business School Press, Boston, MA.
Evans, P.B. & Wurster, T.S. (2000), Blown to bits: How the new economics of
Information transforms strategy, Harvard Business School Press, Boston, MA.
Fan, M.; Stallaert, J.; Whinston, A. B. (2000), ―The internet and the future of financial
markets‖, Communication of the ACM, 43, 11, pp. 83-88.
Fawcett, S. & Magnan, G. (2002), ―The rhetoric and reality of supply chain integration‖,
International Journal of Physical Distribution & Logistics Management, Vol.
32 No. 5, pp. 339-61.
Fomin, Vladislav V.; King, John L.; Lyytinen, Kalle J.; McGann, Sean T. (2005),
―Diffusion and Impacts of E-Commerce in The United States of America: Results
From an Industry Survey‖, Communications of the Association for Information
Systems, Volume 16, pp. 559-603.
Frohlich, M.T. (2002), ―e-Integration in the supply chain: barriers and performance‖,
Decision Sciences, 33(4), 537-555.
Garbarino, E. & Johnson, M.S (1999), ―The different roles of satisfaction, trust,
and commitment in customer relationships", Journal of Marketing, Vol. 63 April,
pp. 70-87.
Gebert, H., Geib, M., Kolbe, L., & Brenner, W. (2003), ―Knowledge-enabled customer
relationship management. Intgration customer relationship management and
knowledge management concepts‖, Journal of knowledge management, 7(5),
107-23.
Ghosh, S. (1998), ―Making Business Sense of the Internet‖, Harvard Business Review,
March-April, pp 126-135.
Ghozali, Imam (2011), Model Persamaan Struktural: Konsep dan Aplikasi Dengan
Program AMOS 19.0, Badan Penerbit - Undip, Semarang.
Giaglis, G.; Klein S. & O‘Keefe R. (2002), ―Disintermediation, Reintermediation,
or Cybermediation? The Future of Intermediaries in Electronic Marketplaces‖,
Brunel University.
Gottschalk, P., & Solli-Sæther, H. (2005), ―Critical success factors from IT outsourcing
theories: an empirical study‖, Industrial Management & Data Systems, 105(6),
685-702.
Grant, R.M. (1998), Contemporary Strategy Analysis, 3rd Ed., Blackwell Publishers
Ltd., Oxford, UK.
Hair, J. F., Jr., R. E. Anderson, R. L. Tatham & W. C. Black (1995), Multivariate Data
Analysis with Readings, Prentice Hall, Englewood Cliffs, NJ.
Hamel, G. & Prahalad, C. K., (1994), Competing for the future, Harvard Business
School Press, Boston. MA.
Hamid, N., & Kassim, N. (2004), ―Internet technology as a tool in customer relationship
management‖, Journal of American Academy of Business, Cambridge, 4(1/2), p.
103-109.
Harding, D., Cheifetz, D., DeAngelo, S. & Ziegler, E. (2004), ―CRM‘s silver Lining‖,
Marketing Management, 13 (2), 27.
Harland, C.M.; Lamming R.C.; & Cousins, P. (1999), ―Developing the concept of supply
strategy‖, International Journal of Operations and Production Management,
Vol 19, No 7, pp. 650-673.
Harrigan, Paul; Ramsey, Elaine; & Ibbotson, Patrick, (2008), "e-CRM in SMEs: an
exploratory study in Northern Ireland", Marketing Intelligence & Planning, Vol.
26, No. 4, pp. 385-404.
Harrigan, Paul; Schroeder, Andreas; Qureshi, Israr; Fang, Yulin; Ibbotson, Patrick;
Ramsey, Elaine; Meister, Darren (2008/2011), ―eCRM capabilities of SME‘s:
A model and its relationships / eCRM Technologies, Capabilities and SME
Performance Benefits‖, Pacific Asia Conference on Information Systems (PACIS)
conference, Suzhou, China, 3-7 July (2008), International Journal of Electronic
Commerce (2011), 15, (2), 7-46.
Hayduk, L.A. (1987), Structural equations modeling with lisrel, Johns Hopkins
University Press, Baltimore, MD.
Hayes, F. (2002, July 17), ―The story so far‖, Computerworld, 36(25), 24.
Hobby, J. (1999), ―Looking after the one who matters‖, Accountancy age,
(October), pp.28-30.
Holsapple, Clyde W. & Singh, Meenu (2000), "Toward a unified view of electronic
commerce, electronic business, and collaborative commerce: a knowledge
management approach", Knowledge and Process Management Journal, Vol 7,
Issue 3, pp. 151–164.
Hooper, D.; Coughlan, J.; & Mullen, M. R., "Structural Equation Modelling: Guidelines
for Determining Model Fit", Electronic Journal of Business Research Methods,
Vol. Issue 1, pp. 53-60.
Itami. H. (1987), Mobilizing Invisible Assets, Harvard University Press, Boston. MA.
Ives, Blake & Learmonth, Gerard, P. (1984), "The Information System As A Competitive
Weapon", Communication of the ACM (December 1984), Vol. 27, No. 12.
Janvier-James, Assey Mbang (2012), ―A New Introduction to Supply Chains and Supply
Chain Management: Definitions and Theories Perspective‖, International
Business Research,Vol. 5, No. 1, pp. 194-207.
