Anda di halaman 1dari 28

SISTEM PERNAPASAN IKAN LELE (Clarias sp.

SITI ZULAEKA
200330010
AKUAKULTUR II A

PROGRAM STUDI AKUAKULTUR


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
ACEH UTARA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya yang telah diberikan, sehingga penyusun bisa menyelesaikan
Laporan Praktikum Ikhtiologi yang berjudul “Sistem Pernapasan Ikan Lele
(Clarias sp.)”. Adapun tujuan disusunnya laporan ini adalah sebagai syarat untuk
memenuhi tugas mata kuliah Ikhtiologi.

Tersusunnya laporan ini tentu bukan karena buah kerja keras semata,
melainkan juga atas bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, saya ucapkan terima
kasih sebesar-besarnya kepada asisten dosen yaitu kak Maulyani, kak Ummairah
Sari, dan bang Fendi Saputra.

Saya sangat menyadari bahwa laporan ini masihlah jauh dari sempurna.


Untuk itu, saya selaku penyusun menerima dengan terbuka semua kritik dan saran
yang membangun agar laporan ini bisa tersusun lebih baik lagi. Saya berharap
semoga laporan ini bermanfaat untuk kita semua.

Aceh Utara, 12 Juni 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................i

DAFTAR ISI........................................................................................................ii

DAFTAR TABEL................................................................................................iii

DAFTAR GAMBAR...........................................................................................iv

DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................v

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang............................................................................................1

1.2 Tujuan Praktikum.......................................................................................2

1.3 Manfaat Praktikum.....................................................................................2

2.TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Lele (Clarias sp.).....................................3

2.2 Habitat Ikan Lele (Clarias sp.)...................................................................4

2.3 Sistem Pernapasan......................................................................................5

3. METODE PELAKSANAAN

3.1 Waktu dan Tempat......................................................................................8

ii
3.2 Alat & Bahan ............................................................................................8

3.3 Metode Praktikum......................................................................................8

3.4 Prosedur Praktikum ...................................................................................9

4. HASIL & PEMBAHASAN

4.1 Hasil............................................................................................................10

4.1.1 Panjang Baku dan Panjang Total........................................................10

4.1.2 Morfologi / Susunan Bentuk Insang ..................................................10

4.1.3 Alat Pernapasan Tambahan.................................................................10

4.1.4 Gelembung Renang.............................................................................10

4.2 Pembahasan ...............................................................................................10

5.KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan.................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................13

LAMPIRAN.........................................................................................................15

iii
DAFTAR TABEL

1. Alat-alat yang digunakan beserta fungsinya.....................................................8


2. Bahan-bahan yang digunakan beserta fungsinya..............................................8

iv
DAFTAR GAMBAR

1. Ikan Lele (Clarias sp.).......................................................................................3

v
DAFTAR LAMPIRAN

1. Sistem Pernapasan Ikan Lele (Clarias sp.)........................................................16

vi
1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ikan adalah hewan berdarah dingin, ciri khususnya adalah mempunyai


tulang belakang, insang, dan sirip. Dan terutama ikan sangat bergantung atas air
sebagai medium dimana tempat mereka tinggal. Ikan memiliki kemampuan
didalam air untuk bergerak dengan menggunkan sirip untuk menjaga
keseimbangan tubuhnya sehingga tidak tergantung pada arus atau gerakan air
yang disebabkan oleh arah angin (Diansyah,2017)

Istilah Ikhtiologi berasal dari Ichthyologia (bahasa latin: Yunani) dimana


Ichthyes artinya ikan dan logos artinya ajaran. Sehingga Ikhtiologi diartikan
sebagai salah satu cabang ilmu biologi (zoologi) yang mempelajari khusus tentang
ikan beserta segala aspek kehidupan yang dimilikinya (Burhanuddin, 2015).

Indonesia merupakan negara dengan tingkat pertumbuhan penduduk


semakin tinggi dari tahun ke tahun. Hal ini menyebabkan tingkat kebutuhan
konsumsi protein yang berasal dari ikan semakin meningkat. Salah satu komoditas
perikanan yang sangat prospektif untuk dibudidayakan dalam skala industri
maupun rumah tangga adalah ikan lele (Clarias sp.). Di Indonesia ikan lele
mempunyai beberapa nama daerah, antara lain ikan kalang (Padang), ikan maut
(Gayo, Aceh), ikan pintet (Kalimantan Selatan), ikan keling (Makasar), ikan cepi
(Bugis), ikan lele atau lindi (Jawa Tengah) (Kantor Deputi Menegristek Bidang
Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, 2000).
Ikan lele merupakan salah satu komoditas budidaya yang memiliki berbagai
kelebihan, diantaranya adalah pertumbuhan cepat dan memiliki kemampuan
beradaptasi terhadap lingkungan yang tinggi (Sitio, et al. 2017) Ikan lele memiliki
keunggulan dibandingkan dengan jenis ikan lain yaitu pertumbuhannya tergolong
cepat, toleran terhadap kualitas air yang kurang baik, relatif tahan terhadap

1
penyakit dan dapat dipelihara hampir di semua wadah budi daya (Nasrudin,
2010).

