Revisi - Acara 3 Leukosit - Khilmi Fuadah - 18775
Revisi - Acara 3 Leukosit - Khilmi Fuadah - 18775
Disusun oleh:
NIM : 20/464456/SV/18775
Kelompok : Kelompok 1
I. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mengetahui dan memahami perhitungan leukosit
2. Mengetahui dan memahami pembuatan Sediaan Apus Darah (PAD) dan
pewarnaan giemsa
3. Mengetahui dan memahamiperhitungan diferensial leukosit
4. Mengetahui dan memahamipengujian rivalta dan interpretasinya
Gambar 1 a) Neutrofil kuda, (b) eosinofil sapi, (c) basofil kucing, (d)
limfosit kucing, (e) monosit domba, dan (f) trombosit kuda (Doughlas, 2010).
(Gregg, 2011)
D. Abnormalitas Leukosit
1. Leukopenia
Penurunan sel darah putih, yang dapat disebabkan oleh penghancuran sel atau
produksi sel yang tidak cukup (Barger dan Macneill, 2015).
2. Leukositosis
Peningkatan sel darah putih, yang dapat menjadi respons normal dari sistem
kekebalan tetapi juga disebabkan oleh penyakit kanker atau non-kanker tertentu.
Leukositosis adalah peningkatan jumlah sel darah putih dalam sirkulasi.
Leukositosis adalah suatu respon normal terhadap infeksi atau peradangan (Barger
dan Macneill, 2015).
Gambae 3. Leukositosis (Barger dan Macneill, 2015).
3. Neutropenia autoimun,
Yaitu kondisi ketika tubuh memproduksi antibodi untuk menyerang neutrofil. Ini
terjadi pada penyakit Crohn dan rematoid artritis. Neutropenia kongenital berat,
yaitu kondisi yang didapat sejak lahir akibat mutasi genetik. Penderitanya sering
kali mengalami infeksi bakteri berulang. Neutropenia siklik, yaitu kondisi yang
juga disebabkan karena mutasi genetik, tapi terjadi dalam siklus 21 hari (Barger dan
Macneill, 2015).
G. Pewarnaan Giemsa
Prinsip :
Setelah dibuat preparat apus darah pada slide dari kaca, kemudian di cat
dan dilihat hapusannya dibawah mikroskop. Dengan cara ini dapat
menggambarkan morfologi, lekosit, menaksirkan presentasi jumlah
leukosit
2. Bahan :
Darah kapiler /darah vena
3. Alat :
a. Obyek glass
b. Deck glass
c. Pipet
4. Reagen :
Pewarna Giemsa
Prosedur
1) Preparat yang sudah kering diletakkan diatas rak pengecatan
2) Menetesi preparat tersebut dengan metanol diatas sampai tertutup
seluruh permukaan object glass preparatnya, biarkan selama 5 menit
3) Kemudian setelah kering beri warna dengan pewarna giemsa sampai
tertutup seluruh permukaan object glassnya biarkan selama 20 menit sisa
cat dibuang
4) Bilas dengan aquades
5) Letakkan sediaan dalam sikap vertikal dan biarkan mengering
6) Lihat dengan mikroskop
(Aliviameita, 2020)
H. Metode Pembacaan Preparat Apus Darah
Diferensial Hitung Leukosit Setelah pemeriksaan awal apusan
selesai, dilakukan penghitungan diferensial (relatif) dengan menghitung
dan mengklasifikasikan sedikitnya 100 leukosit. Karena identifikasi dan
penghitungan jenis sel yang benar adalah fungsi penting dari
pemeriksaan ini, harus menghindari area di mana sel-selnya tumpang
tindih dan lebih dari satu lapis atau terdistorsi oleh sel-sel di sekitarnya
atau lokasi pada apusan (ujung tepi berbulu). Leukosit cenderung
bergerak ke tepi luar dan ujung apusan darah seperti yang dibuat,
terutama karena perbedaan ukuran dengan eritrosit (Barger dan Macneill,
2015).
Untuk memastikan pengambilan sampel sel secara acak dan untuk
menghindari penghitungan ulang bidang yang sama, salah satu dari dua
pola pemeriksaan slide harus digunakan. Dalam metode battlement,
teknisi harus memeriksa tepi apusan untuk 3-5 bidang bergerak ke dalam
jarak pendek dan sejajar tepi untuk 3-5 bidang, dan kemudian pindah
kembali ke tepi, prosedur ini diulangi sesering yang diperlukan untuk
mengidentifikasi jumlah sel yang dibutuhkan (Barger dan Macneill,
2015).