Johnson, G. & Scholes, K., (1999), Exploring Corporate Strategy, 5th edition, Prentice
Hall, Inglewood Cliffs.
Kalakota, R. & Robinson, M. (2001), e-Business 2.0. Roadmap for Success, Addison-
Wesley, Boston, MA.
Kalustian, J., Lombardi, B., & Fletcher, W. (2002), ―CRM checklist for success‖,
Pharmaceutical Executive, 22(2), 64-6.
Kaplan, S., & Sawhney, M. (2000), ―E-hubs: the new B2B marketplaces‖,
Harvard Business Review, 70(1), 71-79.
Karimi, R., Somers, T.M. & Gupta, Y.P. (2001), "Impact of information technology
management practices on customer service", Journal of Management
Information System, Vol. 17 No. 4, pp. 125-58.
Kollberg, M. & Dreyer, H. (2006), "Exploring the impact of ICT on integration in supply
chain control: a research model", In Proceedings of the 13th International
EurOMA Conference ―Moving up the Value Chain", Glasgow, UK, 18.-
21.06.06.
Kotler, P., & Armstrong, G. (2004), Principles of Marketing, (10th ed.), Englewood
Cliffs, NJ: Prentice-Hall.
Kotzab, Herbert; Skjoldager, Niels; Vinum, Thorkil (2003), ―The development and
empirical validation of an e-based supply chain strategy optimization model",
Industrial Management & Data Systems, Vol. 103 Iss: 5, pp.347 – 360.
Kraemer, Kenneth L.; Gibbs, Jennifer; Dedrick, Jason (2002), ―Impacts of Globalization
on E-Commerce Adoption and Firm Performance: A Cross-Country Investigation‖,
Center for Research on Information Technology and Organizations, December
20, 2002, pp. 1-41.
Kraemer, Kenneth L.; Gibbs, Jennifer; Dedrick, Jason (2005), ―Impacts of Globalization
on E-Commerce Use and Firm Performance: A Cross-Country Investigation‖, The
Information Society, 21, pp. 323–340.
Kuncoro, Mudrajad (2003), Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi, Penerbit
Erlangga, Jakarta.
Lamming, R., Johnson, T., Zheng, J. & Harland, C. (2000), ―An initial classification of
supply networks‖, International Journal of Operations and Production
Management, Vol 20, No 6, pp 675-691.
Learned, E.P.; Christensen, C.R.; Andrews, K.R.; & Guth, W. (1969), Business Policy,
Irwin, Homewood, IL.
Lederer, A.L.; Mirchandani, D.A.; Sims, K. (2001), ―The search for strategic advantage
from the World Wide Web‖, International Journal of Electronic Commerce, 5, 4
(Summer, 2001), pp. 117-113.
Lee, H.L. (2000), "Creating value throught supply chain integration", Supply Chain
Management Review, Vol 4, No 4, pp 30-36.
Lee, H.L. & Billington, C. (1995), ―The evolution of supply chain management models
and practice at Hewlett-Packard‖, INTERFACES, Vol. 25, No. 5, pp. 42-63.
Lee, H. L., & Whang, S. (2001), ―E-Business and Supply Chain Integration‖, Stanford
Global Supply Chain Management Forum, SGSCMF- W2-2001, pp. 1-20.
Liyun, Q.; Keyi, W.; Xiaoshu, W.; & Fangfang, Z (2008), ―Research on the relationship
among market orientation, Customer relationship management, customer
knowledge management and business performance‖, Management Science and
Engineering, 2(1), 31-37.
Lowson , Robert H. & Burgess, Nicola J. (2002), ―Supply Network Strategies and Supply
Chain Management for e-Business‖, Operational Research. An International
Journal, Vol 2, No. l (2002), pp.55-70.
Lowson , Robert H. & Burgess, Nicola J. (2003), ―The Building Block of an Operations
strategy for E-business‖, TQM Journal, Vol 15, No. 3; pp. 152-163.
Lummus, R.R., Vokurka, R.J., Alber, K.L., (1998), ―Stretegic supply chain planning‖,
Production and Inventory Management Journal, 39 (3), 49-58.
Mahmood, M., & Soon, S. K. (1991), ―A comprehensive model for measuring the
potential impact of information technology on organizational strategic variables‖,
Decision Sciences, 22(4), 869-897.
Malone, T. W.; Yates, J., & Benjamin, R. I. (1987), ―Electronic Markets and Electronic
Hierarchies‖, Communications of the ACM, 30(6), pp. 484-497.
Martin, J. (1990), Information Engineering, Book II: Planning and Analysis, Prentice-
Hall, Inc, Eaglewood Cliffs, NJ.
McGowan, P., Durkin, M.G., Allen, L., Dougan, C. & Nixon, S. (2001), ―Developing
competencies in the entrepreneurial small firm for use of the internet in the
management of customer relationships‖, Journal of European Industrial
Training, Vol. 25 Nos 2/4, p. 126.
Mentzer, J., Witt, W. D., Keebler, J., Min, S., Nix, N., Smith, D., & Zacharia, Z. (2001),
―Defining Supply Chain (SC) Management‖, Journal of Business Logistics, 22(2),
pp.1–25.
Möller, K.K. & Halinen, A. (1999), ―Business relationships and networks: Managerial
challenges of network era‖, Industrial Marketing Management, Vol. 28, pp.413-
427.