Dengan demikian praktikum ini dilakukan untuk sistem pernapasan yang


terdapat pada ikan lele.

2
2

1.2 Tujuan Praktikum

1. Untuk mengetahui sistem perrnapasan yang terdapat pada ikan lele


(Clarias sp.).
2. Untuk mengetahui morfologi/susunan bentuk insang yang terdapat pada
ikan lele (Clarias sp.).
3. Untuk mengetahui ada atau tidaknya alat pernafasan tambahan yang
dimiliki ikan lele (Clarias sp.).
4. Untuk mengetahui gelembung renang yang terdapat pada ikan leel
(Clarias sp.).
1.3 Manfaat Praktikum

Adapun manfaat dari praktikum ini adalah dapat menambah wawasan dan
pengetahuan tentang sistem pernapasan yang terdapat pada ikan lele (Clarias sp)
dan menjadi salah satu syarat kelulusan mata kuliah ikhtiologi.
2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasisfikasi dan Morfologi Ikan Lele (Clarias sp.)

Klasifikasi ikan lele berdasarkan Saanin (1984) dalam Hilwa (2004), yaitu
sebagai berikut:

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Pisces

Sub kelas : Teleostei

Ordo : Ostarophysi

Sub ordo : Siluroidae

Famili : Clariidae

Genus : Clarias
Species : Clarias sp.

Gambar 1. Ikan Lele (Clarias sp.)

3
Ikan lele adalah ikan yang hidup di perairan umum dan merupakan ikan
yang bernilai ekonomis, serta disukai oleh masyarakat. Ikan lele bersifat
nocturnal, yaitu aktif mencari makan pada malam hari. Ikan lele memiliki
berbagai kelebihan, diantaranya adalah pertumbuhannya cepat, memiliki
kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan yang tinggi, rasanya enak dan
kandungan gizinya cukup tinggi (Suyanto 2006).

Ikan lele memiliki kulit tubuh yang licin, berlendir, tidak bersisik dan
mempunyai organ arborescent, yaitu alat yang membuat lele dapat hidup di
lumpur atau air yang hanya mengandung sedikit oksigen. Ikan lele berwarna
kehitaman atau keabuan memiliki bentuk badan yang memanjang pipih ke bawah
(depressed), berkepala pipih dan memiliki empat pasang kumis yang memanjang
sebagai alat peraba. Ikan lele mempunyai jumlah sirip punggung D.68-79, sirip
dada P.9-10, sirip perut V.5-6 dan jumlah sungut sebanyak empat pasang, satu

4
4

pasang diantaranya lebih panjang dan besar. Sirip dada dilengkapi dengan
sepasang duri tajam atau patil yang memiliki panjang mencapai 40 mm terutama
pada ikan lele dewasa, sedangkan pada ikan lele yang sudah tua sudah berkurang
racunnya. Panjang baku 5-6 kali tinggi badan dan perbandingan antara panjang
baku dan panjang kepala adalah 1: 3-4. Ukuran mata sekitar 1/8 panjang
kepalanya (Qossami, dan Izzudin. 2017). Giginya berbentuk viliform dan
menempel pada rahang (Rahardjo dan muniarti, 1984).

2.2 Habitat Ikan Lele (Clarias sp.)


Habitat atau lingkungan hidup ikan lele ialah semua perairan air tawar. Di
sungai yang airnya tidak terlalu deras, atau di perairan yang tenang seperti danau,
waduk, telaga, rawa serta genangan-genangan kecil seperti kolam, merupakan
lengkungan hidup ikan lele. Ikan lele mempunyai organ insang tambahan yang
memungkinkan ikan ini mengambil oksigen pernapasannya dari udara di luar air.
Karena itu ikan lele tahan hidup di perairan yang airnya mengandung sedikit
oksigen. Ikan lele ini relatif tahan terhadap pencemaran bahan-bahan organik.
Oleh karena itu ikan lele tahan hidup di comberan yang airnya kotor. Ikan lele
hidup dengan baik di dataran rendah sampai daerah perbukitan yang tidak terlalu
tinggi. Apabila suhu tempat hidupnya terlalu dingin, misalnya 20 o C,
pertumbuhannya agak lambat. Di daerah pegunungan dengan ketinggian di atas
700 meter, pertumbuhan ikan lele kurang begitu baik. Lele tidak pernah
ditemukan hidup di air payau atau asin (Suyanto, 2004).

