CBR Sejarah Pariwisata Dicki
CBR Sejarah Pariwisata Dicki
Dosen Pengampu: Dra. Flores Tanjung, M.A/ Pulung Sumantri, S.Pd , M.Si
Disusun Oleh:
DICKI PRATAMA
(3183121033)
REGULER C 2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT berkat rahmat dan hidayah-
Nya sehingga tugas sritical book report ini dapat terselesaikan. Tugas ini
merupakan tugas wajib penulis sebagai mahasiswa dalam mata kuliah Sejarah
Pariwisata di Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri
Medan yang berjudul “Sejarah Pariwisata Menuju Perkembangan Pariwisata
Indonesia”.
Penulis berharap agar kiranya makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca dalam menambah wawasan dan ilmu pengetahuan yang lebih luas
mengenai pariwisata. Penulis menyadari bahwa makalah ini memiliki banyak
kekurangan yang harus dibenahi. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan
saran dari para pembaca yang dapat kami gunakan untuk kelangsungan makalah
ini selanjutnya.
DICKI PRATAMA
i
Critical Book Report
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...............................................................................................i
Daftar Isi..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Tujuan Penulisan CBR.............................................................................1
C. Manfaat CBR............................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................2
A. Informasi Bibliografi...............................................................................2
B. Ringkasan Isi Buku.................................................................................3
C. Kelebihan dan kekurangan buku...........................................................16
ii
Critical Book Report
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Critical Book Report merupakan salah satu instrument yang dapat
mendukung proses pembelajaran di bangku perkuliahan. Indikator keberhasilan
Critical Book Report untuk mendukung keberhasilan dalam pembelajaran dapat
dilihat dari terciptanya kemampuan mahasiswa untuk mengevaluasi penjelasan,
interpretasi serta analisis mengenai kelebihan maupun kelemahan baik dari buku,
sehingga berdampak besar bagi pengembangan cara berfikir dari mahasiswa yang
pada akhirnya menambah pemahaman dan pengetahuan mahasiswa itu sendiri
terhadap kajian mata kuliah yang telah diambil. Dengan kata lain, melalui Critical
Book Report mahasiswa diajak untuk menguji pemikiran dari pengarang maupun
penulis berdasarkan sudut pandang yang akan dibangun oleh setiap mahasiswa
berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang mereka miliki.
Adapun Critical Book Report kami ini, kami akan mengkritik buku yang
membahas tentang “Sejarah Pariwisata Menuju Perkembangan Pariwisata
Indonesia” karya dari Bungaran Antonius Simanjuntak, Flores Tanjung, dan
Rosramashana Nasution.
1
Critical Book Report
BAB II
PEMBAHASAN
A. Informasi Bibliografi
Buku Utama
Judul : Sejarah Pariwisata Menuju Perkembangan Pariwisata
Indonesia.
Penulis : Bungaran Antonius Simanjuntak, Flores Tanjung, dan
Rosramashana Nasution
Penerbit : Yayasan Pustaka Obor Indonesia
Kota terbit : Jakarta
Tahun terbit : 2017
ISBN : 978-602-433-437-6
Tebal Buku : x + 258 halaman
Buku Pembanding
Judul : Pariwisata di Hindia Belanda (1891-1942)
Penulis : Achmad Sunjayadi
Penerbit : Kepustakaan Populer Gramedia
Kota terbit : Jakarta
Tahun terbit : 2019
ISBN : 978-602-481-282-9
Tebal Buku : xviii + 356 halaman
2
Critical Book Report
3
Critical Book Report
Berdasarkan laporan yang disiarkan oleh WTO dan negara tujuan wisata,
bahwa lapangan pariwisata telah menyediakan lapangan kerja langsung kepada
211 juta orang pada tahun 1995, kemudian menjadi 207 juta orang pada tahun
2001 dan menjadi sekitar 305 juta orang pada tahun 2005. Bagi negara Indonesia
4
Critical Book Report
5
Critical Book Report
6. Objek wisata dan atraksi wisata yang terdapat didaerah tujuan wisata, yang
menjadi daya tarik orang untuk datang berkunjung ke darah tujuan wisata
tersebut
7. Jasa-jasa souvenir shop dan handicraft serta shopping center dimana
wisatawan dapat berbelanja untuk membeli oleh-oleh dan barang-barang
lainnya
8. Jasa-jasa perusahaan pendukung, seperti menjual postcard, dan benda-
benda pos, penjual kamera dan film, dan penukaran uang (money changer)
6
Critical Book Report
7
Critical Book Report
8
Critical Book Report
9
Critical Book Report
10
Critical Book Report
11
Critical Book Report
Buku Pembanding
Salah satu cara masyarakat mengetahui geliat wisata pada masa lalu dapat
dilirik dari dokumen berupa sebuah catatan perjalanan seseorang saat berkunjung
Hindia pada masa kolonial. Berbicara mengenai pariwisata di Indonesia dengan
12
Critical Book Report
segala keindahan alamnya tak akan kalah saing dengan negara-negara lain di
Dunia. Sejarah pariwisata yang lahir dari Bangsa Sumeria di Babylonia hingga
perjalanan Marcopolo telah menjadikan kegiatan pariwisata menjelma menjadi
sebuah kegiatan yang komplek dan merambah ke segala aspek. Pemerintah
berlomba-lomba mengembangkan dan mengelola kepariwisataan karena salah
satu dampaknya sangat berkaitan dengan perekonomian yang mendongkrak
kemajuan pmbangunan di sebuah negara.