Pola kedua (kadang-kadang disebut sebagai crossing) serupa, tetapi
sel dihitung di seluruh lapisan tunggal (bukan di area yang tebal). Lebih
sedikit leukosit yang ada di tengah film, tetapi yang ada biasanya paling
berbeda secara morfologis (Barger dan Macneill, 2015).
Gambar Teknik untuk melakukan penghitungan leukosit diferensial pada
apusan darah: (a) teknik "battlement" dan (b) teknik crossing, atau
"wandering" (Barger dan Macneill, 2015).
I. Pengertian dan Tujuan Uji Rivalta
Uji Rivalta merupakan pemeriksaan konvensional yang masih sering
digunakan saat ini untuk membedakan efusi pleura transudat (Uji Rivalta
negatif) dan eksudat (uji Rivalta positif). Interpretasi dari uji Rivalta
dilakukan dengan menilai ada tidaknya kekeruhan setelah cairan efusi
pleura diteteskan padacairan aquades yang mengandung asam asetat
glasial. Rivalta dapat digunakan untuk membedakan antara transudat
dengan eksudat suatu cairan efusi. Reaksi positif uji Rivalta tidak hanya
terhadap keberadaan kandungan protein tinggi dalam suatu efusi, namun
juga oleh tingginya konsentrasi fibrinogen dan mediator inflamasi
(Barger dan Macneill, 2015).
Prinsip dari uji rivalta adalah seromucin yang terdapat pada eksudat dan
tidak terdapat pada transudat akan bereaksi dengan asam asetat encer dan
kemudian akan membentuk suatu kekeruhan (Thrall, 2012).
J. Cara Kerja dan Interpetasi Uji Rivalta
Prosedur
1. Alat
Nama alat Fungsi
Pipet Leukosit"11" Alat yang digunakan untuk
mengambil sampel
Hemositometer Kamar hitung (Counting
chamber) atau alat yang
digunakan untuk melakukan
pengamatan
Selang penghubung pipet Menghubungkan pipet dengan
dengan spuit spuit untuk pengambilan darah
Deck glass Sebagai kaca penutup, untuk
menutup preparat
2. Bahan
Nama Bahan Fungsi
Sampel darah Sebagai sampel yang diamati
Larutan rees ecker Sebagai pengencer dan pewarna
Uji Rivalta
1. Alat
Nama Alat Fungsi
Tabung reagen transparan 15 ml Sebagai wadah yang digunakan
untuk melakukan reaksi
Tabung ukur 20ml Digunakan untuk mengukur
cairan
Tongkat pengaduk Untuk menghomogenkan
larutan
2. Bahan
Nama Bahan Fungsi
Cairan hasil efusi Susp, FIP Sebagai sampel yang diamati
Asam asetat 98% 1 tetes Sebagai reagen
Water for injection 7-8 ml Sebagai pelarut
Metylen blue Sebagai pewarna untuk
visualisasi cairan
B. Metode
1. Perhitungan leukosit
Alat dan bahan seperti pipet leukosit 11, hemositometer, dan selang
penghubung pipet dengan spuit disiapkan
Alkohol diusapkan pada area Vena cephalica antebrachii anterior yang telah
dipasang tourniquet sebelumnya
Dibiarkan mengering
3. Pewarnaan giemsa
5. Uji rivalta
Gelas ukur diisi dengan air suling sebanyak 7-8cc kemudian mencampurnya
dengan asam asetat
Water for injection tadi dimasukkan dari gelas ukur ke tabung reaksi
1 tetes asam asetat 98% diteteskan ke tabung reaksi (jika menggunakan yang
25% maka diteteskan sebanyak 4 tetes)
1 tetes cairan hasil aspirasi (efusi dari kucing) diteteskan pada dinding tabung
reaksi
Jika terdapat bentuk seperti ubur ubur (Jelly Fish Like) maka membuktikan
hasilnya positif FIP sekitar 51%
4.
Memasukkan pipet
leukosit 11 kedalam
tabung sampel darah
6. Memasukkan pipet
kedalam eppendorf
yang berisi larutan
rees ecker.
