Anda di halaman 1dari 24

1| Imam Abdullah El-Rashied

Menjejak Cerita

Di Garis Pantai Mukalla.


Oleh : Imam Abdullah El-Rashied

Adzan pertama Shubuh sudah mulai menggema


memenuhi jagat Mukalla1. Kubuka mata tuk menyapa
semesta. Terima kasih Tuhan Kau telah bangkitkan kami
setelah Kau membuat kami mati sejenak2, tenggelam
di lautan mimpi yang buta.

Kelopak mataku masih terasa berat, padahal


hanya 30 gram. Bukan hanya beratnya kelopak mata
yang menyelimuti, tapi beratnya rindu yang datang
bertubi-tubi. Terlebih di hari pertama liburan kegiatan

1) Di sini, Adzan untuk Sholat Shubuh dilakukan dua kali; yaitu setengah jam
sebelum Fajar Shodiq menjelma cahaya lantas menerangi semesta. Sedangkan
Adzan yang kedua adalah ketika waktu Shalat Shubuh sudah masuk. Jarak
antara keduanya adalah setengah jam, namun dalam Madzhab Syafi’i waktu
Adzan pertama sudah masuk sejak tengah malam. Hal ini sesuai dengan hadits
Aisyah r.a. yang diriwayatkan oleh Bukhari (no. 2513) & Muslim (no. 1092).
Tentang Adzannya Bilal dan Ibn Ummi Maktum.

2( Imam Bukhari (no. 6312) meriwatkan dari Hudzaifah r.a. ketika Nabi saw bangun,
beliau membaca do’a:
َ .َ‫اَوإَلَيَهََالنَشََور‬
َ َ‫اَلَحَمَدََلَلَهََالَذَيََأَحَيَانَاَبَعَدََمَاَأَمَاتَن‬

2|Menjejak Cerita Di Garis Pantai Mukalla


penuh dari pagi hingga malam hari, yang sepenuhnya
kami habiskan di kolam renang di kawasan Syafi’i.

Dan, sekali lagi jejak putaran Tarian Shufi yang


kumainkan meninggalkan sepotong cerita yang akan
kukenang hingga waktu memisahkan kita. Sekitar 220
detik lamanya aku tenggelam dalam putaran tarian
Darwish bersamaan dengan rotasi bumi dan
pergerakaan galaksi. Ada sensasi yang menyelimuti,
seolah berada dalam dunia yang fiksi. Yah, 4 tahun
silam aku mulai mempelajari sebuah tarian Shufi yang
dinisbatkan kepada Jalaluddin Rumi.
***
Ketika senja tenggelam di hari sebelumnya, harus
kubayar mahal segala tawa dengan segenap letih dan
lelah menerpa. Seperti ketika harus kubeli ketidak-
pastian cintamu dengan segenap rindu yang kumiliki,
meski kutahu aku merugi, aku suka transaksi ini.
Yah, hari ini memasuki hari ke-2 libur semester ganjil
tahun ini. Setelah beberapa menit berkutat dengan
kelopak mata yang menarikku kembali ke merebah di
kasur, akhirnya aku berdiri, untuk sejenak melepaskan
satu persatu dari tiga tali yang diikatkan oleh setan di
kepalaku saat aku tidur tadi3. Tiga ikatan yang disertai
mantra setan: “Malam masih panjang, tidurlah!”

3) Diriwayatkan dari ِ Abu Hurairah r.a. bahwasannya Rasulullah saw bersabda:


ََ‫َ"عَلَيَكََلَيَلََطَ َويَلَ"َفَ َارقَدَ!َفَإَنََاسَتَيَقَظ‬:َ‫َيَضََربََمَكَانَََكَلََعَقَدَة‬،َ‫)يَعَقَدََالشَيَطَانََعَلَىَقَافَيَةَََرأَسََأَحََدكَمََإَذَاَهَوََنَامََثَلَثََعَقَد‬
ََ‫َ َوإَّلَ ََأصَبَحََخَبَيَث‬،َ‫َفَأَصَبَحََنَشَيَطَاَطَيَبََالنَفَس‬،‫َفَإَنََصَلَىَاَنَحَلَتََعَقَدَةَََكَلَهَا‬،َ‫َفَإَنََتَ َوضَأََاَنَحَلَتََعَقَدَة‬،َ‫فََذكَرََاللَهََاَنَحَلَتََعَقَدَة‬
َ )َ‫النَفَسَََكَسَلَن‬

3| Imam Abdullah El-Rashied


Setengah jam lagi Adzan Shubuh akan
mengudara memenuhi langit Mukalla. Semua menara
masjid akan menyiarkan Adzan secara serentak. Ah,
tiap kali mendengar Adzan Shubuh, selalu saja aku
teringat hari pertamaku di Sana’a, Ibu Kota Repbulik
Yaman.
Persis 4 tahun silam, di puncak musim dingin, pada
tanggal 1 Desember 2014. Baru 3 jam aku tidur di hotel
tempat kami transit, kini aku terbangun. Dari lantai 5 aku
turun menuju lobi hotel untuk menanyakan waktu
Shalat Shubuh. “Shalatnya jam 5 pagi Pak, masih ada 1
jam lagi.” Begitu jawab petugas lobi hotel, lantas aku
bergegas kembali ke kamar sambil merapikan jaket
dan shal yang aku pakai untuk menghalau dinginnya
udara Sana’a di atas ketinggian 2500 mdpl.

Setelah satu jam aku menunggu, tiba-tiba secara


serentak ada suara yang selama 17 jam4 terakhir aku
tak mendengarnya. Aku bergegas menuju jendela,
menjawab satu persatu Adzan yang serempak
berpadu dari ratusan menara masjid Kota Sana’a.

