Anda di halaman 1dari 20

Critical Book Report

Critical book report


(CBR)

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Pariwisata

Dosen Pengampu: Dra. Flores Tanjung, M.A/ Pulung Sumantri, S.Pd , M.Si

Disusun Oleh:

DICKI PRATAMA
(3183121033)
REGULER C 2018

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021
Critical Book Report

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT berkat rahmat dan hidayah-
Nya sehingga tugas sritical book report ini dapat terselesaikan. Tugas ini
merupakan tugas wajib penulis sebagai mahasiswa dalam mata kuliah Sejarah
Pariwisata di Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri
Medan yang berjudul “Sejarah Pariwisata Menuju Perkembangan Pariwisata
Indonesia”.

Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada dosen


pengampuh dan selalu memberikan motivasi untuk penulis, sehingga penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada orangtua dan teman-teman yang telah memberikan dukungan moril
maupun materiil kepada penulis.

Penulis berharap agar kiranya makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca dalam menambah wawasan dan ilmu pengetahuan yang lebih luas
mengenai pariwisata. Penulis menyadari bahwa makalah ini memiliki banyak
kekurangan yang harus dibenahi. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan
saran dari para pembaca yang dapat kami gunakan untuk kelangsungan makalah
ini selanjutnya.

Medan, maret 2021

DICKI PRATAMA

i
Critical Book Report

DAFTAR ISI

Kata Pengantar...............................................................................................i
Daftar Isi..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Tujuan Penulisan CBR.............................................................................1
C. Manfaat CBR............................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................2
A. Informasi Bibliografi...............................................................................2
B. Ringkasan Isi Buku.................................................................................3
C. Kelebihan dan kekurangan buku...........................................................16

BAB III PENUTUP.........................................................................................18


A. Kesimpulan...............................................................................................18
B. Rekomendasi............................................................................................18

ii
Critical Book Report

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Critical Book Report merupakan salah satu instrument yang dapat
mendukung proses pembelajaran di bangku perkuliahan. Indikator keberhasilan
Critical Book Report untuk mendukung keberhasilan dalam pembelajaran dapat
dilihat dari terciptanya kemampuan mahasiswa untuk mengevaluasi penjelasan,
interpretasi serta analisis mengenai kelebihan maupun kelemahan baik dari buku,
sehingga berdampak besar bagi pengembangan cara berfikir dari mahasiswa yang
pada akhirnya menambah pemahaman dan pengetahuan mahasiswa itu sendiri
terhadap kajian mata kuliah yang telah diambil. Dengan kata lain, melalui Critical
Book Report mahasiswa diajak untuk menguji pemikiran dari pengarang maupun
penulis berdasarkan sudut pandang yang akan dibangun oleh setiap mahasiswa
berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang mereka miliki.
Adapun Critical Book Report kami ini, kami akan mengkritik buku yang
membahas tentang “Sejarah Pariwisata Menuju Perkembangan Pariwisata
Indonesia” karya dari Bungaran Antonius Simanjuntak, Flores Tanjung, dan
Rosramashana Nasution.

B. Tujuan Penulisan CBR


1) Menyelesaikan tugas critical book report mata kuliah Sejarah Pariwisata
2) Menambah pengetahuan terlebih khusus mengenai sejarah pariwisata
Indonesia
3) Meningkatkan kemampuan dalam mengkritik suatu buku.

C. Manfaat Penulisan CBR


1) Dapat menambah pengetahuan.
2) Menghasilkan pemikiran yang kritis terhadap kemajuan perkembangan
suatu buku.
3) Membangun inovasi yang tinggi dalam mengkritik.

1
Critical Book Report

BAB II
PEMBAHASAN

A. Informasi Bibliografi
 Buku Utama
Judul : Sejarah Pariwisata Menuju Perkembangan Pariwisata
Indonesia.
Penulis : Bungaran Antonius Simanjuntak, Flores Tanjung, dan
Rosramashana Nasution
Penerbit : Yayasan Pustaka Obor Indonesia
Kota terbit : Jakarta
Tahun terbit : 2017
ISBN : 978-602-433-437-6
Tebal Buku : x + 258 halaman

 Buku Pembanding
Judul : Pariwisata di Hindia Belanda (1891-1942)
Penulis : Achmad Sunjayadi
Penerbit : Kepustakaan Populer Gramedia
Kota terbit : Jakarta
Tahun terbit : 2019
ISBN : 978-602-481-282-9
Tebal Buku : xviii + 356 halaman