Nguyen, T.U., Sherif, J.S., & Newby, M. (2007), ―Strategies for successful CRM
implementation‖, Information Management & Computer Security, 15(2),
pp.102-115.
O‘Halloran, J.P., & Wagner, T.R. (2001), ―The next frontier‖, Journal of
Business Strategy, 22(3), pp. 28-33.
Oliveira, Tiago & Martins, Maria F. (2010), "Understanding e-business adoption across
industries in European countries", Industrial Management & Data Systems, Vol.
110 No. 9, pp. 1337-1354.
Orlikowski, W.J. & Iacono, C.S. (2001), ―Research commentary: Desperately seeking the
‗‗IT‘‘ in IT research—a call to theorizing the IT artefact‖, Information Systems
Research, Vol. 12, No. 2, pp. 121–134.
Panayides, P. (2006), ―Maritime logistics and global supply chains: Towards a research
agenda‖, Maritime Economics & Logistics, 8(1), pp. 3–18.
Paracha, B., & Bulusu, A. (2002), ―Effectively integrating the components of CRM‖,
Customer Interaction Solutions, (April), pp. 34-6.
Pearlson, K. E., & Saunders, C. S. (2006), Managing and using information system; A
strategic approach, (3rd ed.), Wiley, Hoboken, NJ.
Pires, G. D., & Aisbett, J. (August 2002), ―The relationship between technology adoption
and strategy in business-to-business markets; The case of e-commerce‖, Industrial
Marketing Management, In Press, Uncorrected Proof, Available online 1 August
2002.
Porter, M.E. (1996), ― What Is Strategy?‖, Harvard Business Review, 74 (6), pp. 61-78.
Porter, M.E. (2001), ―Strategy and the Internet‖, Harvard Business Review, 79 (3). pp
63-78.
Porter, M.E. & Millar, V.E . (1985), ―How information gives you
competitive advantage‖, Harvard Business Review, Vol 63, Issue 4, Jun/July
1985, pp. 149-
160.
Poston, R., & S. Grabski. (2000), ―The impact of enterprise resource planning systems on
firm performance‖, In the Proceedings of the 21st International Conference on
Information Systems, pp. 479-493, Association for Information Systems,
Brisbane, Queensland, Australia.
Prahalad, C. & Hamel, G. (1990), "The core competence of the organization", Harvard
Business Review, 90, pp. 79-93.
Ray, G., Barney, J. B., & Muhanna, W. A. (2004), ―Capabilities, business processes and
competitive advantage: choosing the dependent variable in empirical tests of the
resource-based view‖, Strategic Management Journal, 25, pp. 23-37.
Rayport, J. & Sviokla, J. (1995), ―Exploiting the virtual value chain‖, Harvard Business
Review, Vol 73, Issue 6, pp 75-85.
Reed, Richard & Defillippi, Robert J. (1990), "Causal Ambiguity, Barriers to Imitation,
and Sustainable Competitive Advantage", The Academy of Management Review,
Volume 15, Issue 1 (Jan., 1990), 88-102.
Raymond, L. & Bergeron, F. (2008), ―Enabling the business strategy of SMEs through e-
business capabilities‖, Industrial Management & Data Systems, Vol. 108 No. 5,
2008. pp. 577-595.
Rigby, D., Reicheld, F.F., & Schefter, P. (2002), ―Avoid the four perils of CRM‖,
Harvard Business Review, 80, 101-09.
Sadek, H.; Youssef, A.; Ghoneim, A.; Passent, T. (2011), ―MEASURING THE EFFECT
OF CUSTOMER RELATIONSHIP MANAGEMENT (CRM) COMPONENTS
ON THE NON FINANCIAL PERFORMANCE OF COMMERCIAL BANKS:
EGYPT CASE‖, European, Mediterranean & Middle Eastern Conference on
Information Systems 2011 (EMCIS2011), May 30-31 2011, Athens, Greece, pp.
432-451.
Schoenherr, T., & Mabert, V. (2006), ―Bundling for B2B Procurement Auctions: Current
State and Best Practices‖, International Journal of Integrated Supply
Management, 2(3), pp. 189-213.
Schumpeter, J. (1950), Capitalism, Socialism, and Democracy, (3rd ed.), Harper, New
York.
Sekaran, U. (2006), Metode Penelitian Untuk Bisnis 1, (4th Ed), Salemba Empat,
Jakarta.
Shani, D., & Chalasani, S. (1992), ―Exploiting niches using relationship marketing‖,
Journal of Consumer Marketing, 9(3), 33-42.
Sharma, S., Mukherjee, S., Kumar, A., & Dillon, W.R. (2005), ―A simulation study
to investigate the use of cutoff values for assessing model fit in covariance structure
models‖, Journal of Business Research, 58, 935-43.
Sheth, J.N., Sisodia, R.S., & Sharma, A. (2000), ―The antecedents and consequences of
customer-centric marketing‖, Journal of the Academy of Marketing Science,
28(1), 55-66.
Short, J.W. & Venkatraman, N. (1992), "Beyond Business Process Redesign", Sloan
Management Review, 34, pp. 7-21.
Simchi-Levi, D., P. Kaminsky & E. Simchi-Levi, (2007), Designing and Managing the
Supply Chain: Concepts, Strategies and Case Studies, (3rd Edition), McGraw-
Hill, New York.