Selesai menjawab Adzan, keheningan kembali


menyelimuti langit Yaman, begitu juga hatiku. Di
Indonesia, rasanya hanya 2-3 Adzan yang bisa kita

“Setan mengikat 3 ikatan di kepala salah seorang di antara kalian ketika ia sedang
tidur, di setiap ikatan ia mengucapkan: “Malam masih panjang, tidurlah!” Ketika ia
terbangun lantas menyebut Allah, maka terbukalah satu ikatan. Ketika ia
berwudhu’ (setelah itu) maka terbukalah satu ikatan (lainnya), ketika ia melakukan
Sholat (setelah itu) maka terbukalah semua ikatan (setan), hingga akhirnya ia
terbangun dalam keadaan bersemangat, jika tidak (melakukan 3 hal tersebut)
maka ia akan bermalas-malasan.” HR. Bukhari (no. 1091) & Muslim (no. 776)
4) 10 Jam di pesawat, 3 jam pengurusan visa, perjalanan menuju hotel dan benah-
benah barang bawaan, 3 jam untuk tidur, dan 1 jam menunggu Adzan Shubuh.

4|Menjejak Cerita Di Garis Pantai Mukalla


dengar bersamaan saling bersahutan. Akan tetapi di
Yaman berbeda, ada puluhan menara masjid yang
mengumandangkan Adzan secara serempak, baik di
Sana’a, Mukalla dan terlebih Tarim yang merupakan
kota kecil seukuran sebuah kecamatan di Indonesia
dengan jumlah 360 masjid. Ada kesatuan resonansi
yang kuat di sini, Resonansi Adzan yang merupakan
bentuk panggilan Tuhan dan lambang dakwah ke
jalan-Nya.
***

Kini aku sudah tiba di Masjid As-Salim yang


merupakan masjid kampus dan hanya berjarak 50
langkah dari pintu kamarku. Aku menatap wajah-wajah
lesu yang berbaris di Shof pertama. Yah, seharian
penuh energi kami terkuras untuk menghilangkan
keletihan di hati, setelah hampir 3 minggu lamanya
ujian semester menyandra kami.
Jauh-jauh dari Indonesia ke Yaman, tujuan kami
adalah menimba ilmu. Akan tetapi bukan berarti kami
tak boleh untuk mengambil jeda menghibur diri.

Dari Anas r.a. bahwasannya Rasulullah saw


bersabda:

»َ‫«َرَوحَواَالَقَلَ َوبََسَاعَةََبَسَاعَة‬
“Hiburlah hati kalian sesaat sesaat.” HR. Asy-Syihab Al-
Qudho’i dalam Musnad-nya (no. 629).

5| Imam Abdullah El-Rashied


Yah, kami butuh untuk me-refresh pikiran dan hati
kami setelah satu semester penuh belajar dan 2 minggu
lebih berperang melawan ujian.
Bahkan, Imam Ibnu Hajar dan Imam Ar-Ramli
sempat berbeda pendapat tentang bepergian untuk
rekreasi. Menurut Imam Ibnu Hajar, bepergian untuk
rekreasi5 adalah termasuk Safar yang mubah yang
membolehkan Jama’ dan Qoshor dengan syarat jarak
yang dituju minimal 16 Farsakh6 (85 km). Sedangkan
menurut Imam Ar-Ramli, rekreasi tak termasuk Safar
yang memperkenankan Qoshor. Akan tetapi –menurut
Imam Ar-Ramli– ketika ada dua jalan, yang satu pendek
(kurang dari 85 km) dan yang satunya panjang, lantas
mengambil jalan yang panjang untuk tujuan rekreasi,
maka diperkenankan untuk Qoshor.

***
Begitulah kehidupan, setelah berkutat dengan
berbagai kesibukan, kita perlu penyegaran, agar syaraf
dan otot tidak tegang.
Shalat Shbuh berjama’ah telah kami laksanakan.
Sejenak 15 menit lamanya Sayyidi Syeikh memberikan
penjelasan tentang ayat yang dibaca oleh Imam saat
Shalat Shubuh tadi.

Penjelasan Tafsir-pun selesai. Suara gagak hitam


mulai menggema, mengitari komplek asrama. Angin

5) Dengan catatan rekreasinya tak dibarengi dengan perbuatan maksiat.


6( Dalam ukuran berapa jarak tujuan yang memperkenankan-nya Jama’ dan
Qoshor, Ulama berbeda pendapat:

6|Menjejak Cerita Di Garis Pantai Mukalla


laut menerpa, mencoba untuk menyapa. Sedangkan
mentari masih menanti, di ufuk timur untuk menemani.

Perlahan tapi pasti, desingan kebahagian satu-


persatu menembus cakrawala lantas bersarang di hati.
Yah, hari ini kulihat wajah-wajah ceria berupaya
menjejakkan cerita. Menebar senyum dan mengumbar
tawa. Meski tak sepenuhnya, letihnya ujian tak hilang
ditelan canda.

Satu-persatu kawan-kawan memasuki bus asrama.


