Anda di halaman 1dari 6

UJIAN TENGAH SEMESTER

Nama : Lilian Putri Sagia

NIM : 1810111078

Kelas : Hukum Penggunaan Kekuatan Bersenjata 4.1

1. A. Perbedaan istilah Hukum Penggunaan Kekuatan Bersenjata dan Hukum

Humaniter

Jawaban :

Hukum Penggunaan Kekuatan Bersenjata (the law of the use of armed force or the law of

the use force ) bukan hukum yang mengatur mengenai metode dan alat atau senjata

berperang serta perlindungan korban perang melainkan tentang dalam hal apa subjek

hukum internasional dapat memulai perang. Dengan kata lain bahwa hukum penggunaan

kekuatan bersenjata mengatur mengenai pembatasan alasan dan cara memulai perang

sehingga perang tidak dapat dilakukan secara semena-mena oleh subjek hukum

internasional.

Berbeda dengan Hukum Penggunaan Kekuatan Bersenjata, Hukum Humaniter pada

dasarnya berisi ketentuan mengenai cara/pelaksanaan permusuhan (conduct of hostilities)

yang meliputi ketentuan yang mengatur alat atau sarana dan cara atau metode berperang.

Dan juga berisi ketentuan yang mengatur mengenai perlindungan terhadap korban

perang.
B. Istilah Hukum Penggunaan Kekuatan Bersenjata

Jawaban :

Terdapat pengunaan 2 istilah yang terkait dengan penggunaan kekuatan bersenjata, yakni:

1) the use of force

2) the use of armed force.

Dalam Hukum Internasional istilah “the use of force” terdapat dalam pasal 2 paragraf

4 Piagam PBB. Akan tetapi pasal ini tidak menjelaskan apa yang dimaksud dengan

“the use of force” ini. Istilah penggunaan kekuatan bersenjata atau “the use of armed

force” juga ditemukan dalam UN charter yakni pasal 41 Piagam PBB. Namun pasal

ini tidak mendefinisikan apa yang dimaksud dengan “the use of armed force”

tersebut. Walaupun begitu, pada pasal berikutnya yakni pasal 42 terdapat gambaran

yang terkait dengan the use of armed force yakni sebagai “tindakan oleh angkatan

darat, laut dan udara dan bentuk-bentuk penggunaannya (metodanya) yakni;

demontrasi, blokade and operasi lainnya yang dilakukan oleh angkatan darat, laut

dan udara”.

C. Sumber-sumber Hukum Penggunaan Kekuatan Bersenjata

Jawaban :

1) Perjanjian-perjanjian internasional, contohnya UN Charter, perjanjian aliansi

pertahanan.

2) Hukum kebiasaan internasional

3) Prinsip-prinsip hukum umum


4) Keputusan pengadilan dan para ahli, contohnya keputusan mahkamah

internasional dalam niracagua case.

5) Resolusi-resolusi PBB, baik resolusi dewan keamanan maupun Majelis Umum

2. A. Syarat suatu penggunaan kekuatan bersenjata dapat disebut sebagai self defense

Jawaban :

Menurut pasal 51 Piagam PBB Self Defence hanya dimungkinkan apabila suatu negara

mengalami serangan bersenjata sehingga harus mempertahankan diri dari serangan

tersebut. Self Defence baru dapat dilaksanakan apabila dalam keadaan memaksa yang

mana memiliki syarat :

a) Sebagai respon terhadap serangan bersenjata

b) Penggunaan kekerasan harus sesuai kebutuhan dan proporsional

c) Harus melaporkan pada Dewan Keamanan PBB dan harus berhenti apabila

Dewan Keamanan telah mengambil tindakan.

B. Problem yang berkaitan dengan Self Defence

Jawaban :

1) Berdasarkan Pasal 51 piagam PBB dari segi batasan waktu, batas awal

dilakukannya self defense kurang jelas karena tidak ada ketegasan apakah

penggunaan kekuatan senjata untuk self defense boleh dimulai ketika armed

attack telah selesai, sedang berlangsung atau yang akan segera terjadi.
2) Satu-satunya batasan waktu yang dipertunjukkan dalam pasal ini adalah bahwa

self defense berakhir ketika “Security Council” telah mengambil alih situasi ini

dengan alasan “to maintain international peace and security”.

3) Pasal 51 piagam PBB tidak menjelaskan tentang tempat terjadinya penggunaan

kekuatan bersenjata yang disebut sebagai armed attack. Tidak ada kejelasan

apakah self defense hanya boleh dilakukan ditempat dimana armed attack itu

terjadi atau boleh memasuki wilayah si penyerang untuk menghentikan serangan

tersebut. Inggris dalam Perang Malvinas, misalnya, hanya menggunakan kekuatan

senjata terhadap Argentina diseputar wilayah Falkland saja. Namun ini belum

cukup untuk menyimpulkan bahwa self defense hanya boleh diluar wilayah

penyerang.

C. Suatu negara dapat melakukan collective self defence apabila

Jawaban :

1) Negara yang menjadi korban serangan telah menyatakan dirinya sebagai korban

serangan bersenjata. Dasar hukumnya ICJ dalam Niracagua Case.

2) Harus menyatakan permintaan tolong untuk Colloective Self Defence terhadap

negara lain.

3. A. Alasan Armed Reprisal tidak dibolehkan

Jawaban :

a) Terkait dengan tujuan PBB yakni memelihara perdamaian dan keamanan

internasional, pelaksanaan Armed Reprisals ini dianggap merusak perdamaian

dan keamanan internasional.


b) Perbuatan ini juga bertentangan dengan larangan yang terdapat dalam Pasal 2 para

piagam 4 “All members shall refrain in thei internasional relations from the threat

or use of force agains the territorial of any state, or in any other manner

inconsistent with the purposes of the United Nations”.

B. Kapan suatu tindakan disebut Armed Reprisals

Jawaban :

Suatu tindakan dapat disebut Armed Reprisal apabila perbuatan pembalasan antara pihak

yang berperang dengan tujuan memaksa pihak lawan untuk menghentikan perbuatannya

yang melanggar hukum perang. Reprisal atau tindakan pembalasan pada dasarnya

merupakan tindakan yang melanggar Hukum Internasional sebagaiman diatur dalam

Protokol Tambahan I 1977.

Contoh tindakan Armed Reprisal yaitu tindakan yang dilakukan Israel terhadap Gaza

yaitu melakukan serangan balasan berlebihan dengan menembakkan 50 serangan balasan

ke Jalur Gaza.

C. Beda Armed Reprisal dan Self Defence

Jawaban :

Armed Reprisals merupakan tindakan pembalasan secara berlebihan dimana tindakan ini

harus sesuai dengan prinsip necessity dan proportiolity.


Self defense merupakan hak inherent yang dimiliki oleh setiap negara untuk

mempertahankan negaranya dari sebuah serangan dari negara lain, hal ini diberikan oleh

Dewan Keamanan PBB.

Anda mungkin juga menyukai