Simpson, D.F. & Power, D.J. (2005), ―Use the supply relationship to develop lean
and green suppliers‖, Supply Chain Management: An International Journal,
10(1), pp. 60-68.
Sin, L.Y., M., Tse, A. C. B., & Yim, F. H. K. (2005), ―CRM: Conceptualization and scale
development‖, European Journal of Marketing, 39 (11/12), 1264-1290.
Srivastava, R. K.; Shervani, T. A.; Fahey, L. (1999), "Marketing, Business Processes, and
Shareholder Value: An Organizationally Embedded View of Marketing Activities
and the Discipline of Marketing", Journal of Marketing, vol. 63, pp. 168-179.
Starkov, M. (2004), ―The essence of e-CRM‖, Hotels, Vol. 38 No. 10, pp. 59-62.
Steinfield, C., Adelaar, T. & Ying-ju Lai (2002), "Integrating Brick and Mortar Locations
with E-Commerce: Understanding Synergy Opportunities", Proceedings of the
Hawaii, International Conference on System Sciences, January 7-10.
Straub, D.W. & Watson, R.T. (2001), ―Research commentary: transformational issues in
researching IS and net-enabled organizations‖, Information Systems Research,
Vol. 12, pp. 337-45.
Subramaniam, C., & Shaw, M.J. (2002), ―A study of the value and impact of
B2B e- commerce: the case of web-based procurement”, International Journal of
Electronic Commerce, 6(4), pp. 19-40.
Tabachnick, B.G. & Fidell, L.S. (1996), Using Multivariate Statistics (3rd Ed.), NY:
HarperCollins College Publishers.
Tachiki, Dennis; Hamaya, Satoshi; Yukawa, Koh (2004), ―Diffusion and Impacts of The
Internet and E-Commerce in Japan‖, This research is part of the Globalization and
E-Commerce project of the Center for Research on Information Technology
and Organizations (CRITO) at the University of California, Irvine.
Talisma (2001), ―Critical Steps to e-CRM Best Practice White Paper‖, [Online] Internet:
http://www.talisma.com (Accessed on: 15 March 2011).
Tallon, P., Kraemer, K., & Gurbaxani, V. (2000), ―Executives‘ perceptions of the
business value of information technology: a process-oriented approach‖, Journal
of Management Information Systems, 16(4), 137-165.
Tan, K.C. (2001), "A framework of supply chain management literature", European
Journal of Purchasing and Supply Management, Vol. 7 No. 1, pp. 39-48.
Tan, X., Yen, D.C. & Fang, X. (2002), ―Internet integrated customer relationship
management: a key success factor for companies in the e-commerce arena‖, The
Journal of Computer Information Systems, Vol. 42 No. 3, p. 77.
Tan, Z. & Wu, O., (2004), "Diffusion and Impacts of the Internet and Ecommerce in
China", This research is part of the Globalization and E-Commerce project of
the Center for Research on Information Technology and Organizations
(CRITO) at the University of California, Irvine.
Tapscott, D., Ticoll, D. & Lowy, A. (1999), ―The Rise of the Business Web‖, Business
2.0, Nov., pp. 198-204.
Teece, D. J. (1986), ―Profiting from technological innovation‖, Research Policy, 15, pp.
285-305.
Teo, T.S.H., & Too, B.L. (2000), ―Information systems orientation and business use of
the internet: An empirical study‖, International Journal of Electronic
Commerce, 4, 4 (Summer 2000), pp. 105-130.
Turban, E.; King, D.; Lee, J., Warkentin, M.; & Chung, H.M. (2002), Electronic
Commerce: A Managerial Perspective, Prentice-Hall, Harlow.
Turban, E., King, D., McKay, J., Marshall, P., Lee, J. & Viehland, D. (2008), Electronic
Commerce 2008: A Managerial Perspective, International edn, Prentice Hall,
Upper Saddle River, NJ.
Tyndall, G., Gopal, C., Partsch, W. & Kamauff, J. (1998), Supercharging supply
chains: New ways to increase value through global operational excellence, John
Wiley and Sons, Inc., New York.
U.S. Census Bureau. (June 2000), ―Measuring the Electronic Economy: Current
Status and Next Steps‖, U.S. Census Bureau.
Varadarajan, R., Yadav, M. (2002), ―Marketing Strategy and the Internet: An Organizing
Framework‖, Journal of the Academy of Marketing Science, Vol. 30, No. 4. 296-
312.
Verhoef, P.C. & Donkers, B. (2001), "Predicting customer potential value: an aplication
in the insurance industry", Decision Support System, Vol. 32 No. 2, pp. 189-99.
Ward, J. & Griffiths, P. (1996), Strategic Planning for Information Systems, Wiley,
Chichester.
Ward, J. & Peppard, J. (2002), Strategic Planning for Information Systems, (3rd), John
Wiley & Sons Ltd., England.
Warkentin, Merrill; Bapna, Ravi; Sugumaran, Vijayan (2000), ―THE ROLE OF
MASS CUSTOMIZATION IN ENHANCING SUPPLY CHAIN
RELATIONSHIPS IN
B2C E-COMMERCE MARKETS‖, Journal of Electronic Commerce Research,
VOL. 1, NO. 2, 2000, pp. 45.
Warrington, P.; Gangstad, E.; Feinberg, R., & de Ruyter, K. (2007), ―Multi-
channel retailing and customer satisfaction: implications for e-CRM‖,
International Journal of E-Business Research, 3(2), p. 57-69.