Di dalam buku Pariwisata di Hindia Belanda Buku Achmad Sunjayadi ini
membeberkan lahirnya pariwisata Indonesia di masa kolonial, dari 1891 sampai
1942, dan menggambarkan peranan berbagai pihak dalam perkembangan itu,
termasuk praktisi perhotelan, pegawai pemerintah, jurnalis sampai pendeta,
termasuk juga orang Indonesia sendiri. Buku ini sangat berpartisipasi dalam
menyumbangkan secercah sejarah Indonesia masa Hindia Belanda terutama dalam
hal kepariwisataan. Dikatakan dalam buku ini bahwa kepariwisataan di Indonesia
didukung oleh kemajuan pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah Hindia
Belanda. Pembangunan yang dilakukan bukan semata-mata untuk
mengembangkan sektor kepariwisataan melainkan untuk memperlanjar kegiatan
dagang untuk menambah uang kas negara jajahan. Namun hal itu menjadikan
negeri jajahan Belanda semakin maju dalam sektor kepariwisataannya. Dapat
dilihat perekembangan pembangunan di Bab awal dalam buku ini “Di bawah
periode sistem tanam paksa (1830-1817) dan masa Liberal (1870-1900) upaya
meningkatkan kualitas jalan banyak dilakukan, terutama yang meenggunakan
tenaga wajib. Sayangnya hal tersebut tidak dapat dilakukan untuk membangun
jalur kereta api. Dibawah periode sistem tanam paksa, pemerintah Hindia Belanda
tidak mau mengeluarkan biaya untuk pembangunan rel kereta api atau
mengizinkan pihak swasta untuk mengerjakannya. Gubernur Jenderal Ruchussen
pada 1864 menentang konsesi swasta untuk pembangunan jalur kereta api.
Barulah pada masa Van Twist dengan persetujuan pemerintah di Negeri Belanda,
menyatakan lebih suka menyerahkan pembangunan jalur kereta ke tangan
perusahaan swasta”.
Hal ini mendukung kegiatan pariwisata. Walaupun mempunyai dampak
13
Critical Book Report
positif untuk kemajuan suatu negara namun sangat disayangkan bahwa tenaga
pribumi lah yang di peras untuk pembangunan. Didalam buku ini dikatakan
bahwa “Bordes melaksanakan pembangunan jalan kereta api tersebut dengan
menggunakan buruh bebas”. Kereta api yang beroperasi selain dugunakan untuk
pengangkutan barang juga digunakan dalam kegiatan perjalanan. Dalam buku ini
dikatakan “ contoh perjalanan dengan kereta di Sumatera yaitu antara Padang
menuju Fort de Kock, dilakukan oleh Justus van Maurik pada akhir abad ke-19.
Maurik menikamati pemandangan di sepanjang perjalanan. Ia pun memuji dan
mengagumi jalur kereta antara Padang ke Fort de Dock hasil karya insinyur
kawakan J.W. Ijzerman. Maurik mengomentari masinis dan kondektur di kereta
tersebut.
Kebijakan demi kebijakan pemerintah baik pemerintah Hindia Belanda
maupun pemerintah Indonesia turut memberikan perkembangan pariwisata. Pada
awal abad 20 pariwisata adalah kegiatan di mana sebuah negeri mempertontonkan
diri untuk orang luar dan juga untuk warganya sendiri. Indonesia kini berhasil
menarik jutaan wisatawan asing di samping jutaan orang Indonesia yang
mengunjungi negerinya sendiri dengan tujuan bersenang-senang sambil belajar
tentang serba-serbi aspek kebudayaan Indonesia. Perkembangan perhotelan juga
sudah terlihat di hindia belanda.