Ikan lele dapat hidup normal di lingkungan yang memiliki kandungan


oksigen terlarut 4 ppm dan air yang ideal mempunyai kadar karbondioksida
kurang dari 2 ppm, namun pertumbuhan dan perkembangan ikan lele akan cepat
dan sehat jika dipelihara dari sumber air yang cukup bersih, seperti sungai, mata
air, saluran irigasi ataupun air sumur (Suyanto, 2006). Kualitas air yang dianggap
baik untuk kehidupan lele adalah suhu yang berkisar antara 20o -30o C, akan tetapi
suhu optimalnya adalah 27o C, kandungan oksigen terlarut > 3 ppm, pH 6,5-8 dan
NH3 sebesar 0,05 ppm. Ikan lele digolongkan ke dalam kelompok omnivora
(pemakan segala) dan mempunyai sifat scavanger yaitu ikan pemakan bangkai.
Selain pakan alami, untuk mempercepat pertumbuhan ikan lele perlu pemberian
5

makanan tambahan berupa pelet. Jumlah paakan yang diberikan sebanyak 3%


perhari dari berat total ikan yang ditebarkan di kolam dengan frekuensi 2-3 kali
sehari (Khairuman dan Amri, 2002) .

2.3 Sistem Pernapasan


2.3.1 Sistem Pernapasan

Salah satu kebutuhan yang paling medasar bagi kehidupan seekor ikan
ialah harus adanya suplai oksigen yang cukup dalam jaringan. Oksigen
diperlukan untuk melepas energi melalui oksidasi lemak dan gula. Energi yang
dilepaskan digunakan untuk kehiatan tubuh di dalam menjalani masa
kehidupannya (Muliani, dan Izwar. 2021).

Ikan pada waktu bernafas mengambilokesigen terlarut dari dalam air


(H2O) dan mengeluarkan karbondioksida (CO2). Akan tetapi, pada jenis ikan- ikan
tertentu dapat memanfaatkan oksigen bebas. Terutama sekali bagi jenis-jenis ikan
yang memiliki alat pernafasan tambahan
2.3.2 Morfologi/Susunan Bentuk Insang

Pada prinsipnya ada dua macam bentuk insang yaitu (Muliani, dan Izwar.
2021):

1) Insang yang mempunyai tutup insang.


2) Insang yang tidak mempunyai tutup insang, misalnya selachii. Pada
selachii ini, arcus branchialis mempunyai lanjutan yang panjang dan
ujungnya melengkung disebut sebagai septum interbranchial.

Mekanisme pernafasan pada ikan teleostei dapat diebdakan menjadi dua


fase yaitu (Muliani, dan Izwar. 2021):

 Fase inspirasi
 Fase ekspresi
6

Fase Inspirasi yaitu pemasukan oksigen ke dalam alat-alat pernafasan.


Fase ini dapat terjadi apabila tekanan pada rongga mulut (cavum oris) lebih kecil
dari pada tekanan dari luar tubuh. Fase ekspirasi yaitu proses pelpasan udara dari
alat pernapasan ke alam sekitarnya. Fase ini dapat terjadi apabila tekanan dalam
cavum oris lebih besar dari tekanan di lingkungan luar.

Karena pada golongan selachii tidak mempunyai tutup insnag maka


mekanisme pernafasan golongan ikan tersebut dilakukan dengan cara
memperbesar atau memperkecil cavum oris dengan jalan menurunkan atau
menaikkan dasar mulut.
2.3.3 Alat Pernafasan Tambahan

Adapun alat pernafasan tambahan yang terdapat pada jenis ikan tertentu
misalnya(Muliani, dan Izwar. 2021)::