Weill, P. & Vitale, M. (2001), Place to Space: Migrating to eBusiness Models, Harvard
Business School Press, Boston, Mass.
Wells, J.D.; Fuerst, W.L. & Choobineth, J. (1999), "Managing Information Technology
(IT) for One-to-One Customer Inferaction", Information and Management, Vol.
35, pp. 53-62.
Wernerfelt, B. (1984), "A Resource Based View of the Firm", Strategic Management
Journal, 5, pp. 171-180.
Wright, Patrick M.; McMahan, Gary C.; McWilliams, Abagail (1994), "Human
Resources and Sustained Competitive Advantage: A Resource-Based Perspective",
International Journal of Human Resource Management, Vol: 5, Issue: 2, pp.
301-326.
Xu, J. & Quaddus, M. (2010), E-business in the 21st century: Realities, challenges
and outlook, World Scientific, Singapore.
Xu, M., & Walton, J. (2005), ―Gaining customer knowledge through analytical CRM‖,
Industrial Management and Data Systems, 105(7), pp. 955-71.
Xu, Y.; Yen, D.C.; Lin, B.; & Chou, D.C. (2002), ―Adopting customer
relationship management technology‖, Industrial management and data systems,
102(8/9), pp.442-452.
Zablah, A.R., Bellenger, D.N. & Johnston, W.J. (2004), ―Customer
relationship management implementation gaps‖, Journal of Personal Selling &
Sales Management, XXIV(4), pp. 279-95.
Zhenxin, Y.; Yan, H. & Cheng, T. C. (2001), "Benefits of Information Sharing with
Supply Chain Partnership", Industrial Management & Data Systems, Vol. 101,
No. 3, pp. 114-121.
Zhu, K. & Kraemer, K.L. (2002), ―e-Commerce metrics for net-enhanced organizations:
assessing the value of e-commerce to firm performance in the manufacturing
sector‖, Information Systems Research, Vol. 13, pp. 275-295.
Zhu, K.; Kraemer, K.L.; Xu, S.; & Dedrick, J. (2004), ―Information technology payoff
in e-business environments: an international perspective on value creation of e-
business in the financial services industry‖, Journal of Management Information
Systems, Vol. 21, pp. 17-54.
PETUNJUK PENGISIAN
Mohon berikan jawaban atas pernyataan dalam kuesioner dengan memberikan
tanda centang √ pada salah satu dari skala 1-5 yang sudah tersedia. Nilai 1-2 diartikan
sebagai sikap ―sangat tidak setuju sampai tidak setuju‖, nilai 4-5 diartikan sebagai sikap
―setuju sampai sangat setuju‖, dan nilai 3 diartikan sebagai ―tidak tahu‖.
Strategi E-Bisnis
Keunggulan Bersaing
Penjelasan: Menjangkau pasar yang secara geografis sulit terjangkau dengan sistem
offline. Ini juga dapat berupa jumlah pelanggan yang semakin banyak.
3 Dengan sistem online, aktivitas/proses Sangat Sangat
internal perusahaan kami lebih efisien. Tidak 1 2 3 4 5 Setuju
Setuju
Penjelasan: Aktivitas bisnis internal dalam perusahaan menjadi lebih cepat, tepat, dan
lebih hemat biaya atau tenaga.
4 Dengan sistem online, produktivitas Sangat Sangat
karyawan perusahaan kami meningkat. Tidak 1 2 3 4 5 Setuju
Setuju
Penjelasan: Dengan sistem online, karyawan dapat bekerja lebih cepat dari sistem
manual. Sehingga satu orang karyawan mampu melakukan lebih banyak pekerjaan
dalam jam kerja yang sama atau melakukan satu pekerjaan yang sama dalam waktu
yang lebih cepat.
5 Dengan bisnis online (pembelian secara Sangat Sangat
online), biaya pengadaan di perusahaan kami Tidak 1 2 3 4 5 Setuju
menjadi lebih rendah. Setuju
Penjelasan: Dengan pembelian secara online, biaya pencarian, biaya transaksi, biaya
komunikasi, biaya perjalanan dapat ditekan, dengan demikian biaya pembelian dapat
menjadi lebih rendah.
6 Dengan bisnis online, biaya persediaan di Sangat Sangat
perusahaan kami menjadi lebih rendah. Tidak 1 2 3 4 5 Setuju
Setuju
Penjelasan: Karena sistem online, persediaan barang dapat dimonitor sehingga lebih
dapat dikendalikan, tidak perlu berlebihan persediaan/stok, dengan demikian
menurunkan biaya penanganan persediaan dan jumlah persediaan itu sendiri.
7 Dengan bisnis online, layanan pelanggan di Sangat Sangat
perusahaan kami menjadi lebih baik. Tidak 1 2 3 4 5 Setuju
Setuju
Penjelasan: Dengan layanan pelanggan online, pelanggan dapat lebih cepat dilayani,
karena pelanggan lebih mudah dan lebih cepat menghubungi perusahaan dan
sebaliknya, dengan demikian kualitas layanan pelanggan meningkat.