7. Menarik piston spuit
hingga larutan
terhisap sampai
dengan garis 11
8. Melepaskan pipet
dari selang dan spuit
kemudian
menghomkgenkan
dengan gerakan
membentuk angka 8
9. Membuang sebagian
isi pipet
2. Melakukan
pemeriksaan
klinis seperti
pengecekan suhu
tubuh, dengan
memasukkan
thermometer di
bagian rektal
anjing
3. Mengusapkan
alkohol pada area
Vena cephalica
antebrachii
anterior yang
telah dipasang
tourniquet
sebelumnya
4. Menggambil
darah dengan
menggunakan
spuit 3 ml
5. Memasukkan
darah yang telah
diambil kedalam
tabung yang berisi
antikoagulan
6. Menghomkgenka
n dengan gerakan
membentuk angka
8
7. Menyimpan
sampel darah
yang telah
diambil kedalam
ice box
2. Meletakkan object
glass kedua diatas
object glass
pertama
membentuk sudut
30 – 45o
3. Menarik object
glass kesamping
hingga darah
menyentuh
seluruh
permukaan object
glass kedua
4. Mendorongnya
sampai terbentuk
lapisan tipis
5. Memfiksasi
preparat dengan
meneteskan
ethanol ke seluruh
permukaan apus.
6 Membiarkannya
mengering
c. Pewarnaan Giemsa
No Keterangan Gambar
.
1. Menyiapkan
campuran giemsa
dan aquades
buffer dengan
perbandingan 1 : 9
2. Menghomogenka
n campuran
tersebut
3. Meneteskan stok
giemsa diatas
permukaan
preparat apus
4. Meratakan
pewarna giemsa
ke seluruh
permukaan
preparat apus dan
memastikan
seluruh
permukaan yang
terdapat lapisan
darah terkena
pewarna
5. Membilas dengan
aquades hingga
seluruh sisa – sisa
pewarna hilang
6. Mengeringkan
preparat yang
telah diwarnai
7. Menyimpan
preparat yang
telah dikeringkan
di kotak object
glass
3. Mengamati dan
menghitung setiap jenis
komponen leukosit,
6. Gambar 2 merupakan
limfosit yang sering
ditemui terutama pada
hewan ruminansia
Tujuan perhitungan
diferensial leukosit
sendiri adalah
1. Mengetahui morfologi
2.Jumlah relatif
3.Jumlah absolut pada
leukosit yang memiliki
fungsi utama sebagai
respon sistemik individu,
derajat virulensi agen
penyakit, derajat
keparahan dari proses
penyakit, dan lamanya
proses penyakit
e. Uji Rivalta
No Gambar Keterangan
.
1. Mengisi gelas ukur
dengan air suling
sebanyak 7-8cc
kemudian
mencampurnya
dengan asam
asetat
2. Memasukkan
water for injection
tadi dari gelas
ukur ke tabung
reaksi
3. Meneteskan 1 tetes
asam asetat 98% ke
tabung reaksi (jika
menggunakan
yang 25% maka
meneteskannya
sebanyak 4 tetes)
4. Menghomkgenkan
nya dengan cara
mengaduknya
5. Meneteskan 1 tetes
hasil aspirasi (efusi
dari kucing)
dengan cara
meneteskan cairan
hasil aspirasi di
dinding tabung
reaksi
6. Jika terdapat
bentuk seperti ubur
ubur (Jelly Fish
Like) maka
membuktikan
hasilnya positif
FIP sekitar 51%
7. Ascites + pewarna
hasil positif seperti
ubur - ubur (86%
FIP)
2. Perhitungan
Kelompok 1 (Ayam)
No. Jenis sel Jumlah yang terhitung
1. Jumlah leukosit yang 170
terhitung
2. Neutrofil yang terhitung 63
3. Eosinofil yang terhitung 5
4. Basofil yang terhitung 2
5. Limfosit yang terhitung 21
6. Monosit yang terhitung 9
Hasil perhitungan
1. Leukosit
Jumlah sel terhitungX 10 X 20
Jumlah Leukosit per mm3
4
170 X 10 X 20
Jumlah Leukosit per mm3
4
jumlah Leukosit per mm 8500
3
2. Neutrofil
Jenis leukosit
Nilai relatif = 𝑋100%
total jenis leukosit
63
Nilai relatif = 𝑋100% = 63%
100
Nilai absolut = Nilai relatif X Jumlah Leukosit per mm3
Nilai absolut = 63% X 8500
Nilai absolut = 5355
3. Eosinofil
Jenis leukosit
Nilai relatif = 𝑋100%
total jenis leukosit
5
Nilai relatif = 𝑋100% = 5%
100
Nilai absolut = Nilai relatif X Jumlah Leukosit per mm3
Nilai absolut = 5% X 8500
Nilai absolut = 425
4. Basofil
Jenis leukosit
Nilai relatif = 𝑋100%
total jenis leukosit
2
Nilai relatif = 𝑋100% = 2%