1) Labirin, yaitu merupakan rawan yang berlipat-lipat seperti bunga


mawae yang mengandung ephitelium pernafasan. Terletaka dalam
suatu kantong di daerah dorsolateral pre-operculum. Misalnya pada
ikan Trichogaster sp., Helestoma sp., dan Anabas sp.
2) Arboresen, yaitu merupakan bangunan yang berbentuk seperti pohon
yang terletak pada bagian atas lengkung insang kedua dan ketiga.
Misalanya pada ikan Clarias sp.
3) Diverticula, yaitu terletak pada faring. Misalnya pada ikan Channa
sp.
2.3.4 Gelembung Renang

Gelembung renang pada ikan berwarna keputih-putihan. Secara umum,


gelembung renang pada ikan terdiri dari dua rongga. Tetapi, ada jenis ikan yang
sulit ditemukan gelembung renangnya. Bentuk gelembung renang pada setiap
jenis ikan cukup bervariasi. Bahkan di antara kedua rongga itu juga bervariasi
seperti halnya pada ikan mas (Cyprinus carpio) rongga bagian anterior lebih besar
7

dari pada rongga bagian posterior. Tetapi ada juga bagian posterior lebih besar
dari pada bagian anterior, contohnya pada ikan tawes (Puntius javanicus).

Pada beberapa jenis ikan, terdapat ductus pneumaticus yaitu saluran


perantara yang menghubungkan pneumatosit dengan esofagus. Berdasarkan ada
tidaknya ductus pneumaticus ini maka ikan dapat digolongkan menjadi 2 dengan
yaitu: (Muliani, dan Izwar. 2021):
 Physostomi, yaitu golongan ikan yang mempunyai ductus
penumaticus
 Physoclisti, yaitu golongan ikan yang tidak mempunyai ductus
pneumaticus.
Golongan ikan yang tidak mempunyai ductus pneumaticus, pemasukan
dan pengeluaran udara ke pneumatosit dilakukan oleh suatu bangunan yang
terdapat pada bagian muka atas dari dinding pneumatosit yang disebut macula
rubera. Macula rubera ini merupakan anyaman pembuluh darah yang disebut
sebagai rete mirabile.

Fungsi dari pneumatosit adalah:


1) Sebagai alat hidrostatik
2) Sebagai alat pernapasaan
3) Sebagai resenator bunyi
4) Pembuat bunyi.
3. METODE PELAKSANAAN

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum dilakasanakan pada hari Rabu tanggal 9 Juni 2021 pukul 15.00
WIB. Adapun tempat dilaksanakannya praktikum adalah di Labolaturium Nutrisi
dan Kualitas Air, Fakultas Pertanian, Universitas Malikussaleh.

3.2 Alat & Bahan

Alat dan bahan yang di gunakan pada praktikum ini dapat dilihat pada table
1 dan 2 berikut ini :

Tabel 1. Alat – alat yang digunakan beserta fungsinya


No
Alat Fungsi
.
1. Nampan Untuk wadah meletakkan objek yang diamati.
2. Serbet Untuk membersihkan tangan atau meja laboratorium.
3. Tisu Untuk membersihkan tangan atau meja laboratorium.
4. Pisau Untuk membedah objek yang akan diamati.
5. Alat Tulis Untuk mencatat hasil dari praktikum.

Tabel 2. Bahan – bahan yang digunakan beseerta fungsinya.

No. Bahan Fungsi

Sebagai bahan/objek praktikum yang di amati dan


1. Ikan Lele
dibedah.

3.3 Metode Praktikum


Metode yang digunakan pada praktikum ini adalah pengamatan secara
langsung dengan pengumpulan data primer dan data sekunder. Data primer
diperoleh dengan mengamati penggolongan, bentuk tubuh, dan bagian luar tubuh

8
ikan. Sedangkan data sekunder diperoleh dengan melalui studi literatur yang
berasal dari buku, jurnal, dan karya ilmiah yang berkaitan dengan judul
praktikum.

9
9

3.4 Prosedur Praktikum

Beberapa langkah-langkah prosedur kerja dalam melakukan praktikum yaitu :

1. Mempersiapkan alat & bahan yang akan digunakan pada praktikum.


2. Letakkan objek atau ikan tongkol lele (Clarias sp.) di atas nampan.
3. Kemudian bedah bagian yang akan diamati pada ikan tersebut dengan
menggunakan pisau.
4. Gambar ikan lele (Clarias sp.), dan gambar bagian alat pernapasan ikan
tersebut pada modul praktikum ikhtiologi kemudian beri keterangan
klasifikasi serta morfologi.
5. Kemudian foto bagian-bagian ikan untuk dokumentasi praktikum.
6. Setelah semuanya selesai bersihkan semua alat peralatan laboratorium yang
telah kita gunakan.
7. Kembalikan alat yang telah digunakan ketempatnya semula.
11