8 Dengan bisnis online, kerja sama perusahaan Sangat Sangat
kami dengan pemasok atau mitra bisnis Tidak 1 2 3 4 5 Setuju
menjadi baik. Setuju
Penjelasan: Saluran komunikasi online memungkinkan hubungan yang lebih luas
sehingga kerja sama dengan pemasok/mitra bisnis menjadi lebih erat.
Pertanyaan Umum
Nama : ……………………………………………………………………………..
Email : ……………………………………………………………………………..
Jabatan : …………………………………………………………………………….
A. UJI VALIDITAS
1. VARIABEL RS
Anti-image Matrices
X1 X2 X3 X4
Anti-image Covariance X1 .696 -.220 -.107 -.138
X2 -.220 .660 -.046 -.213
X3 -.107 -.046 .782 -.210
X4 -.138 -.213 -.210 .633
Anti-image Correlation X1 .763a -.325 -.144 -.208
X2 -.325 .728a -.065 -.329
X3 -.144 -.065 .777a -.299
X4 -.208 -.329 -.299 .727a
a. Measures of Sampling Adequacy(MSA)
Communalities
Initial Extraction
X1 1.000 .572
X2 1.000 .599
X3 1.000 .446
X4 1.000 .646
Extraction Method: Principal
Component Analysis.
Total Variance Explained
Initial Eigenvalues Extraction Sums of Squared Loadings
Compon
ent Total % of Variance Cumulative % Total % of Variance Cumulative %
1 2.264 56.588 56.588 2.26 56.58 56.58
4 8 8
2 .728 18.206 74.794
3 .546 13.641 88.434
4 .463 11.566 100.000
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Component Matrixa
Component
1
X1 .757
X2 .774
X3 .668
X4 .804
Extraction Method:
Principal Component
Analysis.
a. 1 components extracted.
2. VARIABEL HP
Anti-image Matrices
X5 X6 X7 X8
Anti-image Covariance X5 .698 -.093 -.234 -.178
X6 -.093 .705 -.262 -.105
X7 -.234 -.262 .634 -.038
X8 -.178 -.105 -.038 .856
Anti-image Correlation X5 .720a -.132 -.352 -.230
X6 -.132 .717a -.392 -.135
X7 -.352 -.392 .671a -.052
X8 -.230 -.135 -.052 .779a
a. Measures of Sampling Adequacy(MSA)
Communalities
Initial Extraction
X5 1.000 .588
X6 1.000 .566
X7 1.000 .640
X8 1.000 .351
Extraction Method: Principal
Component Analysis.
Component Matrixa
Component
1
X5 .767
X6 .752
X7 .800
X8 .593
Extraction Method:
Principal Component
Analysis.
a. 1 components extracted.
3. VARIABEL AS
Anti-image Matrices
X9 X10 X11 X12
Anti-image Covariance X9 .888 -.104 -.085 -.062
X10 -.104 .765 -.160 -.096
X11 -.085 -.160 .529 -.302
X12 -.062 -.096 -.302 .561
Anti-image Correlation X9 .851a -.126 -.124 -.088
X10 -.126 .808a -.252 -.147
X11 -.124 -.252 .647a -.554
X12 -.088 -.147 -.554 .660a
a. Measures of Sampling Adequacy(MSA)
Communalities
Initial Extraction
X9 1.000 .297
X10 1.000 .504
X11 1.000 .718
X12 1.000 .675
Extraction Method: Principal
Component Analysis.
Component Matrixa
Component
1
X9 .545
X10 .710
X11 .847
X12 .821
Extraction Method:
Principal Component
Analysis.
a. 1 components extracted.
4. VARIABEL EB
Anti-image Matrices
X13 X14 X15 X16 X17 X18
Anti-image Covariance X13 .565 -.104 -.199 -.068 -.013 -.061
X14 -.104 .582 -.130 -.070 -.113 -.048
X15 -.199 -.130 .502 -.049 -.036 -.130
X16 -.068 -.070 -.049 .523 -.238 -.114
X17 -.013 -.113 -.036 -.238 .591 -.009
X18 -.061 -.048 -.130 -.114 -.009 .696
Anti-image Correlation X13 .853a -.181 -.374 -.125 -.022 -.097
X14 -.181 .887a -.241 -.127 -.193 -.076
X15 -.374 -.241 .835a -.096 -.066 -.220
X16 -.125 -.127 -.096 .827a -.429 -.189
X17 -.022 -.193 -.066 -.429 .818a -.014
X18 -.097 -.076 -.220 -.189 -.014 .897a
a. Measures of Sampling Adequacy(MSA)
Communalities
Initial Extraction
X13 1.000 .569
X14 1.000 .585
X15 1.000 .637
X16 1.000 .607
X17 1.000 .506
X18 1.000 .451
Extraction Method: Principal
Component Analysis.
5. VARIABEL KB
Anti-image Matrices
Component Matrixa
Component
1
X19 .717
X20 .663
X21 .783
X22 .816
X23 .723
X24 .751
X25 .694
X26 .784
Extraction Method:
Principal Component
Analysis.
a. 1 components extracted.