B. Ringkasan Isi Buku


 Buku Utama
Bab 1 : Sejarah Perkembangan Pariwisata Indonesia (Klasik dan Modern)
Secara etimologis, pariwisata berasal dari bahasa Sanskerta, yaitu “pari”
berarti banyak, berkali-kali, berputar-putar, dan “wisata” berarti perjalanan atau

2
Critical Book Report

bepergian. Berdasarkan arti kata ini, pariwisata didefinisikan sebagai perjalanan


yang dilakukan berkali-kali atau berputar-putar, dari satu tempat ke tempat lain
dengan maksud dan tujuan tertentu. Seorang ahli tourism easing terkenal bernama
G.A. Schmoll menyatakan bahwa usaha tourisme itu tergolong industry yang
dibedakan atas tipe-tipe: besarnya, tempatnya yang terbesar, dan luas
pelayanannya.
Perkembangan konsep pariwisata kemudian khususnya di Indonesia
dimaknai sebagai salah satu jenis industry yang melakukan perluasan pemasaran
produk usaha dan lapangan kerja yang berdampak terhadap pendapatan nasional,
dengan mempergunakan hasil pajak berganda atau (multiplier effect), hal ini
berkaitan dengan pariwisata adalah salah satu usaha dalam meningkatkan
pertumbuhan pendapatan rill, ketersediaan anggaran masa libur/cuti karyawan
atau eksekutif, peraturan devisa/ nilai tukar uang antar negara asal wisatawan
dengan negara penerima.

Sejarah Perkembangan Par iwisata di Indonesia


Pariwisata di Indonesia mulai menunjukkan aktivitasnay sejak tahun 1910-
1920, yakni sesudah keluarnya keputusan Gubernur Jendral Belanda atas
pembentukan Vereeniging Touristeen Verker (VTV) suatu badan (official tourist
bureau). Kedudukan VTV, selain sebagai touris government office, juga bertindak
sebagai tour operator/ travel agent. Meningkatnya perdagangan dunia Eropa
dengan negara-negara di Asia termasuk Indonesia menjadikan lalu lintas orang-
orang yang bepergian dengan motif yang berbeda-beda sesuai dengan
keperluannya masing-masing meningkat.
Sepertinya, manusia pemilik tempat wisata itu hanya mengandalkan
persediaan sasaran turis dari sudut alam. Artinya yang disediakan alam seperti,
Danau Toba, Gunung Tengger, Pantai Cermin, tempat Kera Bahorok, Salib Kasih,
Pantai Sibolga, Pulau Bali. Namun sebenarnya manusia sebagai pemikir dapat
menciptakan usaha-usaha lain untuk mendatangkan turis dalam dan luar negeri
dengan menciptakan objek-objek turis yang aneh dan unik dari persediaan
alamiah yang ada, baik dari alam sendiri seperti yang telah disebutkan diatas

3
Critical Book Report

maupun dari manusia.

Bab 2 : Sejarah Perkembangan Pariwisata Dunia


Dalam sejarah pariwisata, hewan dan bisnis sangat berjasa dan tidak boleh
dilupakan. Bangsa Sumeria dari Babilonia melakukan perjalanan dari negerinya
ke negeri lain dengan keinginan untuk memasarkan hasil bumi dan kerajian
tangan, serta keinginan untuk memperoleh kebutuhan pokok atau tambahan dari
tempat lain. Dalam melakukan perjalanan tersebut, pedagang berjalan kaki.
Sementara domba atau unta yang menjadi andalan untuk mengangkut dagangan
yang diletakkan di punggung hewan tersebut.
Bangsa Sumeria dari Babilonia sebagai bangsa pertama yang melakukan
perjalanan dagang pada tahun 4.000 sebelum masehi. Dan tercatat bahwa mereka
jugalah yang pertama menggunakan uang sebagai alat beli atau transaksi jual beli.
Marcopolo, orang pertama yang melakukan perjalanan dari negerinya
Venesia ke Tiongkok (1254-1374). Catatan perjalanan beliau menjadi sumber
informasi pertama yang terlengkap tentang Tiongkok bagi orang-orang Barat yang
kemudia datang dan melakukan hubungan dagang. Melihat potensi yang luar
biasa, orang-orang Barat kemudian mendirikan loji atau pusat dagang untuk
menguasai Tiongkok.
WTO adalah satu organisasi turisme dunia internasional. Organisasi itu
memberikan saran dan program-program pembangunan wisata disetiap negara
baik di negara-negara Barat maupun dinegara-negara Timur. Kesejahteraan negara
dan warga negara seluruh negara anggota merupakan tujuan utama lembaga turis
dunia itu. Tampaknya kesejahteraan baik pendatang maupun daerah tujuan wisata
itu menjadi tujuannya. Selain itu, juga untuk menebar kekayaan dari satu negara
kaya ke negara miskin yang menawarkan wilayahnya sebagai tujuan wisata.