Menduduki kursi masing-masing perlahan dan
bersama-sama. Tak lupa, sepucuk do’a7 dilantunkan
agar perjalanan ini sukses dan membawa gembira.
Kutatap langit Mukalla, dari jendela bus yang
terbuka. Ada gerombolan awan yang berusaha

7( Ketika kita melakukan perjalanan (Safar) disunnahkan untuk membaca Do'a


Safar sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Umar r.a. :
َ،َ‫َ((سبحانَالذيَسخرَلناَهذَاَوماَكناَلهَمقرنين‬:َ‫َثمَقال‬،‫َكب رَثلثا‬،‫أنَرسولَاللهَكان َإذاَاست وىَعلىَبعيرهَخارجاَإلىَسفر‬
َ‫َواطوَعنا‬،‫َاللهمَهونَعلي ناَسفرناَهذا‬،‫َومنَالعملَماَترضى‬،‫َوالتقوى‬ َ ‫َاللهمَإناَنسألكَفيَسفرناَهذاَالبر‬.َ‫وإناَإلىَربناَلمن قلبون‬
َ‫َوسوءَالمَن قلب‬،‫ وكآبةَالمنظر‬،َ‫َاللهمَإنيَأعوذَبكَمنَوعثاءَالسفر‬.َ‫َوالخليفةَفيَاألهل‬،‫َاللهمََأنتَالصاحبَفيَالسفر‬.َ‫ب عده‬
َ))َ‫َلَربناَحَامدون‬،َ‫َعابدون‬،َ‫َتائبون‬،‫َ((آيبون‬:‫فيَالمالَواألهلَوالولدَ))َوإذاَرجعَقَالهنَوزادَفيهن‬
“Sesungguhnya Rasulullah saw ketika menaiki untanya keluar untuk bepergian,
beliau membaca Takbir tiga kali kemudian berdo’a: “Maha Suci Dzat yang telah
menundukkan kendaraan ini untuk kami, padahal dahulu kami tak mampu
menguasainya. Dan sesungguhnya kepada Tuhan kamilah, kami akan kembali. Ya
Allah, kami memohon kepada-Mu dalam perjalanan kami ini kebajikan dan takwa,
serta amal yang Engkau ridhoi. Ya Allah, Mudahkanlaj perjalanan kami ini, serta
dekatkanlah jarak perjalanan kami. Ya Allah, Engkaulah teman dalam perjalanan,
dan penjaga keluarga yang kami tinggalkan. Ya Allah, sesungguhnya aku
berlindung kepada-Mu dari kesulitan perjalanan, kesedihan serta (berlindung dari)
tempat kembali yang buruk dalam keluarga, harta dan anak.”
Dan jika kembali dari perjalanan, Rasulullah membaca do’a tersebut dan
menambahkan:
))َ‫َلَربناَحامدون‬،َ‫َعابدون‬،َ‫َتائبون‬،‫((آيبون‬
“Kami kembali (kepada Allah) dengan bertaubat, menyembah dan memuji-Nya.”
HR. Muslim (no. 1342).

7| Imam Abdullah El-Rashied


menahan senyum Sang Surya. Dalam sangka aku
berkata: “Hari ini tak kan ada terik mentari yang
menyapa.”
Lima belas menit lamanya, bus membelah jalanan
lengang di penghujung barat Kota Mukalla. Embun-
embun resah, perlahan mulai sirnah. Tergantikan
senyum dan tawa yang penuh dengan gairah.
Namun sayang, jalan yang kami lalui tak semulus
benang layang-layang. Ada banyak sisi yang
berlubang. Pembenahan yang dilakukan pemerintah
terus digalang.
Itu hal pertama yang kusayangkan. Hal kedua
adalah: “Engkau tak duduk di sampingku, kawan”
(Kawan yang menemani resah hati, dan sering
menghadirkan rindu yang tak bertepi). [Koq jadi curhat
begini?]
***
Ketika jarak yang memisahkan kami dengan
Pantai Syiqqain hanyalah 1000 meter, di situlah
beberapa tentara berjaga memeriksa setiap
kendaraan secara berjejer.
Pantai Syiqqain berada di Kota Brum yang
berbatasan dengan ujung barat Kota Mukalla. Hanya
saja, lumrah di masyarat menganggap Pantai Syiqqain
sebagai bagian dari Kota Mukalla, dan merupakan
pantai terindah di Ibu Kota Provinsi Hadhramaut ini.

Jika kita menarik jalur lurus dari Pantai Syiqqain


menuju pusat Kota Mukalla, kita akan menemui 3 titik

8|Menjejak Cerita Di Garis Pantai Mukalla


pengecekan (Chek Point : ‫ )نقطة التفتيش‬keamanan yang
dijaga oleh Tentara Yaman. Hal ini dimaksudkan untuk
meminimalisir terjadinya penyelundupan senjata api
setelah Kota Mukalla berhasil dimerdekakan dari
genggaman kelompok teroris bersenjata, Al-Qaeda 2,5
tahun silam, tepatnya 24 April 2016.
Pengecekan hanya berlangsung 1-2 menit. Bus
yang kami tumpangi kembali melejit. Membelah
jalanan yang dipagari oleh bukit-bukit.
dr. Ali An-Nadhiri selaku pimpinan rombongan
Rihlah kali ini memberi sedikit gambaran tentang Paintai
Syiqqain yang akan kami kunjungi. Hal ini mengingat
setengah dari mahasiswa yang ikut adalah mahasiswa
baru.
Dalam orasinya menggunakan microphone bus
beliau berkata:

“Kali ini kita akan mengunjungi Pantai Syiqqain


yang merupakan pantai terindah di Kota Mukalla.
Syiqqain artinya adalah dua belahan atau dua bagian.
“Dahulu kala, orang-orang Aden banyak yang
berkunjung ke Kota Mukalla melalui jalur pantai Kota
Brum. Namun saat itu air laut sedang pasang dan
menutupi jalan, sehingga tak memungkinkan untuk
dilewati.
“Akhirnya masyarakat mengadukan hal ini
kepada Syeikh Muzahim Bajabir. Lantas beliau
bertawassul kepada Allh swt, kemudian memukulkan
kayu siwak ke sebuah batu besar di tepi pantai, hingga

9| Imam Abdullah El-Rashied


terbelah menjadi dua bagian dan menjadi jalan
alternatif di saat air pasang menutupi badan jalan.