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Adapun hasil pengamatan dan pembedahan pada sistem pernapasan ikan
lele (Clarias sp.) di laboratorium dapat diketahui sebagai berikut.
4.1.1 Panjang Baku dan Panjang Total
Panjang Baku (SL) = 27 cm
Panjang Total (TL) = 31 cm
4.1.2 Mofologi / Susunan Bentuk Insang
Ikan lele (Clarias sp.) memiliki susunan bentuk insang yang mempunyai
tutup insang. Selain itu, ikan lele termasuk ikan teleostei yang mekanisme
pernapasannya memiliki 2 fase, yaitu fase inspirasi, dan fase ekspresi. Fase
inspirasi yaitu pemasukan oksigen ke dalam alat-alat pernafasan. Fase ini dapat
terjadi apabila tekanan pada rongga mulut (cavum oris) lebih kecil dari pada
tekanan dari luar tubuh. Fase ekspirasi yaitu proses pelpasan udara dari alat
pernapasan ke alam sekitarnya. Fase ini dapat terjadi apabila tekanan dalam
cavum oris lebih besar dari tekanan di lingkungan luar.
4.1.3 Alat Pernapasan Tambahan
Ikan lele (Clarias sp.) memiliki alat pernapasan tambahan berupa
Arboresen, yaitu merupakan bangunan yang berbentuk seperti pohon yang terletak
pada bagian atas lengkung insang kedua dan ketiga.
4.1.4 Gelembung Renang
Pada ikan lele yang telah dilakukan pembedahan dan pengamatan, bahwa
Ikan Lele (Clarias sp.) tidak meiliki gelembung renang.

4.2 Pembahasan
Sistem pernapasan pada ikan sistem pernapasan pada ikan merupakan
hewan akuatik, artinya hewan yang hidup di dalam air. Hewan yang
menyesuaikan diri dengan lingkungan air umumnya bernafas dengna insang.
Insang merupakan organ respirasi utama pada ikan, bekerja dengan mekanisme
difusi permukaan dari gas-gas respirasi (oksigen dan karbondioksida) antara darah
dan air. Oksigen yang terlarut dalam air akan diabsorbsi ke dalam kapiler-kapiler
12

insang dan difiksasi oleh hemoglobin untuk selanjutnya didistribusikan keseluruh


tubuh. Karbondioksida dikeluarkan dari sel dan jaringan untuk dilepaskan ke air
di sekitar insang (Saputra dkk., 2013). Insang tidak saja berfungsi sebagai alat
pernapasan tetapi dapat pula berfungsi sebagai alat ekskresi garam-garam,
penyaring makanan, alat pertukaran ion, dan osmoregulator (Mustain, 2012).
Bagian atas dan bawah kepalanya tertutup oleh tulang pelat yang membentuk
ruangan rongga di atas insang serta didalam ruangan ini terdapat alat pernapasan
tambahan Clarias batrachus berupa Arborescent Organ (Affandi, 1992).
Ikan Lele (Clarias sp.) memiliki organ insang tambahan (arborescent)
yang berwarna merah segar serta memungkinkan dapat mengambil oksigen
langsung dari udara, sehingga dapat hidup dalam air yang kandungan oksigennya
sedikit. Bukaan operkulum atau proses Ramjet Ventilation Clarias batrachus
merupakan proses penting dalam respirasi ikan karena proses tersebut adalah
proses menelan air dengan mulutnya dan menekannya melewati insang kemudian
keluar melalui lubang di bawah operkulum (Huri et. al 2009). Alat pernafasan
tambahan ini dapat membantu ikan lele untuk memanfaatkan oksigen yang berada
di udara secara langsung. Hal ini menyebabkan ikan lele mampu bertahan hidup
pada perairan dengan kandungan oksigen rendah dan menjadikan ikan lele salah
satu komoditi utama budidaya terutama di daerah yang sulit mendapatkan air
bersih. Clarias sp. akan menggerakkan operkulum lebih cepat ketika mengalami
stress dan akan lebih sering muncul ke permukaan air sebagai upaya untuk
mendapatkan udara (Musman et. al 2011 )
5. KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat kita ambil dari praktikum mengenai sistem


pernapasan Ikan Lele (Clarias sp.), yaitu :