Berdasarkan laporan yang disiarkan oleh WTO dan negara tujuan wisata,
bahwa lapangan pariwisata telah menyediakan lapangan kerja langsung kepada
211 juta orang pada tahun 1995, kemudian menjadi 207 juta orang pada tahun
2001 dan menjadi sekitar 305 juta orang pada tahun 2005. Bagi negara Indonesia

4
Critical Book Report

diyakini penyerapan tenaga kerja ke bidang pariwisata pasti semakin berkembang,


apalagi setelah lemahnya peranan industri minyak dan gas bumi.

Bab 3 : Produk Industri Pariwisata


Tujuan akhir dari suatu proses produksi adalah suatu barang yang dapat
digunakan untuk berbagai tujuan guna memenuhi kebutuhan manusia Contoh dari
produk itu sendiri berupa hasil dari industry seperti mobil, kuris, sepeda motor
dan lain sebagainya. Sekarang,yang dimaksud dengaan produk industry pariwisata
tidak hanya berbentuk barang tetapi juga jasa. Menurut Medlik dan Middleton,
yang dimaksud produk industry pariwisata adalah semua jasa-jasa yang
dibutuhkan wisatawan semenjak ia berangkat meninggalkan tempat asalnya
hingga sampai kedaerah tujuan wisata yang telah ia pilih sampai ia kembali lagi
ketempat asalnya. Kedua ahli tersebut berpendapat bahwa ada tiga unsure yang
membentuk produk industry pariwisata, yaitu a) Attractions of the destination
including its image in the tourist’s mind. b) Facilities at the destination which
include accommodation, catering, entertainment, and recreation c) Accessibility of
the destination
Ada delapan unsur pokok yang membentuk produk industry pariwisata,
delapan unsure pokok itu adalah : 
1. Jasa travel agent atau tour operator. Travel agent atau tour operator ini
berjasa memberikan informasi, advice, mengurus dokumen perjalanan,
menyusun rencana perjalanan
2. Jasa perusahaan angkutan (darat,laut,udara) yang akan membawa
wisatawan dari tempat asalnya ke daerah tujuan wisata yang telah
ditentukan
3. Jasa-jasa pelayanan dari perusahaan akomodasi, bar, restoran, fasilitas
rekreasi, entertainment dan hiburan lainnya
4. Jasa-jasa travel agent atau tour operator lokal yang menyelenggarakan city
sightseeing, tours, atau excursion beserta dengan jasa pramuwisatanya
5. Jasa-jasa transport lokal ketika melakukan city sightseeing, tours, atau
excursion pada objek wisata dan atraksi wisata setempat

5
Critical Book Report

6. Objek wisata dan atraksi wisata yang terdapat didaerah tujuan wisata, yang
menjadi daya tarik orang untuk datang berkunjung ke darah tujuan wisata
tersebut
7. Jasa-jasa souvenir shop dan handicraft serta shopping center dimana
wisatawan dapat berbelanja untuk membeli oleh-oleh dan barang-barang
lainnya
8. Jasa-jasa perusahaan pendukung, seperti menjual postcard, dan benda-
benda pos, penjual kamera dan film, dan penukaran uang (money changer)

Bab 4 : Pariwisata dan Devisa


 WTO dan perkembangan devisa dari pariwisata
Dari data yang dikutip dari WTO TAHUN 2000 wisatawan mancanegara
ineternasional mencapai 698 juta orang. Jumlah tersebut akan naik dan meningkat
dengan adanya kemudahan untuk mengakses suatu daerah tujuan wisata. Prospek
pariwisata kedepan pun sangat menjanjikan bahkan sangat berpeluang besar karna
melihat dari angka perkiraan jumlah wisatawan Internasional berdasarkan
perkiraan WTO.
 Pariwisata dan penyerapan tenaga kerja
Pada umumnya kepariwisataan dinikmati dan dicari oleh orang yang ingin
bekerja dalam bidang pariwisata sehingga mereka mempunyai teoridan
pengetahuan ttentang pariwisat tersebut. Yang bisa diterapkan pad asaat mereka
terjun langsung kelapangan, pengetahuan yang mereka dapat bisa dipergunakan
dalam perencanaan dan pengembangan dan pelestarian parwisata tersebut.
Adanya interaksi Antara Antara wisatwan dengan penerima wisatawan dapat
mempersiapkan tenaga
kerja atau profesi profesi yang mempunyai kompetensi dan professional
dalam bidang yang merupakan bidang pelayanan, jasa pariwisata, ekonomi, sosial,
budaya dan politik dan keamanan agar memenuhi kebutuhan wisatawan dan
memberikan kepuasan kepada para wisatawan.