“Di Mukalla sendiri, hingga saat ini bisa kita


temukan Qobilah (suku) Bajabir. Mari sejenak kita
membaca Fatihah untuk Syeikh Muzahim Bajabir. Lahul
Faatihah...”
Penuturan singkat yang disampaikan dr. Ali yang
merupakan Imam di Masjid Kampus disambut dengan
bacaan Fatihah kami.
Tawassul yang dilakukan oleh Syeikh Muzahim Bajabir
mengingatkanku akan sebuah hadits yang
dirirwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dalam Shahihnya
(no. 2111) & Imam Muslim (no. 4926). Diriwayatkan dari
Ibnu Umar r.a. dari Nabi SAW, beliau bersabda:

ََ‫"انطلقََثلثةََرهطََممنََكانََق ب لكمََحتىَأوواَالمبيتََإَلىَغارََفدخلوهََفانحدرت‬
ََ‫صخرةََمنََالجبلََفسدتََعليهمََالغارََف قالواَإنهََّلََيَنجيكمََمنََهذهََالصخرةََإّل‬
َ ."َ‫أنََتدعواَاللهََبصالحََأعمالكم‬
“Ada tiga orang dari orang-orang sebelum kalian
berangkat bepergian. Suatu saat mereka terpaksa
mampir bermalam di sutau gua, kemudian merekapun
memasukinya. Tiba-tiba jatuhlah sebuah batu besar
dari gunung lalu menutup gua dan mereka di
dalamnya.
Mereka berkata bahwasannya tidak ada yang
dapat meneylamatkan mereka dari batu besar
tersebut kecuali jika mereka semua berdo’a kepada
Allah dengan menyebutkan amalan baik mereka.”

10|Menjejak Cerita Di Garis Pantai Mukalla


ََ‫"ف قالََرجلََمن همََاللهمََكانََليَأب وانََشيخانََكبيرانَ َوكنتََّلََأغبقََق ب لهماَأهل‬
َ‫وّلَ َماّلَ َف نأى َبي َفي َطلبَ َشيءَ َي وما َف لمَ َأرحَ َعليهما َحَتى َناما َفحلبتَ َلهما‬
ََ‫غبوق هما َف وجدت هما َنائمينَ َوكرهتَ َأنَ َأغبقَ َق ب لهما َأَهلَ َأوَ َماّلََف لبثتَ َوالقدح‬
ََ‫علىَيديََأن تظرََاستيقاظهماَحتىَب رقََالفجرََفاستَي قظاَفشرباَغبوق هماَاللهمََإن‬
ََ‫كنتََف علتََذلكََابتغاءََوجهكََف فرجََعناَماَنحنََفيهََمنََهذهََالصخرةََفان فرجت‬
َ ."َ‫شي ئاَّلََيستطيعونََالخروج‬
“Salah seorang dari mereka berkata: “Ya Allah,
aku mempunyai dua orang tua yang sudah sepuh dan
lanjut usia. Dan aku tidak pernah memberi minum susu
(di malam hari) kepada siapa pun sebelum memberi
minum kepada keduanya. Aku lebih mendahulukan
mereka berdua daripada keluarga dan budakku
(hartaku).
Kemudian pada suatu hari, aku mencari kayu di
tempat yang jauh. Ketika aku pulang ternyata mereka
berdua telah terlelap tidur. Aku pun memerah susu dan
aku dapati mereka sudah tertidur pulas. Aku pun
enggan memberikan minuman tersebut kepada
keluarga atau pun budakku.
Seterusnya aku menunggu hingga mereka
bangun dan ternyata mereka barulah bangun ketika
Shubuh, dan gelas minuman itu masih terus di
tanganku. Selanjutnya setelah keduanya bangun lalu
mereka meminum minuman tersebut.
Ya Allah, jikalau aku mengerjakan sedemikian itu
dengan niat benar-benar mengharapkan wajah-Mu,
maka lepaskanlah kesukaran yang sedang kami
hadapi dari batu besar yang menutupi kami ini.”
Batu besar itu tiba-tiba terbuka sedikit, namun
mereka masih belum dapat keluar dari gua.”