1. Ikan lele (Clarias sp.) memiliki susunan bentuk insang yang mempunyai
tutup insang. Selain itu, ikan lele termasuk ikan teleostei yang mekanisme
pernapasannya memiliki 2 fase, yaitu fase inspirasi, dan fase ekspresi.
2. Ikan lele (Clarias sp.) memiliki alat pernapasan tambahan berupa
Arboresen, yaitu merupakan bangunan yang berbentuk seperti pohon yang
terletak pada bagian atas lengkung insang kedua dan ketiga. ). Alat
pernafasan tambahan ini dapat membantu ikan Lele untuk memanfaatkan
oksigen yang berada di udara secara langsung. Hal ini menyebabkan ikan
lele mampu bertahan hidup pada perairan dengan kandungan oksigen
rendah dan menjadikan ikan lele salah satu komoditi utama budidaya
terutama di daerah yang sulit mendapatkan air bersih.
3. Pada ikan lele yang telah dilakukan pembedahan dan pengamatan, bahwa
Ikan Lele (Clarias sp.) tidak meiliki gelembung renang.

12
DAFTAR PUSTAKA

Affandi R, D.S. Sjafei, M.F. Rahardjo, dan Sulistiono. 1992. Iktiologi. Suatu
Pedoman Kerja Laboratorium. Bogor. IPB

Burhanuddin, A. I. (2015). Ikhtiologi, Ikan dan Segala Aspek Kehidupannya.


Deepublish.

Diansyah, K. R. (2017). Keanakearagaman Spesies Ikan di Zona Sub Litoral


Perairan Pulo Rubiah Sabang Sebagai Materi Pendukung Kingdom
Anamalia Di SMA N 2 Sabang. Skripsi.

Hilwa, Z. 2004. Karakterisasi Genotip Ikan Lele Sangkuriang dengan Metode


PCR-RFLP ADN Mitokondria. Institut Pertanian Bogor.
Huri E, & syafriadiman. 2009. Jurnal berkala Perikanan Terubuk. Volume 37
Nomor 2 (pengaruh konsentrasi alk (SO4)2 12H2O (aluminium Potassium
sulfat) terhadap perubahan bukaan Operkulum dan sel jaringan insang
Ikan nila merah (oreochromis niloticus)). Universitas Riau : Riau
Khairuman dan Amri, Khairul. 2002. Budidaya Lele Dumbo secara Intensif.
Agromedia Pustaka. Jakarta.

Maru Hariati Friska Sitio, D. J., & Syaifudin, M. (2017). Kelangsungan Hidup
dan Pertumbuhan Benih Ikan Lele (Clarias sp.) Pada Salinitas Media
yang Berbeda. Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia, 83-96.

Muliani, dan Akmal Izwar. 2021. Penuntun Praktikum Ikhtiologi : Hal 13 - 16


Program Studi Akuakultur. Fakultas Pertanian. Universitas Malikussaleh.
Aceh Utara.

Musman M ,sofyatudin K & Kavinta M. 2009. Jurnal Depik. Volume 1 Nomor 1


(uji selektifitas ekstrak etil asetat biji putat air terhadap keong mas dan
ikan lele lokal). Universitas Syiah Kuala : Banda Aceh

Mustasin. (2012), . Sistem Respirasi Ikan. Makalah. Fakultas Budidaya Perikanan


dan Kelautan, Universitas Muhammadiyah Perikanan Pontianak

Nasrudin. (2010). Jurus Suskses Beternak Lele Sangkuariang. Jakarta: PT Agro


Media Pustaka

13
Qossami, A. I. (2017). Evaluasi Pertumbuhan Dan Daya Hidup Berbagai Stirain
Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Dengan Menggunakan Probiotik.
Tesis.

Rahardjo, M.F. dan Muniarti. 1984.Anatomi Beberapa Jenis Ikan Ekonomis


Penting Di Indonesia. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut
Pertanian Bogor

14
14

Suyanto, S. R. 2004. Budidaya Ikan Lele (revisi). Penebar Swadya. Jakarta


Suyanto, S.R. 2006. Budidaya Ikan Lele. Jakarta : Penebar Swadaya. Schneider,
O., V. Sereti, M.A.M. Machiels, E. H. Eding, and J.A.J. Verreth. 2006.
The potential of producing heterotrophic bacteria biomass on aquaculture
waste. Water Research, 40: 2684-2694.
LAMPIRAN

15
16

Lampiran 1. Sistem Pernapasan Ikan Lele (Clarias sp.)

Ikan Lele (Clarias sp.)

Insang Ikan Lele


17

Arboresen (Alat Pernapasan Tambahan )

Anda mungkin juga menyukai