 Industri pariwisata di Indonesia.

6
Critical Book Report

Badan yang dibentul untuk menghidupkan periwisatawan Indonesia


adalah HoNeT. Dimana badan ini mengambil alih hote hotel yang ada disekitar
jawa dan dinamai dengan hotel merdeka dan setelah adnya konferensi meja
bundar nama lembaga itu berubah itu menjadi NV HORNET. Pada masa orba
jumlah pemgunjung wiasata Indonesia semakin naik dan pemerintah pad asaat itu
pernah membuat program yang dimana program itu bertujuan untuk
meningkatkan jumlah wisatawan asing ke Indonesia.

Bab 5 : Pemasaran Pariwisata Indonesia


Berbagai upaya yang dilakukan untuk memajukan pariwisata yakni :
1. Melakukan identifikasi dan menggali potensi objek daya tarik wisata,
langkah ini dilakukan agar dengan cermat agar dapat mengetahui secara
keseluruhan mengenai kekuatan, potensi, daya tarik wisata yang dimiliki
dan diikuti pencatatan mengenai transportasi, restoran, pasar seni,
kerajinan rakyat.
2. Pengembangan sarana dan prasarana pariwisata tanpa mengorbankan
kepentingan rakyat.

Konsep Pemasaran Pariwisata


Setiap daerah tujuan wisata mempunyai citra (image) tertentu yaitu mental
maps seseorang terhadap suatu destinasi yang mengandung keyakinan, kesan dan
persepsi. Menurut Lawson dan Band Bovy (1977) pada Mathison dan Wall
(1982), citra adalah suatu ekspresi tentang seluruh pengetahuan, kesan, prasangka,
imaginasi dan pandangan emosional yang dimiliki seseorang atau kelompok
terhadap sesuatu objek atau tempat tertentu. Sementara itu menurut pandangan
Buck (1993) pariwisata adalah industri yang berbasis citra, karena citra mampu
membawa calon wisatawan ke dunia simbol dan makna. Sedangkan menurut
Gallarza, Saura, dan Garcia (2002) citra (image) lebih penting daripada sumber-
sumber daya yang berwujud (tangible), semuanya karena persepsilah dan bukan

7
Critical Book Report

realitas yang memotivasi konsumen untuk bertindak atau tidak. Menurut


Middleton (1988) terdapat lima komponen utama dalam total tourism product
yaitu daya tarik destinasi, fasilitas dan jasa destinasi dan harga yang dibayar
konsumen. Sedangkan daya tarik destinasi meliputi daya tarik alam, daya tarik
yang dibangun, daya tarik budaya dan daya tarik sosial. Fasilitas dan jasa destinasi
meliputi sarana akomodasi, restauran, bar dan kafe, transportasi di destinasi,
aktivitas olah raga, retail outlets, dan fasilitas serta jasa-jasa lainnya. Aksebilitas
mencakup infrastuktur, peralatan, faktor-faktor operasional, dan regulasi
pemerintah. Hal- hal ang diperhatikan dalam pemasaran pariwisata yakni:
1. Strategi Bauran Pemasaran (Marketing Mix)
Dalam bauran pemasaran banyak usaha yang dilakukan oleh para manajer
pemasaran untuk dapat mempengaruhi calon pembeli agar permintaan terhadap
hasil produk selalu mengalmai peningkatan.
2. Promosi
Kegiatan promosi merupakan suatu kegiatan yang intensif dalam waktu yang
relatif singkat. Dalam kegiatan promosi di adakan usaha untuk memper besar daya
tarik produk wisata terhadap calon konsumen. Promosi dapat dibedakan menjadi
dua yang
o Promosi langsung promosi langsung biasanya dilakukan oleh semua
lembaga yang bersangkutan dengan pemasaran produsen paket wisata biro
perjalanan umum dan agen perjalanan.
o Promosi tidak langsung promosi tidak langsung dapat di tunjukkan oleh
agen perjalanan atau biro perjalanan umum yang mempunyai koneksi atau
konsumen yang banyak.
Tujuan promosi adalah menarik perhatian para biro wisata dengan komponen-
komponen produk pariwisata yang ditawarkan dan membuat mereka bersedia
untuk menjualnya menciptakan kondisi dan menyediakan sarana bagi biro wisata
dalam menyusun produk pariwisata yang tepat untuk dijual kepada para
wisatawan. Berhasil tidaknya promosi dapat diukur dari banyaknya informasi
yang diminta besarnya volume kedatangan wisatawan hubungan masyarakat atau
public relation.