100
Nilai absolut = Nilai relatif X Jumlah Leukosit per mm3
Nilai absolut = 2% X 8500
Nilai absolut = 170
5. Limfosit
Jenis leukosit
Nilai relatif = 𝑋100%
total jenis leukosit
21
Nilai relatif = 𝑋100% = 21%
100
Nilai absolut = Nilai relatif X Jumlah Leukosit per mm3
Nilai absolut = 21% X 8500
Nilai absolut = 1785
6. Monosit
Jenis leukosit
Nilai relatif = 𝑋100%
total jenis leukosit
9
Nilai relatif = 𝑋100% = 9%
100
Nilai absolut = Nilai relatif X Jumlah Leukosit per mm3
Nilai absolut = 9% X 8500
Nilai absolut = 765
7. Pembahasan Hasil
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui dan memahami
perhitungan leukosit. Prinsip dari pengujian ini adalah Darah diencerkan
dalam pipet leukosit, kemudian dimasukkan dalam kamar hitung pada
hemositometer. Jumlah leukosit dihitung dalam volume tertentu, dengan
menggunakan faktor konversi jumlah leukosit per ul darah dapat
diperhitungkan. Perhitungan leukosit dilakukan dengan menyiapkan alat
dan bahan seperti pipet leukosit 11, hemositometer, dan selang
penghubung pipet dengan spuit. Kemudian meletakkan deck glass diatas
counting chamber atau kamar hitung hemositometer. Selanjutnya pipet
leukosit 11 dimasukkan kedalam tabung sampel darah. Piston spuit ditarik
hingga darah terhisap sampai garis 0.5. Memasukkan pipet kedalam
eppendorf yang berisi larutan rees ecker. Menarik piston spuit hingga
larutan terhisap sampai dengan garis 11. Melepaskan pipet dari selang dan
spuit kemudian menghomkgenkan dengan gerakan membentuk angka 8.
Membuang sebagian isi pipet. Meneteskan isi pipet pada kedua sisi kamar
hitung. Mengamati di bawah mikroskop. Perhitungan pada kamar hitung
dilakukan dengan cara menghitung sel dari sudut kiri atas, terus ke kanan
kemudian turun ke bawah dan kanan kiri lalu turun lagi ke bawah dan
dimulai lagi dari kiri ke kanan. Bidang hitung leukosit ada 4 bidang besar
di tepi. Sel-sel yang menyinggung garis batas sebelah kiri atau garis atas
haruslah dihitung. Sebaliknya sel-sel yang menyingung garis batas
sebelah kanan atau bawah tidak boleh dihitung. Perhitungan leukosit dapat
dihitung dengan rumus jumlah sel terhitung dikali dengan 50. Berikutnya
adalah pembuatan sediaan apus darah dan pewarnaan giemsa. Tujuan
pembuatan preparat apus darah adalah mempersiapkan apusan darah tepi
atau preparat apus memungkinkan pemeriksaan mikroskopis sel darah.
Pada preparat apus yang dibuat dengan baik, sel dapat dengan mudah
dihitung dan karakteristik morfologinya dievaluasi secara akurat.
Dilakukan dengan sampel darah yang telah diberi antikoagulan
sebelumnya diteteskan diatas object glass kemudian object glass kedua
diletakkan diatas object glass pertama membentuk sudut 30 – 45o. Object
glass ditarik kesamping hingga darah menyentuh seluruh permukaan
object glass kedua. Didorong sampai terbentuk lapisan tipis. Preparat
difiksasi dengan ditetesi ethanol ke seluruh permukaan apus. Dibiarkan
mengering dan selanjutnya dapat dilakukan pewarnaan giemsa. Setelah
dibuat preparat apus darah pada slide dari kaca, kemudian diberi pewarna
giemsa dan dilihat hapusannya dibawah mikroskop. Dengan cara ini dapat
menggambarkan morfologi, lekosit, menaksirkan presentasi jumlah
leukosit. Dilakukan dengan menyiapkan campuran giemsa dan aquades
buffer dengan perbandingan 1: 9. Menghomogenkan campuran tersebut.
Meneteskan stok giemsa diatas permukaan preparat apus. Meratakan
pewarna giemsa ke seluruh permukaan preparat apus dan memastikan
seluruh permukaan yang terdapat lapisan darah terkena pewarna.
Membilas dengan aquades hingga seluruh sisa – sisa pewarna hilang.