11| Imam Abdullah El-Rashied


ََ‫" قالَ َالنبيَ َصلى َاللهَ َعليهَ َوسلمَ َوقالَ َاْلخرَ َاللهمَ َكَانتَ َلي َبنتَ َعمَ َكانت‬
ََ‫أحبََالناسََإليََفأردت هاَعنََن فسهاَفامت ن عتََمنيَحَتىَألمتََبهاَسنةََمنََالسنين‬
ََ‫فجاءتنيَفأعطي ت هاَعشرينََومائةََدينارََعلىَأنََتخلَيََب ينيَوب ينََن فسهاَف فعَلت‬
ََ‫حتىَإذاَقدرتََعلي هاَقالتََّلََأحلََلكََأنََت فضََالخاتَمََإّلََبحقهََف تحرجتََمَن‬
َ‫الوقوعََعلي هاَفانصرفتََعن هاَوهيََأحبََالناسََإليََ َوت ركتََالذهبََالذيَأعطي ت ها‬
ََ‫اللهمََإنََكنتََف علتََابتغاءََوجهكََفاف رجََعناَماَنحنََفيهََفان فرجتََالصخرةََغَي ر‬
َ ."َ‫أن همََّلََيستطيعونََالخروجََمن ها‬
“Nabi saw bersabda: “Lantas orang yang lain
pun berdo’a: “Ya Allah, dahulu ada puteri pamanku
yang aku sangat menyukainya. Aku pun sangat
menginginkannya. Namun ia menolak cintaku. Hingga
berlalu beberapa tahun, ia mendatangiku (karena
sedang butuh uang). Aku pun memberinya 120 dinar.
Namun pemberian itu dengan syarat ia mau tidur
denganku (alias: berzina). Ia pun mau.
Sampai ketika aku ingin menyetubuhinya,
keluarlah dari lisannya, “Tidak halal bagimu membuka
cincin kecuali dengan cara yang benar (maksudnya:
barulah halal dengan nikah, bukan zina).”
Aku pun langsung tercengang kaget dan pergi
meninggalkannya padahal dialah yang paling kucintai.
Aku pun meninggalkan emas (dinar) yang telah
kuberikan untuknya.
Ya Allah, jikalau aku mengerjakan sedemikian itu
dengan niat benar-benar mengharapkan wajah-Mu,
maka lepaskanlah kesukaran yang sedang kami
hadapi dari batu besar yang menutupi kami ini.”
Batu besar itu tiba-tiba terbuka lagi, namun
mereka masih belum dapat keluar dari gua.”

12|Menjejak Cerita Di Garis Pantai Mukalla


ََ‫" قالََالنبيََصلىَاللهََعليهََوسلمََوقالََالثالثََاللَهمََإنيَاستأجرتََأجراءََفأعطي تَهم‬
ََ‫أجرهمََغي رََرجلََواحدََت ركََالذيَلهََوذهبََف ثمرتََأجَرهََحتىَكث رتََمنهََاألموال‬
ََ‫فجاءنيَب عدََحينََف قالََياَعبدََاللهََأدََإليََأجريَف قَلتََلهََكلََماَت رىَمنََأجرك‬
ََ‫منَ َاْلبلَ َوالب قرَ َوالغنمَ َوالرقيقَ َف قالَ َيا َعبدَ َاللهَ َّلَ َتست هزئَ َبي َف قلتَ َإني َّل‬
ََ‫أست هزئََبكََفأخذهََكلهََفاستاقهََف لمََي ت ركََمنهََشَي ئاَاللهمََفإنََكنتََف علتََذَلك‬
َ ."َ‫ابتغاءََوجهكََفاف رجََعناَماَنحنََفيهََفان فرجتََالصخَرةََفخرجواَيمشون‬
“Nabi saw bersabda: “Lantas orang ketiga
berdo’a: “Ya Allah, aku dahulu pernah mempekerjakan
beberapa pegawai lantas aku memberikan gaji pada
mereka. Namun ada satu yang tertinggal yang tidak
aku beri. Malah uangnya aku kembangkan hingga
menjadi harta melimpah. Suatu saat ia pun
mendatangiku.
Ia pun berkata padaku: “Wahai hamba Allah,
bagaimana dengan upahku yang dulu?”

Aku pun berkata padanya bahwa setiap yang ia


lihat itulah hasil upahnya dahulu (yang telah
dikembangkan), yaitu ada unta, sapi, kambing dan
budak.
Ia pun berkata, “Wahai hamba Allah, janganlah
engkau bercanda.”
Aku pun menjawab bahwa aku tidak sedang
bercanda padanya. Aku lantas mengambil semua
harta tersebut dan menyerahkan padanya tanpa
tersisa sedikit pun.

13| Imam Abdullah El-Rashied


Ya Allah, jikalau aku mengerjakan sedemikian itu
dengan niat benar-benar mengharapkan ridho-Mu,
maka lepaskanlah kesukaran yang sedang kami
hadapi dari batu besar yang menutupi kami ini”.
Lantas gua yang tertutup sebelumnya pun
terbuka, mereka keluar dan berjalan.”
***
Dua bongkahan batu besar itu menyambut
kedatangan kami, dengan senyum tipis tanpa ekspresi.
Bukit-bukit terjal yang memagari, menambah keelokan
pantai yang eksotis ini.
Kutatap wajah langit Mukalla. Tiba-tiba
gerombolan awan hitam menutupi wajahnya yang
ceria. Mencegah senyum mentari yang hendak
menyapa. Awan yang membentuk gumpalan
mendung merata. Membentang bak sayap-sayap
malaikat yang disulam dengan benang sutra. Hanya
saja beberapa bagiannya menampakkan lubang yang
menganga. Membiarkan benang-benang cahaya
mentari berjatuhan lantas menimpa muka.

Satu persatu mahasiswa turun dari bus yang kami


naiki. Bergegas menghampiri bibir pantai yang
melemparkan senyum asri. Kawanan burung camar-
pun menghambur turut menikmati.
Di ujung pantai kupandangi. Ada beberapa orang
bercadar yang turut menelanjangkan kaki. Menikmati
lembut pasir putih dan buih-buih ombak yang menepi.
Aku hanya menatap dan tak mampu menghampiri.

14|Menjejak Cerita Di Garis Pantai Mukalla


Ada jarak dan norma yang memisahkan kami.
Cukuplah sensasi yang ditawarkan Pantai Syiqqain kami
nikmati sendiri, tanpa perlu berbagi. Terlebih hati ini ada
yang memegangi. Ada sebuah janji yang harus
kutepati.