8
Critical Book Report

3. Analisis Pasar Wisata


Setiap pemasaran termasuk termasuk pemasaran pariwisata pada awalnya atau
langkah yang pertama yang dilakukan yaitu dengan membuat analisis pasar
wisata. Setelah melakukan analisis pasar wisata kemudian Membuat strategi
pemasaran langkah strategis yang perlu dilakukan dalam pelaksanaan Pemasaran
adalah perencanaan, pelaksanaan Pemantauan dan evaluasi.
4. Pendekatan Pemasaran Produk Pariwisata
Konsep pendekatan pemasaran yang dapat dipergunakan untuk menjual
produk pariwisata yang pertama konsep produksi yaitu menempatkan
pertimbangan bahwa konsumen hanya mau membeli barang yang hanya bisa
dibeli dengan harga murah dan mudah didapatkan seperti taman rekreasi, Resort
wisata buatan, souvenir buatan pariwisata minat khusus yang bertemakan budaya.
5.Sistem Informasi Pemasaran
Sistem informasi dan pemasaran dilaksanakan dengan analisis informasi yang
dapat yang didapat untuk kemudian membuat perencanaan pelaksanaan
pengorganisasian dan melakukan kontrol membuat keputusan untuk melakukan
pemasaran dan mengkomunikasikan ke seluruh bagian-bagian yang terkait.
6.Strategi Pemasaran Pariwisata
Agar pemasaran dapat dilakukan dengan efisien dan efektif dan dapat meraih
hasil pemasaran yang maksimal maka perlu upaya untuk mengelompokkan pasar
yang sangat heterogen kedalam pasar yang relatif homogen. Oleh karena itu perlu
dilakukan kajian terhadap pasar wisatawan yang pada umumnya dapat
dipengaruhi oleh Sosio demografi dan psikografis yang menentukan pola hidup
atau Lifestyle seperti budaya kelompok sosial mata pencaharian dan pendidikan.

Bab 6 : Tipe Wisatawan dan Jenis Pariwisata


Pada bab 6 membahas mengenai tipe wisatawan dan jenis pariwisata, ada
beebrapa teori berdasarkan ilmu kepariwisataan yakni
 Teori P.E.Murpy, yang menyatakan bahwa dasar penetapan tipologi
wisatawan yakni dasar interaksi, bentuk imteraksi, sifat-sifat interaksi yang

9
Critical Book Report

berkunjung ke suatu tempat atau destinasi. Hubungan penduduk lokal


dengan para pengunjung.
 Teori Cohen, tipologi wisatawan yakni yang berkeinginan mengunjungi
lokasi yang sama sekali belum terpublikasikan.
 Teori Smith yang mengajukan konsepwisatawan yang dibagi menjadi 7
yakni wisawatn yang mencari jalur perjalanan yang baru, klass elite, off
beat, unusual, incipient, mass tourist dan turis carter.
Destinasi danau antara lain danau yang terdiri dari bebapa contoh yakni
danau toba, danau laut tawar, danau maninjau. Destinasi gunung terdiri dari,
destinasi gunung leuser, destinasi pusuk buhit, gunung merapi, Destinasin pulau,
destinasi monumen bersejarah purba.

Bab 7 : Potensi Pariwisata Indonesia Klasik dan Modern


Di Indonesia arah pariwisata sudah jelas dinyatakan dalam pernyataan
nilai misi pengembangan kebudayaan dan pariwisata yang dirumuskan sebagai :
pemberdayaan dan peningkatan peran serta masyarakat dalam pengembangan
kebudayaan dan pariwisata nasional; perlindungan kebudayaan sebagai upaya
melestarikan warisan budaya bangsa dan pengembangan produk pariwisata yang
berwawasan lingkungan, bertumpu pada kebudayaan, peninggalan budaya, dan
peson alam lokal yang bernilai tinggi dan berdaya saing global.
Bab 8 : Faktor Pendukung Pengembangan Kepariwisataan (Komponen
Perjalanan Wisata)
Dalam upaya memusakan pemenuhan keburuhan dan selera para wisatawan,
lahirlah unsur baru dan penting yang harus diperhatikan oleh orang-orang yang
bergerak dalam usaha sektor pariwisat, yaitu terutama unsur pelayanan. Penyediaa
dan persiapan, berupa jasa dan produk harus sesuai dengan tuntutan kebutuhan
wisatawan.
Berikut beberapa sarana pokok kepariwisataan yang juga disebut secara
internasional yaitu sebagai berikut :
a. Perusahaan Perjalanan Wisata
b. Transportasi