Kemudian mengeringkannya. Selanjutnya setelah dilakukan pewarnaan
giemsa maka preparat dapat diamati untuk pengamatan diferensial
leukosit. Tujuan perhitungan diferensial leukosit sendiri adalah,
mengetahui morfologi dari leukosit, mengetahui jumlah relative dan
jumlah absolut pada leukosit yang memiliki fungsi utama sebagai respon
sistemik individu, derajat virulensi agen penyakit, derajat keparahan dari
proses penyakit, dan lamanya proses penyakit. Dapat dilakukan dengan
cara, meletakkan preparat apus darah yang telah diwarnai di atas
mikroskop. Meneteskan minyak imersi di atas preparat. Mengamati dan
menghitung setiap jenis komponen leukosit. Membaca dengan metode
pembacaan pad, straight-edge, cross-sectional ,Battlement. Dalam metode
battlement, teknisi harus memeriksa tepi apusan untuk 3-5 bidang
bergerak ke dalam jarak pendek dan sejajar tepi untuk 3-5 bidang, dan
kemudian pindah kembali ke tepi, prosedur ini diulangi sesering yang
diperlukan untuk mengidentifikasi jumlah sel yang dibutuhkan.
Berikutnya adalah pengujian rivalta, uji Rivalta merupakan pemeriksaan
yang sering digunakan untuk membedakan efusi pleura transudat (Uji
Rivalta negatif) dan eksudat (uji Rivalta positif). Interpretasi dari uji
Rivalta dilakukan dengan menilai ada tidaknya kekeruhan setelah cairan
efusi pleura diteteskan padacairan aquades yang mengandung asam asetat
glasial. Rivalta dapat digunakan untuk membedakan antara transudat
dengan eksudat suatu cairan efusi. Reaksi positif uji Rivalta tidak hanya
terhadap keberadaan kandungan protein tinggi dalam suatu efusi, namun
juga oleh tingginya konsentrasi fibrinogen dan mediator inflamasi
(Addieet al. 2009). Prinsip dari uji rivalta adalah seromucin yang terdapat
pada eksudat dan tidak terdapat pada transudat akan bereaksi dengan asam
asetat encer dan kemudian akan membentuk suatu kekeruhan.
Selanjutnya adalah pembahasan data hasil yang diperoleh dari
praktikum. Disini standar yang digunakan adalah ayam. Pertama untuk
perhitungan leukosit pada hasil praktikum didapatkan jumlah leukosit
ayam per mm³ adalah 8500. Jika dibandingkan dengan literatur dari
(Saputro,dkk. 2013) jumlah leukosit normal dari ayam utamanya broiler
adalah 6 sampai 40 × 10³µL. Hal ini menunjukkan bahwa nilai leukosit
dari ayam tersebut diatas batas normal. Namun untuk ukuran ayam
kampung, nilai leukosit dari ayam tersebut masih di bawah standar yang
mana standar leukosit ayam kampung adalah 12 sampai dengan 30 X
10³/µL. Berikutnya adalah presentase nilai relatif dari neutrofil. Pada
unggas sendiri neutrofilnya dinamakan dengan heterofil. Nilai heterofil
dari ayam yang diketahui dari hasil praktikum adalah sekitar 63% dari
keseluruhan leukosit dimana hal tersebut tergolong cukup tinggi atau
diatas batas normal, karena batas normal heterofil dari ayam broiler berada
pada kisaran 20-40%. Selanjutnya adalah nabi relatif dari eosinofil, pada
praktikum didapatkan data presentase eosinofil yang didalat adalah 5% hal
ini menunjukkan bahwa nilai tersebut masih berada dalam batas normal
yang mana Jain (1986) menyatakan bahwa pada kisaran normal jumlah
eosinofil pada ayam adalah 2-8% dari jumlah sel darah putih dan dapat
bertahan hidup 3-5 hari. Berikutnya adalah nilai basofil rata - rata nilai
basofil normal pada ayam adalah 1-4 % (Saputro, dkk. 2013). Hal ini
menunjukkan bahwa nilai basofil yang didapat pada praktikum ini adalah
normal karena nilainya berkisar 2%. Selanjutnya nilai limfosit, (Guyton
dan Hall, 1997) menyatakan bahwa secara normal jumlah limfosit ayam
berada pada kisaran 24-84%. Hal ini menunjukkan bahwa presentase
limfosit ayam pada praktikum masih di bawah normal, karena pada
praktikum hanya didapatkan sebanyak 21%. Yang terakhir adalah
monosit, (Oenek & Novianti, 2014) menyatakan bahwa batasan normal
nilai monosit pada darah ayam broiler adalah sekitar 3-10%. Hal ini
menunjukkan data yang di dapat dari praktikum termasuk normal karena
pada praktikum menunjukkan data monositnya adalah 9%.