Dari kabar yang kuterima. Wanita-wanita


pengguna cadar itu ditemani suami-suami mereka.
Yah, mereka adalah pelajar Indonesia yang sudah
pada menikah dan sedang menghabiskan masa libur
di Mukalla, kota penuh cinta. Meskipun kota ini penuh
dengan cerita dan cinta, tak dapat dipungkiri banyak
pula yang fakir asmara.
Perlahan mentari mencoba untuk mencuri
pandang. Dari celah mendung yang berlubang.
Cahayanya terjatuh di antara ombak-ombak yang
bergelombang. Ada irama hembusan angin dan
nyanyian burung camar yang turut berdendang.
Menampilkan drama dan orkestra alam yang meminta
senyum mengembang.
Ada banyak agenda yang sudah panitia
jadwalkan. Sebagian besarnya berkonsentrasi pada
perlombaan. Terkhusus di tahun terakhir perkuliahan,
aku tak ikut serta dalam kepanitiaan. Memberi
kesempatan penuh kepada junior untuk memainkan
peran.
Ada sekitar 70 mahasiswa yang ikut serta.
Setidaknya bus yang kami naiki harus dua kali bolak-
balik untuk bisa membawa semua. Di sela-sela
menunggu tibanya rombongan kedua, kulihat wajah-

15| Imam Abdullah El-Rashied


wajah mencari posisi kamera dalam senyum dan tawa
ceria.

30 menit setelah bus gelombang pertama tuntas


menurunkan 35 mahasiswa. Kini bus gelombang kedua
sudah tiba, membawa jumlah penumpang yang sama.
Untuk melengkapi puzle-puzle senyuman yang telah
lama tertahan ujian semester yang menunda.
Pasukan pencari gembira sudah siap dengan
katong-kantong tawa. Meletakkannya di setiap jengkal
pasir pantai yang terinjak kaki-kaki tak berdosa. Seperti
jatuhnya kartu domino yang berbaris rata. Kantong-
kantong tawa itu meledak satu persatu di wajah-wajah
ceria. Hingga tak tersisa satupun muka yang bertopeng
nestapa.
***

Ketika aku menjabat sebagai ketua panitia,


dahulu kala. Roti8 dan ayam bakar adalah sarapan
istimewa yang kami bawa. Namun kesempatan kali ini
memang beda. Dua potong roti dan syaksyuka 9 adalah
menu sarapan yang menyerta.

10 menit sarapan-pun berlalu. Nampan-nampan


yang dilingkari lima orang itu kembali kosong lantas
ditumpuk menjadi satu. Kaki-kaki lincah, bergegas

8( Mengikuti adat Yaman, sarapan kami adalah roti bukan nasi. Bahkan
sebagiannya lagi makan malam juga dengan roti, dan hal ini selama beberapa
bulan pernah aku jalani hingga akhirnya nasi menggodaku, lagi dan lagi. Kalau
sarapan biasanya roti dengan halawah (manisan), atau dengan selai, dan
sering juga dengan telor goreng. Sedangkan kalau malam hari roti dengan telor
goreng atau fasolia (masakan yang terbuat dari kacang-kacangan).
9( Syaksyuka : Telor yang digoreng dengan cara seperti nasi goreng sehingga
membuatnya hancur lebur.

16|Menjejak Cerita Di Garis Pantai Mukalla


mengambil langkah. Memenuhi garis Pantai Syiqqain
dengan deburan ombak yang membuncah.

Ada dua perlombaan yang memeriahkan tepian


pantai ombak yang penuh gelombang. Bola Volli dan
tarik tambang. Bolla Volli dimainkan hingga ada klub
yang menang. Sedangkan tarik tambang, terhentikan
karena putusnya tali yang dipegang.
Tak seperti rihlah yang sebelum-sebelum ini. Kali ini,
mendung terus menemani. Seolah sayap-sayap
malaikat benar-benar dirajut untuk menaungi kami.
Dan, acara rihlah hari ini berlanjut hingga jam 10 pagi.
Memuaskan, mengembangkan banyak senyuman,
dan memanen banyak tawa dan candaan.

Sekali lagi kutatap lekat garis horizon yang


memisahkan senyum langit dan tawa lautan. Berujung
di pasir putih dan bukit-bukit terjal yang bergandengan.
Membuatku berfikir kembali tentang eksistensi Sang
Pencipta, Allah subhanahu wa ta’ala. Sejatinya kita
telah diperintahkan oleh-Nya, untuk melihat,
merasakan, lantas mentadabburi segala bentuk
ciptaan-Nya.

)َ‫(إنَفيَخلقَالسماواتََواألرضَواختلفَالليلَوالن هارَْلياتََألَوليَاأللباب‬
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi,
dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-
tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang beakal.” [QS.
Ali Imran : 190]

َ )َ‫(أَولمَينظرواََفيَملكوتَالسماواتَواألرضَوماَخلقَاللهَمنَشيء‬

17| Imam Abdullah El-Rashied


“Dan apakah mereka tidak memperhatikan kerajaan
langit dan bumi dan segala apa yang diciptakan oleh
Allah.” [QS. Al-A’raf : 185]
Allah memerintahkan kita untuk mengecap segala
bentuk keagungan ciptaannya. Memerhatikan, atau
lebih detailnya lagi melakukan penelitian, untuk apa?