10
Critical Book Report

c. Akomodasi, Taman dan Restoran

Bab 9 : Kreativitas Pengembangan Jenis dan Destinasi Pariwisata Baru di


Sumatera Utara
Pengantar
Bab ini dikhususkan untuk menunjukan kreativitas mahasiswa Semester 6
jurusan Sejarah FIS Unimed (2016).Tujuan lanjut dari cara penulisan buku seperti
ini adalah member contoh kepada khalayak bahwa mahasiswa harus diajak kreatif
menyumbangkan pemikirannya agar rasa percaya dirinya dapat semakin tumbuh
dan terpelihara dan berlanjut hingga ke masa pengabdiannya kepada nusa bangsa
dan Negara serta ilmu pengetahuan.
1. Wisata Malam
 Wisata Malam di Merdeka Walk oleh Chusnul Khotimah Pohan
 Wisata Malam Pinggiran Kota oleh Dena Lovita Mendrova
 Wisata Malam di kompleks MMTC dan Jalan Pancing oleh Albet
Nego Silaen
 Wisata Malam di Merdeka Walk oleh Mian Nia Seferentina
 Kajian MMTC Jalan Pancing sebagai kawasan Wisata Malam oleh
Nopa Delima Panjaitan
 Wisata Malam di Merdeka Walk Lapangan Merdeka Medan oleh Eli
Hasiono Simalango.
 Wisata Malam Kuliner Merdeka Walk.oleh Siti Mawadah
 Wisata Malam di Kota Medan,oleh Nurma Sihotang
 Wisata Malam bagi kaula muda di Medan,oleh Tia Kartika
Manullang
Bab 10 : Pariwisata Kemiskinan di Sumatera Utara
Pengertian Umum
Secara gampang orang akan mengatakan bahwa kemiskinan adalah
kemiskinan adalah suatu keadaan dimana telah terjadi ketidakmampuan orang
untuk memenuhi kebutuhan seperti makanan,pakaian,tempat untuk

11
Critical Book Report

berlindung,yakni rumah,memperoleh pendidikan dan kesehatan.kemiskinan dapat


disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar atau sulitnya akses
terhadap pendidikan dan pekerjaan.Demikian secara umumnya.
Pengertian Kemiskinan
1. Bappenas (1993),mendefnisikan kemiskinan sebagai suatu situasi yang
terjadi bukan karena kehendak orang miskin,tetapi karna keadaan yang
tidak bisa dihindari oleh kekuatan yang ada padanya.
2. Levitan (1980),kemiskinan adalah kekurangan barang dan jasa yang
dipeelukan untuk mencapai standar hidup yang layak.
3. Surparlan (1993),mengatakan bahwa kemiskinan adalah standar hidup
yang rendah yaitu tingkat kekurangan jumlah materi.Atau sekelompok
orang yang rendah standar hidup nya dalam suatu masyarakat.

Faktor Penyebab Kemiskinan Karena Manusiannya


Bab 11 : Saran dan Penutup
Dalam akhir bab ini, penulis menyarankan agar pemerintah membuka
destinasi pariwisata yang baru untuk dapat dikunjungi oleh turis dari mancanegara
dan lokal, tentunya dalam rangka pemasukan devisa negara. Karena telah menjadi
kenyataan, menurut penulis Oscar Lewis bahwa pemerintah Meksiko meraup
devisa sangat besar hanya karena “menjual destinasi wisata kemiskinan”.
Sementara itu, jenis pariwisata Indonesia sangat banyak yang hendak dibangun.
Persyaratannya hanya keinginan, kemauan, kreatifitas, dan kecerdasan harus
dimiliki oleh orang yang menjadi pejabat dinas kepariwisataan tersebut, baik
tingkat menteri, dirjen, maupun dinas-dinas di daerah provinsi dan kabupaten.
Bila pejabatnya melempem, maka akhirnya pejabat ditingkat bawah ketularan hal
tersebut.