Kegiatan kepariwisataan dimulai dengan penjelajahan yang dilakukan
pejabat pemerintah, missionaris atau orang swasta yang akan membuka usaha
perkebunan di daerah pedalaman. Para pejabat Belanda yang dikenai kewajiban
untuk menulis laporan pada setiap akhir perjalannannya. Pada laporan itu terdapat
keterangan mengenai peninggalan purbakala, keindahan alam, seni budaya
masyarakat nusantara. Pada awal abad ke-12, daerah Hindia Belanda mulai
berkembang menjadi suatu daerah yang mempunyai daya tarik luar biasa bagi
para pengadu nasib dari negara Belanda. Mereka membuka lahan perkebunan
dengan skala kecil. Perjalanan dari satu daerah ke daerah lain , dari nusantara ke
negara Eropa menjadi hal yang lumrah, sehingga dibangunlah sarana dan
prasarana penunjang kegiatan tersebut. Kegiatan Kepariwisataan masa penjajahan
Belanda dimuali secara resmi sejak tahun 1910-1912 setelah keluarnya keputusan
14
Critical Book Report
1. Kelebihan
Dalam hal isi buku utama Sejarah Pariwisata: Menuju Perkembangan
Pariwisata Indonesia para pembaca bisa menemukan penulisan sejarah pariwisata
dimulai dari pengertian dan potensi pariwisata di Indonesia dan sebab kenapa
pariwisata muncul di Indonesia. kemudian menuliskan sejarah pariwisata di dunia.
Dalam penulisan buku utama ini menggunakan penulisan yang menggunakan
fakta sehingga pembaca mendapat informasi yang paling relevan dengan potensi
pariwisata Indonesia. karena itulah penulis mamapu menuliskan potensi
pariwisata kemiskainan di Indonesia sebagaisalah satu potensi pariwisata yang
bisa dikembangkan atau dimunculkan oleh pemerintah Indonesia. Penulis
kemudian memberikan potensi-potensi pariwisata yang ada di Sumatera Utara dan
potensi pariwisata kemiskinan di sumatera utara. Tidak lupa penulis memberikan
saran bag pemerintah tentang pengembangan atau membuka potensi pariwista
yang baru terutama priwisataa kemiskinan yang diperlukan bagaimana para
pejabat pemerintahan dan masyarakat bersama-sama mengembangkan
memberikan kreatifitas dan kemauan didalamnya. Demikian lah kelebihan dari isi
buku dimana menurut kami para penulis buku ini bagus dalam hal isinya karena
mencakup aspek apa saja yang dibahas dalam pariwisata terutama berkaitan
dengan pengembangan pariwisata Indonesia.
Dalam penulisan buku ini menggunakan bahasa yang mudah dipahami
terutama kepada mahasiswa sejarah yang ingin mengetahui sejarah pariwisata.
Dan penulisan yang sistematis sehingga kerangka berpikir para pembaca teratur
dalam membacanya. Itulah kelebihan-kelebihan yang bisa kita dapat dari buku ini.
2. Kekurangan
Dalam kekurangan buku ini tidak banyak yang para penulis bisa
ungkapkan karena kekurangan ilmu dari para penulis. Akan tetapi kami akan
memberikan pendangan untuk potensi pariwisata yang dituliskan didalam buku ini
15
Critical Book Report
kurang meluas seperti di bab 9 yang hanya membahas untuk daerah Sumatera
Utara. Maka penting juga kami untuk para pembaca khusunya para mahasiswa
untuk mempelajari pariwisata di berbagai daerah dan tentunya pariwisata yang
berkaitan dengan sejarah. Dan begitupun potensi pariwisata yang diberkan hanya
disekitaran Medan karena masih banyak pariwisata yang belum dimunculkan di
daerah sumatera utara.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Buku Sejarah Pariwisata : Menuju pengembangan Pariwisata Indonesia
sangat bagus untuk dibaca karena isi buku yang lengkap tentang pariwisata dan
sejarah pariwisata. Buku ini sangat bermanfaat baik bagi kami mahasiswa dan
juga para pembaca awam dalam mengetahui sejarah pariwisata dan hal yang
berkaitan dengan pariwisata. Pengembangan potensi pariwisata di Indonesia bisa
terlaksanakan dengan dukungan dari berbagai aspek yaitu pemerintah dan
masyarakat. Buku-buku seperti ini harus terus dikembangkan untuk menambah
16
Critical Book Report
17