َ )َ‫(فاعتبرواَياَأوليَاألبصار‬
“Maka ambillah pelajaran wahai orang-orang yang
mempunyai pandangan.” [QS. Al-Hasyr : 2]
Rihlah kali ini mengantarkanku kepada dialog
panjang Filsafat. Setidaknya ada dua kitab yang aku
tuntaskan selama libur semester ini. Yaitu Kitab Faslul
Maqol Fi Ma Bayna Hikmah Wasy Syari’ah Minal Ittisol.
Sebuah kitab karya Ibn Rushd10 (Averroes) yang
menjelaskan hubungan antara Syari’at dan Filsafat.
Sedangkan kitab satunya adalah kajian terhadap Kitab
Faslul Maqol karya Dr. Thorrod Hammadah yang
mengupas pandangan-pandangan Ibn Rushd di
dalam kitab terseut yang kebanyak membantah Imam
Ghozali.
Ibn Rushd dikenal sebagai salah satu Filsuf terbesar
yang lahir di Eropa (Andalusia). Hal ini karena
pembelaan beliau terhadap ilmu Filsafat yang sempat
tenggelam selama 1 abad lantaran bantahan Imam

10( Ibn Rushd (Averroes), seorang Qodhi (Hakim) di Cordoba, bermadzhab Maliki.
Terkenal sebagai pensyarah (pemberi komentar) terhadap buku-buku
Aristoteles. Beliau menulis 38 kitab tentang Filsafat dan 15 kitab tentang
kedokteran. Lahir tahun 520 H (1126 M) dan wafat tahun 595 H (1198 M).

18|Menjejak Cerita Di Garis Pantai Mukalla


Ghozali11 dalam kitabnya Tahafutul Falasifah
(Kerancuan Kaum Filsuf).

Imam Ghozali dianggap sebagai biang 12


kemunduran Ilmu Filsafat lantaran bantahan telak yang
memangkas kerancuan pola pikir Kaum Filsuf (Saya
lebih suka menyebut beliau sebagai Peruntuh Teori dan
Gagasan Kaum Filsuf). Hingga seabad berlalu setelah
kitab Tahafutul Falasifah, datanglah Ibn Rushd untuk
membantah pemikiran Imam Ghozali, lantas menulis
Kitab Tahafutut Tahafut yang merupakan bantahan
atas kitab Tahafutul Falasifah.
Bicara tentang Ilmu Filsafat. Filsafat lahir dari
berbagai pertanyaan tentang Semesta dan eksistensi
Pencipta. Filsafat mulai berkembang pada abad ke-6
SM. Lahir sebagai bentuk penolakan terhadap mitologi
kuno Yunani. Kaum Filsuf berupaya dengan
menggunakan logika untuk menyingkap segala misteri
yang ada di semesta. Dari Filsafat inilah lahirlah
berbagai disiplin ilmu pengetahuan, terkhususnya sains
dan teknologi.

11( Imam Ghozali, bergelar Hujjatul Islam. Bermadzab Syafi’i dalam Fiqih dan Asy’ari
dalam Akidah. Beliau adalah seorang yang Faqih (Pakar Fiqih), Sufi dan Filsuf.
Mendalami banyak cabang ilmu pengetahuan, dan menulis setidaknya 200
kitab. Akan tetapi di akhir hidupnya beliau lebih mendalami pada Ilmu
Tasawwuf. Lahir tahun 450 H (1058 M) di Kota Thus (Khurasan, sekarang masuk
bagian Iran), wafat tahun 505 H (1111 M).
12) Setelah Imam Ghozali mendalami Ilmu Kalam & Mantiq (Retorika), beliau
mendalami Ilmu Filsafat yang pada masa beliau marak dipelajari di berbagai
penjuru Dunia Islam. Setelah mendalami Filsafat, beliau menemui banyak
kerancuan pemikiran Kaum Filsuf yang pendapatnya banyak bertentangan
hingga akhirnya membuat beliau untuk menuliskan bantahan terhadap
pemikiran rancu Kaum Filsuf terserbut. Sejak beredarnya kitab Tahafutul
Falasifah, mereduplah eksistensi Ilmu Filsafat setelah selama 3 abad sebelumnya
turut meramaikan Khazanah Keilmuan Islam.

19| Imam Abdullah El-Rashied


Ibn Rushd dalam berpendapat bahwa Filsafat itu
tak lebih dari meneliti semesta untuk mendapatkan
penjelasan tentang ekistensi Pencipta. Karena dengan
mengetahui detail ciptaan, kita bisa lebih memahami
sifat dari Pencipta itu sendiri.

Terlepas dari dialog panjang perdebatan Kaum


Filsuf yang sudah dimulai sejak 26 abad silam, serta
hukum mempelajari Filsafat yang sebagian Ulama
mengharamkannya. Filsafat mempunyai jasa besar
atas lahirnya berbagai cabang ilmu pengetahuan
yang turut membangun perdaban manusia modern.
Bicara soal mencari eksistensi Tuhan, pertanyaan
tentang hakikat “Siapa saya, mengapa saya hadir ke
dunia?” dan pertanyaan filosofis lainnya. Ketika
menginjak usia 10 tahun, saya sempat mendapatkan
pertanyaan-pertanyaan itu. Bahkan sempat
menganggap semua agama itu sama. Perlahan seiring
berlalunya waktu, ketika saya mendalami ilmu agama
baik di madrasah, masjid, pesantren dan kampus. Satu
persatu pertanyaan itu akhirnya terjawab,
Alhamdulillah.
Yah, kita perlu berfikir kritis terhadap eksistensi kita
di dunia ini. Butuh lebih banyak tafakkur dan bersyukur.
Pertanyaan-pertanyaan yang timbul dalam pikiran, jika
tak menemukan jawabannya, tanyakan kepada orang
yang kita anggap ahli dalam hal ini. Agar pertanyaan
tersebut tak mengganggu psikologi kita. Dan agar
segala bentuk keraguan itu sirnah.