 Buku Pembanding
Salah satu cara masyarakat mengetahui geliat wisata pada masa lalu dapat
dilirik dari dokumen berupa sebuah catatan perjalanan seseorang saat berkunjung
Hindia pada masa kolonial. Berbicara mengenai pariwisata di Indonesia dengan

12
Critical Book Report

segala keindahan alamnya tak akan kalah saing dengan negara-negara lain di
Dunia. Sejarah pariwisata yang lahir dari Bangsa Sumeria di Babylonia hingga
perjalanan Marcopolo telah menjadikan kegiatan pariwisata menjelma menjadi
sebuah kegiatan yang komplek dan merambah ke segala aspek. Pemerintah
berlomba-lomba mengembangkan dan mengelola kepariwisataan karena salah
satu dampaknya sangat berkaitan dengan perekonomian yang mendongkrak
kemajuan pmbangunan di sebuah negara.
Di dalam buku Pariwisata di Hindia Belanda Buku Achmad Sunjayadi ini
membeberkan lahirnya pariwisata Indonesia di masa kolonial, dari 1891 sampai
1942, dan menggambarkan peranan berbagai pihak dalam perkembangan itu,
termasuk praktisi perhotelan, pegawai pemerintah, jurnalis sampai pendeta,
termasuk juga orang Indonesia sendiri. Buku ini sangat berpartisipasi dalam
menyumbangkan secercah sejarah Indonesia masa Hindia Belanda terutama dalam
hal kepariwisataan. Dikatakan dalam buku ini bahwa kepariwisataan di Indonesia
didukung oleh kemajuan pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah Hindia
Belanda. Pembangunan yang dilakukan bukan semata-mata untuk
mengembangkan sektor kepariwisataan melainkan untuk memperlanjar kegiatan
dagang untuk menambah uang kas negara jajahan. Namun hal itu menjadikan
negeri jajahan Belanda semakin maju dalam sektor kepariwisataannya. Dapat
dilihat perekembangan pembangunan di Bab awal dalam buku ini “Di bawah
periode sistem tanam paksa (1830-1817) dan masa Liberal (1870-1900) upaya
meningkatkan kualitas jalan banyak dilakukan, terutama yang meenggunakan
tenaga wajib. Sayangnya hal tersebut tidak dapat dilakukan untuk membangun
jalur kereta api. Dibawah periode sistem tanam paksa, pemerintah Hindia Belanda
tidak mau mengeluarkan biaya untuk pembangunan rel kereta api atau
mengizinkan pihak swasta untuk mengerjakannya. Gubernur Jenderal Ruchussen
pada 1864 menentang konsesi swasta untuk pembangunan jalur kereta api.
Barulah pada masa Van Twist dengan persetujuan pemerintah di Negeri Belanda,
menyatakan lebih suka menyerahkan pembangunan jalur kereta ke tangan
perusahaan swasta”.
Hal ini mendukung kegiatan pariwisata. Walaupun mempunyai dampak

13
Critical Book Report

positif untuk kemajuan suatu negara namun sangat disayangkan bahwa tenaga
pribumi lah yang di peras untuk pembangunan. Didalam buku ini dikatakan
bahwa “Bordes melaksanakan pembangunan jalan kereta api tersebut dengan
menggunakan buruh bebas”. Kereta api yang beroperasi selain dugunakan untuk
pengangkutan barang juga digunakan dalam kegiatan perjalanan. Dalam buku ini
dikatakan “ contoh perjalanan dengan kereta di Sumatera yaitu antara Padang
menuju Fort de Kock, dilakukan oleh Justus van Maurik pada akhir abad ke-19.
Maurik menikamati pemandangan di sepanjang perjalanan. Ia pun memuji dan
mengagumi jalur kereta antara Padang ke Fort de Dock hasil karya insinyur
kawakan J.W. Ijzerman. Maurik mengomentari masinis dan kondektur di kereta
tersebut.
Kebijakan demi kebijakan pemerintah baik pemerintah Hindia Belanda
maupun pemerintah Indonesia turut memberikan perkembangan pariwisata. Pada
awal abad 20 pariwisata adalah kegiatan di mana sebuah negeri mempertontonkan
diri untuk orang luar dan juga untuk warganya sendiri. Indonesia kini berhasil
menarik jutaan wisatawan asing di samping jutaan orang Indonesia yang
mengunjungi negerinya sendiri dengan tujuan bersenang-senang sambil belajar
tentang serba-serbi aspek kebudayaan Indonesia. Perkembangan perhotelan juga
sudah terlihat di hindia belanda.
Kegiatan kepariwisataan dimulai dengan penjelajahan yang dilakukan
pejabat pemerintah, missionaris atau orang swasta yang akan membuka usaha
perkebunan di daerah pedalaman. Para pejabat Belanda yang dikenai kewajiban
untuk menulis laporan pada setiap akhir  perjalannannya. Pada laporan itu terdapat
keterangan mengenai peninggalan purbakala, keindahan alam, seni budaya
masyarakat nusantara. Pada awal abad ke-12, daerah Hindia Belanda mulai
berkembang menjadi suatu daerah yang mempunyai daya tarik luar biasa bagi
para pengadu nasib dari negara Belanda. Mereka membuka lahan perkebunan
dengan skala kecil. Perjalanan dari satu daerah ke daerah lain , dari nusantara ke
negara Eropa menjadi hal yang lumrah, sehingga dibangunlah sarana dan
prasarana penunjang kegiatan tersebut. Kegiatan Kepariwisataan masa penjajahan
Belanda dimuali secara resmi sejak tahun 1910-1912 setelah keluarnya keputusan