B. UJI RELIABILITAS
1. VARIABEL RS
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.743 4
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Scale Variance Corrected Item- Cronbach's Alpha if
Deleted if Item Deleted Total Item Deleted
Correlation
X1 6.464112 16.657 .539 .683
X2 5.786355 16.351 .558 .672
X3 5.922243 17.647 .448 .732
X4 5.826168 15.297 .602 .645
2. VARIABEL HP
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.701 4
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Scale Variance Corrected Item- Cronbach's Alpha if
Deleted if Item Deleted Total Item Deleted
Correlation
X5 6.847944 16.239 .529 .610
X6 6.247664 15.934 .503 .628
X7 6.824579 17.445 .567 .597
X8 6.222150 18.035 .368 .711
3. VARIABEL AS
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.724 4
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Scale Variance Corrected Item- Cronbach's Alpha if
Deleted if Item Deleted Total Item Deleted
Correlation
X9 8.527196 24.682 .334 .752
X10 7.549533 21.129 .480 .682
X11 7.188598 15.925 .647 .573
X12 7.190280 17.967 .614 .599
4. VARIABEL EB
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.840 6
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Scale Variance Corrected Item- Cronbach's Alpha if
Deleted if Item Deleted Total Item Deleted
Correlation
X13 10.292056 42.886 .622 .812
X14 10.095140 43.034 .638 .809
X15 10.376449 44.092 .683 .801
X16 10.235794 44.252 .660 .805
X17 9.989533 44.968 .573 .822
X18 9.579252 45.134 .533 .830
5. VARIABEL KB
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.882 8
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Scale Variance Corrected Item- Cronbach's Alpha if
Deleted if Item Deleted Total Item Deleted
Correlation
X19 15.392523 86.795 .621 .871
X20 15.655234 89.701 .566 .876
X21 14.991776 85.123 .699 .863
X22 14.421776 80.724 .735 .858
X23 14.342150 83.280 .632 .870
X24 14.358598 84.421 .659 .867
X25 14.923832 89.405 .593 .873
X26 14.855888 86.556 .696 .864
LAMPIRAN 3
ANALISIS JALUR PADA MODEL TANPA VARIABEL HP
. e13 e14 e15 e16 e18
37
.59 .44 .63 .44 .34
e1 X1 .60
.
.70 X13 X14 X15 X16 X18
49
e2 X2 RS
.63
.75
X19 e19
.56
.38 .77
.88 .25
EB KB .50
.52 X23 e23
.28
z1
.31
.56 Chi-Square=80.978
e10 X10
.70 .84 AS Sig. Prob=.244
e11 X11 .76 Cmin/df=1.109 (df=73)
.57
GFI=.909
e12 X12 AGFI=.869
TLI=.981
CFI=.985
RMSEA=.032
Standardized
Regression Weights Regression
Weights
Estimate S.E. C.R. P Estimate
EB <--- RS .582 .213 2.730 .006 .420
EB <--- AS .396 .191 2.079 .038 .282
KB <--- EB .858 .119 7.190 *** .879
X12 <--- AS 1.499 .293 5.111 *** .757
X11 <--- AS 1.842 .361 5.096 *** .837
X10 <--- AS 1.000 .558
X13 <--- EB 1.000 .767
X14 <--- EB .840 .127 6.614 *** .660
X15 <--- EB .903 .112 8.053 *** .791
X18 <--- EB .741 .130 5.712 *** .580
X19 <--- KB 1.000 .794
X20 <--- KB .949 .121 7.854 *** .798
X23 <--- KB .722 .146 4.936 *** .505
X16 <--- EB .770 .117 6.606 *** .664
X2 <--- RS 1.171 .227 5.168 *** .702
X1 <--- RS 1.000 .605
X4 <--- RS 1.317 .273 4.815 *** .751
Evaluasi model menunjukan bahwa model di atas mencukupi kriteria goodness of fit. Nilai CR ≥
1,96 dan probabilitas (P) < 0,05 menunjukan bahwa semua pengaruh pada model ini adalah
signifikan.
LAMPIRAN 4
ANALISIS JALUR PADA MODEL TANPA VARIABEL RS
e13
e14 e15 e16 e18
.60
.43 .61 .46 .34
X13
X14 X15 X16 X18
.62
X19 e19
.77 .65 .78.68 .58 .64
.40.30
z1
.30
.55 Chi-Square=89.009
e10 X10
.71 .84 AS Sig. Prob=.098
e11 X11 .76 Cmin/df=1.219 (df=73)
.57
GFI=.901
e12 X12 AGFI=.858
TLI=.962
CFI=.969
RMSEA=.045
No. Goodness of Fit Index Cut-off Value Hasil Analisis Evaluasi
Model
1. Chi-Square ≤ 93,945 89,009 Baik
2. Significanced ≥ 0,05 0,098 Baik
3. CMIN/DF ≤ 2,00 1,219 Baik
4. GFI ≥ 0,90 0,901 Baik
5. AGFI ≥ 0,90 0,858 Marginal
6. TLI ≥ 0,95 0,962 Baik
7. CFI ≥ 0,95 0,969 Baik
8. RMSEA ≤ 0,08 0,045 Baik
Standardized
Regression Weights Regression
Weights
Estimate S.E. C.R. P Estimate
EB <--- HP .575 .152 3.780 *** .500
EB <--- AS .430 .178 2.413 .016 .300
KB <--- EB .845 .117 7.202 *** .878
X7 <--- HP .976 .210 4.644 *** .775
X6 <--- HP .885 .207 4.271 *** .573
X5 <--- HP 1.000 .683
X12 <--- AS 1.523 .301 5.060 *** .758
X11 <--- AS 1.877 .375 5.006 *** .841
X10 <--- AS 1.000 .551
X13 <--- EB 1.000 .772
X14 <--- EB .825 .125 6.591 *** .653
X15 <--- EB .886 .110 8.058 *** .782
X18 <--- EB .738 .128 5.759 *** .582
X19 <--- KB 1.000 .787
X20 <--- KB .958 .122 7.855 *** .800
X23 <--- KB .742 .148 5.016 *** .514
X16 <--- EB .778 .115 6.747 *** .676
Evaluasi model menunjukan bahwa model di atas mencukupi kriteria goodness of fit. Nilai CR ≥
1,96 dan probabilitas (P) < 0,05 menunjukan bahwa semua pengaruh pada model ini adalah
signifikan. Hal yang perlu diperhatikan pada model akhir ini adalah, dengan dikeluarkannya
variabel RS, terdapat penurunan koefisien determinasi untuk persamaan EB dari 0,470 (0,47) pada
full model menjadi 0,458 (0,46), dan penurunan tingkat signifikansi (P) dari 0.202 pada full model
menjadi 0,098. Hal ini dapat disimpulkan bahwa variabel RS walaupun tidak signifikan dalam full
model sebenarnya adalah prediktor yang baik bagi variabel EB (Lihat Ferdinand, 2006, hal. 307).