***

20|Menjejak Cerita Di Garis Pantai Mukalla


Hari ini senja mulai menampakkan senyum
merekah nan sunyi. Angin-angin laut berhamburan
menghampiri. Celoteh burung gagak yang
beterbangan di sekitar kampus turut menemani. Di
senja ini, ada lomba cerdas cermat yang sudah
menanti. 5 grup perwakilan dari asrama sudah berjejer
rapi. Menanti dewan juri membacakan pertanyaan-
pertanyaan yang sangat berarti.

Pada kesempatan yang berharga ini. Aku


bersama kedua temanku menjadi dewan juri.
Melemparkan pertanyaan demi pertanyaan yang
cukup membuat peserta mengernyitkan dahi.
Ada dua materi inti yang kami jadikan pertanyaan.
Fiqih dengan kitab Safinatun Najah dan Aqidah
dengan kitab Aqidatul Awam. Selain pertanyaan
ilmiah, ada pertanyaan umum yang membuat hadirin,
dewan dosen dan juri turut tertawa mendengar
jawaban para peserta. Bayangkan saja, “Berapa
jumlah tiang masjid kampus?”, “Kapankah kita
mendapat menu kambing?”, “Pukul berapakah Adzan
Dzuhur pada hari ini?” Pertanyaan dan jawaban yang
mengundang tawa. Untuk sejenak mengapus bekas
ujian di kepala.

***
Adzan Maghrib senja hari ini masih jauh menanti.
Lomba cerdas cermat sudah usai sejak tadi. Kami
bergegas menuju bus yang sudah berbaris rapi.
Perlahan dan pasti. Bus-bus itu melaju memenuhi
jalanan Mukalla yang tak lagi sunyi. Menuju ke Rumah

21| Imam Abdullah El-Rashied


Habib Ali Bin Abdullah yang merupakan Munshib 13 dari
keluarga Al-Hamid, di Perkampungan Al-Ghuwaizi, Dis,
Mukalla.
Bus-bus rombongan sudah tiba di kediaman
Munshib. 10 menit menjelang ketibaan bus yang
kunaiki, Adzan Maghrib sudah menggema di langit
yang sunyi. Sayang sekali, ban belakang bus bocor dan
tak terkendali. Membuat laju kami terhenti. Setidaknya
butuh 40 menit lamanya untuk mengganti.
Penantian yang cukup lama, akhirnya kami
bergabung dengan rombongan yang sudah hampir
selesai membaca Hadhrah. Hadhrah-pun selesai
dibaca, berlanjut Adzan Isya’ yang berkumandang.
Menjajarkan shaf, lantas bertakbir secara bersamaan
setelah Imam selesai meletakkan kedua tangannya.

Lepas Shalat Isya’ ada acara Samar, senandung


Qoshidah dan tarian Jafin. Ada senyum ada tawa. Hati-
hati yang penuh dengan ceria. Lantas acara ini ditutup
dengan makan malam dengan menu Lahm Mandi14.
Menutup serangkaian acara seharian ini.

***

13) Dalam dunia Habaib, ada beberapa jabatan yang dipegang oleh pimpinan
setiap keluarga, di antaranya adalah “Munshib” yang bertugas mengayomi
semua anggota keluarga besar fam tersebut. Secara umum tugas Munshib itu
seperti kepala suku. Di Indonesia ada Robithoh Alawiyah yang mendata
Dzurriyah Rasulullah saw yang ada, memberikan lagalitas terhadap nasab yang
sudah diakui sambungnya kepada Rasulullah saw.
14( Lahm Mandi : Adalah masakan kambing.

22|Menjejak Cerita Di Garis Pantai Mukalla


Esok lusanya, ada pentas seni ditampilkan oleh
mahasiswa. Ada akapela, tarian sufi, pantonim,
pembacaan syair dan juga drama.
Drama bertajuk “Barsiso”. Kisah tentang seorang
Ahli Ibadah dari kalangan Bani Israil yang terkena tipu
daya Iblis. Awalnya ia menolak untuk membunuh dan
berzina, akan tetapi dia menerima tawaran meminum
Khomer hingga akhirnya ia jatuh dalam maksiat zina
lantas membunuh wanita yang ia zinahi, Wal-
‘Iyadzubillah.

Di akhir drama, sebagai penutup ada pesan yang


disampaikan oleh Narator: “Janganlah kita ikuti sekecil
apapun permintaan setan. Mengikuti kehendak setan
adalah jalan menuju kebinasaan di dunia dan akhirat.”
***

Akhirnya, selesai juga liburan yang sangat singkat


dan padat. Setidaknya mampu menghapus bekas-
bekas lelah setelah hampir 3 minggu lamanya
bersitegang dengan ujian semester. Yah, dunia ini
adalah tempatnya ujian. Tanpa adanya ujian kita tak
kan pernah tahu nilai kita, tak kan pernah bisa naik kelas
dan lulus.
***

Ditulis di Mukalla, 28 Robiuts Tsani 1440 H / 4 Januari 2019.

23| Imam Abdullah El-Rashied


Penulis bisa dihubungi melalui sosmed berikut ini:

FB : Imam Abdullah El-Rashied

IG : @elrashied_imam

WA : +967773499681

Baca artikel-artikel menarik penulis di website:

www.nafashadhramaut.com

www.elrashied.wordpress.com

Jika dirasa artikel ini menarik dan bermanfaat, jangan lupa


sebarkan pada yang lain. Rasulullah saw bersabda:

“Barang siapa menunjukkan suatu kebaikan, maka ia akan


mendapatkan pahala yang sama dengan orang yang
melakukannya.” HR. Muslim

“Dan, jika ada kritik dan saran, jangan sungkan untuk


melayangkannya pada penulis. Salam literasi!”

24|Menjejak Cerita Di Garis Pantai Mukalla

Anda mungkin juga menyukai