14
Critical Book Report

Gurbenur Jendral atas pembentukan Vereeneging Toeristen Verkeer ( VTV ) yang


merupakan suatu biro wisata pada masa itu.
C. Kelebihan dan kekurangan buku

1. Kelebihan
Dalam hal isi buku utama Sejarah Pariwisata: Menuju Perkembangan
Pariwisata Indonesia para pembaca bisa menemukan penulisan sejarah pariwisata
dimulai dari pengertian dan potensi pariwisata di Indonesia dan sebab kenapa
pariwisata muncul di Indonesia. kemudian menuliskan sejarah pariwisata di dunia.
Dalam penulisan buku utama ini menggunakan penulisan yang menggunakan
fakta sehingga pembaca mendapat informasi yang paling relevan dengan potensi
pariwisata Indonesia. karena itulah penulis mamapu menuliskan potensi
pariwisata kemiskainan di Indonesia sebagaisalah satu potensi pariwisata yang
bisa dikembangkan atau dimunculkan oleh pemerintah Indonesia. Penulis
kemudian memberikan potensi-potensi pariwisata yang ada di Sumatera Utara dan
potensi pariwisata kemiskinan di sumatera utara. Tidak lupa penulis memberikan
saran bag pemerintah tentang pengembangan atau membuka potensi pariwista
yang baru terutama priwisataa kemiskinan yang diperlukan bagaimana para
pejabat pemerintahan dan masyarakat bersama-sama mengembangkan
memberikan kreatifitas dan kemauan didalamnya. Demikian lah kelebihan dari isi
buku dimana menurut kami para penulis buku ini bagus dalam hal isinya karena
mencakup aspek apa saja yang dibahas dalam pariwisata terutama berkaitan
dengan pengembangan pariwisata Indonesia.
Dalam penulisan buku ini menggunakan bahasa yang mudah dipahami
terutama kepada mahasiswa sejarah yang ingin mengetahui sejarah pariwisata.
Dan penulisan yang sistematis sehingga kerangka berpikir para pembaca teratur
dalam membacanya. Itulah kelebihan-kelebihan yang bisa kita dapat dari buku ini.
2. Kekurangan
Dalam kekurangan buku ini tidak banyak yang para penulis bisa
ungkapkan karena kekurangan ilmu dari para penulis. Akan tetapi kami akan
memberikan pendangan untuk potensi pariwisata yang dituliskan didalam buku ini

15
Critical Book Report

kurang meluas seperti di bab 9 yang hanya membahas untuk daerah Sumatera
Utara. Maka penting juga kami untuk para pembaca khusunya para mahasiswa
untuk mempelajari pariwisata di berbagai daerah dan tentunya pariwisata yang
berkaitan dengan sejarah. Dan begitupun potensi pariwisata yang diberkan hanya
disekitaran Medan karena masih banyak pariwisata yang belum dimunculkan di
daerah sumatera utara.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Buku Sejarah Pariwisata : Menuju pengembangan Pariwisata Indonesia
sangat bagus untuk dibaca karena isi buku yang lengkap tentang pariwisata dan
sejarah pariwisata. Buku ini sangat bermanfaat baik bagi kami mahasiswa dan
juga para pembaca awam dalam mengetahui sejarah pariwisata dan hal yang
berkaitan dengan pariwisata. Pengembangan potensi pariwisata di Indonesia bisa
terlaksanakan dengan dukungan dari berbagai aspek yaitu pemerintah dan
masyarakat. Buku-buku seperti ini harus terus dikembangkan untuk menambah

16
Critical Book Report

pengetahuan akan pariwisata di Indonesia.


B. Rekomendasi
Penulis menyarankan kepada penulis buku untuk melanjutkan karya tulisnya
yang berkaitan dengan kehidupan bangsa dan negara. Berkelanjutannya buku ini
tentunya akan bermanfaat bagi banyak orang yang nantinya dapat digunakan
sebagai bahan rujukan atau bandingan.

17

Anda mungkin juga menyukai