Pembahasan selanjutnya adalah interpretasi dari uji Rivalta. Pada
praktikum terdapat bentuk seperti ubur - ubur (Jelly Fish Like) pada cairan
hasil efusi maka hal ini membuktikan bahwa hasilnya positif atau eksudat
FIP sekitar 51%. Hal tersebut menunjukkan kandungan protein tinggi
dalam suatu efusi. Kemudian pada ascites yang ditambahkan dengan
pewarna terdapat hasil positif seperti ubur - ubur (86% FIP)
V. KESIMPULAN
1. Perhitungan leukosit adalah dengan darah diencerkan dalam pipet leukosit,
kemudian dimasukkan dalam kamar hitung pada hemositometer. Jumlah
leukosit dihitung dalam volume tertentu, dengan menggunakan faktor
konversi jumlah leukosit per ul darah dapat diperhitungkan.
2. Pembuatan preparat apus darah memiliki tujuan mempersiapkan apusan
darah tepi atau preparat apus memungkinkan pemeriksaan mikroskopis sel
darah. Pada preparat apus yang dibuat dengan baik, sel dapat dengan mudah
dihitung. Kemudian setelah dibuat apusan darah dapat dilakukan pewarnan
giemsa.
3. Perhitungan diferensial leukosit memiliki fungsi untuk memberikan
informasi mengenai proporsi dan jumlah leukosit individu dalam sampel
pasien, termasuk perubahan morfologi yang signifikan. Juga dapat
memberikan informasi diagnostik yang berguna dalam kasus peradangan,
infeksi, dan respons antigenik.
4. Uji rivalta bertujuan untuk menguji efusi apakah transdudat atau eksudat
yang mana nantinya jika menghasilkan bentuk seperti jelly fish atau ubur –
ubur maka hasilnya positif dan jika tidak maka hasilnya negatif. Jika hasil
uji rivalta adalah positif maka hal tersebut merupakan tanda kondisi
abnormal dan merupakan eksudat jika negative maka merupakan transudat.
Aliviameita, A., 2020. Buku Ajar Imunohematologi. 1 ed. Sidoarjo: UMS Press.
Barger, A. M. & Macneill, A. L., 2015. Clinical Pathology and Laboratory
Techniques for Veterinary Technicians. 1 ed. Oxford, UK: Wiley Blackwell.
Bellwood, B. & Andrasik Catton, M., 2014. Veterinary Technicians's Handbook of
Laboratory Procedures. 1 ed. Oxford, UK: Wiley Blackwell.
Doughlas, 2010. Schalm's Veterinary Hematology. 6th ed. Lowa, USA: Wiley
Blackwell.
Gregg, V., 2011. Hematology Techniques and Concepts for Veterinary
Technicians. 2nd ed. West Sussex: Willey Blackwell.
Guyton, A. C., Hall J. E. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. EGC,
Jakarta.
Jain, N. C. 1986. Scahlm'hematology veteriner. Edisi Keempat. Philadelphia. Lea
& Febiger.
Nossafadli & Handarini, 2014. Profil Darah Domba Ekor Tipis (Ovis aries) yang
diberi Ransum Fermentasi Isi Rumen Sapi. Jurnal Pertanian, 5(2), pp. 95-
103.
Oenek, D. & Novianti, 2014. Total Leukosit dan Diferensial Leukosit Darah Ayam
Kampung yang Terpapar Ascaridia galli Secara Alami. Partner, 24(2), pp.
991-997.
Saputro,B.,P.E.Santoso dan T.Kurtini.2013. Pengaruh cara pemberian vaksin live
pada broiler terhadap titer antibodi, jumlah sel darah merah dan sel darah
putih. J. Ilmiah Peternakan Terpadu (2)3: 43– 48.
Sirois, M., 2015. Laboratory Manual, Laboratory procedures for veterinary
technicians. 6th ed. Overland park, Kansas: Elsevier.
Syarifah & Prasetyawati, B., 2020. Hematologi Dasar. 1 ed. Jakarta: PT. Cipta
Gahing Arta.
Thrall, M. A., 2012. Veterinary Hematology annd Clinical Chemistry. Oxford:
Wiley Blackwell.