A. E-Bisnis Hulu
L MPIRAN 5
A
ANALISIS JALUR SECARA PARSIAL
.38
e1 X1
.51
Strategi E-Bisnis Aktivitas Hulu
e2 X2 .62
.27 .72
e13 e14
e3 X3 .51
.55 .74 .48 .36
RS
e4 X4 X13 X14
.42 .50
.71
EB KB
.59
.35
X24 e24
.97
z1
.94
Standardized
Regression Weights Regression
Weights
Estimate S.E. C.R. P Estimate
EB <--- RS .799 .203 3.943 *** .646
KB <--- EB .601 .181 3.310 *** .709
X13 <--- EB 1.000 .695
X14 <--- EB .837 .181 4.627 *** .596
X4 <--- RS 1.272 .240 5.302 *** .739
X2 <--- RS 1.172 .224 5.233 *** .715
X1 <--- RS 1.000 .616
X24 <--- KB 1.000 .593
X26 <--- KB 1.433 .334 4.297 *** .968
X3 <--- RS .842 .201 4.190 *** .515
Evaluasi model menunjukan bahwa model di atas memenuhi kriteria goodness of fit. Nilai
CR ≥ 1,96 dan probabilitas (P) < 0,05 menunjukan bahwa semua pengaruh signifikan.
Hasil analisis parsial ini membuktikan bahwa manajemen rantai suplai terintegrasi
mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap strategi e-bisnis aktivitas hulu.
B. E-Bisnis Hilir
e15 e16
.54 .50
X15 X16 .59
X19 e19
.61
Chi-Square=28.372
Sig. Prob=.057
Cmindf=1.576 (df=18)
GFI=.935
AGFI=.870
TLI=.941
CFI=.962
RMSEA=.074
Standardized
Regression Weights Regression
Weights
Estimate S.E. C.R. P Estimate
EB <--- HP .594 .143 4.160 *** .609
KB <--- EB 1.078 .172 6.270 *** .955
X7 <--- HP .999 .188 5.317 *** .780
X6 <--- HP .916 .193 4.749 *** .584
X5 <--- HP 1.000 .672
X15 <--- EB 1.000 .737
X16 <--- EB .972 .150 6.498 *** .704
X19 <--- KB 1.000 .771
X25 <--- KB .703 .124 5.693 *** .588
X20 <--- KB .956 .127 7.536 *** .781
Evaluasi model menunjukan bahwa model di atas memenuhi kriteria goodness of fit. Nilai
CR ≥ 1,96 dan probabilitas (P) < 0,05 menunjukan bahwa semua pengaruh signifikan.
Hasil analisis parsial ini membuktikan bahwa manajemen hubungan pelanggan
terintegrasi mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap strategi e-bisnis
aktivitas hilir.
C. E-Bisnis Internal
e18
.35
X18
.59 z2 .53
X21 e21
.73 .86
.71 .41
.93
.64 X22 e22
EB KB
.84
z1
.29
Chi-Square=8.189
X10 .53
e10 Sig. Prob=.316
.62 .79 AS
e11 X 1
.67
1
X12 .82 Cmin/df=1.170 8 TLI=.987
CFI=.994
RMSEA=.040
Standardized
Regression Weights Regression
Weights
Estimate S.E. C.R. P Estimate
EB <--- AS .928 .240 3.872 *** .841
KB <--- EB .745 .221 3.376 *** .636
X12 <--- AS 1.694 .335 5.060 *** .819
X11 <--- AS 1.809 .359 5.034 *** .786
X10 <--- AS 1.000 .534
X18 <--- EB 1.000 .588
X21 <--- KB 1.000 .731
X22 <--- KB 1.441 .277 5.201 *** .929
Evaluasi model menunjukan bahwa model di atas memenuhi kriteria goodness of fit. Nilai
CR ≥ 1,96 dan probabilitas (P) < 0,05 menunjukan bahwa semua pengaruh signifikan.
Hasil analisis parsial ini membuktikan bahwa aset stratejik SI/TI mempunyai pengaruh
yang positif dan signifikan terhadap strategi e-bisnis aktivitas internal.